Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis dan memahami implementasi kebijakan
penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Kota Kendari serta mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan pemerintah Kota Kendari
terkait penanganan tersebut. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Informan penelitian ditentukan secara purposive sampling sebanyak 4 (empat) orang.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Data yang telah dikumpulkan dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa implementasi kebijakan menurut Putra (2003) telah dilakukan oleh pelaksana
kebijakan yaitu dengan penjabaran kebijakan ke dalam aktivitas pelaksanaan,
pembentukan unit organisasi baru, pengalokasian sumber untuk mencapai tujuan serta
koordinasi aparat terkait kebijakan. Adapun model implementasi menurut Edward III
(2008) yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi (sikap pelaksana) serta struktur birokrasi
pada instansi pemerintahan Kota Kendari dalam mengimplementasikan kebijakan sudah
tepat walaupun masih ada beberapa kekurangan dan kendala.
Kata kunci : Implementasi, Kebijakan, Covid, Pemerintah
Abstract
The purpose of this study is to analyze and understand the Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) policy implementation in Kendari City and to find out the factors that
influence the implementation of Kendari City government policies regarding the handling
of Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). This type of research is descriptive qualitative
research. The research informants were determined by purposive sampling as many as 4
(four) people. Data was collected by using observation, interview, and documentation
methods. The data that has been collected was analyzed qualitatively. The results show
that the implementation of policies according to Putra (2003) has been carried out by policy
implementers, namely by elaborating policies into implementation activities, forming new
organizational units, allocating resources to achieve goals and coordinating officials
related to policies. The implementation model according to Edward III (2008) is
communication, resources, disposition (executive attitude) and bureaucratic structure in
Kendari City government agencies in implementing policies that are appropriate although
there are still some shortcomings and constraints.
Keywords : Implementation, Policy, Covid, Government.
Pendahuluan
agar segala aktivitas hanya dilakukan di tempat saja. Tamu yang datang
tidak diperbolehkan masuk, adapun yang memiliki kepentingan
diwajibkan untuk melapor. Selain itu, pelaksanaan karantina wilayah
tersebut dapat dilihat pada sebagian pasar yang belum atau tidak
melakukan aktivitas jual beli guna mematuhi Surat Edaran Walikota.
Menanggapi Surat Edaran Walikota terkait larangan untuk
beraktivitas di luar rumah selama tiga hari, Kepala Pusat Data Informasi
dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB), Agus Wibowo menyebut bahwa keputusan Walikota Kendari
tidak efektif. Menurut Agus, pemberlakuan masa karantina wilayah harus
dilaksanakan minimal 14 hari sesuai dengan anjuran Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia dan Satuan Gugus Tugas Penanganan
COVID-19. Hal ini menjadi perdebatan antara pemerintah kota dengan
Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Kota Kendari (Berutu,
detikNews,2020).
Selain Surat Edaran Nomor 443.1/1233/2020 tersebut, masih ada
beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kota Kendari dalam
upaya menekan angka penyebaran COVID-19 di antaranya Peraturan
Walikota (Perwali) Kendari Nomor 47 Tahun 2020 yang memuat tentang
Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan sebagai
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019. Selain
itu, ada juga Panduan Protokol yang dikeluarkan oleh pemerintah Kota
Kendari Nomor 443.1/1624/2020 tentang Penerapan Protokol Kesehatan
Pencegahan Penyebaran COVID-19 di Mall/Swalayan/Toko yang mengatur
tentang tata cara berbelanja pada masa pandemi dengan tetap
memperhatikan protokol kesehatan bagi pembeli serta panduan kepada
pemilik mall/swalayan/toko untuk memperhatikan para pembeli yang
tidak menerapkan protokol kesehatan.
