Anda di halaman 1dari 14

NASKAH KARYA PERORANGAN

TEMA:
“PELAKSANAAN TUGAS POLRI GUNA
MENDUKUNG PENERAPAN PROTOKOL
KESEHATAN SELAMA PANDEMI COVID-19
DALAM RANGKA TERWUJUDNYA SITUASI
KAMTIBMAS YANG KONDUSIF”

JUDUL:
OPTIMALISASI SUMBER DAYA DITTIPIDUM
BARESKRIM POLRI DALAM PENANGANAN
PROSTITUSI GUNA MENDUKUNG
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA
MENERAPKAN PROTOKOL KESEHATAN
DALAM RANGKA TERCIPTANYA
KESELAMATAN RAKYAT

DISUSUN DAN DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN


SELEKSI SEKOLAH INSPEKTUR POLISI (SIP) DARI BINTARA KE PERWIRA
T.A. 2021 BERDASARKAN KEP KAPOLRI NOMOR: KEP /4/I/2021
TANGGAL 4 JANUARI 2021 TENTANG PENYELENGGARAAN SELEKSI
PENDIDIKAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI (SIP) ANGKATAN KE-5- T.A. 2021

1
2

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dinamika situasi keamanan dan ketertiban masyarakat yang
berkembang dewasa ini sangat dinamis dan bergantung pada
perkembangan sosial, budaya, ekonomi, politik yang terjadi di
lingkungan masyarakat. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia mengamanatkan kewajiban
Polri untuk melaksanakan pembinaan keamanan melalui pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,
perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat dengan
menjunjung tinggi hak azasi manusia.
Berpedoman pada tugas pokok Polri dan perkembangan situasi,
maka sangat diperlukan kepekaan dan ketanggapsegeraan dari setiap
personel Polri dalam melaksanakan peran dan fungsinya. Untuk
mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat yang kondusif,
setiap anggota Polri wajib melakukan identifikasi segala bentuk
ancaman yang berada di lingkungan tugasnya dan selanjutnya
mengetahui bagaimana cara untuk mengatasinya.
Kondisi di atas, diperparah lagi dalam situasi darurat kesehatan
belakangan ini akibat pandemi COVID-19, suka tidak suka semua
masyarakat harus mengikuti dan mematuhi berbagai aturan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka penyelamatan dari ancaman
Covid-19 yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan nyawa manusia.
Di tengah pandemi Covid-19 yang masih merajalela, praktik prostitusi
ternyata masih banyak berlangsung. Prostitusi memang sulit
dibendung meski dalam situasi pandemi Covid-19. Namun di masa
pandemi Covid-19, praktek prostitusi menjadi sangat berbahaya, yakni
berpotensi menjadi media penyebaran virus Covid-19.
Di DKI Jakarta yang merupakan etalase Indonesia, kasus positif
Covid-19 terus mengalami lonjakan signifikan. Kasus Covid-19 di DKI
Jakarta tercatat mengalami penambahan 3.474 kasus pada tanggal 31
Januari 2021. Dengan penambahan yang signifikan setiap harinya,
angka kumulatif kasus Covid-19 di DKI Jakarta mencapai 269.718
3

kasus. Diketahui, pemerintah pusat memutuskan menerapkan


Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Menindaklanjuti itu, Pemprov DKI melaksanakan pengetatan yang
sama dengan menarik rem darurat dengan kembali menerapkan PSBB
ketat pada 11 Januari 2021 hingga 25 Januari 2021. Namun dengan itu
pun, angka positif Covid-19 di DKI Jakarta tetap tinggi.
Untuk prostitusi online, Polri sudah memiliki tim khusus dalam
pelacakan yakni Cyber Crime Investigation Center (CCIC) Mabes Polri.
Sedangkan untuk praktek prostitusi manual, pada tingkat Mabes Polri
yang menjadi garda terdepan adalah Direktorat Tindak Pidana Umum
Bareskrim Polri melalui Unit I/Judi Susila Subdit III. Inilah yang
mendasari penulis menulis Naskah Karya Perorangan dengan judul
“Optimalisasi Sumber Daya Dittipidum Bareskrim Polri Dalam
Penanganan Prostitusi Guna Mendukung Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta Menerapkan Protokol Kesehatan Dalam Rangka
Terciptanya Keselamatan Rakyat.”

