DISUSUN OLEH :
RIFTO KRISTIONO
NOSIS 202103031079
NOSIS : 202103031079
PEMBIMBING
i
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
NOSIS : 202103031079
ii
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
Disusun oleh :
RIFTO KRISTIONO
NOSIS 202103031079
PLETON 1/B
Karya Tulis Terapan ini untuk memenuhi salah satu Tugas Akhir
Program Operasional Proses Pembelajaran Peserta Didik Setukpa
Angkatan 50 T.A. 2021 dan telah disetujui oleh pembimbing serta telah
dilakukan pengujian karya tulis pada tanggal............................2021.
PENGUJI I
NAMA
PANGKAT NRP.
PENGUJI II
NAMA
PANGKAT NRP.
iii
LEMBAGA PENIDIDKAN DAN PELATIHAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
MOTTO
iv
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa Karya tulis ini jauh dari kata sempurna,
akan tetapi penulis sangat berharap karya tulis ini sangat bermanfaat bagi
Kepolisian pada umumnya dan bagi para pembaca pada khususnya.
v
8. ……………………… Istriku tercinta, anak-anakku tercinta
……………… yang selalu membuat diri menjadi semangat dan
termotivasi.
9. Semuanya yang telah mendukung dan mendoakan saya dalam
menjalani pendidikan Setukpa Polri di Megamendung agar menjadi
Perwira yang dibanggakan oleh keluarga maupun orang lain.
PENULIS
RIFTO KRISTIONO
NOSIS 202103031079
vi
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA.
SURAT PERNYATAAN
Apabila dikemudian hari karya tulis terapan ini terbukti merupakan Plagiat
orang lain, maka penulis sanggup dan bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan
yang berlaku di Lembaga pendidikan dan dianggap tidak sah serta tidak mendapat
nilai.
RIFTO KRISTIONO
NOSIS 02103031079
vi
DAFTAR ISI
vii
BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
13. Faktor Internal..........................................................................19
.....
a. Kekuatan............................................................................19
b. .. 19
Kelemahan.........................................................................
14. Faktor Eksternal........................................................................22
........
c. . 22
Peluang..............................................................................
d. .. 22
Ancaman............................................................................
16. .........
Kondisi Yang Diharapkan........................................................23
POLA PIKIR 34
DAFTAR PUSTAKA 35
RIWAYAT HIDUP 36
LAMPIRAN-LAMPIRAN 36
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
b. Pokok Persoalan
Pokok-pokok persoalan sebagai berikut:
1) Kuantitas personil yang dimiliki Unit II Subdit Kamneg
Polda Metro Jaya dalam penanganan tindak pidana
dampak unjuk rasa anarkis belum maksimal.
2) Kualitas personil yang dimiliki Unit II Subdit Kamneg
Polda Metro Jaya dalam penanganan tindak pidana
dampak unjuk rasa anarkis belum maksimal.
3) Sarana prasarana yang dimiliki Unit II Subdit Kamneg
Polda Metro Jaya dalam penanganan tindak pidana
dampak unjuk rasa anarkis belum memadai.
4) Metode yang digunakan Unit II Subdit Kamneg Polda
Metro Jaya dalam penanganan tindak pidana dampak
unjuk rasa anarkis belum optimal.
3. Ruang Lingkup
Berdasarkan pokok masalah dan pokok persoalan di atas,
untuk membatasi karya tulis terapan ini maka ruang lingkup
yang menjadi objek utama dalam tulisan ini adalah personel
penyidik Unit II Subdit Kamneg Polda Metro Jaya dalam
melaksanakan tugas penanganan tindak pidana dampak unjuk
rasa anarkis sepanjang tahun 2020.
