DISUSUN OLEH:
IKHSAN HUMAERAH FATTA BASRI
2017121103
NAMA:
IKHSAN HUMAERAH FATTA BASRI
JUDUL:
MENGIDENTIFIKASI JENIS PLANKTON DI TAMBAK PADI DAN
UDANG WINDU KABUPATEN BARRU
TEMPAT:
BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU DAN
PENYULUHAN PERIKANAN (BRPBAPPP)
Jalan Makmur Dg. Sitakka, Kelurahan Raya, Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros
MENGESAHKAN:
MENGETAHUI:
KEPALA UPT
Plt. KEPALA BALAI
SMK NEGERI 2 PINRANG
ii | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
IDENTITAS SISWA
iii | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
IDENTITAS INSTANSI
iv | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan taufik-Nya kepada kita semua. Sehingga penyusun dapat membuat
Laporan Praktek Kerja Lapangan ini.
Penyusun juga sadar masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki dalam
Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini. Walaupun demikian, penyusun telah
berusaha dengan semaksimal mungkin demi kesempurnaan penyusunan laporan ini
baik dari hasil kegiatan belajar mengajar di sekolah, maupun dalam melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan. Saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
diharapkan oleh penyusun demi kesempurnaan dalam penyusunan laporan
berikutnya.
Dalam kesempatan ini, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja
Lapangan ini, diantaranya:
1. Kedua orang tua saya yang mana dengan ketulus ikhlasannya merestui dan
senatiasa mendoakan saya agar menjadi orang yang lebih berguna bagi
keluarga, nusa, dan bangsa;
2. Bapak Andi Indra Jaya Asaad, S.Pi., M.Sc. selaku Plt. Kepala Balai Riset
Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAPPP);
3. Bapak Syamsuar, S.Pd., M.Pd. selaku Kepala UPT SMK Negeri 2 Pinrang;
4. Ibu Arianty Hasyim, S.Kel., M.Si. selaku Kepala Jurusan Agribisnis Perikanan
Air Tawar (APAT) SMK Negeri 2 Pinrang sekaligus pembimbing sekolah
yang telah memberikan arahan dan dukungannya kepada penyusun untuk
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan ini;
5. Ibu Sahrijanna, S.Si. selaku pembimbing lapangan yang telah membimbing
dan meluangkan waktunya untuk memberikan arahan selama Praktek Kerja
Lapangan berlangsung;
6. Kak St. Saleha yang telah memberikan bimbingan ilmu dan teknik kerja serta
bimbingan materi;
vi | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
DAFTAR ISI
vii | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 42
LAMPIRAN .................................................................................................. 43
viii | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
DAFTAR GAMBAR
ix | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
DAFTAR TABEL
xi | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ..................................................................................................... 44
Lampiran 2 ..................................................................................................... 61
Lampiran 3 ..................................................................................................... 63
Lampiran 4 ..................................................................................................... 67
xii | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menyadari akan pentingnya mengadakan Program Praktek Kerja
Lapangan (PKL) sebagai faktor yang mendasar dalam bidang pendidikan untuk
terjun secara langsung dalam dunia kerja dengan menambah wawasan sekaligus
pengalaman untuk siswa/siswi sebagai kontribusi secara langsung mengenal
sistem kerja dengan konkrit.
B. TUJUAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan oleh setiap
siswa/siswi SMK Negeri 2 Pinrang merupakan program keahlian yang tentunya
mempunyai tujuan yang telah direncanakan dan diharapkan dapat dicapai oleh
siswa/siswi. Adapun tujuan penyelenggaraan Praktek Kerja Lapangan ini adalah
sebagai berikut:
1. TUJUAN UMUM
Keahlian profesi adalah andalan utama untuk menentukan keunggulan
keahlian profesional tenaga kerja dan yang terlibat di dalamnya. Dalam
proses produksi di Indonesia memerlukan tenaga kerja yang ahli dan
profesional untuk menghadapi perkembangan ekonomi global di masa kini.
