Anda di halaman 1dari 30

HASIL PENGABDIAN MASYARAKAT

PENYULUHAN DAMPAK PERNIKAHAN DINI PADA KESEHATAN REPRODUKSI


DI HUTA HOLBUNG KECAMATAN ANGKOLA MUARATAIS KABUPATEN
TAPANULI SELATAN TAHUN 2022

KETUA: LISNA KHAIRANI NASUTION, M.K.M

ANGGOTA:

1. NORMA YANTI RAMBE, M.K.M

2. YUNITA SARI

3. ASNIMAR

UNIT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) DARMAIS
PADANGSIDIMPUAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

1. Judul : Penyuluhan Dampak Pernikahan Dini Pada Kesehatan


CCCCCCCCCCCCCCCCCReproduksi Di Huta Holbung Kecamatan Angkola Muaratais
CVCCCCCCCCCCCCCCCKabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2022
2. Ketua Pelaksana
a. Ketua Pelaksana : Lisna Khairani Nasution, M.K.M
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIP/NIDN : 0109119101
d. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
e. Program Studi : Kesehatan Masyarakat Program Sarjana
f. Nomor Telp/Hp : 081362712302
g. Email : lisnakhairaninasution.09@gmail.com
3. Anggota : 3 Orang
a. Nama : Norma Yanti Rambe ,M.K.M
Yunita Sari
Asnimar
4. Jangka Waktu Kegiatan : 3 Bulan
5. Lokasi : Huta Holbung
6. Total Biaya : Rp. 3.000.000,-

Padangsidimpuan, April 2022


Mengetahui
Ketua STIKes Darmais Ketua Pelaksana
Padangsidimpuan

Elvi Suryani, SST, M.Kes Lisna Khairani Nasution, M.K.M


NIDN. 0104098901 NIDN. 0109119101

Menyetujui,
Kepala LPPM

Lena Juliana Harahap, M.K.M


NIDN. 0122078901
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat- NYA

penulis dapat menyusun laporan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan judul

“Penyuluhan Dampak Pernikahan Dini Pada Kesehatan Reproduksi Di Huta Holbung

Kecamatan Angkola Muaratais KabupatenTapanuli Selatan Tahun 2022 ”.

Laporan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini ditulis untuk melaksanakan

kegiatan Tri Darma Perguruan Tinggi di STIKes Darmais Kota Padangsidimpuan. Dalam

proses pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini penulis banyak mendapat bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah

membantu dan mendukung dalam penyelesaian laporan kegiatan pengabdian kepada

masyarakat ini.

Kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan guna perbaikan dimasa

datang. Semoga pengabdian kepada masyarakat ini bermanfaat bagi peningkatan kualitas

derajat kesehatan masyarakat. Amin

Padangsidimpuan, 21 April 2022


Penulis
YAYASAN PERGURUAN KARYA BUNDA LANGGA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DARMAIS PADANGSIDIMPUAN


LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Jalan Belibis No. 1 Perumahan Sopo Indah-Sigulang Kec. Padangsidimpuan Tenggara 22773
www.stikesdarmaispadangsidimpuan.ac.id Phone.082165331766

KEPUTUSAN KEPALA LPPM STIKES DARMAIS PADANGSIDIMPUAN


NOMOR : 024 /SDP84/PKM/ IV /2022
TENTANG

PENYULUHAN DAMPAK PERNIKAHAN DINI PADA KESEHATAN REPRODUKSI


DI HUTA HOLBUNG KECAMATAN ANGKOLA MUARATAIS KABUPATEN
TAPANULI SELATAN TAHUN 2022

KEPALA LPPM SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES DARMAIS


PADANGSIDIMPUAN

MENIMBANG : a. Bahwa dalam rangka pelaksanaan kegiatan Pengabdian Masyarakat


STIKes Darmais Padangsidimpuan melaksanakan Penyuluhan
Kesehatan.
b. Bahwa untuk maksud tersebut di atas, perlu dibentuk Kelompok
Pengabdian yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala
LPPM STIKes Darmais Padangsidimpuan

MENGINGAT :
1. Undang-undang No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
2. Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
3. Peraturan Pemerintah No. 60 th. 1999 tentang Pendidikan Tinggi;
4. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional
Pendidikan;
5. SK Mendiknas RI Nomor : 270/E/O/2011, tentang pendirian
STIKes Darmais Padangsidimpuan
6. Statuta STIKes Darmais Padangsidimpuan

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN :
PERTAMA : Keputusan Kepala LPPM tentang Kelompok Pengabdian Masyarakat
STIKes Darmais Padangsidimpuan tahun 2022
KEDUA : Mengangkat nama yang tertera pada lampiran Keputusan ini sebagai
Kelompok pengabdian kepada masyarakat STIKes Darmais
Padangsidimpuan
KETIGA : Penyuluhan Dampak Pernikahan Dini Pada Kesehatan Reproduksi
Di Huta Holbung Kecamatan Angkola Muaratais Kabupaten
Tapanuli Selatan Tahun 2022

KEEMPAT : Memberikan kewenangan dan tanggung jawab kepada nama yang


tertera pada lampiran Keputusan ini untuk menjalankan tugas dan
kewajibannya untuk kelancaran dan kesuksesan pelaksanaan
pengabdian kepada masyarakat STIKes Darmais Padangsidimpuan
KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di :Padangsidimpuan
Pada tanggal : 21 April 2022

