Anda di halaman 1dari 48

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

KARYA TULIS TERAPAN

OPTIMALISASI PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA


PERDAGANGAN ORANG (TPPO) OLEH UNIT IV SUBDIT III TPPO
DITTIPIDUM BARESKRIM POLRI GUNA PERCEPATAN
PENYELESAIAN PERKARA DALAM RANGKA TERWUJUDNYA
PROFESIONALITAS PENYIDIK

DISUSUN OLEH :
HERRY APANDI, S.H.

NOSIS 202103031297

SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA ANGKATAN 50


TAHUN ANGGARAN 2021
MEGAMENDUNG, MEI 2021
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS TERAPAN

NAMA : HERRY APANDI, S.H.

NOSIS 202103031297

PELETON / KELAS : 1/B

JUDUL KARYA TULIS : OPTIMALISASI PENANGANAN PERKARA TINDAK


PIDANA PERDAGANGAN ORANG (TPPO) OLEH
UNIT IV SUBDIT III TPPO DITTIPIDUM
BARESKRIM POLRI GUNA PERCEPATAN
PENYELESAIAN PERKARA DALAM RANGKA
TERWUJUDNYA PROFESIONALITAS PENYIDIK.

PEMBIMBING TELAH MENYETUJUI KARYA TULIS TERAPAN INI

Sukabumi, Juni 2021

PEMBIMBING I

DODY PRIBADI, S.I.K., M.Si.


KOMBES POL NRP.

PEMBIMBING II

IMAN SANTOSO, S. Sk., S.H., M.H.


AKP NRP.

i
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

LEMBARAN BIMBINGAN / KONSULTASI PEMBUATAN

KARYA TULIS TERAPAN SERDIK SETUKPA ANGKATAN 50 T.A. 2021

NAMA : HERRY APANDI, S.H.

NOSIS : 202103031297

PELETON / KELAS : 1/B

JUDUL KARYA TULIS :OPTIMALISASI PENANGANAN PERKARA TINDAK


PIDANA PERDAGANGAN ORANG (TPPO) OLEH
UNIT IV SUBDIT III TPPO DITTIPIDUM
BARESKRIM POLRI GUNA PERCEPATAN
PENYELESAIAN PERKARA DALAM RANGKA
TERWUJUDNYA PROFESIONALITAS PENYIDIK.

Megamendung, Juni 2021

PESERTA DIDIK PEMBIMBING I

HERRY APANDI, S.H. DODY PRIBADI, S.I.K., M.Si.


NOSIS 202103031297 KOMBES POL NRP.

PEMBIMBING II

IMAN SANTOSO, S. Sk., S.H., M.H.


AKP NRP.

ii
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

LEMBARAN PENGESAHAN PENGUJIAN

“OPTIMALISASI PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA


PERDAGANGAN ORANG (TPPO) OLEH UNIT IV SUBDIT III TPPO
DITTIPIDUM BARESKRIM POLRI GUNA PERCEPATAN
PENYELESAIAN PERKARA DALAM RANGKA TERWUJUDNYA
PROFESIONALITAS PENYIDIK”

Disusun oleh :
HERRY APANDI, S.H.
NOSIS 202103031207
PLETON 1/B

Karya Tulis Terapan ini untuk memenuhi salah satu Tugas Akhir
Program Operasional Proses Pembelajaran Peserta Didik Setukpa
Angkatan 50 T.A. 2021 dan telah disetujui oleh pembimbing serta telah
dilakukan pengujian karya tulis pada tanggal............................2021.

Megamendung, Juni 2021

PENGUJI I

NAMA
PANGKAT NRP.

PENGUJI II

NAMA
PANGKAT NRP.
LEMBAGA PENIDIDKAN DAN PELATIHAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

MOTTO

“Tidak penting seberapa


cepat atau lambat kita
melaju, yang penting kita
tidak berhenti.”

(HERRY APANDI, S.H.)

iv
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas


segala karunia dan petunjuknya sehingga penulis dapat menyusun karya
tulis terapan ini yang berjudul “OPTIMALISASI PENANGANAN PERKARA
TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG (TPPO) OLEH UNIT IV
SUBDIT III TPPO DITTIPIDUM BARESKRIM POLRI GUNA
PERCEPATAN PENYELESAIAN PERKARA DALAM RANGKA
TERWUJUDNYA PROFESIONALITAS PENYIDIK.”

Penulis menyadari bahwa Karya tulis ini jauh dari kata sempurna,
akan tetapi penulis sangat berharap karya tulis ini sangat bermanfaat bagi
Kepolisian pada umumnya dan bagi para pembaca.

Dalam penulisan Karya tulis ini, penulis banyak mendapat bantuan


dari berbagai pihak khususnya dari pembimbing. Untuk itu dalam
kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya dan sedalam-dalamnya serta penghargaan yang
setinggi-tingginya Kepada :

1. Bapak Kasetukpa Lemdiklat Polri Brigjen Pol ……………..


2. Bapak Waka Setukpa Lemdiklat Polri Kombes Pol. ……………….
3. Bapak-bapak Pejabat Utama Setukpa Lemdiklat Polri.
4. Bapak Kabag Binsis Kombes ……………
5. Bapak dan Ibu / para pejabat dan Gadik Setukpa Lemdiklat Polri.
6. Bapak ………………………………………… Pembimbing Karya
Tulis Terapan.
7. Kedua Orang Tua saya yang telah mendidik dan membina saya
sampai saat ini.

v
8. ……………………… Istriku tercinta, anak-anakku tercinta
……………… yang selalu membuat diri menjadi semangat dan
termotivasi.
9. Semuanya yang telah mendukung dan mendoakan saya dalam
menjalani pendidikan Setukpa Polri di Megamendung agar menjadi
Perwira yang dibanggakan oleh keluarga maupun orang lain.

Semoga amal baik Bapak/Ibu dan saudara sekalian diterima Tuhan


Y.M.E sebagai amal soleh. Aaamiiin ya rabbal’alamin.

Penulis selalu berharap semoga dengan tersusunnya Karya tulis ini


dapat memberikan sumbangan yang berharga bagi pihak-pihak yang
memerlukan, khususnya Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
kami cintai.

Demikian karya tulis ini penulis susun semoga dapat bermanfaat


dan dapat menambah pengetahuan khususnya bagi penulis, umumnya
bagi setiap pembaca. Amin.

Megamendung, Mei 2021

PENULIS

HERRY APANDI, S.H.


NOSIS 202103031297

vi
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA.

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : HERRY APANDI, S.H.
Nosis 202103031297
Kelas : 1/B
Peserta didik : SETUKPA ANGKATAN 50 T.A. 2021

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Terapan dengan Judul


“OPTIMALISASI PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA PERDAGANGAN
ORANG (TPPO) OLEH UNIT IV SUBDIT III TPPO DITTIPIDUM BARESKRIM
POLRI GUNA PERCEPATAN PENYELESAIAN PERKARA DALAM RANGKA
TERWUJUDNYA PROFESIONALITAS PENYIDIK” yang telah dibuat merupakan
hasil penulisan sendiri dan bukan merupakan “Plagiat” penulisan orang lain.

Apabila dikemudian hari karya tulis terapan ini terbukti merupakan Plagiat
orang lain, maka penulis sanggup dan bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan
yang berlaku di Lembaga pendidikan dan dianggap tidak syah serta tidak mendapat
nilai.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya

Megamendung, Mei 2021


Yang Membuat Pernyataan

HERRY APANDI, S.H.