4
4. Dasar Penulisan
a. Keputusan Kapolri Nomor: KEP/2463/XII/2020, tanggal 22
Desember 2020 tentang Program Pendidikan dan
Pelatihan Polri T.A. 2021;
b. Surat Keputusan Kalemdiklat Polri Nomor: KEP/50/II /2021,
tanggal 17 Februari 2021 Tentang Kurikulum Sekolah
Inspektur Polisi T.A. 2021;
c. Surat Perintah Kasetukpa Lemdiklat Polri Nomor:
SPRIN/285/XI/KEP/2020, tanggal 23 November 2020
tentang Team Revisi Modul MP. Karya Tulis Terapan Bagi
Serdik SIP Angkatan Ke-50 T.A. 2021;
d. Program Kerja Setukpa Lemdiklat Polri T.A. 2021;
e. Surat Perintah Kasetukpa Lemdiklat Polri Nomor:
SPRIN/95/III/DIK.2.2./2021, tanggal 31 Maret 2021,
tentang Penunjukkan Personel Setukpa Lemdiklat Polri
Sebagai Pembimbing Karya Tulis Terapan Sekolah
Inspektur Polisi (SIP) Angkatan Ke – 50 T.A.2021.
b. Tujuan
1). Untuk mendeskripsikan upaya penanganan tindak
pidana dampak unjuk rasa anarkis oleh penyidik Unit
II Subdit Kamneg Polda Metro Jaya.
5
2) Pendekatan
Pendekatan dalam penulisan Karya Tulis Terapan ini
adalah melalui pendekatan manajerial tugas Polri.
7. Sistematika
Dalam penulisan Karya Tulis Terapan ini di susun dengan
sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab yang berisi latar belakang, permasalahan
dan pokok-pokok persoalan, ruang lingkup, maksud dan tujuan,
pendekatan dan sistematika serta pengertian-pengertian.
6
8. Pengertian-Pengertian
a. Kamtibmas suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai
salah satu prasyarat terselenggaranya proses
pembangunan nasional dalam rangka tercapainnya tujuan
nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan,
ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya
ketentraman yang mengandung kemampuan membina
serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat
dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala
bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan
lainnya yang dapat meresahkan masyarakat (UU No. 2
Tahun 2002 tentang Polri).
b. Unjuk rasa kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau
lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan
sebagainya secara demonstratif di muka umum (Rahman,
2003:18).
c. Anarkisme tindakan yang dilakukan dengan sengaja
atau terang-terangan oleh seseorang atau sekelompok
orang yang bertentangan dengan norma hukum yang
mengakibatkan kekacauan, membahayakan keamanan
umum, mengancam keselamatan barang dan/atau jiwa,
kerusakan fasilitas umum atau hak milik orang lain (Perkap
Nomor 9 Tahun 2008).
d. Penyidikan suatu tindak lanjut dari kegiatan
penyelidikan dengan adanya persyaratan dan pembatasan
yang ketat dalam penggunaan upaya paksa setelah
pengumpulan bukti permulaan yang cukup guna membuat
8
9. Landasan Umum
1) Teori Keamanan dan Ketertiban
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang
dimaksut aman adalah bebas dari semua gangguan,
bahaya, resiko, rasa takut dan dapat terlindungi.
Dengan demikian aman bersangkut paut dengan
psikologis dan kondisi atau keadaan yang terbebas
dari bahaya,gangguan,rasa takut maupun risiko.
Aman diartikan mengandung empat poin pokok, yaitu
perasaan bebas dari kekhawatiran, perasaan bebas
dari risiko dan perasaan damai lahir bathin (Sadjono,
2008:7).
Sedangkan makna kata tertib dan ketertiban
adalah suatu kondisi dimana unit sosial termasuk
didalamnya adalah warga masyarakat dengan segala
fungsi dan posisinya dapat berperan sebagaimana
ketentuan yang ada. Sedangkan pengertian
Ketertiban adalah suatu keadaan dimana segala
kegiatan dapat berfungsi dan berperan sesuai
ketentuan yang ada (Rinawati, 2018:2).
Keamanan, ketertiban masyarakat merupakan
suatu situasi yang dibutuhkan oeh masyarakat dalam
hal pembangunan maupun bersosialisasi dengan
masyarakat lainnya. Situasi kamtibmas yang baik
sangat diharapkan oleh seluruh masyarakat untuk
dapat diwujudkan, sehingga menimbulkan perasaan
tentram dan damai bagi setiap masyarakat dan dapat
meningkatkan motifasi dan semangat dalam bekerja,
karena tidak ada rasa takut akibat kemungkinan
adanya gangguan yang akan menimpa.
