ANGGOTA:
2. YUNITA SARI
3. ASNIMAR
Menyetujui,
Kepala LPPM
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat- NYA
penulis dapat menyusun laporan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan judul
kegiatan Tri Darma Perguruan Tinggi di STIKes Darmais Kota Padangsidimpuan. Dalam
proses pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
masyarakat ini.
Kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan guna perbaikan dimasa
datang. Semoga pengabdian kepada masyarakat ini bermanfaat bagi peningkatan kualitas
MENGINGAT :
1. Undang-undang No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
2. Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
3. Peraturan Pemerintah No. 60 th. 1999 tentang Pendidikan Tinggi;
4. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional
Pendidikan;
5. SK Mendiknas RI Nomor : 270/E/O/2011, tentang pendirian
STIKes Darmais Padangsidimpuan
6. Statuta STIKes Darmais Padangsidimpuan
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
PERTAMA : Keputusan Kepala LPPM tentang Kelompok Pengabdian Masyarakat
STIKes Darmais Padangsidimpuan tahun 2022
KEDUA : Mengangkat nama yang tertera pada lampiran Keputusan ini sebagai
Kelompok pengabdian kepada masyarakat STIKes Darmais
Padangsidimpuan
KETIGA : Penyuluhan Dampak Pernikahan Dini Pada Kesehatan Reproduksi
Di Huta Holbung Kecamatan Angkola Muaratais Kabupaten
Tapanuli Selatan Tahun 2022
Ditetapkan di :Padangsidimpuan
Pada tanggal : 21 April 2022
Kepala LPPM
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan
psikis. Masa remaja juga merupakan masa pematangan organ reproduksi manusia dan sering
disebut masa peralihan. Tanda-tanda remaja pada perempuan adalah mulai terjadinya
menstruasi sedangkan pada laki-laki adalah mulai mampu menghasilkan sperma. Remaja
Remaja adalah sebagai generasi penerus bangsa, dimana baik buruknya suatu bangsa
ke depan tergantung bagaimana kondisi remaja generasi muda saat ini. Dikatakan remaja
adalah mereka yang usianya antara 12-21 tahun. Jika kita lihat pada rentang usia tersebut,
maka dalam kaidah pendidikan formal mereka sedang menikmati bangku SMP, SMA dan
kuliah di perguruan tinggi. Predikat siswa/siswi disandang bagi yang masih SMP dan SMA,
(Sarwono, 2011).
Jika keseluruhan sikap dan prilaku mereka positif, maka harapan bangsa ini begitu
cerah. Tapi jika sikap dan prilaku mereka hari ini negatif, sungguh suram masa depan bangsa
ini di masa mendatang. Problematika yang dihadapi remaja semakin beragam dalam berbagai
aspek, kenakalan remaja bukan lagi sebatas bolos sekolah atau melakukan pelanggaran
terhadap peraturan sekolah, namun sudah merambah ke arah tindak perilaku kriminal,
kekerasan, penggunaan NAFZA, dan bahkan pergaulan bebas/sex bebas (Hanum, 2015)
Pernikahan ialah momentum yang sangat berarti untuk setiap hidup manusia yang berupa
jalinan lahir batin antara seseorang laki-laki dan perempuan sebagai suami dan istri dengan
tujuan membentuk keluarga yang harmonis dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa. Selain mempersatukan dua orang yang berbeda, pernikahan akan secara otomatis
Undang No. 1 tahun 1974, pasal 7ayat menyatakan bahwa pekawinan dizinkan apabila pihak
pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita telah mencapai umur 16 tahun. Namun
dilakukan perubahan dan revisi kembali menjadi perkawinan bisa dilakukan apabila pihak
dari laki-laki dan pihak perempuan berusia minimal 19 tahun, kemudian dilanjut ayat 2 yang
menyatakan bahwa pernikahan masing-masing calon yang belum mencapai usia 21 tahun,
harus mendapatkan izin dari kedua orang tua. Kemudian, pihak Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) juga telah mengeluarkan aturan bahwa usia ideal
menikah pihak perempuan adalah 20-35 tahun dan 25-40 tahun untuk pihak pria (BKKBN,
2020).
perempuan pada usia 20-24 tahuh melakukan pernikahan pertama melakukan pernikahan
pertama sebelum berusia 15 tahun. Di sisi lain, pada 1 dari 100 laki-laki melakukan
pernikahan pertama pada usia 20-24 tahun yang terjadi di pedesaan maupun di kota.