2. Permasalahan
Dari penjelasan latar belakang tersebut diatas, maka yang
menjadi permasalahan adalah “Bagaimana mengoptimalkan sumber
daya Dittipidum Bareskrim Polri dalam penanganan prostitusi guna
mendukung pemerintah provinsi dki jakarta menerapkan protokol
kesehatan dalam rangka terciptanya keselamatan rakyat.”

3. Pokok-pokok Persoalan
Adapun pokok-pokok persoalan yang diangkat sebagai berikut :
a. Bagaimana kompetensi personil yang dimiliki Unit I/Judi Susila
Dittipidum Bareskrim Polri dalam menanggulangi prostitusi ?
b. Bagaimana upaya penanggulangan kejahatan prostitusi yang
dilakukan oleh Unit I/Judi Susila Dittipidum Bareskrim Polri guna
menciptakan keselamatan rakyat di tengah pandemi Covid-19 ?
c. Bagaimana sinergitas antara Dittipidum Bareskrim Polri dengan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam penanggulangan
kejahatan prostitusi di tengah pandemi Covid-19 ?
4

4. Maksud dan Tujuan


a. Maksud
Untuk memberikan gambaran dan penjelasan tentang
kegiatan Unit I/Judi Susila Dittipidum Bareskrim Polri dalam
penanggulangan prostitusi beserta upaya untuk menciptakan
keselamatan rakyat di tengah pandemi Covid-19.
b. Tujuan
Penulisan Naskah Karya Perorangan (NKP) ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu syarat dalam seleksi Sekolah
Inspektur Polisi (SIP) Tahun Anggaran 2021 dan sekaligus
sebagai sumbangsih penulis bagi Polri pada umumnya dan
Dittipidum Bareskrim Polri pada khususnya dalam
mengoptimalkan penanggulangan prostitusi guna mewujudkan
keselamatan rakyat di tengah situasi pandemi Covid-19.

5. Metode dan Pendekatan


a. Metode
Metode dalam penulisan ini adalah melalui pengamatan
secara langsung serta studi kasus, sehingga diperoleh sebuah
analisis yang komprehensif.
b. Pendekatan
Pendekatan dalam penulisan NKP ini adalah melalui
pendekatan pengalaman empiris saat bertugas yaitu berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis selama
bertugas di Unit I/Judi Susila Dittipidum Bareskrim Polri.

6. Landasan Teori
Dalam penulisan NKP ini dibutuhkan teori-teori sebagai alat
analisis yang digunakan disesuaikan dengan pokok bahasan.
a. Teori Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi organisasi. Analisis ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(strengths) dan peluang (opportunities), namun secara
5

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan


ancaman (threats).

b. Teori Sumber Daya


Setiap oganisasi memerlukan sumber daya untuk mencapai
tujuannya. Sumber daya merupakan sumber energi, tenaga,
kekuatan (power) yang diperlukan untuk menciptakan daya,
aktivitas, kegiatan, dan tindakan. Sumber daya tersebut antara
lain terdiri atas sumber daya finansial, sumber daya manusia,
sumber daya ilmu pengetahuan, dan sumber daya teknologi.

BAB II
KONDISI FAKTUAL

1. Analisis Perkembangan Prostitusi DKI Jakarta di Masa Pandemi


Dalam situasi darurat kesehatan belakangan ini akibat pandemi
COVID-19, hampir semua orang menghadapi persoalan, tanpa
persiapan sebelumnya, mau tidak mau, suka tidak suka semua
masyarakat harus mengikuti dan mematuhi berbagai aturan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka penyelamatan dari ancaman
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang sangat berbahaya bagi
kesehatan dan nyawa manusia. Sayangnya, di tengah pandemi,
praktek prostitusi di DKI Jakarta sudah sangat memperihatinkan. Masih
banyak oknum yang dengan leluasa memasarkan perempuan-
perempuan yang bisa di ajak untuk melakukan hubungan seks,
tentunya dengan bandrol nominal rupiah tertentu. Padahal hiburan
malam dan prostitusi turut sebagai sarana penyebaran virus Covid-19.