Maka dimulai dari tahun 1994 di Indonesia dilakukan sistem
“Magang” yang bertujuan untuk saling mengisi dan melengkapi antara
pendidikan sekolah dengan keahlian produktif yang didapat melalui kegiatan
Praktek Kerja Lapangan, sehingga kegiatan PKL menjadi salah satu modal
pendidikan yang efektif.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan-pelatihan tenaga
kerja yang berkualitas dan profesional;
b. Memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja
sebagai bagian proses pendidikan;
10 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
BAB III
URAIAN KHUSUS
MENGIDENTIFIKASI JENIS PLANKTON DI TAMBAK PADI
DAN UDANG WINDU KABUPATEN BARRU
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. P LANKTON
11 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Plankton terdiri dari dua kelompok besar organisme akuatik yang
berbeda yaitu organisme fotosintetik atau fitoplankton dan organisme non
fotosintetik atau zooplankton. (Sunarto, 2008).
a. Fitoplankton
Fitoplankton disebut juga plankton nabati, adalah tumbuhan yang
hidupnya mengapung atau melayang di air. Ukurannya sangat kecil
sehingga tidak dilihat oleh mata telanjang. Umumnya fitoplankton
berukuran 2-200 µm (1 µm = 0,001 mm). Fitoplankton umunya berupa
individu bersel tunggal, tetapi juga ada yang berbentuk rantai.
Meskipun ukurannya sangat kecil, namun fitoplankton dapat
tumbuh dengan sangat lebat dan padat sehingga dapat menyebabkan
perubahan warna pada air. Fitoplankton mempunyai fungsi penting di
suatu perairan, karena bersifat autotrofik, yakni dapat menghasilkan
sendiri bahan organik makanannya. Selain itu, fitoplankton juga mampu
melakukan proses fotosintetis untuk menghasilkan bahan organik karena
mengandung klorofil. Karena kemampuannya ini fitoplankton disebut
sebagai produsen primer.
Bahan organik yang diproduksi fitoplankton menjadi sumber
energi untuk menjalani segala fungsi faalnya. Tetapi, disamping itu energi
yang terkandung didalam fitoplankton dialirkan melalui rantai makanan.
12 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Gambar 3.2. Proses Fotosintesis Pada Fitoplankton
b. Zooplankton
Zooplankton disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang
hidupnya mengapung, atau melayang dalam perairan. Zooplankton
sebenarnya termasuk golongan hewan perenang aktif, yang dapat
mengadakan migrasi secara vertikal pada beberapa lapisan perairan, tetapi
kekuatan berenang mereka adalah sangat kecil jika dibandingkan dengan
kuatnya gerakan arus itu sendiri (Hutabarat dan Evans, 1986).
Berdasarkan siklus hidupnya zooplankton dapat dibedakan
menjadi dua golongan, yaitu sebagai meroplankton dan holoplankton
banyak jenis hewan yang menghabiskan sebagian hidupnya sebagai
plankton, khususnya pada tingkat larva. Plankton kelompok ini disebut
meroplankton atau plankton sementara. Sedangkan holoplankton atau
plankton tetap, yaitu biota yang sepanjang hidupnya sebagai plankton
(Raymont, 1983; Omori dan Ikeda, 1984; Arinardi dkk,1994).
13 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Meroplankton terdiri atas larva dari Filum Annelida, Moluska,
Byrozoa, Echinodermata, Coelenterata atau Planula cnidaria, berbagai
macam Nauplius dan Zoea sebagai Artrhopoda yang hidup di dasar, juga
telur dan 6 tahap larva kebanyakan ikan. Kemudian yang termasuk
holoplankton antara lain, Filum Arthopoda terutama Subkelas Copepoda,
Chaetognata, Chordata kelas Appendiculata, Ctenophora, Protozoa,
Annelida Ordo Tomopteridae dan sebagian Moluska (Newell dan Newell,
1977; Raymont, 1983; Omori dan Ikeda, 1984).
Zooplankton bersifat heterotrofik, yang maksudnya tak dapat
memproduksi sendiri bahan organik dari bahan inorganik. Oleh karena itu,
untuk kelangsungan hidupnya, zooplankton sangat bergantung pada bahan
organik dari fitoplankton yang menjadi makanannya. Jadi, zooplankton
lebih berfungsi sebagai konsumen bahan organik.
Ukurannya yang paling umumnya berkisar 0,2-2 mm, tetapi ada
juga yang berukuran besar misalnya ubur-ubur yang bisa berukuran
sampai lebih satu meter.
