Anda di halaman 1dari 112

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,

RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS RIAU
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PEKANBARU

PELAKSANAAN PERATURAN DESA MEKONG NOMOR 02


TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA
MILIK DESA LESTARI DI DESA MEKONG KECAMATAN
TEBING TINGGI BARAT KEBUPATEN KEPULAUAN
MERANTI TAHUN 2019

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Serta Melengkapi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu-1
Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Riau

OLEH:
RIAN KURNIA
NIM: 1601122496

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
LEMBARAN PERSETUJUAN SKRIPSI

NAMA : RIAN KURNIA


NOMOR MAHASISWA : 1601122496
FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JUDUL SKRIPSI : PELAKSANAAN PERATURAN DESA
MEKONG NOMOR 02 TAHUN 2017
TENTANG PEMBENTUKAN BADAN
USAHA MILIK DESA LESTARI DI
DESA MEKONG KECAMATAN
TEBING TINGGI BARAT KEBUPATEN
KEPULAUAN MERANTI TAHUN 2019

Diajukan Untuk Memenuhi Serta Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh


Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik Universitas Riau.

Menyetujui: Pekanbaru, 17 Desember 2021


Jurusan Ilmu Pemerintahan
Ketua Jurusan, Pembimbing

Adlin, S.Sos, M.Si Baskoro Wicaksono, S.IP, M.IP


NIP. 19810208 200812 1 001 NIP. 19880203 201212 1 001

i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Diterima oleh Tim Penguji Ujian Skripsi Sarjana Strata Satu (S1) Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan
Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Nama : Rian Kurnia


Nomor Mahasiswa : 1601122496
Jurusan : Ilmu Pemerintahan
Hari, Tanggal Ujian : Senin, 22 November 2021
Judul Skripsi : Pelaksanaan Peraturan Desa Mekong No 02 Tahun 2017
Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa Lestari di
Desa Mekong Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kabupaten
Kepulauan Meranti Tahun 2019

TIM PENGUJI UJIAN SKRIPSI


Tanggal Tanda Tangan
Ketua Tim
Drs. Ishak, M.Si
NIP. 19620614 198803 1 001

Sekretaris Tim
Zulfa Harirah, S.IP, M.A
NIP. 19930715 201903 2 020

Anggota
Rury Febrina, S.IP, M.Si
NIP. 19870223 201404 2 001

Anggota
Baskoro Wicaksono, S.IP, M.IP
NIP. 19880203 201212 1 001

Mengetahui
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau
Dekan,

Dr. Syafri Harto, M.Si


NIP. 19670913 199303 1 00

ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Rian Kurnia
Nim : 1601122496
Jurusan : Ilmu Pemerintahan
Judul : Pelaksanaan Peraturan Desa Mekong
Nomor 02 Tahun 2017 tentang
Pembentukan Badan Usaha Milik Desa
Lestari di Desa Mekong Kecamatan Tebing
Tinggi Barat Kebupaten Kepulauan
Meranti tahun 2019

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya ilmiah asli dan
tidak dilakukan atas dasar plagiat.

Apabila dikemudian hari ternyata pernyataan saya ini tidak benar, maka saya
bersedia dinyatakan tidak lulus dan tidak berhak atas gelar kesarjanaan saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Pekanbaru, 10 Desember 2021

Rian Kurnia
NIM. 1601122496

iii
ABSTRAK
PELAKSANAAN PERATURAN DESA MEKONG NOMOR 02 TAHUN
2017 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA
LESTARI DI DESA MEKONG KECAMATAN TEBING TINGGI BARAT
KEBUPATEN KEPULAUAN MERANTI TAHUN 2019
Oleh:
Rian Kurnia
Email: permanaryan163@gmail.com
Dosen Pembimbing: Baskoro Wicaksono, S.IP, M.IP
Berdirinya badan usaha milik desa dilandasi oleh UU No 6 Tahun 2014
tentang desa, serta PP No. 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No
6 Tahun 2014 tentang desa. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti
mengamanatkan agar setiap Pemerintah Desa mendirikan Badan Usaha Milik
Desa yang tercantum dalam Peraturan Bupati No 33 Tahun 2017 tentang Petunjuk
Pelaksanaan BUM Desa/Kelurahan. Peraturan Desa Mekong No 02 Tahun 2017
tentang Pembentukan BUMDesa (BUM Desa) Lestari Desa Mekong belum
berjalan sepenuhnya sesuai dengan yang diamanahkan, seperti direktur rangkap
jabatan, pembentukan unit usaha tidak melalui musyawarah desa, BUMDes
Lestari belum dapat memaksimalkan potensi desa serta kurangnya SDM dalam
pengelolaan BUMDes. Rumusan Penelitian ini adalah “Bagaimana Pelaksanaan
Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang Pembentukan BUM Desa
(BUM Desa) Lestari Desa Mekong di Desa Mekong Kecamatan Tebing Tinggi
Barat Kebupaten Kepulauan Meranti tahun 2019?”
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis dan mendeskripsikan tentang
Pelaksanaan Peraturan Desa Mekong No 02 Tahun 2017 tentang Pembentukan
BUM Desa Lestari Desa Mekong di Desa Mekong Kecamatan Tebing Tinggi
Barat Kebupaten Kepulauan Meranti tahun 2019. Penelitian ini merupakan jenis
penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
wawancara, obervasi lapangan dan dokumentasi. Teknik analisis data
menggunakan metode reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil temuan yang dapat disimpulkan adalah Pelaksanaan Perdes Mekong
No 2/2017 tentang Pembentukan BUMDes Lestari Desa Mekong di Desa Mekong
kurang maksimal, hal tersebut berdasarkan hasil temuan penelitian di lapangan
yaitu: 1) Content of Policy, aktor dominan pengusulan unit usaha BUMDes adalah
kepala desa seharusnya dilaksanakan secara musyawarah, mufakat, dan
transparansi. Kemudian manfaat implementasi perdes tersebut belum dirasakan
secara maksimal, belum dapat meningkatkan hasil penjualan pada PADes secara
signifikan, belum ada target yang jelas dari BUMDes terkait penjualan maupun
strategi, masih terdapat rangkap jabatan, dan SDM pengurus BUMDes belum
memadai, serta seleksi direktur BUMDes belum sesuai prosedur. 2) Context of
Policy, strategi yang dijalankan pengurus BUMDes belum menunjukan hasil yang
signifikan sejak BUMDes lestari didirikan, dan respon pelaksana program
BUMDdes sangat baik, tapi tingkat disiplin pengurus BUMDes tergolong kurang
disiplin dan belum melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal.
Kata Kunci: Implementasi Kebijakan, Isi Kebijakan, Lingkungan
Implementasi, BUMDes Lestari.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas kasih kesehatan dan
karuni yang diberikan-Nya serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN PERATURAN DESA MEKONG
NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA
MILIK DESA LESTARI DI DESA MEKONG KECAMATAN TEBING
TINGGI BARAT KEBUPATEN KEPULAUAN MERANTI TAHUN 2019”.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Asyrof al-Kholqi Wa al-
Mursalin Sayyidina Muhammad SAW yang membuka tabir kejahiliyahan menuju
jalan yang penuh cahaya keimanan dan ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa kerberhasilan dalam menyelesaikan penulisan


Skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang dihadapi, dan tidak terlepas
dari semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak yang terkait secara langsung maupun tidak langsung,
terutama dan teristimewa dipersembahkan kepada kedua orang tua. Kepada Ayah
Azni Safitri, Ibu Mardiana tercinta yang senantiasa memberikan rasa sayang,
didikan, materi serta doa yang selalu dipanjatkan pada Allah kepada penulis.

Skripsi ini disusun oleh penulis guna memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Sarjana Ilmu Pemerintahan di Program Studi Ilmu
Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Riau.
Penulis berharap, dengan adanya skripsi ini dapat menambah referensi para
pembaca secara khusus Mahasiswa Ilmu Pemerintahan dan secara umum bagi
kalangan umum. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini
melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih
yang sedalam-dalamnya dan rasa hormat kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada:

v
1. Bapak Dr. Syafri Harto, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Riau beserta jajarannya.
2. Bapak Adlin, S.Sos, M.Si selaku Ketua jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau.
3. Bapak Drs, Erman, M.Si selaku penasehat akademik, yang telah
membantu dalam berdiskusi dan bimbingan selama penulis berkuliah di
kampus khususnya di jurusan Ilmu Pemerintahan.
4. Baskoro Wicaksono, S.IP, M.IP selaku Dosen Pembimbing penulisan
Skripsi, dan anggota penguji Seminar Proposal Penelitian yang telah
banyak membantu, memotivasi, mengarahkan serta masukan yang
sangat berarti penulis dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih banyak
penulis ucapkan kepada ibuk atas waktunya untuk memberikan saran,
nasehat dan bimbingan kepada penulis.
5. Ibuk Dra. Hj. Wan Asrida, M.Si selaku ketua Seminar Proposal
Penelitian yang telah banyak memberikan bimbingan, kritik dan saran
yang membangun kepada penulis pada waktu Seminar Proposal
Penelitian.
6. Ibuk Rury Febrina, S.IP, M.Si selaku Ketua Laboratorium Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau
dan sekretaris penguji Seminar Proposal Penelitian yang telah banyak
memberikan bimbingan, kritik dan saran yang membangun kepada
penulis pada waktu Seminar Proposal Penelitian.
7. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Riau yang telah mengajar penulis selama
berkuliah.
8. Seluruh staf pegawai dan karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Riau, khususnya Staff Biro Jurusan Ilmu
Pemerintahan yaitu Mas Jumali, Bang Saheron, Kak Sri, dan Kak Sinsi.
9. Para Narasumber yaitu sejumlah 9 narasumber yang telah menyediakan
waktunya untuk memberikan informasi terkait penelitian penulis.
10. Kepada sahabat-sahabat penulis yang selalu memberikan dukungan dan
doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

vi
11. Teman-teman di jurusan Ilmu Pemerintahan angkatan 2016 dan teman
seangkatan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
12. Teman-teman yang telah membantu dan mendukung penulis.
13. Teman-teman kelompok Kuliah Kerja Nyata penulis tahun 2019 yang
telah memberikan dukungan dalam penulisan skripsi.
14. Terakhir, semua pihak yang membantu dalam hal apapun baik materil
dan moril yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu.
Semoga amal dan jasa mereka diterima oleh Allah SWT sebagai amal
sholeh dan dibalas-Nya dengan pahala yang berlipat ganda. Aamiin ya
Rabbal’alaamiin. Akhir kata dengan segala keterbatasan dan kekurangan, penulis
mengucapkan permohonan maaf atas segala kesalahan dan kesilapan dalam
penulisan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini menjadi amalan bagi penulis
sendiri, dan bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi pembaca pada
umumnya. Aamiin.

Pekanbaru, 10 Desember 2021

Rian Kurnia
Nim. 1601122496

vii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI.......................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI.......................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI....................................................... iii
ABSTRAK....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
DAFTAR BAGAN.......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 12
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 12
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................ 12
1.5 Tinjauan Pustaka................................................................................... 13
1.5.1 Studi Terdahulu........................................................................ 13
1.5.2 Kerangka Teoritik..................................................................... 16
a) Implementasi Kebijakan........................................................... 16
b) Model Implementasi Kebijakan................................................ 19
1.6 Kerangka Pemikiran............................................................................. 25
1.7 Definisi Konseptual.............................................................................. 26
1.8 Metode Penelitian................................................................................. 27
1.8.1 Pendekatan Penelitian............................................................... 27
1.8.2 Jenis Penelitian......................................................................... 27
1.8.3 Lokasi Penelitian...................................................................... 28
1.8.4 Jenis Data.................................................................................. 28
1.8.5 Sumber Data............................................................................. 30
1.8.6 Teknik Pengumpulan Data....................................................... 31
1.8.7 Teknik Analisis Data................................................................ 32
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN............................ 34
2.1. Profil Desa Mekong.............................................................................. 34
2.1.1 Letak dan Lingkungan Desa Mekong ......................................... 34
2.1.2 Sejarah Desa Mekong.................................................................. 34
2.1.3 Visi dan Misi Desa Mekong........................................................ 35
2.1.4 Keadaan Demografi..................................................................... 38
2.1.5 Keadaan Sosial............................................................................ 39
2.1.6 Keadaan Ekonomi ...................................................................... 40
2.1.7 Pembagian Wilayah Desa............................................................ 41
2.1.8 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa...................................... 41

viii
2.1.9 Potensi Desa Mekong.................................................................. 44
2.2...............................................................................................................Profil
BUMDes Mekong Lestari..................................................................... 45
2.2.1 Visi dan Misi BUMDes Lestari................................................... 46
2.2.2 Dasar Hukum BUMDes Lestari.................................................. 48
2.2.3 Arah Kebijakan yang Telah Ditempuh BUMDes Lestari........... 48
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 49
3.1 Content of Policy.................................................................................. 50
3.1.1 Interest Affected (Kepentingan-kepentingan yang
Mempengaruhi)........................................................................... 50
3.1.2 Type of Benefits (Tipe Manfaat).................................................. 53
3.1.3 Ectent of Change Envision (Derajat Perubahan yang
Ingin Dicapai).............................................................................. 64
3.1.4 Site of Decision Making (Letak Pengambilan Keputusan).......... 67
3.1.5 Program Implementor (Pelaksana Program)............................... 67
3.1.6 Resources Committed (Sumber-sumber Daya yang Ingin
Digunakan).................................................................................. 73
3.2 Context of Policy................................................................................... 75
3.2.1 Powet, Interest, and Strategy of Actor Involved (Kekuasaan,
Kepentingan-Kepentingan, dan Strategi dari Aktor yang
Terlibat)....................................................................................... 75
3.2.2 Institution and Regime Characteristic (Karakteristik
Lembaga dan Rezim yang Berkuasa).......................................... 80
3.2.3 Compliance and Responsiveness (Tingkat Kepatuhan dan
Adanya Respon dari Pelaksana).................................................. 81
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 85
4.1 Kesimpulan................................................................................................. 85
4.2 Saran........................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 Anggaran Pembentukan Usaha Ponsel dan Kempang di Desa
Mekong Tahun 2019...................................................................... 9
Tabel 2 Potensi Sumber Daya Alam Desa Mekong.................................... 10
Tabel 3 Informan Penelitian........................................................................ 31
Tabel 4 Luas Wilayah Desa Mekong Tahun 2019...................................... 38
Tabel 5 Pendidikan Tahun 2019................................................................. 39
Tabel 6 Pertanian Tahun 2019.................................................................... 40
Tabel 7 Peternakan Tahun 2019................................................................. 40
Tabel 8 Struktur Mata Pencarian Tahun 2019............................................ 41
Tabel 9 Lembaga Masyarakat Desa Tahun 2019........................................ 42
Tabel 10 Pencapaian Tujuan BUMDes Lestari............................................ 56
Tabel 11 Gaji Pengurus BUMDes Tahun 2020............................................ 57
Tabel 12 Kegiatan BUMDes Lestari Tahun 2019........................................ 59
Tabel 13 Kelompok Masyarakat Desa Mekong............................................ 61
Tabel 14 PADes Mekong Tahun 2019 dan Tahun 2020............................... 64
Tabel 15 Manfaat BUMDes terhadap Individu dan Kelompok.................... 64
Tabel 16 Hasil Penjualan Bumdes Lestari Tahun 2019 Bulan Februari....... 77
Tabel 17 Hasil Penjualan Bumdes Lestari Tahun 2019 Bulan Maret........... 78
Tabel 18 Hasil Penjualan Bumdes Lestari Tahun 2019 Bulan April............ 78
Tabel 19 Modal BUMDes Lestari Tahun 2019............................................ 79

x
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1 Struktur Kengurusan BUM Desa/Kelurahan................................. 7
Bagan 2 Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Menurut
Merilee S. Grindle.......................................................................... 23
Bagan 3 Kerangka Pemikiran...................................................................... 25
Bagan 4 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Mekong Tahun 2019...... 43
Bagan 5 Struktur Organisasi BUMDes Lestari Tahun 2019........................ 47
Bagan 6 Mekanisme Musyawarah Desa Mekong........................................ 53

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebijakan pemerintah ditujukan untuk pembangunan masyarakat

Indonesia. Pembangunan pada hakekatnya bertujuan membangun

kemandirian, termasuk pembangunan pedesaan. Salah satu misi

pemerintah adalah membangun daerah pedesaan yang dapat dicapai

melalui pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan produktivitas dan

keanekaragaman usaha pedesaan, ketersediaan sarana dan fasilitas untuk

mendukung ekonomi pedesaan, membangun dan memperkuat institusi

yang mendukung rantai produksi dan pemasaran, serta mengoptimalkan

sumber daya sebagai dasar pertumbuhan ekonomi pedesaan. Tujuannya,

adalah untuk memberi peluang bagi kemampuan daerah dan pedesaan

sebagai tulang punggung ekonomi regional dan nasional.

Kemajuan ekonomi nasional hanya akan tercapai jika terdapat iklim

perekonomian yang baik di tingkat provinsi. Kemajuan ekonomi di tingkat

provinsi akan tercapai jika kabupaten memiliki kegiatan ekonomi yang

baik. Kemajuan ekonomi sebuah kabupaten dapat tercapai karena adanya

sumbang sih dari ekonomi pedesaan yang kuat yang berimbas pada

kesejahteraan masyarakat luas. Hal ini akan menjamin penyelenggaraan

pemerintahan yang baik untuk diterapkan di semua tingkat pembangunan

dan keputusan berdasarkan kebutuhan nyata dari masyarakat.

1
Pembangunan pedesaan merupakan salah satu cara dalam upaya

mengentaskan kemiskinan di Indonesia.

Pengembangan basis ekonomi di pedesaan sudah semenjak lama

dijalankan oleh pemerintah melalui berbagai program. Namun upaya itu

belum membuahkan hasil yang memuaskan sebagaimana diinginkan

bersama. Salah satu faktor yang paling dominan adalah intervensi

pemerintah terlalu besar, akibatnya justru menghambat daya kreativitas

dan inovasi masyarakat desa dalam mengelola dan menjalankan mesin

ekonomi di pedesaan. Sistem dan mekanisme kelembagaan ekonomi di

pedesaan tidak berjalan efektif dan berimplikasi pada ketergantungan

terhadap bantuan pemerintah sehingga mematikan semangat kemandirian.

Berdasarkan asumsi itulah maka sudah seharusnya eksistensi desa

mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah pusat dengan lahirnya

kebijakan-kebijakan terkait dengan pemberdayaan ekonomi yang

dilakukan dengan cara menghimpun dan melembagakan kegiatan ekonomi

masyarakat. Oleh karena itu pemerintah menerapkan pendekatan baru

yang diharapkan mampu menstimulus dan menggerakkan roda

perekonomian di pedesaan adalah melalui pendirian kelembagaan ekonomi

yang dikelola sepenuhnya oleh masyarakat desa yaitu Badan Usaha Milik

Desa (BUMDes) sebagai salah satu program andalan dalam meningkatkan

kemandirian perekonomian desa.

Badan Usaha Milik Desa dibina oleh Dinas Pemberdayaan

Masyarakat dan Pemerintahan Desa. Dalam perkembangannya dengan

didukung peraturan perundang-undangan semakin menguatkan landasan

2
hukum mengenai keberadaan desa yang juga tidak terlepas dari

pemerintahan desa itu sendiri. Dengan dikeluarkan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, semakin diperjelas oleh pemerintah

mengenai keberadaan desa. Berdirinya Badan usaha milik desa dilandasi

oleh UU No 6 Tahun 2014 tentang desa, serta PP No. 43 Tahun 2014

tentang Peraturan Pelaksanaan UU No 6 Tahun 2014 tentang desa. Dalam

Undang- Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa disinggung Badan Usaha

Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha

yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui

penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang

dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk

sebesar- besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. Pasal 88 juga

menjelaskan mengenai pendirian BUMDes yaitu :

1. Pendirian BUM Desa disepakati melalui Musyawarah Desa.

2. Pendirian BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

dengan Peraturan Desa.

Undang-undang tentang desa tersebut di dalamnya dapat

disimpulkan bahwa BUMDes saat ini diharapkan memegang peran penting

dalam pengembangan potensi desa khususnya dalam mengelola keuangan

desa yang ada di wilayahnya dan bisa menjadi pilar kemandirian bangsa

yang sekaligus menjadi lembaga yang menampung kegiatan ekonomi

masyarakat yang berkembang menurut ciri khas desa dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Landasan hukum mengenai

3
keberadaan dan tata kelola BUMDes semakin diperjelas oleh pemerintah

dengan keluarnya Permendesa Nomor 4 Tahun 2015 Tentang BUMDes.

