Anda di halaman 1dari 13

PAMARENDA : Public Administration and Government Journal

Volume 1. No. 1. (Juli 2021), hlm 52-64


E-ISSN : 2798-3838

Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Kota


Kendari.: Tinjauan Implementasi Kebijakan
Nur Ayu 1; Arifin. U 2 ; La Ode Mustafa.R 3
1,2,3 Pascasarjana Administrasi Publik, Universitas Halu Oleo, nur.ayu@icloud.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis dan memahami implementasi kebijakan
penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Kota Kendari serta mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan pemerintah Kota Kendari
terkait penanganan tersebut. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Informan penelitian ditentukan secara purposive sampling sebanyak 4 (empat) orang.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Data yang telah dikumpulkan dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa implementasi kebijakan menurut Putra (2003) telah dilakukan oleh pelaksana
kebijakan yaitu dengan penjabaran kebijakan ke dalam aktivitas pelaksanaan,
pembentukan unit organisasi baru, pengalokasian sumber untuk mencapai tujuan serta
koordinasi aparat terkait kebijakan. Adapun model implementasi menurut Edward III
(2008) yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi (sikap pelaksana) serta struktur birokrasi
pada instansi pemerintahan Kota Kendari dalam mengimplementasikan kebijakan sudah
tepat walaupun masih ada beberapa kekurangan dan kendala.
Kata kunci : Implementasi, Kebijakan, Covid, Pemerintah

Abstract
The purpose of this study is to analyze and understand the Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) policy implementation in Kendari City and to find out the factors that
influence the implementation of Kendari City government policies regarding the handling
of Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). This type of research is descriptive qualitative
research. The research informants were determined by purposive sampling as many as 4
(four) people. Data was collected by using observation, interview, and documentation
methods. The data that has been collected was analyzed qualitatively. The results show
that the implementation of policies according to Putra (2003) has been carried out by policy
implementers, namely by elaborating policies into implementation activities, forming new
organizational units, allocating resources to achieve goals and coordinating officials
related to policies. The implementation model according to Edward III (2008) is
communication, resources, disposition (executive attitude) and bureaucratic structure in
Kendari City government agencies in implementing policies that are appropriate although
there are still some shortcomings and constraints.
Keywords : Implementation, Policy, Covid, Government.

Open Access at: http://ojs.uho.ac.id/index.php/pamarenda/index 52


PAMARENDA : Public Administration and Government Journal

Pendahuluan

Pandemi virus Corona pertama kali muncul kepermukaan ketika


tanggal 31 Desember 2019 World Health Organization (WHO) menerima
laporan dari China bahwa ada wabah di kota pelabuhan Wuhan dari virus
yang belum diketahui. Virus ini awalnya diketahui dan muncul pertama
kali di pasar hewan dan pasar seafood di Kota Wuhan, China. Pada pasar
grosir hewan dan makanan laut tersebut, terdapat sejumlah hewan liar
seperti ular, kelelawar dan ayam, dan dari sini timbulah banyak dugaan
bahwa virus ini dapat menyebar dari hewan kemanusia, dan kemudian
dari manusia ke manusia. Di Indonesia, tepatnya pada 2 Maret 2020, untuk
pertama kalinya pemerintah mengumumkan dua kasus pasien positif
COVID-19. Namun, Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu
Riono menyebutkan virus corona jenis SARS-CoV-2 sebagai penyebab
COVID-19 itu sudah masuk ke Indonesia sejak awal Januari (Pranita , 2020).
Laju perkembangan virus COVID-19 yang sangat cepat dan sulit
untuk dikontrol menjadi ancaman bagi berbagai negara di seluruh dunia
serta munculnya berbagai macam gerakan seperti gerakan Social
Distancing dan Lockdown mengakibatkan berbagai macam perdebatan
yang terjadi di kalangan masyarakat. Social distancing dianggap tidak
terlalu efektif, sehingga oleh WHO penerapan istilah dirubah menjadi
Physical Distancing atau pembatasan fisik. Di Indonesia, langkah awal
yang diambil oleh pemerintah Republik Indonesia adalah dengan
membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Desease
2019 dengan dikeluarkannya Keppres Nomor 7 tahun 2020 tentang Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pada tanggal 13 Maret 2020 yang
kemudian diubah dengan Keppres Nomor 9 tahun 2020.
Pemerintah Indonesia menetapkan virus corona sebagai bencana
nasional pada tanggal 13 April 2020 dengan ditanda tanganinya Keputusan
Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nasional
Nonalam Penyebaran Covid-19 sebagai bencana nasional oleh Presiden.
Keputusan ini diambil mengingat angka penyebaran virus corona di
Indonesia yang makin meningkat, tercatat hingga tanggal 12 April 2020,
4.241 kasus positif virus Corona, 3.509 orang dalam perawatan dan 373
meninggal. Pada tanggal 20 April 2020, jumlah kasus positif Corona
mencapai 6.760 pasien. Semakin meningkatnya jumlah pasien yang
diakibatkan COVID-19 ini membuat pemerintah Indonesia mengeluaran
berbagai kebijakan untuk dapat menyelesaikan kasus COVID-19, salah
satunya adalah menerapkan anjuran WHO dengan mensosialisasikan
gerakan Social Distancing yaitu gerakan pembatasan sosial dan gerakan