2. KELIMPAHAN PLANKTON
Kelimpahan relative adalah proporsi yang direpresentasikan oleh
masing-masing spesies dari seluruh individu dalam suatu komunitas
(Campbell, 2010).
Kelimpahan adalah jumlah yang dihadirkan oleh masing-masing
spesies dari seluruh individu dalam komunitas (Campbell, 2010).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kelimpahan adalah
jumlah atau banyaknya individu pada suatu area tertentu dalam suatu
komunitas.
Kelimpahan adalah jumlah individu yang menempati wilayah tertentu
atau jumlah individu suatu spesies per kuadrat atau persatuan volume
(Michael, 1994). Sementara Nybakken (1992) mendefinisikan kelimpahan
sebagai pengukuran sederhana jumlah spesies yang terdapat dalam suatu
komunitas atau tingkatan trofik.
14 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
kelimpahan adalah jumlah atau banyaknya individu pada suatu area tertentu
dalam suatu komunitas. Kelimpahan plankton sangat dipengaruhi adanya
migrasi. Migrasi dapat terjadi akibat dari kepadatan populasi, tetapi dapat
pula disebabkan oleh kondisi fisik lingkungan, misalnya perubahan suhu dan
arus (Susanti, 2010).
3. INDEKS-INDEKS BIOLOGI
a. Indeks Keanekaragaman
Keanekaragaman adalah jumlah total spesies dalam daerah tertentu
atau diartikan juga sebagai jumlah spesies yang terdapat dalam suatu area
antar jumlah total individu dari spesies yang ada dalam suatu komunitas.
Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik sebagai indeks
keanekaragaman (Michael, 1994). Selain itu, keanekaragaman spesies
merupakan suatu karakteristik ekologi yang dapat diukur dan khas untuk
organisasi ekologi pada tingkat komunitas. Berdasarkan pengertian
tersebut dapat disimpulakn bahwa keanekaragaman adalah jumlah total
spesies dari berbagai macam organisme yang berbeda dalam suatu
komunitas.
Keanekaragaman spesies merupakan suatu karakteristik biologi
yang dapat diukur, yang khas untuk organisasi ekologi untuk tingkat
komunitas. Selain itu, keanekaragaman spesies merupakan karakteristik
yang mencerminkan sifat organisasi yang penting dalam berfungsinya
suatu komunitas.
Keanekaragaman ditandai oleh banyaknya spesies yang
membentuk suatu komunitas, semakin banyak jumlah spesies maka
semakin tinggi keanekargamannya. Keanekaragaman spesies dinyatakan
dalam indeks keanekaragaman. Indeks keanekaragaman menunjukkan
hubungan antara jumlah spesies dengan jumlah individu yang menyusun
suatu komunitas, nilai keanekaragaman yang tinggi menunjukkan
lingkungan yang stabil sedangkan nilai keanekaragaman yang rendah
15 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
menunjukkan lingkungan yang menyesakkan dan berubah-ubah (Heddy
dan Kurniati, 1996 dalam Ardiansyah, 2013).
Keanekaragaman spesies memiliki dua komponen utama yaitu
kekayaan spesies (species sichness) dan kelimpahan relative (relative
abindance). Sehingga keanekaragaman spesies dalam suatu komunitas
sangat berkaitan dengan kelimpahan spesies tersebut dalam area tertentu.
Selain itu, keanekaragaman spesies merupakan suatu karakteristik ekologi
yang dapat diukur dan khas untuk organisasi ekologi pada tingkat
komunitas. Keanekaragaman spesies suatu komunitas terdiri dari berbagai
macam organisme berbeda yang menyusun suatu komunitas. (Campbell,
2010).
Keanekaragaman pada suatu ekosistem berbeda-beda. Faktor yang
mempengaruhi keanekaragaman menurut Krebs (1978) adalah sebagai
berikut.