Penjelasan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2015

tentang pendirian, pengurusan dan pengelolaan, dan pembubaran Badan

Usaha Milik Desa. Dalam bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat (2)

menjelaskan bahwa Badan usaha milik desa, selanjutnya disebut BUM

desa, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari

kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan

usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti mengamanatkan agar

setiap Pemerintah Desa mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang

tercantum dalam Peraturan Bupati Nomor 33 Tahun 2017 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Badan Usaha Milik Desa/Kelurahan, Pasal 1 Ayat 8

Badan Usaha Milik Desa/Kelurahan, yang selanjutnya disingkat dengan

BUM Desa/Kelurahan, adalah usaha desa yang dibentuk/didirikan oleh

pemerintah desa yang kepemilikkan modal dan pengelolanya dilakukan

oleh pemerintah desa dan masyarakat.

Bab 1 tentang petunjuk pelaksanaan BUM Desa/kelurahan pasal 2

huruf a bab 1 pendahuluan nomor 2 dalam Perbub 33/2017 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Badan Usaha Milik Desa/Kelurahan menjelaskan

tentang maksud dan tujuan BUM Desa/kelurahan yaitu:

4
a. Maksud dari pembentukan BUM Desa/kelurahan adalah sebagai usaha desa,

guna mendorong/penampung seluruh kegiatan peningkatan pendapatan

masyarakat, baik yang belum berkembang menurut adat istiadat budaya

setempat maupun kegiatan perekonomian yang diserahkan untuk dikelola

oleh masyarakat desa.

b. Tujuan dari pembentukan BUM desa/ kelurahan yaitu :

1. Mendorong berkembangnya kegiatan perekonomian masyarakat desa.


2. Meningkatkan kreatifitas dan peluang usaha ekonomi produktif
(berwirausaha) anggota masyarakat desa yang berpenghasilan rendah.
3. Mendorong berkembangnya usaha mikro sektor informal untuk
penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat di desa yang terbebas dari
pengaruh pelapas uang/rentenir.
4. Sebagai sumber pendapatan asli desa (PADes) dan memberi pelayanan
terhadap kebutuhan masyarakat.
5. Sebagai sumber dana yang dialokasikan untuk kepentingan masyarakat
secara umum.
6. Meningkatkan kesempatan berusaha dalam mengurangi pengangguran
serta membantu pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat miskin.
7. Sebagai pusat pelayanan ekonomi dan merupakan satu kesatuan
ekonomi masyarakat desa.

Pembentukan badan usaha milik desa/kelurahan ini mempunyai


sasaran yaitu:

1. Terlayaninya masyarakat di desa dalam mengembangkan usaha produktif.


2. Tersedianya media beragam usaha dalam menunjang perekonomian
masyarakat desa, sesuai dengan potensi desa dan kebutuhan masyarakatnya.
3. menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan usaha mikro di
desa yang mencangkup aspek regulasi dan perlindungan usaha. Dengan
demikian usaha mikro di desa diharapkan mampu tumbuh dan berkembang
secara sistematik, mandiri dan berkelanjutan serta sehat dan berdaya saing
tinggi.

Jenis kegiatan BUM Desa/kelurahan meliputi: jasa pelayanan

perindustrian dan perdagangan, pertanian, pekerjaan umum, perhubungan,

kehutanan, perkebunan, jasa, keuangan, peternakan, perikanan,

pertambangan, dan energy yang berada diluar kewenangan pemerintah dan

atau pemerintah daerah.

5
Peraturan Bupati Nomor 33 Tahun 2017 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Badan Usaha Milik Desa/Kelurahan Pasal 2 huruf c bab 3

tentang kelembagaan BUM Desa/kelurahan disebutkan bahwa organisasi

pengelolaan BUM Desa/kelurahan terpisah dari organisasi pemerintah

desa, organisasi pengelolaan BUM Desa/kelurahan ditetapkan dengan

keputusan kepala desa. Organisasi pengelola BUM Desa/kelurahan terdiri

dari:

1. Penasehat adalah dijabat oleh kepala desa.

2. Pelaksana operasional, yaitu direktur dan kepala unit usaha.

Menjalankan operasional BUM Desa/Kelurahan direktur dapat

mengangkat staf yang terdiri dari asisten direktur dan staf unit usaha.

Asisten direktur dan staf unit usaha diangkat melalui surat keputusan

direktur yang merupakan pegawai BUM Desa/Kelurahan. Kemudin

Peraturan Bupati Nomor 33 Tahun 2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Badan Usaha Milik Desa/Kelurahan dalam BAB IV tentang pengangkatan,

masa bakti dan struktur BUM Desa/kelurahan dijelaskan mekanisme

pengangkatan pengelola operasional (direktur dan kepala unit usaha):

1. Dilakukan dengan musyawarah dan mufakat untuk menunjuk dan

menetapkan jabatan Direktur dan kepala Unit Usaha, dengan adanya berita

acara penetapan musyawarah untuk periode pertama yang diprioritaskan

kepada pengelola Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UED-SP), apabila

memenuhi persyaratan yang berlaku;

2. Untuk periode berikutnya dilakukan seleksi, dengan mekanisme antara lain

sebagai berikut:

6
a. Kepala Desa membuat pengumuman dalam rangka perekrutan beserta syarat

dan tahapan-tahapanya;

b. Mengadakan seleksi Administrasi dan fit and propertes terhadap calon dan

memberi penilaian terhadap hasil seleksi;

c. Dalam melakukan penilaian sesuai poin 2 (dua) di atas Kepala Desa

melibatkan Dewan Pembina Kabupaten dan fasilitator Pembina BUM

Desa/Kelurahan Kabupaten;

Bagi yang dinyatakan lulus seleksi sesuai dengan kriterianya maka

dapat menetapkan nilai yang tertinggi untuk diangakat menjadi Direktur

atau Kepala Unit. Berikut adalah Bagan Stuktur Kepengurusan BUM

Desa/Kelurahan:

Bagan I
Stuktur Kepengurusan BUM Desa/Kelurahan

FASILITATOR PENASIHAT

DIREKTUR PENGAWAS

Asisten Direktur Asisten Direktur

Kepala Unit Kepala Unit Kepala Unit


Usaha Usaha Usaha

Staf Staf Staf Staf Staf Staf

MASYARAKAT

Sumber: Peraturan Bupati Nomor 33 Tahun 2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Badan Usaha
Milik Desa/Kelurahan

7
Pelaksanaan Peraturan Bupati Kepulauan Meranti Nomor 33 Tahun

2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Badan Usaha Milik Desa/Kelurahan

yang diteruskan melalui Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017

tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Lestari Desa

Mekong, yang mana Perdes tersebut belum berjalan sepenuhnya sesuai

dengan yang diamanahkan. Pelaksanaan Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes) Mekong Lestari di Desa Mekong Kecamatan Tebing Tinggi

Barat, Kepulauan Meranti mengangkangi aturan pemerintah. Mulai dari

direktur berstatus honorer, sampai dengan pembentukan unit usaha tidak

melalui musyawarah.

Tahun 2019, direktur BUMDes Mekong Lestari, Indra Safrizal,

masih berstatus honorer di Humas dan Protokol Sekretaris Daerah

Kepulauan Meranti (Cakaplah.com, 7 Januari 2020). Dalam Peraturan

Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang Pembentukan Badan Usaha

Milik Desa (BUM Desa) Lestari Desa Mekong, honorer dilarang menjabat

sebagai direktur maupun kepala unit usaha. Larangan ini tertuang dalam

Pasal 15 tentang Persyaratan Pengurus, menjelaskan bahwa ‘Tidak

memangku jabatan atau terikat kerja dengan pihak lain seperti (c)

PNS/honorer” Selain permasalahan di atas pelaksanaan BUMDes Mekong

Lestari juga tidak memenuhi prinsip-prinsip transparansi, kewajaran

sebagimana prinsip dari BUMDes Lestari (Buku Profil BUMDes Lestari

BAB IV pada Pelaksanaan Pengelolaan) dan prinsip musyawarah dan

desentralisasi sesuai yang diatur dalam Perbub 33 tahun 2017 BAB I

nomor 5 serta Perdes 2 tahun 2017 pasal 8.

8
Transparansi dimaksud adalah seluruh operasional kegiatan

BUMDes harus dilakukan secara transparan (terbuka) dan diketahui

masyarakat luas. Dengan transparansi atau keterbukaan maka segala

sesuatu yang dilakukan akan dapat dipertanggungjawabkan kepada

masyarakat. Partisipasi, adanya keterlibatan masyarakat secara aktif dalam

setiap keterlibatan masyarakat secara aktif dalam setiap kegiatan

BUMDes/kelurahan mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian, pelestarian, dan pengembangan kegiatan.

Sedangkan desentralisasi bermakna sebagai pemberian kewenangan

kepada masyarakat atau lebih mendasar kepada masyarakat atau lebih

mendasar adalah sejauhmana masyarakat memperoleh kembali hak-

haknya yang otonom untuk mengelola pembangunan secara mandiri dan

partisipatif.

Pembuktian tersebut pada akhir tahun 2019, BUMDes Mekong

Lestari menambahkan dua unit usaha yaitu Ponsel dan Kempang.

Penambahan dua unit usaha ini sama sekali tidak musyawarah

(Cakaplah.com, 7 Januari 2020), padahal jelas-jelas di aturan

mengharuskan musyawarah sebagaimana tertuang dalam Perdes Mekong

No. 2/2017 tentang pembentukan BUMDes Lestari Desa Mekong Pasal 8.

Berikut anggaran untuk usaha tersebut yang bersumber dari Bankeu

Provinsi Riau:

Tabel 1
Anggaran Pembentukan Usaha Ponsel dan Kempang di Desa Mekong
Tahun 2019
No Nama Unis Usaha Anggaran (Rp)
1 Ponsel 59.700.000
2 Kempang 70.000.000

9
Jumlah 129.700.000
Sumber: Cakaplah.com, 2020.

Berdasarkan tabel 1 di atas, anggaran yang dikeluarkan untuk dua

unit usaha yaitu Ponsel dan Kempang berjumlah Rp.129.700.000. Padahal,

selain melanggar aturan juga bukan merupakan usulan dari masyarakat.

Kempang yang bertujuan untuk mengangkut mobil tujuan Buton itu dinilai

tak akan memberikan dampak positif baik ke peningkatan ekonomi

masyarakat maupun PADes. Begitu juga Ponsel.

Menurut Fitri Ardi SH salah satu warga Desa Mekong mengatakan:

“Buat apa BUMDes beli kempang, kita sama-sama tahu di Desa Insit
telah dibangun pelabuhan Roro. Kalau itu sudah beroperasi, saya yakin
pengguna mobil lebih memilih roro daripada kempang, kan jadi mubazir.
Selain itu, pantauan kami selama ini, sangat jarang ada mobil dibawa ke
Buton menggunakan Kempang” (Cakaplah.com, 7 Januari 2020).
Wawancara di atas usaha yang dijalankan BUMDes Mekong Lestari

salah satunya kempang kurang memiliki manfaat dalam membangun

perekonomian desa. BUMDes Mekong lestari belum dapat

memaksimalkan potensi yang ada dengan mengidentifikasi manfaat yang

didapat maksimal oleh bagi masyarakat di Desa Mekong dan Pemerintah

Desa Mekong itu sendiri seperti potensi yang ada pada tabel di bawah ini:

Tabel 2
Potensi Sumber Daya Alam Desa Mekong Lestari
No Potensi Klasifikasi Pemanfaatan
1 Laut, sungai Perikanan Budidaya Ikan
2 Pertanian Daratan rendah memiliki struktur Sagu
tanah terdiri tanah alluvial dan grey
humus dalam bentuk rawa-rawa atau
tanah basah dan berhutan bakau
(mangrove).
3 Perkebunan Karet Daratan rendah memiliki struktur Kebun Karet
tanah terdiri tanah alluvial dan grey
humus dalam bentuk rawa-rawa atau

10
tanah basah dan berhutan bakau
(mangrove).
4 Peternakan Hewan ternak besar dan hewan Ternak sapi,
ternak kecil kerbau,
kambing, ayam,
kelinci
Sumber: Profil Desa Mekong, 2020.

Berdasarkan tabel di atas BUMDes Mekong Lestari seharusnya

dapat mengembangkan potensi laut/sungai, pertanian, perkebunan maupun

perikanan sesuai potensi yang ada di desa, dan potensi lainnya sesuai data

pada BAB II penelitian ini. Pada awal pembentukan BUMDes Mekong

Lestari tepatnya tahun 2018 memiliki 2 (dua) usaha yaitu jasa percetakan

dan ATK dan bengkel motor. Usaha tersebut dikaji memakan waktu

kurang lebih 10 bulan dilakukan antara bulan Nobember dan Desember

tahun 2017 (Buku Profil BUMDes Mekong Lestari, 2020). Kemudian,

permasalahan pada penggalian potensi desa yang dijadikan usaha

BUMDes Mekong Lestari adalah keterbatasan modal usaha sehingga

dalam pengembangan usaha terkendala, kurangnya SDM dalam

pengelolaan BUMDes, ide, wawasan masih dalam belajar untuk

pengembangan usaha (Buku Profil BUMDes Mekong Lestari, 2020).

Berdasarkan permasalahan diatas ditemukan identifikasi masalah

berikut:

1. Pelaksana BUMDes Mekong Lestari yakni direktur berstatus honorer. Padahal

dalam Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang Pembentukan

Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Lestari Desa Mekong, honorer dilarang

menjabat sebagai direktur maupun kepala unit usaha.

11
2. Mulai dari direktur sampai pembentukan unit usaha tidak melalui musyawarah

desa. Seharusnya dilakukan musyawarah desa untuk memilih direktur serta

usaha yang akan dijalankan oleh BUMDes untuk memaksimalkan manfaat

yang diterima oleh masyarakat dan pemerintah Desa Mekong sesuai yang

diamanahkan dalam Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang

Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Lestari Desa Mekong.

3. BUMDes Mekong Lestari belum dapat memaksimalkan potensi yang ada

untuk membangun perekonomian desa dan memberi manfaat kepada

masyarakat Desa Mekong.

4. Permasalahan pada penggalian potensi desa yang dijadikan usaha BUMDes

Mekong Lestari adalah keterbatasan modal usaha sehingga dalam

pengembangan usaha terkendala, kurangnya SDM dalam pengelolaan

BUMDes, ide, wawasan masih dalam belajar untuk pengembangan usaha.

Berdasarkan permasalahan dan fenomena di atas, penulis tertarik dan

termotivasi guna melakukan penelitian di Desa Mekong Kecamatan

Tebing Tinggi Barat, Kepulauan Meranti dengan judul penelitian

“Pelaksanaan Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang

Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Lestari Desa Mekong

di Desa Mekong Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kebupaten Kepulauan

Meranti tahun 2019”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan judul penelitian dan latar belakang masalah yang ada

dapat disimpulkan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

12
“Bagaimana Pelaksanaan Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017

tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Lestari di Desa

Mekong Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kebupaten Kepulauan Meranti

tahun 2019?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk mengetahui dan

menjelaskan Pelaksanaan Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017

tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Lestari di Desa

Mekong Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kebupaten Kepulauan Meranti

tahun 2019”

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pemerintahan dan dapat menjadi referensi bagi penelitian mahasiswa

lainnya yang ingin mengadakan dan melanjutkan pembahasan dan

pengkajian lebih mendalam tentang permasalahan yang sama di masa yang

akan datang.

2. Penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan pengetahuan bagi Badan

Usaha Milik Desa dalam pelaksanaan BUMDes yang ada di desa Mekong

Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kabupaten Kepulauan Meranti dapat

berjalan dengan baik serta memberikan pengaruh pada pembangunan

ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

3. Penelitian ini dapat menjadi referensi atau bahan masukan bagi Pemerintah

Desa untuk membentuk BUMDes sebagai sarana memajukan desa.

13
1.5 Tinjauan Pustaka

1.5.1 Studi Terdahulu

Penelitian mengenai Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sudah

banyak dilakukan sebelumnya. Diantaranya membahas dari sudut Tinjauan

Ekonomi Islam. Seperti dalam tulisan Hartini (2019) dengan judul

penelitian Peran BUMDes dalam Meningkatkan Kesejahteraan

Masyarakat di Desa Batetanga Kabupaten Polman (Tinjauan Ekonomi

Islam). Institut Islam Negeri (IAIN) Parepare. Hasil penelitian

menunjukan bahwa Melihat dari kegiatan BUMDes sudah jelas membantu

masyarakat Batetangnga untuk lebih meningkatkan kesejahteraannya

karena dilihat dari program-program yang dijalankan memang tidak ada

yang merugikan masyarakat melainkan menambah atau meningkatkan

pendapatan masyarakat dan pendapatan desa Batengnga tersebut.

Kemudian BUMDes di Desa Batengnga sangat relevan dengan prinsip-

prinsip ekonomi islam dimana prinsip ekonomi islam yakni: Kompensasi,

efisiensi, profesionalisme, dan kecukupan, selain itu kegiatan BUMDes

juga tidak mengambil bunga yang terlalu banyak dan rata-rata masyarakat

tidak mengeluhkan bunga pengambilan pinjaman jadi bisa dikatakan

bahwa tidak ada unsur Ribah di dalamnya (Hartini, Skripsi: 2019).

Kemudian penelitian Nofiratullah dengan judul penelitian Eksistensi

BUMDes dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Desa Soki

Kecamatan Belo Kabupaten Bima. Hasil penelitian menunjukan bahwa

eksistensi BUMDes dalam meningkatkan perekonomian masyarakat di

14
Desa Soki Kecamatan Belo Kabupaten Bima terus mengalami peningkatan

segi pendapatan maupun dari segi pengelolaan BUMDes sehingga mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kemudian masalah BUMDes

dalam meningkatkan perekonomian masyarakat di Desa Soki Kecamatan

Belo Kabupaten Bima salah satunya kurangnya SDM yang ada dalam

pengelolaan BUMDes ini secara kualitas masih sangat kurang dan kurang

soislisasi BUMDes ini baik pemerintah desa maupun pengurus BUMDes

mengenai keberadaan BUMDes (Nofitarullah, Skripsi: 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Murwadji, Tarsisius, Deden Suryo

Rahadrdjo dan Hasna dengan judul penelitian BUMDes Sebagai Badan

Hukum Alternatif dalam Pengembangan Perkoperasian Indonesia. Hasil

penelitian menunjukan bahwa BUMDes sampai saat ini belum dapat

efektif menjadi sarana peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.

Hambatan-hambatan yang dihadapi BUMDes tersebut antara lain meliputi

hambatan kinerja dan hambatan keuangan. Hambatan tersebut sangat vital,

mengingat latar belakang pembantukan BUMdes. Mengganti sarana

peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, dari koperasi ke BUMDes

begitu saja, bukan merupakan jawaban yang tepat. Padahal terdapat

pedoman umum terkait lingkage program antara bank umum dengan

koperasi yang dikeluarkan Menteri koperasi dan UMKM, yang dapat

mengatasi permasalahan yang dihadapi koperasi mencapai tujuannya.

Pedoman ini diharapkan dapat menyelesaikan hambatan perekonomian

masyarakat desa, sehingga pemerintah tidak perlu membentuk sarana

15
lainnya sebagai alternatif solusi apabila suatu sarana dinilai tidak efektif

(Murwadji, dkk, Jurnal ACTA Diumal: Vol. 1, No. 1, 2017).

Kajian BUMDes lainnya melihat dari sudut pandang pelaksanaan

fungsi pengawasan yang dilakukan oleh Putri Febri Astuti (2017) dengan

judul penelitian Pelaksanaan Fungsi Pengawasan BUMDes Desa Ponggok

Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. Hasil penelitian menunjukan

bahwa Proses pembentukan pengawas dapat mempengaruhi kinerja

pengawas karena berpengaruh terhadap kualitas seorang pengawas.

Pelaksanaan pengawasan oleh Badan Pengawas diselenggarakan secara

obyektif karena dalam pelaksanaannya badan pengawas menggunakan

standar yaitu tool administrasi, selain itu pelaksanaan pengawasan

dilakukan secara periodik yang tersusun dalam program kerja tahunan

badan pengawas. Namun terdapat kendala dalam pelaksanaan pengawasan

yaitu koordinasi antara badan pengawas dengan manajemen BUMDes

terhalang dalam menyesuaikan waktu pertemuan sehingga belum berjalan

secara optimal. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi oleh Bapermas

belum berjalan optimal, karena Bapermsas hanya berperan pada awal

pembentukan dan sebagai fasilitator dalam program pemerintah provinsi.

Dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwa kebaruan penelitan ini

terletak pada kajian pelaksanaan kabijakan tentang BUMDes, yaitu

Pelaksanaan Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang

Pembentukan Badan Usaha Milik Desa Mekong Lestari Desa Mekong.

Pelaksanaan Kebijakan tersebut dilakukan oleh BUMDes Mekong

Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kabupaten Kepulauan Meranti untuk

16
memaksimalkan potensi Desa Mekong khususnya tahun 2019, sedangkan

hasil kajian diatas mengkaji dari segi Tinjauan Ekonomi Islam, Eksistensi

BUMdes, Pengembangan, dan Pelaksanaan Fungsi Pengawasan.

1.5.2 Kerangka Teoritik

a) Implementasi Kebijakan

Pemahaman tentang implementasi dapat dihubungkan dengan suatu

peraturan atau kebijakan yang berorientasi pada kepentingan khalayak

ramai atau masyarakat. Suatu kebijakan publik akan terlihat

kemanfaatannya apabila telah dilakukan implementasi terhadap kebijakan

publik tersebut. Menurut Leo Agustino (2016) dalam praktiknya

implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks

bahkan tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi berbagai

kepentingan. Implementasi merupakan kegiatan yang penting dari

keseluruhan proses perencanaan peraturan atau kebijakan, dan adapun

pengertian implementasi sebagai berikut:

1) Menurut Pressman dan Wildavsky (dalam Syahida, 2014) mengemukakan

bahwa “Implementation as to carry out, acoumplish, acoumplish, fulfil,

produce, complete” maksudnya adalah membawa, menyelesaikan, mengisi,

menghasilkan, melengkapi. Jadi secara etimologis implementasi itu dapat

dimaksudkan sebagai suati aktifitas yang bertalian dengan penyelesaian suatu

pekerjaan dengan penggunaan sarana (alat) untuk memperoleh hasil.

17
2) Menurut Horn (dalam Tahir, 2014) mengartikan implementasi tindakan-

tindakan yang dilakukan oleh baik individu-individu/pejabat-pejabat atau

kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada pencapaian

tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam kebijakan.

3) Menurut Mulyadi (2015) implementasi mengacu pada tindakan untuk

mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan.

Tindakan ini berusaha untuk mengubah keputusan-keputusan tersebut

menjadi pola-pola operasional serta berusaha mencapai perubahan-perubahan

besar atau kecil sebagaimana yang telah diputuskan sebelumnya. Dalam

tataran praktis, implementasi adalah proses pelaksanaan keputusan dasar.

Implementasi kebijakan adalah aktivitas yang terlihat setelah

dikeluarkan pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang meliputi upaya

mengelola input untuk menghasilkan output atau outcomes bagi

masyarakat. Tahap implementasi kebijakan dicirikan dan dibedakan

dengan tahap pembuatan kebijakan. Pembuatan kebijakan di satu sisi

merupakan proses yang memiliki logika bottom-up, dalam arti proses

kebijakan diawali dengan penyampaian aspirasi, permintaan atau

dukungan dari masyarakat. Sedangkan implementasi kebijakan di sisi lain

di dalamnya memiliki logika top-down, dalam arti penurunan alternatif

kebijakan yang abstrak atau makro menjadi tindakan konnkrit atau mikro

(Wibawa, 1994). Menurut Purwanto dan Sulistyastuti implementasi

intinya adalah kegiatan untuk mendistribusikan keluaran kebijakan (to

deliver policy output) yang dilakukan oleh para implementor kepada

18
kelompok sasaran (target group) sebagai upaya untuk mewujudkan

kebijakan (Purwanto dan Sulistyastuti, 1991).

Menurut Salusu (Tahir, 2014) implementasi sebagai operasionalisasi

dari berbagai aktivitas guna mencapai suatu sasaran tertentu dan

menyentuh seluruh jajaran manajemen mulai dari manajemen puncak

sampai pada karyawan terbawah. Singkatnya berdasarkan berbagai

pendapat di atas tersebut dapat diketahui bahwa pengertian implementasi

merupakan suatu proses yang berkaitan dengan kebijakan dan program-

program yang akan diterapkan oleh suatu individu, organisasi atau

institusi, khususnya yang berkaitan dengan institusi Negara dan

menyertakan sarana dan prasarana untuk mendukung program-program

yang akan dijalankan.

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang. Untuk

mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang

ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau

memulai formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik

tersebut sebagai kebijakan publik penjelas atau sering diistilahkan sebagai

peraturan pelaksanaan (Nugroho, 2006). Rangkaian implementasi

kebijakan dapat diamati dengan jelas yaitu dimulau dari program, ke

proyek dan ke kegiatan. Model tersebut mengadaptasi mekanisme lazim

dalam manajemen, khususnya manajemen sektor publik. Kebijakan

diturunkan berupa program-program yang kemudian diturunkan menjadi

proyek-proyek, dan akhirnya berwujud pada kegiatan-kegiatan, baik yang

19
dilakukan oleh pemerintah, masyarakat maupun kerjasama pemerintah

dengan masyarakat.

Van Meter dan Van Horn (dalam Budi Winarno, 2008)

mendefinisikan implementasi kebijakan publik sebagai tindakan-tindakan

dalam keputusan-keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup

usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-

tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu dalam rangka

melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan besar dan kecil yang

ditetapkan oleh keputusan-keputuasan kebijakan yang dilakukan oleh

organisasi publik yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan

Menurut Hamdi (2014), pelaksanaan atau implementasi kebijakan

bersangkut paut dengan ikhtiar-ikhtiar untuk mencapai tujuan dari

ditetapkannya suatu kebijakan tertentu. Kemudian menurut Wibawa

(Tahir, 2014) tujuan implementasi kebijakan adalah untuk menetapkan

arah agar tujuan kebijakan publik dapat direalisasikan sebagai hasil dari

kegiatan pemerintah. Keseluruhan proses penetapan kebijakan baru bisa

dimulai apabila tujuan dan sasaran yang semula bersifat umum telah

diperinci, program telah dirancang dan juga sejumlah dana telah

dialokasikan untuk mewujudkan tujuan dan sasaran tersebut. Selanjutnya

menurut Grindle (Waluyo, 2007) implementasi kebijakan sesungguhnya

bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran

keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur rutin lewat

20
saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut masalah

konflik, keputusan dari siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan.

b) Model Implementasi Kebijakan

Dalam mengimplementasikan kebijakan publik, ada beberapa model

yang perlu digunakan untuk menjadi pedoman atau penuntun agar pada

saat pelaksanaan, kebijakan tersebut tidak akan menyimpang dari apa yang

sebelumnya dirumuskan. Model implementasi kebijakan merupakan

kerangka dalam melakukan analisis terhadap proses implementasi

kebijakan sebagai alat untuk menggambarkan situasi dan kondisi yang

terjadi setelah ditetapkannya kebijakan tersebut, sehingga perlu perilaku

yang terjadi di dalamnya dapat dijelakan. Oleh karena itu, penggunaan

model implementasi kebijakan sangat diperlukan untuk melakukan studi

implementasi kebijakan. Menurut Tahir (2014) Keberhasilan implementasi

kebijakan ditentukan oleh banyak faktor, dan masing-masing faktor

tersebut saling berhubungan satu sama lain. Pemahaman tentang berbagai

faktor yang terkait di dalam implementasi ini dielaborasi beberapa teori

implementasi kebijakan dan dijadikan sebagai landasan. Ada beberapa

model implementasi kebijakan menurut para ahli yang seringkali

diterapkan. Pada umumnya model-model tersebut menjelaskan faktor-

faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan yang diarahkan pada

pencapaian kebijakan.

Model implementasi dibahas oleh Merilee S. Grindle pendekatannya

dikenal dengan nama Implementation as A Political and Administrative

21
Process. Menurut Grindle keberhasilan suatu implementasi dapat diukur

dari proses pencapaian outcomes (yaitu tercapat atau tidaknya tujuan yang

ingin diraih) (Agustino, 2016). Yang mana hal ini dapat dilihat dari dua

hal berikut yang telah disebutkan sebelumnya:

1. Dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan

kebijakan sesuai dengan yang ditentukan (design) dengan merujuk pada aksi

kebijakannya.

2. Apakah tujuan kebijakan tercapai. Dimensi ini diukur dengan dua faktor,

yaitu:

a. Impak atau efeknya pada masyarakat secara individu dan kelompok.

b. Tingkat perubahan yang terjadi serta penerimaan kelompok sasaran dan

perubahan yang terjadi.

Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle (dalam

Wahab, 2008) dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan

(content of policy) dan lingkungan implementasi (context of

implementation) yaitu :

1. Content of Policy menurut Grindle adalah:

a. Interest Affected (Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi)

Interest affected berkaitan dengan berbagai kepentingan yang mempengaruhi

suatu implementasi kebijakan. Indikator ini berargumen bahwa suatu

kebijakan dalam pelaksanaannya pasti melibatkan banyak kepentingan, dan

sejauhmana kepentingan-kepentingan tersebut membawa pengaruh terhadap

implementasinya, hal inilah yang ingin diketahui lebih lanjut.

b. Type of Benefits (tipe manfaat)

22
Pada poin ini content of policy berupaya untuk menunjukan atau menjelaskan

bahwa dalam suatu kebijakan harus terhadap beberapa jenis manfaat yang

menunjukan dampak positif yang dihasilkan oleh pengimplementasian

kebijakan yang hendak dilaksanakan.

c. Ectent of Change Envision (derajat perubahan yang ingin dicapai)

Setiap kebijakan mempunyai target yang hendak dan ingin dicapai. Content of

policy yang ingin dijelaskan pada poin ini adalah bahwa seberapa besar

perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu implementasi

kebijakan harus mempunyai skala yang jelas.

d. Site of Decision Making (letak pengambilan keputusan)

Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan memegang peranan penting

dalam pelaksanan suatu kebijakan, maka pada bagian ini harus dijelaskan di

mana letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang akan

diimplementasikan.

e. Program Implementor (pelaksana program)

Dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus didukung dengan

adanya pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demi keberhasilan

suatu kebijakan. Dan ini harus sudah terdata atau terpapar dengan baik pada

bagian ini.

f. Resources Committed (sumber-sumber daya yang ingin digunakan)

Pelaksana suatu kebijakan juga harus didukung oleh sumber-sumber daya

yang mendukung agar pelaksanannya berjalan dengan baik.

2. Contect of Policy menurut Grindle adalah:

23
a. Powet, Interest, and Strategy of Actor Involved (kekuasaan, kepentingan-

kepentingan, dan strategi dari aktor yang terlibat)

Dalam suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula kekuatan atau

kekuasaan, kepentingan, serta strategi yang digunakan oleh para aktor

yang terlibat guna memperlancar jalannya pelaksanaan suatu implementasi

kebijakan. Bila hal ini tidak diperhitungkan dengan matang sangat besar

kemungkinan program yang hendak diimplementasikan akan jauh arang

dari api.

b. Institution and Regime Characteristic (karakteristik lembaga dan rezim

yang berkuasa)

Lingkungan di mana suatu kebijakan tersebut dilaksanakan juga

berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin

dijelaskan karakteristik dari suatu lembaga yang akan turut mempengaruhi

suatu kebijakan.

c. Compliance and Responsiveness (tingkat kepatuhan dan adanya respon

dari pelaksana).

Hal ini yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan

adalah kepatuhan dan respon dari para pelaksana, maka yang hendak

dijelaskan pada poin ini adalah sejauhmana kepatuhan dan respon dari

pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan

Setelah kegiatan pelaksanaan kebijakan yang dipengaruhi oleh isi

atau konten dan lingkungan atau konteks diterapkan, maka akan dapat

diketahui apakah para pelaksana kebijakan dalam membuat sebuah

kebijakan sesuai dengan apa yang diharapkan, juga dapat diketahui pada

24
apakah suatu kebijakan dipengaruhi oleh suatu lingkungan, sehingga

terjadinya tingkat perubahan yang terjadi (Agustino, 2016).

Bagan 2
Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Menurut
Merilee S. Grindle

Implementasi kebijakan dipengaruhi:


A. Isi Kebijakan:
1. Kepentingan kelompok
sasaran; Hasil Kebijakan:
2. Tipe manfaat; a. Dampak pada
3. Derajat perubahan yang masyarakat, individu
Tujuan diinginkan; dan kelompok;
4. Letak pengambilan keputusan; b. Perubahan dan
5. Pelaksanaan program. penerimaan
B. Konteks Implementasi: masyarakat.
1. Kekuasaan, kepentingan, dan
Tujuan yang
strategi aktor yang terlibat;
dicapai?
2. Karakteristik lembaga dan
penguasa;
3. Kepatuhan daya tangkap.
Program aksi dan
proyek individu
dengan didesain dan
didanai

Program yang
Mengukur
dilaksanakan
Keberhasilan
sesuai rencana

Sumber: Merille S. Grindle dalam Leo Agustino, 2016.


Ketika kebijakan tersebut telah dibuat, kebijakan tersebut harus

diimplementasikan dan hasilnya sedapat mungkin sesuai dengan apa yang

diharapkan oleh pembuat kebijakan. Pada bagan 2 di atas terlihat bahwa

suatu kebijakan memiliki tujuan yang jelas sebagai wujud orientasi nilai

kebijakan. Tujuan implementasi kebijakan diformulasikan ke dalam

program aksi dan proyek tertentu yang dirancang dan dibiayai. Program

dilaksanakan sesuai dengan rencana. Implementasi kebijakan atau program

secara garis besar dipengaruhi oleh isi kebijakan dan konteks

implementasi. Keseluruhan implementasi kebijakan dievaluasi dengan cara

mengukur luaran program berdasarkan tujuan kebijakan. Luaran program

dilihat melalui dampak terhadap sasaran yang dituju baik individu dan

25
kelompok maupun masyarakat. Luaran implementasi kebijakan adalah

perubahan dan diterimanya perubahan oleh kelompok sasaran.

1.6 Kerangka Pemikiran


Bagan 3
Kerangka Pemikiran

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa


2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
3. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan
Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa
4. Peraturan Bupati Kabupaten Meranti Nomor 33 Tahun 2017 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Badan Usaha Milik Desa/Kelurahan

Pelaksanaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mekong Kecamatan


Tebing Tinggi Barat Kebupaten Kepulauan Meranti Tahun 2019

Model Implementasi Merilee S. Grindle

Isi Kebijakan Konteks Implementasi

26
1. Kepentingan yang terpengaruhi oleh
kebijakan; 1. Kekuasaan, kepentingan, strategi,
2. Jenis manfaat yang dihasilkan; dan aktor yang terlibat.
3. Derajat perubahan yang diinginkan; 2. Karakteristik lembaga penguasa
4. Kedudukan pembuat kebijakan; 3. Kepatuhan daya tanggap.
5. Pelaksana program; dan
6. Sumber daya yang dihasilkan.

Hambatan Pelaksanaan Kebijakan


1. Pelaksana BUMDes Mekong Lestari yakni direktur
berstatus honorer. Padahal honorer dilarang menjabat
sebagai direktur maupun kepala unit usaha.
2. Pembentukan unit usaha tidak melalui musyawarah desa.
3. BUMDes Mekong Lestari belum dapat memaksimalkan
potensi yang ada untuk membangun perekonomian desa
dan memberi manfaat kepada masyarakat Desa Mekong
Sumber: Olahan Penulis, 2020,

1.7 Definsi Konseptual

Definisi konseptual merupakan batasan terhadap masalah-masalah

variabel yang dijadikan pedoman dalam penelitian sehingga akan

memudahkan dalam mengoperasionalkannya di lapangan. Adapun definisi

konseptual terkait penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Kebijakan Publik merupakan keputusan politik yang dikembangkan oleh

badan atau pejabat pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini

kebijakan publik yang dimaksud adalah Peraturan Desa Mekong Nomor 02

Tahun 2017 tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)

Lestari Desa Mekong.

2) Implementasi Kebijakan adalah berbagai kegiatan yang dilaksanakan untuk

merealisasi tujuan dari kebijakan. Dalam hal ini penulis menggunakan model

implementasi Merilee S. Grindle menyatakan keberhasilan kebijakan

27
dipengaruhi oleh dua variabel yaitu Isi Kebijakan, adalah berisi aturan-aturan

tertulis yang bersifat mengikat. Isi kebijakan ini mencakup: Kepentingan

dipengaruhi, manfaat, derajat Perubahan, letak pengambilan keputusan,

pelaksana program. Kemudian konteks Implementasi, yaitu suatu situasi dan

kondisi yang dapat mempengaruhi keberhasilan kebijakan, yang mencakup:

Kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat, karakteristik

lembaga dan penguasa, kepatuhan daya tanggap.

3) Badan Usaha Milik Desa atau yang disingkat BUMDes adalah lembaga yang

memanfaatkan potensi desa untuk dikelola untuk meningkatkan pendapatan

desa, kesejahteraan masyarakat desa dan secara umum meningkatkan

perekonomian desa.

1.8 Metode Penelitian

Agar suatu penelitian ilmiah dapat berjalan dengan baik maka perlu

menggunakan suatu metode penelitian yang baik dan tepat. Metodologi

merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada di dalam penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan. Metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu:

1.8.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, serta analiis data bersifat

kualitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang ditelah

ditetapkan (Sugiyono, 2009). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan proses penelitian

28
yang berkesinambungan sehingga tahap pengumpulan data, pengolahan data dan

analisis data dilakukan secara bersamaan selama proses penelitian (Suyanto,

2011).

1.8.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini ialah jenis penelitian deskriptif yang bertujuan

untuk menjelaskan, meringkas berbagi kondisi, berbagai situasi, atau

berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek

penelitian ini berdasarkan apa yang terjadi (Bungin, 2006). Sesuai dengan

fokus dan tujuan penelitian, jenis penelitian ini sangat tepat karena peneliti

akan mendeskripsikan data bukan untuk mengukur data yang diperoleh.

1.8.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Mekong Kecamatan Tebing Tinggi

Barat Kabupaten Kepulauan Meranti. Alasan penelitian dilakukan di Desa

Mekong tepatnya di Kantor Desa dan Kantor BUMDes Mekong

Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kabupaten Kepulauan Meranti adalah

untuk mengamati dan menganalisis pelaksanaan BUMDes yang dilakukan

oleh Pemerintah Desa Mekong tahun 2019.

1.8.4 Jenis Data

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diambil langsung melalui observasi secara

langsung berupa wawancara terhadap informan sebagai sumber data penelitian.

Pengambilan data menggunakan mata untuk mengamati sesuatu tanpa pertolongan

29
alat bantu lainnya (Nazir, 2005). Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan

wawancara secara langsung kepada informan mengenai sebagai berikut:

1) Wawancara bersama informan penelitian tentang kepentingan yang

mempengaruhi isi kebijakan, yaitu sejauh mana aktor pelakana

mempengaruhi pelaksanaan kebijakan tersebut.

2) Manfaat dari kebijakan, Menggali informasi sejauh manfaat yang diterima

oleh masyarakat dari Pelaksanaan kebijakan BUMDes Mekong.

3) Derajat perubahan yang telah dicapai oleh pelaksana kebijakan, Mengenai

target dan sasaran dari rencana yang telah ditetapkan sebelumnya,

4) Letak pengambilan keputusan dari pelaksanaan kebijakan BUMDes, yaitu

keputusan apa saja yang diambil ketika pelaksanaan kebijakan BUMDes di

Desa Mekong.

5) Serta sumber daya yang digunakan, baik sumber daya manusia, anggaran,

fasilitas dan lain sebagainya dalam pelaksanaan BUMDes yang dilakukan

oleh Pemerintah Desa Mekong Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kabupaten

Kepulauan Meranti tahun 2019.

6) Wawancara bersama informan tentang konteks kebijakan yaitu mencakup

kekuasaan, kepentingan-kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat dalam

pelaksana kebijakan BUMDes di Desa Mekong, serta karakteristik lembaga

dan rezim yang berkuasa, yaitu memastikan dukungan dan singkron antara

visi dan misi dari Kepala Desa ataupun Direktur BUMDes yang menjabat,

serta tugas dan fungsi instansi dalam melaksanakan pelaksanaan kebijakan

BUMDes.