Pernikahan dini bisa dikatakan sebagai pernikahan yang dilakukan oleh anak. Dalam
Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, penafsiran anak
merupakan seseorang yang wajib mendapatkan hak-hak yang kemudian hak- hak tersebut
bisa memjamin perkembangan serta pertumbuhan dengan baik secara rahasia, jasmaniah,
maupun sosial (Sangaji, 2017). Anak juga memiliki hak untuk memperoleh pelayanan untuk
Pernikahan bukan hanya persoalan suatu perubahan status dan pengesahan kehidupan
bersama antara seorang laki-laki dan perempuan namun lebih dari itu, pernikahan merupakan
hubungan serta kegiatan yang sakral berbentuk penyatuan dua insan yang akan mengemban
tanggung jawab yang tidak mudah, sehingga diperlukan kedewasaan dari aspek usia,
kesehatan jasmani, psikologis, biologis, dan ekonomi dari kedua pasangan untuk
Pada faktanya masih banyak terdapat warga di Indonesia yang masih melakukan
pernikahan dibawah umur dari ketentuan yang sudah dikeluarkan oleh Badan Koordinasi
Bersumber pada informasi Child Marriage Report, bila diamati dari wilayah tempat tinggal
membuktikan jika kebiasaan pernikahan anak perempuan kemungkinan lebih besar terjadi di
perdesaan dibanding perkotaan, baik itu saat berusisa sebelum 18 tahun ataupun saat sebelum
umur 15 tahun. Pada tahun 2018, perempuan berusia 20-24 tahun di perdesaan akan
ditunjukkan terdapat di perdesaan ialah sebesar 16, 87% sedangkan perkotaan sebesar 7,
15%. Sebaliknya untuk anak laki-laki, kurang lebih 1 dari 100 laki- laki berusia 20-24 tahun
pada tahun 2018 sudah melakukan pernikahan sebelum umur 18 tahun. Sama hal nya dengan
anak perempuan yang telah melakukan pernikahan dini, di daerah pedesaan juga mempunyai
jumlah yang tinggi untuk anak laki-laki yang melakukan pernikahan dini yakni sebesar
1,44% serta perkotaan yaitu 0,77% (Sahrizal, Handayani, P. S., & dkk, 2020).
mengatur batasan usia dalam menikah tentunya dilandaskan berbagai hal. Pelaksanaan
pernikahan sebelum usia yang ditentukan memiliki resiko yang bisa dirasakan oleh pihak
perempuan maupun laki-laki. Ketidaksiapan anak pada usia yang belum siap menikah dapat
perceraian pada usia muda, kekerasan dalam rumah tangga, dan lain sebagainya. Selain itu,
pernikahan dini juga menimbulkan dampak buruk secara mental atapun fisik. Terdapat
beberapa aspek yang menjadi pemicu atau faktor terjadinya pernikahan dini, antara lain
kebutuhan ekonomi, pendidikan rendah, kultur nikah muda, perkawinan yang diatur, dan seks
bebas pada remaja yang menyebabkan kehamilan sebelum menikah (Rokhim, 2016).
Faktor ekonomi dan kemiskinan menyebabkan orang tua tidak sanggup memenuhi kebutuhan
anaknya dan tidak mampu membiayai sekolah alhasil mereka memutuskan untuk menikahkan
anaknya dengan harapan sudah lepas tanggung jawab untuk membiayai kehidupan anaknya
ataupun dengan harapan anaknya bisa memperoleh kehidupan yang lebih baik. Faktor orang
tua menyetujui perkawinan di usia muda ini juga seringkali dikarenakan oleh kekhawatiran
orang tua akan terjadinya hamil diluar nikah sehingga mendorong anaknya untuk menikah
Secara umum, pernikahan dini lebih kerap terjadi didalam kalangan keluarga kurang
mampu, walaupun tidak membantah bisa terjadi pula di kalangan keluarga ekonomi atas.
Selain itu, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) juga memberikan
arahan perihal umur minimum seseorang untuk melakukan pernikahan. Hal ini disebabkan
memperhitungkan dari berbagai aspek seperti, kesiapan reproduksi, biologis, dan psikis
(BKKBN, 2020).