1) Waktu. Keanekaragaman komunitas bertambah sejalan waktu, berarti
komunitas tua yang sudah lama berkembang lebih banyak terdapat
organisme dari pada komunitas muda yang belum berkembang. Waktu
dapat berjalan dalam ekologi lebih pendek atau hanya puluhan generasi;
2) Heterogenitas ruang. Semakin heterogen suatu lingkungan fisik,
semakin kompleks komunitas flora dan fauna di suatu tempat tersebar
dan semakin tinggi keragaman jenisnya;
3) Kompetisi, terjadi apabila sejumlah organisme menggunakan sumber
yang sama yang ketersediannya kurang, atau walaupun ketersediannya
cukup, namun persaingan tetap terjadi juga bila organisme-organisme
itu memanfaatkan sumber tersebut yang satu menyerang yang lain atau
sebaliknya;
4) Pemangsaan. Untuk mempertahankan komunitas populasi dari jenis
persaingan yang berbeda di bawah daya dukung masing-masing selalu
memperbesar kemungkinan hidup berdampingan sehingga
mempertinggi keragaman. Apabila intensitas dari pemangsaan terlalu
tinggi atau rendah dapat menurunkan keragaman jenis;
16 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
5) Produktifitas, juga dapat menjadi syarat mutlak untuk keanekaragaman
yang tinggi.
Indeks keanekaragaman yang dipergunakan adalah indeks
Shannon Wiever Menurut Wilhm and Dorris (1986), kriteria indeks
keanekaragaman dibagi dalam tiga kategori (Tabel 3.1.)
Tabel 3.1. Kategori Indeks Keanekaragaman (H')
No. Keanekaragaman Kategori
1. H' ≤ 2 Rendah
2. 2 ≤ H' ≤ 3 Sedang
3. H' > 3 Tinggi
b. Indeks Keseragaman
Keseragaman plankton dalam suatu perairan dapat diketahui dari
indeks keseragamannya. Semakin kecil nilai indeks keseragaman
organisme maka penyebaran individu tiap jenis tidak sama, ada
kecenderungan didominasi oleh jenis tertentu (Odum, 1993 dalam
Kusnadi, 2016).
Tabel 3.2. Kategori Indeks Keseragaman (E)
No. Keseragaman Kategori
1. 0,00 < E ≤ 0,50 Rendah
2. 0,50 < E ≤ 0,75 Sedang
3. 0,75 < E ≤ 1,00 Tinggi
c. Indeks Dominansi
Dominansi dapat diketahui dengan menghitung indeks
dominansinya. Nilai indeks dominansi yang tinggi menyatakan bahwa
konsentrasi dominansi yang rendah, artinya tidak ada jenis yang
mendominasi komunitas tersebut (Odum, 1993 dalam Kusnadi, 2016).
17 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Tabel 3.3. Kategori Indeks Keseragaman (C)
No. Dominansi Kategori
1. 0,00 < C ≤ 0,50 Rendah
2. 0,50 < C ≤ 0,75 Sedang
3. 0,75 < C ≤ 1,00 Tinggi
B. METODE PRAKTEK
1. WAKTU DAN TEMPAT
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan pada tanggal 29 Juli s/d 22
November 2019. Dengan judul Mengidentifikasi Jenis Plankton di Tambak
Padi dan Udang Windu, Kabupaten Barru. Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan ini yaitu di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Dan
Penyuluhan Perikanan (BRPBAPPP) Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
2. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan dalam proses mengidentifikasi plankton
adalah sebagai berikut (Tabel 3.4.)
Tabel 3.4. Alat-alat yang digunakan dalam proses mengidentifikasi plankton
NO. NAMA ALAT KEGUNAAN GAMBAR
2. Untuk Menyimpan
Botol Sampel
sampel plankton
18 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. NAMA ALAT KEGUNAAN GAMBAR
Memindahkan sampel
plankton dari botol
5. Pipet Tetes sampel ke Sedgewick
Rafter Counter Cell
(SRC)
Sedgewick Rafter
Untuk mengidentifikasi
7. Counter Cell
jenis plankton
(SRC)
Wadah untuk
Gelas Piala (bila
8. mengencerkan sampel
diperlukan)
plankton
19 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. NAMA ALAT KEGUNAAN GAMBAR
Untuk menampilkan
9 Monitor
layout dari Mikroskop
Untuk mengawetkan
2. Lugol sampel plankton agar
plankton tidak hancur.
20 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Untuk mencuci
Sedgewick Rafter
Counter Cell setelah
digunakan;
3. Aquades
Untuk mengencerkan
sampel plankton
apabila plankton
terlalu padat;
3. PROSEDUR KERJA
a. Prosedur Pengambilan Sampel di Lapangan
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk pengambilan sampel
adalah sebagai berikut.