Open Access at: http://ojs.uho.ac.id/index.php/pamarenda/index 53


PAMARENDA : Public Administration and Government Journal

Lockdown atau yang dikenal dengan penguncian atau pengkarantinaan


seluruh wilayah dengan menutup akses masuk maupun keluar.
Selain itu, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 tentang kebijakan PSBB (Pembatasan
Sosial Berskala Besar) dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) serta Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9
Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam
Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
yang merupakan strategi pemerintah untuk dapat mencegah virus corona
semakin menyebar. Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri
Kesehatan ini berlandaskan pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018
tentang Kekarantinaan Kesehatan serta Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 612/Menkes/SK/V/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Karantina Kesehatan Pada Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat yang Meresahkan Dunia, yang bertujuan untuk mencegah
meluasnya penyebaran penyakit Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
(KKM) yang sedang terjadi di suatu wilayah tertentu.
Menindaklanjuti himbauan dari World Health Organization (WHO)
serta kebijakan pemerintah pusat terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) dan social distancing, pemerintah Kota Kendari pada tanggal 8
April 2020 melalui Surat Edaran Walikota Kendari Nomor: 443.1/1233/2020
tentang Melakukan Total Aktivitas di Dalam Rumah Selama Tiga Hari (10-
12 April 2020) dalam Rangka Memutus Mata Rantai Penyebaran Corona
Virus Disease (COVID-19) di Kota Kendari. Surat Edaran tersebut memuat
tiga poin, di antaranya ialah: 1) Tidak melakukan aktivitas di luar rumah
selama 3 (Tiga) hari mulai dari tanggal 10 s/d 12 April 2020. 2)Kepada
masyarakat Kota Kendari yang masih melakukan aktivitas di luar rumah
akan dilakukan pengamanan oleh pihak TNI dan Kepolisian. 3) Selalu
memperhatikan Physical dan Social Distancing selama berada di dalam
rumah serta budayakan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan mencuci
tangan dengan sabun serta memperhatikan etika ketika batuk dan bersin
(Diskominfo Kendari, 2020)
Masyarakat dihimbau untuk tidak melakukan kegiatan di luar
rumah apabila dianggap tidak terlalu penting dan mendesak. Implementasi
dari kebijakan pemerintah Kota Kendari melalui surat edaran ini dapat
dilihat dari beberapa wilayah seperti Kelurahan Benu-benua, Punggaloba,
dan Kelurahan Punggolaka yang sepakat untuk tidak melakukan aktivitas
di luar rumah terkecuali ada kebutuhan yang mendesak. Pemasangan
plang pada pintu masuk masing-masing desa sengaja dilakukan oleh warga

