Anda di halaman 1dari 84

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN


DI BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR
PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN
Jalan Makmur Dg. Sitakka, Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros

MENGIDENTIFIKASI JENIS PLANKTON DI


TAMBAK PADI DAN UDANG WINDU
KABUPATEN BARRU

DISUSUN OLEH:
IKHSAN HUMAERAH FATTA BASRI
2017121103

AGRIBISNIS PERIKANAN AIR TAWAR


SMK NEGERI 2 PINRANG
2019

Jalan Kesehatan, Kecamatan Watang Sawitto, Kabupaten Pinrang


LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

NAMA:
IKHSAN HUMAERAH FATTA BASRI

NOMOR INDUK SISWA:


2017121103

JUDUL:
MENGIDENTIFIKASI JENIS PLANKTON DI TAMBAK PADI DAN
UDANG WINDU KABUPATEN BARRU

TEMPAT:
BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU DAN
PENYULUHAN PERIKANAN (BRPBAPPP)
Jalan Makmur Dg. Sitakka, Kelurahan Raya, Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros

MENGESAHKAN:

PEMBIMBING SEKOLAH PEMBIMBING LAPANGAN

ARIANTY HASYIM, S.Kel., M.Si. ANDI SAHRIJANNA, S.Si.


NIP. 19781122 200604 2 020 NIP. 19691224 200003 2 001

MENGETAHUI:
KEPALA UPT
Plt. KEPALA BALAI
SMK NEGERI 2 PINRANG

SYAMSUAR, S.Pd., M.Pd. A. INDRA JAYA ASAAD, S.Pi., M.Sc.


NIP. 19750220 200502 1 007 NIP. 19770711 200502 2 001

Tanggal Pengesahan: Maros, 22 November 2019

i|LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


IDENTITAS SEKOLAH

NAMA : SMK NEGERI 2 PINRANG


ALAMAT : JALAN KESEHATAN, KECAMATAN
WATANG SAWITTO, KABUPATEN PINRANG
STATUS SEKOLAH : NEGERI
NO. TELP./FAX : 0421-3911785/0421-3911784
EMAIL : smkn2_pinrang@yahoo.co.id
WEBSITE : www.smkn2pinrang.sch.id
KEPALA SEKOLAH : SYAMSUAR, S.Pd., M.Pd.
NIP : 19750220 200502 1 007
PROGRAM KEAHLIAN :
 AGRIBISNIS PENGOLAHAN HASIL
PERTANIAN
 AGRIBISNIS PERIKANAN AIR TAWAR
 TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN
 REKAYASA PERANGKAT LUNAK
 PERHOTELAN
 USAHA PERJALANAN WISATA

ii | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
IDENTITAS SISWA

NAMA : IKHSAN HUMAERAH FATTA BASRI


NOMOR INDUK SISWA : 2017121103
TEMPAT, TANGGAL LAHIR : CILALLANG, 13 MEI 2002
KELAS : XII APAT 1
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PERIKANAN AIR TAWAR
SEKOLAH : SMK NEGERI 2 PINRANG
ALAMAT : JALAN PELLABESSIE, KECAMATAN
WATANG SAWITTO, KABUPATEN
PINRANG
PEMBIMBING SEKOLAH : ARIANTY HASYIM, S.Kel., M.Si.
PEMBIMBING LAPANGAN : ANDI SAHRIJANNA, S.Si.

iii | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
IDENTITAS INSTANSI

NAMA INSTANSI : BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR


PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN
ALAMAT : JALAN MAKMUR DG. SITAKKA,
KELURAHAN RAYA, KECAMATAN
TURIKALE, KABUPATEN MAROS
STATUS INSTANSI : NEGERI
NO. TELP./FAX : 0411-371544/0411-371545
EMAIL : litkanta_05@yahoo.co.id
WEBSITE : https://bppbapmaros.kkp.go.id
PIMPINAN : ANDI INDRA JAYA ASAAD, S.Pi., M.Sc.
NIP : 19770711 200502 2 001

iv | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan taufik-Nya kepada kita semua. Sehingga penyusun dapat membuat
Laporan Praktek Kerja Lapangan ini.
Penyusun juga sadar masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki dalam
Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini. Walaupun demikian, penyusun telah
berusaha dengan semaksimal mungkin demi kesempurnaan penyusunan laporan ini
baik dari hasil kegiatan belajar mengajar di sekolah, maupun dalam melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan. Saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
diharapkan oleh penyusun demi kesempurnaan dalam penyusunan laporan
berikutnya.
Dalam kesempatan ini, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja
Lapangan ini, diantaranya:
1. Kedua orang tua saya yang mana dengan ketulus ikhlasannya merestui dan
senatiasa mendoakan saya agar menjadi orang yang lebih berguna bagi
keluarga, nusa, dan bangsa;
2. Bapak Andi Indra Jaya Asaad, S.Pi., M.Sc. selaku Plt. Kepala Balai Riset
Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAPPP);
3. Bapak Syamsuar, S.Pd., M.Pd. selaku Kepala UPT SMK Negeri 2 Pinrang;
4. Ibu Arianty Hasyim, S.Kel., M.Si. selaku Kepala Jurusan Agribisnis Perikanan
Air Tawar (APAT) SMK Negeri 2 Pinrang sekaligus pembimbing sekolah
yang telah memberikan arahan dan dukungannya kepada penyusun untuk
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan ini;
5. Ibu Sahrijanna, S.Si. selaku pembimbing lapangan yang telah membimbing
dan meluangkan waktunya untuk memberikan arahan selama Praktek Kerja
Lapangan berlangsung;
6. Kak St. Saleha yang telah memberikan bimbingan ilmu dan teknik kerja serta
bimbingan materi;

v|LAPORAN PRAKTE K KE RJA LAPANGAN


7. Bapak Dr. Hidayat Suryanto Suwoyo, S.Pi., M.Si. yang banyak membantu
dalam kegiatan praktek sekaligus membimbing dalam kegiatan;
8. Ibu Sitti Rohani selaku Kepala Laboratorium Air, Balai Riset Perikanan
Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan Kabupaten Meros;
9. Rekan-rekan seangkatan yang selalu bersama atas kekompakan, kerjasama,
pengertian, dan motivasi yang diberikan selama penyusun melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan ini hingga selesai;
10. Peserta PKL dari SMK N 1 Maros, SMAK Makassar, STIP Muhammadiyah
Sinjai, dan Universitas Negeri Makassar, serta Universitas Hasanuddin yang
banyak membantu selama Praktek Kerja Lapangan ini berlangsung;
11. Semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu yang banyak
membantu penyusun selama Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini.
Akhir kata, penyusun hanya berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca serta dapat membantu bagi kemajuan serta perkembangan SMK Negeri 2
Pinrang.

Maros, 22 November 2019


Penyusun

Ikhsan Humaerah Fatta Basri

vi | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i


IDENTITAS SEKOLAH .............................................................................. ii
IDENTITAS SISWA ..................................................................................... iii
IDENTITAS INSTANSI ............................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GRAFIK ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................ 1
B. TUJUAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN .............................................. 1
C. METODE PENGUMPULAN DATA ......................................................... 2
D. MANFAAT PRAKTEK KERJA LAPANGAN .......................................... 2
E. KERANGKA LAPORAN .......................................................................... 3
BAB II PROFIL BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU
DAN PENYULUHAN PERIKANAN........................................................... 5
A. SEJARAH SINGKAT BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR
PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN .......................................... 5
B. VISI DAN MISI BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU
DAN PENYULUHAN PERIKANAN ........................................................ 7
C. TUGAS DAN FUNGSI BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR
PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN .......................................... 7
D. BIDANG DAN PROGRAM RISET BALAI RISET PERIKANAN
BUDIDAYA AIR PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN ............. 8
E. LETAK GEOGRAFIS BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR
PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN .......................................... 8
F. SARANA DAN PRASARANA BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA
AIR PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN .................................. 9
G. ORGANISME YANG DIBUDIDAYAKAN .............................................. 10
H. STRUKTUR ORGANISASI BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR
PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN .......................................... 10
BAB III URAIAN KHUSUS ......................................................................... 11
A. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 11
B. METODE PRAKTEK ................................................................................ 18
C. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 25
BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 41
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 41
B. SARAN ...................................................................................................... 41

vii | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 42
LAMPIRAN .................................................................................................. 43

viii | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. BRPBAPPP Maros ........................................................................1


Gambar 2.2. Struktur Organisasi BRPBAPPP Maros .........................................10
Gambar 3.1. Contoh Jenis Plankton....................................................................11
Gambar 3.2. Proses Fotosintesis Pada Fitoplankton............................................13
Gambar 3.3. Kotak SRC Yang Diamati ..............................................................22

ix | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kategori Indeks Keanekaragaman (H') ........................................... 17


Tabel 3.2. Kategori Indeks Keseragaman (E) .................................................. 17
Tabel 3.3. Kategori Indeks Dominansi (C) ...................................................... 18
Tabel 3.4. Alat-alat yang digunakan dalam proses mengidentifikasi plankton.. 18
Tabel 3.5. Bahan-bahan yang digunakan dalam proses mengidentifikasi plankton
................................................................................................... 20
Tabel 3.6. Indeks-indeks Biologi Plankton di PANDU Kabupaten Barru......... 39

x|LAPORAN PRAKTE K KE RJA LAPANGAN


DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1. Komposisi Plankton di Tambak PANDU Kabupaten Barru ........... 25