Fungsi Polri dibidang pemeliharaan keamanan
dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) adalah salah
satu wujud pelaksanaan tugas-tugas Polri yang
memiliki tanggung jawab untuk menciptakan suatu
keadaan yang tertib, tentram, dan teratur dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari. Sebagai alat
negara utama yang berperan dalam mewujudkan
keamanan dan ketertiban, Polri memegang
kewenangan dan kendali penuh terhadap pencapaian
tujuan terwujudnya Kamtibmas tersebut, tentu saja
dalam pelaksanaan tugasnya, masyarakat dan
komponen bangsa lainnya harus pula secara proaktif
membantu Polri dalam mewujudkan Kamtibmas.
2) Teori Anarkisme
Anarki merupakan kekacauan fisik yang
menimpa masyarakat sipil berupa bentrokan antar
manusia, perkelahian massal, sampai pembunuhan,
penjarahan, dan perusakan sarana dan prasarana
umum, maupun fasilitas pribadi ataupun tindak pidana
lainnya. Karena itu, anarki tidak menghasilkan suatu
perubahan positif dalam tatanan masyarakat dan
hanya menimbulkan kerusakan fisik dan trauma sosial
(ketakutan yang mencekam masyarakat). Anarki
berkaitan erat dengan istilah kekerasan. Sebagaimana
menurut Kamus Hukum bahwa anarki disebut sebagai
Anarchie yang mengartikan bahwa keadaan kacau
balau disebabkan tidak adanya pemerintahan atau
peraturan (Simorangkir dkk, 2000;8).
Anarkisme yaitu suatu ajaran (paham) yang
menentang setiap kekuasaan negara atau teori politik
yang tidak menyukai adanya pemerintahan dan
undang-undang. Anarki terjadi ketika sekelompok
orang berkumpul bersama untuk melakukan tindak
kekerasan, biasanya sebagai tindakan pembalasan
terhadap perlakuan yang dianggap tidak adil ataupun
sebagai upaya penentangan terhadap sesuatu.
Alasan yang sering menjadi penyebab anarki misalnya
kesejahteraan masyarakat yang tidak terpenuhi,
kebijakan pemerintah yang merugikan masyarakat,
dan lain sebagainya (Sudarsono, 2007:33).
Kecenderungan masyarakat bersifat anarkis
tidak lebih karena adanya provokator, kerap kita
membayangkan bahwa provokator tersebut adalah
orang di luar kelompok atau massa (baik penduduk
asli atau terorganisasi dari luar) yang mengabarkan
cerita buruk dan bohong. Tak cukup dengan itu, dapat
pula diimajinasikan bahwa provokator itu
melakukannya seraya berbisik-bisik dengan mata
curiga dan berjalan mengendap-endap dan mengajak
massa lain untuk melakukan aksi anarkis. Perasaan
tidak aman atau rasa takut pada kejahatan pada
umumnya juga diakibatkan oleh diyakininya perasaan
bersama tersebut, terlepas dari adatidaknya fakta
yang mendukung perasaan tadi, media-massa dalam
hal ini amat efektif menanamkan citra, persepsi,
pengetahuan ataupun pengalaman bersama tadi,
sesuatu yang mulanya kasus individual, setelah
disebarluaskan oleh media massa lalu menjadi
pengetahuan publik dan siap untuk disimpan dalam
memori seseorang. Memori tersebut pada suatu waktu
kelak dapat dijadikan referensi oleh yang
bersangkutan dalam memilih model perilaku.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa unjuk rasa anarkis merupakan
suatu penyampaian pendapat yang ditujukan kepada
penguasa atau pemerintah atas ketidakpuasan suatu
kelompok atau masyarakat atas kebijakan yang telah
dikeluarkan, sehingga atas ketidakpuasan tersebut
para kelompok tersebut juga mengiringi aksi yang
dilakukan dengan melakukan kekacauan baik
perusakan terhadap barang ataupun kekerasan
terhadap orang lain.