Kepala LPPM

Lena Juliana Harahap, M.K.M


NIDN. 0122078901
Lampiran Surat Keputusan Kepala LPPM STIKes Darmais Padangsidimpuan
Nomor: 026 / SDP84 / PKM/ IV / 2022

PENYULUHAN DAMPAK PERNIKAHAN DINI PADA KESEHATAN REPRODUKSI


DI HUTA HOLBUNG KECAMATAN ANGKOLA MUARATAIS KABUPATEN
TAPANULI SELATAN TAHUN 2022

Penasehat : Agus Muda Nasution (Ketua Yayasan YPKBL)


Penanggung Jawab : Elvi Suryani, SST, M.Kes(Ketua STIKes Darmais)
Pengarah : Lena Juliana Harahap, M.K.M (Kepala LPPM STIKes Darmais)

Ketua : Lisna Khairani Nasution, M.K.M

Anggota : 1. Norma Yanti Rambe, M.K.M


2. Yunita Sari
3. Asnimar
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja adalah transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan

psikis. Masa remaja juga merupakan masa pematangan organ reproduksi manusia dan sering

disebut masa peralihan. Tanda-tanda remaja pada perempuan adalah mulai terjadinya

menstruasi sedangkan pada laki-laki adalah mulai mampu menghasilkan sperma. Remaja

diharapkan dapat menjalankan fungsi reproduksinya dengan tepat (Wulanuari, 2017).

Remaja adalah sebagai generasi penerus bangsa, dimana baik buruknya suatu bangsa

ke depan tergantung bagaimana kondisi remaja generasi muda saat ini. Dikatakan remaja

adalah mereka yang usianya antara 12-21 tahun. Jika kita lihat pada rentang usia tersebut,

maka dalam kaidah pendidikan formal mereka sedang menikmati bangku SMP, SMA dan

kuliah di perguruan tinggi. Predikat siswa/siswi disandang bagi yang masih SMP dan SMA,

sedang predikat mahasiswa/mahasiswi disandang bagi yang kuliah di perguruan tinggi

(Sarwono, 2011).

Jika keseluruhan sikap dan prilaku mereka positif, maka harapan bangsa ini begitu

cerah. Tapi jika sikap dan prilaku mereka hari ini negatif, sungguh suram masa depan bangsa

ini di masa mendatang. Problematika yang dihadapi remaja semakin beragam dalam berbagai

aspek, kenakalan remaja bukan lagi sebatas bolos sekolah atau melakukan pelanggaran

terhadap peraturan sekolah, namun sudah merambah ke arah tindak perilaku kriminal,

kekerasan, penggunaan NAFZA, dan bahkan pergaulan bebas/sex bebas (Hanum, 2015)

Pernikahan ialah momentum yang sangat berarti untuk setiap hidup manusia yang berupa

jalinan lahir batin antara seseorang laki-laki dan perempuan sebagai suami dan istri dengan

tujuan membentuk keluarga yang harmonis dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa. Selain mempersatukan dua orang yang berbeda, pernikahan akan secara otomatis

mengubah status keduanya. Undang-undang mengenai perkawinan tertera dalam Undang-

Undang No. 1 tahun 1974, pasal 7ayat menyatakan bahwa pekawinan dizinkan apabila pihak

pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita telah mencapai umur 16 tahun. Namun

dilakukan perubahan dan revisi kembali menjadi perkawinan bisa dilakukan apabila pihak

dari laki-laki dan pihak perempuan berusia minimal 19 tahun, kemudian dilanjut ayat 2 yang

menyatakan bahwa pernikahan masing-masing calon yang belum mencapai usia 21 tahun,

harus mendapatkan izin dari kedua orang tua. Kemudian, pihak Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) juga telah mengeluarkan aturan bahwa usia ideal

menikah pihak perempuan adalah 20-35 tahun dan 25-40 tahun untuk pihak pria (BKKBN,

2020).

Analisis Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) menyatakan sebanyak 3.000

perempuan pada usia 20-24 tahuh melakukan pernikahan pertama melakukan pernikahan

pertama sebelum berusia 15 tahun. Di sisi lain, pada 1 dari 100 laki-laki melakukan

pernikahan pertama pada usia 20-24 tahun yang terjadi di pedesaan maupun di kota.

Pernikahan dini bisa dikatakan sebagai pernikahan yang dilakukan oleh anak. Dalam

Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, penafsiran anak

merupakan seseorang yang wajib mendapatkan hak-hak yang kemudian hak- hak tersebut

bisa memjamin perkembangan serta pertumbuhan dengan baik secara rahasia, jasmaniah,

maupun sosial (Sangaji, 2017). Anak juga memiliki hak untuk memperoleh pelayanan untuk

mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, dan memperoleh perlindungan baik

dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan.

Pernikahan bukan hanya persoalan suatu perubahan status dan pengesahan kehidupan

bersama antara seorang laki-laki dan perempuan namun lebih dari itu, pernikahan merupakan

hubungan serta kegiatan yang sakral berbentuk penyatuan dua insan yang akan mengemban
tanggung jawab yang tidak mudah, sehingga diperlukan kedewasaan dari aspek usia,

kesehatan jasmani, psikologis, biologis, dan ekonomi dari kedua pasangan untuk

menjalaninya. Namun realitasnya masih ada ketidaksesuaian dengan yang di cantumkan

dalam aturan dan Undang- Undang (BPS, 2020).