2. Kondisi Kompetensi Personil Unit I/Judi Susila Subdit III


Dittipidum Bareskrim Polri
Kekuatan personil Unit I/Judi Susila Subdit III Dittipidum
Bareskrim Polri hanya berjumlah 19 orang ditambah 2 orang PNS. Bila
dibandingkan dengan jumlah perkara yang sedang ditangani pada
Januari 2021 sebanyak 188 perkara, tentulah kekuatan personil
sejumlah 19 orang tersebut sangat tidak memadai.
6

1. Pengetahuan (knowledge)
Disamping keterbatasan kuantitas, ternyata kompetensi
personel Unit I/Judi Susila Subdit III Dittipidum Bareskrim Polri
juga masih belum mencapai kondisi ideal, terlihat dari 19
personel, yang sudah menjalani Pendidikan kejuruan (dikjur)
reskrim adalah 11 personel dan dikjur khusus penyelidikan judi
Susila hanya 4 personel saja. Dengan masih banyaknya personel
yang belum memiliki pendidikan kejuruan reskrim maupun
pendidikan khusus judi susila, mengakibatkan ketidakmampuan
untuk mengembangkan taktik dan teknik penyelidikan.
2. Kemampuan (skill)
Kemampuan personil Unit I/Judi Susila Subdit III Dittipidum
Bareskrim Polri sebenarnya cukup memadai terlihat dari
penggerebekan dan pengungkapan prostitusi di karaoke Venesia
yang melanggar protokol kesehatan yang menjadi perhatian
publik pada Agustus 2020. Namun dalam kenyataan
pengungkapan prostitusi masih dihadapkan hambatan yakni :
1) Personil yang melakukan penyelidikan kesulitan untuk
mengembangkan cara bertindak, ini disebabkan minimnya
jaringan informasi, apalagi di tengah situasi pandemi.
2) Beberapa yang sudah pernah terungkap oleh penyidik,
menjadikan pengalaman bagi para pelaku lainnya sehingga
jaringan para pelaku ini sangat berhati-hati.
3. Sikap (attitude)
Masih ada personel yang memaklumkan tempat hiburan
malam dan praktek prostitusi tetap beroperasi di tengah pandemi
dengan ‘setoran’ sejumlah uang tertentu. Disamping itu, masih
ada anggapan bahwa perkara kesusilaan adalah perkara yang
tidak menarik dan tidak menantang.

3. Kondisi upaya penanggulangan prostitusi


Penanganan prostitusi online adalah persoalan yang rumit
karenan terkait aspek sosial, budaya, ekonomi, politik serta moral dan
agama. Upaya menanggulangi prostitusi, apabila hanya dengan
pendekatan moral dan agama tidak akan serta merta dapat
7

menyelesaikan masalah itu. Pemerintah bersama seluruh masyarakat


dituntut untuk menggunakan pendekatan sosial, budaya, ekonomi,
politik selain moral dan agama untuk mencari penyelesaian serta
menjawab persoalan prostitusi secara komprehensif.
Secara umum upaya penanggulan prostitusi yang dilakukan oleh
Unit I/Judi Susila Subdit III Dittipidum Bareskrim Polri dilakukan dengan
dua cara yakni preventif dan represif. Namun faktanya di lapangan,
setelah penyelidikan ditemukan peristiwa tersebut tidak ada langkah
tindak lanjut yang kongkrit. Selain itu, jika hasil penyelidikan
ditindaklanjuti, masih ada kendala yakni pengungkapan perkara
prostitusi dibutuhkan anggaran yang cukup besar, sementara perkara
lain yang ditangani oleh Unit I/Judi Susila Subdit III Dittipidum
Bareskrim Polri sangat banyak dan tidak sepenuhnya teranggarkan.

4. Sinergitas Dittipidum Bareskrim Polri dengan Pemda DKI Jakarta


Berkolaborasi dengan Satpol PP Provinsi DKI Jakarta melakukan
razia dan pengawasan terhadap tempat-tempat yang sering digunakan
transaksi seks seperti tempat hiburan malam, warnet, salon-salon,
panti pijat, kos-kosan, hotel dan apartemen. Namun sayangnya
kegiatan ini tidak dilaksanakan dengan berkesinambungan.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi


Dari berbagai substansi permasalahan yang telah dijelaskan
sebagaimana pada bab sebelumnya, maka selanjutnya akan dilakukan
analisis SWOT yaitu sebuah teori yang memberikan penilaian terhadap
kondisi organisasi berdasarkan kekuatan (strength), kelemahan
(weakness), peluang (opportunities) dan kendala (threat) yang ada.
• Faktor Internal
a. Kekuatan (strenght)
1) Adanya pedoman kerja dalam penyelenggaraan tugas
pokok Polri dibidang Reskrim baik berupa Perkap, SOP,
maupun kebijakan-kebijakan strategis lainnya.
2) Pendidikan kejuruan yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh
personel Polri untuk meningkatkan kemampuan teknis,
8

akademis maupun kepribadiannya akan menjadikan sosok


yang cerdas, kompeten, humanis dan modern.
3) Adanya prestasi yang menonjol personel Unit I/Judi Susila
Subdit III Dittipidum Bareskrim Polri dalam melakukan
pengungkapan perkara prostitusi.
4) Adanya peran dan kewenangan Polri yang sangat luas
sebagai aparat penegak hukum terhadap tindak pidana.
b. Kelemahan (weakness)
1) Masih adanya keterbatasan kuantitas sumber daya manusia
pada Unit I/Judi Susila Subdit III Dittipidum Bareskrim Polri.
2) Masih adanya sikap perilaku personel yang tidak baik
berdasarkan etika kepolisian.
3) Belum optimalnya penerapan tehnik penyelidikan maupun
penyidikan dalam upaya penanggulangan prostitusi.
4) Kurangnya koordinasi yang dilakukan oleh Dittipidum
Bareskrim Polri dengan Pemda DKI Jakarta.
• Faktor Eksternal
a. Peluang (opportunity)
1) Adanya harapan masyarakat terhadap Polri agar dapat
melakukan pemberantasan terhadap semua jenis penyakit
masyarakat di tengah pandemi termasuk prostitusi.
2) Semakin aktifnya kontrol masyarakat secara eksternal, baik
lembaga swadaya masyarakat, media massa dan sosial.
3) Adanya keterkaitan tugas antara Kepolisian dengan instansi
pemerintahan lainnya di daerah.
b. Ancaman (threat)
1) Kejahatan kesusilaan di pengaruhi oleh aspek kehidupan
dalam masyarakat seperti ekonomi, sosial budaya.
2) Kemiskinan, kondisi ini yang telah memaksa banyak pihak
untuk menjual moral misalnya karena jeratan hutang.
3) Keinginan cepat kaya (materialistic), selain faktor
kemiskinan juga adanya keinginan untuk dapat segera
memenuhi kebutuhan gaya hidup yang mewah.
4) Perkembangan tehnologi dan informasi melahirkan modus-
modus baru pelacuran atau prostitusi.
9

BAB III
KONDISI YANG DIHARAPKAN

1. Situasi Umum yang yang diharapkan


Diharapkan dapat dilakukan pencegahan secara komprehensif
oleh Polri, pemerintah dan seluruh steakholder yang terkait. Di tengah
situasi pandemi ini, seluruh elemen masyarakat dapat berkegiatan
positif dan saling mendukung dalam penanggulangan pandemi.
Masyarakat diharapkan dapat turut berperan besar sebagai mitra Polri
dan pemerintah untuk menciptakan keselamatan rakyat.

2. Kompetensi personil yang di harapkan


Kondisi ideal terhadap kompetensi personil Unit I/Judi Susila
Subdit III Dittipidum Bareskrim Polri dalam menanggulangi kejahatan
prostitusi diulas dengan menggunakan tiga aspek yang meliputi
pengetahuan (knowledge), kemampuan (skill) dan sikap perilaku
(attitude) sebagai berikut :
a. Pengetahuan (Knowledge)
Disamping pemenuhan personel dari segi kuantitas
diharapkan kondisi pengetahuan personel yang diharapkan
dalam penanggulangan prostitusi ini minimal 80% personil
memiliki pendidikan kejuruan reskrim dan 60% personel mimiliki
Pendidikan khusus penyelidikan judi Susila.

b. Kemampuan (Skill)
Saat ini, sebenarnya personil Polri telah memiliki
kemampuan untuk melakukan penyadapan pembicaraan
elektronik. Namun masih terdapat hambatan dengan regulasi,
dimana hasil penyadapan tersebut belum dapat digunakan
sebagai alat bukti untuk kepentingan pembuktian di Pengadilan.
Disamping itu terkait sarana dan prasarana pendukung proses
penyelidikan dan penyidikan kejahatan prostitusi diharapkan
adanya peningkatan peralatan yang lebih modern guna
menyesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi.
10

c. Sikap perilaku (Attitude)


Sikap dan perilaku yang diharapkan adalah personil Unit
I/Judi Susila Subdit III Dittipidum Bareskrim memiliki rasa empati
dan kepedulian yang tinggi dalam penanggulangan prostitusi
online. Memahami serta menyadari bahaya kejahatan kesusilaan
ini dapat membahayakan moral bangsa yang pada akhirnya
mempengaruhi situasi kamtibmas.

