Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PROTOKOL KESEHATAN UPAYA

PENCEGAHAN COVID-19 DI PUSKESMAS ANDALAS KOTA PADANG

Oleh

MELSHA ELVIRA CANDRA

171211286

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah kelompok virus yang bisa

menyebabkan penyakit, baik itu pada manusia maupun pada hewan, pada manusia

bisa menyebabkan infeksi saluran pernafasan mulai dari flu biasa sampai penyakit

serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan syndroma pernafasan

akut berat/ Severe Acute Respiratory Syndroma (SARS) (Handayani et al., 2020).

Covid-19 merupakan penyakit pertama yang ditemukan di Wuhan Tiongkok pada

bulan Desember 2019. Komisi Kesehatan Nasional (NHC) Republic Rakyat

Tiongkok kemudian mengumumkan hal itu dengan Corona Virus Nove, sekarang

bernama Covid-19 yang menjadi pandemi di dunia pada saat sekarang (Pratywi,

2021). Pada 11 februari 2020, WHO secara resmi menyebut penyakit yang dipicu

oleh 2019-nCoV dikenal sebagai Coronavirus Study Group (CSG) dari International

Committe on Taxonomy of Virus menyebut 2019-nCoV sebagai Severe Acute

Respiratory Syndrome 2 (SARS-CoV-2) (Kedokteran et al., 2021)

Menurut data dari World Health Organization (WHO) 2020 terpapar Covid-19 di

Dunia tersebar di 216 negara dan di wilayah, dengan total kasus 14.765.256 jiwa.

Angka ini setiap harinya terus bertambah. Amerika Serikat merupakan negara

tertinggi positif Covid-19 dengan total kasus 3.805.524 jiwa. Data terupdate pada
tanggal 15 Juni 2021, terpapar Covid-19 di Dunia tersebar di 103 negara dan wilayah,

dengan total kasus 83.626.585 jiwa, meninggal dunia dengan total kasus 2.094136.

Menurut WHO, Amerika tetap menjadi wilayah yang paling terdampak Covid-19,

dengan total 39.835.210 kasus terkonfirmasi dan 925.289 kasus kematian, diikuti oleh

Eropa di mana 29.251.917 kasus terkonfirmasi dan 634.670 kasus kematian telah

diaporkan (WHO, 2021).

Berdasarkan di Indonesia angka kejadian Covid-19 sebanyak 93.657 orang

dengan jumlah penduduk 269.603.400 jiwa, berada pada urutan 24 dari 216 negara di

dunia yang terinfeksi Covid-19. Sampai dengan tanggal 29 april 2021 kementrian

kesehatan melaporkan 1.662.868 kasus konfirmasi covid-19 dengan 45.334 kasus

meninggal. Data terkini pada tanggal 15 Juni 2021 angka kejadian Covid-19 dengan

total 1.927.708 jiwa, dengan total sembuh 1.757.641 jiwa, dan total meninggal 53.280

jiwa (Kemenkes, 2021).

Berdasarkan juru bicara gugus tugas percepatan penanganan Covid-2019 Sumatra

Barat, Jasman Rizal mengatakan warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak

894 orang. Data terbaru Covid-19 pada tanggal 15 Juni 2021 dengan total kasus

terkonfirmasi Covid-19 48.093 jiwa, dengan total meninggal 1098 jiwa. (Dinkes

Sumbar, 2021). Sementara untuk kota padang data dari Dinas Kesehatan pada tanggal

29 April 2021 didapatkan data 17.534 kasus terkonfirmasi dengan 321 meninggal.

Data terkini Covid-19 kota Padang pada tanggal 15 Juni 2021 terkonfirmasi Covid-19

dengan total 21.377 jiwa, total meninggal 374 jiwa, dan sembuh 20.295 jiwa (DKK

Kota Padang, 2021).


COVID-19 menular melalui droplet, virus yang keluar bersama droplet akan

menempel dipermukaan benda atau adanya kontak erat dengan penderita. Virus

masuk melalui mukosa pada tubuh seperti mata, hidung, atau mulut. Droplet yang

keluar dari tubuh manusia seperti batuk, bersin, dapat menempel dengan benda

berjarak satu meter (Doremalen, Van & Mariz, 2020) selain itu, penularan melalui

kontak tidak langsung juga dapat terjadi, yaitu saat menyentuh benda atau permukaan

yang sudah terkontaminasi oleh virus kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut

tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Pedoman terbaru WHO mengatakan bahwa

transmisi virus SARS-COV-2 dapat menular melalui udara (airborne) saat berada di

tempat yang ramai dengan sirkulasi udara yang buruk (WHO, 2020).

Upaya pencegahan penyebaran Covid-19 yang dapat dilakukan yaitu, mencuci

tangan secara teratur, memakai masker saat keluar rumah, menjanga jarak minimal

satu meter dengan orang lain, menerapkan etika batuk dan bersin, membatasi

interaksi atau kontak dengan orang lain, serta menerapkan pola hidup bersih dan

sehat. Perilaku tersebut sangat penting untuk diterapkan selama pandemi COVID-19

guna mengurangi resiko infeksi (Wu et al, 2020; Kemenkes RI, 2020). Dilihat dari

situasi penyebaran covid-19 yang sudah hampir menjangkau seluruh wilayah provinsi

di Indonesia dengan jumlah kasus dan/atau jumlah kematian semakin meningkat dan

berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan,

serta kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Peningkatan jumlah penderita secara

signifikan ini dikaitkan dengan perilaku ketidakpatuhan atau ketidakdisiplinan


masyarakat terhadap protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19

(Pratywi, 2021).

Masa pandemi masyarakat dituntut untuk mematuhi protokol kesehatan sebagai

upaya untuk mencegah penularan covid-19. Adapun protokol kesehatan yang

dimaksud adalah melalui pola hidup sehat dan perilaku hidup yang bersih,

pengukuran suhu tubuh ( skrining ) penggunaan masker, menjaga jarak ( physical

distancing ), menghindari kerumunan, merubah kebiasaan yang berhubungan dengan

physical seperti berjabat tangan, sering mencuci tangan dengan sabun, serta

menyemprotkan desinfeksi, memperhatikan etika batuk, dan karantina mandiri

(Hafandi & Ariyanti, 2020). Kementrian Kesehatan ( 2020 ) mengungkapkan bahwa

penambahan kasus hari per hari menggambarkan bahwa kepatuhan terhadap protokol

kesehatan masih belum optimal ( rendah ) dilaksanakan oleh masyarakat (Kementrian

Kesehatan RI, 2020).