Open Access at: http://ojs.uho.ac.id/index.php/pamarenda/index 54


PAMARENDA : Public Administration and Government Journal

agar segala aktivitas hanya dilakukan di tempat saja. Tamu yang datang
tidak diperbolehkan masuk, adapun yang memiliki kepentingan
diwajibkan untuk melapor. Selain itu, pelaksanaan karantina wilayah
tersebut dapat dilihat pada sebagian pasar yang belum atau tidak
melakukan aktivitas jual beli guna mematuhi Surat Edaran Walikota.
Menanggapi Surat Edaran Walikota terkait larangan untuk
beraktivitas di luar rumah selama tiga hari, Kepala Pusat Data Informasi
dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB), Agus Wibowo menyebut bahwa keputusan Walikota Kendari
tidak efektif. Menurut Agus, pemberlakuan masa karantina wilayah harus
dilaksanakan minimal 14 hari sesuai dengan anjuran Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia dan Satuan Gugus Tugas Penanganan
COVID-19. Hal ini menjadi perdebatan antara pemerintah kota dengan
Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Kota Kendari (Berutu,
detikNews,2020).
Selain Surat Edaran Nomor 443.1/1233/2020 tersebut, masih ada
beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kota Kendari dalam
upaya menekan angka penyebaran COVID-19 di antaranya Peraturan
Walikota (Perwali) Kendari Nomor 47 Tahun 2020 yang memuat tentang
Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan sebagai
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019. Selain
itu, ada juga Panduan Protokol yang dikeluarkan oleh pemerintah Kota
Kendari Nomor 443.1/1624/2020 tentang Penerapan Protokol Kesehatan
Pencegahan Penyebaran COVID-19 di Mall/Swalayan/Toko yang mengatur
tentang tata cara berbelanja pada masa pandemi dengan tetap
memperhatikan protokol kesehatan bagi pembeli serta panduan kepada
pemilik mall/swalayan/toko untuk memperhatikan para pembeli yang
tidak menerapkan protokol kesehatan.
Melihat dari pro dan kontra yang terjadi antara pemerintah Kota
Kendari dengan Badan Penanggulangan Bencana Nasional Kota Kendari,
penerapan Peraturan Walikota (Perwali) Kendari Nomor 47 tersebut di atas
serta banyaknya peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah Kota Kendari, maka dengan ini penulis ingin melakukan
penelitian terkait dengan Implementasi Kebijakan Corona Virus Disease
2019 (COVID-19) di Kota Kendari serta melihat faktor apa saja yang
menjadi penghambat pengimplementasian kebijakan tersebut.
Berhasilnya suatu implementasi kebijakan menurut Putra (2003)
ditentukan oleh empat variabel penentu yaitu; penjabaran kebijakan ke
dalam aktivitas pelaksanaan, pembentukan organisasi baru, pengalokasian

Open Access at: http://ojs.uho.ac.id/index.php/pamarenda/index 55


PAMARENDA : Public Administration and Government Journal

sumber untuk mencapai tujuan, serta koordinasi aparat terkait kebijakan.


sedangkan Edward III dalam Winarno (2008) menjelaskan faktor-faktor
yang mempengaruhi implementasi kebijakan, yaitu: komunikasi, sumber
daya, disposisi, dan struktur birokrasi
penelitian mengenai Implementasi Kebijakan Penanganan COVID-
19 telah dilakukan oleh Mario Walean, dkk (2020) yang berfokus di Desa
Sea Tumpengan Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa. Namun belum
ada yang membahas mengenai Implementasi Kebijakan Penanganan
COVID-19 di Kota Kendari. Adapun tujuan dari penelitian ini dalah untuk
menganalisis serta memahami implementasi kebijakan penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Kota Kendari, serta untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan
pemerintah Kota Kendari terkait penanganan Corona Virus Disease 2019
(COVID-19).

Metode

Penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dalam riset


ini. Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman
yang berdasarkan pada metode yang menyelidiki suatu fenomena sosial
dan masalah manusia. (Iskandar, 2009:11). Penelitian ini dilakukan pada
instansi Dinas Kesehatan Kota Kendari, Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kota Kendari, Satuan Polisi Pamong Praja Kota Kendari,
dan Satuan Gugus Tugas Penanganan COVID-19 di tingkat Kota Kendari.
Adapun informan penelitian ini ada 4 (empat) narasumber yaitu Kepala
Bidang P2P (Pencegahan dan Pengendalian Penyakit) Dinas Kesehatan
Kota Kendari, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota
Kendari, Kepala Satuan Satpol PP serta 1 (satu) orang staf Divisi Penegakan
Peraturan Daerah (Analisis Permasalahan) Kota Kendari.
Adapun Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada proses
implementasi kebijakan yang diambil oleh pemerintah Kota Kendari terkait
penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Teknik yang
digunakan untuk memperoleh dan mengumpulkan data dan fakta dalam
rangka pembahasan masalah dalam penelitian ini adalah melalui sumber
data primer dan data sekunder. Sedangkan teknik analisis data yang
penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif
deskriptif yang terdiri dari tahapan koleksi data, reduksi data, penyajian
data, kesimpulan dan verifikasi data..