3. Sinergitas Dittipidum Bareskrim Polri dengan Pemda DKI Jakarta


Permasalahan prostitusi harus dilihat secara menyeluruh dari
hulu hingga ke hilir. Di hulu, diharapkan peran aktif Satpol PP dan
Pemerintah Daerah hingga unsur Muspika untuk pencegahan
terjadinya prostitusi. Sedangkan di hilir ada peran aparat criminal
justice system yakni Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan. Keseluruh
steakholder tersebut harus bersinergi dalam pemberantasan prostitusi.

BAB IV
UPAYA PEMECAHAN MASALAH

Berdasarkan kondisi faktual, faktor-faktor yang mempengaruhi, serta


kondisi ideal di atas, dirumuskan konsepsi pemecahan masalah terkait
optimalisasi penanggulangan prostitusi oleh Unit I/Judi Susila Subdit III
Dittipidum Bareskrim Polri guna menciptakan keselamatan rakyat sebagai
hukum tertinggi di tengah situasi pandemi Covid-19. Rumusan strategi yang
sebaiknya dilakukan dengan menyusun strategi jangka pendek, strategi
jangka sedang dan strategi jangka panjang sebagai berikut :
a. Jangka pendek (0-1 tahun)
1) Menguatkan prestasi personel Unit I/Judi Susila Subdit III
Dittipidum Bareskrim dalam melakukan pengungkapan perkara
prostitusi online, tindakannya dengan cara Kasubdit III Dittipidum
mengusulkan kepada Dirtipidum agar personel yang telah
berprestasi dalam pengungkapan prostitusi diberikan reward.
2) Meningkatkan penggunaan dan penerapan tehnik dan taktik
penyelidikan maupun penyidikan prostitusi, tindakannya adalah :
11

a) Kasubdit III Dittipidum memberikan pengarahan kepada


personel yang ditugaskan, tentang :
(1) bagaimana penerapan tehnik dan taktik penyelidikan
prostitusi melalui taktik penyamaran, penyadapan,
pembuntutan, penyusupan, dan penyurupan hingga
pelaku dapat ditemukan.
(2) bagaimana penerapan tehnik dan taktik penyidikan
sesuai ketentuan dalam ketentuan Perundang-
undangan dan SOP pelaksanaan penyidikan perkara.

b. Jangka sedang (0-3 tahun)


1) Menguatkan pendidikan kejuruan dan pengembangan yang dapat
dimanfaatkan oleh seluruh personel Polri :
a) Kasubbagrenmin menginventarisir personel yang belum
memiliki kejuruan masing-masing fungsi untuk di ajukan
mengikuti pendidikan dan pelatihan.
b) Kasubdit III Dittipidum melalui Kanit I/Judi Susila
mengajukan personelnya yang belum memiliki pendidikan
kejuruan kepada Kasubbagrenmin.
3) Mewujudkan harapan dari masyarakat terhadap Polri terkait
pemberantasan terhadap prostitusi. Kegiatannya adalah :
a) Kasubbagops melakukan analisa keluhan masyarakat
dengan membuat pusat pengaduan masyarakat.
4) Wadir Tipidum Bareskrim melakukan analisa dan evaluasi
terhadap kegiatan yang telah dilakukan oleh Unit I/Judi
Susila Subdit III Dittipidum Bareskrim Polri dalam
mengimplementasikan strategi jangka sedang.

c. Jangka panjang (0-5 tahun)


1) Menghilangkan lemahnya penegakan hukum dan ketegasan
aparat penegak hukum. Kegiatannya adalah :
a) Dirtipidum Bareskrim Polri berkolaborasi dengan satuan
fungsi kepolisian lainnya seperti Direktorat Intelkam dan
Resnarkoba Bareskrim dalam penindakan para pelaku
prostitusi di lapangan.
12

b) Dirtipidum melakukan koordinasi dengan Kejaksaan dalam


upenuntasan penyidikan perkara prostitusi.
c) Dirtipidum melakukan koordinasi dengan dengan
Pengadilan Negeri untuk mempermudah proses persetujuan
ijin penyitaan maupun penangkapan dan penahanan
terhadap para pelaku prostitusi.
e) Kasubdit III Dittipidum melakukan publikasi terhadap hasil
penindakan terhadap prostitusi yang dilakukan oleh Unit
I/Judi Susila, baik melalui media cetak, elektronik maupun
applikasi media sosial.
4) Wadir Tipidum menganalisa dan evaluasi terhadap kegiatan yang
telah dilakukan oleh Unit I/Judi Susila Subdit III Dittipidum
Bareskrim Polri dalam implementasi strategi jangka panjang.