Menurut Kozier (2010) kepatuhan adalah perilaku sesuai anjuran terapi dan

kesehatan dan dapat dimulai dari tindak mengindahkan setiap aspek anjuran hingga

mematuhi rencana. Kepatuhan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

perilaku masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan. Menurut Kozier (2010)

kepatuhan adalah perilaku perilaku sesuai anjuran terapi dan kesehatan dan dapat

dimulai dari tindak mengindahkan setiap aspek anjuran sehingga mematuhi rencana.

Menurut Smeth dan Rosa (2018) mengatakan bahwa kepatuhan (Compliance)

merupakan suatu bentuk perilaku ketaatan seseorang terhadap tujuan yang telah

ditetapkan. Ketidakpatuhan adalah kondisi ketika individu atau kelompok


berkeinginan untuk patuh, tetapi ada sejumlah faktor yang menghambat kepatuhan

terhadap saran tentang kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan (Hafandi &

Ariyanti, 2020).

Hasil penelitian terhadap 163 responden diketahui bahwa 89,6% masyarakat

memiliki kepatuhan yang tinggi terhadap protokol kesehatan Covid-19. Penelitian

yang dilakukan oleh Felix dkk (2021) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan Covid-19 didapatkan hasil dari

penelitian ini 235 orang (59,8%) yang tidak patuh terhadap protokol kesehatan

pencegahan Covid-19 dari 393 responden. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Novi

Afrianti dkk (2021), didapatkan 163 responden diketahui bahwa 89,6% masyarakat

memiiki kepatuhan yang tinggi terhadap protokol kesehatan covid-19. Hal ini

didukung oleh penelitian Sari, Nabila, dan Atiqoh (2020) dimana terdapat 74,19%

masyarakat memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi dalam penggunaan masker

(Novi, 2021).

Perilaku masyarakat tentang sarana kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap,

kepercayaan dan tradisi yang bersangkutan. Perilaku kepatuhan pasien dalam

pengobatan dapat dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain pengetahuan, kepercayaan,

keyakinan, sikap, dan ketersediaan sarana kesehatan (Felix, 2021). Masyarakat yang

tidak patuh terhadap protokol kesehatan salah satunya tidak tersedianya sarana

kesehatan. Ketersediaan sarana atau fasilitas merupakan faktor yang penting terhadap

perilaku seseorang. Meskipun fasilitas cuci tangan tersedia, terkadang tidak semua
masyarakat mau mencuci tangan. Penyebabnya antara lain westafel cuci tangan

berada di tempat umum yang tidak strategis (Felix, 2021) .

Banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepatuhan seseorang, dimana

Kozier (2010) menyatakan bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain motivasi, tingkat perubahan gaya yang dibutuhkan, persepsi keparahan masalah

kesehatan, pengetahuan, budaya dan tingkat kepuasan serta kuaitas pelayanan

kesehatan yang diterima (Novi, 2021). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

tergantung pada banyak faktor, termasuk pengetahuan, motivasi, persepsi dan

keyakinan terhadap upaya pengontrolan dan pencegahan penyakit, variabel

lingkungan, kualitas instruksi kesehatan, dan kemampuan mengakses sumber yang

ada (Mariz, 2020).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ayu Naningsi, Nani Yuniar, Ramadhan

Tosepu, dan Suhadi tentang “Analisis Determinan Kepatuhan Masyarakat Dalam

Penerapan Kebijakan 3M( Memakai Masker, Mencuci Tangan, dan Menjaga Jarak)

untuk pencegahan COVID-19 di kota Kendari” berdasarkan hasil penelitian di

peroleh data dari 399 respoden, terdapat dari 327 respoden ( 100% ) yang memiiki

pengetahuan baik, terdapat lebih banyak responden yang memiliki kepatuhan

masyarakat dalam menerapkan kebijakan 3M ( memakai masker, mencuci tangan dan

menjaga jarak ) patuh dengan jumlah 245 responden ( 74,9% ) dari pada responden

yang memiliki kepatuhan masyarakat dalam penerapan kebijakan 3M ( memakai

masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak ) yang tidak patuh dengan jumlah 82

responden ( 25,1% ). Dari 72 responden (100%) yang memiliki pengetahuan kurang


baik, terdapat responden yang memiliki kepatuhan dalam penerapan kebijakan 3M

( memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak ) patuh dengan jumlah 32

responden ( 44,4% ) dan responden yang memiliki kepatuhan dalam penerapan

kebijakan 3M ( memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak ) tidak patuh 40

( 55,6% ). Hal ini terbukti pada hasil penelitian dimana mayoritas masyarakat yang

memiliki pengetahuan baik lebih patuh terhadap protokol kesehatan Covid-19 (Ilmiah

& Kesehatan, 2020).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Felik dkk (2021) menunjukkan bahwa dari

235 orang masyarakat yang tidak patuh terdapat 132 orang (33,6%) memiliki

pengetahuan kurang. Berdasarkan hasil analisis antara pengetahuan dengan kepatuhan

terhadap protokol kesehatan pencengahan COVID-19 diperoleh nilai p<0,05

(p=0,030) (Felix, 2021). Penelitian yang dilakukan oleh Novi Afrianti (2021)

didapatkan hasil penelitian terhadap 163 responden diketahui bahwa 74,2%

masyarakat memiliki pengetahuan tinggi terhadap protokol kesehatan. Tingkat

pengetahuan yang tinggi ini didukung dengan tingkat pendidikan sebagian besar

responden yang berada pada kategori pendidikan tinggi (75,5%), namun responden

yang memiliki tingkat pendidikan rendah juga belum tentu memiliki pengetahuan

yang rendah terkait covid-19 dikarenakan banyaknya media-media promosi

kesehatan yang semakin fokus memberikan pengetahuan bagi masyarakat terkait

penyakit covid-19 beserta pencegahan dan pengobatannya (Noviafrianti, 2021).