1) Pengetahuan (knowledge)
Disamping keterbatasan kuantitas, ternyata
kompetensi personel Unit II Subdit Kamneg
Ditreskrimum Polda Metro Jaya juga masih belum
ideal, terlihat dari banyaknya yang belum menjalani
Pendidikan kejuruan reskrim. Masih banyaknya
personel yang belum memiliki pendidikan kejuruan
reskrim ini, mengakibatkan ketidakmampuan untuk
mengembangkan taktik dan teknik penyelidikan dan
penyidikan dengan maksimal. Disamping itu juga
masih banyak personel yang masih mengalami
kesulitan dalam penerapan unsur pasal 170 KUHP,
216 KUHP dan 406 KUHP yang merupakan pasal-
pasal yang sering dikenakan pada para pelaku unjuk
rasa anarkis.
2) Kemampuan (skill)
Kemampuan personil Unit II Subdit Kamneg
Ditreskrimum Polda Metro Jaya belum cukup yang
mengakibatkan dalam pelaksanaan penanganan
tindak pidana unjuk rasa anarkis masih dihadapkan
hambatan yakni:
3) Sikap (attitude)
Masih ada personel yang menganggap bahwa
tugas penanganan tindak pidana unjuk rasa anarkis
adalah tugas yang tidak menarik dan tidak
menantang.
a. Kekuatan (strenght)
1) Adanya pedoman kerja dalam penyelenggaraan tugas
pokok Polri di bidang penyidikan tindak pidana baik
berupa Perkap, SOP, maupun kebijakan-kebijakan
strategis lainnya.
2) Adanya pendidikan kejuruan reskrim yang dapat
dimanfaatkan oleh seluruh personel Polri sesuai bidang
tugas.
3) Adanya peran dan kewenangan Polri yang sangat
luas sebagai aparat penegak hukum.
b. Kelemahan (weakness)
b. Ancaman (threat)
1) Pengetahuan (Knowledge)
Disamping pemenuhan personel dari segi
kuantitas diharapkan kondisi pengetahuan personel
yang diharapkan dalam penerapan Teknik
penyelidikan dan penyidikan maupun penerapan
unsur-unsur pasal ini minimal 80% personil memiliki
pendidikan kejuruan reskrim.
2) Kemampuan (Skill)
Saat ini, sebenarnya personil Polri telah memiliki
kemampuan dalam penanganan unjuk rasa anarkis,
namun ada beberapa kendala, khususnya dalam
penerapan unsur pasal, sehingga penyidikan tidak
maksimal. Disamping itu. sarana dan prasarana
pendukung diharapkan adanya peningkatan peralatan
yang lebih modern guna menyesuaikan dengan
perkembangan dan kemajuan teknologi.
17. Umum
Upaya umum untuk optimalkan penanganan unjuk rasa
anarkis adalah dengan mencegahnya dari hulu ke hilir yakni
dengan meningkatkan peran aktif masyarakat guna mendukung
atau membantu tugas Polri dalam menjaga keamanan dan
ketertiban, bijak di media sosial, tidak mudah tersulut dan
terprovokasi oleh oknum-oknum yang ingin mengganggu
keamanan dan ketertiban masyarakat.
Di hilir, reskrim Polri sebagai lembaga penegak hukum jika
tindak pidana dimaksud sudah terjadi, diwajibkan memiliki
kemampuan personel penyidik, sarana prasarana, anggaran dan
SOP yang jelas untuk membuat tugas penanganan tindak
pidana unjuk rasa anarkis menjadi maksimal.
19. Kesimpulan
a. Kondisi kompetensi personil Unit II Subdit Kamneg Polda
Metro Jaya dalam penanganan tindak pidana akibat unjuk
rasa anarkis belum optimal, baik dari aspek pengetahuan
(knowledge), keterampilan (skill), maupun sikap perilaku
(attitude).
