Anda di halaman 1dari 44

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

KARYA TULIS TERAPAN

OPTIMALISASI PENANGANAN TINDAK PIDANA DAMPAK


UNJUK RASA ANARKIS OLEH PENYIDIK UNIT II SUBDIT
KEAMANAN NEGARA GUNA MEMBERIKAN EFEK JERA
TERHADAP PELAKU DALAM RANGKA TERWUJUDNYA
SITUASI KAMTIBMAS YANG KONDUSIF

DISUSUN OLEH :
RIFTO KRISTIONO

NOSIS 202103031079

SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA ANGKATAN 50


TAHUN ANGGARAN 2021
SUKABUMI, MEI 2021
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS TERAPAN

NAMA : RIFTO KRISTIONO

NOSIS : 202103031079

PELETON / KELAS : 1/B

JUDUL KARYA TULIS : OPTIMALISASI PENANGANAN TINDAK PIDANA


DAMPAK UNJUK RASA ANARKIS OLEH PENYIDIK
UNIT II SUBDIT KAMNEG GUNA MEMBERIKAN
EFEK JERA TERHADAP PELAKU DALAM RANGKA
TERWUJUDNYA KAMTIBMAS YANG KONDUSIF

PEMBIMBING TELAH MENYETUJUI KARYA TULIS TERAPAN INI

Sukabumi, Mei 2021

PEMBIMBING

DODY PRIBADI, S.I.K., M.Si.


KOMBES POL NRP. 72120381

IMAM SANTOSO, SK, S.H., M.H.


AKP NRP. 72100574

i
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

LEMBARAN BIMBINGAN / KONSULTASI PEMBUATAN

KARYA TULIS TERAPAN SERDIK SETUKPA ANGKATAN 50 T.A. 2021

NAMA : RIFTO KRISTIONO

NOSIS : 202103031079

PELETON / KELAS : 1/B

JUDUL KARYA TULIS : OPTIMALISASI PENANGANAN TINDAK PIDANA


DAMPAK UNJUK RASA ANARKIS OLEH PENYIDIK
UNIT II SUBDIT KAMNEG GUNA MEMBERIKAN
EFEK JERA TERHADAP PELAKU DALAM RANGKA
TERWUJUDNYA KAMTIBMAS YANG KONDUSIF.

Megamendung, Mei 2021

PESERTA DIDIK PEMBIMBING

RIFTO KRISTIONO DODY PRIBADI, S.I.K., M.Si.


NOSIS 202103031079 KOMBES POL NRP. 72120381

IMAN SANTOSO, S. Sk., S.H., M.H.


AKP NRP. 72100574

ii
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

LEMBARAN PENGESAHAN PENGUJIAN

“OPTIMALISASI PENANGANAN TINDAK PIDANA DAMPAK


UNJUK RASA ANARKIS OLEH PENYIDIK UNIT II SUBDIT
KAMNEG GUNA MEMBERIKAN EFEK JERA TERHADAP
PELAKU DALAM RANGKA TERWUJUDNYA KAMTIBMAS
YANG KONDUSIF”

Disusun oleh :
RIFTO KRISTIONO
NOSIS 202103031079
PLETON 1/B

Karya Tulis Terapan ini untuk memenuhi salah satu Tugas Akhir
Program Operasional Proses Pembelajaran Peserta Didik Setukpa
Angkatan 50 T.A. 2021 dan telah disetujui oleh pembimbing serta telah
dilakukan pengujian karya tulis pada tanggal............................2021.

Megamendung, Mei 2021

PENGUJI I

NAMA
PANGKAT NRP.

PENGUJI II

NAMA
PANGKAT NRP.

iii
LEMBAGA PENIDIDKAN DAN PELATIHAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

MOTTO

“Kehidupan ini bukan


hanya tentang memiliki,
tetapi tentang menghargai
dan bersyukur atas yang
sudah kita miliki”
(RIFTO KRISTIONO)

iv
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas


segala karunia dan petunjuknya sehingga penulis dapat menyusun karya
tulis terapan ini yang berjudul “OPTIMALISASI PENANGANAN TINDAK
PIDANA DAMPAK UNJUK RASA ANARKIS OLEH PENYIDIK UNIT II
SUBDIT KAMNEG GUNA MEMBERIKAN EFEK JERA TERHADAP
PELAKU DALAM RANGKA TERWUJUDNYA KAMTIBMAS YANG
KONDUSIF.”

Penulis menyadari bahwa Karya tulis ini jauh dari kata sempurna,
akan tetapi penulis sangat berharap karya tulis ini sangat bermanfaat bagi
Kepolisian pada umumnya dan bagi para pembaca pada khususnya.

Dalam penulisan Karya tulis ini, penulis banyak mendapat bantuan


dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan yang baik ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan sedalam-
dalamnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya Kepada :

1. Bapak Kasetukpa Lemdiklat Polri Brigjen Pol ……………..


2. Bapak Waka Setukpa Lemdiklat Polri Kombes Pol. ……………….
3. Bapak-bapak Pejabat Utama Setukpa Lemdiklat Polri.
4. Bapak Kabag Binsis Kombes ……………
5. Bapak dan Ibu / para pejabat dan Gadik Setukpa Lemdiklat Polri.
6. Bapak ………………………………………… Pembimbing Karya
Tulis Terapan.
7. Kedua Orang Tua saya yang telah mendidik dan membina saya
sampai saat ini.

v
8. ……………………… Istriku tercinta, anak-anakku tercinta
……………… yang selalu membuat diri menjadi semangat dan
termotivasi.
9. Semuanya yang telah mendukung dan mendoakan saya dalam
menjalani pendidikan Setukpa Polri di Megamendung agar menjadi
Perwira yang dibanggakan oleh keluarga maupun orang lain.

Semoga amal baik Bapak/Ibu dan saudara sekalian diterima Tuhan


Y.M.E sebagai amal soleh. Aaamiiin ya rabbal’alamin.

Penulis selalu berharap semoga dengan tersusunnya Karya tulis ini


dapat memberikan sumbangan yang berharga bagi pihak-pihak yang
memerlukan, khususnya Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
kami cintai.

Demikian karya tulis ini penulis susun semoga dapat bermanfaat


dan dapat menambah pengetahuan khususnya bagi penulis, umumnya
bagi setiap pembaca. Amin.

Sukabumi, Mei 2021

PENULIS

RIFTO KRISTIONO
NOSIS 202103031079

vi
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA.

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : RIFTO KRISTIONO
Nosis : 202103031079
Kelas : 1/B
Peserta didik : SETUKPA ANGKATAN 50 T.A. 2021

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Terapan dengan Judul


“OPTIMALISASI PENANGANAN TINDAK PIDANA DAMPAK UNJUK RASA
ANARKIS OLEH PENYIDIK UNIT II SUBDIT KAMNEG GUNA MEMBERIKAN
EFEK JERA TERHADAP PELAKU DALAM RANGKA TERWUJUDNYA
KAMTIBMAS YANG KONDUSIF” yang telah dibuat merupakan hasil penulisan
sendiri dan bukan merupakan “Plagiat” penulisan orang lain.