Grafik 3.2. Kelimpahan Plankton di Tambak PANDU Kabupaten Barru ......... 26
Grafik 3.1. Kelimpahan Plankton Sampling Pertama Pada Petak 1 .................. 26
Grafik 3.2. Kelimpahan Plankton Sampling Pertama Pada Petak 2 .................. 27
Grafik 3.3. Kelimpahan Plankton Sampling Pertama Pada Petak 3 .................. 27
Grafik 3.4. Kelimpahan Plankton Sampling Pertama Pada Petak 4 .................. 28
Grafik 3.5. Kelimpahan Plankton Sampling Pertama Pada Petak 5 .................. 28
Grafik 3.6. Kelimpahan Plankton Sampling Pertama Pada Petak 6 .................. 29
Grafik 3.7. Kelimpahan Plankton Sampling Pertama Pada Tandon.................. 29
Grafik 3.8. Kelimpahan Plankton Sampling Pertama Pada Saluran .................. 30
Grafik 3.9. Kelimpahan Plankton Sampling Kedua Pada Petak 1..................... 30
Grafik 3.10. Kelimpahan Plankton Sampling Kedua Pada Petak 2................... 31
Grafik 3.11. Kelimpahan Plankton Sampling Kedua Pada Petak 3................... 31
Grafik 3.12. Kelimpahan Plankton Sampling Kedua Pada Petak 4................... 32
Grafik 3.13. Kelimpahan Plankton Sampling Kedua Pada Petak 5................... 32
Grafik 3.14. Kelimpahan Plankton Sampling Kedua Pada Petak 6................... 33
Grafik 3.15. Kelimpahan Plankton Sampling Kedua Pada Tandon .................. 33
Grafik 3.16. Kelimpahan Plankton Sampling Kedua Pada Saluran .................. 34
Grafik 3.17. Kelimpahan Plankton Sampling Ketiga Pada Petak 1 .................. 34
Grafik 3.18. Kelimpahan Plankton Sampling Ketiga Pada Petak 2 .................. 35
Grafik 3.19. Kelimpahan Plankton Sampling Ketiga Pada Petak 3 .................. 35
Grafik 3.20. Kelimpahan Plankton Sampling Ketiga Pada Petak 4 .................. 36
Grafik 3.21. Kelimpahan Plankton Sampling Ketiga Pada Petak 5 .................. 36
Grafik 3.22. Kelimpahan Plankton Sampling Ketiga Pada Petak 6 .................. 37
Grafik 3.23. Kelimpahan Plankton Sampling Ketiga Pada Tandon .................. 37
Grafik 3.24. Kelimpahan Plankton Sampling Ketiga Pada Saluran .................. 38

xi | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ..................................................................................................... 44
Lampiran 2 ..................................................................................................... 61
Lampiran 3 ..................................................................................................... 63
Lampiran 4 ..................................................................................................... 67

xii | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menyadari akan pentingnya mengadakan Program Praktek Kerja
Lapangan (PKL) sebagai faktor yang mendasar dalam bidang pendidikan untuk
terjun secara langsung dalam dunia kerja dengan menambah wawasan sekaligus
pengalaman untuk siswa/siswi sebagai kontribusi secara langsung mengenal
sistem kerja dengan konkrit.
B. TUJUAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan oleh setiap
siswa/siswi SMK Negeri 2 Pinrang merupakan program keahlian yang tentunya
mempunyai tujuan yang telah direncanakan dan diharapkan dapat dicapai oleh
siswa/siswi. Adapun tujuan penyelenggaraan Praktek Kerja Lapangan ini adalah
sebagai berikut:
1. TUJUAN UMUM
Keahlian profesi adalah andalan utama untuk menentukan keunggulan
keahlian profesional tenaga kerja dan yang terlibat di dalamnya. Dalam
proses produksi di Indonesia memerlukan tenaga kerja yang ahli dan
profesional untuk menghadapi perkembangan ekonomi global di masa kini.
Maka dimulai dari tahun 1994 di Indonesia dilakukan sistem
“Magang” yang bertujuan untuk saling mengisi dan melengkapi antara
pendidikan sekolah dengan keahlian produktif yang didapat melalui kegiatan
Praktek Kerja Lapangan, sehingga kegiatan PKL menjadi salah satu modal
pendidikan yang efektif.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan-pelatihan tenaga
kerja yang berkualitas dan profesional;
b. Memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja
sebagai bagian proses pendidikan;

1|LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


c. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional dengan
tingkat pengetahuan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan
kerja;
d. Memperkokoh link and match antara dunia pendidikan dengan dunia
kerja;
e. Memperluas pandangan dan wawasan siswa/siswi terhadap jenis-jenis
pekerjaan yang ada di bidang berkaitan dan di tempat praktek dengan
segala persyaratan;
f. Untuk merealisasikan pengetahuan yang didapat dari sekolah dengan
pekerjaan yang sebenarnya di perusahaan;
g. Menyiapkan siswa/siswi agar mampu mengaplikasikan kemampuan,
berkompetensi tinggi, dan mengembangkan diri.
C. METODE PENGUMPULAN DATA
1. METODE WAWANCARA ATAU INTERVIEW
Cara pengumpulan data pada metode ini adalah dengan mengadakan
tanya jawab secara langsung dengan sumber data atau responden.
2. METODE LITATUR
Cara pengumpulan data dengan jalan mengambil data atau mencari
referensi dari buku-buku dan website yang berkaitan dengan topik yang
digunakan sebagai bahan data.
3. METODE OBSERVASI
Cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara
langsung pada proses kegiatan yang dijadikan data.
D. MANFAAT PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Dengan adanya kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini memberikan
manfaat yang baik bagi para siswa/siswi SMK Negeri 2 Pinrang serta SMK
lainnya. Ada beberapa point manfaat yang penyusun dapatkan setelah
melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Balai Riset Perikanan
Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan Kabupaten Maros, diantaranya
adalah sebagai berikut.
1. Siswa/siswi mendapatkan kompetensi yang tidak mereka peroleh di sekolah;

2|LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


2. Siswa/siswi dapat memberikan kontribusi tenaga kerja di instansi atau
industri yang mereka tempatkan;
3. Memberi motivasi dan meningkatkan etos kerja bagi siswa;
4. Mempererat hubungan sekolah dengan partner instansi atau industri.
E. KERANGKA LAPORAN
1. BAGIAN AWAL
HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN
IDENTITAS SEKOLAH
IDENTITAS SISWA
IDENTITAS INSTANSI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
2. BAGIAN UTAMA
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
C. METODE PENGUMPULAN DATA
D. MANFAAT PRAKTEK KERJA LAPANGAN
E. KERANGKA LAPORAN
BAB II PROFIL BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU
DAN PENYULUHAN PERIKANAN
A. SEJARAH BALAI RISET PERIKANAN BUDIDDAYA AIR PAYAU
DAN PENYULUHAN PERIKANAN
B. VISI DAN MISI BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR
PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN
C. TUGAS DAN FUNGSI BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA
AIR PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN

3|LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


D. BIDANG DAN PROGRAM RISET BALAI RISET PERIKANAN
BUDIDAYA AIR PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN
E. LETAK GEOGRAFIS BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR
PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN
F. SARANA DAN PRASARANA BALAI RISET PERIKANAN
BUDIDAYA AIR PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN
G. ORGANISME YANG DIBUDIDAYAKAN
H. STUKTUR ORGANISASI BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA
AIR PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN
BAB III URAIAN KHUSUS
A. TINJAUAN PUSTAKA
B. METODE PRAKTEK
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

4|LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


BAB II
PROFIL BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU
DAN PENYULUHAN PERIKANAN

Gambar 2.1 BRPBAPPP Maros

A. SEJARAH SINGKAT BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR


PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
(BRPBAPPP) didirikan dengan maksud mendapatkan teknologi yang diperlukan
dalam meningkatkan produktivitas pesisir terutama komoditas yang memiliki
nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi, mengingat Indonesia negara kepulauan
di wilayah tropis yang memiliki daerah pesisir yang luas dan berpotensi dalam
pengembangan usaha perikanan.
BRPBAPPP yang berlokasi di Kabupaten Maros (±30 km) dari arah utara
Kota Makassar, Sulawesi Selatan yang telah beberapa kali berganti nama, yaitu:
1. Pada tahun 1969, berdasarkan SK Menteri No. 536/kpts/um/12/1969 diberi
nama Cabang Lembaga Penelitian Perikanan Darat (Cabang LPPD) berlokasi
di Makassar;
2. Pada tahun 1980, berdasarkan SK Menteri No. 536/kpts/12/1980 diubah
menjadi Sub Balai Penelitian Perikanan Darat (Sub PPD) Maros dibawah
BALITKANDITA Bogor;

5|LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


3. Pada tahun 1984, Dari Sub BPPD diganti menjadi BALITDITA (Balai
Penelitian Perikanan Budidaya Pantai) Maros dipimpin oleh Alie Poernomo,
M.Sc. (1984-1986);
4. Pada tahun 1990, Nama BALITDITA diganti menjadi BALITKANDITA
(Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai) yang dipimpin oleh Dr. Fuad
Cholik (1986-1991), kemudian selanjutnya digantikan oleh Dr. Achmad
Sudrajad (1991- 1995);
5. Pada tahun 1995, Berdasarkan SK Menteri No.796/kpts/07/210/12/1994
nama Sub BALITKANDITA diganti menjadi Balai Penelitian Perikanan
Pantai (BALITKANTA). Prof. Dr. Ir. Taufik Ahmad, M.Sc. (1995-2001);
6. Pada tahun 2002, Berdasarkan SK Menteri Kelautan dan Perikanan No.KEP
51/MEN/2002, nama BALITKANTA diganti menjadi Balai Riset Perikanan
Budidaya Air Payau (BRPBAP) yang dipimpin oleh Ir. Muharijadi
Atmomarsono, M.Sc. (2001-2005) dan kemudian selanjutnya digantikan oleh
Dr. Ir. Rachmansyah, MS (2005-2012);
7. Pada tahun 2011, Berdasarkan SK Kementerian Kelautan dan Perikanan
No.32/MEN/2011 tanggal 12 Oktober 2011 Balai Riset Perikanan Budidaya
Air Payau (BRPBAP) berubah menjadi Balai Penelitian dan Pengembangan
Budidaya Air Payau (BPPBAP) yang dipimpin oleh Dr. Ir. Andi Parenrengi,
M.Sc. (2012-2016);
8. Pada tahun 2017 Berdasarkan peraturan menteri kelautan dan perikanan
Republik Indonesia Nomor 29/PERMEN-KP/2017 tentang organisasi dan
tata kerja Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan
Perikanan, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau yang
nama berubah menjadi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Dan
Penyuluhan Perikanan (BRPBAPPP) Maros yang dipimpin oleh Prof. Dr. Ir.
A. Akhmad Mustafa, M.P. (2017-2018);
9. Pada tahun 2019 BRPBAPPP dipimpin oleh pelaksana tugas kepala balai oleh
A. Indra Jaya Asaad, S.Pi., M.Sc.