1) Ambil air sebanyak 100 liter pada tambak;
2) Saring air 100 liter tersebut dengan menggunakan plankton net;
3) Ambil air yang sudah disaring dengan plankton net sebanyak 100 ml,
kemudian masukkan kedalam botol sampel;
4) Tambahkan lugol sampel tersebut sebanyak 8-10 tetes;
5) Masukkan sampel kedalam cool box, kemudian bawa sampel ke
Laboratorium Plankton untuk diidentifikasi.
b. Prosedur Mengidentifikasi Plankton
1) Siapkan alat dan bahan;
2) Nyalakan Mikroskop;
Buka penutup Mikroskop;
Letakkan Mikroskop pada permukaan meja yang stabil, rata, dan
terhindar dari sinar matahari secara langsung;
Hubungkan stop kontak pada sumber tenaga listrik;
Nyalakan Komputer terlebih dahulu;
Buka software “Optilab Viewer”
Nyalakan Mikroskop dengan cara menekan tombol “ON” yang
berada di samping kanan Mikroskop.
21 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
3) Sebelum mengidentifikasi sampel, homogenkan terlebih dahulu
sampel yang berada didalam botol;
4) Ambil 1 ml air sampel dengan menggunakan pipet tetes, kemudian
diteteskan pada Sedgewick Rafter Counter Cell (SRC);
5) Tempatkan preparat atau spesimen yang akan diperiksa pada meja
benda, kemudian dijepit agar tidak jatuh;
6) Atur kekuataan pencahayaan dengan cara memutar sekrup pengatur
intensitas cahaya;
7) Atur ketinggian meja benda dengan memutar makrometer;
8) Cari bagian dari objek glass yang terdapat preparat ulas (dicari dan
diperkirakan memiliki gambar yang jelas) dengan sekrup vertical dan
horizontal;
9) Putar sekrup halus untuk mendapatkan gambaran yang lebih fokus;
10) Pembesaran Mikroskop dapat diubah dengan cara memutar revolving
nosepiesce;
11) Ubah pembesaran Mikroskop ke pembesaran 4×10;
12) Perjelas bayangan dengan memutar condenser pada posisi tertinggi
(cahaya penuh);
13) Catat setiap jenis plankton yang terlihat pada SRC beserta jumlahnya
dengan menggunakan buku panduan dari D.J. Patterson dan M.A.
Burford (A Guide to The Protozoa of Marine Aquaculture Ponds) dan
Chris Stafford (A Guide to Phytoplankton of Aquaculture Ponds);
14) Jumlah kotak yang diamati adalah 100 kotak dengan cara seperti
gambar berikut.
22 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Kotak yang berwarna hitam merupakan kotak yang diamati
yakni 20 kotak setiap baris sebanyak 5 baris. Jadi jumlah kotak yang
diamati yaitu 20 × 5 = 100 kotak;
15) Untuk mengakhiri penggunaan Mikroskop, hal yang perlu dilakukan
adalah sebagai berikut.
Turunkan meja benda sampai maksimal, ambil preparat atau
spesimen dari meja benda, kemudian posisikan lensa obyektif pada
pembesaran 4×;
Bersihkan lensa obyektif pembesaran 100× dengan menggunakan
kertas lensa I setelah digunakan;
Atur intensitas cahaya sampai minimal (sampai mati);
Untuk mematikan alat setelah pembacaan atau pengamatan sampel,
caranya yaitu tekan tombol “OFF” pada Mikroskop, kemudian
close software “Optilab Viewer”, dan setelah itu, matikan monitor
komputer.
Dimana,
N : Total individu (ind./L)
a : Kotak Sedgewick Rafter Counter Cell
b : Kotak apang pandang
c : Individu yang terlihat
d : Kotak yang diamati
Vb : Volume air dalam botol sampel (ml)
23 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Vsrc : Volume air dalam Sedgewick Rafter Counter Cell (ml)
Vs : Volume air yang disaring di lapangan (L)
2) Indeks Biologi
a) Indeks Keragaman Shannon-Wiever (H')
Indeks keanekaragaman dapat digunakan untuk mencirikan
hubungan kelompok genus dalam komunitas.