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini peneliti

membuat rumusan masalah sebagai berikut”apakah terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan tentang COVID-19 dengan kepatuhan protokol

kesehatan untuk pencegahan penyebaran Covid-19 pada pasien yang berkunjung ke

puskesmas Andalas Padang”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan Covid-19 dengan

Kepatuhan protokol kesehatan untuk pencegahan penyebaran Covid-19

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi kepatuhan protokol kesehatan untuk

pencegahan penyebaran Covid-19

b. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan masyarakat tentang Covid-

19

c. Diketahui hubungan pengetahuan masyarakat dengan kepatuhan

protokol kesehatan untuk pencegahan penyebaran Covid-19

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pelayanan kesehatan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, sumber

pengetahuan dan usaha untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat

tentang Covid-19 dan kepatuhan masyarakat dengan protokol kesehatan.

2. Bagi Instusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan ilmu

pendidikan serta pengalaman belajar bagi peneliti dam mengaplikasikan

ilmu yang didapatkan dalam mata pelajaran metodologi keperawatan,

peneliti dapat mempraktekkan secara langsung teknik pengumpuan data,

pengolahan, dan menganalisa serta menginformasikan data yang

ditemukan diapangan tentang hubungan pengetahuan masyarakat tentang

Covid-19 dengan Kepatuhan masyarakat dengan protoko kesehatan untuk

pencegahan penyebaran Covid-19

3. Bagi penelitian selanjutnya

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya

sehingga dapat mengembangkan penelitian dan menghubungkan

pengetahuan masyarakat tentang Covid-19 dengan kepatuhan prokol

kesehatan untuk pencegahan penyebaran Covid-19


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP COVID-19

1. Defenisi

Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul

dan tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga

Coronavidae. Struktur Coronavirus membentuk struktur seperti kubus

dengan protein S berlokasi di permukaan virus. Protein S atau spike

protein merupakan salah satu protein antigen utama virus dan merupakan

struktus utama untuk penelitian dalam gen. Protein S ini berperan dalam

penempelan dan masuknya virus kedalam sel host (interaksi protein S

dengan reseptornya di sel inang) (Willy, 2021).

Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang dapat

menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan, sedang sampai berat.

Kebanyakan orang yang terinfeksi virus COVID-19 akan mengalami

penyakit pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan

perawatan khusus. Coronavirus adalah virus RNA denggn ukuran partikel

120-160 nm. Virus ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk

diantaranya adalah kelelawar dan unta. Sebelum terjadinya wabah

COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia,

yaitu alphacoronavirus 229E, alphacoronavirus NL63, betacoronavirus

OC43, betacoronavirus HKU1, Severe Acute Respiratory Illness


Cornavirus (SARS-CoV), dan Middle East Respiratory Syndrome

Coronavirus (MERS-CoV) (Kemenkes, 2020).

2. Penyebab

Dalam diagnosis awal dari Rencana Perawatan Penyakit Virus Corona

2019 (yang disusun Pemerintah China), deskripsi etiologi COVID-19

didasarkan pada pemahaman sifat fisikokimia dari penemuan virus corona

sebelumnya. Dari penelitian lanjutan, edisi kedua pedoman tersebut

menambahkan “coronavirus tidak dapat dinonaktifkan secara efektif oleh

chlorhexidine”, juga kemudian defenisi baru ditambahkan dalam ed isi

keempat, “nCoV-19 adalah genus b, dengan envelope, bentuk bulat dan

sering berbentuk pleomorfik, dan berdiameter 60-140 nm. Karakteristik

genetiknya jelas berbeda dari SARSr-CoV dan MERSr-CoV. Homologi

antara nCoV-2019 dan bat-SL-CoVZC45 lebih dari 85%. Ketika dikultur

in vitro, nCoV-2019 dapat ditemukan dalam sel epitel pernapasan manusia

setelah 96 jam, sementara itu membutuhkan sekitar 6 hari untuk

mengisolasi dan membiakkan VeroE6 dan jaringan sel Huh-7”, serta

“corona virus sensitif terhadap sinar ultraviolet” (Dewi et al., 2020).

CoV adalah virus RNA positif dengan penampilan seperti mahkota di

bawah mikroskop elektron (corona adalah istilah latin untuk mahkota)

karena adanya lonjakan glikoprotein pada amplop. Subfamili

Orthocoronavirinae dari keluarga Coronaviridae (orde Nidovirales)


digolongkan ke dalam empat gen CoV: Alphacoronavirus (alphaCoV),

Betacoronavirus (betaCoV), Deltacoronavirus (deltaCoV), dan

Gammacoronavirus (GammaCoV). Selanjutnya, genus betaCoV

membelah menjadi lima sub-genera atau garis keturunan 10. Karakteristik

genom telah menunjukkan bahwa mungkin kelelawar dan tikus adalah

sumber gen alphaCoV dan betaCoV. Sebaliknya, spesies burung

tampaknya mewakili sumber gen deltaCoV dan gammaCoVs. Anggota

keluarga besar virus ini dapat menyebebkan penyakit pernapasan, enterik,

hati, dan neurologis pada berbagai spesies hewan, termasuk unta, sapi,

kucing, dan kelelawar (Dewi et al., 2020).

3. Patofisiologi

Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan.

Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan

kemampuannya menyebebkan penyakit berat pada hewan seperti babi,

sapi, kuda, kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotic

yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan

liar dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vektor untuk penyakit

menular tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan

host yang biasa ditemukan untuk coronavirus. Coronavirus pada

kelelawar merupakan sumber utama untuk kejadian Severe Acute

Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome

(MERS). Secara umum, alur Coronavirus dari hewan ke manusia dan dari
manusia ke manusia melalui transmisi kontak, transmisi droplet, rute feses

dan oral(Willy, 2021).

Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran nafas atas kemudian

bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya).

Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi

peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh

beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa

inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari (Willy, 2021).

Infeksi oleh SARS-CoV-2 dapat terjadi melalui partikel yang dihirup

sekecil aerosol (berukuran kurang dari 5 µm dalam ukuran;dengan cepat

ditarik ketanah oleh gravitasi atau, ketika dihirup, sebegian besar disimpan

di ringga hidung), atau dengan inokulasi langsung epitel pernapasan

(yaitu, menyentuh permukaan dengan virus hidup dan kemudian

menyentuh wajah seseorang) ). Faktanya, infeksi SARS-CoV-2 melalui

rute okular diduga terjadi melalui drainase air mata yang sarat virus ke

dalam rongga hidung melalui saluran nasolakrimal (Gengler et al., 2021).