Open Access at: http://ojs.uho.ac.id/index.php/pamarenda/index 56


PAMARENDA : Public Administration and Government Journal

Hasil dan Pembahasan

1. Implementasi Kebijakan Penanganan Corona Virus Disease 2019


(COVID-19) di Kota Kendari
Tindakan implementasi kebijakan menurut Putra (2003) ada 4
(empat) variabel yang menentukan keberhasilan suatu implementasi
kebijakan. Untuk menjabarkan keempat variabel tersebut, maka dapat
dijelaskan sebagai berikut:.
a. Penjabaran Kebijakan ke dalam Aktivitas Pelaksanaan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kendari dalam
melakukan penjabaran kebijakan ke dalam aktivitas pelaksanaan
membentuk rencana mitigasi sesuai dengan Peraturan Walikota (Perwali)
Nomor 47 Tahun 2020 tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum
Protokol Kesehatan sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian Corona
Virus Disease 2019. BPBD membentuk tim tersendiri yaitu tim
penyemprotan yang bertugas untuk melakukan penyemprotan pada
sepuluh titik di Kota Kendari setiap harinya dari pagi sampai sore pada
setiap fasilitas umum maupun pada lingkungan masyarakat yang meminta
untuk dilakukan penyemprotan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan
oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kendari, Muhammad
Erwin Fajar, ST, bahwa:
“Tim penyemprotan yang dibagi oleh Kepala Pelaksana Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kendari terbagi atas 3 (tiga)
yang masing-masing terdiri dari 5 (lima) orang. Dari 15 (lima belas) staf
yang ada ini, kami merasa kekurangan personil karena titik penyemprotan
disinfektan lumayan banyak di Kota Kendari, belum lagi penyemprotan
yang diminta langsung oleh masyarakat” (Hasil Wawancara, 26 April
2021).
Selain pada instansi Badan Penanggulangan Bencana Daerah,
penjabaran kebijakan ke dalam aktivituas pelaksanaan juga dilaksanakan
pada Satuan Gugus Tugas (Satgas) Percepatan Penanganan COVID-19 di
Kota Kendari melalui Operasi Yustisi atau operasi gabungan yang
dilaksanakan oleh anggota Kepolisian, TNI, Satuan Polisi Pamomg Praja
(Satpol PP), pemerintah daerah, kejaksaan, hingga pengadilan. Pelaksanaan
Operasi Yustisi dilakukan setiap hari oleh Satgas COVID-19, oleh instansi
yang ikut terlibat mempunyai laporan masing-masing kegiatan apa saja
yang dilakukan serta berapa pelanggar protokol kesehatan kepada
Walikota Kendari sebagai bentuk pertanggungjawaban. Hal ini