30
7) Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana pelaksanaan BUMDes

yang dilakukan oleh Pemerintah Desa Mekong Kecamatan Tebing Tinggi

Barat Kabupaten Kepulauan Meranti tahun 2019.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpulan data, misalnya lewat orang lain atau dokumen,

sehingga sumber data ini bersifat penunjang dan melengkapi data primer

(Sugiyono, 2012). Data sekunder yang dimaksud mencakup:

1) Profil Desa Mekong Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kebupaten Kepulauan

Meranti.

2) Profil BUMDes Mekong Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kebupaten

Kepulauan Meranti.

3) Dokumen Program yang berisi target, sasaran program, anggaran dan sumber

daya yang digunakan oleh BUMDes Mekong Kecamatan Tebing Tinggi Barat

Kebupaten Kepulauan Meranti dalam menjalankan prorgram.

4) Peraturan perundang-undangan seperti Peraturan Bupati Kabupaten Meranti

Nomor 33 Tahun 2017 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Badan Usaha Milik

Desa/Kelurahan, Surat Keputusan jabatan BUMDes, Peraturan Desa Mekong

Nomor 02 Tahun 2017 tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUM

Desa) Lestari Desa Mekong, dan peraturan lainnya.

5) Buku, artikel, jurnal dan karya ilmiah lainnya yang berkaitan erat

hubungannya dengan Pelaksanaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Mekong Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kebupaten Kepulauan Meranti

Tahun 2019 sebagai penunjang argumentasi penulis dalam menganalisis.

31
1.8.5 Sumber Data

a. Informan Penelitian

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive.

Dimana teknik purposive adalah teknik pengambilan sample sumber data

dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2017). Pertimbangan tertentu ini

misalnya, orang yang dijadikan informan adalah orang yang paling tahu

tentang apa yang diharapkan, atau penguasa sehingga memudahkan

peneliti untuk menjelajahi obyek/situasi yang diteliti. Adapun Informan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3
Informan Penelitian
No Informan Nama Jumlah
1 Kepala Desa Mekong PLT Rusli, A.Ma.Pd 1
2 Direktur BUMDes Junizar Amri 1
3 Penasihat BUMDes PLT Rusli, A.Ma.Pd 1
4 Kepala Unit Usaha Ais Arifin, S.Pd 1
5 Masyarakat Fitriadi, S.H. dan Aznizar 2
Total 6
Sumber: Olahan Penulis, 2020.

b. Dokumen

Dokumen yang dimaksud adalah sumber data yang dapat berbentuk

surat-surat, dokumen–dokumen lain yang berkaitan dengan permasalah

penelitian. Seperi laporan dari instansi pemerintah, sumber berita, buku-

buku, jurnal, skripsi, tesis, dan sumber lainnya sebagai pendukung sumber

data penelitian penulis.

1.8.6 Teknik Pengumpulan Data

32
Metode atau teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian

ini adalah metode wawancara, obervasi dan dokumentasi. Adapun

pengertian dan tujuan dari ketiga metode tersebut adalah sebagai berikut:

1. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa

menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan

terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Bungin, 2006). Dengan

demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam

kehidupan informan.

Alasan penulis menggunakan wawancara mendalam adalah untuk

mendeskripsikan dan menganalisis Pelaksanaan Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes) Mekong Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kebupaten Kepulauan

Meranti Tahun 2019.

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data

historis (Kartono dalam Bungin, 2006). Karenanya sejumlah besar fakta dan data

sosial tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Metode dokumentasi

ini digunakan untuk menelusuri berbagai tulisan ilmiah maupun data yang

berkaitan dengan Pelaksanaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mekong

Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kebupaten Kepulauan Meranti Tahun 2019

memperkuat teori dan hasil penelitian sebagai pendukung keabsahan penelitian.

1.8.7 Teknik Analisis Data

33
Untuk memaparkan permasalahan dalam penelitian ini digunakan

metode kualitatif menunjukan pada riset yang menghasilkan data

kualitatif, yaitu data yang tidak dapat diwujudkan dalam bentuk angka-

angka, melainkan berbentuk suatu penjelasan yang menggambarkan

keadaan, proses, peristiwa tertentu. Dalam menganalisa data kualitatif

lebih berdasarkan pada yang mengutamakan penghayatan, yaitu berusaha

memahami peristiwa dan kaitan-kaitan terhadap orang-orang biasa dalam

situasi tertentu (Arikunto, 2000). Menurut Miles dan Huberman, kegiatan

analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Terjadi

secara bersamaan berarti reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu yang saling jalin menjalin

merupakan proses siklus dan interaksi pada saat seblum, selama, dan

sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar yang membangun

wawasan umum yang disebut ‘analisis’ (Ulber Silalahi, 2009).

34
BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Profil Desa Mekong

2.1.1 Letak dan Lingkungan Desa

Desa Mekong Merupakan Salah Satu Dari Empat Belas Desa Yang

Berada Di Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kabupaten Kepulauan Meranti.

jarak tempuh Desa Mekong Kekabupaten Kepulauan Meranti ± 17 KM

dengan mengunakan kendaraan ± sekitar 25 menit, lahan di desa mekong

merupakan lahan sebagian besar datar dan relatif subur ini dikarenakan

lahan di desa Mekong merupakan tanah gambut.

35
2.1.2 Sejarah Desa

Desa Mekong merupakan desa yang baru, hasil pemekaran dari Desa

Alai. Adapaun pemekaran tersebut terjadi pada tahun 1999 pada masa

pemerintah Kudus yang menjabat sebagai Kepala Desa Alai. Ini berarti

Desa Mekong baru berkembang sekitar 20 (Dua Puluh) Tahun sejak

usulan pemekaran tersebut.

Usulan ini mendapat tanggapan positif dari pemerintah Kabupaten

Bengkalis dengan menunjuk A.Rahman sebagai PJS Kepala Desa

Mekong, adapun wilayah Desa Mekong berawal dari pemerintah wilayah

dusun Mekong yang terdiri dari 3 RW dengan 3 RT. Sekaligus nama

Mekong merupakan sebuah bentuk sejarah perjuangan masyarakatnya.

Pada zaman dahulu wilayah ini terkenal dengan hasil pertanianya,

mulai dari Ubi, Jagung, Talas, Sayur-sayuran, hingga palawija. Konon

tanah di daerah ini sangat subur, sehingga kehidupan masyarakat desapun

bisa dikatakan makmur dan dijadikan wilayah pertanian oleh para

pedagang-pedagang cina. Sedangkan nama Desa Mekong berasal dari

bahasa Cina yaitu “Mai” yang berarti jangan dan “Kong” yang berarti

Cakap, karena daerah ini merupakan daerah persembunyian orang cina.

Adapun perubahan nama Maikong menjadi Mekong ini karena dialek atau

logat masyarakat setempat yang heterogen sangat susah dalam

penyebutanya dan dari unsur kebiasaan untuk senang dalam

penyebutannya, maka nama Mekong dijadikan populer hingga sekarang

tanpa adanya perubahan lagi.

36
Desa ini kemudian dibagi menjadi Tiga Dusun yang masing-masing

di beri nama Dusun Air Merah, Dusun Peleper, dan Dusun Bandul.

Dimana nama-nama Dusun tersebut di ambil dari nama kejadian-kejadian

peristiwa diwaktu lampau oleh masyarakat Desa ini. Hal itu juga sebagai

bentuk kenang-kenangan masyarakat terhadap peristiwa yang terjadi di

desa Mekong. Berikut adalah silsilah Kepemimpinan Desa Mekong:

1. Bp. Abd. Rahman Th. 2000 – Th. 2013

2. Bp. M. Arif Th. 2013 – Th. 2014

2.1.3 Visi dan Misi

Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa

depan yang diinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan desa.

Penyusunan Visi Desa Mekong ini dilakukan dengan pendekatan

partisipatif, melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan di Desa Mekong

seperti pemerintah desa, BPD, Tokoh masyarakat, tokoh agama, lembaga

masyarakat desa dan masyarakat desa pada umumnya. Pertimbangan

kondisi eksternal di desa seperti satuan kerja wilayah pembangunan di

kecamatan.

Selain penyusunan visi juga telah ditetapkan misi-misi yang memuat

sesuatu pernyataan yang harus dilaksanakan oleh desa agar tercapainya

visi desa tersebut. Visi berada diatas misi. Pernyataan visi kemudian

dijabarkan ke dalam misi agar dapat di operasionalkan/dikerjakan.

Sebagaimana penyusunan visi, misipun dalam penyusunannya

menggunakan pendekatan partisipatif dan pertimbangan potensi dan

kebutuhan Desa Mekong.

37
a. Visi Desa

Berdasarkan kondisi masyarakat desa Mekong saat ini, tantangan

yang dihadapi 6 tahun mendatang serta dengan memperhitungkan modal

pasar yang dimiliki oleh desa Mekong sumber pendapatan dari PAD, dana

desa dari tingkat II, I dan pusat yang amanatnya untuk pembangunan,

operasional, pemberdayaan aparatur pemerintahan dan kelembagaan yang

ada di desa Mekong. Visi pembangunan Mekong tahun 2016-2021 yakni:

“Menjadikan Desa Mekong Aman, Nyaman dengan masyarakat yang

Sejahtera, Bersatu dan Berakhlak Mulia Tahun 2021”.

Filosofi Visi:

1. Menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan agama, benar-benar telah

dijadikan tuntutan utama setiap nafas kehidupan dan penyelenggaraab

pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan dan pribadi, sehingga

adanya kekuatan batin yang ideal dalam jiwa setiap individu.

2. Menumbuhkembangkan kebudayaan yang sudah ada, sehingga mampu

bertahan dan bersifat akomodatif terhadap kemajuan peningkatan derajat,

harkat, martabat manusia dan ikut dalam konstribusi.

3. Meningkatkan kehidupan social masyarakat dipandang dari sisi

pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, keamanan, kenyamanan, dan

ketentraman.

4. Stabilitas ekonomi yang dpaat dipertahankan dan bersifat dinamis.

5. Iklimdemokratisasi yang semakin kondusif, stabilitas politik, maka

keamanan dan ketertiban terkendali, partisipasi dan kecerdasan masyarakat

38
berpolitik semakin baik, penyelenggaraan pemerintanan yang kondusif,

kualitas dan profesionalisme aparatur meningkatkan dan kapasitas yang

semakin kuat hingga tercapai Mekong bersatu.

b. Misi Desa

Untuk mencapai tujuan Visi diatas maka disusunlah Misi sebagai

langkah-langkah penjabaran dari visi tersebut diatas sebagai berikut: Misi

pembangunan menengah desa Mekong tahun 2016-2021 sebagai berikut:

1. Meningkatkan kinerja pemerintah desa, meningkatkan kualitas

sumberdaya manusia yang mampu menguasai IPTEK dan memiliki nilai-

nilai moral religious dan berkualitas, managemen pembangunan

infrastruktur yang maju dan mampu diakses secara merata.

2. Mewujudkan nilai-nilai kebudayaan masyarakat dan melestarikannya

dengan seksama.

3. Mewujudkan social masyarakat, yang majemuk menuju keberagaman

kultur dan Adat.

4. Menjadikan stabilitas ekonomi masyarakat, guna meningkatkan

pendapatan masyarakat yang didasari oleh profesi dan keahlian.

Mewujudkan suasanan kehidupan masyarakat dan

menyelenggarakan pemerintahan yang demokratis, maksudnya adalah

menjadikan suasana kemasyarakatan dan penyelenggaraan pemerintah

yang dinamis sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terjandung dalam

Pancasila dan konstitusi negara dalam koridor NKRI dan Nasionalisme.

2.1.4 Keadaan Demografi

39
a) Batas Wilayah Desa

Letak geografi Desa Mekong, terletak diantara:

Sebelah Utara : Selat Air Hitam


Sebelah Selatan : Desa Alai
Sebelah Barat : Desa Kundur
Sebelah Timur : Desa Batang Malas
b) Luas wilayah Desa

Tabel 4
Luas Wilayah Desa Mekong Tahun 2019
No Wilayah Desa Luas
1. Pemukiman 47 ha
2. Pertanian/perkebunan 335 ha
3. Kebun Kas Desa -
4. Perkantoran 0.5 ha
5. Sekolah 5 ha
6. Jalan 14 ha
7. Lapangan Bola Kaki dan Bola Volly 3 ha
8. Pustu 0.5 ha
9. Koprasi Unit Desa 0.5 ha
10 Lahan Persiapan Sarana Lainynya 5.975 ha
Sumber: RPJMDesMekong 2016-2021.

c) Orbitasi

1. Jarak ke ibu kota kecamatan terdekat : 2 km


2. Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan : 10 menit
3. Jarak ke ibu kota kabupatrn : 13 km
4. Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten : 30 menit

d) Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

1. Kepala Keluarga : 271 KK


2. Laki-laki : 513 jiwa
3. Perempuan : 558 Jiwa
4. Jumlah : 1.079 Jiwa

2.1.5 Keadaan Sosial

a. Pendidikan

Tabel 5

40
Pendidikan Tahun 2019
No Jenjang Pendidikan Jumlah
1. PAUD/TK 6 Orang
2. SD 36 Orang
3. SLTP/MTs 23 Orang
4. SLTA/MA 32 Orang
5. S1/Diploma 14 Orang
6. S2 -
7. Putus Sekolah 16 Orang
8. Buta Huruf 6 Orang
9. D3 12 Orang
Sumber: RPJMDes Mekong 2016-2021.

b. Lembaga Pendidikan

1. Gedung SD : 2 Unit di Lokasi Dusun Air Merag dan


Dusun Bandul
2. Gedung PAUD : 1 Unit di Lokasi Dusun Air Merah
3. Gedung TK :-
4. PDTA : 2 Unit di Lokasi Dusun Air Merah dan
Dusun Peleper
5. Gedung SLTP :-
6. Gedung SLTA : 1 Unit Dusun Air Merah

2.1.6 Kondisi Ekonomi

a. Pertanian

Tabel 6
Pertanian Tahun 2019
No Jenis Tanaman Luas Wilayah
1. Palawijaya 5 ha
2. Jagung 3 ha
3. Cabe 5 ha
4. Ubi 8 ha
5. Karet 235 ha
6. Sagu -
7. Sawit -
Sumber: RPJMDes Mekong, 2016-2021.

41
b. Peternakan

Tabel 7
Peternakan Tahun 2019

No Jenis Ternak Jumlah


1. Kambing 100 Ekor
2. Sapi 30 Ekor
3. Ayam 1.242 Ekor
4. Itik 50 Ekor
5. Lain-lain -
Sumber: RPJMDes Mekong 2016-2021.

c. Perikanan

1. Kolam Ikan :-
2. Tambak Udang :-
3. Lain-lain :-

d. Struktur Mata Pencarian

Tabel 8
Struktur Mata Pencarian Tahun 2019
No Jenis Pekerjaan Jumlah
1. Petani 135 Orang
2. Pedagang 20 Orang
3. PNS 9 Orang
4. Tukang 20 Orang
5. Guru 40 Orang
6. Bidan/Perawat 2 Orang
7. Polri 1Orang
8. Pensiunan 2 Orang
9. Buruh 176 Orang
10. Pengrajin/Industri Kecil 15 Orang
11. Nelayan 40 Orang
Sumber: RPJMDes Mekong 2016-2021.

2.1.7 Pembagian Wilayah Desa

42
Desa Mekong terbagi ke dalam 3 Dusun terdiri dari:

1. Dusun Air Merah : Jumlah 3 RW dan 6 RT


2. Dusun Peleper : Jumlah 1 RW dan 2 RT
3. Dusun Bandul : Jumlah 2 RW dan 4 RT

2.1.8 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa

a. Lembaga Pemerintahan Desa

Jumlah Aparatur Desa

1. Kepala Desa : 1 Orang


2. Sekretaris Desa : 1 Orang
3. Perangkat Desa : 7 Orang
4. Staff : 1 Orang
5. Operator ADD : 1 Orang

b. Badan Permusyawaratan Desa (PDB) : 7 Orang

c. Lembaga Kemasyarakatan

Tabel 9
Lembaga Masyarakat Desa Mekong Tahun 2019
No Jenis Lembaga Kemasyarakatan Jumlah
1. LPM 1 Kelompok
2. PPK 1 Kelompok
3. Posyandu 1 Kelompok
4. Pengajian 4 Kelompok
5. Arisan 6 Kelompok
6. Simpan Pinjam 1 Kelompok
7. Kelompok Tani 6 Kelompok
8. Karang Taruna/Pemuda 1 Kelompok
9. Arisan Masyarakat 3 Kelompok
Sumber: RPJM Desa Mekong, 2016-2021.

43
Bagan 4
Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Mekong Tahun 2019

Kepala Desa
A. RAHMAN, S

Sekretaris Desa
SUKEMI
Bendahara Desa
RAHMAT EKA S

Kepala Urusan Kepala Urusan Kepala Urusan


Pemerintahan Kepala urusan Kesra
Umum Pembangunan
-
M.TAMRIN, Z NZ AL MUJAJJIR ASLINA

Dusun Air Merah Dusun Peleper Dusun Bandul


HATTA BASIR M. SUDARSO
Sumber: RPJMDes Mekong 2016-2021.
44
2.1.9 Potensi Desa Mekong

Potensi adalah segala sumberdaya yang ada di desa yang dapat digunakan

untuk membantu pemecahan masalah-masalah yang dihadapi oleh desa baik

potensi sudah ada maupun potensi yang belum tergarap

a. Potensi Sumberdaya Alam

1. Laut, Sungai
2. Perkebunan Karet
3. Lahan Pertanian
4. Peternakan
b. Potensi Sumberdaya Manusia

1. Aparatur Desa
2. BPD
3. Kelembagaan Desa
4. Kader Desa
5. Kader Posyandu
6. Kader PKK
7. Pendamping Desa
8. Tenaga Pendidik
9. Tokoh Agama dan Tokoh Adat
10. Penyulu Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Peternakan dll
11. Aparat Keamanan (Linmas)
12. Pemuda
13. Klub-Klub Olahraga
c. Sumberdaya Sosial

1. Majlis Taklim
2. Wirid Yasin
3. Guru-Guru Agama (Ustadz)
4. Fasilitas pendidikan agama
5. Masjid dan Mushala

44
6. Fasilitas Pendidikan Umum
7. Peringatan Hari Besar Islam
d. Sumberdaya Ekonomi

1. Latihan Perkebunan
2. UED-SP
3. Pedagang dan Swasta
4. Home Industri
5. Sarana Produksi Lainnya

2.2 Profil BUMDes Mekong Lestari

BUM Desa merupakan instrumen pendayagunaan ekonomi lokal dengan

berbagai ragam jenis potensi. Pendayagunaan potensi ini terutama bertujuan untuk

peningkatan kesejahteran ekonomi warga desa melalui pengembangan usaha

ekonomi mereka. Disamping itu, keberadaan BUM Desa juga memberikan

sumbangan bagi peningkatan sumber pendapatan asli desa yang memungkinkan

desa mampu melaksanakan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat

secara optimal.

Memperhatikan beberapa hal tersebut diatas, maka Desa Mekong pada

tanggal 23 Januari 2017 mendirikan Badan Usaha Milik Desa atau yang sering

disebut BUMDes dan di beri nama MEKONG LESTARI. Dengan didirikannya

BUMDes MEKONG LESTARI tersebut kedepannya diharapkan mampu

memanfaatkan potensi dan aset desa untuk membangun kesejahteraan warga desa

Mekong, karena bukan lagi program ‘topdown’ atau paket program dari

pemerintah daerah atau pusat, melainkan pembangunan desa yang digerakkan

oleh kekuatan warga.

45
Pada awal pendiriannya BUMDes MEKONG LESTARI bermodalkan Nol

rupiah atau modal dengkul. Walaupun demikian bukan berarti BUMDes ini akan

mandul, melainkan mampu berkembang dengan pesat. Hal ini dibuktikan dengan

berkembangnya unit-unit usaha baru yang dikelola oleh BUMDes MEKONG

LESTARI serta meningkatnya aset yang dimiliki. Semua itu tidak lepas dari  pada

penggalian potensi diawal berdiri dalam menentukan  unit operasional didasarkan

pada sumber daya manusia dan sumber daya alam juga tak kalah penting adalah

sumber daya Tuhan sebagai dasar pokok dalam mengembangkan usaha. Kondisi

ini dijadikan sebagai dasar pembuatan laporan pertanggung jawaban oleh

pengelola dalam pengelolaan BUMDes MEKONG LESTARI.