Serupa adanya kemungkinan perceraian, kesehatan ibu dan anak saat melahirkan,
meningkatnya angka fertilitas serta banyak hal lainnya. Pada kesehatan mental yaitu saat
memasuki dunia rumah tangga yang mana terdapat hak serta kewajiban yang perlu dipenuhi
sebaik mungkin, sehingga keharmonisan dalam rumah tangga dapat terwujud. Dalam konteks
ini, dibutuhkan kesehatan mental dan tidak hanya bermodal cinta. Tidak sedikit pernikahan
yang dilakukan karena keterpaksaan, yang mana hal ini akan mempengaruhi keharmonisan
rumah tangga dikarenakan suami dan istri belum memiliki mental yang siap untuk menikah
di usia muda dan resiko terjadi perceraian akan semakin besar (Fitriyani, D., & dkk, 20).
Secara fisik remaja perempuan belum memiliki tulang panggul yang masih terlalu kecil
sehingga bisa membahayakan proses persalinan. Apabila dianalisis dampak negatif
perkawinan dini lebih banyak dari pada dampak positifnya (Hanum & Tukiman, 2015).
Adapun lokasi tujuan adalah Desa Huta Holbung adalah salah satu desa yang ada di
Kecamatan Angkola Muaratais Kabupaten Tapanuli Selatan yang sebagian besar penduduk
desa adalah bekerja sebagai petani mempunyai jumlah kepala keluarga 881 yang 64 %
merupakan Pasangan Usia Subur (PUS) dengan catatan dari kantor desa menikah di usia < 20
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pernikahan
Definisi pernikahan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan
kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa. Perkawinan di anggap sah apabila dilakukan
menurut hukum agamanya masing-masing dan kepercayaannya (pasal 2 ayat 1) dan tiap-tiap
perkawinan di catat menurut peraturan perundangan yang berlaku (pasal 2 ayat 2).
Pernikahan menciptakan kehidupan keluarga antara suami-istri dan anak serta orang tua agar
tercapai kehidupan aman, tentram (sakinah), pergaulan yang saling mencintai (mawadah),
tertentu, para saksi, dan sejumlah hadirin untuk di sah kan secara resmi sebagai suami-istri
dengan upacara dan ritual tertentu. Kontrak moral yang konsekuensinya adalah martabat
manusia, suami atau istri harus memandang pasangan hidupnya sebagai anugerah dan amanat
sehingga sikap yang muncul bukan dominasi, tetapi saling berbagi dan memberi, kemudian
menjadi milik bersama. Perkawinan juga identik dengan universal dan sacramental
(Purwandari , 2011).
Usia menikah yang paling baik adalah dalam masa reproduksi sehat yaitu umur 20
tahun sampai dengan 30 tahun. Hal ini dilakukan dalam upaya persiapan kehamilan nantinya
No.1 tahun 1974, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami-istri, dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha Esa. Secara jasmani, perkawinan dalam usia
reproduksi sehat berarti siap secara fisik jika memperoleh keturunan (Purwandari, 2011).
Menurut Undang-Undang perkawinan No.1 tahun 1974, usia kawin minimal bagi pria
adalah 19 tahun dan bagi wanita adalah 16 tahun. Pasal 10 berisi pendewasaan usia
untuk melaksanankan perkawinanan dalam usia ideal. Pasal 2 ayat 1 menyatakan bahwa usia
memperhatikan faktor kesiapan fisik dan mental, kemandirian sikap dan kedewasaan
Tahun 2012, yaitu mereka yang belum berusia delapan belas tahun. Maka, siapapun yang
menikah di bawah batas usia tersebut bisa dibilang termasuk dalam pernikahan dini.