Apabila dikemudian hari karya tulis terapan ini terbukti merupakan Plagiat
orang lain, maka penulis sanggup dan bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan
yang berlaku di Lembaga pendidikan dan dianggap tidak sah serta tidak mendapat
nilai.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya

Sukabumi, Mei 2021

Yang Membuat Pernyataan

RIFTO KRISTIONO
NOSIS 02103031079

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING i


LEMBAR BIMBINGAN DAN KONSULTASI ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI iii
MOTTO iv
KATA PENGANTAR v
SURAT PERNYATAAN vi
DAFTAR ISI vi
i
BAB I PENDAHULUAN
Halaman
1. Latar belakang...........................................................
1
........
2. Permasalahan dan Persoalan................................... ... 3
a. Pokok Permasalahan......................................................
3 .
b. Pokok Persoalan.............................................................
3 .
3. Ruang Lingkup........................................................... 3
........
4. Dasar Penulisan......................................................... 4
........
5. Maksud dan Tujuan................................................... 4
.........
a. Maksud.........................................................................
4
b.
Tujuan...........................................................................
4
6. Metode dan Pendekatan............................................ ......... 5
a. Metode.................................................................... 5
b. Pendekatan .................................................................5
7. Sistematika................................................................. 5
........
8. Pengertian-Pengertian............................................... 7
......
BAB II LANDASAN PEMIKIRAN
9. Landasan Umum........................................................ ..........
9
10. Landasan Operasional...................................…… …. 15
BAB III KONDISI SAAT INI 18
11. Kondisi Umum............................................................ 18.
.........
12. Kondisi Saat Ini.......................................................... 19

vii
BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
13. Faktor Internal..........................................................................19
.....
a. Kekuatan............................................................................19
b. .. 19
Kelemahan.........................................................................
14. Faktor Eksternal........................................................................22
........
c. . 22
Peluang..............................................................................
d. .. 22
Ancaman............................................................................

BAB V KONDISI YANG DIHARAPKAN


15. Kondisi Umum.........................................................................23
.....

16. .........
Kondisi Yang Diharapkan........................................................23

BAB VI UPAYA PEMECAHAN MASALAH


17. Umum...................................................................... 25
..........
Upaya Pemecahan Masalah......................................................25
18.
BAB VII PENUTUP
......
Kesimpulan............................................................................28
19.
.......
Saran.......................................................................................29
20.

POLA PIKIR 34

DAFTAR PUSTAKA 35

RIWAYAT HIDUP 36

LAMPIRAN-LAMPIRAN 36

viii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Anarkisme merupakan suatu paham yang kenyataanya


hanya mencoreng bangsa kita, paham seperti ini sudah masuk
dan mampir membudaya dalam masyarakat kita, pola pemikiran
yang hanya menyelesaikan masalah dengan tindakan-tindakan
kekerasan (anarki). Tindakan anarki sudah menjadi salah satu
perhatian utama bagi pihak kepolisian selaku penjaga dan
memelihara keamanan dan ketertiban di Negara ini. Hal ini
merupakan suatu permasalahan yang pastinya sangat
meresahkan keamanan dan ketertiban umum, sehingga di
pandang perlu mengambil tindakan tegas demi mengatasinya.
Penguatan kedudukan, tugas dan tanggung jawab Polri
tercantum dalam Konstitusi Negara Republik Indonesia yaitu
Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Pasal 30 UUD 1945
disebutkan bahwa : “Polri bertanggung jawab terhadap masalah
keamanan dan ketertiban masyarakat”, namun setelah
amandemen ke II UUD 1945 disebutkan dalam Pasal 30 bahwa:
“Polri bertanggung jawab terhadap keamanan dalam negeri
(Kamdagri)”, hal ini membawa konsekuensi tugas Polri yang
lebih luas, kompleks dan berat. Sebagai penanggung jawab
keamanan dalam negeri, peran Polri inilah yang membawanya
ikut serta menjadi penjaga demokrasi yang terus berkembang
ditengah-tengah masyarakat (Hidayat, 2008:5).
Masalah yang dihadapi oleh kepolisian dalam mengatasi
kamtibmas tidak terukur dan tidak terbatas. Dapat saja kondisi
demonstrasi yang awalnya damai, tanpa kerusuhan dan dapat
dikendalikan. Namun suasana damai tersebut dalam kurun
waktu yang singkat dapat berubah secara drastis menjadi
kondisi yang mencekam (kontinjensi). Keadaan demikian dapat
2

disebabkan demonstran yang awalnya damai berubah drastis


menjadi anarkis, seperti melempar batu atau benda lainnya ke
rumah, perkantoran atau tempat strategis lainnya sehingga
eskalasi perhitungan masalah berpotensi mengakibatkan
kerugian harta maupun hilangnya nyawa.
Di wilayah hukum Polda Metro Jaya, yang
bertanggungjawab terhadap penanganan unjuk rasa anarkis
adalah Subdirektorat Keamanan Negara (Subdit 1). Dalam hal
penindakan terhadap demonstrasi yang anarkis, Subdit Kamneg
Polda Metro Jaya berpedoman pada ketentuan Pasal 23 huruf e
Peraturan Kepala Kepolisian Nomor 7 Tahun 2012 tentang Tata
Cara Penyelenggaraan Pelayanan, Pengamanan, dan
Penanganan Perkara Penyampaian Pendapat di Muka Umum
kemudian menyatakan bahwa kegiatan penyampaian pendapat
di muka umum dinyatakan sebagai bentuk pelanggaran apabila
berlangsung anarkis, yang disertai dengan tindak pidana atau
kejahatan terhadap ketertiban umum, kejahatan yang
membahayakan keamanan umum bagi orang atau barang, dan
kejahatan terhadap penguasa umum.
Pada kenyataannya, penyidikan terhadap para demonstran
yang anarkis tersebut praktiknya tidak berjalan maksimal,
terbukti tidak adanya tersangka demonstran yang dilimpahkan
kasusnya ke kejaksaan dan hanya selesai pada tahap
penyidikan. Inilah yang mendasari penulis menulis Karya Tulis
Terapan berjudul “Optimalisasi Penanganan Tindak Pidana
Dampak Unjuk Rasa Anarkis Oleh Penyidik Unit II Subdit
Kamneg Guna Memberikan Efek Jera Terhadap Pelaku Dalam
Rangka Terwujudnya Kamtibmas Yang Kondusif.”
3

2. Permasalahan dan Persoalan


a. Pokok Permasalahan
Dari penjelasan latar belakang tersebut diatas, maka
yang menjadi permasalahan adalah “bagaimana
mengoptimalkan penanganan tindak pidana dampak unjuk
rasa anarkis oleh penyidik Unit II Subdit Kamneg guna
memberikan efek jera terhadap pelaku dalam rangka
terwujudnya kamtibmas yang kondusif.”

b. Pokok Persoalan
Pokok-pokok persoalan sebagai berikut:
1) Kuantitas personil yang dimiliki Unit II Subdit Kamneg
Polda Metro Jaya dalam penanganan tindak pidana
dampak unjuk rasa anarkis belum maksimal.
2) Kualitas personil yang dimiliki Unit II Subdit Kamneg
Polda Metro Jaya dalam penanganan tindak pidana
dampak unjuk rasa anarkis belum maksimal.
3) Sarana prasarana yang dimiliki Unit II Subdit Kamneg
Polda Metro Jaya dalam penanganan tindak pidana
dampak unjuk rasa anarkis belum memadai.
4) Metode yang digunakan Unit II Subdit Kamneg Polda
Metro Jaya dalam penanganan tindak pidana dampak
unjuk rasa anarkis belum optimal.