2.2.1 Visi dan Misi BUMDes Lestari

a. Visi BUMDes:

“Terwujudnya Kemandirian masyarakat menuju masyarakat yang sejahtera

berlandaskan Iman dan Takwa Kepada Allah SWT”

b. Misi BUMDes:

1. Mendorong berkembangnya usaha-usaha untuk meningkatkan pendapatan

masyarakat.

2. Menampung berbagai kegiatan usaha ekonomi yang ditekuni masyarakat.

3. Mendorong dan memfasilitasi proses penguatan kelembagaan usaha

masyarakat.

4. Menciptakan ruang dan peluang terhadap upaya pemberdayaan masyarakat

miskin untuk meningkatan kesejahteraan.

5. Meningkatkan kemampuan kelembagaan masyarakat dalam mengelola

kegiatan usaha dan pertanggungjawaban keuangan.

46
Bagan 5

Struktur Organisasi BUMDes Lestari Tahun 2019

DIREKTUR BUMDES
JUNIZAR AMRI

BENDAHARA BUMDES SEKRETARIS BUMDES


INDAH DISMA OSADURIS MARWAN

UNIT USAHA PERDAGANGAN


UNIT JASA
ARIS ARIFIN

Sumber: Rencana Proposal BUMDes Lestari, 2020.


2.2.2 Dasar Hukum BUMDes Lestari

BUMDes “MEKONG LESTARI” di Desa Mekong belum berbadan

hukum, namun legal karena telah ditetapkan dengan Peraturan Desa

Mekong, yaitu peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang

Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Mekong Lestari

Desa Mekong sehingga pendiriannya telah memiliki alas hukum. Perdes

tentang pendirian BUMDes “MEKONG LESTARI”.

2.2.3 Arah Kebijakan yang Telah Ditempuh BUMdes Lestari

Kebijakan - kebijakan yang telah ditempuh BUMDes Mekong


Lestari adalah sebagai berikut:

1. Memberi Kemudahan masyarakat desa dalam Berintraksi dalam Hal

Percetakan dll

2. Memberikan Bon ATK dan lain-lain untuk Kantor Desa dan Sekolah-

sekolah di desa.

3. Memudahkan Perbaikan Tranfortasi masyarakat dalam Beraktifitas Sehari-

hari.

48
BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang

Pendirian, Pengurusan Dan Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan Usaha

Milik Desa Pasal 3 Menjelaskan bahwa Pendirian BUM Desa bertujuan

untuk meningkatkan perekonomian Desa, mengoptimalkan aset Desa agar

bermanfaat untuk kesejahteraan Desa, meningkatkan usaha masyarakat

dalam pengelolaan potensi ekonomi Desa, mengembangkan rencana kerja

sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak ketiga, menciptakan peluang

dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan umum warga,

membuka lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui

perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa

dan meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli

Desa.

Pelaksanaan Peraturan Bupati Kepulauan Meranti Nomor 33 Tahun

2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Badan Usaha Milik Desa/Kelurahan

belum berjalan sepenuhnya sesuai dengan yang diamanahkan. Salah satu

BUMDes yang belum maksimal menjalankan peraturan tersebut adalah

Desa Mekong Kecamatan Tebing Tingi Barat. Desa Mekong memiliki

Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang Pembentukan

Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Lestari Desa Mekong sebagai

peraturan lanjutan dari Peraturan Bupati Kepulauan Meranti Nomor 33

Tahun 2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Badan Usaha Milik

49
Desa/Kelurahan. Pelaksanaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Mekong Lestari di Desa Mekong Kecamatan Tebing Tinggi Barat belum

berjalan maksimal Untuk pengungkapan fenomena tersebut penulis

menggunakan teori implementasi model Merilee S. Grindle.

Model implementasi dibahas oleh Merilee S. Grindle pendekatannya

dikenal dengan nama Implementation as A Political and Administrative

Process. Menurut Grindle keberhasilan suatu implementasi dapat diukur

dari proses pencapaian outcomes (yaitu tercapat atau tidaknya tujuan yang

ingin diraih) (Agustino, 2016: 142). Kemudian keberhasilan implementasi

menurut Merilee S. Grindle dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi

kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (context of

implementation) yaitu:

3.1 Content of Policy

3.1.1 Interest Affected (Kepentingan-Kepentingan yang

Mempengaruhi)

Conten of Policy menurut Grindle salah satunya adalah Interest

affected. Interest affected berkaitan dengan berbagai kepentingan yang

mempengaruhi suatu implementasi kebijakan. Indikator ini berargumen

bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaannya pasti melibatkan banyak

kepentingan, dan sejauhmana kepentingan-kepentingan tersebut membawa

pengaruh terhadap implementasinya, hal inilah yang ingin diketahui lebih

lanjut. Dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan suatu daerah

melibatkan berbagai aktor baik dari pemerintah maupun non pemerintah

untuk mencapai tujuan yang benar diinginkan dari masyarakat dan

50
pemerintah. Oleh karena itu aktor-aktor tersebut berperan penting dalam

perumusan suatu kebijakan menjadi kebijakan yang berlaku umum. Dalam

pelaksanaan kebijakan yaitu Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun

2017 tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa Lestari Desa Mekong

melibatkan berbagai aktor untuk usaha yang ditekuni BUMDes Lestari

seperti yang dijelaskan oleh Bapak Bapak Ais Arifin, S.Pd. Selaku Kepala

Unit Usaha BUMDes Lestari menyatakan bahwa Kepala Desa Mekong

Lestari yang mengusulkan usaha BUMDes, berikut uraian wawancara

lengkapnya:

“Menurut saya yang ini kemarin (usulan usaha BUMDes) tanpa


musyawarah oleh desa untuk pemilihan direktur BUMDes sebelumnya
bearti diusulkan oleh kepala desa ataupun direktur lama.”
(Hasil wawancara pada tanggal 4 Juli 2021)

Hal tersebut didukung oleh pernyataan Bapak Rusli, A.Ma.Pd

sebagai Kepala Desa Mekong dan Penasehat BUMDes Lestari dan Bapak

Junizar Amri selaku Direktur BUMDes Lestari yang menyampaikan

bahwa usulan usaha BUMDes diusulkan oleh satu orang, yaitu kepala

desa. Berikut uraian wawancaranya:

“Setahu saya sebagai PLT baru dan info dari sekretaris kalau semua
unit usaha itu diusul oleh 1 orang yang sama, yaitu kepala desa yang
sebelumnya.”
(Hasil wawancara pada tanggal 3 Juli 2021)

“Setahu saya yang mengusulkan satu orang, yaitu kepala desa. Kepala
desa yang mengusulkan unit usaha di BUMDes Lestari dimulai dari
berdirinya BUMDes ini.”
(Hasil wawancara pada tanggal 1 Juli 2021)

Berdasarkan wawancara di atas pada poin kepentingan-kepentingan

yang mempengaruhi dapat disimpulkan bahwa pengusulan usaha BUMDes

Mekong Lestari diusulkan oleh Kepala Desa Mekong. Artinya dalam hal

51
ini kepala desa memiliki pengaruh yang kuat daripada aturan yang harus

dijalankan sesuai Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang

Pembentukan BUMDes Lestari Desa Mekong. Tentunya hal ini

bertentangan dengan Perdes Mekong 2/2017 tentang Pembentukan

BUMDes Lestari pasal 8 tentang Pembukaan Unit Usaha Desa ayat 2 yang

menyatakan ‘Unit usaha BUM Desa ditetapkan dengan keputusan kepala

desa berdasarkan musyawarah antara direktur, Kepala Desa dan BPD serta

boleh menghadirkan dari unsur atau komponen masyarakat’. Dari

pernyataan pasal tersebut jelas pembentukan unit usaha harus berdasarkan

musyawarah bersama yang artinya setiap orang memiliki hak dan

pengaruh yang sama bukan mendominasi untuk mengikuti keputusan

individu. Selain tujuan meningkatkan ekonomi desa, Kepala Desa Mekong

(Mantan) juga memanfaatkan dana BUMDes untuk kepentingan pribadi.

Kemudian penetapan status sebagai tersangka terhadap mantan Kades

Mekong tersebut atas dugaan tindak pidana korupsi penyalahgunaan Dana

Desa dan dana BUMDes tahun anggaran 2017 sebesar Rp1,3 miliar

rupiah, 2018 sebesar Rp1,8 miliar, dan tahun 2019 sebesar Rp1,7 miliar

(Riaupos.jawapos.com, 2021). Dengan jumlah yang besar tersebut

seharusnya dapat mengembangkan dan memajukan BUMDes Lestari di

Desa Mekong. Berikut mekanisme musyawarah desa yang seharusnya

dilakukan untuk usulan-usulan terkait pengembangan BUMDes secara

umum:

52
Bagan 6
Mekanisme Musyawarah Desa Mekong

Persiapan Pelaksanaan Tindak Lanjut


1. Rapat Koordinasi 1. Diskusi Kelompok 1. Penataan Desa
BPD Persiapan 2. Berita Acara 2. Perencanaan Desa
Pelaksanaan 3. Kesimpulan 3. Kerja Sama Desa
Musdes 4. Pembentukan
2. Penyiapan Bahan BUMDes
Pembahasan, 5. Penambahan dan
Sarana, dan Pelepasan Aset
Penyiapan Biaya 6. Penanganan
Musdes Kejadian Luas
3. Pemetaan Aspirasi Biasa
Kebutuhan
Masyarakat
Sumber: Wawancara bersama BPD Desa Mekong, 2021.

Berdasarkan bagan diatas dalam hal pembahasan BUMDes dapat

disampaikan oleh masyarakadesa di forum musyawarah desa, baik dalam

usuluan unit usaha BUMDes, saran terkait perkembangan BUMDes serta

saran lainnya untuk meningkatkan kualitas SDM Pengurus BUMDes

Lestari.

3.1.2 Type of Benefits (Tipe Manfaat)

Pada poin ini content of policy berupaya untuk menunjukan atau

menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terhadap beberapa jenis

manfaat yang menunjukan dampak positif yang dihasilkan oleh

53
pengimplementasian kebijakan yang hendak dilaksanakan. Dengan

mempertanyakan apakah pelaksanaan kebijakan sesuai dengan yang

ditentukan (design) dengan merujuk pada aksi kebijakannya. BUMDes

Lestari bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat desa dan

meningkatkan PADes Mekong. Adapun tujuan dari didirikannya BUMdes

Lestari tertuang di Anggaran Dasar (AD) BUMDes Mekong Desa Mekong

Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kepulauan Meranti Tahun 2019, yaitu:

1. Mendorong berkembangnya kegiatan perekonomian masyarakat desa;

2. Meningkatkan kreativitas dan peluang usaha ekonomi produktif

(berwirausaha) anggota masyarakat desa berpenghasilan rendah;

3. Mendorong berkembangnya usaha mikro sektor informal untuk penyerapan

tenaga kerja bagi masyarakat di desa yang terbebas dari pengaruh pelepas

uang/rentenir;

4. Meningkatkan Pendapatan Sumber Asli Desa dan memberi pelayanan

terhadap kebutuhan masyarakat;

5. Meningkatkan kesempatan berusaha dalam mengurangi pengangguran serta

membantu pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin.

6. Sebagai pusat pelayanan ekonomi dan merupakan satu kesatuan ekonomi

masyarakat desa.

Berdasarkan tujuan tersebut dalam pelaksanaannya belum berjalan

dengan apa yang diharapkan. Berikut tanggapan dari Bapak Ais Arifin,

S.Pd. Sebagai Kepala Unit Usaha BUMDes Lestari yang menyatakan:

“Namanya BUMDes tidak sesuai 100% yang diharapkan masyarakat.


Karena tahu sendiri putaran ekonomi masyarakat, hasil BUMDes itu sendiri
dari belanja masyarakat. Saya pribadi untuk BUMdes (pengurus) itu gajinya
baik direktur, karyawan, kepala unit, sekretaris, bendahara, dan lainnya itu

54
digaji dari hasil penjualan. Jika penjualan baik, maka gaji juga banyak.
Disini saja sudah menurun semenjak tahun 2021. Saya aja masih belum
digaji sampai sekarang. Dari bulan Januari sampai sekarang (Juni) karna
putarannya menurun drastis. Karna barang tu banyak ga dibeli masyarakat,
gak laku. Karna itu bukan kebutuhan sekunder. Gaji kami pun hanya 150rb,
110 rb, tergantung pendapatan.”
(Hasil wawancara pada tanggal 4 Juli 2021)

Kemudian dipertegas oleh Bapak Rusli, A. Ma.Pd selaku Kepala

Desa Mekong dan Penasehat BUMDes Lestari bahwa tujuan dari

BUMDes itu sendiri belum dapat dikatakan maksimal, berikut

pernyatannya:

“Saya rasa saat ini tujuan dari BUMDes itu masih jauh dari yang
diharapkan, masih banyak poin-poin yang dapat dikatakan tidak mencapai
sasaran dan tujuannya.”
(Hasil wawancara pada tanggal 3 Juli 2021)

Bapak Junizar Amri selaku Direktur BUMDes Lestari turut

berkomentar terhadap capaian dari tujuan BUMDes tersebut, beliau

mengatakan:

“Untuk sekarang masih berproses, masih belum bisa tercapai. Karna


proses pembangunannya tidak sesuai dari yang direncanakan di Rencana
Kerja Masyarakat Program Pamsimas.”
(Hasil wawancara pada tanggal 1 Juli 2021)

Kemudian Bapak Azninar selaku masyarakat Desa Mekong

Kecamatan Tebing Tinggi Kepulauan Meranti memberikan tanggapan

terhadap tujuan dari BUMDes Lestari, yang menyampaikan:

“Belum terlalu . Usaha fotokopi itu sebentar-sebentar rusak, jadi


belum terbantu juga untuk masyarakat dan penambahan PADes. Usaha nya
bagus, tapi belum terlaksana secara maksimal.”
(Hasil wawancara pada tanggal 1 Juli 2021)

Bapak Fitriadi, S.H. Selaku masyarakat Desa Mekong Kecamatan

Tebing Tinggi Kepulauan Meranti juga memberikan tanggapan terhadap

tujuan BUMDes Lestari yang mengatakan:

55
“Usaha BUMDes tidak terlepas dari meningkatkan ekonomi rakyat,
BUMDes juga tidak terlepas dari keuntungan untuk meningkatkan ekonomi
rakyat itu sendiri. Yang pertama untuk masyarakat desa Mekong lah. Kalau
ditanya tujuannya apa sudah tercapai atau belum ya Jauh dari yang
diharapkan, kalau dipersentasekan paling 10% lah tercapai.”
(Hasil wawancara pada tanggal 30 Juni 2021)

Berdasarkan hasil wawancara di atas tentang tujuan BUMDes

Lestari dapat disimpulkan bahwa: 1) Tujuan dari BUMDes tersebut masih

jauh dari yang diharapkan. Berikut tabel pencapaian tujuan dari BUMDes

Mekong:

Tabel 10
Pencapaian Tujuan BUMDes Lestari

No Tujuan Keterangan
1 Mendorong berkembangnya kegiatan Belum berjalan
perekonomian masyarakat desa.
2 Meningkatkan kreativitas dan peluang Belum berjalan
usaha ekonomi produktif
(berwirausaha) anggota masyarakat
desa berpenghasilan rendah.
3 Mendorong berkembangnya usaha Belum berjalan
mikro sektor informal untuk
penyerapan tenaga kerja bagi
masyarakat di desa yang terbebas dari
pengaruh pelepas uang/rentenir.
4 Meningkatkan Pendapatan Sumber Asli Belum maksimal
Desa dan memberi pelayanan terhadap
kebutuhan masyarakat.
5 Meningkatkan kesempatan berusaha Belum berjalan
dalam mengurangi pengangguran serta
membantu pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat miskin.
6 Sebagai pusat pelayanan ekonomi dan Belum maksimal
merupakan satu kesatuan ekonomi
masyarakat desa.
Sumber: Hasi Analisis Berdasarkan Wawancara dan Observasi, 2021.

Berdasarkan tabel di atas tujuan dari BUMDes Lestari masih belum

56
berjalan seperti yang direncanakan, hal tersebut dikarenakan minim

anggaran, SDM yang belum memadai dan masih tahap perkembangan

sehingga tujuan yang telah ditetapkan akan dijalankan secara bertahap; 2)

Kemudian untuk gaji para pengurus tidak rutin digaji setiap bulannya

karena pendapatan yang tidak menentu, sehingga pada poin ini untuk

meningkatkan ekonomi desa masih jauh dari apa yang diharapkan. Berikut

gaji dari pengurus BUMDes tahun 2020:

Tabel 11
Gaji Pengurus BUMDes Tahun 2019

BESARAN GAJI
INDAH
Bulan MARWAN
A.RAHMA AZNIZA JUNIZAR DISMA ARIS
FITRIANT
N R AMRI OSADURI ARIFIN
O
S
Januari - - - - - -

Februari - - - - - -

Maret Rp. 82.200 Rp. 41.100 Rp.244.45 Rp.139.740 Rp.139.740 Rp.139.74


2 0
April Rp. 108.624 Rp. 54.313 Rp.323.15 Rp.184.660 Rp.230.827 Rp.184.60
7 0
Mei Rp. 108.154 Rp. 54.077 Rp.321.76 Rp.183.863 Rp.229.829 Rp.183.86
0 3
Juni Rp. 87.363 Rp. 43.681 Rp.259.90 Rp.148.516 Rp.185.645 Rp.148.51
3 6
Juli Rp. 114.197 Rp. 57.098 Rp.339.73 Rp.194.135 Rp.242.669 Rp.194.13
7 5
Agustus Rp. 129.422 Rp. 64.711 Rp.385.03 Rp.220.017 Rp.275.022 Rp.220.01
1 7
Septembe Rp. 60.450 Rp. 32.250 Rp.179.83 Rp.102.762 Rp.128.456 Rp.102.76
r 8 2
Oktober Rp. 95.823 Rp. 47.912 Rp.280.07 Rp.162.900 Rp.203.625 Rp.162.90
5 0
Novembe Rp. 61.793 Rp. 30.896 Rp.183.83 Rp.105.049 Rp.131.311 Rp.105.04
r 6 9
Desember Rp. 49.341 Rp. 24.670 Rp.146.79 Rp.83.880 Rp.104.850 Rp.83.880
0
Sumber: BUMDes Lestari, 2021.

Berdasarkan tabel di atas gaji pada bulan Januari dan Februari tidak

57
dibayar dan dirapel pada bulan selanjutnya. Hal tersebut dikarenakan

pendapatan BUMDes yang minim. Kemudian besaran gaji pengurus

BUMDes tidak menentu dikarenakan pendapatan BUMDes yang tidak

stabil. Untuk besaran persen gaji pengurus BUMDes diatur dalam ART

BUMD Mekong Lestari BAB III Pasal 8 menyatakan:

Distribusi pendapatan bersih di bagi 3 (tiga) bagian di alokasikan

untuk:

1. Insentif komisaris, pengurus, staf dan pengawas sebesar 60% dari keuntungan
usaha masing-masing unit usaha dengan rincian sebagai berikut:
a. Pengurus sebesar 60% dengan rincian pembagian yang dijadikan seratus
persen (100%) yaitu:
 Direktur 35%
 Sekretaris 20%
 Bendahara 25%
 Kepala Unit 20%
b. Komisaris sebesar 10%
c. Pengawas sebesar 5%
2. Biaya Operasional sebesar 10%
3. Biayayang dibagi pertahun yaitu 30% dengan rincian pembagian dijadikan
seratus persen (100%) yaitu:
a. Untuk PADes 30%
b. Untuk cadangan modal 30%
c. Dana sosial dan diklat 25%
d. Biaya MPTB 15%
3) Usaha yang dijalankan tersebut seperti Anugrah Mekong Studi menjual

alat tulis kantor dan keperluan lainnya untuk mesin fotokopi sering rusak sehingga

banyak menghabiskan dana untuk memberpaiki mesin tersebut, akibatnya

pendapatan menjadi menurun dan berdampak kepada penghasilan BUMDes

Lestari. Adapun kegiatan BUMDes Lestari tahun 2019 adalah:

58
Tabel 12
Kegiatan BUMDes Lestari Tahun 2019

No Nama Keterangan Hasilnya


Kegiat
an
1 Study Mengunjungi desa yang Menerapkan di
Bandin mendapatkan program BUMDes
g Pamsimas penerapannya Lestari tapi
berhasil. Tujuan nya belum berhasil
untuk mempelajari karna kurang
strategi, rencana memadai SMD.
kegiatan dan sebagainya
untuk dijadikan
pedoman penerapan di
Desa Teluk Binjai.
2 Rapat Membahas tentang Bagi hasil
Bulana pendatapan dan kepada
n pengeluaran BUMDes pengurus
Lestari beserta BUMDes
membahas dan usulan- Lestari, dan
usulan tentang merekap usulan-
pengembangan usulan
BUMDes Lestari. pengembangan
BUMDes
Lestari untuk
diterapkan di
tahun
selanjutnya.
Sumber: BUMDes Mekong Lestari, 2021.

Tabel diatas adalah kegiatan BUMDes Mekong Lestari tahun 2019,

yaitu study banding ke desa untuk mempelajari perkembangan BUMDes

di desa tersebut dan dijadikan sebagai pengembangan inovasi memajukan

BUMDes Lestari. Kegiatan berikutnya adalah rapat bulanan yang

membahas tentang pendapatan dan pengeluaran BUMDes Lestari. Tidak

59
ada kegiatan khusus untuk tahun 2019 serta kegiatan study banding belum

dapat dikatakan pengaruh yang besar terhadap kemajuan BUMDes Lestari.

Setiap kebijakan publik yang dirumuskan, disetujui bersama dan

diberlakukan tentunya memiliki manfaat atau tujuan yang ingin dicapai.

Jika tidak memiliki manfaat yang ingin dicapai tentu akan bermasalah di

kemudian hari yang mengakibatkan kecurigaan publik kepada pemerintah

karena kebijakan yang tidak memiliki manfaat secara umum tapi hanya

untuk segelintir orang saja. Oleh karena itu menjadi kebijakan yang

berlaku umum. Dalam pelaksanaan kebijakan yaitu Peraturan Desa

Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang Pembentukan BUMDes Lestari

Desa Mekong juga memiliki manfaat seperti yang dijelaskan oleh Bapak

Aris Arifin S.Pd. Selaku Kepala Unit Usaha BUMDes Lestari

menyampaikan:

“Untuk masyarakat sendiri terbantu dari segi ekonomi, sosial. Karna


memudakan masyarakat untuk berbelanja. Kami lebih terbuka kepada
masyarkat, setiap bulan kami ada laporan dari hasil putaran. Dari segi
ponsel yang laris adalah pulsa dan vocer. Karna itu kebutuhan masyarakat
sehari-hari. Kalau silikon hp itu jarang. Intinya memberikan dampak positif
kepada masyarakat, dan dari pihak BUMDes itu sendiri harus interaksi
dengan masyarakat.”
(Hasil wawancara pada tanggal 4 Juli 2021)

Kemudian pernyataan yang sama disampaikan oleh Direktur

BUMDes Lestari yaitu Bapak Indra yang menyampaikan bahwa berkat

hadirnya BUMDes Lestari di Desa Mekong memudahkan masyarakat

untuk berbelanja, berikut wawancaranya:

“Manfaat bagi masyarakat memudahkan masyarakat dalam berbelanja


keperluan mereka. Misalnya masyarakat ingin fotokopi berkas, pas foto jadi
gak jauh lagi ke Selat Panjang ke desa-desa lain. Di desa mekong sudah
ada.”

60
(Hasil wawancara pada tanggal 29 Juni 2021)

Manfaat dari Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang

Pembentukan BUMDes Lestari Desa Mekong berdasarkan hasil

wawancara di atas seperti apa yang diharapkan dari Perdes tersebut salah

satunya meningkatkan perekonomian desa dan lainnya yang telah

dijelaskan sebelumnya manfaat belum dirasakan secara maksimal hal ini

dibuktikan dengan hasil wawancara sebelumnya. Namun, manfaat dari

hadirnya BUMDes Lestari mempermudahkan masyarakat Desa Mekong

untuk memenuhi keperluan belanja seperti fotokopi berkas, cuci foto dan

tidak perlu jauh ke daerah lainnya.

Dimensi ini diukur dengan dua faktor, salah satunya yaitu impak

atau efek pada masyarakat secara individu dan kelompok. Dampak dari

Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang Pembentukan

BUMDes Lestari Desa Mekong seharusnya memiliki dampak yang positif

seperti meningkatkan pendapatan pemerintah desa dan meningkatkan

perekonomian masyarakat desa sebagaimana yang telah dijelaskan dalam

peraturan tersebut. Secara kelompok diharapkan menerima manfaat dari

hadirnya BUMDes Lestari, adapun kelompok yang dimaksud seperti tabel

dibawah ini:

Tabel 13
Kelompok Masyarakat Desa Mekong
No Kelompok Masyarakat Jumlah
1. LPM 1 Kelompok
2. PPK 1 Kelompok
3. Posyandu 1 Kelompok
4. Pengajian 4 Kelompok
5. Arisan 6 Kelompok
6. Simpan Pinjam 1 Kelompok

61
7. Kelompok Tani 6 Kelompok
8. Karang Taruna/Pemuda 1 Kelompok
9. Arisan Masyarakat 3 Kelompok
Sumber: RPJMDesMekong 2016-2021.

Terdapat 9 kelompok yang diharapkan menerima manfaat dari

BUMDes Lestari. Berikut tanggapan dari berbagi pihak seperti pemerintah

desa dan masyarakat desa, salah satunya Bapak Ais Arifin, S.Pd. sebagai

Kepala Unit Usaha BUMDes Lestari yang menyatakan yang menyatakan:

“Kalau ponsel untuk memudahkan masyarkat belanja (pembelian


kouta internet, pulsa, dll)”. Masyarakat sendiri terbantu dari segi ekonomi,
sosial. Karna memudakan masyarakat untuk berbelanja. Kami lebih terbuka
kepada masyarkat, setiap bulan kami ada laporan dari hasil putaran. Dari
segi ponsel yang laris adalah pulsa dan vocer. Karna itu kebutuhan
masyarakat sehari-hari. Kalau silikon hp itu jarang. Intinya memberikan
dampak positif kepada masyarakat, dan dari pihak BUMDes itu sendiri
harus interaksi dengan masyarakat.”
(Hasil wawancara pada tanggal 4 Juli 2021)

Kemudian Bapak Rusli, A.Ma.Pd selaku PLT Kepala Desa Mekong

dan Penasehat BUMDes Lestari memberikan tanggapan persoalan manfaat

yang dirasakan oleh masyarakat terkait kehadiran BUMDes Lestari di

Desa Mekong, beliau mengatakan:

“Menurut saya, selama menjabat PLT disini BUMDes yang ada saat
ini belum banyak manfaatnya. Karna dari selaga unit usaha dalam keadaan
minim, baik dari segi anggaran dan masih banyak belum lengkap. Jadi
BUMDes saat ini belum mampu menunjang ekonomi desa.”
(Hasil wawancara pada tanggal 3 Juli 2021)

Menurut bapak Junizar Amri selaku Direktur BUMDes Lestari

manfaat yang dirasakan oleh masyarakat desa dan pemerintah desa belum

terlalu signifikan, berikut uraian wawancaranya:

62
“Saya rasa manfaat yang dirasakan bisa menciptakan lapangan
pekerjaan, menggali potensi-potensi ekonomi desa melalui usaha-usaha
BUMDes. Persoalan signifikan masih belum tergolong signifikan karna
masih banyak kekurangan-kekurangan dari pengurus BUMDes tersebut.”
(Hasil wawancara pada tanggal 1 Juli 2021)

Bapak Azninar selaku masyarkat Desa Mekong Kecamatan Tebing

Tinggi Kabupaten Kepaluan Meranti memberikan tanggapan bahwa

manfaat dari program BUMdes tersebut belum berdampak signifikan

kepada masyarakat desa maupun pemerintah desa, berikut uraian

wawancaranya:

“Menurut saya Untuk meningkatkan ekonomi masyarakat belum


terlalu signifikan. Cuma sedikit demi sedikit bisa membantu. Contohnya
usaha fotokopi, masyarakat tidak perlu lagi jauh-jauh untuk fotokopi, beli
alats tulis cukup ke BUMDes saja. Kalau untuk bengkel memang
bermanfaat tapi ga terlalu. Karna disini juga ada bengkel beberapa buah.
Yang paling nampak fotokopi (ATK).”
(Hasil wawancara pada tanggal 1 Juli 2021)

Bapak Fitriadi, SH. Selaku masyarkat Desa Mekong Kecamatan

Tebing Tinggi Kabupaten Kepaluan Meranti menyatakan hal yang sama

dengan bapak Junizar Amri dan Azninar bahwa dampak yang dirasakan

belum terlalu signifikan, berikut uraian wawancaranya:

“Kalau untuk manfaat sendiri untuk BUMDes ini untuk di Desa


Mekong itu belum Nampak manfaatnya, apa lagi untuk ekonomi desanya itu
belum jelas, karna yang telah lalu BUMDes ini kan tidak jelas baik dari segi
usahanya, apa lagi pendapatannya, begitu juga dengan pengurusan dia.
Kalau ditanya signifikan ya Jauh, tidak signifikan. Karna target BUMDes
ini kan selain meningkatkan ekonomi masyarakat ya jelasnya meningkatnya
PADes. Yang kita lihat PADes nya tidak jelas. PADdes nya saja tidak jelas
apa lagi dikategori signifikan kan.”
(Hasil wawancara pada tanggal 30 Juni 2021)

Berdasarkan wawancara diatas manfaat yang dirasakan oleh

masyarakat dari program BUMDes lestari adalah: 4) BUMdes Lestari

63
memberikan manfaat bagi masyarakat, sebagai contoh usaha ponsel.

Berkat usaha ponsel tersebut masyarakat tidak jauh pergi ke kota untuk

membeli keperluan ponsel. 5) Manfaat selanjutnya membuka lapangan

pekerjaan dan menggali potensi-potensi yang ada di Desa.

Temuan penulis selanjutnya dalam penelitian ada bahwa: 6)

BUMDes lestari belum memberikan dampak yang terlalu signifikan, dari

segi unit usaha masih minim dan anggaran masih belum memadai. 7)

BUMDes Lestari belum dapat meningkatkan perekonomian desa, yaitu

terlihat dari pendapatan BUMDes, pengurus, dan PADes yang belum

meningkat secara signifikan setiap tahunnya. Pada intinya BUMDes

Lestari belum dapat mencapai target dari yang ditetapkan. Berikut PADes

Mekong tahun 2019 dan tahun 2020:

Tabel 14
PADes Mekong Tahun 2019 dan Tahun 2020

Kete PADes Tahun 2019 PADes Tahun 2020


rang
an
Pend Rp. 389.560.00 Rp. 808.690.00
apat
an
BU
MD
es
Tota Rp. 389.560.00 Rp. 808.690.00
l
Sumber: APBDes Mekong Tahun 2019 dan 2020

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa peningkatan PADes

Mekong tidak terlalu signifikan. PADes Mekong hanya berasal dari

BUMDes Lestari dan belum menerima pendapatan lainnya di Desa

Mekong. Manfaat secara individu dan kelompok dapat disimpulkan pada

64
tabel dibawah ini:

Tabel 15
Manfaat BUMDes terhadap Individu dan Kelompok

Manfaat BUMDes Lestari


No
Kelompok Individu
1 Memenuhi kebutuhan Memenuhi kebutuhan pribadi
sarana kelompok sehari-hari
2 Dengan jarak yang dekat Dengan jarak yang dekat
menjadi lebih mudah menjadi lebih mudah
3 Membuka lapangan pekerjaan
Sumber: Hasil Analisis Berdasarkan Observasi dan Wawancara, 2021.

3.1.3 Extent of Change Envision (Derajat Perubahan yang Ingin

Dicapai)

Setiap kebijakan mempunyai target yang hendak dan ingin dicapai.

Content of policy yang ingin dijelaskan pada poin ini adalah bahwa

seberapa besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu

implementasi kebijakan harus mempunyai skala yang jelas. Sebelum

diberlakukannya Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang

Pembentukan BUMDes Lestari Desa Mekong, Desa Mekong tidak

memiliki badan usaha untuk meningkatkan perekonomian desa.

Diberlakukannya Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang

Pembentukan BUMDes Mekong Lestari Desa Mekong tersebut agar agar

desa dapat mengelola potensi-potensi desa sesuai inovasi desa untuk

meningkatkan perekonomian desa. Meningkatknya Pendapatan asli desa

(PADes), menciptakan lapangan pekerjaan dan membawa desa menjadi

lebih maju merupakan perubahan yang diinginkan dari diberlakukannya

Perdes tersebut. Hal ini dipertegas oleh Bapak Ais Arifin, S.Pd. Selaku

Kepala Unit Usaha BUMDes Lestari menyatakan:

65
“Untuk masyarakat sendiri terbantu dri segi ekonomi, sosial. Karna
memudakan masyarakat untuk berbelanja. Kami lebih terbuka kepada
masyarkat, setiap bulan kami ada laporan dari hasil putaran. Dari segi
ponsel yang laris adalah pulsa dan vocer. Karna itu kebutuhan masyarakat
sehari-hari. Kalau silikon hp itu jarang. Intinya memberikan dampak positif
kepada masyarakat, dan dari pihak BUMDes itu sendiri harusinteraksi dgn
masyarakat.”
(Hasil wawancara pada tanggal 4 Juli 2021)

Hasil wawancara di atas dapat dianalisa perubahan yang diinginkan

oleh pemerintah desa, BUMDes dan masyarakat adalah masyarakat

terbantu dari segi ekonomi dan sosial. Meningkatkan pendapatan desa

(meskipun tidak signifikan). Berkat usaha tersebut masyarakat ada

terbantu dengan hadirnya usaha yang dijalankan oleh BUMDes lestari

seperti ponsel, usaha fotokopi, alat tulis kantor dan usaha bengkel. Usaha

ponsel memberikan perubahan bagi masyarakat yaitu masyarakat tidak

perlu jauh ke kota untuk membeli kepeluan kouta, pulsa ataupun silikon.

Cukup ke BUMDes Lestari masyarakat akan menerima fasilitas tersebut.

Usaha bengkel dan fotokopi juga demikian, namun tidak terlalu

berdampak sebab usaha tersebut sudah ada yang menjalan di Desa

Mekong.

Seperti kebijkan pada umumnya Peraturan Desa Mekong Nomor 02

Tahun 2017 tentang Pembentukan BUMDes Lestari Desa Mekong juga

mempunyai target dan ingin dicapai. Tapi target dan keinginan untuk

mencapai tujuan hanya menjadi normatif tulisan resmi saja tanpa ada aksi

yang tegas dari pelaksana kebijakan. Target dan keinginan yang hendak

dicapai dalam kebijakan ini adalah sebagai berikut yang dijelaskan dengan

Bapak Indra Selaku Direktur BUMDes menyampaikan:

“Perubahan yang ingin dicapai yaitu seperti dijelaskan sebelumnya

66
dan udah tertera di Anggaran Dasar (AD) Badan Usaha Milik Desa Lestari
Desa Mekong. Itulah tujuan yang ingin kami capai. Seperti meningkatkan
perekonomian masyarat, dan menciptakan lapangan pekerjaan.”
(Hasil wawancara tanggal 29 Juni 2021)

Berdasarkan wawancara di atas semua target dan capaian tujuan

sudah tertera di Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang

Pembentukan BUMDes Lestari Desa Mekong, seperti meningkatkan

perekonomian masyarakat, menciptakan lapangan pekerjaan, dan lainnya

sebagaimana yang telah dijelaskan di Anggaran Dasar (AD) Badan Usaha

Milik Desa Lestari Desa Mekong Tahun 2017.

Seperti yang telah dijelaskan pada analisis di atas, tujuan dan derajat

perubahan yang diinginkan oleh BUMDes Lestari hanya sebatas format

tulisan yang bersifat resmi tanpa ada ketegasan dari pihak pelaksana untuk

melaksanakan kebijakan tersebut. Kemudian belum ada target yang jelas

dari BUMDes Lestari terkait penjualan dan strategi, hanya saja target

normatif dari Perdes yang indikatornya belum dijabarkan secara jelas dan

rinci.

3.1.4 Site of Decision Making (Letak Pengambilan Keputusan)

Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan memegang peranan

penting dalam pelaksanan suatu kebijakan, maka pada bagian ini harus

dijelaskan di mana letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang

akan diimplementasikan. Penjelasan ini disampaikan oleh Bapak Aris

Arifin S.Pd. Selaku Kepala Unit Usaha BUMDes Lestari menyampaikan:

“Pembentukan BUMDes lestari dibentuk melalui Peraturan Desa


Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang Pembentukan Badan Usaha Milik
Desa (BUM Desa) Mekong Lestari Desa Mekong yang dibahas oleh Kepala
Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Mekong atas dasar amanat
UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa.”

67
(Hasil wawncara tanggal 4 Juli 2021)

Berdasarkan wawancara di atas, letak pengambilan keputusan dalam

implementasi Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang

Pembentukan BUMDes Lestari Desa Mekong tersebut adalah Perdes

tersebut dibahas oleh Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa

sesuai yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa dan aturan-aturan pelaksananya. Pembentukan BUMDes

tersebut tergolong wajib agar desa dapat menggali potensi tersebut

berdasarkan potensi desa untuk menunjang perekonomian desa. Untuk unit

usaha BUMDes sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya diusul dan

ditetapkan oleh Kepala Desa Mekong.

3.1.5 Program Implementor (Pelaksana Program)

Dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus didukung

dengan adanya pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demi

keberhasilan suatu kebijakan. Dan ini harus sudah terdata atau terpapar

dengan baik pada bagian ini.

Setiap kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah tidak semua

instansi yang bertanggung jawab dalam pelaksanaannya, oleh karena itu

ditunjuk sebagai pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab tercapainya

tujuan dan manfaat kebijakan tersebut. Dalam hal ini, implementator

Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang Pembentukan

BUMDes Lestari Desa Mekong seperti yang disampaikan oleh bapak Aris

Arifin, S.Pd adalah:

68
“Pelaksana dari Perdes ini yaitu pengurus BUMDes yaitu penasehat,
pengawas, direktur, kepala unit usaha, dan staf lainnya. Kalau pengurusnya
dapat dikatakan baik. Bekerja sama ketika ada suatu masalah, memberikan
solusi pada rapat, buat laporan dan lainnya.”
(Hasil wawancara pada tanggal 4 Juli 2021)

Pernyataan kedua diatas berbeda dengan yang disampaikan oleh

Bapak Rusli, A.Ma.P.d. Selaku PLT kepala Desa dan Penasehat BUMDes

Lestari yang menyampaikan:

“Sepertinya saat ini belum lagi. Karna masih banyak yang kurang
baik. Baik dari segi administrasi maupun dalam segi hal yang lain juga
seperti pengelolannya masih kurang baik.”
(Hasil wawancara pada tanggal 3 Juli 2021)

Pernyataan tersebut sependapat dengan bapak Junizar Amri selaku

Direktur BUMDes Lestari dan Aznizar dan fitriadi, S.H. Selaku

masyarakat Desa Mekong bahwa pelaksana dari Peraturan Desa Mekong

Nomor 02 Tahun 2017 tentang Pembentukan BUMDes Lestari Mekong

Lestari Desa Mekong tergolong belum maksimal, berikut uraian

wawancaranya:

“Menurut saya kurang baik. Yaitu dalam kinerja masih kurang baik,
masih belum adanya perubahan pola pikir untuk memajukan BUMDes
Lestari di Desa Mekong.”
(Hasil wawancara pada tanggal 1 Juli 2021)

“Mungkin belum, kalau dibilang kurang baik mereka juga bekerja.


Pada intinya belum maksimal. Untuk kedepannya mesti mencari
pengalaman dan banyak bertanya ke BUMDes yang maju agar kedepannya
menjadi lebih baik lagi. Seperti adanya pelatihan dan studi banding.”
(Hasil wawancara pada tanggal 1 Juli 2021)

“Kalau dikatakan tidak baik tidak juga, tapi mungkin belum


maksimal. Karena mereka kan juga bekerja untuk menjalankan BUMDes
Lestari ini. Hasil Kinerja itu yang belum maksimal.”
(Hasil wawancara pada tanggal 30 Juni 2021)

Pernyataan di atas dapat disimpulkan pelaksana dari Peraturan Desa

69
Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang Pembentukan BUMDes Lestari

Desa Mekong adalah pengawas, penasehat, direktur, kepala unit usaha dan

staf pengurus BUMDes Lestari. Kemudian mengenai kinerja dari pengurus

BUMDes lestari belum maksimal hal tersebut disebabkan belum ada pola

pikir untuk memajukan BUMDes Lestari.

