Syaleekhadiva - 6051801202
Rangkuman Bab 2
Tokoh :
· John Austin, seorang ahli filsafat hukum dari Inggris yang terkenal dengan
pahamnya yang menyatakan bahwa hukum merupakan perintah dari mereka yang
memegang kekuasaan tertinggi atau dari yang memegang kedaulatan.
è Mengandung unsur-unsur :
a. Perintah
b. Saksi
c. Kewajiban
d. Kedaulatan
(2) Hukum yang tidak sebenarnya
(2) Suatu sistem hukum tidak dapat tahan lama apabila tidak mendapat
dukungan sosial yang luas.
· Hans Kelsen yang terkenal dengan teori murni tentang hukum (pure theory of
law) yang menyatakan bahwa hukum berdiri sendiri terlepas dari aspek-aspek
kemasyarakatan yang lain.
Mazhab ini menekankan bahwa hukum hanya dapat dimengerti dengan menelaah kerangka
sejarah dan kebudayaan di mana hukum tersebut timbul.
Tokoh :
· Friedrich Karl Von Savigny seorang pemuka ilmu sejarah hukum yang
berpendapat bahwa hukum merupakan perwujudan dari kesadaran hukum
masyarakat (Volksgeist). Savigny menekankan bahwa keputusan-keputusan badan
legislative bukanlah asal dari hukum dan malah dapat membahayakan masyarakat
karena tidak selalui sesuai dengan kesadaran hukum masyarakat.
- Savigny berpendapat bahwa sangat penting untuk meneliti hubungan
antara hukum dengan struktur masyarakat beserta sistem nilai-nilainya,
karena suatu sistem hukum sebenarnya merupakan bagian dari sistem
sosial yang lebih luas. Menurutnya, terdapat hubungan timbal balik yang
sangat berpengaruh antara sistem hukum dengan sistem-sistem sosial
lainnya.
· Sir Henry Maine yaitu penulis buku Ancient Law. Sir Henry dikenal dengan
teorinya yang menyatakan bahwa perkembangan hukum dari status ke kontrak
yang sejalan dengan perkembangan masyarakat yang sederhana ke masyarakat
yang modern dan kompleks.
3. Aliran Utilitarianism
Tokoh :
· Jeremy Bentham seorang ahli filsafat hukum yang menekankan bahwa manusia
bertindak untuk memperbanyak kebahagiaan dan mengurangi penderitaan. Baik
dan buruknya suatu perbuatan mansuai akan dinilai dari perbuatan tersebut,
apakah perbuatan itu menghasilkan kebahagiaan atau tidak.
(1) Kenyataan bahwa tidak setiap manusia mempunyai ukuran yang sama
mengenai keadilan, kebahagiaan, dan penderitaan.
· Rudolph von Ihering menganggap bahwa hukum merupakan suatu alat bagi
masyarakat untuk mencapai tujuannya. Hukum adalah sarana untuk
mengendalikan indiividu-individu. Ajaran ini disebut sebagai social
utilitarianism.
Tokoh :
· Eugen Ehrlich seorang ahli hukum dari Austria yang menyatakan bahwa
hukum positif hanya akan efektif apabila selaras dengan hukum yang hidup dalam
masyarakat, atau dengan apa yang disebut oleh para antropolog sebagai pola-pola
kebudayaan (culture patterns).
Ia berusaha untuk mengarahkan perhatian para ahli hukum pada ruang lingkup
sistem sosial, di mana dapat ditemukan kekuatan-kekuatan yang
mengendalikan hukum. Namun kendalanya adalah sulit untuk menentukan
ukuran-ukuran apakah yang dapat dipakai untuk menentukan suatu kaidah
hukum yang benar-benar merupakan hukum yang hidup dan dianggap adil.
· Roscoe Pound yang berpendapat bahwa hukum harus dilihat sebagai suatu
lembaga kemasyarakatan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
sosial. Pound menganjurkan untuk mempelajari hukum sebagai suatu proses (law
in action) yang dibedakan dengan hukum tertulis (law in the books).
Tokoh :
· Jerome Frank
· Justice Oliver
· Wendell Holmes
Konsep yang terkenal dari aliran ini adalah konsep yang radikal tentang proses peradilan dengan
menyatakan bahwa hakim-hakim tidak hanya menemukan hukum, akan tetapi membentuk
hukum. Ahli-ahli dari aliran ini menekankan kepada keadilan.
Kasus Pencurian
Di dalam putusaya, terdakwa Aditya PRAMONO Alias PLETO Alias KUCIL Bin SUTRIS
YULIANTO, pada hari kamis tanggal 23 November 2017 telah mengambil sesuatu barang
yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara
melawan hukum. Hakim telah menganggap bahwa unsur-unsur yang ada dalam pasal 362 KUHP
telah di langgar, yakni :
1. Barangsiapa
2. Mengambil sesuatu barang
3. Yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaa orang lain
4. Dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum
Dalam putusannya, hakim memutus bahwa terdakwa dipidana penjara selama 10 (sepuluh) bulan
sera membebankan untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,00 (dua ribu rupiah).
Dalam pertimbangannya, hakim menolak segala pembelaan yang diajukan oleh penasehat
hukum terdakwa karena hal tersebut bukanlah alasan yang dapat membebaskan
pertanggungjawaban pidana atas perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa.
Kemudian, dalam pertimbangannya hakim juga melihat terlebih dahulu keadaan yang
memberatkan dan yang meringankan terdakwa :
Maka, berdasarkan hal tersebut, mazhab / aliran yang digunakan hakim dalam memutus perkara
ini adalah aliran sociological jurisprudence. Hal ini dikarenakan hakim dalam memutus perkara
melihat terlebih dahulu keadaan yang dialami oleh terdakwa yaitu jika dikaitkan dengan kasus
yang kelompok kami pilih terdapat pada keadaan meringankan maupun memberatkan terdakwa
dan dampak dari perbuatan terdakwa terhadap masyarakat itu sendiri. Selaras dengan aliran ini
yang mengajarkan bahwa hukum positif hanya akan efektif apabila selaras dengan hukum yang
hidup dalam masyarakat, atau dengan apa yang disebut oleh para antropolog sebagai pola-pola
kebudayaan (culture patterns).