Pada faktanya masih banyak terdapat warga di Indonesia yang masih melakukan

pernikahan dibawah umur dari ketentuan yang sudah dikeluarkan oleh Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), terutama warga yang terletak di pedesaan.

Bersumber pada informasi Child Marriage Report, bila diamati dari wilayah tempat tinggal

membuktikan jika kebiasaan pernikahan anak perempuan kemungkinan lebih besar terjadi di

perdesaan dibanding perkotaan, baik itu saat berusisa sebelum 18 tahun ataupun saat sebelum

umur 15 tahun. Pada tahun 2018, perempuan berusia 20-24 tahun di perdesaan akan

melaksanakan pernikahan pertamanya sebelum berusia 18 tahun, persentase lebih besar

ditunjukkan terdapat di perdesaan ialah sebesar 16, 87% sedangkan perkotaan sebesar 7,

15%. Sebaliknya untuk anak laki-laki, kurang lebih 1 dari 100 laki- laki berusia 20-24 tahun

pada tahun 2018 sudah melakukan pernikahan sebelum umur 18 tahun. Sama hal nya dengan

anak perempuan yang telah melakukan pernikahan dini, di daerah pedesaan juga mempunyai

jumlah yang tinggi untuk anak laki-laki yang melakukan pernikahan dini yakni sebesar

1,44% serta perkotaan yaitu 0,77% (Sahrizal, Handayani, P. S., & dkk, 2020).

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Undang-Undang yang

mengatur batasan usia dalam menikah tentunya dilandaskan berbagai hal. Pelaksanaan

pernikahan sebelum usia yang ditentukan memiliki resiko yang bisa dirasakan oleh pihak

perempuan maupun laki-laki. Ketidaksiapan anak pada usia yang belum siap menikah dapat

menyebabkan berbagai hal, misalnya putusnya pendidikan, menganggu kesehatan reproduksi,

perceraian pada usia muda, kekerasan dalam rumah tangga, dan lain sebagainya. Selain itu,

pernikahan dini juga menimbulkan dampak buruk secara mental atapun fisik. Terdapat
beberapa aspek yang menjadi pemicu atau faktor terjadinya pernikahan dini, antara lain

kebutuhan ekonomi, pendidikan rendah, kultur nikah muda, perkawinan yang diatur, dan seks

bebas pada remaja yang menyebabkan kehamilan sebelum menikah (Rokhim, 2016).

Faktor ekonomi dan kemiskinan menyebabkan orang tua tidak sanggup memenuhi kebutuhan

anaknya dan tidak mampu membiayai sekolah alhasil mereka memutuskan untuk menikahkan

anaknya dengan harapan sudah lepas tanggung jawab untuk membiayai kehidupan anaknya

ataupun dengan harapan anaknya bisa memperoleh kehidupan yang lebih baik. Faktor orang

tua menyetujui perkawinan di usia muda ini juga seringkali dikarenakan oleh kekhawatiran

orang tua akan terjadinya hamil diluar nikah sehingga mendorong anaknya untuk menikah

diusia yang masih belia (F Jannah., 2012).

Secara umum, pernikahan dini lebih kerap terjadi didalam kalangan keluarga kurang

mampu, walaupun tidak membantah bisa terjadi pula di kalangan keluarga ekonomi atas.

Selain itu, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) juga memberikan

arahan perihal umur minimum seseorang untuk melakukan pernikahan. Hal ini disebabkan

memperhitungkan dari berbagai aspek seperti, kesiapan reproduksi, biologis, dan psikis

(BKKBN, 2020).

Serupa adanya kemungkinan perceraian, kesehatan ibu dan anak saat melahirkan,

meningkatnya angka fertilitas serta banyak hal lainnya. Pada kesehatan mental yaitu saat

memasuki dunia rumah tangga yang mana terdapat hak serta kewajiban yang perlu dipenuhi

sebaik mungkin, sehingga keharmonisan dalam rumah tangga dapat terwujud. Dalam konteks

ini, dibutuhkan kesehatan mental dan tidak hanya bermodal cinta. Tidak sedikit pernikahan

yang dilakukan karena keterpaksaan, yang mana hal ini akan mempengaruhi keharmonisan

rumah tangga dikarenakan suami dan istri belum memiliki mental yang siap untuk menikah

di usia muda dan resiko terjadi perceraian akan semakin besar (Fitriyani, D., & dkk, 20).

Secara fisik remaja perempuan belum memiliki tulang panggul yang masih terlalu kecil
sehingga bisa membahayakan proses persalinan. Apabila dianalisis dampak negatif

perkawinan dini lebih banyak dari pada dampak positifnya (Hanum & Tukiman, 2015).

Adapun lokasi tujuan adalah Desa Huta Holbung adalah salah satu desa yang ada di

Kecamatan Angkola Muaratais Kabupaten Tapanuli Selatan yang sebagian besar penduduk

desa adalah bekerja sebagai petani mempunyai jumlah kepala keluarga 881 yang 64 %

merupakan Pasangan Usia Subur (PUS) dengan catatan dari kantor desa menikah di usia < 20

tahun (Profil Desa Huta Holbung).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pernikahan

2.1.1 Pengertian Pernikahan

Definisi pernikahan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan

kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa. Perkawinan di anggap sah apabila dilakukan

menurut hukum agamanya masing-masing dan kepercayaannya (pasal 2 ayat 1) dan tiap-tiap

perkawinan di catat menurut peraturan perundangan yang berlaku (pasal 2 ayat 2).

