Anda di halaman 1dari 8

Regulasi Pengadaan dan Distribusi Vaksin Covid-19 di Indonesia

Abstrak
Pandemi COVID-19 telah terjadi lebih dari satu tahun sejak ditetapkan oleh WHO
pada tanggal 11 Maret 2020. Menghadapi pandemi Covid-19, Pemerintah
melakukan berbagai upaya untuk dapat menghentikan penyebaran dan penularan
virus Covid-19. Upaya intervensi yang dilakukan tidak hanya melalui penerapan
protokol kesehatan tetapi juga diperlukan intervensi lainnya yaitu dengan adanya
penerapan vaksinasi. Untuk mewujudkannya adalah melalui upaya pengadaan
vaksin Covid-19 melalui prosedur pengadaan barang/jasa dalam penanganan
keadaan darurat. Tulisan ini memperlihatkan bahwa tata cara pelaksanaan
pengadaan vaksin Covid-19 berpedoman pada tata cara dan aturan pelaksanaan
pengadaan barang/jasa dalam penanganan keadaan darurat.

Pendahuluan
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) merupakan penyakit yang pertama
kali ditemukan di Kota Wuhan, China. Penularan Covid-19 di Republik Rakyat
China (RRC) terjadi pada tahun 2019 dan menyebabkan kematian terhadap warga
negara RRC. Kemudian pada tahun 2020, penyebarannya telah meluas hingga
seluruh dunia (Perbawa, 2021). Corona Virus Disease-2019 (COVID 19)
memberikan dampak yang cukup signifikan terutama dalam dunia kesehatan
terkait dengan wabah yang menyerang hampir diseluruh dunia. Word Health
Organization (WHO) menyatakan bahwa sumber utama dari virus ini berasal dari
hewan yang penularannya secara terbatas kepada manusia, dan menular atau
menyebar dari manusia ke manusia lainnya. Beberapa jenis coronavirus diketahui
menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia mulai dari batuk pilek hingga
yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS) (Chairunnisa M, 2021).
Indonesia adalah salah satu negara yang terinfeksi Covid-19. Hal ini
pertama kali diketahui pada tanggal 2 Maret 2020, di mana terdeteksi dua Warga
Negara Indonesia telah dinyatakan positif Covid-19. Covid-19 merupakan jenis
virus yang memiliki sifat penyebaran secara contagious, yaitu virus yang
menyebar secara cepat dalam sebuah jaringan (Mufidah L, 2021).
Sampai saat ini dalam situasi global per tanggal 23 Mei 2021 terdapat 166.346.635
kasus terkonfirmasi COVID 19 dan 3.449.117 kasus kematian karena COVID-19 (WHO,
2021) (Arina E, 2021). Sedangkan di Indonesia terkonfirmasi 1.482.559 kasus
positif, 125.279 kasus aktif, 1.317.199 sembuh setelah terkonfirmasi dan 40.081
meninggal karena terkonfirmasi (Saputra K, 2021).
Indonesia merupakan negara hukum yang mengandung konsekuensi bahwa
segala perbuatan yang dilakukan oleh warga negara dilandaskan pada hukum
positif, salah satunya terkait hak-hak warga negara. Salah satu hak dasar yang
termuat adalah terkait hak atas kesehatan yang tercantum pada Pasal 28H ayat (1)
UUD NRI 1945. Pasal tersebut menimbulkan kewajiban bagi pemerintah
Indonesia untuk mewujudkan lingkungan hidup yang sehat dan baik serta
menyediakan pelayanan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia (Hertianto M.R,
2021).
Saat ini relevansi jaminan dan penegakan terhadap hak kesehatan tersebut
diuji dengan adanya pandemi global Coronavirus Disease (Covid-19) yang
melanda seluruh negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Salah satu penanganan
yang disinyalir efektif dalam menghadapi Covid-19 adalah melalui
penyelenggaraan vaksinasi (Mufidah L, 2021). Upaya vaksinasi sebagai upaya
yang cukup efektif untuk mengurangi angka penularan mulai dilakukan di
Indonesia pada akhir tahun 2020 dan memasuki awal tahun 2021 (Ramdani D,
2021). Vaksin memberikan sistem kekebalan tubuh dengan mengenali dan melawan
virus yang ditargetkan. Setelah mendapatkan vaksinasi maka tubuh yang terpapar oleh
kuman/virus tersebut akan siap untuk memusnahkan dan mencegah timbulnya penyakit.
Dalam rangka pelaksanaan vaksinasi tersebut pemerintah telah menyusun
regulasi terkait pengadaan dan pelaksanaan vaksinasi yang dituangkan dalam
Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksinasi dan
Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) (selanjutnya disebut Perpres No. 99 Tahun 2020)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2021
(selanjutnya disebut Perpres No. 14 Tahun 2021) (Wulan D.N, 2020).
PEMBAHASAN
Awal tahun 2020, dunia digemparkan dengan adanya kemunculan virus
Corona atau Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Upaya vaksinasi sebagai
upaya yang cukup efektif untuk mengurangi angka penularan mulai dilakukan di