6|LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


B. VISI DAN MISI BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU
DAN PENYULUHAN PERIKANAN
1. VISI
Visi BRPBAPPP dirumuskan dengan gambaran menantang masa
depan berdasarkan cita-cita yang ingin diwujudkan. Adapun visi BRPBAPPP
yaitu terwujudnya lembaga riset yang terkemuka dalam penyedia data,
informasi, dan teknologi budidaya air payau sebagai komponen dibidang
perikanan budidaya andalan pembangunan nasional.
2. MISI
Misi adalah sesuatu yang konkrit yang harus dilaksanakan oleh suatu
organisasi sesuai visi yang telah ditetapkan agar tujuan yang dapat dicapai
sebagai langkah konkrit untuk mewujudkan misi tersebut. Misi BRPBAPPP
adalah sebagai berikut.
a. Menciptakan teknologi perikanan budidaya air payau unggulan yang
diakui dan bermanfaat bagi pengguna;
b. Meningkatkan sumber daya riset, pelayanan jasa riset, dan
mengembangkan kerjasama riset perikanan budidaya air payau.
C. TUGAS DAN FUNGSI BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR
PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN
Tugas dan fungsi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan
Penyuluhan Perikanan adalah sebagai berikut.
1. TUGAS
Tugas Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan
Perikanan (BRPBAPPP) yakni melaksanakan kegiatan riset perikanan
budidaya air payau.
2. FUNGSI
Fungsi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan
Perikanan (BRPBAPPP) adalah sebagai berikut.
a. Penyusunan program;
b. Kerja sama riset strategis;

7|LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


c. Pelaksanaan riset strategis perikanan budidaya air payau di bidang biologi,
patologi, toksikologi, ekologi, genetika, reproduksi, dan bioteknologi,
serta nutrisi dan teknologi pakan, untuk pengembangan produksi,
lingkungan dan analisis komoditi;
d. Inventarisasi, identifikasi, serta evaluasi sumber daya dan plasma nutfa
ikan perairan budidaya air payau untuk pemanfaatan, pengelolaan dan
pelestariannya;
e. Pengembangan teknologi dan kerja sama riset budidaya perikanan air
payau;
f. Pemberdayaan prasarana dan sarana riset perikanan budidaya air payau;
g. Pelayanan teknik, jasa dan informasi hasil riset;
h. Pengembangan dan pengelolaan jaringan sistem informasi di bidang riset
perikanan budidaya air payau;
i. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
D. BIDANG DAN PROGRAM RISET BALAI RISET PERIKANAN
BUDIDAYA AIR PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN
Bidang Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
(BRPBAPPP) yaitu bioteknologi, sumber daya, patologi, nutrisi, genetika, dan
pemulibiakkan, serta rekayasa perikanan. Program riset BRPBAPPP yakni:
1. Riset potensi dan pemanfaatan sumber daya perikanan budidaya air payau;
2. Peningkatan produktifitas dan efisiensi serta pengembangan budidaya yang
ramah lingkungan;
3. Riset kesehatan lingkungan pada budidaya air payau;
4. Diversifikasi komoditas budidaya air payau;
E. LETAK GEOGRAFIS BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR
PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
(BRPBAPPP) bertempat di Jl. Makmur Dg. Sitakka, Kelurahan Raya,
Kacamatan Turikale, Kabupaten Maros dan terletak pada 1190 35’ 21’’ BT dan
050 06’ 15’’LS.

8|LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


F. SARANA DAN PRASARANA BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA
AIR PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN
Sarana dan prasarana yang tersedia untuk menunjang pelaksanaan riset
atas tambak percobaan, keramba jaring apung, laboratorium kering (ekologi,
biologi, patologi, kimia, bioteknologi, nutrisi, laboratorium tanah, dan
laboratorium basah) selain itu terdapat perpustakaan, ruang rapat, bengkel,
garasi, rumah dan mess. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan
Penyuluhan Perikanan (BRPBAPPP) Maros menyediakan jasa laboratorium
seperti, analisa kualitas air, penyakit ikan, tanah, nutrisi, pemetaan, serta kerja
sama riset dengan pihak swasta, instansi pemerintahan dan instansi luar negeri
(ACIAR).
1. INSTALASI
Instalasi yang dimiliki oleh BRPBAPPP dibentuk berdasarkan
analisis kebutuhan dan beban kerja yaitu pada instalasi riset dan Budidaya Air
Payau. Instalasi yang dimaksud adalah Maranak Kabupaten Maros, dan
Karamba Jaring Apung di Kabupaten Barru, serta Tambak Super Intensif di
Kabupaten Takalar.
2. LABORATORIUM
Laboratorium-laboratorium yang terdapat pada Balai Riset Perikanan
Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAPPP) Maros yaitu:
a. Laboratorium Tanah
Laboratorium ini merupakan laboratorium yang dapat
menganalisis peubah-peubah kualitas tanah dan sedimen, dimana contoh
atau sampel yang diambil di lapangan dapat dianalisis guna mendapatkan
data-data yang diperlukan menyangkut peubahan-peubahan kualitas tanah
dan sedimen untuk budidaya dan sumber daya perikanan pesisir.
b. Laboratorium air
Laboratorium air adalah laboratorium yang menganalisis
peubahan-peubahan kualitas air, dimana sampel yang diambil dari
lapangan dianalisis di dalam laboratorium air.
c. Laboratorium Nutrisi

9|LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


Laboratorium yang dapat menganalisis kandungan pakan dan
bahan pakan. Namun, di laboratorium ini dapat pula menganalisis sampel
atau contoh sedimen tanah yang berasal dari kawasan pesisir.
d. Laboratorium Bioteknologi
Laboratorium ini merupakan laboratorium untuk menganalisis hal-
hal yang bersifat bioteknologi.
e. Laboratorium Patologi
Laboratorium ini merupakan laboratorium yang dapat
mengidentifikasi penyakit pada budidaya perikanan pesisir.
G. ORGANISME YANG DIBUDIDAYAKAN
Organisme yang dibudidayakan di Instalasi Tambak Percobaan Balai
Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAPPP)
Maros ialah Udang Windu, Udang Vaname, Rumput Laut, Kepiting, Ikan Nila,
Ikan Baronang, dan Ikan Bandeng.
H. STRUKTUR ORGANISASI BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA
AIR PAYA DAN PENYULUHAN PERIKANAN (BRPBAPPP)

Gambar 2.2. Struktur Organisasi BRPBAPPP Maros

10 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
BAB III
URAIAN KHUSUS
MENGIDENTIFIKASI JENIS PLANKTON DI TAMBAK PADI
DAN UDANG WINDU KABUPATEN BARRU
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. P LANKTON

Gambar 3.1. Plankton (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Plankton)

Plankton didefinisikan sebagai organisme renik yang bergerak


mengikuti arus apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian
atas) samudera, laut, dan badan air tawar. Tempat hidupnya ada yang
terapung-apung di lapisan permukaan, bahkan sampai lapisan kedalaman
sekitar 500 meter. (Arinardi et al, 1997). Nama plankton berasal dari akar kata
Yunani “planet” yang berarti pengembara. Istilah plankton pertama kali
diterapkan untuk organisme di laut oleh Victor Hensen direktur Ekspedisi
Jerman pada tahun 1889, yang dikenal dengan “Plankton Expedition” yang
khusus dibiayai untuk menentukan sistematika organisme laut (Charton dan
Tietjin, 1989 dalam Sunarto, 2008).
Ukuran dari organisme plankton pada umumnya relative sangat kecil
atau berukuran mikroskopis. Sepanjang hidupnya selalu terapung dan daya
hidupnya tergantung dari pergerakan masa air atau pola arus. Namun
demikian, terdapat pula jenis plankton yang pergerakannya sangat kuat
sehingga dapat melakukan migrasi harian.

11 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Plankton terdiri dari dua kelompok besar organisme akuatik yang
berbeda yaitu organisme fotosintetik atau fitoplankton dan organisme non
fotosintetik atau zooplankton. (Sunarto, 2008).
a. Fitoplankton
Fitoplankton disebut juga plankton nabati, adalah tumbuhan yang
hidupnya mengapung atau melayang di air. Ukurannya sangat kecil
sehingga tidak dilihat oleh mata telanjang. Umumnya fitoplankton
berukuran 2-200 µm (1 µm = 0,001 mm). Fitoplankton umunya berupa
individu bersel tunggal, tetapi juga ada yang berbentuk rantai.
Meskipun ukurannya sangat kecil, namun fitoplankton dapat
tumbuh dengan sangat lebat dan padat sehingga dapat menyebabkan
perubahan warna pada air. Fitoplankton mempunyai fungsi penting di
suatu perairan, karena bersifat autotrofik, yakni dapat menghasilkan
sendiri bahan organik makanannya. Selain itu, fitoplankton juga mampu
melakukan proses fotosintetis untuk menghasilkan bahan organik karena
mengandung klorofil. Karena kemampuannya ini fitoplankton disebut
sebagai produsen primer.
Bahan organik yang diproduksi fitoplankton menjadi sumber
energi untuk menjalani segala fungsi faalnya. Tetapi, disamping itu energi
yang terkandung didalam fitoplankton dialirkan melalui rantai makanan.