NOSIS 02103031297

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING i


LEMBAR BIMBINGAN DAN KONSULTASI ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI iii
MOTTO iv
KATA PENGANTAR v
SURAT PERNYATAAN vi
DAFTAR ISI vi
i
BAB I PENDAHULUAN
Halaman
1. Latar belakang...........................................................
1
........
2. Permasalahan dan Persoalan................................... ... 3
a. Pokok Permasalahan......................................................
3 .
b. Pokok Persoalan.............................................................
3 .
3. Ruang Lingkup........................................................... 4
........
4. Dasar Penulisan......................................................... 4
........
5. Maksud dan Tujuan................................................... 5
.........
a. Maksud.........................................................................
5
b.
Tujuan...........................................................................
5
6. Metode dan Pendekatan............................................ ......... 5
a. Metode.................................................................... 5
b. Pendekatan .................................................................6
7. Sistematika................................................................. 6
........
8. Pengertian-Pengertian............................................... ......8
BAB II LANDASAN PEMIKIRAN
9. Landasan Umum........................................................ ..........
9
10. Landasan Operasional...................................…… …. 16
BAB III KONDISI SAAT INI
11. Kondisi Umum............................................................ 18 .
.........
12. Kondisi Saat Ini.......................................................... 19

vii
BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
13. Faktor Internal..........................................................................22
.....
a. Kekuatan............................................................................22
b. .. 22
Kelemahan.........................................................................
14. Faktor Eksternal........................................................................23
........
c. . 23
Peluang..............................................................................
d. .. 23
Ancaman............................................................................

BAB V KONDISI YANG DIHARAPKAN


15. Kondisi Umum.........................................................................24
.....

16. .........
Kondisi Yang Diharapkan........................................................25

BAB VI UPAYA PEMECAHAN MASALAH


17. Umum...................................................................... 27
..........
Upaya Pemecahan Masalah......................................................27
18.
BAB VII PENUTUP
......
Kesimpulan............................................................................30
19.
.......
Saran.......................................................................................32
20.

POLA PIKIR 33

DAFTAR PUSTAKA 34

RIWAYAT HIDUP 35

LAMPIRAN-LAMPIRAN 36
1

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Fungsi kepolisian untuk menyelenggarakan keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, tertuju pada
pemeliharaan dan menjaga tetap berlakunya dan ditaatinya
norma-norma yang ada di masyarakat tersebut, sehingga
kehidupan dalam masyarakat menjadi aman, tenteram, tertib,
damai dan sejahtera. Apabila dicermati, bahwa tugas kepolisian
di negara manapun penyelenggaraannya tertuju pada
kepentingan negara atau pemerintah dan masyarakat, sehingga
negara atau pemerintahlah yang memiliki tanggungjawab atas
terjaganya, terbinanya dan terpeliharanya keamanan dan
ketertiban masyarakat.
Dalam konteks penegakkan hukum, dirumuskan dalam
Pasal 1 butir 1 KUHAP, Penyidik adalah pejabat polisi negara
Republik Indonesia atau pegawai negeri sipil tertentu yang diberi
wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan
penyelidikan (Soekanto, 2005:37). Maka dalam naskah ini
penulis akan mengulas untuk menjadi kepolisian yang baik atau
mewujudkan penyidik yang profesional.
Salah satu perbuatan pidana yang diatur dalam hukum
pidana positif di Indonesia adalah perdagangan orang (human
trafficking). Perdagangan orang ialah bentuk modern dari
sebuah perbudakan terhadap manusia. Terlebih lagi
perdagangan orang ini merupakan bentuk perlakuan penistaan
harkat dan martabat manusia. Indonesia sebagai Negara hukum
secara jelas menentang perilaku tersebut sebagaiamana dalam
Pasal 28 G UUD 1945 yang berbunyi “Setiap orang berhak atas
perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan
harta benda …..”
2

Terkait penegakkan hukum terhadap kejahatan


transnasional Perdagangan Orang, dengan peraturan
perundang-undangan yang sudah ada, seharusnya pemerintah
Indonesia bisa menjerat pelakunya dan memberikan
perlindungan bagi korbannya. Aparat penegak hukum dalam hal
ini polisi memiliki tugas penting untuk memelihara keamanan
dan ketertiban, menegakkan hukum, dan memberikan
perlindungan serta pelayanan kepada masyarakat.
Pada tingkat Mabes Polri, human trafficking ditangani oleh
oleh Unit IV Subdit III TPPO. Unit TPPO merupakan bagian dari
Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri dan tergabung
dalam Subdirektorat III Judi dan Susila. Unit IV Subdit III sendiri
terbagi menjadi personel Unit TPPO yang memiliki konsentrasi
kerja pada penyidikan dan Satgas TPPO yang memiliki
konsentrasi kerja pada penyelidikan dan upaya paksa (tangkap,
geledah, dan lain-lain).
Pada kenyataannya, langkah preventif dan pre-emtif dari
aparat kepolisian belum efektif untuk menekan angka human
trafficking, kondisi ini diperparah dengan modus perdagangan
manusia yang dilakukan oleh pelaku selalu berkembang seiring
dengan perkembangan teknologi. Hendaknya penyidik dapat
menegakkan dengan tepat peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia untuk menangkap pelaku tindak pidana
human trafficking. Tentunya dengan menerapkan peraturan
hukum yang berlaku diharapkan mampu untuk melakukan upaya
pencegahan dan penanggulangan kasus perdagangan orang di
Indonesia secara komprehensif.
Sesuai dengan peran Polri yang langsung berhubungan
dengan masyarakat, Polri dianggap harus mampu bekerjasama
dengan masyarakat guna menjaga ketertiban, ketentraman, dan
norma yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. Hal ini
berlaku juga dalam penanganan Tindak Pidana Perdagangan
Orang. Inilah yang mendasari penulis menulis Naskah Karya
3

Perorangan berjudul “Optimalisasi Penanganan Perkara


Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) oleh Unit IV
Subdit III TPPO Dittipidum Bareskrim Polri Guna Percepatan
Penyelesaian Perkara Dalam Rangka Terwujudnya
Profesionalitas Penyidik.”

2. Permasalahan dan Persoalan


a. Pokok Permasalahan
Dari penjelasan latar belakang tersebut diatas, maka
yang menjadi permasalahan adalah “bagaimana
mengoptimalkan penanganan perkara Tindak Pidana
Perdagangan Orang (TPPO) oleh Unit IV Subdit III TPPO
Dittipidum Bareskrim Polri guna percepatan penyelesaian
perkara dalam rangka terwujudnya profesionalitas
penyidik.”

b. Pokok Persoalan
Pokok-pokok persoalan sebagai berikut:
1) Kuantitas personil yang dimiliki Unit IV Subdit III
TPPO Dittipidum Bareskrim Polri dalam penyelesaian
penanganan perkara Tindak Pidana Perdagangan
Orang (TPPO) belum memadai.
2) Kualitas personil yang dimiliki Unit IV Subdit III TPPO
Dittipidum Bareskrim Polri dalam penyelesaian
penanganan perkara Tindak Pidana Perdagangan
Orang (TPPO) belum maksimal.
3) Sarana dan prasarana yang dimiliki Unit IV Subdit III
TPPO Dittipidum Bareskrim Polri belum memadai
dalam memaksimalkan kinerja.
4) Penerapan metode penyelidikan dan penyidikan
Tindak Pidana Perdagangan Orang yang diterapkan
dalam penanganan perkara belum optimal.
4

3. Ruang Lingkup
Berdasarkan pokok masalah dan pokok persoalan di atas,
untuk membatasi karya tulis terapan ini maka ruang lingkup
dibatasi sebagai berikut:
a. Batasan waktu penelitian adalah perkara yang ditangani
Unit IV Subdit III Dittipidum Bareskrim Polri pada kurun
waktu tahun 2020.
b. Kesatuan yang menjadi objek penelitian adalah Unit IV
Subdit III Dittipidum Bareskrim Polri.