Indonesia pada akhir tahun 2020 dan memasuki awal tahun 2021 (yakni periode
bulan Desember 2020 – Maret 2022). Proses vaksinasi tersebut akan senantiasa
dilakukan sampai dengan tahun 2022 (yakni periode ketiga dan keempat) dengan
sasaran yang meluas diseluruh wilayah Indonesia (Naib, 2021).
Solusi pemerintah untuk menangani kasus tersebut yaitu dengan pembuatan
vaksin. Vaksin adalah produk biologis atau dibuat dari virus yang dilemahkan
yang membantu tubuh mengenali virus asli dan melatih sistem kekebalan tubuh
untuk melawannya. Mikroorganisme dalam vaksin bertindak sebagai antigen,
menghasilkan antibodi yang dapat merangsang sistem kekebalan tubuh untuk
melawan penyakit. Oleh karena itu, ketika tubuh terkena virus, dengan cepat
membuat antibodi untuk menyerang virus, yang menghancurkan atau
menetralisirnya (Septiana, 2020).
Bentuk perlindungan hukum preventif dalam pelaksanaan vaksinasi Covid-
19 dilakukan oleh pemerintah dengan membentuk peraturan perundang undangan
yang isinya mengatur secara detail mengenai ketentuan-ketentuan hukum dalam
pelaksanaan vaksinasi di Indonesia, guna mencegah terjadinya masalah yang
timbul di masyarakat yang berkaitan dengan efek samping dari vaksinasi Covid-
19, dalam hal ini Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 99 Tahun 2020 Tentang
Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Peraturan Presiden tersebut
telah mengalami dua kali perubahan, yakni pertama melalui Perpres Nomor 14
Tahun 2021, dan Perubahan Kedua melalui Perpres Nomor 50 Tahun 2021.
Bentuk Perlindungan Hukum Represif dapat dilihat dalam pasal 15 ayat (1)
Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dalam
Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 yang berbunyi
bahwa “kementrian kesehatan dan Badan pengawas obat dan makanan bersama
dengan pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daaerah kabupaten/ kota
melakukan pemantauan dan penanggulangan kejadian ikutan pasca vaksinasi
Covid-19”. Pada poin pertimbangan peraturan presiden tersebut dinyatakan bahwa
upaya vaksinasi adalah sebagai salah satu langkah percepatan pengadaan vaksin
dan penyelenggaraan vaksinasi membutuhkan langkah-langkah luar biasa
(extraordinary) dan pengaturan khusus untuk pengadaan dan pelaksanaannya
yang menunjukkan bahwa upaya vaksinasi ialah salah satu langkah yang memang
sangat vital sebagai salah satu upaya penanggulangan pandemi Covid-19. Dalam
Perpres Nomor 99 Tahun 2020, bahwa cakupan pelaksanaan pengadaan vaksin
dan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 meliputi :
a. pengadaan vaksin Covid-19;
b. pelaksanaan vaksinasi Covid-19;
c. pendanaan pengadaan vaksin Covid-19 dan pelaksanaan vaksinasi Covid-19,
dan
d. dukungan dan fasilitas kementerian, lembaga dan pemerintah daerah
(Ramdani D, 2021).
Berdasarkan Perpres Nomor 99 Tahun 2020, bahwa pelaksanaan pengadaan
vaksin Covid-19 meliputi penyediaan vaksin Covid-19 dan peralatan pendukung
dan logistik yang diperlukan serta distribusi vaksin sampai pada titik serah yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Untuk melaksanakan proses pengadaan vaksin
Covid -19, Menteri Kesehatan mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
16 Tahun 2021 Tentang Pelaksanaan Pengadaan Vaksin dalam Rangka
Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 19 (C0vid-19) (Ramdani D,
2021).
Untuk mempercepat pengembangan vaksin Covid-19 tersebut, Presiden juga
telah menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 18 Tahun 2020 tentang
Tim Nasional Percepatan Pengembangan Vaksin Covid-19 yang terdiri atas
pengarah, penanggung jawab, dan pelaksana harian, dimana dalam susunan
penanggung jawab tim tersebut Presiden menunjuk Menteri Riset dan Teknologi
atau Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional sebagai Ketua Tim Pengembangan
Vaksin Covid-19.
Ketentuan biaya untuk pelaksanaan pengadaan vaksin berdasar pada Pasal
22 Perpres Nomor 99 Tahun 2020. Dengan demikian, bahwa proses pengadaan
vaksin Covid-19 tergolong dalam proses pengadaan barang/jasa dalam
penanganan keadaan darurat sehingga terdapat mekanisme khusus dalam proses
pengadaannya (berdasarkan pada Pasal 91 ayat (1) huruf p Perpres Nomor 16
Tahun 2018 yang dipertegas dalam Peraturan LKPP Nomor 13 Tahun 2018
tentang Pengadaan Barang/Jasa Dalam Penanganan Keadaan Darurat). Dalam
pelaksanaan pengadaan vaksin Covid-19 berdasarkan Permenkes No. 16 Tahun