12 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Gambar 3.2. Proses Fotosintesis Pada Fitoplankton

b. Zooplankton
Zooplankton disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang
hidupnya mengapung, atau melayang dalam perairan. Zooplankton
sebenarnya termasuk golongan hewan perenang aktif, yang dapat
mengadakan migrasi secara vertikal pada beberapa lapisan perairan, tetapi
kekuatan berenang mereka adalah sangat kecil jika dibandingkan dengan
kuatnya gerakan arus itu sendiri (Hutabarat dan Evans, 1986).
Berdasarkan siklus hidupnya zooplankton dapat dibedakan
menjadi dua golongan, yaitu sebagai meroplankton dan holoplankton
banyak jenis hewan yang menghabiskan sebagian hidupnya sebagai
plankton, khususnya pada tingkat larva. Plankton kelompok ini disebut
meroplankton atau plankton sementara. Sedangkan holoplankton atau
plankton tetap, yaitu biota yang sepanjang hidupnya sebagai plankton
(Raymont, 1983; Omori dan Ikeda, 1984; Arinardi dkk,1994).

13 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Meroplankton terdiri atas larva dari Filum Annelida, Moluska,
Byrozoa, Echinodermata, Coelenterata atau Planula cnidaria, berbagai
macam Nauplius dan Zoea sebagai Artrhopoda yang hidup di dasar, juga
telur dan 6 tahap larva kebanyakan ikan. Kemudian yang termasuk
holoplankton antara lain, Filum Arthopoda terutama Subkelas Copepoda,
Chaetognata, Chordata kelas Appendiculata, Ctenophora, Protozoa,
Annelida Ordo Tomopteridae dan sebagian Moluska (Newell dan Newell,
1977; Raymont, 1983; Omori dan Ikeda, 1984).
Zooplankton bersifat heterotrofik, yang maksudnya tak dapat
memproduksi sendiri bahan organik dari bahan inorganik. Oleh karena itu,
untuk kelangsungan hidupnya, zooplankton sangat bergantung pada bahan
organik dari fitoplankton yang menjadi makanannya. Jadi, zooplankton
lebih berfungsi sebagai konsumen bahan organik.
Ukurannya yang paling umumnya berkisar 0,2-2 mm, tetapi ada
juga yang berukuran besar misalnya ubur-ubur yang bisa berukuran
sampai lebih satu meter.
2. KELIMPAHAN PLANKTON
Kelimpahan relative adalah proporsi yang direpresentasikan oleh
masing-masing spesies dari seluruh individu dalam suatu komunitas
(Campbell, 2010).
Kelimpahan adalah jumlah yang dihadirkan oleh masing-masing
spesies dari seluruh individu dalam komunitas (Campbell, 2010).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kelimpahan adalah
jumlah atau banyaknya individu pada suatu area tertentu dalam suatu
komunitas.
Kelimpahan adalah jumlah individu yang menempati wilayah tertentu
atau jumlah individu suatu spesies per kuadrat atau persatuan volume
(Michael, 1994). Sementara Nybakken (1992) mendefinisikan kelimpahan
sebagai pengukuran sederhana jumlah spesies yang terdapat dalam suatu
komunitas atau tingkatan trofik.

14 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
kelimpahan adalah jumlah atau banyaknya individu pada suatu area tertentu
dalam suatu komunitas. Kelimpahan plankton sangat dipengaruhi adanya
migrasi. Migrasi dapat terjadi akibat dari kepadatan populasi, tetapi dapat
pula disebabkan oleh kondisi fisik lingkungan, misalnya perubahan suhu dan
arus (Susanti, 2010).
3. INDEKS-INDEKS BIOLOGI
a. Indeks Keanekaragaman
Keanekaragaman adalah jumlah total spesies dalam daerah tertentu
atau diartikan juga sebagai jumlah spesies yang terdapat dalam suatu area
antar jumlah total individu dari spesies yang ada dalam suatu komunitas.
Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik sebagai indeks
keanekaragaman (Michael, 1994). Selain itu, keanekaragaman spesies
merupakan suatu karakteristik ekologi yang dapat diukur dan khas untuk
organisasi ekologi pada tingkat komunitas. Berdasarkan pengertian
tersebut dapat disimpulakn bahwa keanekaragaman adalah jumlah total
spesies dari berbagai macam organisme yang berbeda dalam suatu
komunitas.
Keanekaragaman spesies merupakan suatu karakteristik biologi
yang dapat diukur, yang khas untuk organisasi ekologi untuk tingkat
komunitas. Selain itu, keanekaragaman spesies merupakan karakteristik
yang mencerminkan sifat organisasi yang penting dalam berfungsinya
suatu komunitas.
Keanekaragaman ditandai oleh banyaknya spesies yang
membentuk suatu komunitas, semakin banyak jumlah spesies maka
semakin tinggi keanekargamannya. Keanekaragaman spesies dinyatakan
dalam indeks keanekaragaman. Indeks keanekaragaman menunjukkan
hubungan antara jumlah spesies dengan jumlah individu yang menyusun
suatu komunitas, nilai keanekaragaman yang tinggi menunjukkan
lingkungan yang stabil sedangkan nilai keanekaragaman yang rendah

15 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
menunjukkan lingkungan yang menyesakkan dan berubah-ubah (Heddy
dan Kurniati, 1996 dalam Ardiansyah, 2013).
Keanekaragaman spesies memiliki dua komponen utama yaitu
kekayaan spesies (species sichness) dan kelimpahan relative (relative
abindance). Sehingga keanekaragaman spesies dalam suatu komunitas
sangat berkaitan dengan kelimpahan spesies tersebut dalam area tertentu.
Selain itu, keanekaragaman spesies merupakan suatu karakteristik ekologi
yang dapat diukur dan khas untuk organisasi ekologi pada tingkat
komunitas. Keanekaragaman spesies suatu komunitas terdiri dari berbagai
macam organisme berbeda yang menyusun suatu komunitas. (Campbell,
2010).
Keanekaragaman pada suatu ekosistem berbeda-beda. Faktor yang
mempengaruhi keanekaragaman menurut Krebs (1978) adalah sebagai
berikut.
1) Waktu. Keanekaragaman komunitas bertambah sejalan waktu, berarti
komunitas tua yang sudah lama berkembang lebih banyak terdapat
organisme dari pada komunitas muda yang belum berkembang. Waktu
dapat berjalan dalam ekologi lebih pendek atau hanya puluhan generasi;
2) Heterogenitas ruang. Semakin heterogen suatu lingkungan fisik,
semakin kompleks komunitas flora dan fauna di suatu tempat tersebar
dan semakin tinggi keragaman jenisnya;
3) Kompetisi, terjadi apabila sejumlah organisme menggunakan sumber
yang sama yang ketersediannya kurang, atau walaupun ketersediannya
cukup, namun persaingan tetap terjadi juga bila organisme-organisme
itu memanfaatkan sumber tersebut yang satu menyerang yang lain atau
sebaliknya;
4) Pemangsaan. Untuk mempertahankan komunitas populasi dari jenis
persaingan yang berbeda di bawah daya dukung masing-masing selalu
memperbesar kemungkinan hidup berdampingan sehingga
mempertinggi keragaman. Apabila intensitas dari pemangsaan terlalu
tinggi atau rendah dapat menurunkan keragaman jenis;

16 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
5) Produktifitas, juga dapat menjadi syarat mutlak untuk keanekaragaman
yang tinggi.
Indeks keanekaragaman yang dipergunakan adalah indeks
Shannon Wiever Menurut Wilhm and Dorris (1986), kriteria indeks
keanekaragaman dibagi dalam tiga kategori (Tabel 3.1.)
Tabel 3.1. Kategori Indeks Keanekaragaman (H')
No. Keanekaragaman Kategori
1. H' ≤ 2 Rendah
2. 2 ≤ H' ≤ 3 Sedang
3. H' > 3 Tinggi

b. Indeks Keseragaman
Keseragaman plankton dalam suatu perairan dapat diketahui dari
indeks keseragamannya. Semakin kecil nilai indeks keseragaman
organisme maka penyebaran individu tiap jenis tidak sama, ada
kecenderungan didominasi oleh jenis tertentu (Odum, 1993 dalam
Kusnadi, 2016).
Tabel 3.2. Kategori Indeks Keseragaman (E)
No. Keseragaman Kategori
1. 0,00 < E ≤ 0,50 Rendah
2. 0,50 < E ≤ 0,75 Sedang
3. 0,75 < E ≤ 1,00 Tinggi
c. Indeks Dominansi
Dominansi dapat diketahui dengan menghitung indeks
dominansinya. Nilai indeks dominansi yang tinggi menyatakan bahwa
konsentrasi dominansi yang rendah, artinya tidak ada jenis yang
mendominasi komunitas tersebut (Odum, 1993 dalam Kusnadi, 2016).

17 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Tabel 3.3. Kategori Indeks Keseragaman (C)
No. Dominansi Kategori
1. 0,00 < C ≤ 0,50 Rendah
2. 0,50 < C ≤ 0,75 Sedang
3. 0,75 < C ≤ 1,00 Tinggi

B. METODE PRAKTEK
1. WAKTU DAN TEMPAT
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan pada tanggal 29 Juli s/d 22
November 2019. Dengan judul Mengidentifikasi Jenis Plankton di Tambak
Padi dan Udang Windu, Kabupaten Barru. Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan ini yaitu di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Dan
Penyuluhan Perikanan (BRPBAPPP) Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
2. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan dalam proses mengidentifikasi plankton
adalah sebagai berikut (Tabel 3.4.)
Tabel 3.4. Alat-alat yang digunakan dalam proses mengidentifikasi plankton
NO. NAMA ALAT KEGUNAAN GAMBAR

Untuk menyaring air serta


1. Plankton net plankton yang berada di
dalamnya

2. Untuk Menyimpan
Botol Sampel
sampel plankton

18 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. NAMA ALAT KEGUNAAN GAMBAR

Untuk menyimpan botol


3. Cool Box yang berisi sampel
plankton

Untuk mengukur volume


4. Gelas Ukur
air sampel plankton

Memindahkan sampel
plankton dari botol
5. Pipet Tetes sampel ke Sedgewick
Rafter Counter Cell
(SRC)

6. Microscope Untuk mengamati sampel

Sedgewick Rafter
Untuk mengidentifikasi
7. Counter Cell
jenis plankton
(SRC)

Wadah untuk
Gelas Piala (bila
8. mengencerkan sampel
diperlukan)
plankton

19 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. NAMA ALAT KEGUNAAN GAMBAR

Untuk menampilkan
9 Monitor
layout dari Mikroskop

Software yang digunakan


Software Optilab untuk melihat jenis
10
Viewer plankton yang ada di
dalam SRC

Untuk mengetahui genus


11. Buku Panduan dari plankton yang
didapat

Sedangkan, bahan-bahan yang digunakan dalam proses


mengidentifikasi plankton adalah sebagai berikut (Tabel 3.5.)
Tabel 3.5. Bahan-bahan yang digunakan dalam proses mengidentifikasi
plankton
NO. NAMA BAHAN KEGUNAAN GAMBAR

Sebagai bahan untuk


1. Sampel Plankton
diidentifikasi

Untuk mengawetkan
2. Lugol sampel plankton agar
plankton tidak hancur.