Open Access at: http://ojs.uho.ac.id/index.php/pamarenda/index 57


PAMARENDA : Public Administration and Government Journal

disampaikan oleh staf Satpol PP Kota Kendari divisi Penegakan Peraturan


Daerah (Analsisis Permasalahan), Sitti Nurfatin, S.H bahwa:
“Operasi Yustisi kami lakukan setiap hari selain hari libur dan tanggal
merah. Pembagian jam Operasi Yustisi kami berlakukan dari pagi pukul
09.00-selesai kemudian dilanjutkan pada malam hari pukul 20.30-selesai
pada beberapa titik yang ada di Kota Kendari maupun pada perbatasan
kota. Dalam operasi inim kami bekerja sama dengan TNI, Dinkes Kota
Kendari, Dinas Perhubungan, serta BPBD Kota Kendari. Bagi yang
melanggar protokol kesehatan baik perorangan maupun pelaku usaha
diberikan sanksi sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan. Contoh
sanksi berupa teguran lisan, kerja sosial, membersihkan fasilitias umum,
denda administrasi, teguran tertulis, pemberhentian sementara operasional
usaha, serta pencabutan izin usaha” (Hasil Wawancara 22 April 2021).
b. Pembentukan Organisasi Baru
Setelah menjabarkan kebijakan ke dalam aktivitas pelaksanaan,
perumus kebijakan membentuk organisasi baru guna memperlancar
berjalannya suatu kebijakan. Dalam hal ini, Dinas Kesehatan Kota Kendari
membentuk tim tersendiri sesuai dengan Standard Operating Procedures
(SOPs) penanganan COVID-19 melalui Perwali Kota Kendari Nomor 28
Tahun 2020 bab 2 (dua) pasal 7 (tujuh) ayat 1 (satu) tentang Pengelolaan
Dana Belanja Tidak Terduga dalam Rangka Pencegahan dan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 di Kota Kendari. Pembagian tim ini
dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota
Kendari Nomor 2687 Tahun 2021. Pembentukan tim atau pembentukan
organisasi baru ini sebagaimana dijelaskan oleh Kepala Bidang P2P
(Pencegahan dan Pengendalian Penyakit), Samsul Bahri, S.KM., M.Kes
dalam hasil wawancaranya sebagai berikut:
“Kebijakan yang kami keluarkan berupa membentuk tim baru, seperti
tim Monitoring Pelaksanaan Vaksinasi termaksud Tim Penanggulangan
COVID-19, melakukan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR),
membentuk Tim Pelaksana Pemeriksaan Swab Antigen kepada seluruh
Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kota Kendari” (Hasil Wawancara, 19 April
2021).
Selain pada Dinas Kesehatan, pembentukan unit organisasi baru juga
dilakukan oleh Walikota Kendari, H. Zulkarnain Kadir, SE., ME dengan
membentuk gugus tugas dengan beliau berperan sebagai komandan dalam
misi percepatan penanganan Corona Virus Disease 2019 yang dibantu oleh
Sekretaris Kota Kendari, Dandim 1417 dan Kapolres Kendari dengan fokus
utama yaitu mematuhi protokol kesehatan, protokol area publik, protokol

Open Access at: http://ojs.uho.ac.id/index.php/pamarenda/index 58


PAMARENDA : Public Administration and Government Journal

transportasi umum, protokol area pendidikan, hingga protokol pintu


masuk wilayah (bandara, stasiun, terminal, dan pelabuhan).
Pembentukan unit organisasi baru ini membantu pemerintah dalam
merealisasikan kebijakan yang telah dibuat serta pelaksanaan kebijakan
lebih terstruktur karena adanya Standard Operating Procedures (SOPs)
yang menjadi acuan dalam pelaksanaan kebijakan.
c. Pengalokasian Sumber untuk Mencapai Tujuan
Memanfaatkan sumber daya yang ada seperti staf atau fasilitas yang
tersedia untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu kebijakan
dianggap penting. Pada implementasi kebijakan COVID-19 di Kota
Kendari, pemerintah melakukan pemantauan terhadap proses persiapan
dan pelaksanaan vaksinasi COVID-19 melalui sistem yang berjalan.
Sumber daya berupa staf yang bekerja serta fasilitas yang tersedia sebagai
penunjang kebijakan dikerahkan untuk memantau pencatatan dan
pelaporan yang sangat penting dilakukan untuk dapat
mendokumentasikan rangkaian proses dan hasil kegiatan.
d. Koordinasi Aparat terkait Kebijakan
Berdasarkan Surat Edaran Walikota Kendari Nomor 443.1/1233/2020
tentang masa karantina wilayah pada poin kedua disebutkan bahwa,
masyarakat yang masih melanggar akan diamankan oleh pihak TNI dan
Kepolisian. Satuan Polisi Pamong Praja melaksanakan koordinasi aparat
terkait kebijakan dengan kejelasan komunikasi yang dapat dimengerti
kepada pihak-pihak yang berwenang dengan berpegangan pada garis
koordinasi atau garis komando di dalam internal Satpol PP sebagai
implementor kebijakan Surat Edaran Walikota tersebut. Koordinasi yang
dilakukan berupa pemberian sanksi kepada masyarakat yang melanggar
Surat Edaran tersebut serta Perwali Nomor 47 Tahun 2020. Hal ini sejalan
dengan yang dikemukakan oleh Kepala Satuan Polisi Pamong Praja, Samsu
Alam, S.STP., M.Si, bahwa:
“Sanksi yang kami berikan berupa sanksi sosial dan sanksi denda.
Namun mengingat pandemis saat ini situasi ekonomi yang belum begitu
stabil, sanksi denda belum kami berlakukan. Adapun sanksi tertulis ada
formatnya tersendiri, untuk bada usaha diberikan surat peringatan, jikalau
tidak diindahkan maka kami arahkan kepada sanksi penutupan tempat
usaha baik bersifat sementara maupun permanen” (Hasil Wawancara 21
April 2021).
Pada variabel ini, penulis menemukan faktor penghambat yang
dikemukakan oleh setiao narasumber bahwa tingkat kepatuhan
masyarakat kepada kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah masih