Pernikahan menciptakan kehidupan keluarga antara suami-istri dan anak serta orang tua agar

tercapai kehidupan aman, tentram (sakinah), pergaulan yang saling mencintai (mawadah),

dan saling menyantuni (rahmah). (Suparmi, 2017).

Perkawinan atau pernikahan adalah peristiwa ketika sepasang mempelai atau

pasangan suami-istri di pertemukan secara formal di hadapan penghulu, kepala agama

tertentu, para saksi, dan sejumlah hadirin untuk di sah kan secara resmi sebagai suami-istri

dengan upacara dan ritual tertentu. Kontrak moral yang konsekuensinya adalah martabat

manusia, suami atau istri harus memandang pasangan hidupnya sebagai anugerah dan amanat

sehingga sikap yang muncul bukan dominasi, tetapi saling berbagi dan memberi, kemudian

menjadi milik bersama. Perkawinan juga identik dengan universal dan sacramental

(Purwandari , 2011).

Usia menikah yang paling baik adalah dalam masa reproduksi sehat yaitu umur 20

tahun sampai dengan 30 tahun. Hal ini dilakukan dalam upaya persiapan kehamilan nantinya

bukanlah kehamilan dengan resiko (Medika, 2011). Menurut Undang-Undang perkawinan

No.1 tahun 1974, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami-istri, dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha Esa. Secara jasmani, perkawinan dalam usia

reproduksi sehat berarti siap secara fisik jika memperoleh keturunan (Purwandari, 2011).

Menurut Undang-Undang perkawinan No.1 tahun 1974, usia kawin minimal bagi pria

adalah 19 tahun dan bagi wanita adalah 16 tahun. Pasal 10 berisi pendewasaan usia

perkawinan di selenggarakan dalam rangka pembudayaan sikap dan perilaku masyarakat

untuk melaksanankan perkawinanan dalam usia ideal. Pasal 2 ayat 1 menyatakan bahwa usia

ideal perkawinan sebagaimana di maksud dalam pasal 10 dipertimbangkan dengan

memperhatikan faktor kesiapan fisik dan mental, kemandirian sikap dan kedewasaan

perilaku, derajat kesehatan, termasuk reproduksi sehat, serta pengetahuan tentang

perencanaan keluarga sejahtera (Purwandari, 2011). Menurut UU Perlindungan Anak No. 23

Tahun 2012, yaitu mereka yang belum berusia delapan belas tahun. Maka, siapapun yang

menikah di bawah batas usia tersebut bisa dibilang termasuk dalam pernikahan dini.

2.1.2 Tujuan Pernikahan

Tujuan pernikahan adalah membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

kekal berdasarkan pada ketuhanan yang maha Esa. Hakikat perkawinan berfungsi sebagai

batu pertama pembentukan keluarga karena perkawinan bukan semata-mata persatuan fisik

pria dan wanita. Menurut Charlie W.Shedd, makna perkawinan bukan mencari pribadi yang

tepat, tetapi lebih berarti menjadi pribadi yang tepat. Perkawinan bukan upacara, perkawinan

adalah hasil karya (Purwandari, 2011).

Menurut Kementrian Agama RI (2016), adapun tujuan pernikahan yaitu :

1. Menjaga diri dari perbuatan maksiat

2. Mengamalkan ajaran rasulullah saw

3. Memperbanyak jumlah umat islam

4. Membina rumah tangga yang islami & menerapkan syari’at


5. Mendapatankan kenyamanan

2.2 Pernikahan Usia Dini

2.2.1 Pengertian Pernikahan Usia Dini

Pernikahan usia dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh remaja 18 tahun yang

secara fisik, fisiologi dan psikologis belum memiliki kesiapan untuk memikul

tanggung jawab pernikahan (UNIFPA, 2006 dalam Dachlan, 2016).

Pernikahan usia dini adalah pernikahan yang terjadi dibawah usia 20 tahun dalam

keadaan belum matangnya mental seseorang remaja akan mempengaruhi penerimaan

kehamilannya, dimana sistem reproduksi remaja yang belum siap menerima kehamilan,

merasa tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa diri, terkadang

perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman atau lingkungan

masyarakat. Sejatinya, anak berusia di bawah umur belum bisa memahami mengenai

hubungan seks dan apa tujuannya. Mereka hanya melakukan apa yang diharuskan

pasangan terhadapnya tanpa memikirkan hal yang melatarbelakanginya melakukan itu.

Jika sudah demikian, anak akan merasakan penyesalan mendalam dalam hidupnya

(Sarwono, 2006).

Pernikahan usia dini adalah pernikahan yang di lakukan pada usia remaja (dibawah 16

tahun pada wanita dan di bawah 19 tahun pada pria). Pernikahan usia dini selain

mencerminkan rendahnya status wanita, juga merupakan tradisi tradisional yang menopang

tingginya tingkat kesuburan. Hal ini menyebabkan periode melahirkan yang di hadapi oleh

pengantin remaja relatif lebih panjang, disamping resiko persalinan yang semakin tinggi

karena secara fisik mereka belum siap melahirkan ( Romauli, 2012).