3. Ruang Lingkup
Berdasarkan pokok masalah dan pokok persoalan di atas,
untuk membatasi karya tulis terapan ini maka ruang lingkup
yang menjadi objek utama dalam tulisan ini adalah personel
penyidik Unit II Subdit Kamneg Polda Metro Jaya dalam
melaksanakan tugas penanganan tindak pidana dampak unjuk
rasa anarkis sepanjang tahun 2020.
4

4. Dasar Penulisan
a. Keputusan Kapolri Nomor: KEP/2463/XII/2020, tanggal 22
Desember 2020 tentang Program Pendidikan dan
Pelatihan Polri T.A. 2021;
b. Surat Keputusan Kalemdiklat Polri Nomor: KEP/50/II /2021,
tanggal 17 Februari 2021 Tentang Kurikulum Sekolah
Inspektur Polisi T.A. 2021;
c. Surat Perintah Kasetukpa Lemdiklat Polri Nomor:
SPRIN/285/XI/KEP/2020, tanggal 23 November 2020
tentang Team Revisi Modul MP. Karya Tulis Terapan Bagi
Serdik SIP Angkatan Ke-50 T.A. 2021;
d. Program Kerja Setukpa Lemdiklat Polri T.A. 2021;
e. Surat Perintah Kasetukpa Lemdiklat Polri Nomor:
SPRIN/95/III/DIK.2.2./2021, tanggal 31 Maret 2021,
tentang Penunjukkan Personel Setukpa Lemdiklat Polri
Sebagai Pembimbing Karya Tulis Terapan Sekolah
Inspektur Polisi (SIP) Angkatan Ke – 50 T.A.2021.

5. Maksud dan Tujuan


a. Maksud
Untuk memberikan gambaran dan penjelasan tentang
penanganan tindak pidana dampak unjuk rasa anarkis oleh
penyidik Unit II Subdit Kamneg guna memberikan efek jera
terhadap pelaku dalam rangka terwujudnya kamtibmas
yang kondusif.

b. Tujuan
1). Untuk mendeskripsikan upaya penanganan tindak
pidana dampak unjuk rasa anarkis oleh penyidik Unit
II Subdit Kamneg Polda Metro Jaya.
5

2). Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang


mempengaruhi penanganan tindak pidana dampak
unjuk rasa anarkis oleh penyidik Unit II Subdit
Kamneg Polda Metro Jaya.
3). Untuk mendeskripsikan kondisi ideal penanganan
tindak pidana dampak unjuk rasa anarkis oleh
penyidik Unit II Subdit Kamneg Polda Metro Jaya.
4). Memformulasikan upaya optimalisasi penanganan
tindak pidana dampak unjuk rasa anarkis oleh
penyidik Unit II Subdit Kamneg guna memberikan
efek jera terhadap pelaku dalam rangka terwujudnya
kamtibmas yang kondusif.

6. Metode dan Pendekatan


1) Metode
Metode dalam penulisan ini adalah Deskriptif Analisis,
dengan menggambarkan keadaan yang sebenarnya
secara umum kemudian di analisa untuk mendapat
pemecahan.

2) Pendekatan
Pendekatan dalam penulisan Karya Tulis Terapan ini
adalah melalui pendekatan manajerial tugas Polri.

7. Sistematika
Dalam penulisan Karya Tulis Terapan ini di susun dengan
sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab yang berisi latar belakang, permasalahan
dan pokok-pokok persoalan, ruang lingkup, maksud dan tujuan,
pendekatan dan sistematika serta pengertian-pengertian.
6

BAB II LANDASAN TEORI DAN KONSEP


Bab ini menguraikan tentang landasan teori atau konsep
yang digunakan,antara lain :Konseps Analisa SWOT, Teori
Keamanan dan Ketertiban, Teori Anarkisme, Teori Penyidikan
dan Teori Optimalisasi.

BAB III KONDISI SAAT INI


Bab ini akan menguraikan kondisi personel Unit II Subdit
Kamneg Polda Metro Jaya, yang meliputi: kondisi sumber daya
manusia, dukungan anggaran, dukungan sarana dan prasarana
serta metode yang digunakan dalam pelaksanaan penanganan
tindak pidana dampak unjuk rasa anarkis.

BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


Bab ini menjelaskan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan penanganan tindak pidana dampak
unjuk rasa anarkis.

BAB V KONDISI YANG DIHARAPKAN


Bab ini akan membahas mengenai kondisi personel Unit II
Subdit Kamneg Polda Metro Jaya dalam pelaksanaan
penanganan tindak pidana dampak unjuk rasa anarkis yang
ideal terkait dengan kondisi sumber daya manusia, dukungan
anggaran, dukungan sarana dan prasarana serta metode yang
digunakan dalam pelaksanaannya.

BAB VI UPAYA PEMECAHAN MASALAH


Bab ini merupakan isi dari upaya optimalisasi penanganan
tindak pidana dampak unjuk rasa anarkis oleh penyidik Unit II
Subdit Kamneg guna memberikan efek jera terhadap pelaku
dalam rangka terwujudnya kamtibmas yang kondusif.
7

BAB VII PENUTUP


Bab ini terdiri dari kesimpulan atas penjelasan yang telah
diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan diakhiri dengan saran
dan rekomendasi.

8. Pengertian-Pengertian
a. Kamtibmas  suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai
salah satu prasyarat terselenggaranya proses
pembangunan nasional dalam rangka tercapainnya tujuan
nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan,
ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya
ketentraman yang mengandung kemampuan membina
serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat
dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala
bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan
lainnya yang dapat meresahkan masyarakat (UU No. 2
Tahun 2002 tentang Polri).
b. Unjuk rasa  kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau
lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan
sebagainya secara demonstratif di muka umum (Rahman,
2003:18).
c. Anarkisme  tindakan yang dilakukan dengan sengaja
atau terang-terangan oleh seseorang atau sekelompok
orang yang bertentangan dengan norma hukum yang
mengakibatkan kekacauan, membahayakan keamanan
umum, mengancam keselamatan barang dan/atau jiwa,
kerusakan fasilitas umum atau hak milik orang lain (Perkap
Nomor 9 Tahun 2008).
d. Penyidikan  suatu tindak lanjut dari kegiatan
penyelidikan dengan adanya persyaratan dan pembatasan
yang ketat dalam penggunaan upaya paksa setelah
pengumpulan bukti permulaan yang cukup guna membuat
8

terang suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak


pidana (Hamzah, 2014:29).
e. Optimalisasi  proses mengoptimalkan sesuatu, dengan
kata lain proses menjadikan sesuatu menjadi paling baik
atau paling tinggi (Machfud, 2001:8).
BAB II
LANDASAN PEMIKIRAN

Dalam penulisan Karya Tulis Terapan ini dibutuhkan teori-


teori sebagai alat analisis yang digunakan disesuaikan dengan
pokok bahasan.