1) Dari aspek pengetahuan, dapat dilihat bahwa
personel masih banyak yang belum memiliki latar
belakang pendidikan kejuruan reskrim. Oleh karena
itu perlu perlu adanya kebijakan prioritas pemenuhan
kualitas SDM.
2) Dari aspek keterampilan, masih terdapat hambatan,
misalnya masih kesulitan dalam menerapkan Teknik
penyelidikan dan penyidikan dan gagap teknologi.
Perlu dilakukan langkah-langkah nyata dalam
peningkatan keterampilan.
3) Dari aspek sikap perilaku, personel perlu ditanamkan
untuk memiliki rasa empati dan kepedulian yang
tinggi dan tidak meremehkan terhadap tugas
penanganan unjuk rasa anarkis.
20. Saran
a. Merekomendasikan kepada Kapolda Up. Karo SDM untuk
menambah personil Unit II Subdit Kamneg, khususnya
yang sudah memiliki dikjur reskrim untuk memaksimalkan
Teknik penyelidikan dan penyidikan terhadap tindak pidana
unjuk rasa anarkis.
b. Merekomendasikan kepada Kapolda untuk mengadakan
alsus yang mengikuti perkembangan jaman dan teknologi,
sehinggga memudahkan personel dalam melakukan tugas.
c. Merekomendasikan kepada Kapolda Up. Karo SDM untuk
menyelenggarakan pelatihan peningkatan kemampuan
penanganan unjuk rasa anarksi dengan mengundang ahli
terkait hukum pidana dan ahli terkait tindak anarkisme
sebagai narasumber.
d. Merekomendasikan kepada Kapolda up. Dirreskrimum
untuk bersinergi dengan stakeholder-stakeholder terkait
dan bekerjasama dalam melakukan deteksi dini,
pencegahan dan penegakan hukum tindak pidana yang
diakibatkan aksi anarkis.
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
POL
A
PIK
IR
DAFTAR PUSTAKA
A. Rahmah dan Amiruddin Pabbu. 2015. Kapita Selekta Hukum Pidana. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Hadari Nawawi. 2003. Perencanaan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
J.C.T. Simorangkir, Rudy T. Erwin dan J.T. Prasetyo. 2000. Kamus Hukum. Jakarta:
Sinar Grafika.
Kunarto. 1999. Merenungi Kiprah Polri menghadapi Gelora Anarkhi. Cipta Manunggal:
Jakarta.
M. Husein Harun. 1991. Penyidik dan Penuntut Dalam Proses Pidana. PT rineka cipta.
Jakarta.
Machfud Sidik. 2001. Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Dalam Rangka
Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah.
Marpaung, Leden. 1992. Proses Penegakan Perkara Pidana. Sinar Grafika, Jakarta.
Mustafa Kamal Pasha. 2003. Pancasila Dalam Tinjauan Historis dan Filosofis. Citra
Karsa Mandiri: Yogyakarta.
Rahman, Fitriana Sidikah. 2003. Negosiasi Dalam Pengendalian Unjuk Rasa oleh Tim
Negosiator Polda Metro Jaya. Tesis.
Sayuti Hasibuan. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia: pendekatan non sekuler.
Surakarta: Muhammadiyah University Press.
I. DATA PRIBADI
1. NAMA : …………
2. PANGKAT / NRP : ……….
3. JABATAN : …………
4. TEMPAT LAHIR : …………
5. TANGGAL LAHIR : ………..
6. AGAMA : …………….
7. T.M.T JABATAN : ……………..
II. PENDIDIKA
N DIK
UMUM
1. S1 UNIV. BHAYANGKARA JAKARTA RAYA 2009
2. SMU NEGERI I JENEPONTO 1997
3. SMP NEGERI I JENEPONTO 1994
4. SD NEGERI NOMOR 49 BALANG I 1991
V. TANDA JASA
1. SATYALANCANA DHARMA NUSA28-05-2004
2. SATYALANCANA KSATRYA TAMTAMA10-02-2004
YANG MEMBUAT
RIFTO KRISTIONO
AIPDA NRP NRP…….