Penjelasan dari berbagai literatur menunjukkan bahwa pengertian pernikahan usia

dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh seseorang yang pada hakekatnya belum

mempunyai persiapan dan juga kematangan, baik kematangan secara psikologis maupun
kematangan sosial ekonomi (Nurhakhasanah, 2012).

2.2.2 Klasifikasi Usia Pernikahan

Mulia Kusuma (2000), mengklasifikasikan usia perkawinan ke dalam 4

golongan yaitu sebagai berikut:

1. Umur rata – rata perkawinan <17 tahun disebut perkawinan anak-anak (chall marrigae)

2. Umur 18-19 tahun disebut perkawinan berusia muda (early marrigae)

3. Umur 20-21 tahun disebut perkawinan pada usia dewasa (immaturity marigae)

4. Umur >22 tahun disebut perkawinan pada usia lanjut (late marrigae)

2.3 Dampak Pernikahan Usia Dini

Kehamilan yang terjadi pada usia kurang dari 17 tahun menimbulkan berbagai

dampak yang dapat dialami ibu dan bayi baik selama kehamilan, persalinan, maupun masa

nifas (Suparmi, 2017).

2.3.1 Dampak selama kehamilan

a. Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah dan muntah secara berlebihan.

b. Panggul sempit, penyulit ini sering ditemukan pada ibu hamil yang berusia kurang

dari 20 tahun, ketika kondisi panggul belum berkembang secara optimal.

c. Kelainanan letak (sungsang), hal ini merupakan dampak dari panggul ibu yang

sempit.

d. Abortus dapat terjadi secara sengaja (diinginkan oleh pasangan muda) atau secara

tidak sengaja akibat terkejut, cemas, dan stress.

e. Ketuban pecah dini (KPD), kondisi ini disebabkan karena panggul sempit dan

kelainan letak janin.

f. Plasenta previa.
2.3.2 Dampak selama persalinan

a. Ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun berisiko lebih tinggi menjalani

persalinan dengan persalinan buatan.

b. Persalinan lama. Hal ini terjadi karena sang ibu belum siap hamil dan melahirkan

sehingga menimbulkan rasa cemas pada diri ibu sendiri. Kondisi ini juga

disebabkan karena kelainan letak janin, kelainan panggul.

c. Bayi premature dan BBLR terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi

terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan. Ibu yang hamil

masih usia muda biasanya kurang memiliki pengetahuan mengenai gizi, sehingga

akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan

demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran premature dan berat

badan lahir rendah.

2.3.3 Dampak selama masa nifas

Salah satu dampak selama masa nifas pada ibu yang melahirkan pada usia muda

adalah infeksi puerperalis. Infeksi puerperalis adalah infeksi yang disebabkan oleh berbagai

kuman yang masuk kea lat genital ibu pada waktu persalinan dan nifas. Kondisi ini

disebabkan karena status sosial ekonomi yang buruk, nutrisi yang buruk, partus lama

terutama akibat ketuban pecah dini, dan lain sebagainya.

2.4 Upaya Pencegahan dan Penanganan Pernikan Usia Dini

2.4.1 Pencegahan

Menurut (Rismalinda, dkk, 2010) upaya yang dilakukan untuk pencegahan risiko

pernikahan dini adalah :

1. Orang tua perlu menyadari bahwa pernikahan dini bagi anaknya penuh resiko yang

membahayakan baik secara sosial, kejiwaan maupun kesehatan. Sehingga orangtua

perlu menghindari pernikahan pada remaja.


2. Remaja perlu diberi informasi tentang hak-hak reproduksinya dan resiko pernikahan

dini.

3. Bagi remaja yang belum menikah, kehamilan remaja dapat di cegah dengan cara

menghindarkan terjadinya senggama. Itu berarti remaja harus mengisi waktunya

dengan kegiatan-kegiatan yang akan member bekal hidupnya di masa depan.

2.4.2 Penanganan

Menurut (Romauli, 2012), upaya yang dapat dilakukan untuk penanganan pernikahan

dini adalah sebagai berikut :

a. Menetapkan usia pernikahan yang baik diatas 20 tahun dan melarang perkawinan

pada umur < 20 tahun agar wanita terhindar dari resiko tingginya angka kesakitan

dan kematian saat hamil dan melahirkan.

b. Meningkatkan pendidikan pada wanita dengan sekolah yang tinggi, wanita kini

diharapkan lebih berkreasi dan berkarya dalam kehidupannya agar kelak mapan

pendidikan.

c. Tidak terlalu memaksakan kehendak kepada anak, orang tua diharapkan dapat

menjadi panutan yang baik bagi anaknya oleh karena itu orang tua diharapkan

tidak memaksakan kehendak pada anaknya, dimana akibat pemaksaan kehendak

dapat memperburuk kehidupan anaknya dimasa yang akan datang.

d. Memberi penyuluhan tentang resiko pernikahan usia dini, penyuluhan yang harus

diberikan oleh petugas kesehatan kepada remaja baik disekolah-sekolah maupun

dirumah merupakan tanggung jawab semua pihak


BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. PERSIAPAN

Tahapan kegiatan ini terdiri dari tahapan persiapan dan tahapan pelaksanaan. tahapan

persiapan meliputi identifikasi masalah, yang dilakukan dengan teknik wawancara dan

observasi kemasyarakat di huta holbung. Tahapan pelakasanaan meliputi penyampaian materi

Penyuluhan Dampak Pernikahan Dini Pada Kesehatan Reproduksi Di Huta Holbung

Kecamatan Angkola Muaratais KabupatenTapanuli Selatan Tahun 2022

Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan PUS

dalam Dampak Pernikahan Dini Pada Kesehatan Reproduksi. Metode yang digunakan dalam

kegiatan berupa ceramah, diskusi dan tanya jawab. Media yang digunakan berupa poster.