20 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
 Untuk mencuci
Sedgewick Rafter
Counter Cell setelah
digunakan;
3. Aquades
 Untuk mengencerkan
sampel plankton
apabila plankton
terlalu padat;

3. PROSEDUR KERJA
a. Prosedur Pengambilan Sampel di Lapangan
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk pengambilan sampel
adalah sebagai berikut.
1) Ambil air sebanyak 100 liter pada tambak;
2) Saring air 100 liter tersebut dengan menggunakan plankton net;
3) Ambil air yang sudah disaring dengan plankton net sebanyak 100 ml,
kemudian masukkan kedalam botol sampel;
4) Tambahkan lugol sampel tersebut sebanyak 8-10 tetes;
5) Masukkan sampel kedalam cool box, kemudian bawa sampel ke
Laboratorium Plankton untuk diidentifikasi.
b. Prosedur Mengidentifikasi Plankton
1) Siapkan alat dan bahan;
2) Nyalakan Mikroskop;
 Buka penutup Mikroskop;
 Letakkan Mikroskop pada permukaan meja yang stabil, rata, dan
terhindar dari sinar matahari secara langsung;
 Hubungkan stop kontak pada sumber tenaga listrik;
 Nyalakan Komputer terlebih dahulu;
 Buka software “Optilab Viewer”
 Nyalakan Mikroskop dengan cara menekan tombol “ON” yang
berada di samping kanan Mikroskop.

21 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
3) Sebelum mengidentifikasi sampel, homogenkan terlebih dahulu
sampel yang berada didalam botol;
4) Ambil 1 ml air sampel dengan menggunakan pipet tetes, kemudian
diteteskan pada Sedgewick Rafter Counter Cell (SRC);
5) Tempatkan preparat atau spesimen yang akan diperiksa pada meja
benda, kemudian dijepit agar tidak jatuh;
6) Atur kekuataan pencahayaan dengan cara memutar sekrup pengatur
intensitas cahaya;
7) Atur ketinggian meja benda dengan memutar makrometer;
8) Cari bagian dari objek glass yang terdapat preparat ulas (dicari dan
diperkirakan memiliki gambar yang jelas) dengan sekrup vertical dan
horizontal;
9) Putar sekrup halus untuk mendapatkan gambaran yang lebih fokus;
10) Pembesaran Mikroskop dapat diubah dengan cara memutar revolving
nosepiesce;
11) Ubah pembesaran Mikroskop ke pembesaran 4×10;
12) Perjelas bayangan dengan memutar condenser pada posisi tertinggi
(cahaya penuh);
13) Catat setiap jenis plankton yang terlihat pada SRC beserta jumlahnya
dengan menggunakan buku panduan dari D.J. Patterson dan M.A.
Burford (A Guide to The Protozoa of Marine Aquaculture Ponds) dan
Chris Stafford (A Guide to Phytoplankton of Aquaculture Ponds);
14) Jumlah kotak yang diamati adalah 100 kotak dengan cara seperti
gambar berikut.

Gambar 3.3. Kotak SRC Yang Diamati

22 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Kotak yang berwarna hitam merupakan kotak yang diamati
yakni 20 kotak setiap baris sebanyak 5 baris. Jadi jumlah kotak yang
diamati yaitu 20 × 5 = 100 kotak;
15) Untuk mengakhiri penggunaan Mikroskop, hal yang perlu dilakukan
adalah sebagai berikut.
 Turunkan meja benda sampai maksimal, ambil preparat atau
spesimen dari meja benda, kemudian posisikan lensa obyektif pada
pembesaran 4×;
 Bersihkan lensa obyektif pembesaran 100× dengan menggunakan
kertas lensa I setelah digunakan;
 Atur intensitas cahaya sampai minimal (sampai mati);
 Untuk mematikan alat setelah pembacaan atau pengamatan sampel,
caranya yaitu tekan tombol “OFF” pada Mikroskop, kemudian
close software “Optilab Viewer”, dan setelah itu, matikan monitor
komputer.

c. Prosedur Analisis Data


1) Perhitungan Kelimpahan
Kelimpahan plankton dihitung dengan metode Sedgewick
Rafter Counter Cell (arief et al, 2016), yakni menghitung jumlah total
individu dengan formula:
𝑎 𝑐 𝑉𝑏 1
𝑁 = × × ×
𝑏 𝑑 𝑉𝑠𝑟𝑐 𝑉𝑠

Dimana,
N : Total individu (ind./L)
a : Kotak Sedgewick Rafter Counter Cell
b : Kotak apang pandang
c : Individu yang terlihat
d : Kotak yang diamati
Vb : Volume air dalam botol sampel (ml)

23 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Vsrc : Volume air dalam Sedgewick Rafter Counter Cell (ml)
Vs : Volume air yang disaring di lapangan (L)
2) Indeks Biologi
a) Indeks Keragaman Shannon-Wiever (H')
Indeks keanekaragaman dapat digunakan untuk mencirikan
hubungan kelompok genus dalam komunitas.
𝑛𝑖 𝑛𝑖
𝐻′ = − ∑ ( ) 𝑙𝑛 ( )
𝑁 𝑁
Dengan,
H' : Indeks keanekargaman Shannon-Wiever
ni : Jumlah individu genus ke-i
N : Jumlah total individu seluruh genera
b) Indeks Keseragaman Evenness (E)
Rumus indeks keseragaman (E) diperoleh dari:
𝐻′
𝐸 =
𝐻𝑚𝑎𝑘𝑠
Dimana,
E : Indeks keseragaman
H' : Indeks keanekaragaman Shannon-Wiever
Hmaks : Indeks keanekaragaman maksimum
c) Perhitungan Indeks Dominansi (C)
Dominansi ini diperoleh dari rumus:
𝑛𝑖 2
𝐶 = ∑[ ]
𝑁
Dengan,
C : Indeks dominansi
ni : Jumlah individu genus ke-i
N : Jumlah total individu seluruh genera

24 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. STRUKTUR KOMUNITAS
Dari hasil pencacahan plankton, ditemukan 20 (dua puluh) genus dari
13 (tiga belas) kelas yang terdiri atas 4 genus kelas Bacillariophyceae, 1
genus kelas Coscinodiscophyceae, 2 genus kelas Cyanophyceae, 1 genus
kelas Dinophyceae, 3 genus kelas Chlorophyceae, 1 genus kelas maxillopoda,
1 genus kelas Monogononta, 2 genus kelas Hexanauplia, 1 genus kelas
Euglenophyceae, 1 genus kelas Spiritrichea, 1 genus kelas Ciliatea, dan 1
genus kelas Gligohymenophore, serta 1 genus kelas Eurotatoria.(Grafik 3.1)

Grafik 3.1. Komposisi Kelas Plankton di Tambak PANDU Kabupaten Barru


PERSENTASE GENUS (%)

50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 Tandon Saluran
PETAK
Bacillariophyceae Coscinodiscophyceae Cyanophyceae
Dinophyceae Chlorophyceae Maxillopoda
Monogononta Hexanauplia Euglenophyceae
Spirotriceae Gligohymenophorea Eurotatoria

Genus yang dominan dari kelas Chyanophyceae dan


Bacillariophyceae adalah Oscillatoria sp. dan Navicula sp. Genus tersebut
terdapat hampir pada semua petak selama tiga kali sampling. Sedangkan S.
quadricauda sp., Tetrastrum sp. (sampling ketiga), dan Colurella sp.
(sampling pertama). Genus-genus tersebut masing-masing hanya ditemukan
pada satu petak.
2. KELIMPAHAN
Kelimpahan plankton yang ditemukan selama sampling setiap petak
yaitu dengan kisaran nilai adalah 8-32.675 ind./L. Apabila nilai kelimpahan
plankton tersebut dijumlahkan antara setiap sampling, maka didapatkan

25 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
bahwa nilai tertinggi terdapat pada petak 2 (39.852 ind./L) dan terendah pada
saluran (3.001 ind./L). (Grafik 3.2)
Grafik 3.2. Kelimpahan Plankton di Tambak PANDU Kabupaten Barru
45000

40000

35000
KELIMPAHAN (ind./L)

30000

25000

20000

15000

10000

5000

0
1 2 3 4 5 6 Tandon Saluran
PETAK

Untuk selengkapnya dapat dilihat pada grafik berikut.