4. Dasar Penulisan
a. Keputusan Kapolri Nomor: KEP/2463/XII/2020, tanggal 22
Desember 2020 tentang Program Pendidikan dan
Pelatihan Polri T.A. 2021;
b. Surat Keputusan Kalemdiklat Polri Nomor: KEP/50/II /2021,
tanggal 17 Februari 2021 Tentang Kurikulum Sekolah
Inspektur Polisi T.A. 2021;
c. Surat Perintah Kasetukpa Lemdiklat Polri Nomor:
SPRIN/285/XI/KEP/2020, tanggal 23 November 2020
tentang Team Revisi Modul MP. Karya Tulis Terapan Bagi
Serdik SIP Angkatan Ke-50 T.A. 2021;
d. Program Kerja Setukpa Lemdiklat Polri T.A. 2021;
e. Surat Perintah Kasetukpa Lemdiklat Polri Nomor:
SPRIN/95/III/DIK.2.2./2021, tanggal 31 Maret 2021,
tentang Penunjukkan Personel Setukpa Lemdiklat Polri
Sebagai Pembimbing Karya Tulis Terapan Sekolah
Inspektur Polisi (SIP) Angkatan Ke – 50 T.A.2021.
5

5. Maksud dan Tujuan


a. Maksud
Untuk memberikan gambaran dan penjelasan tentang
penyelesaian penanganan perkara Tindak Pidana
Perdagangan Orang (TPPO) di Unit IV Subdit III TPPO
Dittipidum Bareskrim Polri dalam rangka terwujudnya
profesionalitas penyidik.

b. Tujuan
1). Untuk mendeskripsikan upaya penanganan perkara
Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) oleh Unit
IV Subdit III TPPO Dittipidum Bareskrim Polri.
2). Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi penanganan perkara Tindak Pidana
Perdagangan Orang (TPPO) oleh Unit IV Subdit III
TPPO Dittipidum Bareskrim Polri.
3). Untuk mendeskripsikan kondisi yang ideal
penanganan perkara Tindak Pidana Perdagangan
Orang (TPPO) oleh Unit IV Subdit III TPPO Dittipidum
Bareskrim Polri.
4). Memformulasikan optimalisasi penanganan perkara
Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) oleh Unit
IV Subdit III TPPO Dittipidum Bareskrim Polri guna
percepatan penyelesaian perkara dalam rangka
terwujudnya profesionalitas penyidik.

6. Metode dan Pendekatan


1) Metode
Metode dalam penulisan ini adalah Deskriptif Analisis,
dengan menggambarkan keadaan yang sebenarnya
secara umum kemudian di analisa untuk mendapat
pemecahan.
6

2) Pendekatan
Pendekatan dalam penulisan NKP ini adalah melalui
pendekatan manajerial tugas Polri dan juga melalui
pendekatan pengalaman empiris saat bertugas yaitu berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis selama
bertugas di Unit IV Subdit III TPPO Dittipidum Bareskrim
Polri.

7. Sistematika
Dalam penulisan Karya Tulis Terapan ini di susun dengan
sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab yang berisi latar belakang, permasalahan
dan pokok-pokok persoalan, ruang lingkup, maksud dan tujuan,
pendekatan dan sistematika serta pengertian-pengertian.

BAB II LANDASAN TEORI


Bab ini menguraikan tentang landasan teori atau konsep
yang digunakan,antara lain :Konseps Analisa SWOT, Teori
Manajemen Penyidikan, Teori Pembinaan, Teori Organized
Crime dan Teori Optimalisasi.

BAB III KONDISI SAAT INI


Bab ini akan menguraikan kondisi Unit IV Subdit III TPPO
Dittipidum Bareskrim Polri secara umum saat ini, yang meliputi:
kondisi sumber daya manusia, dukungan anggaran, dukungan
sarana dan prasarana serta metode yang digunakan dalam
penanganan perkara Tindak Pidana Perdagangan Orang
(TPPO) oleh Unit IV Subdit III TPPO Dittipidum Bareskrim Polri
guna percepatan penyelesaian perkara dalam rangka
terwujudnya profesionalitas penyidik.
7

BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


Bab ini menjelaskan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi upaya penanganan perkara Tindak Pidana
Perdagangan Orang (TPPO) oleh Unit IV Subdit III TPPO
Dittipidum Bareskrim Polri guna percepatan penyelesaian
perkara yang terdiri dari faktor internal dan eksternal.

BAB V KONDISI YANG DIHARAPKAN


Bab ini akan membahas mengenai kondisi personel Unit IV
Subdit III TPPO Dittipidum Bareskrim Polri dalam penanganan
perkara Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang ideal
terkait dengan kondisi sumber daya manusia, dukungan
anggaran, dukungan sarana dan prasarana serta metode yang
digunakan dalam pelaksanaannya.

BAB VI UPAYA PEMECAHAN MASALAH


Bab ini merupakan isi dari optimalisasi penanganan
perkara Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) oleh Unit IV
Subdit III TPPO Dittipidum Bareskrim Polri guna percepatan
penyelesaian perkara dalam rangka terwujudnya profesionalitas
penyidik.

BAB VII PENUTUP


Bab ini terdiri dari kesimpulan atas penjelasan yang telah
diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan diakhiri dengan saran
dan rekomendasi.
8

8. Pengertian-Pengertian
a. Tindak Pidana Perdagangan Orang  adalah tindakan
perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman,
pemindahan atau penerimaan seseorang dengan ancaman
kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan,
penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan
kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau
memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh
persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang
lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun
antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan
orang tereksploitasi (Pasal 1 (1) UU No. 1 Tahun 2007
tentang TPPO).
b. Penyidikan  serangkaian tindakan penyidik dalam hal
dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini
untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan
bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi
dan guna menemukan tersangkanya (Pasal 1 Angka 2
KUHAP).
c. Optimalisasi  proses mengoptimalkan sesuatu, dengan
kata lain proses menjadikan sesuatu menjadi paling baik
atau paling tinggi (KBBI, 2015:562).
d. Penegakan hukum  adalah sistem yang di dalamnya
terdapat anggota pemerintah yang bertindak secara
terorganisir untuk menegakkan hukum dengan cara
menemukan, menghalangi, memulihkan, atau menghukum
orang-orang yang melanggar undang-undang dan norma
hukum yang mengatur masyarakat tempat anggota
penegakan hukum tersebut berada (Waluyo, 2016:9).
e. Profesionalitas  kualitas sikap para anggota suatu profesi
terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan
keahlian yang mereka miliki untuk melakukan tugas-
9

tugasnya (Usman, 2001:15).