9. Landasan Umum
1) Teori Keamanan dan Ketertiban
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang
dimaksut aman adalah bebas dari semua gangguan,
bahaya, resiko, rasa takut dan dapat terlindungi.
Dengan demikian aman bersangkut paut dengan
psikologis dan kondisi atau keadaan yang terbebas
dari bahaya,gangguan,rasa takut maupun risiko.
Aman diartikan mengandung empat poin pokok, yaitu
perasaan bebas dari kekhawatiran, perasaan bebas
dari risiko dan perasaan damai lahir bathin (Sadjono,
2008:7).
Sedangkan makna kata tertib dan ketertiban
adalah suatu kondisi dimana unit sosial termasuk
didalamnya adalah warga masyarakat dengan segala
fungsi dan posisinya dapat berperan sebagaimana
ketentuan yang ada. Sedangkan pengertian
Ketertiban adalah suatu keadaan dimana segala
kegiatan dapat berfungsi dan berperan sesuai
ketentuan yang ada (Rinawati, 2018:2).
Keamanan, ketertiban masyarakat merupakan
suatu situasi yang dibutuhkan oeh masyarakat dalam
hal pembangunan maupun bersosialisasi dengan
masyarakat lainnya. Situasi kamtibmas yang baik
sangat diharapkan oleh seluruh masyarakat untuk
dapat diwujudkan, sehingga menimbulkan perasaan
tentram dan damai bagi setiap masyarakat dan dapat
meningkatkan motifasi dan semangat dalam bekerja,
karena tidak ada rasa takut akibat kemungkinan
adanya gangguan yang akan menimpa.
Fungsi Polri dibidang pemeliharaan keamanan
dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) adalah salah
satu wujud pelaksanaan tugas-tugas Polri yang
memiliki tanggung jawab untuk menciptakan suatu
keadaan yang tertib, tentram, dan teratur dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari. Sebagai alat
negara utama yang berperan dalam mewujudkan
keamanan dan ketertiban, Polri memegang
kewenangan dan kendali penuh terhadap pencapaian
tujuan terwujudnya Kamtibmas tersebut, tentu saja
dalam pelaksanaan tugasnya, masyarakat dan
komponen bangsa lainnya harus pula secara proaktif
membantu Polri dalam mewujudkan Kamtibmas.

2) Teori Anarkisme
Anarki merupakan kekacauan fisik yang
menimpa masyarakat sipil berupa bentrokan antar
manusia, perkelahian massal, sampai pembunuhan,
penjarahan, dan perusakan sarana dan prasarana
umum, maupun fasilitas pribadi ataupun tindak pidana
lainnya. Karena itu, anarki tidak menghasilkan suatu
perubahan positif dalam tatanan masyarakat dan
hanya menimbulkan kerusakan fisik dan trauma sosial
(ketakutan yang mencekam masyarakat). Anarki
berkaitan erat dengan istilah kekerasan. Sebagaimana
menurut Kamus Hukum bahwa anarki disebut sebagai
Anarchie yang mengartikan bahwa keadaan kacau
balau disebabkan tidak adanya pemerintahan atau
peraturan (Simorangkir dkk, 2000;8).
Anarkisme yaitu suatu ajaran (paham) yang
menentang setiap kekuasaan negara atau teori politik
yang tidak menyukai adanya pemerintahan dan
undang-undang. Anarki terjadi ketika sekelompok
orang berkumpul bersama untuk melakukan tindak
kekerasan, biasanya sebagai tindakan pembalasan
terhadap perlakuan yang dianggap tidak adil ataupun
sebagai upaya penentangan terhadap sesuatu.
Alasan yang sering menjadi penyebab anarki misalnya
kesejahteraan masyarakat yang tidak terpenuhi,
kebijakan pemerintah yang merugikan masyarakat,
dan lain sebagainya (Sudarsono, 2007:33).
Kecenderungan masyarakat bersifat anarkis
tidak lebih karena adanya provokator, kerap kita
membayangkan bahwa provokator tersebut adalah
orang di luar kelompok atau massa (baik penduduk
asli atau terorganisasi dari luar) yang mengabarkan
cerita buruk dan bohong. Tak cukup dengan itu, dapat
pula diimajinasikan bahwa provokator itu
melakukannya seraya berbisik-bisik dengan mata
curiga dan berjalan mengendap-endap dan mengajak
massa lain untuk melakukan aksi anarkis. Perasaan
tidak aman atau rasa takut pada kejahatan pada
umumnya juga diakibatkan oleh diyakininya perasaan
bersama tersebut, terlepas dari adatidaknya fakta
yang mendukung perasaan tadi, media-massa dalam
hal ini amat efektif menanamkan citra, persepsi,
pengetahuan ataupun pengalaman bersama tadi,
sesuatu yang mulanya kasus individual, setelah
disebarluaskan oleh media massa lalu menjadi
pengetahuan publik dan siap untuk disimpan dalam
memori seseorang. Memori tersebut pada suatu waktu
kelak dapat dijadikan referensi oleh yang
bersangkutan dalam memilih model perilaku.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa unjuk rasa anarkis merupakan
suatu penyampaian pendapat yang ditujukan kepada
penguasa atau pemerintah atas ketidakpuasan suatu
kelompok atau masyarakat atas kebijakan yang telah
dikeluarkan, sehingga atas ketidakpuasan tersebut
para kelompok tersebut juga mengiringi aksi yang
dilakukan dengan melakukan kekacauan baik
perusakan terhadap barang ataupun kekerasan
terhadap orang lain.

3) Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana


Pengertian penyelidikan adalah serangkaian
tindakan penyidik untuk mencari dan menemukan
suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana
guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan
penyidikan menurut cara yang diatur dalam Undang-
undang (Harun, 1991:56). Fungsi penyidik dilakukan
sebelum dilakukan penyelidikan hanya bertugas untuk
mengetahui dan menentukan peristiwa apa yang
sesungguhnya telah terjadi dan bertugas mambuat
berita acara serta laporannya nantinya merupakan
dasar permulaan penyidikan.
Proses penyelidikan tindak pidana dilakukan
untuk :
a) Mencari keterangan-keterangan dan bukti guna
menentukan suatu peristiwa yang dilaporkan atau
diadukan, apakah merupakan tindak pidana atau
bukan.
b) Melengkapi keterangan dan bukti-bukti yang telah
di proses agar menjadi jelas sebelum dilakukan
penindakan selanjutnya
c) Persiapan pelaksanaan penindakan dan atau
pemeriksaan.