Tujuan pernikahan adalah membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan pada ketuhanan yang maha Esa. Hakikat perkawinan berfungsi sebagai
batu pertama pembentukan keluarga karena perkawinan bukan semata-mata persatuan fisik
pria dan wanita. Menurut Charlie W.Shedd, makna perkawinan bukan mencari pribadi yang
tepat, tetapi lebih berarti menjadi pribadi yang tepat. Perkawinan bukan upacara, perkawinan
Pernikahan usia dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh remaja 18 tahun yang
secara fisik, fisiologi dan psikologis belum memiliki kesiapan untuk memikul
Pernikahan usia dini adalah pernikahan yang terjadi dibawah usia 20 tahun dalam
kehamilannya, dimana sistem reproduksi remaja yang belum siap menerima kehamilan,
merasa tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa diri, terkadang
perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman atau lingkungan
masyarakat. Sejatinya, anak berusia di bawah umur belum bisa memahami mengenai
hubungan seks dan apa tujuannya. Mereka hanya melakukan apa yang diharuskan
Jika sudah demikian, anak akan merasakan penyesalan mendalam dalam hidupnya
(Sarwono, 2006).
Pernikahan usia dini adalah pernikahan yang di lakukan pada usia remaja (dibawah 16
tahun pada wanita dan di bawah 19 tahun pada pria). Pernikahan usia dini selain
mencerminkan rendahnya status wanita, juga merupakan tradisi tradisional yang menopang
tingginya tingkat kesuburan. Hal ini menyebabkan periode melahirkan yang di hadapi oleh
pengantin remaja relatif lebih panjang, disamping resiko persalinan yang semakin tinggi
dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh seseorang yang pada hakekatnya belum
mempunyai persiapan dan juga kematangan, baik kematangan secara psikologis maupun
kematangan sosial ekonomi (Nurhakhasanah, 2012).
1. Umur rata – rata perkawinan <17 tahun disebut perkawinan anak-anak (chall marrigae)
3. Umur 20-21 tahun disebut perkawinan pada usia dewasa (immaturity marigae)
4. Umur >22 tahun disebut perkawinan pada usia lanjut (late marrigae)
Kehamilan yang terjadi pada usia kurang dari 17 tahun menimbulkan berbagai
dampak yang dapat dialami ibu dan bayi baik selama kehamilan, persalinan, maupun masa
b. Panggul sempit, penyulit ini sering ditemukan pada ibu hamil yang berusia kurang
c. Kelainanan letak (sungsang), hal ini merupakan dampak dari panggul ibu yang
sempit.
d. Abortus dapat terjadi secara sengaja (diinginkan oleh pasangan muda) atau secara
e. Ketuban pecah dini (KPD), kondisi ini disebabkan karena panggul sempit dan
f. Plasenta previa.
2.3.2 Dampak selama persalinan
a. Ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun berisiko lebih tinggi menjalani
b. Persalinan lama. Hal ini terjadi karena sang ibu belum siap hamil dan melahirkan
sehingga menimbulkan rasa cemas pada diri ibu sendiri. Kondisi ini juga
c. Bayi premature dan BBLR terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi
terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan. Ibu yang hamil
masih usia muda biasanya kurang memiliki pengetahuan mengenai gizi, sehingga
akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan
Salah satu dampak selama masa nifas pada ibu yang melahirkan pada usia muda
adalah infeksi puerperalis. Infeksi puerperalis adalah infeksi yang disebabkan oleh berbagai
kuman yang masuk kea lat genital ibu pada waktu persalinan dan nifas. Kondisi ini
disebabkan karena status sosial ekonomi yang buruk, nutrisi yang buruk, partus lama
2.4.1 Pencegahan
Menurut (Rismalinda, dkk, 2010) upaya yang dilakukan untuk pencegahan risiko
1. Orang tua perlu menyadari bahwa pernikahan dini bagi anaknya penuh resiko yang
dini.
3. Bagi remaja yang belum menikah, kehamilan remaja dapat di cegah dengan cara
2.4.2 Penanganan
Menurut (Romauli, 2012), upaya yang dapat dilakukan untuk penanganan pernikahan
a. Menetapkan usia pernikahan yang baik diatas 20 tahun dan melarang perkawinan
pada umur < 20 tahun agar wanita terhindar dari resiko tingginya angka kesakitan
b. Meningkatkan pendidikan pada wanita dengan sekolah yang tinggi, wanita kini
diharapkan lebih berkreasi dan berkarya dalam kehidupannya agar kelak mapan
pendidikan.
c. Tidak terlalu memaksakan kehendak kepada anak, orang tua diharapkan dapat
menjadi panutan yang baik bagi anaknya oleh karena itu orang tua diharapkan
d. Memberi penyuluhan tentang resiko pernikahan usia dini, penyuluhan yang harus
A. PERSIAPAN
Tahapan kegiatan ini terdiri dari tahapan persiapan dan tahapan pelaksanaan. tahapan
persiapan meliputi identifikasi masalah, yang dilakukan dengan teknik wawancara dan
dalam Dampak Pernikahan Dini Pada Kesehatan Reproduksi. Metode yang digunakan dalam
kegiatan berupa ceramah, diskusi dan tanya jawab. Media yang digunakan berupa poster.