BAB II
LANDASAN PEMIKIRAN

Dalam penulisan Karya Tulis Terapan ini dibutuhkan teori-


teori sebagai alat analisis yang digunakan disesuaikan dengan
pokok bahasan.
9. Landasan Umum
1) Teori Optimalisasi
Optimalisasi merupakan suatu proses untuk
mengoptimalkan suatu solusi agar ditemukannya
solusi terbaik dari sekumpulan alternatif solusi yang
ada. Optimalisasi dilakukan dengan memaksimalkan
suatu fungsi objektif dengan tidak melanggar batasan
yang ada. Dengan adanya optimalisasi, suatu sistem
dapat meningkatkan efektifitasnya, yaitu seperti
meningkatkan keuntungan, meminimalisir waktu
proses, dan sebagainya
Pengertian optimalisasi dalam Kamus Bahasa
Indonesia dikemukakan bahwa optimalisasi adalah
hasil yang dicapai sesuai dengan keinginan, jadi
optimalisasi merupakan pencapaian hasil sesuai
harapan secara efektif dan efisien Poerdwadarminta.
1997:753. Optimalisasi banyak juga diartikan sebagai
ukuran dimana semua kebutuhan dapat dipenuhi dari
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Optimalisasi
adalah proses pencarian solusi yang terbaik, tidak
selalu keuntungan yang paling tinggi yang bisa dicapai
jika tujuan pengoptimalan adalah memaksimumkan
keuntungan, atau tidak selalu biaya yang paling kecil
yang bisa ditekan jika tujuan pengoptimalan adalah
meminimumkan biaya.
Tujuan dari optimalisasi dapat berbentuk
maksimisasi atau minimisasi. Maksimisasi digunakan
apabila tujuan pengoptimalan berhubungan dengan
keuntungan, penerimaan, dan sejenisnya. Sedangkan
minimalisasi digunakan dengan tujuan pengoptimalan
yang berhubungan dengan biaya, waktu, jarak, dan
sejenisnya. Penentuan tersebut tentu harus
disesuaikan dengan apa yang akan dimaksimalkan
atau diminimalkan.
Optimalisasi ini sangat diperlukan diberbagai
aktifitas. Terlebih lagi optimalisasi yang berkaitan
dengan pelayanan kepada masyarakat (Pamudji,
1985:15). Kegiatan pelayanan untuk masyarakat
adalah salah satu bentuk tugas dan fungsi
administrasi negara. Komponen standar pelayanan
yang dapat menunjang atau sebagai bentuk
pengoptimalisasian adalah dasar hukum, persyaratan,
sistem, mekanisme dan prosedur, jangka waktu
penyelesaian, biaya/tarif, produk pelayanan, sarana,
prasarana dan/atau fasilitas, kompetensi pelaksana,
pengawasan internal, penanganan pengaduan, saran
dan masukan, jumlah pelaksanan, jaminan pelayanan
yang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan
sesuai dengan standar pelayanan, jaminan keamanan
dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen
untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya dan
risiko keraguan, serta evaluasi kinerja pelaksanan.

2) Teori Penyidikan
Penyidikan dalam Pasal 1 angka 2 kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana adalah
serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut
cara yang diatur dalam Undang-Undang ini untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang terjadi dan
guna menemukan tersangka nya. Tindakan
penyidikan merupakan cara untuk mengumpulkan
bukti-bukti awal untuk mencari tersangka yang
diduga melakukan tindak pidana dan saksi-saksi yang
mengetahui tentang tindak pidana tersebut (Mukhlis,
2012:7).
Wewenang kepolisian dalam Penyidikan diatur
dalam Pasal 7 KUHAP yaitu:
a) Menerima laporan atau pengaduan dari seorang
tentang adanya tindak pidana;
b) Melakukan tindakan pertama pada saat ditempat
kejadian ;
c) Menyuruh berhenti seorang tersangka dan
memeriksa tanda pengenal diri tersangka;
d) Melakukan penangkapan, penahanan,
penggledahan, dan penyitaan;
e) Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f) Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
g) Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;
h) Mendatangkan ahli yang diperlukan dalam
hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
i) Mengadakan penghentian penyidikan;
j) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang
bertanggung jawab;
k) Dalam pasal 109 ayat (1) KUHAP, saat memulai
Penyidikan terhadap suatu tindak pidana,
penyidik memberitahukan kepada Jaksa
Penuntut Umum dalam bentuk Surat
Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan
(Marpaung, 2008:12).
3) Teori Kejahatan Terorganisir (Organized Crime)
Pengertian dari kejahatan terorganisasi yaitu
tindak pidana yang dilakukan oleh sekelompok orang
secara rapi, tertib, dan rahasia serta mempunyai
jaringan nasional dan internasional. Berdasarkan
penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa kelompok
terorganisasi membentuk kerjasama oleh sekelompok
orang dengan melibatkan jaringan nasional dan
bahkan internasional yang bertindak untuk tujuan
memperoleh keuntungan baik keuntungan materiil atau
finansial dengan melakukan satu atau lebih tindak
pidana yang diatur dalam undang-undang.
Pada dasarnya kejahatan terorganisasi
merupakan aktifitas yang sangat kompleks karena
tujuan utama pelaku adalah memperoleh keuntungan
sebanyakbanyaknya melalui perbuatan curang, tidak
sah, direncanakan dan diatur secara profesional.
Untuk menghindari kecurigaan aparat maka organisasi
ini menjalankan usaha melalui bisnis yang seakan-
akan sah, memiliki modal besar dan disiplin dalam
pengelolaannya. Tujuan akhirnya adalah keuntungan
yang maksimal. Ditegaskan oleh George E. Rush
bahwa, “organized crime is a complex pattern of
activity that includes the commission of statutorily
defined offenses, in particular the provision of illegal
goods and services, but also carefully planed and
coordinated instances of offences by fraud, theft and
extortation groups, which are uniquely characterized
by the planned use of both legitimate and criminal
proffesional expertise and the use, for criminal
purposes or organizational features, of legitimate
bussiness, including aviliability of large capital
resources, disciplined management, devision of
labour, and focus upon maximum profit (Rush,
2003:252)
Istilah kejahatan terorganisasi seringkali dikaitkan
dengan kejahatan yang berkategori inkonvensional
dalam konteks white collar crime, organization crime,
organized crime, crime of bussines, syndicate crime
yang secara umum dimaksudkan sebagai suatu
kejahatan yang bersifat organisatoris dengan
bermuara pada motif-motif keuntungan ekonomi, yang
tercermin dari adanya kontradiksi antara tujuan
korporasi dengan kepentingan berbagai pihak seperti
kompetitor (pesaing), buruh, konsumen, masyarakat
dan negara. Sehingga tidak mengherankan jika
kejahatan ini dengan cepat menyebar dan berdampak
luas serta amat merugikan.
Perihal keuntungan atau manfaat yang maksimal
dalam kejahatan terorganisasi, sebetulnya hal ini
berkenaan dengan prinsip dasar kejahatan kerah putih.
Prinsip dasar tersebut dalam literatur dikenal dengan
term filsafat white collar crime. Menurut Giriraj Shah,
“the philosophy of white collar crime or organized
crime is that success and material advancement are
the only important things that matters in life, and in
achieving than one need not hesitate to adopt
unethical conduct (Giriraj, 2002:16) Jadi dalam
kejahatan terorganisasi sukses dan keuntungan
finansial adalah hal yang paling utama, meskipun
dalam pencapaiannya melakukan perbuatan yang
tidak etis. Intinya dalam filsafat kejahtaan terorganisasi
seperti korupsi sematamata tujuannya adalah
pemenuhan syahwat materil tanpa memikirkan lagi
nilai moral atau etika.
Untuk mengungkap kejahatan terorganisasi tentu
tidak mudah, sebab modus operandi yang digunakan
oleh para pelaku sangat rapi dan sulit dideteksi oleh
aparat penegak hukum. Di lain pihak negara
menyadari sepenuhnya bahwa pengungkapan tabir
kejahatan terorganisasi dibutuhkan peran serta saksi.
Bahkan dapat dikatakan bahwa saksi memegang
peranan kunci dalam mengungkap kejahatan-
kejahatan serius. Mengingat posisi strategis saksi
dalam mengungkap kejahatan terorganisasi maka di
beberapa negara dikonstruksi undang-undang
perlindungan saksi dan korban. Tujuannya adalah
mendorong seseorang yang mengetahui adanya
kejahatan agar bersedia melaporkannya kepada
aparat penegak hukum.