Open Access at: http://ojs.uho.ac.id/index.php/pamarenda/index 59


PAMARENDA : Public Administration and Government Journal

kurang. Masih banyak masyarakat yang kedapatan melanggar protokol


kesehatan yang telah ditetapkan walaupun peraturan yang diberikan jelas
tentang konsekuensi yang akan diterima.

2. Implementasi Kebijakan Penanganan Corona Virus Disease 2019


(COVID-19) di Kota Kendari
Menurut Edward III dalam Winarno (2008) ada empat variabel
penentu. Hal ini dapat dilihat pada penjelasan sebagai berikut:
a. Komunikasi
Walaupun pada awal diterapkannya Surat Edaran Walikota Kendari
Nomor 44.1/1233/2020 tentang Karantina Wilayah terjadi
miscommunication antara pemerintah dengan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) Kota Kendari, hal ini disanggah oleh
Kepala Bidang P2P, Dinas Kesehatan Kota Kendari. Menurutnya, langkah
kebijakan yang diambil oleh pemerintah Kota Kendari sudah tepat, karena
hal itu berdasarkan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia telah direvisi dari revisi keempat menjadi kelima
sebagaimana pernyataannya dalam wawancara sebagai berikut:
“Kebijakan untuk karantina selama 14 hari yang dimaksud oleh
Kepala BNPB Kota Kendari itu sudah direvisi. Adapun anjuran pemerintah
Kota Kendari yang berupa pemberlakuan karantina yang sebelumnya
dilakukan selama 3 (tiga) hari menjadi 10 (sepuluh) hari” (Hasil Wawancara
19 April 2021).
Menurut Kepala Bidang P2P, pemberlakuan kebijakan ini hanya
diperuntukkan bagi masyarakat yang terkonfirmasi positif, sedangkan
Orang Dalam Pantauan (ODP) hanya diberlakukan isolasi mandiri. Hasil
akhir dari kebijakan pemerintah melalui Surat Edaran tersebut dianggap
cukup mampun menekan angka penyebaran COVID-19 di Kota Kendari.
Semakin menurunnya angka pasien positif COVID-19 pada rentan
waktu penelitian, hal ini menunjukkan bahwa implementasi kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah Kota Kendari efektif dan menunjukkan
perkembangan yang signifikan dalam menekan angka penyebaran COVID-
19 di Kota Kendari. Selain itu, gencarnya sosialisasi dan komunikasi yang
dilakukan oleh instansi terkait yang terlibat dalam penanggulangan
COVID-19 di Kota Kendari melalui berbagai macam media gambar seperti
pamphlet yang dibagikan si setiap rumah sakit maupun puskesmas,
banner, spanduk serta baliho yang terpajang di setiap kantor atau jalan-
jalan di Kota Kendari dengan isi berupa himbauan untuk menaati protokol
kesehatan guna mencegah penularan COVID-19.