𝑛𝑖 𝑛𝑖
𝐻′ = − ∑ ( ) 𝑙𝑛 ( )
𝑁 𝑁
Dengan,
H' : Indeks keanekargaman Shannon-Wiever
ni : Jumlah individu genus ke-i
N : Jumlah total individu seluruh genera
b) Indeks Keseragaman Evenness (E)
Rumus indeks keseragaman (E) diperoleh dari:
𝐻′
𝐸 =
𝐻𝑚𝑎𝑘𝑠
Dimana,
E : Indeks keseragaman
H' : Indeks keanekaragaman Shannon-Wiever
Hmaks : Indeks keanekaragaman maksimum
c) Perhitungan Indeks Dominansi (C)
Dominansi ini diperoleh dari rumus:
𝑛𝑖 2
𝐶 = ∑[ ]
𝑁
Dengan,
C : Indeks dominansi
ni : Jumlah individu genus ke-i
N : Jumlah total individu seluruh genera
24 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. STRUKTUR KOMUNITAS
Dari hasil pencacahan plankton, ditemukan 20 (dua puluh) genus dari
13 (tiga belas) kelas yang terdiri atas 4 genus kelas Bacillariophyceae, 1
genus kelas Coscinodiscophyceae, 2 genus kelas Cyanophyceae, 1 genus
kelas Dinophyceae, 3 genus kelas Chlorophyceae, 1 genus kelas maxillopoda,
1 genus kelas Monogononta, 2 genus kelas Hexanauplia, 1 genus kelas
Euglenophyceae, 1 genus kelas Spiritrichea, 1 genus kelas Ciliatea, dan 1
genus kelas Gligohymenophore, serta 1 genus kelas Eurotatoria.(Grafik 3.1)
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 Tandon Saluran
PETAK
Bacillariophyceae Coscinodiscophyceae Cyanophyceae
Dinophyceae Chlorophyceae Maxillopoda
Monogononta Hexanauplia Euglenophyceae
Spirotriceae Gligohymenophorea Eurotatoria
25 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
bahwa nilai tertinggi terdapat pada petak 2 (39.852 ind./L) dan terendah pada
saluran (3.001 ind./L). (Grafik 3.2)
Grafik 3.2. Kelimpahan Plankton di Tambak PANDU Kabupaten Barru
45000
40000
35000
KELIMPAHAN (ind./L)
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
1 2 3 4 5 6 Tandon Saluran
PETAK
500
400
300 210
180
200
80
100 40 10 20 40 30 10
0
GENUS
26 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Grafik 3.4. Kelimpahan Plankton Sampling Pertama Pada Petak 2
2500
2071
2000
IND./L
1500
1000
GENUS
600
500
380
400
300
180
200 130
50 80 60
100
0
GENUS
27 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Grafik 3.6. Kelimpahan Plankton Sampling Pertama Pada Petak 4
700
590
600
500 470
IND./L
400
290
300
200
120
100 70
20 10 10
0
GENUS
6000
5000
IND./L
4000
3000
2000
1125
1000 350 325
75 50
0
GENUS
28 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Grafik 3.8. Kelimpahan Plankton Sampling Pertama Pada Petak 6
300
255
250
150 119
100
51
50 26
10
0
GENUS
40
IND./L
30
20 20
20
10 10
10
GENUS
29 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Grafik 3.10. Kelimpahan Plankton Sampling Pertama Pada Saluran
900
790
800
700
600
IND./L
500
400
300
200 130
100 50
10 10 10 10 10
0
GENUS
30000
25000
IND./L
20000
15000
10000
5000
200 75 550 125 25
0
GENUS
30 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Grafik 3.12. Kelimpahan Plankton Sampling Kedua Pada Petak 2
35000
30650
30000
25000
IND./L
20000
15000
10000
5750
5000
250
0
GENUS
200
162
IND./L
150
100
63 54
50 36 27
10 10
0
GENUS
31 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Grafik 3.14. Kelimpahan Plankton Sampling Kedua Pada Petak 4
3000 2830
2610
2500
2000
IND./L
1500
1000
500 370
40 30 130
10
0
GENUS
500 400
400
300
200
100 60 60
20
0
GENUS