4) Teori Penegakan Hukum


Penegakan hukum sebagai suatu proses, pada
hakikatnya merupakan penerapan diskresi yang
menyangkut membuat keputusan yang tidak secara
ketat diatur oleh kaidah hukum, akan tetapi
mempunyai unsur penilaian pribadi. Secara
konsepsional, inti dari penegakkan hukum terletak
pada kegiatan meyerasikan hubungan nilai-nilai
terjabarkan didalam kaidah-kaidah yang mantap dan
sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai
tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara dan
mempertahankan kedamaian pergaulan hidup
(Soekanto, 1983:7)
Penegakkan hukum adalah suatu proses untuk
mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi
kenyataan. Yang disebut keinginan hukum disini
tidak lain adalah pikiran-pikiran badan pembuat
Undang-Undang yang dirumuskan dalam peraturan
hukum. Peraturan hukum itu. Perumusan pemikiran
pembuat hukum yang dituangkan dalam peraturan
hukum akan turut menentukan bagaimana
penegakan hukum itu dijalankan (Satjipto, 2009:25).
Penegakan hukum berfungsi sebagai perlindungan
kepentingan manusia. Agar kepentingan manusia
terlindungi, hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan
hukum dapat berlangsung secara normal, damai
tetapi dapat terjadi juga karena pelanggaran hukum.
Dalam hal ini hukum yang telah dilanggar harus
ditegakkan.
Dalam menegakan hukum ada tiga unsur yang
harus diperhatikan, yaitu (Soedikno, 1999:145)
a) Kepastian Hukum (rechtssicherheit): Hukum
harus dilaksanakan dan ditegakkan. Setiap
orang mengharapkan dapat ditetapkannya
hukum dalam hal terjadi peristiwa yang konkrit.
Bagaimana hukumnya itulah yang harus
berlaku, pada dasarnya tidak boleh
menyimpang : fiat justicia et pereat mundus
(meskipun dunia akan runtuh, hukum harus
ditegakkan). Itulah yang diinginkan oleh
kepastian hukum. Kepastian hukum merupakan
perlindungan yustisiable terhadap tidakan
sewenang-wenang, yang berarti seorang akan
memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam
keadaan tertentu.
b) Manfaat (zweckmassigkeit): Masyarakat
mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan
atau penegakan hukum. Hukum adalah untuk
manusia, maka pelaksanaan hukum atau
penegakan hukum harus memberi manfaat
atau kegunaan bagi masyarakat. Jangan
sampai justru karena hukumnya dilaksanakan
atau ditegakkan timbul keresahan di dalam
masyarakat.
c) Keadilan (gerechtigkeit) :Masyarakat sangat
berkepentingan bahwa dalam pelaksanaan
atau penegakan hukum keadilan diperhatikan.
Dalam pelaksanaan dan penegakan hukum
harus adil. Hukum tidak identik dengan
keadilan. Hukum itu bersifat umum, mengikat
setiap orang, bersifat menyamaratakan.

10. Landasan Operasional


1) Teori Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
organisasi. Analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan
peluang (opportunities), namun secara bersamaan
dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan
ancaman (threats).
Analisa SWOT dalam penulisan ini, dipakai
dalam memformulasikan serta sebagai bahan penulis
untuk mengkombinasikan strategi apa yang harus
dirangkai oleh penulis yang didapat dari analisa dari
faktor-faktor yang mempengaruhi yang meliputi faktor
internal dan eksternal, yaitu dengan menformulasikan
bagaimana temuan strategi dari kombinasi kekuatan
dan peluang yang dimiliki, adanya kelemahan dan
peluang, dan kekuatan dan ancaman yang ada serta
seberapa besar kelemahan dan ancaman.

2) Teori Sumber Daya


Setiap oganisasi memerlukan sumber daya
untuk mencapai tujuannya. Sumber daya merupakan
sumber energi, tenaga, kekuatan (power) yang
diperlukan untuk menciptakan daya, aktivitas,
kegiatan, dan tindakan. Sumber daya tersebut antara
lain terdiri atas sumber daya finansial, sumber daya
manusia, sumber daya ilmu pengetahuan, dan
sumber daya teknologi.
Dalam konteks sumber daya manusia,
Pengembangan Sumber Daya Manusia yang
dikemukakan oleh Keith Davis and Werther W.B,
pengembangan SDM merupakan sebuah cara efektif
untuk menghadapi tantangan-tantangan, perubahan
teknik kegiatan yang disepakati dan perputaran kerja.
Dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut,
pengembangan SDM dapat terus menggunakan para
pekerja yang dianggap efektif dalam melakukan
pekerjaannya. Dalam aplikasi tugas pokok kepolisian,
pengembangan SDM merupakan faktor penting guna
menjawab tantangan tugas masa depan sehingga
pada akhirnya tujuan kepolisian negara dalam bidang
pembinaan personil tercapai yaitu mewujudkan
personil Polri yang profesional, modern dan bermoral.
BAB III
KONDISI SAAT INI

11. Kondisi Umum


Perdagangan orang (human trafficking) merupakan bentuk
perbudakan modern, terjadi baik dalam tingkat nasional dan
internasional. Dengan berkembangnya teknologi informasi dan
komunikasi maka modus perdagangan manusia semakin canggih.
Perdagangan orang atau manusia bukan kejahatan biasa (extra
ordinary), terorganisir (organized), dan lintas negara
(transnational). Diperkirakan setiap tahunnya 600.000-800.000 laki-
laki, perempuan dan anak-anak diperdagangkan menyeberangi
perbatasan-perbatasan internasional (Supriyadi, 2005:3).
Tindak pidana perdagangan orang juga merupakan salah
satu bentuk perlakuan terburuk dari pelanggaran harkat dan
martabat manusia. Bertambah maraknya tindak pidana
perdagangan orang di berbagai negara, termasuk Indonesia dan
negara-negara berkembang lainnya, telah menjadi perhatian
Indonesia sebagai bangsa, masyarakat internasional dan anggota
organisasi internasional, terutama Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB). Tindak pidana perdagangan orang khususnya perempuan
dan anak, telah meluas dalam bentuk jaringan kejahatan baik
terorganisasi maupun tidak terorganisasi. Tindak pidana
perdagangan orang bahkan melibatkan tidak hanya perorangan
tetapi juga korporasi dan penyelenggara negara yang
menyalahgunakan wewenang dan kekuasaannya. Jaringan pelaku
tindak pidana perdagangan orang memiliki jangkauan operasi tidak
hanya antar wilayah dalam negeri tetapi juga antar negara.
Unit IV Subdit III Dittipidum Bareskrim Polri, sebagai
pengemban tugas penengakan hukum terhadap tindak pidana
perdagangan orang, meskipun telah berupaya maksimal dan
memiliki berbagai prestasi pengungkapan, nyatanya belum cukup efektif
dalam memberantas kejahatan ini, terlihat dari angka kejahatannya yang
meningkat dari waktu ke waktu, dengan modus-modus baru. Perlu ditinjau
Kembali upaya-upaya yang telah dilakukan, kondisi internal dan
eksternal, serta upaya-upaya yang dapat memaksimalkan penanganan
perkara ini, guna mewujudkan ketenteraman, ketertiban dan keselamatan
rakyat.