B. PELAKSANAAN
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dilakukan dengan sasaran adalah PUS di Desa Huta

Holbung. Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan tentang

pernikahan dini pada kesehatan reproduksi dan dampak melakukanan pernikahan dini.

Kegiatan ini memiliki manfaat teoritis yang dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan

kepada masyarakat tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi.

Dosen dan mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu dan pengetahuannya terkait

dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi. Jenis pengabdian ini adalah promosi

kesehatan dengan pemberian informasi bagi seluruh masyarakat. Kegiatan ini dilaksanakan di

Desa Huta Holbung Kecamatan Angkola Muaratais. Populasi pengabdian ini adalah

masyarakat berjumlah 30 orang. Kegiatan ini digerakkan sebagai ketua tim Lisna Khairani

Nasution, SST, M.KM dan Normayanti Rambe SKM., M.K.M sebagai sekretaris, Yunita Sari

dan Asnimar sebagai anggota tim.


Bentuk kegiatan yang dilakukan yaitu penyuluhan kesehatan dalam meningkatkan

pengetahuan tentang pernikahan dini pada kesehatan reproduksi. Metode yang digunakan

dalam kegiatan ini berupa ceramah, diskusi dan tanya jawab. Media yang digunakan berupa

poster.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Kegiatan Pengabdian masyarakat dilakukan di lapangan terbuka dan mendatangi

rumah warga setelah masyarakat selesai melaksanakan pengajian mingguan. Penyuluhan

dilaksanakan selama 1 (satu) hari yaitu pada tanggal 13 April 2022, pada pukul 16.00 WIB

sampai dengan selesai di Huta Holbung Kecamatan Angkola Muaratais Kabupaten Tapanuli

Selatan. Materi disampaikan dengan memberikan penyuluhan serta bimbingan mengenai

Dampak Pernikahan Dini Pada Kesehatan Reproduksi untuk meminimalisir terjadinya

pernikahan dini dengan melibatkan mahasiswa STIKes Darmais Padangsidimpuan sebanyak

2 orang.

Tahapan kegiatan ini terdiri dari tahapan persiapan dan tahapan pelaksanaan. Tahapan

persiapan meliputi identifikasi masalah, yang dilakukan dengan teknik wawancara dan

observasi kemasyarakat di Huta Holbung. Tahapan pelakasanaan meliputi penyampaian

materi penyuluhan tentang peningkatan pengetahuan PUS tentang Dampak Pernikahan Dini

Pada Kesehatan Reproduksi di Huta Holbung. Metode yang digunakan dalam menyampaikan

materi adalah dengan metode ceramah, diskusi dan demontrasi.

B. PEMBAHASAN

Keberhasilan pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini dapat dilihat dari

respons positif dari peserta sosialisasi diukur melalui observasi selama sosialisasi

berlangsung dan dengan mengadakan diskusi yang menyangkut kesan, saran, kritik dan

usulan peserta sosialisasi. Meningkatkan pemahaman peserta sosialisasi mengenai bagaimana

menyikapi dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi, bagaimana pencegahan dan
komplikasi yang ditimbulkan ,dengan memberikan materi melalui media power point yang

disertai dengan gambar yang dapat menunjang kemampuan peserta sosialasisasi agar dapat

memahami dengan mudah terkait materi yang diberikan.

Program sosialisasi diberikan berupa pemberian materi dan diskusi mengenai dampak

pernikahan dini pada kesehatan reproduksi di Huta Holbung dan dapat diselenggarakan

dengan lancar. Kegiatan sosialisasi mendapat sambutan yang sangat baik. Selama

pelaksanaan program sosialisasi ini mulai tahap persiapan sampai pelaksanaannya, dapat

kami sampaikan temuan-temuan yang diperoleh dilapangan dimana antusiasme dari aparat

Desa serta masyarakat desa di desa Huta Holbung sangat tinggi, menyambut degan baik

tawaran kerjasama sebagai mitra dalam pengabdian masyarakat ini. Pihak Kepala Desa

berharap program sosialisasi ini bisa dilaksanakan secara reguler dan berkala di tahun-tahun

berikutnya.

Materi sosialisasi yang diberikan sangat sesuai dengan keadaan remaja di Desa Huta

Holbung, yaitu masih kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya remaja mengenai

dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi. Materi ini benar-benar memberikan

edukasi terkait bagaimana cara berperilaku hidup bersih dan sehat dan mengatur pola pikir,

sehingga terhindar dari stress dan bibit – bibit penyakit yang tidak diinginkan. Situasi dan

kondisi sosialisai sangatlah kondusif dan memberikan kenyamanan bagi peserta pelatihan.

Hal ini tentu saja didukung dengan kerjasama dengan masyarakat.

Potensi dan kemampuan tingkat pemahaman masyarakat remaja Huta Holbung

terlihat baik, terbukti dari proses tanya jawab yang berlangsung pada saat pemberian materi.