Pengertian penyidikan Istilah penyidikan dipakai


sebagai istilah hukum pada Tahun 1961, yaitu sejak
dimuatnya dalam Undang-Undang Pokok Kepolisian
No. 13 Tahun 1961. Sebelumnya dipakai istilah
pengusutan yang merupakan terjemah dari bahasa
Belanda, yaitu opsporin. Pasal 1 butir 2 (Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana) KUHAP diuraikan
bahwa: “penyidikan adalah serangkaian tindakan
penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam undang-undang, mencari dan mengumpulkan
bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang
tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya.”
Tujuan penyidikan adalah untuk menunjuk siapa
yang telah melakukan kejahatan dan memberikan
pembuktian-pembuktian mengenai masalah yang telah
dilakukannya. Untuk mencapai maksud tersebut maka
penyidik akan menghimpun keterangan dengan fakta
atau peristiwa-peristiwa tertentu (Harun, 1991:58).
Kegiatan Penyidikan meliputi:
a) Penyidikan berdasarkan informasi atau laporan
yang diterima maupun yang di ketahui langsung
oleh penyidik, laporan polisi, berita acara
pemeriksaan tersangka, dan berita acara
pemeriksaan saksi.
b) Penindakan adalah setiap tindakan hukum yang
dilakukan oleh penyidik/penyidik pembantu
terhadap orang maupun barang yang ada
hubungannya dengan tindak pidana yang terjadi.
Penindakan hukum tersebut berupa pemanggilan
tersangka dan saksi, penangkapan, penahanan,
penggeledahan, dan penyitaan.
c) Pemeriksaan adalah merupakan kegiatan untuk
mendapatkan keterangan, kejelasan dan
keidentikan tersangka dan atau saksi dan atau
barang bukti ataupun unsur-unsur tindak pidana
yang terjadi sehingga kedudukan dan peranan
seseorang maupun barang bukti didalam tindak
pidana menjadi jelas dan dituangkan dalam berita
acara pemeriksaan yang berwenang melakukan
pemeriksaan adalah penyidik dan penyidik
pembantu.
d) Penyelesaian dan Penyerahan Berkas Perkara,
merupakan kegiatan akhir dari proses penyidikan
tindak pidana yang dilakukan oleh penyidik dan
penyidik pembantu.

Dalam melaksanakan fungsi tersebut harus


memperhatikan asas-asas yang menyangkut hak-hak
manusia, antara lain (Marpaung, 1992:43):
a) Asas praduga tak bersalah yaitu setiap orang
disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau
diadili sidang pengadilan wajib dianggap tidak
bersalah sampai adanya putusan pengadilan
yang menyatakan kesalahan berdasarkan
keputusan hakim yang mempunyai kekuasaan
hukum yang tetap.
b) Peranan dimuka hukum yaitu perlakuan yang
sama atas setiap orang dimuka hukum dengan
tidak mengadakan perbedaan.
c) Hak memberi bantuan atau penasihat hukum
yaitu setiap orang yang tersangkut perkara tindak
pidana wajib diberikan kesempatan memperoleh
bantuan hukum yang semata-mata untuk
melaksanakan kepentingan pembelaan atas
dirinya, sejak saat dilakukan penangkapan dan
penahanan sebelum dimulainya pemeriksaan
kepada tersangka wajib diberitahukan tentang
apa yang disangkakan kepadanya dan haknya
untuk mendapatkan bantuan hukum atau perkara
itu wajib didampingi penasihat hukum.
d) Peradilan harus dilakukan dengan cepat,
sederhana, terbuka, jujur, dan tidak memihak.
e) Penangkapan, penahanan, penggeledahan dan
penyitaan hanya dilakukan berdasarkan perintah
tertulis dari pejabat yang diberi wewenang oleh
Undang-undang dan hanya dalam cara ditentukan
oleh Undang-undang.
f) Tersangka yang telah ditangkap berhak untuk
mendapatkan pemeriksaan dengan memberikan
keterangan secara bebas dan selanjutnya untuk
segera diajukan ke penuntut umum.
g) Seseorang yang ditangkap, ditahan, dituntut, dan
diadili disidang pengadilan tanpa alasan
berdasarkan undang-undang atau kekeliruan
mengenai orangnya atau hukumnya dan wajib
diberi ganti kerugian atau rehabilitasi.

10. Landasan Operasional


1) Teori Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
organisasi. Analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan
peluang (opportunities), namun secara bersamaan
dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan
ancaman (threats).
Analisa SWOT dalam penulisan ini, dipakai
dalam memformulasikan serta sebagai bahan penulis
untuk mengkombinasikan strategi apa yang harus
dirangkai oleh penulis yang didapat dari analisa dari
faktor-faktor yang mempengaruhi yang meliputi faktor
internal dan eksternal, yaitu dengan menformulasikan
bagaimana temuan strategi dari kombinasi kekuatan
dan peluang yang dimiliki, adanya kelemahan dan
peluang, dan kekuatan dan ancaman yang ada serta
seberapa besar kelemahan dan ancaman.

2) Teori Sumber Daya


Manusia merupakan komponen penting dalam
organisasi yang akan bergerak dan melakukan
aktifitas untuk mencapai tujuan. Keberhasilan suatu
organisasi ditentukan dari kualitas orang-orang yang
berada di dalamnya. SDM akan bekerja secara
optimal jika organisasi dapat mendukung kemajuan
karir mereka dengan melihat apa sebenarnya
kompetensi mereka. Biasanya, pengembangan SDM
berbasis kompetensi akan mempertinggi produktivitas
karyawan sehingga kualitas kerja pun lebih tinggi pula
dan berujung pada puasnya pelanggan dan
organisasi akan diuntungkan. Sumber Daya Manusia
dapat didefinisikan sebagai semua manusia yang
terlibat di dalam suatu organisasi dalam
mengupayakan terwujudnya tujuan organisasi
tersebut (Hasibuan, 2000:3).
Nawawi membagi pengertian SDM menjadi dua,
yaitu pengertian secara makro dan mikro. Pengertian
SDM secara makro adalah semua manusia sebagai
penduduk atau warga negara suatu negara atau
dalam batas wilayah tertentu yang sudah memasuki
usia angkatan kerja, baik yang sudah maupun belum
memperoleh pekerjaan (lapangan kerja). Dalam arti
mikro adalah manusia atau orang yang bekerja atau
menjadi anggota suatu organisasi yang disebut
personil, pegawai, karyawan, pekerja, tenaga kerja
dan lain-lain (Nawawi, 2003:37).
Sumber daya yang paling penting bagi suatu
organisasi adalah orang yang memberikan kerja,
bakat, kreativitas, dan semangat kepada organisasi.
Oleh karena itu kesulitan sumberdaya manusia
merupakan sumber masalah dalam organisasi.
Konsekuensi dari hal ini adalah tersedianya sumber
daya manusia yang mempunyai kapasitas sebagai
perencana dan pelaksana program kegiatan.
Kapasitas ini ditentukan oleh kapabilitas, kompetensi
dan produktivitas kerja.
BAB III
KONDISI SAAT INI