12. Kondisi Saat Ini


a. Kondisi Kompetensi Personil Unit IV Subdit III Dittipidum
Jumlah perkara perdagangan orang yang ditangani Unit IV
Subdit III sepanjang tahun 2020 ada 11 Laporan Polisi dan
puluhan Laporan Informasi yang masih diselidiki apakah
dapat ditingkatkan statusnya menjadi laporan Polisi.
Laporan Polisi tersebut sebagai berikut:

Gambar 3.1.
Perkara TPPO Bareskrim Polri 2020

Sumber: robinops.bareskrim.polri.go.id

Saat ini jumlah personel Unit IV Subdit III Dittipidum


sejumlah 18 personel dengan rincian 7 personel definitif
dan 11 personel BKO yang diperbantukan dari
kewilayahan. Untuk Jumlah tersebut masih dirasakan
sangat kurang jika dibandingkan dengan jumlah Laporan
Polisi dan Laporan Informasi yang ditangani, apalagi
kejahatan Tindak Pidana Perdagangan Orang merupakan
kejahatan yang terorganisir dan kejahatan transnasional
(antar negara) yang memerlukan upaya ekstra dalam
penanganannya.

1) Pengetahuan (knowledge)
Disamping keterbatasan kuantitas, ternyata
kompetensi personel Unit IV Subdit III Dittipidum juga
masih belum ideal, terlihat dari banyaknya yang
belum menjalani Pendidikan kejuruan reskrim dan
juga Pendidikan kejuruan khusus TPPO. Masih
banyaknya personel yang belum memiliki pendidikan
kejuruan reskrim dan TPPO, mengakibatkan
ketidakmampuan untuk mengembangkan taktik dan
teknik penyelidikan serta penyidikan yang berakibat
pada lambatnya penanganan perkara.

2) Kemampuan (skill)
Kemampuan personil Unit IV Subdit III
Dittipidum sebenarnya cukup memadai terlihat dari
adanya beberapa pengungkapan jaringan
perdagangan orang yang berhasil diungkap beberapa
tahun belakangan ini. Namun dalam kenyataannya,
pelaksanaannya masih dihadapkan hambatan yakni :

a) Personil Unit IV Subdit III Dittipidum kesulitan


untuk mengembangkan cara teknik penyelidikan
dan penyidikan karena modus kejahatan ini
berkembang dari waktu ke waktu;

b) Beberapa pelaku kriminal yang sudah pernah


terungkap menjadikan pengalaman bagi para
pelaku lainnya untuk menghindari deteksi dari
petugas Polri.
3) Sikap (attitude)
Masih ada oknum personel yang justru menjadi
“bekingan” dari praktik-praktik perdagangan orang.
Disamping itu, masih ada anggapan bahwa tugas
penyelidikan dan penyidikan TPPO adalah tugas
yang tidak menarik dan tidak menantang.

b. Kondisi upaya penyelesaian perkara TPPO


Di unit IV Subdit III Dittipidum Bareskrim Polri,
penanganan perkara TPPO belum maksimal, selain
dikarenakan keterbatasan jumlah dan kemampuan personel,
juga dikarenakan selain menangani TPPO, juga dibebankan
menangani perkara tindak pidana umum lain seperti
penipuan, penggelapan, dan lainnya, yang menyebakan
penyidik tidak maksimal dalam mencurahkan kemampuan,
konsentrasi dan tenaga nya pada satu jenis perkara saja.

c. Sinergitas Dittipidum Bareskrim dengan Stakeholder terkait


Berkolaborasi dengan Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian
Perhubungan dan Kementerian Ketenagakerjaan dalam
upaya deteksi dini kejahatan perdagangan orang. Perlu juga
bekerjasama dengan Lembaga Perlindungan Saksi dan
Korban (LPSK) untuk mengungkap jaringan kejahatan ini.
Namun sayangnya kegiatan ini belum dilaksanakan dengan
berkesinambungan.
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Dari berbagai substansi permasalahan yang telah dijelaskan


sebagaimana pada bab sebelumnya, maka selanjutnya akan dilakukan
analisis SWOT terhadap kondisi organisasi berdasarkan kekuatan (strength),
kelemahan (weakness), peluang (opportunities) dan kendala (threat) yang
ada.

13. Faktor Internal


a. Kekuatan (strenght)
1) Adanya pedoman kerja dalam penyelenggaraan tugas
pokok Polri baik berupa Perkap, SOP, maupun
kebijakan-kebijakan strategis lainnya.
2) Adanya pendidikan kejuruan yang dapat dimanfaatkan
oleh seluruh personel Polri akan menjadikan sosok
yang cerdas, kompeten, humanis dan modern.
3) Adanya prestasi yang menonjol Unit IV Subdit III
dengan pengungkapan jaringan-jaringan perdagangan
orang sebelumnya.
4) Adanya peran dan kewenangan Polri yang sangat
luas sebagai aparat penegak hukum.

b. Kelemahan (weakness)
1) Masih adanya keterbatasan kuantitas sumber daya
manusia pada Unit IV Subdit III Dittipidum.
2) Masih adanya sikap perilaku personel yang tidak baik
dan tidak berdasarkan etika kepolisian.
3) Belum optimalnya tehnik penyelidikan dan penyidikan
TPPO;
4) Belum optimalnya koordinasi yang dilakukan oleh
Dittipidum Bareskrim Polri dengan stakeholder terkait.
14. Faktor Eksternal
a. Peluang (opportunity)
1) Adanya harapan masyarakat terhadap Polri agar dapat
melakukan pemberantasan terhadap semua jenis
penyakit masyarakat, termasuk TPPO.
2) Semakin aktifnya kontrol masyarakat secara eksternal,
baik lembaga swadaya masyarakat, perorangan, media
massa dan sosial.
3) Adanya keterkaitan tugas antara Kepolisian dengan
kementerian terkait dan stakeholder lainnya.

b. Ancaman (threat)
1) Kejahatan di pengaruhi oleh aspek kehidupan dalam
masyarakat seperti ekonomi, sosial budaya.
2) Kemiskinan, menyebabkan masyarakat dengan mudah
tergiur iming-iming pekerjaan enak dengan bayaran
besar yang sering dijadikan modus TPPO.
3) Perkembangan tehnologi dan informasi melahirkan
modus-modus baru kejahatan perdagangan orang.
BAB V
KONDISI YANG DIHARAPKAN

15. Kondisi Umum


Empat belas tahun pelaksanaan Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang (UU PTPPO), berbagai kemajuan dicapai
dan berbagai tantangan dihadapi. Perdagangan orang
merupakan salah satu bentuk kejahatan transnasional yang
bertentangan dengan harkat dan martabat manusia serta
melanggar Hak Asasi Manusia (HAM), sehingga dalam
pencegahan dan penanganan memerlukan langkah-langkah
konkrit, komprehensif serta keterlibatan seluruh unsur baik
pemerintah, masyarakat, dunia usaha, media, maupun semua
pemangku kepentingan. Indonesia bukan hanya sebagai negara
pengirim atau negara penerima, tetapi juga negara tempat
transit bagi mereka yang akan diperdagangkan ke negara lain.
Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) banyak
dialami oleh perempuan dan anak.
Berdasarkan Laporan Badan Reserse Kriminal Kepolisian
Negara Republik Indonesia tahun 2020, korban perempuan 70
persen dari total 297 orang korban, dengan rincian korban
perempuan dewasa 190 orang dan anak perempuan 18 orang,
sedangkan sisa korban laki-laki dewasa dan anak laki-laki.
Dampak utama TPPO, kerugian dialami oleh korban tidak hanya
berupa gangguan kesehatan, cacat fisik, terinfeksi HIV, infeksi
menular seksual, kematian, namun mengalami gangguan mental
dan trauma berat. Kedua dampak tersebut berpotensi
mengakibatkan penyakit sosial yang dapat mempengaruhi
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Diharapkan dapat dilakukan pencegahan terhadap
perdagangan orang secara komprehensif oleh Polri, pemerintah
dan seluruh stakeholder yang terkait. Seluruh elemen
masyarakat diharapkan dapat berkegiatan positif dan saling
mendukung dalam penanggulangan kejahatan perdagangan
orang. Masyarakat diharapkan dapat turut berperan besar
sebagai mitra Polri dan pemerintah untuk menciptakan
keselamatan rakyat.