Melihat dari pro dan kontra yang terjadi antara pemerintah Kota
Kendari dengan Badan Penanggulangan Bencana Nasional Kota Kendari,
penerapan Peraturan Walikota (Perwali) Kendari Nomor 47 tersebut di atas
serta banyaknya peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah Kota Kendari, maka dengan ini penulis ingin melakukan
penelitian terkait dengan Implementasi Kebijakan Corona Virus Disease
2019 (COVID-19) di Kota Kendari serta melihat faktor apa saja yang
menjadi penghambat pengimplementasian kebijakan tersebut.
Berhasilnya suatu implementasi kebijakan menurut Putra (2003)
ditentukan oleh empat variabel penentu yaitu; penjabaran kebijakan ke
dalam aktivitas pelaksanaan, pembentukan organisasi baru, pengalokasian
Metode
yang baik, maka aparat tersebut akan dapat menjalankan kebijakan dengan
baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Sebaliknya jika
sikap dan perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses
implementasi kebijakan juga akan menjadi tidak efektif. Dalam hal ini,
pemerintah Kota Kendari melalui Dinas Kesehatan menekankan kepada
para tenaga meddis untuk tidak hanya berfokus pada penanganan pasien
yang terkonfirmasi positif saja melainkan fokus utamanya adalah keluarga
pasien yang melakukan kontak erat dengan pasien.
Selain sikap pelaksana kebijakan tersebut, variabel dalam disposisi
yaitu pemberian instensif kepada pelaksana kebijakan dari pembuat
kebijakan. Walikota Kendari memberikan apresiasi kepada seluruh jajaran
atau staf yang telah bekerja keras dalam menekan angka positif COVID-19
melalui Dinas Kesehatan yang bekerjasama dengan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan dengan memberikan asuransi jiwa
kepada seluruh jajaran yang tergabung dalam Satuan Gugus Tugas (Satgas)
Percepatan Penanganan COVID-19 di Kota Kendari.
d. Struktur Birokrasi
Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak
orang. Ketika struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang
tersedia, maka hal ini akan menyebabkan sumber daya menjadi tidak
efektif dan menghambat jalannya kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana
suatu kebijakan harus dapat mendukung kebjakan yang telah diputuskan
secara politik dengan menjalankan koordinasi dengan baik.
Para implementor dalam mengimplementasikan kebijakan selalu
berpatokan pada Standard Operating Procedures (SOPs) yang sesuai
dengan standar yang ditetapkan atau standar minimum yang dibutuhkan.
hal ini menunjukkan bahwa struktur birokrasi berjalan sesuai dengan yang
diharapkan dalam menunjang keberhasilan suatu kebijakan (Edward III
dalam Winarno, 2008).
Dari penjelasan di atas, dapat dipastikan bahwa fragmentasi
kebijakan atau pembagian tanggungjawab untuk sebuah bidang kebijakan
di antara unit-unit organisasional yang terbagi antara beberapa instasi
seperti BPBD serta Satpol PP Kota Kendari berjalan sesuai dengan
kehendak perintah yang diberikan serta sesuai dengan standar atau kaidah
dari implementasi kebijakan COVID-19 di Kota Kendari.
Kesimpulan
Referensi
Cascella, M., Rajnik, M., Aleem, A., Dulebohn, S., & Di Napoli, R. (2021).
Features, evaluation, and treatment of coronavirus (COVID-
19). StatPearls.
Ellion Pranita, (2020) Diumumkan Awal Maret, Ahli Virus: Corona Masuk
Indonesia dari Januari. diakses dari
https://www.kompas.com/sains/read/2020/05/11/130600623/diumu
mkan-awal-maret-ahli--virus-corona-masuk-indonesia-dari-
januari.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 612/Menkes/SK/V/2010 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Karantina Kesehatan Pada
Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang
Meresahkan Dunia
Keputusan Presiden Nomor 7 dan 9 tahun 2020 tentang Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Covid-19
Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana
Nasional Non Alam Penyebaran COVID-19 sebagai Bencana
Nasional
Panduan Protokol Nomor 443.1/1624/2020 tentang Penerapan Protokol
Kesehatan Pencegahan Penyebaran COVID-19 di
Mall/Swalayan/Toko