11. Kondisi Umum


Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum
serta sebuah negara yang berdasarkan demokrasi Pancasila
(Mustafa, 2003:108). Bahwa Undang-undang memberikan
perlindungan kepada setiap warga negara berhak untuk
mengemukakan pendapat sebagaimana yang dirumuskan di
dalam Pasal 28 UUD 1945, yang bunyi rumusannya adalah
“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
Undang-undang”. Namun dengan adanya ketentuan tersebut
menimbulkan asumsi atau persepsi masyarakat yang lebih luas,
sehingga pada zaman reformasi akhir-akhir ini terjadinya
demonstrasi di mana-mana di seluruh Nusantara, bahkan dalam
melakukan aksi nya pun tanpa mengontrol diri, yang akhirnya
menuju pada anarki yakni penjarahan, pembakaran, pembunuhan
dan perusakan yang akibatnya di rasakan oleh masyarakat itu
sendiri (Kunarto, 1999:133).
Unit II Subdit Keamanan Negara Polda Metro Jaya,
merupakan garda terdepan dalam penanganan tindak pidana
yang diakibatkan dari adanya unjuk rasa anarkis. Pada
kenyataannya, yang dilakukan hingga saat ini belum optimal,
banyaknya perkara yang tidak tuntas dan tidak dapat sampai ke
tahap P-21, menyebabkan para pelaku tidak mendapatkan efek
jera dan Kembali mengulangi melakukan unjuk rasa anarkis di
kemudian hari, yang tentunya merugikan masyarakat, bangsa dan
negara.
12. Kondisi Saat Ini
a. Kondisi Kompetensi Personil Unit II Subdit Kamneg
Ditreskrimum Polda Metro Jaya
Saat ini jumlah personel masih dirasakan sangat kurang, apalagi
wilayah hukum Polda Metro Jaya memiliki tingkat
kerawanan tinggi khususnya terhadap tindak unjuk rasa
anarkis.

1) Pengetahuan (knowledge)
Disamping keterbatasan kuantitas, ternyata
kompetensi personel Unit II Subdit Kamneg
Ditreskrimum Polda Metro Jaya juga masih belum
ideal, terlihat dari banyaknya yang belum menjalani
Pendidikan kejuruan reskrim. Masih banyaknya
personel yang belum memiliki pendidikan kejuruan
reskrim ini, mengakibatkan ketidakmampuan untuk
mengembangkan taktik dan teknik penyelidikan dan
penyidikan dengan maksimal. Disamping itu juga
masih banyak personel yang masih mengalami
kesulitan dalam penerapan unsur pasal 170 KUHP,
216 KUHP dan 406 KUHP yang merupakan pasal-
pasal yang sering dikenakan pada para pelaku unjuk
rasa anarkis.

2) Kemampuan (skill)
Kemampuan personil Unit II Subdit Kamneg
Ditreskrimum Polda Metro Jaya belum cukup yang
mengakibatkan dalam pelaksanaan penanganan
tindak pidana unjuk rasa anarkis masih dihadapkan
hambatan yakni:

a) Personil yang mengemban tugas penanganan


tindak pidana unjuk rasa anarkis kesulitan untuk
menerapkan unsur-unsur pasal untuk menjerat
dan memberi efek jera pada para pelaku;

b) Beberapa pelaku yang sudah pernah terungkap,


menjadikan pengalaman bagi para pelaku
lainnya;

c) Masih adanya kegagapan teknologi, khususnya


dalam hal perekaman dan dokumentasi,
sehingga lemah dalam pembuktian.

3) Sikap (attitude)
Masih ada personel yang menganggap bahwa
tugas penanganan tindak pidana unjuk rasa anarkis
adalah tugas yang tidak menarik dan tidak
menantang.

b. Sinergitas Unit II Subdit Kamneg Ditreskrimum Polda Metro


Jaya dengan Stakeholder terkait
Berkolaborasi dengan TNI, Satpol PP dan pemilik
CCTV di titik-titik yang rawan unjuk rasa. Namun sayangnya
kegiatan ini belum dilaksanakan dengan berkesinambungan.
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Dari berbagai substansi permasalahan yang telah dijelaskan


sebagaimana pada bab sebelumnya, maka selanjutnya akan dilakukan
analisis SWOT yaitu sebuah teori yang memberikan penilaian terhadap
kondisi organisasi berdasarkan kekuatan (strength), kelemahan
(weakness), peluang (opportunities) dan kendala (threat) yang ada.

13. Faktor Internal

a. Kekuatan (strenght)
1) Adanya pedoman kerja dalam penyelenggaraan tugas
pokok Polri di bidang penyidikan tindak pidana baik
berupa Perkap, SOP, maupun kebijakan-kebijakan
strategis lainnya.
2) Adanya pendidikan kejuruan reskrim yang dapat
dimanfaatkan oleh seluruh personel Polri sesuai bidang
tugas.
3) Adanya peran dan kewenangan Polri yang sangat
luas sebagai aparat penegak hukum.

b. Kelemahan (weakness)

1) Masih adanya keterbatasan kuantitas sumber daya


manusia personel Unit II Subdit Kamneg Polda Metro
Jaya jika dibanding tingkat kerawanan.
2) Masih adanya sikap perilaku personel yang
menganggap remeh tugas penanganan tindak pidana
anarkis.
3) Masih adanya kegagapan teknologi pada personel;
4) Tidak adanya peralatan yang mendukung tugas
penyidikan unjuk rasa anarkis;
5) Kurangnya koordinasi yang dilakukan oleh Subdit
Kamneg dengan stakeholder terkait.

14. Faktor Eksternal


a. Peluang (opportunity)
1) Adanya harapan masyarakat terhadap Polri agar dapat
melakukan pemberantasan terhadap semua jenis
penyakit masyarakat.
2) Semakin aktifnya kontrol masyarakat terhadap kinerja
Polri.
3) Adanya keterkaitan tugas antara Kepolisian dengan
stakeholder terkait.

b. Ancaman (threat)

1) Unjuk rasa anarkis di pengaruhi oleh aspek kehidupan


dalam masyarakat seperti ekonomi, sosial budaya.
2) Perkembangan tehnologi dan informasi melahirkan
modus-modus baru ajakan unjuk rasa anarkis.
BAB V
KONDISI YANG DIHARAPKAN

15. Kondisi Umum


Pelaku atau peserta pelaksanaan penyampaian pendapat di
muka umum yang melakukan perbuatan melanggar hukum, dapat
dikenakan sanksi pidana sebagaimana disebutkan didalam Pasal
170 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (selanjutnya
disebut KUHP), yang menyebutkan bahwa “Barang siapa dengan
terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan
kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun enam bulan”. Berdasarkan
ketentuan tersebut maka kekerasan yang dimaksud harus
dilakukan di muka umum karena kejahatan ini memang
dimasukkan ke dalam golongan kejahatan ketertiban umum (R.
Soesilo, 1991:57).
Diharapkan dapat dilakukan optimalisasi secara maksimal
oleh Polri khususnya Unit II Subdit Kamneg Polda Metro Jaya
dalam penanganan unjuk rasa anarkis dengan bersinergi
bersama masyarakat, pemerintah dan seluruh stakeholder yang
terkait. Masyarakat diharapkan dapat turut berperan besar
sebagai mitra Polri dan pemerintah untuk menciptakan
keselamatan rakyat dan situasi yang kondusif.
Diharapkan juga adanya personel Polri khususnya Unit II
Subdit Kamneg Polda Metro Jaya yang mumpuni baik kuantitas
maupun kualitasnya dalam penanganan unjuk rasa anarkis,
sehingga mampu menegakkan hukum secara maksimal dan
memberikan efek jera pada pelaku.