Kegiatan sosialisasi oleh peserta dinilai sangat bermanfaat sehingga mereka mengharapkan

agar ada kegiatan lanjutan. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut maka kegiatan sosialisasi

sejenis ini perlu terus dilakukan mengingat pentingnya untuk berperilaku hidup bersih dan

sehat sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan ini berjalan lancar dan diterima antusias oleh

peserta yang terlihat dari banyaknya ibu yang bertanya seputar informasi mengenai dampak

pernikahan dini dengan terlaksana pengabdian masyarakat dengan topik ”Dampak

pernikahan dini pada kesehatan reproduksi ” di Desa Huta Holbung dapat ditarik kesimpulan

Sosialisasi dapat diterima oleh masyarakat, khususnya remaja Desa Huta Holbung,

antusiasme mereka sangat luar biasa dalam mengikuti sosialisasi ini sehingga program ini

dapat dilanjutkan.

.
B. SARAN
1. Saran terhadap masyarakat untuk terus aktif dalam menggali pengetahuan terkait
bagaimana pola hidup yang baik sehingga dapat terhindar dari penyakit reproduksi.

2. Saran untuk aparat Desa lebih ditingkatkan pelatihan-pelatihan dan sosialisasi tentang
bagaimana mengetahun dampak pernikahan usia dini terhadap kesehatan alat
reproduksi, kegiatan olahraga teratur dan gaya hidup sehat, sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2020). Pencegahan Perkawinan Anak ; Percepatan yang Tidak Bisa
Ditunda. x–xii.
BKKBN. (2017). Usia Pernikahan Ideal 21-25 tahun. Retrieved
fromhttps://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-usia-pernikahan-ideal-21-25tahun
F., Jannah. (2012). Pernikahan Dini danImplikasinya terhadap Kehidupan Keluarga Madura
(perspektif gender). Egalita, 7(1).
Fitriyani, D., Nugraha, G. I., Husin, F., Mose, J. C., Sunjaya, D. K., & Sukandar, H.(n.d.).
(2017) Kajian Kualitatif Faktor-Faktor yang Memengaruhi Remaja Perempuan.
IJEMC, 41–43.
Hanum, Y., & Tukiman. (2015). Dampak Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan Alat
Reproduksi Keluarga Sehat Sejahtera, 13(26), 36–43.
Sahrizal, N., Handayani, P. S., Chamami, A., & dkk. (2020). Pencegahan Perkawinan Anak:
Percepatan yang Tidak Bisa Ditunda. Jakarta: PUSKAPA.
Sangaji, I. S. (2017). Analisi Dampak Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan Reproduksi
Kecamatan pada Remaja Putri Gamping Kabupaten Sleman. UNISA Yogyakarta.
Retrieved
Sarwono Sarwono, S. W. (2011). Psikologi Remaja. In from Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wulanuari, Kanella Ayu, Anggi Napida Anggraini, and Suparman Suparman. (2017). Faktor-
Faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Dini pada Wanita. Jurnal Ners dan
Kebidanan Indonesia 5.1 (2017): 68-75.10. Djamilah,
BIAYA

PENGABDIAN REKAPITULASI BIAYA YANG

DIUSULKAN

NO. URAIAN JUMLAH (Rp)


1. Gaji Rp. 400.000,-
2. Bahan/ perangkat penunjang/ peralatan Rp.1.800.000,-
3. Perjalanan Rp. 350.000,-
4. Pengumpulan, pengolahn data, Laporan Rp. 450.000,-
Jumlah Biaya Rp. 3.000.000,-

1. Gaji dan Upah


No. Pelaksanan Kegiatan Biaya (Rp)
1 Ketua Tim Pengabdian -
2 Pelaksana Rp. 400.000
3 Tekhnisi -
4 Tenaga Harian -
Jumlah Biaya Rp. 400.000-

2. Bahan/ perangkat penunjang/ peralatan


No. Bahan Volume Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)
1. Leaflet 50 Rp. 5.000 Rp. 250.000,-
2. Spanduk 1 Rp. 200.000,- Rp. 200.000,-
3. Snake dan minum 50 Rp. 20.000,- Rp.1.000.000,-
4. Undangan 50 Rp. 2.000,- Rp. 100.000,-
5. Door Prize 5 Rp. 50.000,- Rp. 250.000,-
Jumlah Biaya Rp.1.800.000,-

3. Perjalanan
No. Jenis Volume Biaya Satuan Biaya (Rp)
(Rp)
Biaya perjalanan Rp.350.000,- Rp. 350.000,-
survey dan transport
Jumlah Biaya Rp. 350.000,-

4. Pengumpulan, Pengolahan data, Laporan, Publikasi, Seminar


No. Tujuan Volu Biaya Satuan Biaya (Rp)
me (Rp)
1. Cetak lembar balik 1 Rp. 150.000,- Rp. 150.000-
2. Pembuatan proposal 3 Rp. 50.000,- Rp. 150.000,-
3. Pembuatan laporan hasil 3 Rp. 50.000,- Rp. 150.000,-
Jumlah Biaya Rp.
450.000,-
BIAYA PENGABDIAN REKAPITULASI BIAYA YANG DISETUJUI

NO. URAIAN JUMLAH (Rp)


1. Gaji Rp. 400.000,-
2. Bahan/ perangkat penunjang/ peralatan Rp.1.800.000,-
3. Perjalanan Rp. 350.000,-
4. Pengumpulan, pengolahan data, Laporan, Rp. 450.000,-
Jumlah Biaya Rp. 3.000.000,-