2021, proses pengawasan dilakukan oleh Menteri Kesehatan, Kepala Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Kepala Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan, dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing (Ramdani D, 2021).
Pengadaan vaksin Covid-19 di Indonesia berlangsung karena adanya
kerjasama internasional Kementrian Luar Negeri. Kementrian Kesehatan
bertanggung jawab atas pengadaan, jumlah dan jenis vaksin. Pengadaan semua
kegiatan pengadaan vaksin tersebut berasal dari pemerintah termasuk bea cukai
dan juga pajak untuk produk impor. Indonesia mulai mengadakan pembelian
vaksin secara impor pada kuartal I 2021 (Saputra K, 2021).
Pengaturan terhadap vaksin tersebut mengindikasikan bahwa Vaksin Covid-
19 yang akan didistribusikan berasal dari WHO. Sehingga, dapat dikatakan
Indonesia menunggu kedatangan vaksin dari organisasi dunia tersebut untuk
didistribusikan. Akan tetapi, Indonesia dapat membuat vaksin tersendiri untuk
diedarkan asalkan mendapat persetujuan dari WHO. Vaksin ditujukan kepada
setiap Warga Negara Indonesia baik yang berada diluar negeri maupun dalam
negeri, dikarenakan setiap Warga Negara Indonesia memiliki hak yang sama
terutama dalam perlindungan penyakit yang mematikan.
Dalam pengadaan vaksin yang dilakukan melalui penugasan kepada BUMN
serta penunjukan langsung kepada badan usaha penyedia. Pengadaan dapat
dilakukan melalui kerja sama dengan lembaga atau badan internasional.
Pemerintah yang telah menunjuk kepada PT Bio Farma (Persero) sebagai salah
satu badan usaha milik negara (BUMN) yang sudah dipercayai sebagai penyedia
vaksin Covid-19. Dalam Penugasan pengadaan vaksin ini harus melibatkan anak
perusahaan BUMN tersebut, yakni PT Kimia Farma Tbk dan PT Indofarma Tbk.
Dalam menjalani tugasnya, PT Bio Farma akan dilimpahkan alokasi Penyertaan
Modal Negara (PMN) oleh pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang sudah diatur. Lebih lanjut Kementerian Kesehatan sebagai otoritas
yang berwenang dalam pelaksanaan vaksinasi Covid-19 juga dapat bekerjasama
dengan kementerian/lembaga, pemda provinsi, pemda kabupaten/kota, BUMN
atau swasta, organisasi profesi/kemasyarakatan, dan pihak lainnya yang
dipandang perlu. Kerjasama yang dimaksud meliputi dukungan penyediaan tenaga
kesehatan, tempat vaksinasi, logistik/transportasi, gudang dan alat penyimpanan
vaksin termasuk buffer persediaan/stock piling, keamanan dan/atau sosialisasi dan
penggerakan masyarakat (Mufidah L dan Kukuh Tejomurti, 2021).
Jenis vaksin Covid-19 di Indonesia berdasarkan surat Kemenkes
HK.01.07/MENKES/9860/2020 tentang Penetapan Jenis Vaksin untuk Vaksinasi
Covid-19. Terdapat 6 jenis vaksin yaitu AstraZeneca (AstraZeneca),
ChinaNational Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer
dan BioNTech, dan Sinovac Biotech Ltd. Di Indonesia vaksin yang telah lolos
empat tahap pengembangan dan memasuki tahap kelima salah satunya adalah
Vaksin dari perusahaan China-Sinovac Biotech disebut dengan CoronaVac covid-
19 (Sinovac Life Sciences, Beijing, China) (Saputra K, 2021).
Dalam pendistribusian harus dilakukan pemilihan lokasi penempatan stok
vaksin, pengendalian inventari, personel yang dibutuhkan dan sistem distribusi.
Vaksin covid 19 harus disimpan pada suhu sejuk, dengan demikian teknologi
bebas resiko untuk tahap penyimpanan dan transportasi menjadi perhatian.
Gangguan logistik dapat terjadi akibat dari kelemahan infrastruktur yaitu
kurangnya pasokan listrik di daerah terpencil, kurangnya komponen cadangan
untuk memelihara penyimpanan dingin, kurangnya personel yang terampil dan
jumlah kendaraan pengiriman yang tidak mencukupi (Sorooshian S, 2022).
Hak kesehatan merupakan salah satu hak fundamental yang tercantum pada
pasal 28H ayat (1) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Sebagai implementasi dari Perpres 99/2020, pelaksanaan vaksinasi menjadi
intensi khusus yang terus digencarkan di tengah masa pandemi seperti sekarang.
Besar harapan vaksinasi dapat mempercepat pemulihan ekonomi dan kesehatan
nasional melalui pencegahan dan penguatan daya tahan tubuh masyarakat. Namun
itikad baik pelaksanaan vaksin nyatanya disalahgunakan oleh oknum-oknum tidak
bertanggung jawab yang hendak memperoleh keuntungan pribadi, sejumlah kasus
penyalahgunaan penyelenggaraan vaksinasi yang tidak sesuai dengan tujuan
aslinya banyak bermunculan seiring dengan gencarnya upaya pemerintah dalam
melaksanakannya (Hertianto M.R, 2021).