4. Manifestasi Klinis

Penyakit Covid-19 dapat bermanifestasi sebagai infeksi tanpa gejala

atau pneumonia ringan hingga berat. Wabah penyakit Covid-19

menyebabkan kematian dan morbiditas yang signifikan di Tiongkok

dibandingkan dengan negara-negara lain. Tingginya insiden dari Covid-19

di Cina dan penyebarannya ke bagian ain di dunia, meskipun telah

melakukan tindakan karantina yang ketat, kemungkinan WHO


menyatakan pandemi Covid-19 ini tidak dapat dikesampingkan (Willy,

2021).

Covid-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom

pernapasan akut coronavirus 2 (severe acute respiratory syndrome

coronavirus 2 atau SARS-CoV-2). Virus ini merupakan keluarga besar

corona virus yang dapat menyerang hewan. Ketika menyerang manusia,

Coronavirus biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernafasan,

seperti flu, MERS (Midde East Respiratory Syndrome), dan SARS (Severe

Acute Respiratory Syndrome). Covid-19 sejak ditemukan menyebar secara

luas hingga menyebabkan pandemi global yang berlangsung sampai saat

ini. Gejala Covid-19 umumnya berupa demam 38ᵒC, batuk kering, dan

sesak nafas serta dampak paling buruk untuk manusia ialah kematian

(Mariz, 2020).

Covid-19 menunjukkan gejala infeksi saluran pernafasan yang akan

memicu munculnya pneumonia (infeksi saluran pernafasan yang mengenai

jaringan paru di paru-paru). Individu yang ridak menggunakan masker,

tidak menjaga jarak,tidak mencuci tangan, usia tua dan memiliki penyakit

lain yang menyertai (hipertensi, diabetes melitus) menjadi individu yang

rentan terkena Covid-19. Gejala awal yaitu panas badan, disertai batuk

kering hingga akhirnya jatuh ke dalam keadaan sesak yang lama-kelamaan

mengalami Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) atau gagal

nafas hingga meninggal. Gejalanya begitu cepat tergantung dari tingkat

imunitas penderita (Ramadhan, 2020).


Covid-19 memiliki masa inkubasi rata-rata 5,2 hari. Infeksinya akut

tanpa status karier apapun. Gejala biasanya dimulai dengan sindrom

nonspesifik, termasuk demam, batuk kering, dan kelelahan. Beberapa

sistem mungkin terlibat, termasuk pernapasan (batuk, napas pendek, sakit

tenggorokan, rinore, hemoptisis, dan nyeri dada), dan neurologis (sakit

kepala atau kebingungan). Tanda gejala yang lebih umum adalah demam

(83%-98%), batuk (76%-82%), dan sesak napas (31%-55%). Setelah

timbulnya penyakit, terjadi gejala ringan dan waktu rata-rata untuk masuk

rumah sakit pertama kali adalah 7 hari. Pasien dengan penyakit fatal

mengembangkan ARDS dan memburuk dalam waktu singkat dan

meninggal karena kegagalan beberapa organ (Willy, 2021).

Hal yang harus dilakukan dalam pencegahan virus menurut

(Kementerian Dalam Negri, 2020) yaitu melakukan kebersihan tangan

menggunakan hand sanitizer atau dengan menggunakan sabun,

menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut, terapkan etika batuk

atau bersin dengan menutup hidung dan mulut dengan lengan atas bagian

dalam atau menggunakan tisu, lalu buanglah tisu ketempat sampah,

pakailah masker medis jika memiliki gejala pernapasan dan melakukan

kebersihan tangan setelah membuang masker, menjaga jarak (minimal 1

M) dari orang yang mengalami gejala gangguan pernapasan (Ramadhan,

2020).

5. Komplikasi
Pasien dengan gejala yang ringan akan sembuh dalam waktu kurang

lebih 1 minggu, sementara pasien dengan gejala yang parah akan

mengalami gagal napas progresif karena virus telah merusak aveolar dan

akan menyebabka kematian. Kasus kematian terbanyak adalah pasien usia

lanjut dengan penyakit bawaan seperti kardiovaskular, hipertensi, diabetes

mellitus, dan parkinson. Seperempat pasien yang dirawat di rumah sakit

Wuhan memiliki komplikasi serius berupa aritmia, syok, cedera ginja akut

dan acute respiratory distress syndrome (ARDS) (Levani et al., 2021).

Komplikasi yang dapat terjadi :

1. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

 Gejala respirasi memburuk dalam satu minggu klinis diketahui

 Foto dada (X-ray; CT Scan;atau USG paru): opasitas bilateral,

tidak sepenuhnya oleh efusi, lobar atau kolaps paru, atau nodul

 Asal edema: gagal napas tidak sepenuhnya oleh gagal jantung

atau overoad cairan. Perlu penilaian objektif seperti

echocardiography

2. Sepsis

 Dewasa : disfungsi organ disebabkan disregulasi respon tubuh

terhadap infeksi (Score SOFA). Tanda organ disfungsi:

perubahan status mental; susah napas atau napas cepat, saturasi

oksigen rendah, kulit mottling, hasil lab: koagulopati,

trombositipenia, asidosis, tinggi laktat atau hyperbilirubinemia


 Anak : curiga infeksi atau terbukti infeksi yang salah satunya

suhu abnormal atau leukosit abnormal

3. Syok sepsis

 Dewasa : persisten hipotensi walaupun sudah dilakukan

resusitasi cairan, membutuhkan vasopressor untuk

mempertahankan MAP ≥ 65 mmHg dan serum laktat > 2

mmol/L

 Anak : hipotensi atau 2-3 dari berikut : perubahan status mental

atau bradikardi atau CRT meningkat; vasodilatasi hangat

dengan nadi bounding; takipnea; kulit mottling atau petekie

atau purpura; peningkatan laktat; oliguria; hiper; atau

hipotermia (PDPI, 2020).

6. Penatalaksanaan

Hingga saat ini, belum ada obat yang spesifik dan vaksin untuk pasien

Covid-19. Penanganan yang dapat dilakukan adalah pemberian obat

simptomatik, pemasangan oksigenasi, dan menjaga tanda-tanda vital agar

tetap normal. Saat ini WHO dan beberapa negara sedang melaksanakan uji

klinis untuk menemukan obat yang cocok untuk Covid-19, uji trial ini

bernama SOLIDARITY. Uji ini terdapat 4 kelompok, yaitu kelompok

LPV/r dan Interferon-beta (IFN-beta), remdesivir, serta CLQ dan HCQ.