Open Access at: http://ojs.uho.ac.id/index.php/pamarenda/index 60


PAMARENDA : Public Administration and Government Journal

Dengan terjalinnya komunikasi yang baik dan terarah antara pembuat


dan pelaksana kebijakan akan menghasilkan kebijakan yang efektif dan
berhasil diterapkan di masyarakat. komunikasi yang baik berpengaruh
dalam menciptakan pengertian atau pemahaman yang sama antara
pembuat kebijakan dan para implementor kebijakan yang kemudian
mempengaruhi sikap, tindakan maupun perilaku para pelaksana
kebijakan.
b. Sumber Daya
Sebelum penunjukkan staf yang akan bekerja dalam pelayanan
vaksinasi COVID-19, pemerintah Kota Kendari melalui Dinas Kesehatan
terlebih dahulu mempersiapkan simulasi serta pelaksanaannya harus
melalui uji klinis Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Setelah
melakukan simulasi dan memastikan bahwa vaksin yang akan diberikan
kepada masyarakat aman, Dinkes menunjuk staf atau tenaga ahli medis
yang dipilih berdasarkan keahlian dan kemampuan serta pengalamannya
di lapangan. Walaupun kasus COVID-19 di Kota Kendari merupakan hal
baru di Indonesia, tetapi para tenaga medis sangat terampil dalam
melaksanakan tugas dengan tupoksi masing-masing. hal ini karena
didukung oleh pemberian informasi yang jelas tentang bagaimana cara
melaksanakan tugas serta kebijakan yang berlaku. Hal ini sejalan denga
yang dijelaskan oleh Kepala Bidang P2P Dinkes Kota Kendari, bahwa”
“Staf atau tenaga medis yang kami tempatkan pada bagian vaksinasi
serta logistik vaksin telah kami pilih berdasarkan keahlian dan latar
belakang pendidikannya. Mereka yang bekerja pada bagian ini harus
memahami bagaimana penyaluran logistik, penyimpanan serta pencatatan
jumlah vaksin yang ada” (Hasil Wawancara 20 April 2021)
Namun sangat disayangkan, ketersediaan fasilitas penunjang lain
seperti jejarng laboratorium khusus untuk pemeriksaan specimen COVID-
19 di Kota Kendari belum memadai. Hal ini bertolak belakang dengan teori
yang dikemukakan oleh Edward III tentang implementasi kebijakan.
Menurutnya, fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam
implementasi kebijakan. Implementor mungkin memiliki staf yang
mencukupi, mengerti apa yang harus dilakukan dan memiliki wewenang
untuk melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung
(sarana dan prasarana) maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan
berhasil.
c. Disposisi (Sikap Pelaksana)
Disposisi yaitu bagaimana komitmen dan respon pelaksana kebijakan
dalam menjalankan peraturan. Apabila aparat pelaksana memiliki disposisi

Open Access at: http://ojs.uho.ac.id/index.php/pamarenda/index 61


PAMARENDA : Public Administration and Government Journal

yang baik, maka aparat tersebut akan dapat menjalankan kebijakan dengan
baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Sebaliknya jika
sikap dan perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses
implementasi kebijakan juga akan menjadi tidak efektif. Dalam hal ini,
pemerintah Kota Kendari melalui Dinas Kesehatan menekankan kepada
para tenaga meddis untuk tidak hanya berfokus pada penanganan pasien
yang terkonfirmasi positif saja melainkan fokus utamanya adalah keluarga
pasien yang melakukan kontak erat dengan pasien.
Selain sikap pelaksana kebijakan tersebut, variabel dalam disposisi
yaitu pemberian instensif kepada pelaksana kebijakan dari pembuat
kebijakan. Walikota Kendari memberikan apresiasi kepada seluruh jajaran
atau staf yang telah bekerja keras dalam menekan angka positif COVID-19
melalui Dinas Kesehatan yang bekerjasama dengan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan dengan memberikan asuransi jiwa
kepada seluruh jajaran yang tergabung dalam Satuan Gugus Tugas (Satgas)
Percepatan Penanganan COVID-19 di Kota Kendari.
d. Struktur Birokrasi
Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak
orang. Ketika struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang
tersedia, maka hal ini akan menyebabkan sumber daya menjadi tidak
efektif dan menghambat jalannya kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana
suatu kebijakan harus dapat mendukung kebjakan yang telah diputuskan
secara politik dengan menjalankan koordinasi dengan baik.
Para implementor dalam mengimplementasikan kebijakan selalu
berpatokan pada Standard Operating Procedures (SOPs) yang sesuai
dengan standar yang ditetapkan atau standar minimum yang dibutuhkan.
hal ini menunjukkan bahwa struktur birokrasi berjalan sesuai dengan yang
diharapkan dalam menunjang keberhasilan suatu kebijakan (Edward III
dalam Winarno, 2008).
Dari penjelasan di atas, dapat dipastikan bahwa fragmentasi
kebijakan atau pembagian tanggungjawab untuk sebuah bidang kebijakan
di antara unit-unit organisasional yang terbagi antara beberapa instasi
seperti BPBD serta Satpol PP Kota Kendari berjalan sesuai dengan
kehendak perintah yang diberikan serta sesuai dengan standar atau kaidah
dari implementasi kebijakan COVID-19 di Kota Kendari.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap Implementasi