Grafik 3.3. Kelimpahan Plankton Sampling Pertama Pada Petak 1
900
770
800
670
700
600
IND./L

500
400
300 210
180
200
80
100 40 10 20 40 30 10
0

GENUS

26 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Grafik 3.4. Kelimpahan Plankton Sampling Pertama Pada Petak 2
2500
2071
2000
IND./L

1500

1000

500 238 323


143 76
29 10
0

GENUS

Grafik 3.5. Kelimpahan Plankton Sampling Pertama Pada Petak 3


1000
880
900
800
700
IND./L

600
500
380
400
300
180
200 130
50 80 60
100
0

GENUS

27 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Grafik 3.6. Kelimpahan Plankton Sampling Pertama Pada Petak 4
700
590
600

500 470
IND./L

400
290
300

200
120
100 70
20 10 10
0

GENUS

Grafik 3.7. Kelimpahan Plankton Sampling Pertama Pada Petak 5


7000 6550

6000

5000
IND./L

4000

3000

2000
1125
1000 350 325
75 50
0

GENUS

28 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Grafik 3.8. Kelimpahan Plankton Sampling Pertama Pada Petak 6
300
255
250

200 187 196


IND./L

150 119
100
51
50 26
10
0

GENUS

Grafik 3.9. Kelimpahan Plankton Sampling Pertama Pada Tandon


60
50 51
50

40
IND./L

30
20 20
20
10 10
10

GENUS

29 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Grafik 3.10. Kelimpahan Plankton Sampling Pertama Pada Saluran
900
790
800
700
600
IND./L

500
400
300
200 130
100 50
10 10 10 10 10
0

GENUS

Grafik 3.11. Kelimpahan Plankton Sampling Kedua Pada Petak 1


35000 32675

30000

25000
IND./L

20000

15000

10000

5000
200 75 550 125 25
0

GENUS

30 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Grafik 3.12. Kelimpahan Plankton Sampling Kedua Pada Petak 2
35000
30650
30000

25000
IND./L

20000

15000

10000
5750
5000
250
0

GENUS

Grafik 3.13. Kelimpahan Plankton Sampling Kedua Pada Petak 3


300
261
250

200
162
IND./L

150

100
63 54
50 36 27
10 10
0

GENUS

31 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Grafik 3.14. Kelimpahan Plankton Sampling Kedua Pada Petak 4
3000 2830
2610
2500

2000
IND./L

1500

1000

500 370
40 30 130
10
0

GENUS

Grafik 3.15. Kelimpahan Plankton Sampling Kedua Pada Petak 5


1000 900
900
800
700
600
IND./L

500 400
400
300
200
100 60 60
20
0

GENUS

32 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Grafik 3.16. Kelimpahan Plankton Sampling Kedua Pada Petak 6
250
200
200 180

150
IND./L

100
100

50 40 40
10 10
0

GENUS

Grafik 3.17. Kelimpahan Plankton Sampling Kedua Pada Tandon


300
240
250

200
IND./L

150

100

50 30 30
10
0

GENUS

33 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Grafik 3.18. Kelimpahan Plankton Sampling Kedua Pada Saluran
800
711
700
600
500
IND./L

400 351
315
300
200
99
100 18 27
10
0

GENUS

Grafik 3.19. Kelimpahan Plankton Sampling Ketiga Pada Petak 1


1400
1169
1200

1000 865
IND./L

800

600

400

200 86
10 19 19 19 29 10
0

GENUS

34 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Grafik 3.20. Kelimpahan Plankton Sampling Ketiga Pada Petak 2
300 272

250

200
IND./L

150

100

50
16 16 8
0

GENUS

Grafik 3.21. Kelimpahan Plankton Sampling Ketiga Pada Petak 3


20000
17534
18000
16000
14000
IND./L

12000
10000
8000
6000
4000
2000 17 98
0

GENUS

35 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Grafik 3.22. Kelimpahan Plankton Sampling Ketiga Pada Petak 4
1200 1140

1000

800
IND./L

600

400
209
200 76 86
48 10 10
0

GENUS

Grafik 3.23. Kelimpahan Plankton Sampling Ketiga Pada Petak 5


18000 16120
16000
14000
12000
IND./L

10000
8000
6000
4000
2000 650 70 600
50
0

GENUS

36 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Grafik 3.24. Kelimpahan Plankton Sampling Ketiga Pada Petak 6
4500
4000 3810

3500
3000
IND./L

2500
2000
1500
1000
500 50 80 50 20 100 20 80
10
0

GENUS

Grafik 3.25. Kelimpahan Plankton Sampling Ketiga Pada Tandon


4000
3484
3500
3000
2500
IND./L

2000
1500
1000 801
351
500
10 10 45 10 10
0

GENUS

37 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Grafik 3.26. Kelimpahan Plankton Sampling Ketiga Pada Saluran
350
297
300

250
IND./L

200

150

100 63
50
10 10 10
0

GENUS

3. INDEKS-INDEKS BIOLOGI
Indeks-indeks biologi yang diamati adalah indeks keanekaragaman
(H'), indeks keseragaman (E), dan indeks dominansi (D). Indeks-indeks
tersebut memperlihatkan kekayaan jenis dalam suatu komunitas serta
keseimbangan jumlah individu tiap jenis. Hasil perhitungan indeks-indeks
biologi plankton pada setiap petak dan sampling memperlihatkan bahwa nilai
indeks keanekaragaman plankton termasuk dalam kategori rendah hingga
sedang sebagaimana kriteria yang dikemukakan oleh Wilhm & Dorris (1968
dalam Masson, 1981) bahwa nilai H' ≤ 1 termasuk keanekaragaman rendah
dan nilai 1 ≤ H' ≤ 3,000 adalah keanekaragaman sedang dan kestabilan
komunitas sedang, nilai indeks keanekaragaman plankton yang diperoleh
berkisar antara 0,0420-1,6401 (Tabel 3.6)

38 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Tabel 3.6. Indeks-indeks Biologi Plankton di Tambak PANDU Kabupaten
Barru
Indeks
Sampling Petak
H' E C
1 1,6164 0,5968 0,7242
2 0,9995 0,3690 0,4641
3 1,4600 0,5391 0,6838
4 1,4929 0,5512 0,7308
Pertama
5 0,7656 0,2827 0,3818
6 1,6401 0,6056 0,7820
Tandon 1,4142 0,5222 0,7172
Saluran 0,8349 0,3083 0,3813
1 0,2398 0,1000 0,0567
2 0,1660 0,0692 0,2759
3 1,5918 0,6638 0,7345
4 0,3984 0,1661 0,5868
Kedua
5 0,8742 0,3645 0,5289
6 1,5422 0,6431 0,7462
Tandon 0,7609 0,3173 0,3820
Saluran 1,3525 0,5640 0,6852
1 1,0583 0,3817 0,5715
2 0,5182 0,1869 0,2348
3 0,0420 0,0151 0,0129
4 0,9776 0,3526 0,4552
Ketiga
5 0,3520 0,1269 0,1479
6 0,5014 0,1808 0,1833
Tandon 0,8149 0,2939 0,4210
Saluran 0,7837 0,2826 0,3929

39 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
*Keterangan: H' = Keanekaragaman, E = Keseragaman, dan C = Dominansi.
Apabila tingkat kesuburan tambak dilihat berdasarkan nilai indeks
keanekaragaman tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa tambak Padi dan
Udang Windu Kabupaten Barru termasuk dalam kategori kesuburan sedang.
Nilai indeks keseragaman plankton berkisar antara 0,0151-0,6431
(Tabel 3.6). Secara umum, antara setiap petak dan sampling didapatkan nilai
indeks keseragaman lebih banyak yang memiliki nilai lebih kecil dari 0,5
dibandingkan yang mempunyai nilai lebih besar dari 0,5. Nilai indeks
keseragaman lebih rendah dari 0,5 mengindikasikan bahwa penyebaran
individu setiap jenis didalam komunitasnya relative merata, sedangkan nilai
indeks keseragaman yang tinggi (lebih besar dari 0,5) mengindikasikan
bahwa penyebaran individu setiap jenis relative tidak merata.
Indeks dominansi menggambarkan ada tidaknya spesies yang
mendominasi jenis yang lain. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa lebih
banyak yang memiliki nilai yang mendekati 0 (nol) dibanding yang
mendekati 1 (satu), dengan demikian dapat dijelaskan bahwa secara umum di
tambak PANDU Kabupaten Barru selama sampling tidak terjadi dominansi
plankton, dominansi hanya terjadi pada petak dan sampling tertentu. Kisaran
indeks dominansi adalah 0,0129-0,7820 (Table 3.6).

40 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Komposisi jenis plankton di Tambak Padi dan Udang Windu Kabupaten
Barru selama sampling didominasi oleh kelas Cyanophyceae dan
Bacillariophyceae. Indeks-indeks biologi plankton seperti indeks
keanekaragaman (H') termasuk dalam kategori rendah hingga sedang, indeks
keseragaman (E) tergolong kecil hingga besar, dan dari nilai indeks dominansi
dapat dijelaskan bahwa tidak terdapat spesies yang mendominasi spesies yang
lain.
B. SARAN
Apabila dilihat dari analisa indeks-indeks biologi, kualitas air pada
tambak Padi dan Udang Windu Kabupaten Barru terindikasi cukup baik. Namun,
perlu perbaikan kualitas air yang lebih baik lagi demi tersedianya pakan alami
yang memadai. Selain itu, juga perlu perkembangan teknologi yang diterapkan
agar hasil akhir dapat memuaskan.

41 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
DAFTAR PUSTAKA

Adlina, A. 2011. Laporan Lengkap Plankton. Dikutip 26 September 2019 dari


Adlien Travel Journal [internet]: http://adlienerz.com/laporan-lengkap-
plankton-dan-pembahasan.

Arinardi, O.H., A. B. Sutomo, S. A. Yusuf, Trimaningsih, E. Asnaryanti, dan E.


Riyono. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Prodominan
di Perairan Kawasan Timur Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Hutabarat, S. dan Evans, S. M. 1986. Kunci Identifikasi Zooplankton. Jakarta: UI-


Press.

Insafitri. 2010. Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi Bivalvia Di Area


Buangan Lumpur Lapindo Muara Sungai Porong. Kelautan. 3(1): 54-59.