Dibawah ini adalah beberapa obat yang dianggap mampu menangani

Covid-19:

a. Remdesivir (RDV)

Remdesivir adalah antivirus spektrum luas yang akhir-akhir ini

telah efektif digunakan pada virus RNA seperti SARS-CoV dan

MERS. Pada kasus pertama novel coronavirus disease 2019 di

Amerika Serikat yang memberikan remdesivir untuk penggunaan

antivirus pada hari ke-11, mengakibatkan penurunan viral load

pada nasofaring dan orofaring, serta kondisi klinis pasien

membaik.

b. Klorokuin (CLQ) dan Hidroksiklorokuin (HCQ)

Klorokuin adalah obat autoimun dan obat antimalaria. Obat ini

dapat menghambat pH endosomal serta mengganggu glikosilasi

seluler reseptor SARS-CoV. Selain itu, klorokuin mempunyai

aktivitas permodulasi imun yang dapat meningkatkan efek

antivirus in vivo. Klorokuin didistribusikan di seluruh tubuh

termasuk paru-paru.

c. Ritonavir dan Lopinavir (LPV/r)

Lopinavir dan ritonavir memiliki kemampuan inhibisi replikasi,

bukan mensupresi jumlah virusnya. Namun Cao B dkk tahun

(2020) melakukan penelitian pada 199 kasus mengenai kelompok

dengan pemberian ritonavir dan lopinavir dengan kelompok


perawatan yang standar. Didapatkan hasil bahwa angka kematian

kelompok pemberian ritonavir dan lopinavir setelah 28 hari lebih

rendah dibandingkan perlakuan kelompok perawatan standar.

d. Interferon- α (IFN- α)

SARS-CoV dan MERS-CoV dapat mengganggu jalur persinyalan

interferon, misal protein Orf6 SARS-CoV mengganggu

transportasi karyopherin sehingga akan menghambat pada inti

transkripsi (STAT1). Begitu pula protein Orf3b pada SARS-CoV

menghambat fosforilasi IRF3 yang mengaktivasi interferon.

Menurut buku diagnosis dan tatalaksana Covid-19 di Indonesia

yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Peru Indonesia (PDPI)

tahun 2020, tatalaksana untuk pasien coronavirus disease 2019

dibagi menjadi tatalaksana orang tanpa gejala (OTG), orang

dengan gejala ringan, sedang, dan berat, adapun penjelasan dari

ketiganya sebagai berikut:

1. Orang Tanpa Gejala (OTG)

Untuk orang tanpa gejala, isolasi mandiri dirumah selama

14 hari dan dipantau oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat

Primer (FKTP) melalui telepon. Jika terdapat penyakit

penyerta (komorbid), lanjutkan mengonsumsi obat-obatan

yang telah rutin dikonsumsi. Jika obat rutin pasien adalah

Angiotensin Reseptor Blocker dan Ace-inhibitor , harap


berkonsultasipada dokter spesialis dalam dan dokter

spesialis jantung.

2. Orang dengan gejala ringan

Untuk pasien dengan gejala ringan, melakukan isolasi

mandiri dirumah selama 14 hari dan ditangani serta

dikontrol oleh FKTP (puskesmas) selama 14 hari sebagai

pasien rawat jalan. Untuk pilihan terapi yang dapat

digunakan pada orang gejala ringan yaitu:

a) Minum multivitamin berupa vitamin C,B,E, dan

Zink

b) Vitamin C tablet isap 500 mg per 12 jam oral

selama 30 hari

c) Klorokuin fosfat 500 mg per 12 jam oral untuk lima

hari / Hidroksiklorokuin (sediaan 200 mg) 400 mg

per 24 jam per oral dalam 5 hari

d) Azitromisin 500 mg per 24 jam per oral untuk 5

hari alternatif menggunakan levofloxacin 750 mg

per 24 jam selama 5 hari

e) Simptomatik bila demam beri paracetamol

f) Antivirus berupa oseltamivir 75 mg per 12 jam per

oral atau favipiravir 600 mg per 12 jam per oral

dalam waktu 5 hari

3. Orang dengan gejala sedang


Harus dirunjuk ke rumah sakit rujukan Covid-19 dan

diisolasi selama 14 hari. Untuk pilihan terapi yang dapat

digunakan pada orang gejala sedang yaitu:

a. Konsumsi vitamin C 200-400 mg per 8 jam (100 cc

NaCL 0,9%) habis 1 jam (drip intravena).

b. Klorokuin fosfat 500 mg per 12 jam oral selama 5-7

hari / Hidroksiklorukuin (sediaan 200mg) sebanyak

400 mg per 24 jam per oral dalam 5-7 hari

c. Azitromisin 500 mg per 24 jam per intravena atau

peroral dalam 5-7 hari alternative menggunakan

levofloxacin 750 mg per 24 jam per intravena atau

peroral dalam waktu 5-7 hari

d. Simtomatis bila demam beri paracetamol

e. Antivirus berupa oseltamivir 75 mg per 12 jam oral

atau favipiravir (sediaaan 200 mg) dengan loading

dose 1600 mg per 12 jam per oral pada hari pertama

dan dilanjutkan 2x600 mg pada hari ke 2-5

4. Orang dengan gejala berat

Harus isolasi diri di rumah sakit rujukan serta dirawat

secara kohorting (ruang isolasi). Untuk pilihan terapi yang

digunakan pada orang dengan gejala berat adalah:

a) Klorokuin fosfat 500 mg per 12 jam per oral pada

hari ke 1-3 selanjutnya 250 mg per 12 jam per oral


pada hari ke 4-10 atau hidroksiklorokuin 400 mg

per 24 jam per oral dalam 5 hari dan control EKG

setiap 3 hari sekali

b) Azitromisin 500 mg per 24 jam dalam 5 hari atau

levofloxacin 750 mg per 24 jam per iv dalam 5 hari

c) Jika terjadi sepsis, pemberian antibiotik disesuaikan

dengan kondisi klinisnya serta fokus pada infeksi

dan faktor risiko pasien

d) Antivirus menggunakan oseltamivir 75 mg per 12

jam per oral atau favipiravir (sediaan 200 mg)

dengan loading dose 1600 mg per 12 jam per oral

pada hari pertama dan dilanjutkan dengan 2x 600

mg pada hari ke 2-5

e) Konsumsi vitamin C dosis 200-400 mg per 8 jam

(100 cc NaCl 0,9%) dan habis dalam waktu 1 jam

(drip intravena)

f) Vitamin B1 1 ampul per 24 per iv

g) Hydroxycortison 100 mg per 24 jam per iv pada 3

hari pertama

h) Meneruskan obat-obatan penyakit penyerta

(komorbid) dan obat komplikasi (jika terjadi

komplikasi).
B. KEPATUHAN MASYARAKAT

1. Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata “obedience” dalam bahasa Inggris. Makna

dari obedience adalah mematuhi. Dengan demikian, kepatuhan dapat

diartikan patuh dengan perintah atau aturan. Kepatuhan berasal dari kata

patuh. Menurut Hartono, kepatuhan adalah perubahan sikap dan tingkah

laku seseorang untuk mengikuti permintaan atau perintah orang lain.