BAB VII
PENUTUP

1. Simpulan
a. Kondisi kompetensi personil Unit I/Judi Susila Subdit III Dittipidum
Bareskrim Polri dalam menanggulangi prostitusi belum optimal,
baik dari aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill),
maupun sikap perilaku (attitude).
1) Dari aspek pengetahuan, dapat dilihat bahwa personel
masih banyaknya yang belum memiliki latar belakang
pendidikan kejuruan reskrim maupun pendidikan khusus di
bidang Judi Susila. Oleh karena itu perlu perlu adanya
kebijakan prioritas pemenuhan kualitas SDM.
2) Dari aspek keterampilan, dapat dilihat bahwa keterampilan
personel cukup memadai terlihat dari pengungkapan
perkara yang menjadi perhatian publik. Namun pada
kenyataanya masih terdapat hambatan. Perlu dilakukan
langkah-langkah nyata dalam peningkatan keterampilan.
3) Dari aspek sikap perilaku, dapat dilihat bahwa masih ada
pelangaran-pelanggaran yang dilakukan oleh personel.
Oleh karena itu, personel perlu ditanamkan untuk memiliki
13

rasa empati dan kepedulian yang tinggi dalam


penanggulangan prostitusi.
b. Kondisi sinergitas antara Dittipidum Bareskrim Polri dengan
Pemda DKI Jakarta dalam penanggulangan kejahatan prostitusi
belum optimal.. Oleh karena itu perlu dilakukan :
1) Sinergitas dengan Pemprov DKI Jakarta, melalui kegiatan :
(a) Perangkat Pemda DKI Jakarta hingga satuan terkecil
RT/RW bersama-sama dengan aparat kepolisian di
tingkat Polsek melakukan monitoring kegiatan
masyarakat dan melakukan upaya pencegahan.
(b) Satuan Polisi Pamong Praja (Sat Pol PP) secara rutin
melakukan razia di tempat hiburan malam, panti pijat,
warnet, Pengelola Rumah Kos, GuessHouse, Hotel,
dan Apartemen yang dinilai sering digunakan untuk
melakukan transaksi seks.
(c) Dinas Pendidikan, menekankan kepada pihak sekolah,
perguruan tinggi untuk mengawasi siswa/mahasiswa
dalam melakukan aktivitas secara online. Dan
membuat kurikulum mata pelajaran yang menekankan
pada pendidikan moral kognitif yang konkret.
(d) Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker), mendorong
pemerintah membuka banyak lapangan pekerjaan.

2. Rekomendasi
a. Merekomendasikan kepada Dirtipidum Up. Kasubbagrenmin
untuk menambah personil Unit I/ Judi Susila Subdit III Dittipidum,
setidak-tidaknya dengan Polwan berpenampilan menarik untuk
diberdayakan melakukan penyusupan. Diharapkan akan
diperoleh informasi yang akurat tentang seluk beluk dunia
prostitusi di Jakarta yang pada akhirnya ditemukan solusi dalam
penanggulangan prostitusi secara preventif.
b. Merekomendasikan kepada Dirtipidum Up. Kasubbagrenmin
untuk mengadakan alsus yang mengikuti perkembangan jaman
dan teknologi, sehinggga memudahkan penyidik dalam proses
pembuktian perkara prostitusi.
14

c. Merekomendasikan kepada Dirtipidum Up. Kasubbagrenmin


untuk menyelenggarakan pelatihan peningkatan kemampuan
fungsi reskrim di bidang Judi Susila dengan mengundang ahli
pidana dan ahli terkait judi susila sebagai narasumber.
d. Merekomendasikan kepada Dirtipidum untuk bersinergi dengan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dalam
penanngulangan tempat hiburan dan praktek prostitusi di tengah
pandemi Covid-19, karena membahayakan keselamatan rakyat.

Anda mungkin juga menyukai