B. PELAKSANAAN
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dilakukan dengan sasaran adalah PUS di Desa Huta
Holbung. Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan tentang
pernikahan dini pada kesehatan reproduksi dan dampak melakukanan pernikahan dini.
Kegiatan ini memiliki manfaat teoritis yang dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan
dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi. Jenis pengabdian ini adalah promosi
kesehatan dengan pemberian informasi bagi seluruh masyarakat. Kegiatan ini dilaksanakan di
Desa Huta Holbung Kecamatan Angkola Muaratais. Populasi pengabdian ini adalah
masyarakat berjumlah 30 orang. Kegiatan ini digerakkan sebagai ketua tim Lisna Khairani
Nasution, SST, M.KM dan Normayanti Rambe SKM., M.K.M sebagai sekretaris, Yunita Sari
pengetahuan tentang pernikahan dini pada kesehatan reproduksi. Metode yang digunakan
dalam kegiatan ini berupa ceramah, diskusi dan tanya jawab. Media yang digunakan berupa
poster.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
dilaksanakan selama 1 (satu) hari yaitu pada tanggal 13 April 2022, pada pukul 16.00 WIB
sampai dengan selesai di Huta Holbung Kecamatan Angkola Muaratais Kabupaten Tapanuli
2 orang.
Tahapan kegiatan ini terdiri dari tahapan persiapan dan tahapan pelaksanaan. Tahapan
persiapan meliputi identifikasi masalah, yang dilakukan dengan teknik wawancara dan
materi penyuluhan tentang peningkatan pengetahuan PUS tentang Dampak Pernikahan Dini
Pada Kesehatan Reproduksi di Huta Holbung. Metode yang digunakan dalam menyampaikan
B. PEMBAHASAN
respons positif dari peserta sosialisasi diukur melalui observasi selama sosialisasi
berlangsung dan dengan mengadakan diskusi yang menyangkut kesan, saran, kritik dan
menyikapi dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi, bagaimana pencegahan dan
komplikasi yang ditimbulkan ,dengan memberikan materi melalui media power point yang
disertai dengan gambar yang dapat menunjang kemampuan peserta sosialasisasi agar dapat
Program sosialisasi diberikan berupa pemberian materi dan diskusi mengenai dampak
pernikahan dini pada kesehatan reproduksi di Huta Holbung dan dapat diselenggarakan
dengan lancar. Kegiatan sosialisasi mendapat sambutan yang sangat baik. Selama
pelaksanaan program sosialisasi ini mulai tahap persiapan sampai pelaksanaannya, dapat
kami sampaikan temuan-temuan yang diperoleh dilapangan dimana antusiasme dari aparat
Desa serta masyarakat desa di desa Huta Holbung sangat tinggi, menyambut degan baik
tawaran kerjasama sebagai mitra dalam pengabdian masyarakat ini. Pihak Kepala Desa
berharap program sosialisasi ini bisa dilaksanakan secara reguler dan berkala di tahun-tahun
berikutnya.
Materi sosialisasi yang diberikan sangat sesuai dengan keadaan remaja di Desa Huta
dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi. Materi ini benar-benar memberikan
edukasi terkait bagaimana cara berperilaku hidup bersih dan sehat dan mengatur pola pikir,
sehingga terhindar dari stress dan bibit – bibit penyakit yang tidak diinginkan. Situasi dan
kondisi sosialisai sangatlah kondusif dan memberikan kenyamanan bagi peserta pelatihan.
terlihat baik, terbukti dari proses tanya jawab yang berlangsung pada saat pemberian materi.