Kepatuhan merupakan kecendrungan dan kerelaan seseorang untuk

memenuhi dan menerima permintaan, baik yang berasal dari seseorang

pemimpin atau yang bersifat mutlak sebagai sebuah tata tertib atau

perintah (Ramadhan, 2017).

Yunita dan Erna menjelaskan bahwa kepatuhan merupakan

serangkaian perilaku seseorang dalam melaksanakan atau mentaati tata

tertib yang berlaku atas dasar rasa hormat dan kesadaran diri sendiri.

Melihat pengertian kepatuhan tersebut, maka di dalam kepatuhan terdapat

unsur-unsur sebagai berikut:

a. Menerima norma/nilai-nilai. Seseorang dikatakan patuh apabila

yang bersangkutan menerima baik kehadiran norma-norma/nilai-

nilai dari suatu peraturan meskipun peraturan tertulis.

b. Penerapan norma-norma/nilai-nilai itu dalam kehidupan seseorang

dikatakan patuh jika norma/nilai-nilai dari suatu peraturan

diwujudkan dalam perbuatan, bila norma atau nilai itu

dilaksanakannya maka dapat dikatakan bahwa ia patuh.


Kepatuhan dibagi dalam tiga bentuk perilaku yaitu:

a. Konformitas (conformity) yaitu masyarakat mengubah sikap dan

tingkah lakunya agar sesuai dengan cara melakukan tindakan yang

sesuai dan diterima dengan tuntutan sosial.

b. Penerimaan (compliance) yaitu masyarakat melakukan sesuatu atas

permintaan orang lain yang diakui otoritasnya.

c. Ketaatan (obedience) yaitu masyarakat melakukan tingkahlaku

atas perintah orang lain. Seseorang mentaati dan mematuhi

permintaan orang lain untuk melakukan tingkah laku karena ada

unsur power.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Masyarakat

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diantaranya

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengar,

pencium, rasa raba. Sebagai besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga.

b. Motivasi

Motivasi adalah keinginan dalam diri seseorang yang mendorongnya

untuk berperilaku. Semakin baik motivasi maka semakin baik pula


kondisi internal manusia seperti keinginan dan harapan yang

mendorong individu untuk berperilaku agar mencapai tujuan yang

dikehendakinya.

c. Dukungan keluarga

Upaya yang dilakukan dengan mengikutkan peran serta

keluarga adalah sebagai faktor dasar penting yang ada dalam

membantu mewujudkan dan menaati peraturan yang ada. Thomas

Blass dalam wacana pada eksperimen yang dilakukan oleh Milgram

menguraikan bahwa ada tiga hal yang nantinya bisa mempengaruhi

tingkat kepatuhan seseorang.

Faktor-faktor ini ada yang bisa berpengaruh pada setiap keadaan

namun ada juga berpengaruh pada situasi yang bersifat kuat dan

ambigu saja

a. Kepribadian adalah faktor internal yang dimiliki masing-masing

individu dalam masyarakat. Faktor ini akan berperan kuat

memperngaruhi intensitas kepatuhan ketika berada pada situasi

yang lemah dan pilihan-pilihan yang ambigu dan mengandung

banyak hal. Faktor tergantung pada dimanakah individu tumbuh

dan peranan pendidikan yang ditrima.

b. Kepercayaan, suatu perilaku yang ditampilkan masyarakat

kebanyakan berdasarkan keyakinan yang dianut. Sikap loyalitas

pada keyakinannya akan mempengaruhi pengambilan

keputusannya. Masyarakat akan lebih mudah mematuhi norma


sosial yang didoktrinkan oleh kepercayaan yang dianut. Perilaku

patuh berdasarkan kepercayaan juga disebabkan adanya

penghargaan dan hukuman yang berat pada kehidupan setelah

mati.

c. Lingkungan, nilai-nilai yang tumbuh dalam suatu lingkungan

nantinya juga akan mempengaruhi proses internalisasi yang

dilakukan masyarakat. Lingkungan yang kondisif dan komunikatif

akan mampu membuat masyarakat beajar tentang arti suatu norma

sosial dan kemudian menginternalisasikan dalam dirinya dan

ditampilkan lewat perilaku. Lingkungan yang cenderung otoriter

akan membuat masyarakat mengalami proses internalisasi dengan

keterpaksaan (Nurhidayati & Yuliastanti, 2021).

3. Aspek-Aspek Kepatuhan Masyarakat

Persoalan kepatuhan dalam realitasnya ditentukan oleh tiga aspek, yaitu:

a. Pemegang Otoritas

Status yang tinggi dari figur yang memiliki otoritas memberikan

pengaruh penting terhadap perilaku terhadap perilaku keoatuhan pada

masyarakat.

b. Kondisi yang terjadi

Terbatasnya peluang untuk tidak patuh dan meningkatnya situasi yang

menuntut kepatuhan.

c. Orang yang mematuhi


Kesadaran masyarakat untuk mematuhi peraturan karena ia

mengetahui bahwa hal itu benar dan penting untuk dilakukan.

C. Protokol Kesehatan

1. Prinsip Umum Protokol Kesehatan

Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai penularan

Covid-19 agar tidak menimbulkan sumber penularan baru/cluster pada

tempat-tempat dimana terjadinya pergerakan orang, interaksi antar

manusia dan berkumpulnya banyak orang. Masyarakat harus dapat

beraktivitas kembali dalam situasi pandemi Covid-19 dengan beradaptasi

pada kebiasaan baru yang lebih sehat, lebih bersih, dan lebih taat, yang

dilaksanakan oleh seluruh komponen yang ada di masyarakat serta

memberdayakan semua sumber daya yang ada. Peran masyarakat untuk

memutus mata rantai penularan Covid-19 (risiko tertular dan menular)

harus dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan. Protokol

kesehatan secara umum memuat (Kemenkes RI, 2020) :

1. Perlindungan kesehatan Individu

Penularan Covid-19 terjadi melaui droplet yang dapat menginfeksi

manusia dengan masuknya droplet yang menganding virus SARS-

CoV-2 ke dalam tubuh melalui hidung, mulut, dan mata. Prinsip

pencegahan penularan Covud-19 pada individu dilakukan dengan

menghindari masuknya virus melalui ketiga pintu masuk tersebut

dengan beberapa tindakan, seperti:


a. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi

hidung dan mulut hingga dagu, jika keluar rumah atau berinteraksi

dengan orang lain yang tidak diketahui status kesehatannya.

b. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai

sabun dengan air mengalir atau menggunakan cairan antiseptik

berbasis alkohol/handsanitizer. Selalu menghindari menyentuh

mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang tidak bersih (yang

mungkin terkontaminasi droplet yang mengandung virus).

c. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk

menghindari terkena droplet dari orang yang bicara, batuk, atau

bersin, serta menghindari kerumuan, keramaian dan berdesakan.

Jika tidak memungkinkan melakukan jaga jarak maka dapat

dilakukan berbagai rekayasa administrasi dapat berupa

pembatasan jumlah orang, pengaturan jadwal, dan sebagainya.

Sedangkan rekayasa teknis antara lain dapat berupa pembuatan

partisi, pengaturan jalur masuk dan keluar dan lain sebagainya.

d. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti mengkonsumsi gizi

seimbang, aktivitas fisik minimal 30 menit sehari dan istirahat

yang cukup (minimal 7 jam), serta menghindari faktor resiko

penyakit. Orang yang memiliki komorbiditas/penyakit

penyerta/kondisi rentan seperti diabetes, hipertensi, gangguan paru,

gangguan jantung, gangguan ginjal, kondisi


immunocompromised/penyakit autoimun, kehamilan, lanjut usia,

anak-anak, dan lain-lain, harus lebih berhati-hati dalam

beraktivitas ditempat dan fasilitas umum.

2. Perlindungan Kesehatan Masyarakat

Perlindungan kesehatan masyarakat merupakan upaya yang harus

dilakukan oleh semua komponen yang ada dimasyarakat guna

mencegah dan mengendalikan penularan Covid-19. Potensi penularan

Covid-19 di tempat dan fasilitas umum disebabkan adanya pergerakan,

kerumuan, dan interaksi orang yang dapat menimbulkan kontak fisik.

Dalam perlindugan kesehatan masyarakat peran pengelola,

penyelenggara, atau penanggung jawab tempat dan fasilitas umum

sangat penting untuk menerapkan sebagai berikut (Kemenkes RI,

2020):

a. Unsur pencegahan (prevent)

 Kegiatan promosi kesehatan (promote) dilakukan melalui

sosialisasi, edukasi, dan pengguanaan berbagai media

informasi untuk memberikan pengertian dan pemahaman bagi

semua orang, serta keteladanan dari pimpinan, tokoh

masyarakat, dan melalui media mainstream.

 Kegiatan perlindungan (protect) antara lain dilakukan melalui

penyediaan sarana cuci tangan pakai sabun yang mudah

diakses dan memenuhi standar atau penyediaan handsanitizer,


upaya penapisan kesehatan orang yang akan masuk ke tempat

dan fasilitas umum, ppengaturan jaga jarak, disinfeksi terhadap

permukaan, ruangan, dan peralatan secara berkala, serta

penegakkan kedisiplinan pada perilaku masyarakat yang

beresiko dalam penularan dan tertularnya Covid-19 seperti

berkerumunan, tidak menggunakan masker, merokok di tempat

umum dan fasilitas umum dan ain sebagainya.

b. Unsur penemuan kasus (detect)

 Fasilitasi dalam deteksi dini untuk mengantisipasi penyebaran

Covid-19, yang dapat dilakukan melalui berkoordinasi dengan

dinas kesehatan setempat atau fasilitas pelayanan kesehatan.

 Melakukan pemantauan kondisi kesehatan (gejala demam,

batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas) terhadap

semua orang yang ada di tempat dan fasilitas umum.

c. Unsur penanganan secara cepat dan efektif (respond) melakukan

penanganan untuk mencegah terjadinya penyebaran yang lebih

luas, antara lain berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat

atau fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan pelacakan

kontak erat, pemeriksaan rapid test, serta penanganan ain sesuai

kebutuhan.
D. Pengetahuan

1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (overt behavior). Notoatmodjo mengungkapkan pendapat

Rogers bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru)

di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni (1)

kesadaran (awareness); (2) ketertarikan (interest); (3) pertimbangan

(evaluation), (4) percobaan (trial), dimana subjek mulai mencoba

melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus; dan

(5) adopsi (adoption) dimana subjek telah berperilaku sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Nurhidayati &

Yuliastanti, 2021).

Menurut Notoatmodjo (2010), terdapat beberapa sumber

pengetahuan,yaitu:

a. Pengetahuan wahyu (revealed knowledge) Manusia memperoleh

pengetahuan dan kebenaran atas dasar wahyu yang diberikan tuhan

kepada manusia. Pengetahuan wahyu bersifat eksternal, yang artinya

berasal dari luar manusia.


b. Pengetahuan intuitif (intuitive knowledge) Pengetahuan intuitif

diperoleh manusia dari dalam dirinya sendiri, pada saat ia menghayati

sesuatu. Intuisi merupakan metode untuk memperoleh pengetahuan

tidak berdasarkan penalaran rasio, pengalaman, dan pengamatan indra.

c. Pengetahuan rasional (rasional knowledge) Pengetahuan rasional

merupakan pengetahuan yang diperoleh dari latihan rasio atau akal

semata tanpa observasi terhadap peristiwa-peristiwa aktual.

d. Pengetahuan empiris (empirical knowledge) Pengetahuan empiris

diperoleh atas bukti pengindraan dengan penglihatan, pendengaran,

dan sentuhan-sentuhan indera lainnya, sehingga memiliki konsep

dunia di sekitar kita.

e. Pengetahuan otoritas (authoritative knowledge) Pengetahuan otoritas

merupakan pengetahuan yang diperoleh dari sumber yang berwibawa,

berwenang dan memiliki hak di lapangan (Nurhidayati & Yuliastanti,

2021)

2. Tingkat Pengetahuan

Secara garis besar pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif

dibagi atas 6 tingkatan, yaitu:

a. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Yang termasuk pengetahuan ini adalah bahan

yang dipelajari / rangsang yang diterima.

b. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan suatu

materi yang diketahui secara benar serta dapat

menginterpretasikannya. Orang yang telah paham terhadap suatu objek

atau materi harus dapat menyebutkan dan menjelaskan.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

sebenarnya (riil). Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata-kata kerja.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk menjelaskan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Bisa diartikan juga sebagai kemampuan untuk menyusun

formasi baru dari formasi-formasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melaksanakan penelitian terhadap suatu obyek. Penelitian ini

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada (Nurhidayati & Yuliastanti, 2021).


3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

a. Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga

terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.

b. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber insormasi yang lebih banyak akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

c. Budaya

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi

kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.

d. Pengalaman

Suatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan

tentang sesuatu yang bersifat informal (Mariz, 2020).


DAFTAR PUSTAKA

Nurhidayati, N., & Yuliastanti, T. (2021). Jurnal Kebidanan HUBUNGAN


PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN MASYARAKAT MENERAPKAN 3 M
( MEMAKAI MASKER , MENJAGA JARAK DAN MENCUCI TANGAN ) DALAM
UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN PENDAHULUAN COVID-19

Kepatuhan, D., Menerapkan, D., Kesehatan, P., Masa, D. I., & Normal, N. E. W.
(2020). HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 12 No . 2 November 2020 HOSPITAL
MAJAPAHIT. 12(2), 134–142.

Levani, Prastya, & Mawaddatunnadila. (2021). Coronavirus Disease 2019 (COVID-


19): Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Pilihan Terapi. Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan, 17(1), 44–57.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK/article/view/6340

PDPI. (2020). Panduan Praktik Klinis: Pneumonia COVID-19. Journal of the


American Pharmacists Association, 55(5), 1–67.

Dewi, R., Widowati, R., Indrayani, T., Yue, C., Liu, C., Wang, J. J., Zhang, M., Wu,
H., Li, C., Yang, X. X., Mira Rizkia, M., Siregar, R. N., Aritonang, J., Anita, S.,
Wahyudi, I., Bahri, S., Handayani, P., Purwaningsih, H., Kahyaoglu Sut, H., …
Rusmawati, 2020. (2020). PENGARUH PARTUM DI BIDAN PRAKTIK
MANDIRI Diajukan sebagai syarat untuk mencapai Sarjana Terapan Kebidanan.
Jurnal Kesehatan, 4(2), Kemenkes. (2020). Selama Social Distancing. Pedoma.

Willy. (2021). Hubungan Pengetahuan, Persepsi, dan Sikap Masyarakat Dengan


Perilaku Pencegahan Wabah Virus Corona. Skripsi.

Ramadhan, M. (2017). Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. 1–113.

Mariz, N. (2020). Hubungan Pengetahuan Tentang Covid-19 Dengan Kepatuhan


Upaya Pencegahan (Pemakaian Masker, Mencuci Tangan, Dan Physical
Distancing) Pada Masyarakat Kota Palembang. Skripsi,

Hafandi, Z., & Ariyanti, R. (2020). Hubungan Pengetahuan tentang Covid-19 dengan

Kepatuhan Physical Distancing di Tarakan. Jurnal Kebidanan Mutiara

Mahakam, 8(2), 102–111. https://doi.org/10.36998/jkmm.v8i2.102


Rahma, Y. (2021). Gambaran Tingkat Kecemasan Perawat yang Mempunyai Lansia

di Masa Pandemi COVID-19 di RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun 2020.

Journal of Nursing Andalas University, 1–98.

Kedokteran, F., & Sriwijaya, U. (2021). Persepsi Tentang Covid-19 Terhadap.

Mariz, N. (2020). Hubungan Pengetahuan Tentang Covid-19 Dengan Kepatuhan

Upaya Pencegahan (Pemakaian Masker, Mencuci Tangan, Dan Physical

Distancing) Pada Masyarakat Kota Palembang. Skripsi, 3.

Yanti, N. P. E. D., Nugraha, I. M. A. D. P., Wisnawa, G. A., Agustina, N. P. D., &

Diantari, N. P. A. (2020). Public Knowledge about Covid-19 and Public

Behavior During the Covid-19 Pandemic. Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(4), 491.

https://doi.org/10.26714/jkj.8.4.2020.491-504

Pratywi, J. (2021). Gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa universitas sumatera

utara terhadap pencegahan penyebaran covid-19 skripsi.

Nurul Aula, S. K. (2020). Peran Tokoh Agama Dalam Memutus Rantai Pandemi

Covid-19 Di Media Online Indonesia. Living Islam: Journal of Islamic

Discourses, 3(1), 125. https://doi.org/10.14421/lijid.v3i1.2224

Fakhlur. (2021). Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat Untuk Menjalankan 3

M ( Memakai Masker , Mencuci Tangan Dan Menjaga Jarak). Hermeneutika,


5(1), 138–140.

http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA/article/view/4914

Krisnaldly, dkk. (2020). Tridharma manajemen. Efisiensi Meningkatkan Barang

Habis Pakai Guna Meningkatkan Kas Dan Menejemen Keuangan Yang Baik,

1(2), 56–66.

Sari, R. P., & Utami, U. (2020). Hubungan Kecemasan dan Kepatuhan dalam

Pelaksanaan Protokol Kesehatan di Posyandu Malangjiwan Colomadu

Relationship of Anxiety to Compliance on The Implementation of Health

Protocols at Posyandu Malangjiwan Colomadu. Stethoscope, 1(2), 114–122.

Novi Afrianti, C. R. (2021). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Masyarakat Terhadap Protokol Kesehatan Covid-19. Jurnal Ilmiah STIKES

Kendal, 11(1), 113–124.

Handayani, D., Hadi, D. R., Isbaniah, F., Burhan, E., & Agustin, H. (2020). Corona
Virus Disease 2019. Jurnal Respirologi Indonesia, 40(2), 119–129.
https://doi.org/10.36497/jri.v40i2.101

Anda mungkin juga menyukai