Pada indikator ini penulis juga memaparkan hal-hal yang tidak

sesuai diamantkan oleh Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017

tentang Pembentukan BUMDes Lestari Desa Mekong pasal 15 tentang

persyaratan pengurus seperti kasus Bapak Indra Safrizal, masih berstatus

honorer di Humas dan Protokol Sekretaris Daerah Kepulauan Meranti.

Dalam Anggaran Dasar (AD) Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)

Lestari Desa Mekong Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kabupatan

Kepulauan Meranti Tahun 2017 dilarang untuk rangkap jabatan seperti

yang dijelaskan pada Bab VII tentang Larangan dan Sanksi pasal 11 Ayat

1 yaitu:

Pengurus BUM Desa tidak dibenarkan untuk memangku jabatan

rangkap sebagaimana tersebut dibawah ini:

1. Anggota pengelola perseroan, perusahaan swasta, atau jabatan yang lain

yang berhubungan dengan pengelolaan perusahaan yang bersifat mengikat;

2. Pejabat struktural dan fungsional dan atau lainnya dalam instansi/lembaga;

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan atau Perangkat Desa;

3. Pegawai Negeri Sipil;

4. Pegawai Honorer.

70
Selanjutnya untuk penentuan unit usaha BUMDes Lestari

diamanahkan untuk musyawarah mufakat seperti yang disampaikan oleh

Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang Pembentukan

BUMDes Lestari Desa Mekong pasal 8 tentang pembukaan unit usaha

yaitu:

1. Pembukaan unit usaha diBUM Desa melalui musyawarah sesuai dengan

potensi yang ada di desa yang dapat dikembangkan dan sesuai untuk

perkembangan BUM Desa dan kesejahteraan masyarakat, yang telah

mendapat analisa dari fasilitator Kabupaten;

2. Unit usaha BUM Desa ditetapkan dengan keputusan kepala desa

berdasarkan Musyawarah antara Direktur, Kepala Desa dan BPD serta

boleh menghadirkan dari unsur atau komponen masyarakat;

3. Setiap penambahan unit usaha dilakukan melalui musyawarah setelah

dilakukan analisa tentang kelayan usaha dan mendapat rekomendasi dari

Fasilitator Pembina BUM Desa dan diputuskan dengan keputusan Kepala

Desa.

Dari uraian-uraian wawancara sebelumnya seperti pada indicator

Interest Affected pembukaan unit usaha desa hanya dilakukan oleh kepala

desa saja dan tidak melibatkan Direktur, BPD maupun masyarakat

sehingga pelaksanaannya tidak sesuai dengan amanah dari Perdes tersebut.

Kemudian untuk seleksi pengurus BUMDes seperti Direktur BUMDes

berdasarkan atas pilihan dari Kepala Desa bukan berdasarkan seleksi

seperti yang dijelaskan oleh Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun

2017 tentang Pembentukan BUMDes Lestari Desa Mekong Bab V

71
Kepengurusan Pasal 13 ayat 4 dan 5 dan pasal 14 yakni:

1. Untuk tahap awal Direktur dan Kepala Unit Usaha dipilih dari masyarakat

yang memenuhi syarat dalam Musyawarah Desa dan ditetapkan dengan

Keputusan Kepala Desa.

2. Untuk Tahap Berikutnya Direktur dan Kepala Unit dipilih melalui proses fit

dan propertes.

Perdes Mekong 2/2017 Pasal 14 Ayat 1 dan 3:


1. Pembentukan pengurus BUM Desa dilakukan dengan musyawarah dan

mufakat untuk menunjuk dan menetapkan jabatan Direktur dan Kepala Unit

Usaha, dengan adanya berita acara penetapan musyawarah.

2. Untuk periode berikutnya dilakukan seleksi, dengan mekanisme antara lain

sebagai berikut:

a. Kepala Desa membuat pengumuman dalam rangka perekrutan beserta


syarat dan tahapan-tahapannya;
b. Mengadakan seleksi administrasi dan fit and propertes terhadap calon dan
memberi penilaian terhadap hasil seleksi’
c. Dalam melakukan penilaian sesuai poin 2 (dua) di atas Kepala Desa
melibatkan Dewan Pembina Kabupaten dan fasilitator Pembina BUM
Desa Kabupaten;
d. Bagi yang dinyatakan lulus seleksi sesuai dengan kriterianya maka dapat
menetapkan nilai-nilai yang tertinggi untuk diangkat menjadi Direktur atau
Kepala Unit.
Peraturan tersebut belum dilaksanakan oleh BUMDes Lestari,

berikut hasil wawancara dengan bapak Aris Arifin, S.Pd. Selaku Kepala

Unit Usaha BUMDes Lestari yang mengatakan:

“Kalau untuk Pengurus calonnya ada 3 dan itu diseleksi. Kalau saya
(Direktur) ditunjuk. Ditunjuk oleh direktur sebelumnya. Pertama untuk jadi
kepala unit itu posisinya harus dikampung, yang kedua tidak bekerja diluar,
ketiga mengetahui tentang komputer membantu direktur sekretaris dan
bendahara. Saya ditunjuk karna alasan tersebut. Waktu pemilihan direktur,
sekretaris dan bendahara itu langsung dipilih. Cuma waktu rapat itu kepala
unit tidak dipilih karna dia baru.”
(Hasil wawancara pada tanggal 4 Juli 2021)

72
Bapak Junizar Amri selaku Direktur BUMDes Lestari memberikan

tanggapan bahwa ada seleksi staff untuk pengurusan BUMDes Lestari

berikut wawancaranya:

“Kalau untuk sebelumnya tidak ada seleksi ataupun musyawarah.


Kalau untuk pengurus sekarang ada seleksi dan ada musyawarah dari
masyarakat desa.”
(Hasil wawancara pada tanggal 1 Juli 2021)

Kemudian wawancara dengan bapak Indra Selaku Direktur

BUMDes Lestari tahun 2017–2019 terkait pemilihan direktur sebelumnya

yang mengatakan:

“Waktu itu tidak mengikuti seleksi anggota sebagaimana yang


dilakukan seleksi pada umumnya, hanya ditunjuk oleh kepala desa untuk
menjabat di BUMDes Lestari.”
(Hasil wawancara pada tanggal 29 Juni 2021)

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa BUMDes

Lestari dalam pemilihan direktur dan kepala unit belum berdasarkan

musyawarah mufakat dan metode seleksi seperti yang diamanatkan oleh

Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang Pembentukan

BUMDes Lestari Desa Mekong. Meskipun ada mengikutsertakan

masyarakat pada pemilihan staf BUMDes tapi untuk jabatan penting

seperti Direktur dan Kepala Unit usaha belum menggunakan metode yang

diamanahkan Perdes tersebut dikarenakan metode dan fasilitas untuk

pemilihan jataban penting tesebut belum dipersiapkan secara matang.

3.1.6 Resources Committed (Sumber-Sumber Daya yang Ingin

Digunakan)

Pelaksana suatu kebijakan juga harus didukung oleh sumber-sumber

73
daya yang mendukung agar pelaksanannya berjalan dengan baik. Seperti

Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang Pembentukan

BUMDes Lestari Desa Mekong juga dalam implementasinya berharap

menambah sumber daya pelaksana agar dapat mencapai tujuan dan target

yang diinginkan. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Aris Arifin, S.Pd.

Selaku Kepala Unit Usaha BUMDes Lestari yang mengatakan:

“Harapannya adalah adanya pelatihan, bagaimana cara mengelola


bumdes yang baik, dan mengambil contoh dari BUMDes-BUMDes dari
desa yang lain apa yang patut dicontoh dan dan dibikin di desa agar lebih
maju dan membantu masyarakat.”
(Hasil wawancara pada tanggal 4 Juli 2021)

Rusli, A.Ma.Pd selaku PLT dan Penasehat BUMDes Lestari:

“Untuk sekarang masih banyak kekurangan baik secara kuantitas


maupun kualitas. Masih banyak yang harus diperbaiki. Harapannya agar
pengurus BUMDes lebih memotivasi dirinya agar lebih serius dan giat
dalam memajukan BUMDes ini.”
(Hasil wawancara pada tanggal 3 Juli 2021)

Sependapat dengan pernyataan di atas Bapak Indra Selaku Direktur

BUMDes Lestari tahun 2017-2019 yang mengatakan:

“SDM pengurus BUMDes Lestari belum memadai. Masih pelatihan


biasa aja, jadi belum terlalu berkembang. Belum dapat juga
mengembangkan potensi yang ada di Desa Mekong.”
(Hasil wawancara pada tanggal 29 Juni 2021)

Kemudian Bapak Aznizar selaku masyarakat Desa Mekong

mengomentari harapan SDM yang digunakan kedepannya dan kondisi

SDM BUMDes Lestari menyampaikan bahwa masih belum memadai dan

perlunya ada pelatihan, berikut uraian wawancaranya:

“Kalau dilihat dari pengelolaan sekarang ini tergolong belum


memadai. Karna bisa dilihat saja dari PADes Mekong, yaitu belum
menunjukan perubahan yang signifikan.”
(Hasil wawancara pada tanggal 1 Juli 2021)

74
Perlunya pelatihan untuk meningkatkan kualitas SDM BUMDes

lestari memang tergolong penting di Desa Mekong seperti yang dijelaskan

oleh Bapak Junizar Amri selaku Direktur BUMDes Lestari dan Bapak

Indra Selaku Direktur BUMDes Lestari tahun 2017-2019 yang

mengatakan:

“Yang diharapkan dari usaha-usaha BUMDes ini jelas supaya


BUMDes ini menjadi lebih maju dan bisa membantu perekonomian di desa
terutama untuk meningkatkan PADes.”
(Hasil wawancara pada tanggal 1 Juli 2021)

“Harapan kami supaya pihak kabupaten selalu melaksanakan


pelatihan-pelatihan mengenai BUMDes sehingga terbentuknya Sumber
Daya Manusia mengelola BUMDes yang dapat bersaing dan berkompeten.”
(Hasil wawancara pada tanggal 29 Juni 2021)

Berdasarkan wawancara di atas Sumber Daya Manusia BUMDes Lestari

Desa Mekong belum memadai, hal tersebut didasarkan pada latar belakang yang

masih SMA dan belum memiliki motivasi dan inovasi untuk mengembangkan

unit usaha BUMDes Lestari. Sumber Daya yang ingin digunakan oleh BUMDes

Lestari adalah berharap Pemerintah Kabupaten/Kota atau instansi pemerintah

lainnya yang berkompeten memgadakan pelatihan-pelatihan agar meningkatkan

kemajuan bagi BUMDes dan kualitas SDM BUMDes menjadi lebih baik.

3.2 Context of Policy

3.2.1 Powet, Interest, and Strategy of Actor Involved (Kekuasaan,

Kepentingan-Kepentingan, dan Strategi dari Aktor yang Terlibat)

Menurut Grindle salah satunya adalah Powet, Interest, and Strategy

of Actor Involved. Dalam suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula

kekuatan atau kekuasaan, kepentingan, serta strategi yang digunakan oleh

75
para aktor yang terlibat guna memperlancar jalannya pelaksanaan suatu

implementasi kebijakan. Bila hal ini tidak diperhitungkan dengan matang

sangat besar kemungkinan program yang hendak diimplementasikan akan

jauh arang dari api.

Untuk menyukseskan suatu kebijakan publik pemerintah seharusnya

memiliki strategi dan kepentingan yang mandahului umum untuk

lancarnya dalam menjalankan suatu peaksanaan kebijakan publik.

Pengurus BUMDes dalam menjalankan Peraturan Desa Mekong Nomor

02 Tahun 2017 tentang Pembentukan BUMDes Lestari Desa Mekong

memiliki strategi yang dijelaskan oleh Bapak Rusli, A. Ma.Pd. Selaku PLT

Kepala Desa Mekong dan Penasehat BUMDes Lestari yang mengatakan:

“Secara pdibadi saya akan menukarkan inovasi-inovasi baru baik


secara unit maupun kreatif, sehingga bisa menambah minat masyarakat
untuk berbelanja ke usaha BUMDes.”
(Hasil wawancara pada tanggal 3 Juli 2021)

Kemudian beliau menjelaskan bahwa strategi tersebut belum berjalan

dengan baik, berikut uraian wawancaranya:

“Untuk saat ini belum. Karna unit usaha BUMDes menjual barang
yang umum . Jadi bisa didapatkan dimana saja, hanya saja kalau belanja di
BUMDes bisa membantu ekonomi desa.”
(Hasil wawancara pada tanggal 3 Juli 2021)

Bapak Junizar Amri Selaku Direktur BUMDes Lestari strategi

BUMDes lestari dengan mempromosikan usaha, berikut uraiannya:

“Strategi BUMDes yang lakukan yaitu promosi usaha-usaha di media


sosial, door to door ke desa masyarakat ataupun ke desa tetangga. Strategi
tersebut udah kita laksanakan dengan baik tapi hasilnya belum baik.”
(Hasil wawancara pada tanggal 1 Juli 2021)

76
Serupa dengan pernyataan diatas direktur sebelumnya juga

melaksanakan strategi seperti yang dijelaskan oleh Bapak Junizar. Berikut

uraian wawancara dengan bapak Indra selaku Direktur BUMDes Lestari

tahun 2017-2019:

“Strategi pengurus BUMDes yaitu cara memasarkan dengan


mempromosikan usaha secara online sehingga tujuan pengembangan usaha
bisa cepat diketahui masyarakat luar maupun masyarkat dalam.
Pelaksanaannya secara bertahap.”
(Hasil wawancaa pada tanggal 29 Juni 2021)

Menurut Bapak Aris Arifin, S.Pd. Selaku Kepala Unit Usaha

BUMDes Lestari mengatakan bahwa strategi tersebut belum maksimal,

berikut hasil wawancaranya:

“Kalau dikatakan baik, tidak secara baik 100%. BUMDes ini kan
dikasih modal, bukak usaha, kita mengelola hasilnya dan mencari
keuntungan, jd kalau dikatakan cukup baik. Kalau mengelola usaha ni ana
da rugi dan untungnya. Jadi tidak selalu untung terus.”
(Hasil wawancara pada tanggal 4 Juli 2021)

Berdasarkan uraian wawancara di atas strategi aktor pelaksana

kebijakan dalam mensukseskan Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun

2017 tentang Pembentukan BUMDes Lestari Desa Mekong ada dengan

mempromosikan usaha tersebut melalui media sosial dan langsung melalui

masyarakat. Kemudian hasilnya pun belum maksimal, hasil penjualan

tidak menentu menyebabkan gaji pengurus yang lambat keluar karna usaha

BUMDes Lestari belum berjalan dengan baik. Berikut hasil penjualan

BUMDes Lestari tahun 2019 dari Bulan Februari – April:

Tabel 16
Hasil Penjualan Bumdes Lestari Tahun 2019 Bulan Februari

77
N PENJUALA KEUNTUNGA
O BULAN NAMA UNIT N MODAL UPAH N

ANUGRAH
FEBRUAR Rp Rp Rp Rp
1 MEKONG
I 108.000,00 60.310,00 20.000,00 27.690,00
STUDIO

BENGKEL Rp
FEBRUAR Rp Rp Rp
2 MEKONG 351.000,0
I 480.000,00 64.250,00 64.250,00
JAYA 0

Rp
FEBRUAR MEKONG Rp Rp Rp
3 455.850,0
I PONSEL 523.000,00 20.000,00 47.150,00
0

Rp Rp
Rp Rp
867.160,0 104.250,0
1.111.000,00 139.090,00
JUMLAH 0 0
Sumber: Laporan Bulanan BUMDes Lestari tahun 2019.

Tabel 17
Hasil Penjualan Bumdes Lestari Tahun 2019 Bulan Maret
NO BULAN NAMA UNIT PENJUALAN MODAL UPAH KEUNTUNGAN
ANUGRAH
Rp Rp Rp Rp
1 MARET MEKONG
859.400,00 485.610,00 100.000,00 273.790,00
STUDIO

BENGKEL
Rp Rp Rp Rp
2 MARET MEKONG
3.096.000,00 2.416.500,00 339.750,00 339.750,00
JAYA

MEKONG Rp Rp Rp Rp
3 MARET
PONSEL 6.796.000,00 5.977.825,00 200.000,00 618.175,00

Rp Rp Rp Rp
JUMLAH 10.751.400,00 8.879.935,00 639.750,00 1.231.715,00
Sumber: Laporan Bulanan BUMDes Lestari tahun 2019.

78
Tabel 18
Hasil Penjualan Bumdes Lestari Tahun 2019 Bulan April
N
O BULAN NAMA UNIT PENJUALAN MODAL UPAH KEUNTUNGAN

ANUGRAH
Rp Rp Rp Rp
1 APRIL MEKONG
1.002.650,00 554.000,00 100.000,00 348.000,00
STUDIO

BENGKEL
Rp Rp Rp Rp
2 APRIL MEKONG
480.000,00 351.000,00 64.250,00 64.250,00
JAYA

Rp
MEKONG Rp Rp Rp
3 APRIL 10.908.050,0
PONSEL 12.627.600,00 500.000,00 1.219.550,00
0

Rp.
Rp. Rp. Rp.
11.813.050,0
14.110.250,00 664.250,00 1.631.800,00
JUMLAH 0
Sumber: Laporan Bulanan BUMDes Lestari tahun 2019.

Berdasarkan tabel 16 diatas menunjukan bahwa keuntungan terbesar

diperoleh Usaha Bengkel Jaya sebesar Rp. 64.250, sedangkan keuntungan

terkecil dari Usaha Anugrah Mekong Studio sebesar Rp. 27.690 dengan

keuntungan Bulan Februari tahun 2019 sebesar Rp. 139.090. Pada tabel 17

keuntungan terbesar diperoleh usaha Mekong Ponsel sebesar Rp. 618.175,

sedangkan keuntungan terkecil dari usaha Anugrah Mekong Studio Rp.

273.790 dengan keuntungan Bulan Maret tahun 2019 sebesar Rp.

1.231.715. Selanjutnya tabel 18 menunjukan bahwa keuntungn terbesar

diperoleh usaha Mekong Ponsel sebesar Rp. 1.219.550, sedangkan

keuntungan terkecil dari usaha Bengkel Jaya sebesar Rp. 64.250 dengan

keuntungan pada bulan April tahun 2019 sebesar Rp. 1.631.800. Dengan

keuntungan yang diperoleh berdasarkan tabel di atas cenderung kecil dan

79
belum signifikan untuk kemajuan BUMDes Lestari dalam meningkatkan

perekonomian Desa Mekong.

BUMDes Lestari kekurangan modal untuk menjalankan unit usaha

secara maksimal dari yang diharapkan, berikut modal unit usaha BUMDes

Lestari dan modal seharusnya yang diperlukan:

Tabel 19
Modal Bumdes Lestari Tahun 2019

No Unit Usaha Modal Modal


yang
Diharapk
an
1 Anugrah Mekong Rp. 65.500.000 Rp.
Studio 90.000.000
2 Bengkel Mekong RP. 78.000.000 Rp.
Jaya 120.000.00
0
3 Mekong Ponsel Rp. 59.700.000 Rp.
80.000.000
Sumber: Proposal BUMDes Lestari, 2019, dan Laporan Bulanan BUMDes Lestari tahun

2019.

Berdasarkan tabel diatas modal untuk unit usaha tidak sesuai dari

yang diharapkan atau yang direncanakan untuk pengembangan usaha.

Harapan BUMDes Lestari dengan modal yang diharapkan pada tabel di

atas dapat melayani masyarakat dengan fasilitas unit usaha yang

dikembangkan. Meskipun modal unit usaha tidak sesuai yang

direncanakan tapi dapat berjalan sebagaimana yang telah dijelaskan diatas

dengan kekurangan-kekurangan yang ada.