Kegiatan sosialisasi oleh peserta dinilai sangat bermanfaat sehingga mereka mengharapkan
agar ada kegiatan lanjutan. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut maka kegiatan sosialisasi
sejenis ini perlu terus dilakukan mengingat pentingnya untuk berperilaku hidup bersih dan
A. KESIMPULAN
Kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan ini berjalan lancar dan diterima antusias oleh
peserta yang terlihat dari banyaknya ibu yang bertanya seputar informasi mengenai dampak
pernikahan dini pada kesehatan reproduksi ” di Desa Huta Holbung dapat ditarik kesimpulan
Sosialisasi dapat diterima oleh masyarakat, khususnya remaja Desa Huta Holbung,
antusiasme mereka sangat luar biasa dalam mengikuti sosialisasi ini sehingga program ini
dapat dilanjutkan.
.
B. SARAN
1. Saran terhadap masyarakat untuk terus aktif dalam menggali pengetahuan terkait
bagaimana pola hidup yang baik sehingga dapat terhindar dari penyakit reproduksi.
2. Saran untuk aparat Desa lebih ditingkatkan pelatihan-pelatihan dan sosialisasi tentang
bagaimana mengetahun dampak pernikahan usia dini terhadap kesehatan alat
reproduksi, kegiatan olahraga teratur dan gaya hidup sehat, sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2020). Pencegahan Perkawinan Anak ; Percepatan yang Tidak Bisa
Ditunda. x–xii.
BKKBN. (2017). Usia Pernikahan Ideal 21-25 tahun. Retrieved
fromhttps://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-usia-pernikahan-ideal-21-25tahun
F., Jannah. (2012). Pernikahan Dini danImplikasinya terhadap Kehidupan Keluarga Madura
(perspektif gender). Egalita, 7(1).
Fitriyani, D., Nugraha, G. I., Husin, F., Mose, J. C., Sunjaya, D. K., & Sukandar, H.(n.d.).
(2017) Kajian Kualitatif Faktor-Faktor yang Memengaruhi Remaja Perempuan.
IJEMC, 41–43.
Hanum, Y., & Tukiman. (2015). Dampak Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan Alat
Reproduksi Keluarga Sehat Sejahtera, 13(26), 36–43.
Sahrizal, N., Handayani, P. S., Chamami, A., & dkk. (2020). Pencegahan Perkawinan Anak:
Percepatan yang Tidak Bisa Ditunda. Jakarta: PUSKAPA.
Sangaji, I. S. (2017). Analisi Dampak Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan Reproduksi
Kecamatan pada Remaja Putri Gamping Kabupaten Sleman. UNISA Yogyakarta.
Retrieved
Sarwono Sarwono, S. W. (2011). Psikologi Remaja. In from Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wulanuari, Kanella Ayu, Anggi Napida Anggraini, and Suparman Suparman. (2017). Faktor-
Faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Dini pada Wanita. Jurnal Ners dan
Kebidanan Indonesia 5.1 (2017): 68-75.10. Djamilah,
BIAYA
DIUSULKAN
3. Perjalanan
No. Jenis Volume Biaya Satuan Biaya (Rp)
(Rp)
Biaya perjalanan Rp.350.000,- Rp. 350.000,-
survey dan transport
Jumlah Biaya Rp. 350.000,-
3. Perjalanan
No. Jenis Volume Biaya Satuan Biaya (Rp)
(Rp)
Biaya perjalanan Rp.350.000,- Rp. 350.000,-
survey dan transport
Jumlah Biaya Rp. 350.000,-
No : 024/SDP84/PKM/IV/2022
Perihal : Permohonan
Kepada Yth:
Kepala Desa Huta Holbung
di-
Tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan adanya rencana pengabdian masyarakat Prodi Kesehatan Masyarakat
Program Sajana STIKes Darmais Padangsidimpuan, maka bersama surat ini kami memohon izin
kepada Bapak/Ibu untuk dapat melaksanakan penyuluhan peningkatan pengetahuan PUS dalam
memilih jenis kontrasepsi untuk meminimalisir efek samping di Huta Holbung Kecamatan Angkola
Muaratais Kabupaten Tapanuli Selatan yang akan dilaksanakan pada:
Demikian surat permohonan ini. Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan
terimakasih.
Padangsidimpuan, 17 April 2022
Kepala LPPM
Tembusan :
1. Yayasan Perguruan Karya Bunda Langga
2. Ketua STIKes Darmais
PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN
KECAMATAN ANGKOLA SELATAN
KELURAHAN NAPA
SURAT KETERANGAN
No: 142/ 1039 /2022