32 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Grafik 3.16. Kelimpahan Plankton Sampling Kedua Pada Petak 6
250
200
200 180
150
IND./L
100
100
50 40 40
10 10
0
GENUS
200
IND./L
150
100
50 30 30
10
0
GENUS
33 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Grafik 3.18. Kelimpahan Plankton Sampling Kedua Pada Saluran
800
711
700
600
500
IND./L
400 351
315
300
200
99
100 18 27
10
0
GENUS
1000 865
IND./L
800
600
400
200 86
10 19 19 19 29 10
0
GENUS
34 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Grafik 3.20. Kelimpahan Plankton Sampling Ketiga Pada Petak 2
300 272
250
200
IND./L
150
100
50
16 16 8
0
GENUS
12000
10000
8000
6000
4000
2000 17 98
0
GENUS
35 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Grafik 3.22. Kelimpahan Plankton Sampling Ketiga Pada Petak 4
1200 1140
1000
800
IND./L
600
400
209
200 76 86
48 10 10
0
GENUS
10000
8000
6000
4000
2000 650 70 600
50
0
GENUS
36 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Grafik 3.24. Kelimpahan Plankton Sampling Ketiga Pada Petak 6
4500
4000 3810
3500
3000
IND./L
2500
2000
1500
1000
500 50 80 50 20 100 20 80
10
0
GENUS
2000
1500
1000 801
351
500
10 10 45 10 10
0
GENUS
37 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Grafik 3.26. Kelimpahan Plankton Sampling Ketiga Pada Saluran
350
297
300
250
IND./L
200
150
100 63
50
10 10 10
0
GENUS
3. INDEKS-INDEKS BIOLOGI
Indeks-indeks biologi yang diamati adalah indeks keanekaragaman
(H'), indeks keseragaman (E), dan indeks dominansi (D). Indeks-indeks
tersebut memperlihatkan kekayaan jenis dalam suatu komunitas serta
keseimbangan jumlah individu tiap jenis. Hasil perhitungan indeks-indeks
biologi plankton pada setiap petak dan sampling memperlihatkan bahwa nilai
indeks keanekaragaman plankton termasuk dalam kategori rendah hingga
sedang sebagaimana kriteria yang dikemukakan oleh Wilhm & Dorris (1968
dalam Masson, 1981) bahwa nilai H' ≤ 1 termasuk keanekaragaman rendah
dan nilai 1 ≤ H' ≤ 3,000 adalah keanekaragaman sedang dan kestabilan
komunitas sedang, nilai indeks keanekaragaman plankton yang diperoleh
berkisar antara 0,0420-1,6401 (Tabel 3.6)
38 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Tabel 3.6. Indeks-indeks Biologi Plankton di Tambak PANDU Kabupaten
Barru
Indeks
Sampling Petak
H' E C
1 1,6164 0,5968 0,7242
2 0,9995 0,3690 0,4641
3 1,4600 0,5391 0,6838
4 1,4929 0,5512 0,7308
Pertama
5 0,7656 0,2827 0,3818
6 1,6401 0,6056 0,7820
Tandon 1,4142 0,5222 0,7172
Saluran 0,8349 0,3083 0,3813
1 0,2398 0,1000 0,0567
2 0,1660 0,0692 0,2759
3 1,5918 0,6638 0,7345
4 0,3984 0,1661 0,5868
Kedua
5 0,8742 0,3645 0,5289
6 1,5422 0,6431 0,7462
Tandon 0,7609 0,3173 0,3820
Saluran 1,3525 0,5640 0,6852
1 1,0583 0,3817 0,5715
2 0,5182 0,1869 0,2348
3 0,0420 0,0151 0,0129
4 0,9776 0,3526 0,4552
Ketiga
5 0,3520 0,1269 0,1479
6 0,5014 0,1808 0,1833
Tandon 0,8149 0,2939 0,4210
Saluran 0,7837 0,2826 0,3929
39 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
*Keterangan: H' = Keanekaragaman, E = Keseragaman, dan C = Dominansi.
Apabila tingkat kesuburan tambak dilihat berdasarkan nilai indeks
keanekaragaman tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa tambak Padi dan
Udang Windu Kabupaten Barru termasuk dalam kategori kesuburan sedang.