16. Kondisi Yang Diharapkan


a. Kompetensi personil yang di harapkan
Kondisi ideal terhadap kompetensi personil BUnit IV
Subdit III dalam penanganan kejahatan perdagangan orang
diulas dengan menggunakan tiga aspek meliputi
pengetahuan (knowledge), kemampuan (skill) dan sikap
perilaku (attitude) sebagai berikut :

1) Pengetahuan (Knowledge)
Disamping pemenuhan personel dari segi
kuantitas diharapkan kondisi pengetahuan personel
yang diharapkan dalam penanganan kejahatan
perdagangan orang ini minimal 80% personil memiliki
pendidikan kejuruan reskrim dan Pendidikan kejuruan
khusus penanganan dan pemberantasan TPPO.

2) Kemampuan (Skill)
Saat ini, sebenarnya personil Unit IV Subdit III
Dittipidum telah memiliki kemampuan dalam
penyelidikan dan penyidikan kejahatan perdagangan
orang, namun masih ada beberapa kendala.
Disamping itu terkait sarana dan prasarana
pendukung diharapkan adanya peningkatan peralatan
yang lebih modern guna menyesuaikan dengan
perkembangan dan kemajuan teknologi.

3) Sikap perilaku (Attitude)


Sikap dan perilaku yang diharapkan adalah
personil Unit IV Subdit III TPPO Dittipidum Bareskrim
Polri memiliki rasa empati dan kepedulian yang tinggi
terhadap kejahatan perdagangan orang. Memahami
serta menyadari bahwa kejahatan ini mengancam
keselamatan rakyat yang pada akhirnya
mempengaruhi situasi kamtibmas.

b. Sinergitas Dittipidum Bareskrim Polri dengan Stakeholder


Terkait
Permasalahan kejahatan perdagangan orang harus
dilihat secara menyeluruh dari hulu hingga ke hilir. Di hulu,
diharap aktif Kementerian Ketenagakerjaan untuk
mendeteksi penyalur-penyalur tenaga kerja illegal,
Kementerian Perhubungan untuk mendeteksi pengiriman
korban-korban di Pelabuhan, bandara dan mode
transportasi lainnya. Sedangkan di hilir ada peran aparat
Kepolisian. Keseluruh stakeholder harus bersinergi dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan
perdagangan orang.
Diharap juga terbagun Kerjasama yang efektif antara
penyidik dengan jaksa dan penuntut umum agar berkas
perkara khususnya terkait kejahatan perdagangan orang
dapat dipermudah proses pelimpahannya dari penyidik
Polri.
BAB VI
UPAYA PEMECAHAN MASALAH

17. Umum
Masyarakat secara umum sangat rawan menjadi korban
tindak pidana perdagangan orang apabila tidak mempunyai
bekal pengetahuan yang memadai tentang masalah ini. Untuk
itulah perlu dilakukan kampanye (sosialisasi) secara massif
untuk menyebarluaskan informasi tentang apa dan bagaimana
praktek trafficking (perdagangan orang) yang harus diwaspadai.
Upaya tersebut juga memerlukan keterlibatan seluruh sektor
pemerintah, swasta, LSM, badan-badan Internasional,
organisasi masyarakat, perseorangan termasuk media massa.
Upaya pencegahan tindak pidana perdagangan orang atau
trafficking dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu, pertama
pemetaan tindak pidana perdagangan orang di Indonesia baik
untuk tujuan domestik maupun luar negeri. Kedua, peningkatan
pendidikan masyarakat, khususnya pendidikan alternatif bagi
anak-anak perempuan, termasuk dengan sarana prasarana
pendidikannya. Ketiga, peningkatan pengatahuan masyarakat
melalui pemberian onformasi seluas-luasnya tentang tindak
pidana perdagangan orang beserta seluruh aspek yang terkait
dengannya. Keempat, perlu diupayakan adanya jaminan
aksesbilitas bagi keluarga khususnya perempuan dan anak
untuk memperoleh pendidikan, pelatihan, peningkatan
pendapatan dan pelayanan social. Cara-cara tersebut terkesan
sangat ideal, tinggal bagaimana implementasinya secara nyata.

18. Upaya Pemecahan Masalah


Berdasarkan kondisi faktual, faktor-faktor yang
mempengaruhi, serta kondisi ideal di atas, dirumuskan konsepsi
pemecahan masalah terkait mengoptimalkan penanganan
perkara Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) oleh Unit IV
Subdit III TPPO Dittipidum Bareskrim Polri guna percepatan
penyelesaian perkara dalam rangka terwujudnya profesionalitas
penyidik. Rumusan strategi yang dilakukan dengan menyusun
strategi jangka pendek, strategi jangka sedang dan strategi
jangka panjang sebagai berikut:

a. Jangka pendek (0-1 tahun)


1) Menguatkan prestasi personel khususnya Unit IV
Subdit III, tindakannya dengan cara Kasubit III
Dittipidum mengusulkan kepada Dirtipidum agar
personel yang telah berprestasi dalam penanganan
dan pengungkapan TPPO diberikan reward.

2) Meningkatkan penggunaan dan penerapan tehnik


dan taktik penyelidikan dan penyidikan, tindakannya
adalah :
a) Kasubdit III Dittipidum dan Kanit IV Subdit III
memberikan pengarahan kepada personel yang
ditugaskan, tentang :
 bagaimana penerapan tehnik penyelidikan
TPPO.
 bagaimana penerapan Teknik penyidikan
TPPO.

b. Jangka sedang (0-3 tahun)


1) Menguatkan pendidikan kejuruan dan pengembangan
reskrim dan TPP0:
 Kasubbagrenmin Dittipidum menginventarisir
personel yang belum memiliki kejuruan reskrim
dan kejuruan khusus TPPO untuk di ajukan
mengikuti pelatihan.
 Kasubdit III mengajukan personel yang belum
memiliki kejuruan kepada Kasubbagrenmin.
2) Mewujudkan harapan dari masyarakat terhadap
kinerja Polri. Kegiatannya adalah :
 Kasubbagops Dittipidum melakukan analisa
keluhan masyarakat dengan membuat pusat
pengaduan masyarakat.
 Wadir Tipidum melakukan analisa dan evaluasi
terhadap kegiatan yang telah dilakukan oleh
Unit IV Subdit III TPPO dalam
mengimplementasikan strategi jangka sedang.

c. Jangka panjang (0-5 tahun)


1) Menghilangkan lemahnya penegakan hukum,
ketidakprofesionalan penyidik dan menciptakan citra
positif Polri di masyarakat. Kegiatannya adalah :
 Dirtipidum berkolaborasi dengan kementerian
dan stakeholder terkait dalam pendeteksian dan
penindakan kejahatan perdagangan orang.
 Dirtipidum berkoordinasi dengan Bidang Humas
melakukan publikasi terhadap hasil kinerja Unit
IV Subdit III dalam penggungkapan jaringan
sindikat perdagangan orang melalui berbagai
media.
 Wadir Tipidum menganalisa dan evaluasi
terhadap kegiatan yang telah dilakukan oleh
Unit IV Subdit III Dittipidum khususnya tugas
dalam pemberantasan, pengungkapan dan
penindakan kejahatan perdagangan kejahatan
perdagangan orang dalam implementasi strategi
jangka panjang.
BAB VII
PENUTUP