Kebijakan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Kota Kendari serta

Open Access at: http://ojs.uho.ac.id/index.php/pamarenda/index 62


PAMARENDA : Public Administration and Government Journal

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Corona Virus


Disease 2019 (COVID-19) di Kota Kendari, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa keempat instansi yang telibat dalam implementasi kebijakan
COVID-19 di Kota Kendari telah menerapkan model implementasi
kebijakan yang dikemukakan oleh Putra (2003) dan Edward III dalam
Winarno (2008). Dinas Kesehatan, Badan Penanggulan Bencana Daerah
(BPBD), serta Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Kendari dalam
menjalankan kebijakan Peraturan Walikota (Perwali) Kendari Nomor 28
Tahun 2020 tentang Pengelolaan Dana Belanja Tidak Terduga dalam
Rangka Pencegahan dan Penanganan Corona Virus Disease 2019 telah
melaksanakan seluruh tugas dengan strategi pencegahan dan penanganan
secara baik dengan memperhatikan variabel keberhasilan implementasi
kebijakan. Perlunya regulasi atau kebijakan yang lebih mendalam dan
serius terkait dengan segala fasilitas yang dibutuhkan dalam menangani
COVID-19, serta perlunya kerjasama yang baik antar birokrat sangat
diperlukan guna berjalan mulusnya implementasi kebijakan.

Referensi
Cascella, M., Rajnik, M., Aleem, A., Dulebohn, S., & Di Napoli, R. (2021).
Features, evaluation, and treatment of coronavirus (COVID-
19). StatPearls.
Ellion Pranita, (2020) Diumumkan Awal Maret, Ahli Virus: Corona Masuk
Indonesia dari Januari. diakses dari
https://www.kompas.com/sains/read/2020/05/11/130600623/diumu
mkan-awal-maret-ahli--virus-corona-masuk-indonesia-dari-
januari.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 612/Menkes/SK/V/2010 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Karantina Kesehatan Pada
Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang
Meresahkan Dunia
Keputusan Presiden Nomor 7 dan 9 tahun 2020 tentang Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Covid-19
Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana
Nasional Non Alam Penyebaran COVID-19 sebagai Bencana
Nasional
Panduan Protokol Nomor 443.1/1624/2020 tentang Penerapan Protokol
Kesehatan Pencegahan Penyebaran COVID-19 di
Mall/Swalayan/Toko

Open Access at: http://ojs.uho.ac.id/index.php/pamarenda/index 63


PAMARENDA : Public Administration and Government Journal

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman


Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 tentang
kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dalam Rangka
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
Peraturan Walikota (Perwali) Kendari Nomor 47 Tahun 2020 tentang
Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan
sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease
2019.
Putra, Fadillah. (2003). Paradigma Kritis Dalam Studi Kebijakan Publik.
Yogyakarta Pustaka Pelajar.
Surat Edaran Walikota Kendari Nomor: 443.1/1233/2020 tentang
Melakukan Total Aktivitas di Dalam Rumah Selama Tiga Hari (10-
12 April 2020) dalam Rangka Memutus Mata Rantai Penyebaran
Corona Virus Disease (COVID-19) di Kota Kendari.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan
Walean, M., Lengkong, F. D., & Londa, V. (2020). Implementasi Kebijakan
Penanganan Covid 19 di Desa Sea Tumpengan Kecamatan Pineleng
Kabupaten Minahasa. Jurnal Administrasi Publik, 6(96).
Winarno, Budi. (2008). Kebijakan Publik; Teori dan Proses. Yogyakarta. Media
Presindo.

Open Access at: http://ojs.uho.ac.id/index.php/pamarenda/index 64

Anda mungkin juga menyukai