Nilai indeks keseragaman plankton berkisar antara 0,0151-0,6431
(Tabel 3.6). Secara umum, antara setiap petak dan sampling didapatkan nilai
indeks keseragaman lebih banyak yang memiliki nilai lebih kecil dari 0,5
dibandingkan yang mempunyai nilai lebih besar dari 0,5. Nilai indeks
keseragaman lebih rendah dari 0,5 mengindikasikan bahwa penyebaran
individu setiap jenis didalam komunitasnya relative merata, sedangkan nilai
indeks keseragaman yang tinggi (lebih besar dari 0,5) mengindikasikan
bahwa penyebaran individu setiap jenis relative tidak merata.
Indeks dominansi menggambarkan ada tidaknya spesies yang
mendominasi jenis yang lain. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa lebih
banyak yang memiliki nilai yang mendekati 0 (nol) dibanding yang
mendekati 1 (satu), dengan demikian dapat dijelaskan bahwa secara umum di
tambak PANDU Kabupaten Barru selama sampling tidak terjadi dominansi
plankton, dominansi hanya terjadi pada petak dan sampling tertentu. Kisaran
indeks dominansi adalah 0,0129-0,7820 (Table 3.6).
40 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Komposisi jenis plankton di Tambak Padi dan Udang Windu Kabupaten
Barru selama sampling didominasi oleh kelas Cyanophyceae dan
Bacillariophyceae. Indeks-indeks biologi plankton seperti indeks
keanekaragaman (H') termasuk dalam kategori rendah hingga sedang, indeks
keseragaman (E) tergolong kecil hingga besar, dan dari nilai indeks dominansi
dapat dijelaskan bahwa tidak terdapat spesies yang mendominasi spesies yang
lain.
B. SARAN
Apabila dilihat dari analisa indeks-indeks biologi, kualitas air pada
tambak Padi dan Udang Windu Kabupaten Barru terindikasi cukup baik. Namun,
perlu perbaikan kualitas air yang lebih baik lagi demi tersedianya pakan alami
yang memadai. Selain itu, juga perlu perkembangan teknologi yang diterapkan
agar hasil akhir dapat memuaskan.
41 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
DAFTAR PUSTAKA
Irawan, H.G. 2015. Jenis-jenis Plankton yang Ada di Waduk Ciwaka Serang
Banten. Dikutip 23 Oktober 2019 dari Perkembangan Sosial [internet]:
http://perkemsos.blogspot.com/2015/06/jenis-jenis-plankton-yang-ada-di-
waduk_25.html.
Sunarto. 2008. Karakteristik Biologi dan Peranan Plankton Bagi Ekositem Laut.
Universitas Padjadjaran.
42 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
LAMPIRAN 1
DAFTAR KEGIATAN HARIAN
44 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN
45 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN
46 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN
47 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN
48 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN
49 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN
50 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN
51 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN
52 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN
53 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN
54 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN
55 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN
56 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN
57 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN
58 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN
59 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN
60 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
LAMPIRAN 2
ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN SELAMA PRAKTEK
KERJA LAPANGAN (PKL)
Oven Thermometer
61 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Aquades Air Laut Steril 30 ppt
62 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
LAMPIRAN 3
KEGIATAN KHUSUS DAN KEGIATAN UMUM
A. KEGIATAN KHUSUS
63 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Mengidentifikasi jenis plankton Mencatat jenis plankton yang didapat
dengan Mikroskop
B. KEGIATAN UMUM
64 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Mengambil Sampel Air di Mencampur Tanah dengan Pupuk
Borimasunggu Limbah Tambak Untuk Media Cabai
dan Sawi di Instalasi Tambak
Percobaan, Maranak
65 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Menambahkan EDTA Encer pada Menyaring Sampel Nitrat (NO₃) di
Kolom Reduksi Kolom Reduksi
66 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
LAMPIRAN 4
JENIS PLANKTON YANG DIDAPATKAN SELAMA PRAKTEK KERJA
LAPANGAN
67 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Gambar 5.39. Mesodinium sp. Gambar 5.40. Copepoda sp.
68 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Gambar 5.46. Ploeotia sp. Gambar 5.47. S. quadricauda sp.
69 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Gambar 5.54. Surirella sp. Gambar 5.55. Biddulphia sp.
70 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Gambar 5.62. Odontella sp. Gambar 5.63. Synechocysis sp.
71 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N