19. Kesimpulan
a. Kondisi kompetensi personil Unit IV Subdit III TPPO
Dittipidum dalam penyelidikan, penyidikan dan penindakan
kejahatan perdagangan orang belum optimal, baik dari
aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill),
maupun sikap perilaku (attitude).
1) Dari aspek pengetahuan, dapat dilihat bahwa
personel masih banyak yang belum memiliki latar
belakang pendidikan kejuruan reskrim dan
Pendidikan khusus penanganan TPPO. Oleh karena
itu perlu perlu adanya kebijakan prioritas pemenuhan
kualitas SDM.
2) Dari aspek keterampilan, dapat dilihat bahwa
keterampilan personel cukup memadai terlihat dari
keberhasilan pengungkapan beberapa jaringan
kejahatan perdagangan orang. Namun pada
kenyataanya masih terdapat hambatan. Perlu
dilakukan langkah-langkah nyata dalam peningkatan
keterampilan.
3) Dari aspek sikap perilaku, personel perlu ditanamkan
untuk memiliki rasa empati dan kepedulian yang
tinggi dalam penindakan perdagangan orang demi
terciptanya keselamatan rakyat sebagai hukum
tertinggi.

b. Kondisi sinergitas antara Bhabinkamtibmas dengan


Pemerintah Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten dalam
penerapan protokol kesehatan belum optimal. Oleh karena
itu perlu dilakukan:
1) Sinergitas dengan stakeholder, melalui kegiatan :
(a) Bekerjasama dengan Kementerian
Perhubungan dalam pengawasan terminal,
bandara, Pelabuhan dan moda transportasi
lainnya yang sering dijadikan sarana
memindahkan dan mengirim korban TPPO;
(b) Bekerjasama dengan kementerian
ketenagakerjaan dalam mendeteksi penyalur-
penyalur tenaga kerja palsu yang dijadikan
modus perdagangan orang, juga mendorong
pemerintah membuka banyak lapangan
pekerjaan untuk menekan angka kemiskinan;
(c) Bekerjasama dengan Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak serta Lembaga Perlindungan Saksi Korban
untuk mengetahui lebih banyak dan menarik
informasi jaringan, modus operandi
perdagangan orang.

20. Saran
a. Merekomendasikan kepada Kabareskrim Up. Karorenmin
untuk menambah personil Unit IV Subdit III Dittipidum dan
menjadikan anggota yang saat ini melaksanakan tugas
BKO menjadi personel definitif.
b. Merekomendasikan kepada Kabareskrim untuk
mengadakan alsus yang mengikuti perkembangan jaman
dan teknologi, sehinggga memudahkan personel
pelaksanaaan tugas penyelidikan dan penyidikan.
c. Merekomendasikan kepada Kabatreskrim Up. Karorenmin
untuk menyelenggarakan pelatihan peningkatan
kemampuan khusus TPPO dengan mengundang ahli
terkait hukum pidana dan perdagangan orang sebagai
narasumber.
d. Merekomendasikan kepada Dirtipidum Bareskrim untuk
membuat MoU dengan kejaksaan dipermudah dalam
proses pelimpahan berkas berkara dari penyidik, dalam
rangka percepatan penyelesaian perkara. Khususnya
terkait perdagangan orang.
e. Merekomendasikan kepada Dirtipidum Bareskrim untuk
bersinergi dengan Kementerian, Lembaga dan stakeholder
terkait untuk bekerjasama dalam pencegahan,
pendeteksian, pengungkapan dan penindakan kejahatan
perdagangan orang.
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

Nama : HERRY APANDI, S.H. Lampiran lembar bimbingan/konsultasi karya


Nosis : 02103031297 tulis terapan Setukpa Angkatan 50 Tahun
Anggaran 2021.

Pertemuan Tanggal Arahan/petunjuk/ Paraf Ket


ke - Bimbingan Pembimbing

Megamendung, Mei 2021

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

DODY PRIBADI, S.I.K., M.Si. IMAN SANTOSO, S. Sk., S.H., M.H.


KOMBES POL NRP. AKP NRP.
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Waluyo. 2016. Penegakan Hukum di Indonesia. Jakarta : Sinar


Grafika.

George E. Rush. 2003. The Dictionary of Criminal Justice (Sixth Edition), New
York:McGraw-Hill.

Giriraj Shah. 2002. White Collar Crime. New Delhi: Anmol Publication PVT. Ltd.

Hotniar Siringoringo. 2005. Pemograman Linear: Seri Teknik Riset Operasi.


Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005.

Leden Marpaung. 2008. Proses Penyelidikan Perkara Pidana Penyelidikan dan


Penyidikan. Sinar Grafika: Jakarta.

Moh. Uzer Usman. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja


Rosdakarya.

Mukhlis. 2012. Pergeseran Kedudukan dan Tugas Penyidik Polri dengan


Perkembangan Delik-Delik Diluar KUHP. Jurnal Ilmu Hukum, Universitas Riau,
Vol. 3, No. 1 Agustus.

Peraturan Presiden Nomor 69 Tahun 2008 tentang Gugus Tugas Pencegahan


dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

S. Pamudji. 1985. Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia. PT Bina Aksara.

Satjipto Raharjo. 2009. Penegakan Hukum Sebagai Tinjauan Sosiologis. Genta


Publishing. Yogyakarta.

Singgih Miharsi Pamungkas. 2018. Peran Forum Kemitraan Polisi Dan


Masyarakat (FKPM) Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Di Luar Pengadilan
(Studi Kasus Di Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen). Universitas
Diponegoro Semarang.

Soerjono Soekanto. Hal. 1983. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakkan


Hukum. Raja Grafindo. Jakarta.

Sudikno Mertokusumo. 1999. Mengenal Hukum. Liberty Yogyakarta.

Supriyadi Widodo Eddyono. 2005. Perdagangan Manusia Dalam Rancangan


KUHP. Lembaga Studi Dan Advokasi Masyarakat (ELSAM).

Tim Prima Pena. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :Gita Media
Press.

Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana


Perdagangan Orang.

W.J.S. Poerdwadarminta. 1997. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai


Pustaka: Jakarta.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

1. NAMA : …………
2. PANGKAT / NRP : ……….
3. JABATAN : …………
4. TEMPAT LAHIR : …………
5. TANGGAL LAHIR : ………..
6. AGAMA : …………….
7. T.M.T JABATAN : ……………..

II. PENDIDIKA
N DIK
UMUM
1. S1 UNIV. BHAYANGKARA JAKARTA RAYA 2009
2. SMU NEGERI I JENEPONTO 1997
3. SMP NEGERI I JENEPONTO 1994
4. SD NEGERI NOMOR 49 BALANG I 1991

DIK POL THN


1. DIKMABA POLRI T.A. ……

KEJURUAN DAN PELATIHAN THN


1. PELATIHAN SURVEILLANCE CORE SKILLS COURSE 09-09-2018
2. DIKBANGSPES BINTARA IDIK TP. TERORISME 18-04-2018

III. T.M.T PANGKAT


BRIPKA 01-07-2018
BRIGPOL 01-07-2013
BRIPTU 01-07-2009
BRIPDA 08-09-2007
IV. RIWAYAT JABATAN
1. BANIT 1 SUBDIT III DITTIPIDUM BARESKRIM POLRI 04-02-2017
2. BANUM SUBBAG RENMIN DITTIPIDUM BARESKRIM 04-02-2016

V. TANDA JASA
1. SATYALANCANA DHARMA NUSA28-05-2004
2. SATYALANCANA KSATRYA TAMTAMA10-02-2004

YANG MEMBUAT

HERRY APANDI, S.H.


AIPDA NRP NRP

Anda mungkin juga menyukai