Irawan, H.G. 2015. Jenis-jenis Plankton yang Ada di Waduk Ciwaka Serang
Banten. Dikutip 23 Oktober 2019 dari Perkembangan Sosial [internet]:
http://perkemsos.blogspot.com/2015/06/jenis-jenis-plankton-yang-ada-di-
waduk_25.html.

Kusnadi, Alimuddin. 2016. Keanekaragaman Makrozoobentos Epifauna Pada


Perairan Pulau Lae-lae Makassar. UIN Alauddin.

Pambudi, Arief, Priambodo, T. W., Noriko, N., Basma. 2016. Keanekaragaman


Fitoplankton Sungai Ciliwung Pasca Kegiatan Bersih Ciliwung. Al-Azhar
Indonesia Seri Sains dan Teknologi. 3(4): 204-212.

Sunarto. 2008. Karakteristik Biologi dan Peranan Plankton Bagi Ekositem Laut.
Universitas Padjadjaran.

Wikipedia. 2019. Plankton. Dikutip 26 September 2019 dari Wikipedia [internet]:


https://id.wikipedia.org/wiki/Plankton.

Yuliana, Adiwilaga, E. M., Harris, E., dan Pratiwi, N. T. M. 2012. Hubungan


Antara Kelimpahan Fitoplankton Dengan Parameter Fisik-Kimiawi
Perairan Di Teluk Jakarta. Akuatika. 3(2): 169-179.

42 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
LAMPIRAN 1
DAFTAR KEGIATAN HARIAN

NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN

1. Senin, 29 Juli 2019  Penerimaan siswa PKL di lokasi praktek


 Pengenalan alat dan bahan di
2. Selasa, 30 Juli 2019
Laboratoriam Air
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
3. Rabu, 31 Juli 2019
dikultur
 Membantu mengidentifikasi jenis
plankton
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
4. Kamis, 1 Agustus 2019  Menghomogenkan plankton yang
dikultur
 Belajar kultur murni pythoplankton
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
5. Jumat, 2 Agustus 2019 dikultur
 Membawa Erlenmeyer ke Laboratorium
Patologi untuk disterilkan dengan
autoclave
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
6. Senin, 5 Agustus 2019
 Menghomogenkan plankton yang
dikultur

44 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN

 Melarutkan tanah untuk persiapan


pengukuran salinitas tanah
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
7. Selasa, 6 Agustus 2019
dikultur
 Membantu mengidentifikasi jenis
plankton
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
8. Rabu, 7 Agustus 2019
dikultur
 Membantu mengidentifikasi jenis
plankton
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
9. Kamis, 8 Agustus 2019
dikultur
 Menyaring Nitrat, Nitrit, Posphat, dan
Alkalinitas
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
10. Jumat, 9 Agustus 2019  Menghomogenkan plankton yang
dikultur
 Menyipon aquarium Udang Windu
11. Senin, 12 Agustus 2019  IZIN
 Membersihkan ruangan kultur plankton
12. Selasa, 13 Agustus 2019
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton

45 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN

 Menghomogenkan plankton yang


dikultur
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
13. Rabu, 14 Agustus 2019 dikultur
 Mengisi air laut ke aquarium untuk
persiapan penebaran benur Udang
Windu
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
14. Kamis, 15 Agustus 2019
dikultur
 Mendaftarkan sampel di administrasi
penerimaan sampel
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
15. Jumat, 16 Agustus 2019
dikultur
 Membantu mengidentifikasi jenis
plankton
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
16. Senin, 19 Agustus 2019
 Menghomogenkan plankton yang
dikultur
 Mengukur pH dan Suhu pupuk limbah di
Selasa, 20 Agusutus Instalasi Tambak Percobaan, Maranak
17.
2019  Mengambil sampel pupuk limbah di
Instalasi Tambak Percobaan, Maranak

46 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN

 Mengukur pH, DO, Salinitas, dan Suhu


air di Padi dan Udang Windu, Barru
 Mengambil sampel air dan plankton di
18. Rabu, 21 Agustus 2019
Padi dan Udang Windu, Barru
 Mengukur berat dan panjang Udang
Windu di Padi dan Udang Windu, Barru
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
19. Kamis, 22 Agustus 2019
dikultur
 Membantu mengidentifikasi jenis
plankton
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
20. Jumat, 23 Agustus 2019
 Menghomogenkan plankton yang
dikultur
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
21. Senin, 26 Augstus 2019
dikultur
 Membantu mengidentifikasi jenis
plankton
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
22. Selasa, 27 Agustus 2019
dikultur
 Mengukur suhu dan pH pupuk limbah di
Instalasi Tambak Percobaan, Maranak

47 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN

 Memupuk tanah dengan pupuk limbah di


Instalasi Tambak Percobaan, Maranak
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
23. Rabu, 28 Agustus 2019
dikultur
 Membantu mengidentifikasi jenis
plankton
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
24. Kamis, 29 Agustus 2019
dikultur
 Membantu mengidentifikasi jenis
plankton
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
25. Jumat, 30 Agustus 2019  Menghomogenkan plankton yang
dikultur
 Membersihkan Laboratorium Plankton
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
26. Senin, 2 September 2019
 Menghomogenkan plankton yang
dikultur
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
Selasa, 3 September  Menghomogenkan plankton yang
27.
2019 dikultur
 Membantu mengidentifikasi jenis
plankton

48 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN

 Membantu menebarkan benur Udang


Windu pada penelitian bu Early
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
28. Rabu, 4 September 2019
 Menghomogenkan plankton yang
dikultur
Kamis, 5 September  Membantu sampling rumput laut dan air
29.
2019 di Borimasunggu
 Membantu mencampur dan mengisi
Jumat, 6 September
30. polybag dengan tanah dan pupuk limbah
2019
di Instalasi Tambak Percobaan Maranak
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
dikultur
31. Senin, 9 September 2019
 Membantu mengidentifikasi jenis
plankton
 Mengukur volume sampel plankton
 Mencuci botol sampel
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
Selasa, 10 September  Menghomogenkan plankton yang
32.
2019 dikultur
 Membantu mengidentifikasi jenis
plankton
 Membersihkan ruangan kultur plankton
Rabu, 11 September  Mencatat suhu ruangan kultur plankton
33.
2019  Menghomogenkan plankton yang
dikultur

49 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN

 Membantu mengidentifikasi jenis


plankton
 Mengukur volume sampel plankton
 Mencuci botol sampel
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
Kamis, 12 September  Menghomogenkan plankton yang
34.
2019 dikultur
 Membantu mengidentifikasi jenis
plankton
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
Jumat, 13 September  Menghomogenkan plankton yang
35.
2019 dikultur
 Membantu mengidentifikasi jenis
plankton
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
Senin, 16 September dikultur
36.
2019  Mengantar Erlenmeyer ke Laboratorium
Patologi untuk di sterilkan dengan
autoclave
 Meng-oven Erlenmeyer
 Membersihkan ruangan kultur plankton
Selasa, 17 September  Mencatat suhu ruangan kultur plankton
37.
2019  Menghomogenkan plankton yang
dikultur

50 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN

 Mengambil air laut steril 30 ppt yang


sudah di autoclave di Laboratorium
Patologi
Rabu, 18 September  Panen padi di Padi dan Udang Windu,
38.
2019 Kabupaten Barru
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
Kamis, 19 September  Menghomogenkan plankton yang
39.
2019 dikultur
 Membantu mengidentifikasi jenis
plankton
 Membersihkan ruangan kultur plankton
Jumat, 20 September  Mencatat suhu ruangan kultur plankton
40.
2019  Menghomogenkan plankton yang
dikultur
 Membersihkan ruangan kultur plankton
Senin, 23 September  Mencatat suhu ruangan kultur plankton
41.
2019  Menghomogenkan plankton yang
dikultur
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
Selasa, 24 September dikultur
42.
2019  Membantu mengidentifikasi jenis
plankton
 Mengukur volume sampel plankton
 Mencuci botol sampel
Rabu, 25 September  Membersihkan ruangan kultur plankton
43.
2019  Mencatat suhu ruangan kultur plankton

51 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN

 Menghomogenkan plankton yang


dikultur
 Membantu mengidentifikasi jenis
plankton
 Ikut serta dalam Seminar SMK N 1
Nunukan
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
Kamis, 26 September dikultur
44.
2019  Membantu mengidentifikasi jenis
plankton
 Mengukur volume sampel plankton
 Mencuci botol sampel
 Membersihkan ruangan kultur plankton
Jumat, 27 September  Mencatat suhu ruangan kultur plankton
45.
2019  Menghomogenkan plankton yang
dikultur
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
Senin, 30 September  Menghomogenkan plankton yang
46.
2019 dikultur
 Membantu mengidentifikasi jenis
plankton
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
47. Selasa, 1 Oktober 2019
 Menghomogenkan plankton yang
dikultur

52 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN

 Membantu mengidentifikasi jenis


plankton
 Mengukur volume sampel plankton
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
dikultur
48. Rabu, 2 Oktober 2019
 Membantu mengidentifikasi jenis
plankton
 Mengukur volume sampel plankton
 Mencuci botol sampe plankton
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
49. Kamis, 3 Oktober 2019
 Menghomogenkan plankton yang
dikultur
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
50. Jumat, 4 Oktober 2019 dikultur
 Membantu mengidentifikasi jenis
plankton
 Ikut serta dalam seminar SMK N 6 Palu
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
51. Senin, 7 Oktober 2019 dikultur
 Menyaring Nitrat (NO₃) di kolom
reduksi
 Melipat kertas saring

53 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN

 Membersihkan ruangan kultur plankton


 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
52. Selasa, 8 Otober 2019 dikultur
 Menyaring Nitrat (NO₃) di kolom
reduksi
 Melipat kertas saring
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
53. Rabu, 9 Oktober 2019  Menghomogenkan plankton yang
dikultur
 Melipat kertas saring
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
54. Kamis, 10 Oktober 2019
 Menghomogenkan plankton yang
dikultur
 Penyemaian Mangrove pada media
55. Jumat, 11 Oktober 2019 pupuk limbah tambak di Instalasi
Tambak Percobaan, Maranak
 Membersihkan ruangan kultur murni
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
dikultur
 Menanam Cabai dan Sawi pada media
56. Senin, 14 Oktober 2019
pupuk limbah tambak di Instalasi
Tambak Percobaan, Maranak
 Mengukur diameter dan panjang bibit
Mangrove di Instalasi Tambak
Percobaan, Maranak