16. Kondisi Yang Diharapkan


a. Kompetensi personil yang di harapkan
Kondisi ideal terhadap kompetensi personil Unit II
Subdit Kamneg Polda Metro Jaya dalam penanganan unjuk
rasa anarkis diulas dengan menggunakan tiga aspek
meliputi pengetahuan (knowledge), kemampuan (skill) dan
sikap perilaku (attitude) sebagai berikut :

1) Pengetahuan (Knowledge)
Disamping pemenuhan personel dari segi
kuantitas diharapkan kondisi pengetahuan personel
yang diharapkan dalam penerapan Teknik
penyelidikan dan penyidikan maupun penerapan
unsur-unsur pasal ini minimal 80% personil memiliki
pendidikan kejuruan reskrim.

2) Kemampuan (Skill)
Saat ini, sebenarnya personil Polri telah memiliki
kemampuan dalam penanganan unjuk rasa anarkis,
namun ada beberapa kendala, khususnya dalam
penerapan unsur pasal, sehingga penyidikan tidak
maksimal. Disamping itu. sarana dan prasarana
pendukung diharapkan adanya peningkatan peralatan
yang lebih modern guna menyesuaikan dengan
perkembangan dan kemajuan teknologi.

3) Sikap perilaku (Attitude)


Sikap dan perilaku yang diharapkan adalah
personil yang mengemban tugas pada Unit II Subdit
Kamneg Polda Metro Jaya memiliki empati dan
kepedulian terhadap tugas dan tanggungjawabnya.

b. Sinergitas Subdit Kamneg dengan Stakeholder Terkait


Penanganan unjuk rasa anarkis tidak akan menjadi
maksimal jika dilaksanakan oleh Polri sendiri, diperlukan
peran aktif TNI, Pemerintah Daerah hingga unsur Muspika
untuk bersinergi bersama Polri.
BAB VI
UPAYA PEMECAHAN MASALAH

17. Umum
Upaya umum untuk optimalkan penanganan unjuk rasa
anarkis adalah dengan mencegahnya dari hulu ke hilir yakni
dengan meningkatkan peran aktif masyarakat guna mendukung
atau membantu tugas Polri dalam menjaga keamanan dan
ketertiban, bijak di media sosial, tidak mudah tersulut dan
terprovokasi oleh oknum-oknum yang ingin mengganggu
keamanan dan ketertiban masyarakat.
Di hilir, reskrim Polri sebagai lembaga penegak hukum jika
tindak pidana dimaksud sudah terjadi, diwajibkan memiliki
kemampuan personel penyidik, sarana prasarana, anggaran dan
SOP yang jelas untuk membuat tugas penanganan tindak
pidana unjuk rasa anarkis menjadi maksimal.

18. Upaya Pemecahan Masalah


Berdasarkan kondisi faktual, faktor-faktor yang
mempengaruhi, serta kondisi ideal di atas, dirumuskan konsep
pemecahan masalah terkait optimalisasi peran Unit II Subdit
Kamneg Polda Metro Jaya dalam penanganan tindak pidana
unjuk rasa anarkis dalam rangka terwujudnya kamtibmas yang
kondusif. Rumusan strategi yang dilakukan dengan menyusun
strategi jangka pendek, strategi jangka sedang dan strategi
jangka panjang sebagai berikut :

a. Jangka pendek (0-6 bulan)


1) Menguatkan prestasi personel penyidik khususnya
unit II Subdit Kamneg Polda Metro Jaya, tindakannya
dengan cara: Kasubdit Kamneg mengusulkan kepada
Dirreskrimum agar personel yang telah berprestasi
khususnya dalam penanganan tindak pidana yang
timbul dalam unjuk rasa anarkis diberikan reward.

2) Meningkatkan penggunaan dan penerapan tehnik


dan taktik penyelidikan dan penyidikan, tindakannya
adalah :
Kasubdit Kamneg memberikan pengarahan kepada
personel yang ditugaskan, tentang :
 bagaimana penerapan tehnik penyelidkan tindak
pidana unjuk rasa anarkis.
 bagaimana penerapan tehnik penyidkan tindak
pidana unjuk rasa anarkis.
 Bagaimana memaksimalkan anggaran dan
peralatan yang sudah ada dengan optimal.

b. Jangka sedang (6 bulan-1 tahun)


1) Menguatkan pendidikan kejuruan dan pengembangan
yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh personel Polri :
 Kasubbagrenmin menginventarisir personel
yang belum memiliki kejuruan untuk di ajukan
mengikuti pelatihan.
 Kasubdit Kamneg mengajukan personelnya
yang belum memiliki pendidikan kejuruan.
 Kasubbag Renmin mengadakan pelatihan
khusus penanganan tindak pidana unjuk rasa
anarkis kapada personel Unit Subdit Kamneg
dengan mendatangkan ahli hukum pidana dan
ahli di bidang anarkisme.

2) Mewujudkan harapan dari masyarakat terhadap Polri.


Kegiatannya adalah :
 Kasubbag Binops melakukan analisa keluhan
masyarakat dengan membuat pusat pengaduan
masyarakat.
 Wadirkrimum melakukan analisa dan evaluasi
terhadap kegiatan yang telah dilakukan oleh
Unit II Subdit Kamneg dalam
mengimplementasikan strategi jangka sedang.

c. Jangka panjang (1-3 tahun)


1) Menciptakan citra positif Polri di masyarakat.
Kegiatannya adalah :
 Dirreskrimum berkolaborasi dengan fungsi
kepolisian lainnya seperti Sat Intelkam dan Sat
Reskrim dalam pendeteksian dan penindakan
unjuk rasa anarkis.
 Dirreskrimum berkoordinasi dengan Bidang
Humas melakukan publikasi terhadap hasil
kinerja Unit II Subdit Kamneg khususnya dalam
penanganan unjuk rasa anarkis melalui berbagai
media.
 Wadir Reskrimum menganalisa dan evaluasi
kegiatan yang telah dilakukan Unit II Subdit
Kamneg dalam implementasi strategi jangka
panjang.
BAB VII
PENUTUP