3.2.2 Institution and Regime Characteristic (Karakteristik Lembaga dan

Rezim yang Berkuasa)

Lingkungan di mana suatu kebijakan tersebut dilaksanakan juga

80
berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin

dijelaskan karakteristik dari suatu lembaga yang akan turut mempengaruhi

suatu kebijakan. Karakteristik dari suatu lembaga yang Peraturan Desa

Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang Pembentukan BUMDes Lestari

Desa Mekong dijelaskan oleh Bapak Aris Arifin, S.Pd. Selaku Kepala Unit

Usaha BUMDes Lestari mengatakan bahwa:

“Sesuai pemkab, kepala desa, semua itu ada tahapan sesuai dengan
prosedur yang berlaku. Kita ikuti sesuai dengan undang-undang dan
khususnya peraturan yang mengatur tentang Desa dan BUMDes.”
(Hasil wawancara pada tanggal 4 Juli 2021)

Kemudian Bapak Rusli, A. Ma.Pd. Selaku PLT Kepala Desa

Mekong dan Penasehat BUMDes Lestari turut memberikan penjelasakan

berikut hasil wawancaranya:

“Kalau untuk itu tentu saja iya, sebab semuanya ada aturan dan
turunannya baik secara desentralisasi dan dekosentrasi. Tergantung
kewenangan yang diberikan oleh undang-undang dan peraturan yang
berlaku.”
(Hasil wawancara pada tanggal 3 Juli 2021)

Pendapat yang sama dikemukakan oleh bapak Junizar Amri selaku

Direktur BUMDes Lestari dan Bapak Indra selaku Direktur BUMDes

Lestari tahun 2017-2019 mengatakan bahwa:

“Iya, tentu kita ikuti peraturan-peraturan yang sudaha ada. Kita


mengikuti peraturan dari kepala desa dan pemerintah kabupaten dan
peraturan yang lebih tinggi sesuai hirarki peraturan perundang-undangan.”
(Hasil wawancara pada tanggal 1 Juli 2021)

“Kalau kebijakan dari kepala desa diikuti. Karna kebijakan tersebut


juga berdasarkan aspirasi masyarakat untuk kepentingan masyarakat itu
sendiri, intinya kebijakan dari pusat hingga ke desa yang mengatur tentang
BUMDes diikuti.”

81
(Hasil wawancara pada tanggal 29 Juni 2021)

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan karakteristik

lembaga pelaksana dalam menjalankan Peraturan Desa Mekong Nomor 02

Tahun 2017 tentang Pembentukan BUMDes Lestari Desa Mekong yaitu

BUMDes Lestari adalah menjalakan peraturan yang berlaku tentang

BUMDes yaitu mulai dari Undang-Undang hingga ke tingkat desa. Dalam

hal ini Pemerintah Desa Mekong berperan penting dalam mempengaruhi

BUMDes lestari dalam pengambilan keputusan, terbukti pada pembukaan

unit usaha desa yang diusulkan oleh kepala desa. Sehingga pengaruh

Pemerintah Desa berperan kuat dalam mempengaruhi pengambilan

keputusan persoalan BUMDes.

3.2.3 Compliance and Responsiveness (Tingkat Kepatuhan dan Adanya

Respon dari Pelaksana)

Hal ini yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu

kebijakan adalah kepatuhan dan respon dari para pelaksana, maka yang

hendak dijelaskan pada poin ini adalah sejauhmana kepatuhan dan respon

dari pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan

Peraturan darah harus didukung dengan kepatuhan para pelaksana

dalam menjalankan peraturan tersebut, hal ini penting dalam

menyukseskan dan lancar dalam menjalankan peraturan tersebut,

diberlakukannya Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang

Pembentukan BUMDes Lestari Desa Mekong perlu dipastikan kepatuhan

para pelaksana dalam menjalankan peraturan tersebut. Bapak Aris Arifin,

S.Pd. Selaku Kepala Unit Usaha BUMDes Lestari mengatakan:

82
“Tingkat dispilin sendiri Setiap bulannya selalu buat laporan, kalau
ada yang kurang disiplin kami menegur walaupun di BUMDes ini gajinya /
pendapatan tidak menentu. Tanpa digajipun kami membuat yang terbaik
untuk BUMDes.”
(Hasil wawancara pada tanggal 1 Juli 2021)

Kemudian Bapak Rusli, A. Ma.Pd. Selaku PLT Kepala Desa

Mekong dan Penasehat BUMDes Lestari turut memberikan penjelasakan

bahwa tingkat kedisiplinan pengurus BUMDes masih tergolong kurang

disiplin berikut hasil wawancaranya:

“Untuk tingkat kedisiplinan mungkin masih banyak juga yang kurang


hadir, kurang disiplin. Karna diantara mereka ni ada juga yang tidak hadir
baik dalam rapat ataupun sosialisasi dan lainnya kepada masyarakat.”
(Hasil wawancara pada tanggal 3 Juli 2021)

Pendapat yang sama dikemukakan oleh bapak Junizar Amri selaku

Direktur BUMDes Lestari dan Bapak Indra selaku Direktur BUMDes

Lestari tahun 2017-2019 mengatakan bahwa:

“Tingkat kedisiplinan masih kurang, kadang masuk, kadang tidak,


laporan juga. Kalau untuk respon pengurus mendukung apaun itu menjadi
program usaha-usaha BUMDes.”
(Hasil wawancara pada tanggal 1 Juli 2021)

“Kalau disiplin kurang baik. Seperti presensi dan disiplin waktu jam
kantor itu masih kurang. Kemudian kalau respon dari pengelola BUMDes
sangat baik responnya.”
(Hasil wawancara pada tanggal 29 Juni 2021)

Untuk masyarakat memberikan komentar tentang kedisiplinan

pengurus BUMDes Lestari seperti yang disampaikan oleh Bapak Azninar

selaku masyarakat Desa Mekong Lestari, berikut uraian wawancaranya:

83
Belum terlalu disiplin. Laporan tahunan belum ada. Sebab nya belum
jelas, anggaran pun belum jelas. Kita harapkan seharusnya lebih disiplin dan
administrasinya lebih jelas.
(Hasil wawancara pada tanggal 1 Juli 2021)

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Fitriadi, S.H selaku

masyarakat Desa Mekong yang mengatakan:

“Disiplin masih kurang. Untuk kedepannya mungkin ada perubahan-


perubahan yand diharapkan untuk tingkat disiplin, tapi untuk sekarang ini
belum nampak.”
(Hasil wawancara pada tanggal 30 Juni 2021)

Berdasarkan wawancara di atas dapat dianalisis dan disimpulkan

bahwa para pelaksana kebijakan memberi tanggapan positif dan dukungan

terhadap pelaksanaan. Namun masalahnya terletak pada tingkat disiplin

pengurus BUMDes Lestari. Tingkat disiplin pengurus BUMDes Lestari

tergolong kurang disiplin masih ada yang tidak datang saat jam kerja,

pelaksanaan rapat, kegiatan sosialisasi dan laporan tahunan juga belum

ada. Kurangnya disiplin masih sebatas teguran lisan oleh pimpinan

BUMDes atau Direktur BUMDes dan belum ada ketegasan atau tindakan

lanjut terkait masalah kurang disiplin. Padahal mengenai tugas dan

kewajiban sudah diatur dalam Perdes Mekong No. 2/2017 tentang

Pembentukan BUMDes Lestari Desa Mekong Bab X pasal 20 – 22, jadi

sebagai anggota harus menaati aturan tersebut seperti disiplin, menghadiri

dan aktif dalam pelaksanaan rapat, kegiatan sosialisasi dan membuat

laporan tahunan secara rutin dan tepat waktu.

84
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan dari hasil penelitian Implementasi Peraturan

Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang Pembentukan Badan Usaha

Milik Desa (BUM Desa) Lestari Desa Mekong di Desa Mekong

Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun

2019 yang dijalankan oleh Panasehat BUMDes, Pengawas, Direktur,

Kepala Unit dan Staff Pengurus BUMDes lainnya sebagai pelaksana

85
peraturan desa tentang BUMDes dinilai kurang maksimal. Penilaian

tersebut berdasarkan hasil temuan penelitian di lapangan sebagai berikut:

1. Content of Policy, dilihat dari aspek 1) Kepentingan yang Mempengaruhi,

Aktor yang dominan dalam pengusulan unit usaha BUMDes adalah Kepala

Desa. Selain untuk meningkatkan ekonomi desa, kepala desa (mantan)

memanfaatkan dana BUMDes untuk kepentingan pribadi. 2) Tipe Manfaat,

manfaat yang dirasakan dari diterapkannya Perdes tersebut belum dirasakan

secara maksimal, hal tersebut dibuktikan belum dapat meningkatkan hasil

penjualan dan PADes Mekong. 3) Derajat Perubahan yang diinginkan, yaitu

belum terjadi perubahan secara signifikan. Kemudian belum ada target yang

jelas dari BUMDes Lestari terkait penjualan maupun strategi. 4) pada

pelaksana program masih terdapat pelanggaran dari Perdes tersebut seperti

rangkap jabatan, pengusulan usaha tidak secara musayawarah, mufakat dan

transparansi, dan seleksi direkur BUMDes belum menggunakan metode

seleksi Perdes tentang BUMDes lestari. 5) Kurangnya SDM. Masih belum

ada pelatihan-pelatihan khusus untuk meningkatkan kualitas SDM untuk

mengelola BUMDes, sehingga pengurus BUMDes lestari tergolong belum

memadai karna belum ada inovasi dan strategi terbaru untuk

mengembangkan BUMDes Lestari.

2. Context of Policy, 1) Strategi yang dijalankan oleh pengurus BUMDes

Lestari yaitu promosi secara online dan ke masyarakat desa Mekong belum

menunjukan hasil yang signifikan sejak BUMDes Lestari didirikan dan

modal tergolong belum maksimal sebagaimana yang diharapkan. 2) Respon

terhadap menjalankan program usaha BUMDes lestari sangat baik. Tetapi

86
tingkat disiplin pengurus BUMDes Lestari tergolong kurang disiplin masih

ada yang tidak datang saat jam kerja, pelaksanaan rapat, kegiatan sosialisasi

dan laporan tahunan juga belum ada.

4.2 Saran

Adapun saran yang ditujukan terkait permasalahann Implementasi

Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang Pembentukan

Badan Usaha Milik Desa Lestari Desa Mekong di Desa Mekong

Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun

2019 adalah:

1. Sebaiknya Pemerintah Desa Mekong Lestari meminta kepada pihak-pihak

berkompoten baik dari pemerintah kabupaten/kota, provinsi maupun pusat

atau swasta mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kulitas SDM

BUMDes lestari agar menjadi lebih baik dan maju untuk meningkatkan

perekonomian desa.

2. Pembukaan unit usaha BUMDesa seharusnya membuka forum-forum

musyawarah desa untuk menggali ide-ide dan potensi masyarakat desa.

Sehingga kedepannya tidak terjadi kesalahpahaman dan usaha tersebut dapat

berkembang dengan baik.

3. Suatu kebijakan publik dapat dikatakan sukses apabila mencapai target dan

hasil yang telah ditetapkan serta tidak mengangkangi peraturan tersebut dan

peraturan yang lebih tinggi. Dengan diberlakukannya Peraturan Desa Mekong

Nomor 02 Tahun 2017 tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa

Lestari Desa Mekong semua aturan yang didalamnya bersifat mengikat. Oleh

karena itu semua peraturan tersebut harus ditegakkan dengan komiteman

87
yang kuat untuk kelancaran kebijakan tersebut dan sesuai dengan kaidah

hukum yang berlaku agar tidak terjadi akibat hukum dikemudian hari.

4. Pengurus BUMDes sebaiknya menjaga kedisiplinan dengan mentaati aturan

yang berlaku dan membuka forum diskusi, pengkajian ilmiah, serta studi

banding ke BUMDes yang maju untuk jadikan motivasi pengembangan

BUMDes Lestari menjadi lebih baik untuk meningkatkan ekonomi desa.

88
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Agustino, Leo. 2016. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV Alfabeta.
Arikunto, Suhaimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Bungin, Burhan. 2006. Metodologi Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik. Jakarta: Kencana Prenadan Media Group.
Hamdi, Muchlis. 2014. Kebijakan Publik: Proses, Analisa, dan Partisipasi.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Islamy, Irfan M. 2016. Kebijakan Publik. Univeritas Terbuka. Tangerang Selatan.
Kamaroesid, Hery. 2016. Tata Cara Pendirian dan Pengeloaan BUMDes.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Khaidir, Afriva. 2017. Pengantar Kebijakan Publik dan Implementasinya dalam
Bidang Pendidikan. SAME: Padang.
Putra, Anom Surya. 2015. Badan Usaha Milik Desa Spirit Usaha Kolektif Desa.
Jakarta: Kementerian Desa, Pemangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Republik Indonesia
Mulyadi, Deddy. 2015. Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik: Konsep
dan Aplikasi Proses Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik. Bandung:
Alfabeta CV.
Nazir. 2005. Metode Penlitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nugroho, Rian. 2006. Kebijakan Publik Untuk Negara-Negara Berkembang.
Jakarta: Jakarta Elec Media Komputindo.
Purwanto dan Sulistyastuti. 1991. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke
Implementasi Kebijakan. Jakarta: Bumi Aksara.
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R & D. Bandung:
Alfabeta.
________. 2012. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
________. 2017. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Suyanto, Sutinah Bagong. 2011. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif
Pendekatan, Jakarta: Penerbit Kencana.
Tahir, Arifin. 2014. Kebijakan Publik & Transparasi Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerag. Bandung: CV Alfabeta.
Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Lukman OFFset YPAPI.
Wahab, Solichin Abdul. 2008. Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke
Implementasi Kebijakan Negara Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
Waluyo. 2007. Manajemen Publik: (Konsep. Aplikasi dan Implementasi dalam
Pelaksanaan Otonomi Daerah). Bandung: Mandar Maju.
Wibawa, Sampdra. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Widjaja, Haw. 2014. Otonomi Desa, Merupakan Otonomi Asli, Bulat dan Utuh.
Jakarta: Rajawali Pres.
Winarno, Budi. 2008. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Jakarta: PT Buku Kita.
Peraturan-Peraturan:
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daearh Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Pedoman Tata Tertib dan
Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan
dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa
Peraturan Bupati Kabupaten Meranti Nomor 33 Tahun 2017 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Badan Usaha Milik Desa/Kelurahan
Peraturan Desa Mekong Nomor 02 Tahun 2017 tentang Pembentukan Badan
Usaha Milik Desa (BUM Desa) Lestari Desa Mekong
Anggaran Dasar (AD) Badan Usaha Milik Desa Lestari Desa Mekong Tahun
2017
Anggaran Rumah Tangga Badan Usaha Milik Desa Lestari Desa Mekong Tahun
2017
Jurnal:
Astuti, Putri Febri. 2017. Pelaksanaan Fungsi Pengawasan BUMDes Desa
Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. Journal of Politic and
Government Studies. Volume 6. Nomor 2.
Murwadji, Tarsisius, Deden Suryo Rahadrdjo dan Hasna. 2017. BUMDes Sebagai
Badan Hukum Alternatif dalam Pengembangan Perkoperasian. Jurnal
ACTA Diurnal. Volume 1. Nomor 1. Desember.

Sasan, Chindy, Ronny Gosal, Welly Waworundeng. 2018. Efektivitas Badan


Usaha Milik Desa (BUMDES) Dalam Meningkatkan Masyarakat Di Desa
Lenganeng Kecamatan Tabukan Utara Kabupaten Kepulauan Sanghe. Vol.
1. No. 1.
Sidik, Hasan. 2020. Meningkatkan Peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Sebagai Penggerak Ekonomi Pedesaan di Desa Langensari. Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol. 4. No. 2. Februari.
Wowor, Mario, Frans Singkoh, Wellu Waworundeng. 2019. Pengelolaan Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam Peningkatan Pendapatan Asli Desa
Kemanga Kecamatan Tompaso. Eksekutif: Jurnal Jurusan Ilmu
Pemerintahan. Vol. 3. No. 3.
Skripsi:
Hartini. 2019. Peran BUMDes dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
di Desa Batetanga Kabupaten Polman (Tinjauan Ekonomi Islam). Skripsi.
Fakultas Syariah dan Hukum Islam. Institut Islam Negeri (IAIN) Parepare.
Parepare.
Nofiratullah. 2018. Eksistensi BUMDes dalam Meningkatkan Perekonomian
Masyarakat Desa Soki Kecamatan Belo Kabupaten Bima. Skripsi. Fakultas
Tarbiyah. Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Syahdina, Agung, Bayu. 2014. Implementasi Perda Nomor 14 Tahun 2009
Tentang Pengelolaan Sampah di Kota Tanjung Pinang (Study Kasus di
Kelurahan Tanjung Unggat). Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjung Pinang.
Internet:
Rizal. Cakaplah.com.
https://www.cakaplah.com/berita/baca/47980/2020/01/07/pelaksanaan-bum-
desa-mekong-lestari-kangkangi-aturan-
pemerintahan#sthash.qXmT48bW.sE0Bw4gN.dpbs (Diakses 20 Oktober
2020)
Saputra, Wira. Riaupos.co.
https://riaupos.jawapos.com/hukum/05/07/2021/253247/korupsi-dana-desa-
mantan-kades-mekong-kep-meranti-jadi-tersangka%C2%A0.html (Diakses
5 Juli 2021)
Dokumen lainnya:
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Mekong Lestari Tahun 2016-
2021
Profil Desa Mekong Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti
Profil BUMDes Mekong Lestari Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan
Meranti

LAMPIRAN-LAMPIRAN

TRANSKIP WAWANCARA
Conten of Policy
No Kepentingan yang Mempengaruhi
1 Siapa yang mengusulkan usaha Ponsel untuk BUMDes Lestari?
2 Siapa yang mengusulkan usaha Photo Copy & ATK untuk BUMDes
Lestari?
3 Siapa yang mengusulkan usaha Bengkel untuk BUMDes Lestari?
4 Siapa yang mengusulkan usaha Ponsel untuk BUMDes Lestari?
5 Apakah pengusulan usaha tersebut berdasarkan prinsip transparansi,
musyawarah dan mufakat?
6 Siapa saja pihak yang terlibat dalam pengusulan usaha untuk BUMDes
Lestari?
Tipe Manfaat
1 Apa manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dan ekonomi desa dari usaha
BUMDes Lestari?
2 Apakah dampak tersebut bisa dikategorikan signifikan?
Derajat Perubahan yang Ingin Dicapai
1 Apa yang diharapkan dari usaha-usaha BUMDes Lestari terhadap Desa
Mekong?
2 Apakah harapan tersebut telah sesuai dengan yang diharapkan?
Letak Pengambilan Keputusan
1 Apa yang mendasari bahwa usaha-usaha yang disebutkan sebelumnya
dijadikan usaha BUMDes lestari?
2 Apakah usaha tersebut tergolong urgent pada masyarakat Desa Mekong?
Pelaksana Program
1 Apakah pengurus BUMDes mengikuti seleksi sebelum menjadi pengurus
BUMDes Lestari?
2 Apa saja tahapan dan tes untuk menjadi pengusus BUMDes?
3 Apakah SDM pengurus BUMDes memadai baik secara kualitas maupun
kuantitas?

Sumber Daya yang Ingin Digunakan


1 Bagaimana latar belakang pengurus BUMDes Lestari?
2 Apa harapan kedepannya agar pelaksanaan BUMDes Lestari menjadi lebih
baik dalam hal SDM?
Content of Policy
Kekuasaan, Kepentingan, dan Strategi dari Aktor yang Terlibat
1 Apa strategi pengurus BUMDes Lestari untuk memajukan usaha menjadi
lebih baik?
2 Apa strategi tersebut dapat dilaksanakan dengan baik?
Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa
1 Apa tujuan di bentuknya BUMDes Lestari di Desa Mekong?
Tingkat Kepatuhan dan Adanya Respon dari Pelaksana
1 Apakah pengurus BUMDes Lestari telah melakukan tugasnya dengan baik?
2 Bagaimana dengan tingkat kedispilinan pengurus BUMDes dalam
menjalankan tugas?
3 Apakah pengurus BUMDes Lestari melaksanakan kebijakan ataupun
keputusan dari Kepala Desa atau pemerintah kabupaten/kota? Seperti
kebijakan tentang pembentukan BUMDes Lestari ataupun kebijakan
lainnya?
4 Bagaimana respon para pengurus BUMDes terhadap program BUMDes
ataupun usaha yang dijalankan BUMDes Lestari?
1. Surat Keterangan Penelitian di Desa Mekong Kec. Tebing Tinggi Kab.
Kepulauan Meranti

2. Dokumentasi Bersama Informan Penelitian


a) Foto bersama Bapak Indra Selaku Direktur BUMDes Lestari Tahun
2017-2019

b) Rusli PLT Kepala Desa dan Penasehat BUMDes Lestari


c) Aznizar Selaku Masyarakat Desa Mekong

d) Aris Arifin, A.Ma.Pd. Selaku Kepala Unit Usaha BUMDes Lestari


e) Fitriadi, S.H. Selaku Masyarakat Desa Mekong

f) Junizar Amri Selaku Direktur BUMDes Lestari


3. Foto Desa Mekong

Anda mungkin juga menyukai