54 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN

 Membersihkan ruangan kultur murni


 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
57. Selasa, 15 Oktober 2019  Menghomogenkan plankton yang
dikultur
 Membantu mengidentifikasi plankton
 Menyaring Nitrat dan Nitrit dengan
58. Rabu, 16 Oktober 2019
kertas saring
 Membersihkan ruangan kultur murni
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
59. Kamis, 17 Oktober 2019 dikultur
 Mengambil Erlenmeyer yang sudah di
Autoclave di Laboratorium Patologi
 Meng-Oven Erlenmeyer
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
60. Jumat, 18 Oktober 2019 dikultur
 Mencuci alat di Laboratorium Kualitas
Air
 Kunjungan industri SMK N 2 Pinrang
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
61 Senin, 21 Oktober 2019
 Menghomogenkan plankton yang
dikultur
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
62. Selasa, 22 Oktober 2019
 Menghomogenkan plankton yang
dikultur

55 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN

 Memberikan pakan ke Udang Vannamei


di Laboratorium Basah
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
63. Rabu, 23 Oktober 2019  Menghomogenkan plankton yang
dikultur
 Melipat kertas saring
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
64. Kamis, 24 Oktober 2019
dikultur
 Memberikan pakan ke Udang Vannamei
lima kali sehari di Laboratorium Basah
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
dikultur
 Memberikan pakan ke Udang Vannamei
65. Jumat, 25 Oktober 2019
lima kali sehari di Laboratorium Basah
 Membersihkan Sterefoam untuk wadah
pada bibit kangkung
 Menanam bibit kangkung di
Laboratorium Basah
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
66. Senin, 28 Oktober 2019
 Menghomogenkan plankton yang
dikultur

56 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN

 Mengukur Suhu, Salinitas, pH, dan DO


pada kolam Udang Vannamei di
Laboratorium Basah
 Memberikan pakan ke Udang Vannamei
di Laboratorium Basah
 Mengambil sampel air di Instalasi
Tambak Super Intensif, Takalar
 Menyaring sampel air dengan kertas
67. Selasa, 29 Oktober 2019 saring di Instalasi Tambak Super
Intensif, Takalar
 Mengukur TSS dengan TSS Portabel di
Instalasi Tambak Super Intensif, Takalar
 Mengambil sampel bakteri di Instalasi
Tambak Super Intensif, Takalar
68. Rabu, 30 Oktober 2019
 Memberikan pakan ke Udang Vannamei
di Laboratorium Basah
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
69. Kamis, 31 Oktober 2019
dikultur
 Mengambil air laut steril 30 ppt di
Laboratorium Patologi
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
Jumat, 1 November  Menghomogenkan plankton yang
70.
2019 dikultur
 Mengantar Erlenmeyer ke Laboratorium
Patologi untuk di Autocalve
71. Senin, 4 November 2019  Membersihkan ruangan kultur plankton

57 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN

 Mencatat suhu ruangan kultur plankton


 Menghomogenkan plankton yang
dikultur
 Mengganti media kultur murni
 Membantu mengidentifikasi jenis
plankton
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
dikultur
Selasa, 5 November  Membantu mengidentifikasi jenis
72.
2019 plankton
 Memasang media kangkung pada
sterefoam di Laboratorium Basah
 Memberikan pakan ke Udang Vannamei
di Laboratorium Basah
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
dikultur
 Membantu mengidentifikasi jenis
plankton
73. Rabu, 6 November 2019
 Memasang media kangkung pada
sterefoam di Laboratorium Basah
 Menanam Kangkung di Laboratorium
Basah
 Memberikan pakan ke Udang Vannamei
di Laboratorium Basah

58 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN

 Membersihkan ruangan kultur plankton


 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
Kamis, 7 November dikultur
74.
2019  Menanam bibit Kangkung di
Laboratorium Basah
 Memberikan pakan ke Udang Vannamei
di Laboratorium Basah
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
dikultur
Jumat, 8 November  Sampling plankton di Laboratorium
75.
2019 Basah
 Menimbang udang di Laboratorium
Basah
 Memberikan pakan ke Udang Vannamei
di Laboratorium Basah
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
Senin, 11 November dikultur
76.
2019  Membantu mengidentifikasi jenis
plankton
 Memberikan pakan ke Udang Vannamei
di Laboratorium Basah
Selasa, 12 November  Membersihkan ruangan kultur plankton
77.
2019  Mencatat suhu ruangan kultur plankton

59 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
NO. HARI/TANGGAL JENIS KEGIATAN

 Menghomogenkan plankton yang


dikultur
 Membantu mengidentifikasi jenis
plankton
 Mengukur volume sampel plankton
 Mencuci botol sampel plankton
 Membersihkan ruangan kultur plankton
Rabu, 13 November  Mencatat suhu ruangan kultur plankton
78.
2019  Menghomogenkan plankton yang
dikultur
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
Kamis, 14 November  Menghomogenkan plankton yang
79.
2019 dikultur
 Membantu mengidentifikasi jenis
plankton
 Membersihkan ruangan kultur plankton
 Mencatat suhu ruangan kultur plankton
 Menghomogenkan plankton yang
Jumat, 15 November dikultur
80.
2019  Menimbang Udang Vannamei di
Laboratorium Basah
 Sampling plankton di Laboratorium
Basah

60 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
LAMPIRAN 2
ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN SELAMA PRAKTEK
KERJA LAPANGAN (PKL)

Botol Sampel Pipet Tetes

Mikroskop Sedgewick Rafter Counter Cell


(SRC)

Monitor Komputer Gelas Ukur

Oven Thermometer

61 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Aquades Air Laut Steril 30 ppt

Lugol Sampel Plankton

Kultur Murni Plankton Buku Refrensi

62 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
LAMPIRAN 3
KEGIATAN KHUSUS DAN KEGIATAN UMUM
A. KEGIATAN KHUSUS

Tambak Padi dan Udang Windu, Mengambil sampel plankton di


Kabupaten Barru tambak

Menyaring sampel dengan Plankton Memindahkan sampel yang sudah


net disaring ke botol sampel

Menambahkan lugol pada sampel Memasukkan botol sampel yang


berisis sampel kedalam cool box

63 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Mengidentifikasi jenis plankton Mencatat jenis plankton yang didapat
dengan Mikroskop

Mengukur Volume Sampel

B. KEGIATAN UMUM

Melarutkan Tanah Untuk Persiapan Panen Padi di Padi dan Udang


Pengukuran Salinitas Windu, Kabupaten Barru

Mengukur Panjang dan Berat Udang Memupuk Media Rumput Laut


Windu di Padi dan Udang Windu, dengan Pupuk Limbah Tambak di
Kabupaten Barru Instalasi Tambak Percobaan,
Maranak

64 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Mengambil Sampel Air di Mencampur Tanah dengan Pupuk
Borimasunggu Limbah Tambak Untuk Media Cabai
dan Sawi di Instalasi Tambak
Percobaan, Maranak

Menghomogenkan Plankton yang Membersihkan Ruangan Kultur


Dikultur Plankton

Menanam Cabai dan Sawi Pada Mencatat Suhu Ruangan Kultur


Media Pupuk Limbah Tambak di Plankton
Instalasi Tambak Percobaan,
Maranak

Meng-Oven Erlenmeyer Menyaring Sampel Air dengan


Kertas Saring

65 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Menambahkan EDTA Encer pada Menyaring Sampel Nitrat (NO₃) di
Kolom Reduksi Kolom Reduksi

Mencuci Botol Sampel

66 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
LAMPIRAN 4
JENIS PLANKTON YANG DIDAPATKAN SELAMA PRAKTEK KERJA
LAPANGAN

Gambar 5.31. Amphipora sp. Gambar 5.32. Apocyclops sp.

Gambar 5.33. Arthrospira sp. Gambar 5.34. Brachionus sp.

Gambar 5.35. Chaetoceros sp. Gambar 5.36. Chlorella sp.

Gambar 5.37. Coscinodiscus sp. Gambar 5.38. Euplotes sp.

67 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Gambar 5.39. Mesodinium sp. Gambar 5.40. Copepoda sp.

Gambar 5.41. Navicula sp. Gambar 5.42. Nitzschia sp.

Gambar 5.42. Oscillatoria sp. Gambar 5.43. Pediastrum sp.

Gambar 5.44. Thalasionnema sp. Gambar 5.45. Pleurosigma sp.

68 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Gambar 5.46. Ploeotia sp. Gambar 5.47. S. quadricauda sp.

Gambar 5.48. Acartia sp. Gambar 5.49. Triceratium sp.

Gambar 5.50. Favella sp. Gambar 5.51. Lecane sp.

Gambar 5.52. Diploneis sp. Gambar 5.53. Licmophora sp.

69 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Gambar 5.54. Surirella sp. Gambar 5.55. Biddulphia sp.

Gambar 5.56. Pseudoarmatus sp. Gambar 5.57. Tetrastrum sp.

Gambar 5.58. Protoperidinium sp. Gambar 5.59. Ceratium sp.

Gambar 5.60. Melosira sp. Gambar 5.61. Rhizosolenia sp.

70 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N
Gambar 5.62. Odontella sp. Gambar 5.63. Synechocysis sp.

Gambar 5.64. Centropyxis sp. Gambar 5.65. Eutetramorus sp.

Gambar 5.66. Skeletonema sp. Gambar 5.67. Gymnodinium sp.

Gambar 5.68. Gyrodinium sp.

71 | L A P O R A N P R A K T E K K E R J A L A P A N G A N

Anda mungkin juga menyukai