19. Kesimpulan
a. Kondisi kompetensi personil Unit II Subdit Kamneg Polda
Metro Jaya dalam penanganan tindak pidana akibat unjuk
rasa anarkis belum optimal, baik dari aspek pengetahuan
(knowledge), keterampilan (skill), maupun sikap perilaku
(attitude).
1) Dari aspek pengetahuan, dapat dilihat bahwa
personel masih banyak yang belum memiliki latar
belakang pendidikan kejuruan reskrim. Oleh karena
itu perlu perlu adanya kebijakan prioritas pemenuhan
kualitas SDM.
2) Dari aspek keterampilan, masih terdapat hambatan,
misalnya masih kesulitan dalam menerapkan Teknik
penyelidikan dan penyidikan dan gagap teknologi.
Perlu dilakukan langkah-langkah nyata dalam
peningkatan keterampilan.
3) Dari aspek sikap perilaku, personel perlu ditanamkan
untuk memiliki rasa empati dan kepedulian yang
tinggi dan tidak meremehkan terhadap tugas
penanganan unjuk rasa anarkis.

b. Kondisi sinergitas antara Subdit Kamneg dengan


stakeholder dalam penanganan unjuk rasa anarkis belum
optimal. Oleh karena itu perlu dilakukan:
1) Sinergitas dengan stakeholder, melalui kegiatan :
(a) Bersinergi dengan TNI dan satpol PP
melakukan monitoring kegiatan masyarakat dan
melakukan upaya pencegahan;
(b) Bersinergi dengan Lembaga-lembaga pemilik
CCTV di titik-titik rawan aksi unjuk rasa anarkis,
untuk memaksimalkan proses penyelidikan dan
penyidikan secara berkesinambungan.

20. Saran
a. Merekomendasikan kepada Kapolda Up. Karo SDM untuk
menambah personil Unit II Subdit Kamneg, khususnya
yang sudah memiliki dikjur reskrim untuk memaksimalkan
Teknik penyelidikan dan penyidikan terhadap tindak pidana
unjuk rasa anarkis.
b. Merekomendasikan kepada Kapolda untuk mengadakan
alsus yang mengikuti perkembangan jaman dan teknologi,
sehinggga memudahkan personel dalam melakukan tugas.
c. Merekomendasikan kepada Kapolda Up. Karo SDM untuk
menyelenggarakan pelatihan peningkatan kemampuan
penanganan unjuk rasa anarksi dengan mengundang ahli
terkait hukum pidana dan ahli terkait tindak anarkisme
sebagai narasumber.
d. Merekomendasikan kepada Kapolda up. Dirreskrimum
untuk bersinergi dengan stakeholder-stakeholder terkait
dan bekerjasama dalam melakukan deteksi dini,
pencegahan dan penegakan hukum tindak pidana yang
diakibatkan aksi anarkis.
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

Nama : RIFTO KRISTIONO Lampiran lembar bimbingan/konsultasi karya


Nosis : 02103031079 tulis terapan Setukpa Angkatan 50 Tahun
Anggaran 2021.

Pertemuan Tanggal Arahan/petunjuk/ Paraf Ket


ke - Bimbingan Pembimbing

Megamendung, Mei 2021

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

DODY PRIBADI, S.I.K., M.Si. IMAN SANTOSO, S. Sk., S.H., M.H.


KOMBES POL NRP. AKP NRP.

POL
A
PIK
IR
DAFTAR PUSTAKA

A. Rahmah dan Amiruddin Pabbu. 2015. Kapita Selekta Hukum Pidana. Jakarta: Mitra
Wacana Media.

Chandra M. Hamzah. 2014. Penjelasan Hukum (Restatement) tentang Bukti Permulaan


Yang Cukup. Jakarta : Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK)

Evi Rinawati, Maryani. 2018. Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat


(KAMTIBMAS) Di Kelurahan Pangkalan Kerinci Barat. JOM FISIP vol 5, Edisi II, Juli-
Desember.

Hadari Nawawi. 2003. Perencanaan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

J.C.T. Simorangkir, Rudy T. Erwin dan J.T. Prasetyo. 2000. Kamus Hukum. Jakarta:
Sinar Grafika.

Kunarto. 1999. Merenungi Kiprah Polri menghadapi Gelora Anarkhi. Cipta Manunggal:
Jakarta.

M. Husein Harun. 1991. Penyidik dan Penuntut Dalam Proses Pidana. PT rineka cipta.
Jakarta.

Machfud Sidik. 2001. Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Dalam Rangka
Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah.

Marpaung, Leden. 1992. Proses Penegakan Perkara Pidana. Sinar Grafika, Jakarta.

Mustafa Kamal Pasha. 2003. Pancasila Dalam Tinjauan Historis dan Filosofis. Citra
Karsa Mandiri: Yogyakarta.

Peraturan Kapolri Nomor 9 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan


Pelayanan, Pengamanan dan Penanganan Perkara Penyampaian Pendapat Di Muka
Umum.

Rahman, Fitriana Sidikah. 2003. Negosiasi Dalam Pengendalian Unjuk Rasa oleh Tim
Negosiator Polda Metro Jaya. Tesis.

R. Soesilo. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-


Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Bogor: Politeia, 1991.

Sadjono. 2008. Hukum Kepolisian. Jakarta :Leksbang Mediatama.

Sayuti Hasibuan. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia: pendekatan non sekuler.
Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Sudarsono. 2007. Kamus Hukum. Jakarta: Rineka Cipta

Syarif Hidayat. 2008. Reformasi Birokrasi Polri. Laksbang Pressindo, Yogyakarta

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

1. NAMA : …………
2. PANGKAT / NRP : ……….
3. JABATAN : …………
4. TEMPAT LAHIR : …………
5. TANGGAL LAHIR : ………..
6. AGAMA : …………….
7. T.M.T JABATAN : ……………..

II. PENDIDIKA
N DIK
UMUM
1. S1 UNIV. BHAYANGKARA JAKARTA RAYA 2009
2. SMU NEGERI I JENEPONTO 1997
3. SMP NEGERI I JENEPONTO 1994
4. SD NEGERI NOMOR 49 BALANG I 1991

DIK POL THN


1. DIKMABA POLRI T.A. ……

KEJURUAN DAN PELATIHAN THN


1. PELATIHAN SURVEILLANCE CORE SKILLS COURSE 09-09-2018
2. DIKBANGSPES BINTARA IDIK TP. TERORISME 18-04-2018

III. T.M.T PANGKAT


BRIPKA 01-07-2018
BRIGPOL 01-07-2013
BRIPTU 01-07-2009
BRIPDA 08-09-2007
IV. RIWAYAT JABATAN
1. BANIT 1 SUBDIT III DITTIPIDUM BARESKRIM POLRI 04-02-2017
2. BANUM SUBBAG RENMIN DITTIPIDUM BARESKRIM 04-02-2016

V. TANDA JASA
1. SATYALANCANA DHARMA NUSA28-05-2004
2. SATYALANCANA KSATRYA TAMTAMA10-02-2004

YANG MEMBUAT

RIFTO KRISTIONO
AIPDA NRP NRP…….

Anda mungkin juga menyukai