KESIMPULAN
Adanya kemunculan virus Corona atau Corona Virus Disease 2019 (Covid-19),
upaya vaksinansi mulai dilakukan di Indonesia. Pemerintah membentuk beberapa
peraturan perundang undangan yang isinya mengatur secara detail mengenai
ketentuan-ketentuan hukum dalam pelaksanaan vaksinasi di Indonesia, guna
mencegah terjadinya masalah yang timbul di masyarakat yang berkaitan dengan
efek samping dari vaksinasi Covid-19. Terdapat 6 jenis untuk vaksinasi di
Indonesia yaitu AstraZeneca (AstraZeneca), ChinaNational Pharmaceutical Group
Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer dan BioNTech, dan Sinovac Biotech
Ltd. Dengan adanya upaya vaksinasi ini dapat mempercepat pemulihan ekonomi
dan kesehatan nasional melalui pencegahan dan penguatan daya tahan tubuh
masyarakat
REFERENSI

Ramdani D, 2021. Tinjauan Yuridis terhadap Pengadaan Vaksin Covid-19


Sebagai Upaya Penanganan Keadaan Darurat di Indonesia. Religion
Education Social Laa Roiba Journal Volume 10 (hlm. 143-164).
Saputra K, dkk, 2021. Pengadaan Vaksin Covid-19 Triwulan I Tahun 2021 di
Indonesia: Persfektif Hukum Ekonomi Syariah. Religion Education Social
Laa Roiba Journal Volume 4.
Mufidah L dan Kukuh Tejomurti, 2021. Analisis Yuridis Pelaksanaan Pengadaan
Vaksin Dalam Penanganan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
Volume XX
Naib, 2021. Analisis Dan Dampak Kebijakan Pemerintah Dalam Penanggulangan
Covid-19 Melalui Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 Tentang
Pengadaan Vaksin Dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka
Penanggulangan Pandemi Covid-19. Pal Rev Journal Of Law Volume 4
(Halaman 191-204).
Septiana,Tiyas. (2021). Pengertian Vaksin dan Cara Kerja Terhadap Tubuh,
Diakses pada 10 November 2021 dari
https://kesehatan.kontan.co.id/news/pengertian-vaksin-dan-cara-kerjanya-
terhadap-tubuh.
Sorooshian S dkk, 2021. Pandangan Sistem terhadap Risiko Proyek Vaksinasi
Covid-19. Multidisciplinary Digital Publishing Institute volume 5.

Anda mungkin juga menyukai