1. Gaji dan Upah


No. Pelaksanan Kegiatan Biaya (Rp)
1 Ketua Tim Pengabdian -
2 Pelaksana Rp. 400.000
3 Tekhnisi -
4 Tenaga Harian -
Jumlah Biaya Rp. 400.000-

2. Bahan/ perangkat penunjang/ peralatan


No. Bahan Volume Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)
1. Leaflet 50 Rp. 5.000 Rp. 250.000,-
2. Spanduk 1 Rp. 200.000,- Rp. 200.000,-
3. Snake dan minum 50 Rp. 20.000,- Rp.1.000.000,-
4. Undangan 50 Rp. 2.000,- Rp. 100.000,-
5. Door Prize 5 Rp. 50.000,- Rp. 250.000,-
Jumlah Biaya Rp.1.800.000,-

3. Perjalanan
No. Jenis Volume Biaya Satuan Biaya (Rp)
(Rp)
Biaya perjalanan Rp.350.000,- Rp. 350.000,-
survey dan transport
Jumlah Biaya Rp. 350.000,-

4. Pengumpulan, Pengolahan data, Laporan, Publikasi, Seminar


No. Tujuan Volume Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)
1. Cetak lembar balik 1 Rp. 150.000,- Rp. 150.000-
2. Pembuatan proposal 3 Rp. 50.000,- Rp. 150.000,-
3. Pembuatan laporan hasil 3 Rp. 50.000,- Rp. 150.000,-
Jumlah Biaya Rp. 450.000,-
YAYASAN PERGURUAN KARYA BUNDA LANGGA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DARMAIS PADANGSIDIMPUAN


LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Jalan Belibis No. 1 Perumahan Sopo Indah-Sigulang Kec. Padangsidimpuan Tenggara 22773
www.stikesdarmaispadangsidimpuan.ac.id Phone.082165331766
SURAT PERINTAH TUGAS
Nomor: 024/SDP84/PKM/IV/2022

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Lena Juliana Harahap, SKM, M.K.M
Jabatan : Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)

Dengan ini menugaskan:


No Nama NIDN/NIM Tugas
1. Lisna Khairani Nasution, M.K.M 0109119101 Ketua
2 Norma Yanti Rambe, M.K.M 0114118901 Anggota
3. Yunita Sari 2084201033 Anggota

4. Asnimar 2084201037 Anggota

Untuk mengikuti melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Huta


Holbung. Apabila selesai melaksanakan tugas tersebut supaya dilaporkan kepada kami.

Padangsidimpuan, 21 April 2022


Kepala LPPM

Lena Juliana Harahap, SKM, M.K.M


NIDN. 0122078901
YAYASAN PERGURUAN KARYA BUNDA LANGGA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DARMAIS PADANGSIDIMPUAN
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Jalan Belibis No. 1 Perumahan Sopo Indah-Sigulang Kec. Padangsidimpuan Tenggara 22773
www.stikesdarmaispadangsidimpuan.ac.id Phone.082165331766
Padangsidimpuan, 17April 2022

No : 024/SDP84/PKM/IV/2022
Perihal : Permohonan

Kepada Yth:
Kepala Desa Huta Holbung
di-
Tempat

Dengan hormat,
Sehubungan dengan adanya rencana pengabdian masyarakat Prodi Kesehatan Masyarakat
Program Sajana STIKes Darmais Padangsidimpuan, maka bersama surat ini kami memohon izin
kepada Bapak/Ibu untuk dapat melaksanakan penyuluhan peningkatan pengetahuan PUS dalam
memilih jenis kontrasepsi untuk meminimalisir efek samping di Huta Holbung Kecamatan Angkola
Muaratais Kabupaten Tapanuli Selatan yang akan dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal : Kamis/ 21 April 2022


Pukul : 19.00 WIB
Tempat : Desa Huta Holbung

Demikian surat permohonan ini. Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan
terimakasih.
Padangsidimpuan, 17 April 2022
Kepala LPPM

Lena Juliana Harahap, SKM, M.K.M


NIDN. 0122078901

Tembusan :
1. Yayasan Perguruan Karya Bunda Langga
2. Ketua STIKes Darmais
PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN
KECAMATAN ANGKOLA SELATAN
KELURAHAN NAPA

SURAT KETERANGAN
No: 142/ 1039 /2022

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Anton Putra Bungsu Harahap
Jabatan : Kepala Desa Huta Holbung
Unit Kerja : Kepala Desa Huta Holbung

Menerangkan bahwa pengabdian masyarakat penyuluhan tentang Penyuluhan


Dampak Pernikahan Dini Pada Kesehatan Reproduksi Di Huta Holbung Kecamatan Angkola
Muaratais KabupatenTapanuli Selatan Tahun 2022 telah selesai dilaksanakan oleh:
No Nama NIDN/NIM Tugas
1. Lisna Khairani Nasution, M.K.M 0109119101 Ketua
2 Norma Yanti Rambe, M.K.M 0114118901 Anggota
3. Yunita Sari 2084201033 Anggota
4. Asnimar 2084201037 Anggota

Demikian surat keterangan ini kami sampaikan, untuk dapat dipergunakan


sebagaimana mestinya.

Huta Holbung, 21April 2022


Kepala Desa Huta Holbung

Anton Putra Bungsu Harahap


DAFTAR HADIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Tempat : Desa Huta Holbung


Hari/Tgl: Rabu 13 April 2022
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai