Anda di halaman 1dari 107

EVALUASI PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS

MASYARAKAT STOP BABS DI PUSKESMAS


LANJUT KECAMATAN SINGKEP PESISIR
KABUPATEN LINGGA
TAHUN 2020

SKRIPSI

Oleh:
M. FARHAN MAULANA
NIM: 16.01.1.202

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU


PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
HANG TUAH PEKANBARU
2020
EVALUASI PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS
MASYARAKAT STOP BABS DI PUSKESMAS
LANJUT KECAMATAN SINGKEP
PESISIR KABUPATEN LINGGA
TAHUN 2020

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

M. FARHAN MAULANA
NIM: 16.01.1.202

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU


PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
HANG TUAH PEKANBARU
2020
i
ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Yang bertandatangan dibawah ini:


Nama : M. FARHAN MAULANA
Nim : 16.01.1.202
Peminatan : PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU
Tahun Masuk : 2016

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam


penulisanSkripsi saya yang berjudul: “EVALUASI PROGRAM SANITASI
TOTAL BERBASIS MASYARAKAT STOP BABS DI PUSKESMAS
LANJUT KECAMATAN SINGKEP PESISIR KABUPATEN LINGGA
TAHUN 2020”,
Sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan tidak terdapat
karya/pendapat yang pernah ditulis/diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka
saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan. Demikian surat pernyataan ini
saya buat dengan sebenar-benarnya.

Pekanbaru, 29 September 2020


Yang membuat pernyataan

Matrai 6000

(M. FARHAN MAULANA)

iii
PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU
SKRIPSI
M.FARHAN MAULANA

EVALUASI PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT


STOP BABS DI PUSKESMAS LANJUT KECAMATAN SINGKEP
PESISIR KABUPATEN LINGGA TAHUN 2020
xiv +60 halaman + 5 tabel + 3 gambar + 7 lampiran

ABSTRAK

STBM adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter


melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. Berdasarkan data dari
Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2019 Kabupaten Lingga
termasuk tertinggi dengan 93% desa melaksankan STBM, atau sebanyak 76 desa
dari total 82 desa yang telah melaksanakan STBM. Mengevaluasi Program
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Stop BABS di Kecamatan Singkep Pesisir
Kabupaten Lingga Tahun 2019. Informan pada penelitian ini terdiri dari informan
Utama yaitu Plt.Kepala Puskesmas Lanjut, Penanggung Jawab UKM, Petugas
Kesehatan Lingkungan. Dan informan pendukung yaitu Kepala Desa Sedamai dan
Plt.Kepala Desa Berindat. Metode penelitian ini adalah penelitian Kualitatif
deskriptif dengan waawncara dan observasi. Hasil penelitian ini adalah SDM yang
cukup dalam menjalankan program STBM Stop BABS. Anggaran yang sudah
mencukupi dalam pelaksanaan program. Sarana Prasarana yang kurang memenuhi
kebutuhan petugas kesehatan. Kebijakan yang tidak sesuai dengan persyaratan
yang sudah ditetapkan. Program STBM telah dilakukan sosisalisasi untuk memicu
masyarakat agar tidak BAB Sembarangan yang bertujuan untuk mencapai
keadaan Open Defecation Free (ODF) dan Pemantaun dilakukan oleh pihak
puskesmas 3 bulan sekali. Adapun tidak tercapainya target dikarenakan tidak
adanya peraturan desa yang tetapkan untuk program STBM Stop BABS dan
kurangnya pengalaman petugas kesehatan. Hendaknya desa membuat peraturan
terkait program STBM dan pelatihan khusus petugas kesehatan.

Daftar Pustaka : 20 (2007-2019)


Kata Kunci : Evaluasi Program, STBM, Puskesmas Lanjut,
Singkep,
2020

iv
PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH
HEALTH PROMOTION AND BEHAVIORAL SCIENCE
UNDERGRADUATE THESIS

M.FARHAN MAULANA

EVALUATION OF THE COMMUNITY BASED TOTAL SANITATION


PROGRAM TO STOP BABS AT THE PUSKESMAS LANJUT SINGKEP
PESISIR DISTRICT LINGGA REGENCY IN 2020
xiv +60 pages + 5 tables + 3 pictures + 7 attachments

ABSTRACT

STBM is an approach to change hygienic and sanitary behavior through


community empowerment by means of triggering. Based on data from the Riau
Islands Provincial Health Office in 2019, Lingga Regency is among the highest
with 93% of villages implementing STBM, or as many as 76 villages out of a total
of 82 villages that have implemented STBM. Evaluating the Community-Based
Total Sanitation Program to Stop BABS in the Singkep Pesisir District, Lingga
Regency in 2019. The informants in this study consisted of the main informants,
namely the Acting Head of the Advanced Puskesmas, the Person in Charge of
UKM, the Environmental Health Officer. And the supporting informants were the
Village Head of Sedamai and the Acting Head of the Berindat Village. This
research method is descriptive qualitative research by means of interviews and
observations. The results of this study are sufficient human resources in carrying
out the STBM Stop BABS program. An adequate budget for program
implementation. Infrastructure that does not meet the needs of health workers.
Policies that are not in accordance with the requirements that have been set. The
STBM program has been carried out by socialization to encourage the community
not to have open defecation which aims to achieve an Open Defecation Free
(ODF) condition and monitoring is carried out by the puskesmas every 3 months.
The target was not achieved due to the absence of village regulations stipulating
the STBM Stop BABS program and the lack of experience of health workers. The
village should make regulations related to the STBM program and special
training for health workers.

References : 20 (2007-2019)
Keywords : Program Evaluation, STBM, Advanced Puskesmas, Singkep,
2020

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : M.Farhan Maulana


NIM : 16.01.1.202
Tempat/Tanggal lahir : Pekanbaru, 12 Juni 1999
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Jumlah Saudara : Anak ke 2 dari 3 Bersaudara
Alamat Rumah : Jl. Lembah Kapitan, Kecamatan Singkep, Lingga
Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 001 Singkep Barat (2004-2009)
: 2. SMP Negeri 02 Singkep (2010-2013)
: 3. SMA Negeri 02 Singkep (2013-2016)
: 4. STIKes Hang Tuah Pekanbaru (2016-2020)
Riwayat Pekerjaan : Belum Bekerja

Pekanbaru, 29 September 2020


Yang menyatakan

(M.Farhan Maulana)

vi
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-NYA, sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “EVALUASI PROGRAM SANITASI
TOTAL BERBASIS MASYARAKAT STOP BABS DI PUSKESMAS
LANJUT KECAMATAN SINGKEP PESISIR KABUPATEN LINGGA
TAHUN 2020”.
Skripsi ini merupakan salah satu tahapan untuk menyelesaikan pendidikan
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKes) Hang Tuah Pekanbaru.
Dalam penyusunan Skripsi ini, banyak terjadi kesulitan dan hambatan,
namun berkat dorongan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak sehingga
kami dapat menyelesaikan Skripsi ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu
perkenankan kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Seluruh keluarga yang sangat peneliti cintai, ayah, ibunda, abang, dan adik
terimakasih peneliti ucapkan yang sebesar–besarnaya telah memberikan
dukungan moril maupun materil kepada penulis.
2. Bapak H. Ahmad Hanafi, SKM., M.Kes selaku Ketua STIKes Hang Tuah
Pekanbaru.
3. Bapak Ahmad Satria Efendi, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi
Sarjana Kesehatan Masyarakat STIKes Hangtuah Pekanbaru.
4. Ibu Riri Maharani, SKM., M.Kes selaku Ketua Peminatan Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku.
5. Ibu Yessica Devis, S.I.kom., M.Kes selaku Dosen Pembimbing 1 yang
memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk selama menyelesaikan
skripsi ini.

vii
6. Ibu Alhidayati, SKM., M.Kes selaku Dosen Pembimbing 2 yang memberikan
bimbingan pengarahan dan petunjuk selama menyelesaikan skripsi ini.
7. Terima kasih Ibu Risa Amalia, S.I.Kom., M.I.kom selaku penguji 1 yang telah
memberikan bimbingan, masukan dan saran untu menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
8. Terima kasih Ibu Riri Maharani, SKM., M.Kes selaku penguji 2 yang telah
memberikan bimbingan, masukan dan saran untu menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
9. Seluruh Dosen dan Staff Prodi Kesehatan Masyarakat STIKes Hang Tuah
Pekanbaru yang telah memberikan ilmu, bantuan dan dukungan demi
kelancaran proses penulisan skripsi ini.
10. Puskesmas Lanjut Kab Lingga yang telah mengizinkan untuk melakukan
penelitian dan bersedia menjadi informan juga memberikan informasi
penelitian.
11. Terima kasih kepada orang terkasih Elsy Syafrina Putri yang telah membantu,
memberikan motivasi dan dukungan kepada peneliti dalam penyelesaian
skripsi ini.
12. Terima kasih kepada sahabat peneliti Piman Pasir, Erix Rohul, Amek Rongat,
Doni Sumpit, Bimbim bengkales, Ebeng Tembilahan, Pepen Rohil, Erizal
Petapahan, Ridho Tanjung, Napi Duri, Kade Kampau, Adit Duri, Renaldi
Ardiansyah, dan Dory Agustia yang telah memberikan dukungan penuh dalam
penyelesaian skripsi ini gasspoll.
Peneliti sangat menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kritik dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan untuk perbaikan di
masa yang akan datang. Akhirnya peneliti berharap skripsi ini dapat
bermanfaat untuk kita semua.

Pekanbaru, 17 Agustus 2020

viii
Peneliti

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT............................................................. iii
ABSTRAK....................................................................................................... iv
ABSTRACT...................................................................................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................... vi
KATA PENGANTAR.................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 3
C. Pertanyaan Penelitian.............................................................. 3
D. Tujuan Penelitian.................................................................... 4
1. Tujuan Umum.................................................................. 4
2. Tujuan Khusus................................................................. 4
E. Manfaat Penelitian.................................................................. 5
F. Ruang Lingkup....................................................................... 6

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN................................................... 7


A. STBM..................................................................................... 7
1. Definisi STBM................................................................ 7
2. Tujuan STBM.................................................................. 7
3. Prinsi – Prinsip STBM..................................................... 8
4. Indikator Outcame dan Output STBM............................ 9
5. Program STBM................................................................ 10
6. Pelaksanaan Program STBM........................................... 13
B. Pilar Pertama Stop BABS ...................................................... 15
1. Tahap Perencanaan ......................................................... 15
2. Pemicuan ......................................................................... 18
3. Pasca Pemicuan .............................................................. 20
C. Faktor yang Mempengaruhi program SBS............................. 21
1. Sumber daya manusia...................................................... 21
2. Sarana dan Prasarana....................................................... 22

ix
3. Anggaran.......................................................................... 22
4. Kebijakan......................................................................... 23
5. Metode............................................................................. 23
6. Sosialisasi........................................................................ 24
D. Evaluasi Program.................................................................... 24
1. Pengertian Evaluasi Program........................................... 24
2. Tujuan Evaliasi Program................................................. 25
E. Landasan Teori...................................................................... 26
F. Kerangka Berpikir.................................................................. 26
G. Penelitian Sejenis.................................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN............................................................ 28


A. Rancangan Penelitian.............................................................. 28
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................. 28
C. Subjek Penelitian.................................................................... 28
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional......................... 29
E. Instrumen Penelitian............................................................... 30
F. Teknik Pengolahan Data......................................................... 30
G. Analisis Data........................................................................... 31
H. Etik Penelitian......................................................................... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN................................................................. 33


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian....................................... 33
B. Hasil Penelitian....................................................................... 33

BAB V PEMBAHASAN........................................................................... 47
A. Keterbatasan Penelitian.......................................................... 47
B. Pembahasan............................................................................ 47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 55


A. Kesimpulan............................................................................. 55
B. Saran....................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 Penelitian Sejenis.................................................................................. 27
Tabel 2 Subjek Penelitian.................................................................................. 29
Tabel 3 Variabel Penelitian dan Definisi Istilah ............................................... 29
Tabel 4 Karakteristik Informan Penelitian.........................................................34
Tabel 5 Observasi Program STBM Stop BABS.................................................34

xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Komponen Pelaksanaan STBM................................................... 15
Gambar 2 Landasan Teori ........................................................................... 26
Gambar 3 Kerangka Berfikir........................................................................ 26

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Pra Riset dari Kampus


Lampiran 2 Surat Izin Riset dari Kampus
Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 4 Persetujuan Menjadi Informan
Lampiran 5 Pedoman Wawancara
Lampiran 6 Lembar Observasi
Lampiran 7 Matriks Wawancara
Lampiran 8 Lembar Konsultasi
Lampiran 9 Dokumentasi

xiii
DAFTAR SINGKATAN

AD : Anggaran Dasar
ADD : Anggaran Dasar Desa
AMPL : Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BABS : Buang Air Besar Sembarangan
BOK : Biaya Operasional Kesehatan
CLTS : Community Led Total Sanitation
CTPS : Cuci Tangan Pakai Sabun
KESJOA : Kesehatan Kerja dan Olahraga
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
MCK : Mandi, Cuci, Kakus
MMD : Musyawarah Mufakat Desa
MPAPHAST : Metodology Participatory Assesment Participatory
Hygiene And Sanitation Transformasi
ODF : Open Defecation Free
PAMMRT : Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga
PERBUP : Peraturan Bupati
PERDES : Peraturan Desa
PERGUB : Peraturan Gubernur
PERMENKES : Peraturan Menteri Kesehatan
PKK : Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
PLT : Pelaksana Tugas
PMB : Pemberdayaan Masyarakat Desa
PNPM : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
RPJPN : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

xiv
SBS : Stop Buang Air Besar Sembarangan
SDIDTK : Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
Anak
SDM : Sumber Daya Manusia
SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
SK : Surat Keputusan
SPM : Standar Pelayanan Minimal
STBM : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
UKBM : Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat
UKM : Unit Kesehatan Masyarakat
UPT : Unit Pelaksana Teknis

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
3 tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang disingkat
dengan STBM adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higienisdan saniter
melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. Stop Buang Air
Besar Sembarangan (BABS) ialah suatu kondisi ketika individu dalam
komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang air besar besar sembarangan
yang berpotensi menyebarkan penyakit. Penyelenggaraan STBM bertujuan
untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara
mandiri dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya (Kementrian Kesehatan, 2014).
STBM dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat dimana
masyarakat sadar, mau dan mampu untuk melaksanakan sanitasi total yang
timbul dari dirinya sendiri, bukan melalui paksaan. Melalui cara iniperubahan
perilaku tidak terjadi saat pelaksanaan program melainkan berlangsung
seterusnya (Depkes RI, 2008).
Pilar pertama program STBM adalah penerapan stop buang air besar
sembarangan (Stop BABS) yang merupakan suatu kondisi pada setiap individu
dalam lingkungan itu tidak lagi mengadopsi perilaku buang air besar
sembarangan, pilar pertama ini menjadi fokus utama dalam penerapan STBM
dikarenakan pada visi STBM terhadap tangga perubahan perilaku STBM
menunjukkan bahwa jika seluruh masyarakat tidak lagi berperilaku BABS
maka akan adanya rencana masyarakat dalam merubah perilaku higienis
lainnya, yang berarti bahwa jika stop buang air besar sudah diterapkan
sepenuhnya maka untuk perilaku higienis

1
2

ataupun penerapan pilar lainnya akan mengikuti hingga terciptanya sanitasi


total (PermenkesRI, 2014).
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima
pilar (Stop Buang Air Besar Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun,
Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga, Pengamanan Sampah
Rumah Tangga, dan Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga) akan
mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih serta
mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat.
Program STBM dengan pilar yang pertama yaitu Stop Buang Air
Besar Sembarangan (Stop BABS). Tertuju pada yang pertama dilakukan pada
Stop BABS karena pilar tersebut berfungsi sebagai pintu masuk menuju
sanitasi total serta merupakan upaya untuk memutus rantai kontaminasi
kotoran manusia terhadap air baku minum, makanan, dan lainnya. Program
STBM lebih menekankan pada perubahan perilaku masyarakat dengan
pemicuan menggunakan metode Metodology Participatory Assesmant
Participatpory Hygiene And Sanitation Transformasi (MPAPHAST).
Pemicuan dilakukan dengan cara menyediakan kepada masyarakat
dalam upaya memperbaiki keadaan sanitasi di lingkungan mereka hingga
mencapai kondisi Open Defecation Free (ODF). Kondisi ODF ditandai dengan
100% masyarakat yangsudah mempunyai akses BAB di jamban sendiri, tidak
adanya kotoran di lingkungan, serta masyarakat mampu menjaga keberhasilan
jamban (PermenkesRI, 2014).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau tahun
2019 didapatkan bahwa terdapat 85% desa yang telah memenuhi target
pelaksanakan STBM, yakni sebanyak 353 desa dari 416 desa yang telah
melaksanakan STBM. Sedangkan untuk capaian program desa stop BABS
masih 21% atau sebanyak 87 desa dari 416 desa.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau
tahun 2019 Kabupaten Lingga termasuk tertinggi dengan 93% desa
melaksankan STBM, atau sebanyak 76 desa dari total 82 desa yang telah
melaksanakan STBM. Untuk persentase desa di Kabupaten Lingga yang telah
3

melaksanakan BABS masih belum sesuai dengan target dari provinsi karena
capaian desa stop BABS masih 16% dari target sebesar 100%, atau sebanyak
13 desa dari total 82 desa yang telah ditetapkan.
Berdasarkan data kemajuan STBM dari Puskesmas Lanjut tahun 2020
Desa yang masih dalam proses Open Defecation Free (ODF) sebanyak 4 dari 6
desa di Kecamatan Singkep Pesisir. Untuk data dari desa yang belum di
verifikasi berjumlah 4 desa, sedangkan desa yang sudah di verifikasi berjumlah
2 desa.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan Kepala
Puskesmas Lanjut, pada tahun 2019 adanya pemegang program STBM yang
sesuai dengan bidang keahlian sehingga membuat program STBM tidak
berjalan dengan baik, kemudian dari permasalahan masyarakat yang didapat
yaitu sosial ekonomi masyarakat yang masih rendah sehingga masyarakat
masih melakukan kebiasaan BABS.
Berdasarkan hasil wawancara di atas peneliti tertarik untuk meneliti
permalahan tersebut mengenai Evaluasi Program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat Stop BABS di Puskesmas Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir
Kabupaten Lingga Tahun 2019.

B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan di latar belakang, objek penelitian yang akan di teliti
oleh penulis “Evaluasi program sanitasi total berbasis masyarakat stop BABS
di Puskesmas Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir Kabupaten Lingga”.

C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, pertanyaan yang akan diberikan
adalah:
1. Bagaimana ketersediaan SDM pemegang program STBM stop BABS di
Puskesmas Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir Kabupaten Lingga Tahun
2019?
4

2. Bagaimana ketersediaan sarana prasarana kegiatan program STBM stop


BABS di Puskesmas Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir Kabupaten Lingga
Tahun 2019?
3. Bagaimana ketersediaan anggaran kegiatan program STBM stop BABS di
Puskesmas Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir Kabupaten Lingga Tahun
2019?
4. Bagaimana aturan kebijakan program STBM stop BABS di Puskesmas
Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir Kabupaten Lingga Tahun 2020?
5. Bagaimana pelaksanaan Pra Pemicuan terhadap program STBM di
Puskesmas Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir Kabupaten Lingga Tahun
2019?
6. Bagaimana pelaksanaan Pemicuan terhadap program STBM di Puskesmas
Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir Kabupaten Lingga Tahun 2019?
7. Bagaimana pelaksanaan Pasca Pemicuan terhadap program STBM di
Puskesmas Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir Kabupaten Lingga Tahun
2019?

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengevaluasi Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Stop
BABS di Kecamatan Singkep Pesisir Kabupaten Lingga Tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya ketersediaan SDM pemegang program STBM stop
BABS di Puskesmas Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir Kabupaten
Lingga Tahun 2019.
b. Diketahuinya ketersediaan sarana dan prasarana program STBM
stop BABS di Puskesmas Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir
Kabupeten Lingga Tahun 2019.
c. Diketahuinya ketersediaan anggaran kegiatan program STBM stop
BABS di Puskesmas Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir Kabupaten
Lingga Tahun 2019.
5

d. Diketahuinya aturan kebijakan terhadap program STBM stop


BABS di Puskesmas Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir Kabupaten
Lingga Tahun 2019.
e. Diketahuinya pelaksanaan pra pemicuan terhadap program STBM
stop BABS di Puskesmas Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir
Kabupaten Lingga Tahun 2019.
f. Diketahuinya pelaksanaan pemicuan terhadap program STBM stop
BABS di Puskesmas Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir Kabupaten
Lingga Tahun 2019.
g. Diketahuinya pelaksanaan pasca pemicuan terhadap program
STBM stop BABS di Puskesmas Lanjut Kecamatan Singkep
Pesisir Kabupaten Lingga Tahun 2019.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui secara mendalam tentang STBM,
kesiapaan dalam menjalankan program STBM, faktor-faktor yang
membuat masyarakat sehingga tidak memanfaatkan fasilitas yang sudah
disediakan terutama Pilar Pertama Stop BABS di Kecamatan Singkep
Pesisir Kabupaten Lingga.
2. Bagi Masyarakat
Dengan adanya penelitian ini di harapkan kepada masyarakat agar
tahu seberapa pentingnya Buang Air Besar di Jamban dan dapat
berpatisipasi dalam program STBM.
3. Bagi Dinas Kesehatan
Sebagai suatu informasi bagi pihak Dinas Kesehatan dalam
mengambil suatu langkah dalam mengambil kebijakan untuk
menjalankan program STBM pilar pertama di puskesmas Lanjut.
4. Bagi Puskesmas Lanjut
Sebagai suatu informasi pelaksanaan program STBM Stop BABS
dalam mencapai kondisi desa ODF yang dilaksanakan di wilayah kerja
6

Puskesmas Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir Kabupaten Lingga Tahun


2019.
5. Bagi peneliti lain
Sebagai bahan acuan dan sarana informasi jika ada peneliti lain
yang ingin melanjutkan penelitian yang sama dengan penelitian ini.

F. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu dengan
rancangan bersifat deskriptif, Penelitian yang dilakukan dengan bertujuan
untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan perilaku responden dengan cara
objektif atau lisan.Kegiatan penelitian ini adalah sebuah aktifitas untuk
mengevaluasi program STBM stop BABS di puskesmas lanjut kecamatan
singkep pesisir kabupaten lingga tahun 2019. Hal tersebut guna untuk melihat
ketersediaan SDM, anggaran, sarana prasarana, kebijakan serta metode
pelaksanaan dari program agar dapat berjalan lancar sesuai dengan target di
Puskesmas Lanjut. Kegiatan ini dilaksanakan dengan melakukan observasi,
wawancara dan penelusuran dokumen kepada pihak Puskesmas Lanjut.
Sasaran dari penelitian ini adalah Kepala Puskesmas, Penanggung Jawab
UKM, Petugas Kesehatan Lingkungan, Kepala Desa dan salah satu warga
dari desa tersebut.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. STBM
1. Definisi STBM
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 3 tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang
disingkat dengan STBM adalah pendekatan untuk mengubah perilaku
higienisdan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara
pemicuan. Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) ialah kondisi
saat setiap individu dalam suatu kelompok tidak lagi melakukan perilaku
buang air besar besar sembarangan yang dapat menyebabkan
menyebarkan penyakit. Dalam penyelenggaraan ini bertujuan untuk
mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara
mandiri dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya (Kementrian Kesehatan, 2014).
STBM dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat dimana
masyarakat sadar, mau dan mampu untuk melaksanakan sanitasi total
yang timbul dari dirinya sendiri, bukan melalui paksaan. Melalui cara ini
diharapkan perubahan perilaku tidak terjadi pada saat pelaksanaan
program melainkan berlangsung seterusnya (Depkes RI, 2008)

2. Tujuan STBM
Tujuan STBM adalah untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi
yang tidak layak menjadi layak dengan melakukan pendekatan untuk
merubah perilaku yang baik dengan cara melalui pemberdayaan
masyarakat yang meliputi 3 komponen yaitu (1) menciptakan lingkungan
yang kondusif. (2)peningkatan kebutuhan dan permintaan sanitasi.
(3)peningkatan penyediaan sanitasi dan pengembangan inovasi sesuai
dengan konteks wilayah. Apabila dari salah satu komponen tidak ada
maka proses

7
8

pencapaian 5 (lima) Pilar STBM tidak berjalan dengan baik (Kementrian


Kesehatan, 2014).
Menurut (Arfiah et al., 2019) adapun tujuan dari penyelenggaraan
STBM untuk mewujudkan perilaku masyarakat menjadi higienis dan
saniter secara mandiri dengan tujuan untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Harapan pada tahun 2025, Indonesia
bisa mencapai sanitasi total untuk seluruh masyarakat yang mana sudah
dicantumkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN).

3. Prinsip-prinsip STBM
Prinsip-prinsip STBM adalah (Kementrian Kesehatan, 2014):
a. Tanpa subsidi
Masyarakat tidak menerima bantuan dari pemerintah atau
pihak yang lain untuk menyediakan sarana sanitasi dasarnya.
Penyediaan sarana sanitasi dasar adalah pertanggung jawaban
masyarakat. Sekiranya individu masyarakat yang belum mampu
menyediakan sanitasi dasar, maka diharapkan adanya kepeduliaan
dan kerjasama antar sektor dengan anggota masyarakat lain untuk
membantu mencarikan solusi.
b. Masyarakat sebagai pemimpin
Inisiatif pembangunan sarana sanitasi hendaknya berasal
dari masyarakat. Fasilitator maupun wirausaha sanitasi hanya
membantu memberikan masukan dan pilihan-pilihan solusi kepada
masyarakat untuk meningkatkan akses dan kualitas higiene dan
sanitasinya. Dalam semua kegiatan maupun pembangunan sarana
sanitasi dibuat oleh masyarakat. Sehingga ikut campur pihak luar
tidak diharapkan dan tidak diperbolehkan. Dalam praktiknya,
biasanya akan tercipta natural-natural leader di indonesia.
9

c. Tidak menggurui/memaksa
STBM tidak boleh disampaikan kepada masyarakat dengan
cara menggurui dan memaksa untuk memperaktikkan budaya
higiene dan sanitasi, apalagi dengan memaksa mereka membeli
jamban atau produk-produk STBM.
d. Totalitas seluruh komponen masyarakat
Seluruh komponen masyarakat harus terlibat dalam analisa
permasalahan perencanaan pelaksanaan serta pemanfaatan dan
pemeliharaan. Keputusan masyarakat dan pelaksanaan secara
kolektif adalah kunci dari keberhasilan program STBM.

4. Indikator Outcame dan Output STBM


Indikator Outcame dan Output STBM adalah sebagai berikut
(Depkes RI, 2008):
a. Indikator Outcome
Indokator outcomeyaitu menurunnya kejadian penyakit
diare dan penyakit-penyakit berbasis lingkungan lainnya yang
berkaitan dengan sanitasi dan perilaku.
b. Indikator Output
 Setiap individu dan komunitas yang memiliki akses
terhadap sarana sanitasi dasar mampu mewujudkan
komunitas yang bebas dari Buang Air Besar Sembarangan
tempat (ODF).
 Setiap rumah tangga sudah menerapkan pengelolaan air
minum dan makanan yang aman di rumah tangga.
 Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum di dalam
suatu tempat tersedianya fasilitas cuci tangan sehingga
semua orang mencuci tangan dengan baik dan benar.
 Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.
 Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.
10

5. Program STBM
Dalam pelaksanaan program STBM ada 5 pilar yang harus
dilaksanakan sesuai dengan urutan yang telah ditetapkan sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Lima pilar dalam program STBM tersebut yaitu
(Kementrian Kesehatan, 2014):
a. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)
Suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak
buang air besar sembarangan. Perilaku SBS diikuti dengan
penggunaan sarana sanitasi yang saniter berupa jamban baik dan
sehat.
Saniter ialah kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi
persyaratan kesehatan yaitu: 1)tidak mengakibatkan terjadinya
penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia
akibat pembuangan kotoran manusia; 2)dapat mencegah faktor
pembawa untuk menyebar sautu penyakit terhadap pemakai dan
lingkungan sekitarnya.
b. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
CTPS adalah perilaku cuci tangan yang menggunakan sabun
dan air bersih yang mengalir.
1) Langkah langkah pentingnya CTPS : a)Basahi kedua tangan
dengan air bersih mengalir; b)Basihi tangan dengan sabun
pada kedua telapak tangan sampai berbusa, kemudian gosok
kedua punggung tangan, jari jemari, kedua jempol, sampai
semua kena busa sabun; c)Bersihkan ujung jari dan sela jari
di bawah kuku; d)Bilas dengan air bersih yang mengalir
sambil menggosok kedua tangan sampai sisa sabun hilang;
e)Keringkan kedua tangan dengan menggunakan handuk
bersih, atau kertas tisu.
2) Waktu pentingnya CTPS, antara lain : a)Sebelum makan;
b)Sebelum membuat dan menghidangkan makanan;
11

c)Sebelum menyusui; d)Sebelum memberi makan


bayi/balita; e)Sesudah BAB dan kecil; f)Sesudah memegang
hewan/unggas.
3) Kriteria utama sarana CTPS : a)Air bersih yang mengalir;
b)Sabun atau antiseptik lainnya; c)Penampungan atau tempat
pembuangan air limbah yang aman.
c. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMMRT)
PAMMRT merupakan suatu proses pembuatan, penyimpanan,
dan penggunaan air minum dan pengelolaan makanan yang aman di
rumah tangga. Cara melakukan kegiatan dalam PAMM-RT, yaitu:
1) Pengolahan air aman : a)Apabila air baku keruh harus dilakukan
pengolahan awal; b)Pemaparan dengan gravitasi alami;
c)Penyaringan dengan kain; d)Pengendapan dengan bahan-bahan
kimia.
2) Pengelolaan air untuk minum
Pengolahan air minum di rumah tangga dilakukan dengan
mendapatkan kualitas air minum yang bersih. Cara pengolahan
yang disarankan berupa air untuk minum perlu diolah terlebih
dahulu untuk menghilangkan kuman dan penyakit melalui :
a)Filtrasi (penyaringan), contoh: biosand filter, keramik filter, dan
sebagainya; b)Klorinasi, contoh : klorin cair, klorin tablet, dan
sebagainya; c)Koagulasi dan flokulasi(penggumpalan), contoh:
bubuk koagulan; d)Desinfeksi, contoh: merebus, sodis (Solar
Water Disinfection)
d. Pengamanan Sampah Rumah Tangga
Tujuan Pengamanan Sampah Rumah Tangga ialah untuk
menghindari penyimpanan sampah dalam rumah dengan cepat
menangani sampah.Pengamanan sampah yang aman merupakan
pengumpulan, pengangkutan, pemprosesan, pendaur-ulangan atau
pembuangan dari bentuk sampah dengan cara yang tidak
membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan.
12

Kegiatan pengamanan sampah rumah tangga dapat digunakan


dengan : 1) sampah tidak boleh ada dalam rumah dan dibuang setiap
harinya; 2) dilakukan pemilahan dalam bentuk pengumpulan dan
pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan sifat sampah;
3)pemilahan sampah dilakukan dengan 2 (dua) jenis sampah, yaitu
organik dan nonorganik. Untuk itu perlu disediakan tempat
pembuangan sampah yang berbeda dengan jenis sampah tersebut.
Tempat sampah harus tertutup rapat; 4) pengumpulan sampah
dilakukan dengan pengambilan dan pemindahan sampah dari rumah
ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah;
5)sampah yang sudah dikumpulkan di tempat penampungan
sementara atau tempat pengolahan sampah diangkut ke tempat
penyelesaian akhir.
e. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga
Proses pengamanan limbah cair yang aman untuk menghindari
terjadinya genangan air limbah yang berdampak menimbulkan
penyakit berbasis lingkungan. Untuk melancarkan limbah cair rumah
tangga diperlukan sarana berupa sumur resapan dan tempat
pembuangan air limbah rumah tangga. Limbah cair rumah tangga
berupa tinja dan urine disalurkan ke tangki septik yang memenuhi
peryaratan yang ditentukan. Limbah cair rumah tangga yang berupa
air bekas yang dihasilkan dari buangan dapur, kamar mandi, dan
sarana cuci tangan disalurkan ke saluran pembuangan air limbah.
Prinsip Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga ialah: 1)Air
limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh digabungkan dengan air
dari jamban; 2)Tidak boleh menjadi tempat pengembangan vektor;
3)Tidak boleh menimbulkan bau; 4)Tidak boleh adanya genangan
yang menyebabkan lantai licin dan dapat mengakibatkan kecelakaan;
5)Tergabung dengan saluran limbah umum/got atau sumur resapan.
13

6. Pelaksanaan Program STBM


Pelaksanaan program STBM ialah suatu kegiatan untuk
menjalankan program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) sesuai
dengan peraturan nasional yang dikeluarkan oleh kementerian kesehatan
Republik Indonesia (Kemenkes RI) agar dapat mencapai keberhasilan
sesuai dengan target STBM (DepkesRI, 2008).
Dalam tahap pelaksanaan STBM dilakukan kegiatan yang
melibatkan seluruh pemangku yang bersangkutan. Tahapan pelaksanaan
STBM di semua tingkat harus memperhatikan komunikasi tingkat sektor,
termasuk lintas program pembangunan air minum dan sanitasi, sehingga
ikut serta dalam persiapaan dan pelaksanaan STBM dapat
dicapai(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012).
Dalam pedoman pelaksanaan program STBM menampilkan
lingkungan yang kondusif, peningkatan kebutuhan dan permintaan
sanitasi, dan peningkatan penyediaan sanitasi. Apabila salah satu
komponen pelaksanaan STBM tidak ada maka proses pencapaian 5 (lima)
Pilar STBM tidak maksimal, berikut komponen pelaksanaan program
STBM meliputi(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012):
a. Menciptakan lingkungan yang kondusif
Komponen yang petama mencakup advokasi kepada para
pemimpin pemerintah, pemerintah daerah dan pemegang
kepentingan untuk membangun keinginan bersama dalam
kegiatan. (1)komitmen pemerintah daerah dalam menyediakan
sumber daya terhadap pelaksanaan pendekatan STBM dan
menyediakan anggaran untuk institusi.(2)kebijakan serta peraturan
daerah yang berhubungan dengan sanitasi.(3)terbentuknya suatu
kepengurusan dalam sektor sanitasi, menghasilkan peningkatan
anggaran sanitasi daerah, dan kerjasama sumber daya pemerintah
dan non-pemerintah.(4)adanya fasilitator STBM dalam kesuksesan
14

kegiatan.(5)adanya sistem pemantauan hasil kinerja dan proses


pengelolaan.
b. Peningkatan kebutuhan dan permintaan sanitasi
Komponan ini merupakan tindakan sistematis untuk
mendapatkan suatu perubahan perilaku yang higienis dan saniter,
yaitu (1)pemicuan perubahan perilaku(2)promosi dalam perubahan
perilaku higiene dan sanitasi secara langsung(3)penyampain
melalui media massa dan media lainnya(4)mengembangkan
kepercayaan masyarakat dalam perubahan
perilaku(5)memfasilitasi tim kerja masyarakat (6)mengembangkan
penghargaan terhadap masyarakat melalui mekanisme kompetisi
dan benchmark kinerja daerah.
c. Peningkatan penyediaan sanitasi
Dalam peningkatan penyediaan sanitasi yang secara
khsusus lebih diutamakan untuk meningkatkan percepatan
penyediaan akses-akses dan layanan sanitasi yang pantas dalam
membuka dan meningkatakanpasar sanitasi perdesaan, yaitu,
(1)mengembangkan opsi teknologi sanitasi yang sesuai dengan
kebutuhan dan terjangkau, (2)memperkuat jejaring pasar sanitasi
perdesaan, (3)mengembangkan kemampuan pelaku pasar sanitasi
termasuk wirausaha sanitasi lokal,(4)mempromosikan usaha
pelaku sanitasi dalam memberikan kesempatan pelaku usaha
sanitasi lokal ke potensi pasar.
15

Gambar 1
Komponen pelaksanaan
program STBM

B. Pilar Pertama Stop BABS


Standar teknis pemicuan dan promosi Stop BABS terdiri dari
perencanaan, pemicuan, dan setelah pemicuan, uraiannya sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan meliputi : Advokasi kepada Pemangku
kepentingan secara berjenjang, Identifikasi Masalah dan Analisis
situasi, Penyiapan fasilitator dan Peningkatan kapasitas kelembagaan.
1) Advokasi kepada pemangku kepentingan secara berjenjang
Advokasi dilakukan untuk mendapatkan dukungan dari
pemerintah daerah, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan
penyandang dana agar stakeholder yang terlibat dalam kegiatan
ini memahami prinsip-prinsip yang berlaku pada pengelolaan Stop
BABS. Dukungan mereka sangat penting karena merupakan panutan
masyarakat. Sehingga para tokoh masyarakat perlu ditumbuhkan
kesadaran dan pemahaman tentang konsep STBM terlebih dahulu
16

sebelum melaksanakan pemicuan. Upaya menggalang dukungan


tokoh masyarakat diharapkan adanya kontribusi dalam proses
pelaksanaan program mulai perencanaan hingga terwujudnya desa
ODF (Ditjen PP dan PL, 2014).
Advokasi adalah upaya persuasi yang mencakup suatu
kegiatan penyadaran serta rasionalisasi terhadap orang lain yang
mempunyai pengaruh keberhasilan terhadap suatu program atau
kegiatan yang dilaksanakan. Tujuan umum dari advokasi ialah
diperolehnya komitmen serta dukungan dalam upaya kesehatan baik
berupa kebijakan, dana, sarana, tenaga, kemudahan, keiutsertaan
dalam kegiatan maupun berbagai bentuk lainnya sesuai keadaan dan
suasana (Wijono, 2010)
2) Identifikasi masalah, kebutuhan dan analisis situasi
Bersama masyarakat mengidentifikasi masalah yang terjadi
di wilayah kerja Puskesmas Batangtoru terutama tentang kejadian
diare yang cukup tinggi. Tidak semua desa dapat mejadi lokasi
pemicuan. Lokasi pemicuan lebih efektif apabila daerah itu penuh
dengan kekumuhan, belum pernah ada pembangunan sarana sanitasi
dengan pendekatan subsidi, dan pernah menjadi daerah dengan
angka kejadian diare yang cukup tinggi (Ditjen PP dan PL, 2014).
Identifikasi masalah dilakukan dengan menemukan suatu
kesenjangan antara apa yang diharapkan atau yang telah
direncanakan. Sedangkan analisis situasi merupakan langkah
yang sangat diperlukan dalam suatu proses perencanaan
karena jika dilakukan dengan tepat maka kita dapat mendefinisikan
masalah sesuai dengan realita yang kita harapkan (Supriyanto dan
Damayanti, 2007).
3) Penyiapan Fasilitator
Dalam rangka mensosialisasikan program dan meningkatkan
partisipasi masyarakat untuk kegiatan Stop BABS, maka diperlukan
tenaga fasilitator yang handal, trampil dan memahami prinsip
17

fasilitasi yang benar. Tugas utama fasilitator adalah mempersiapkan


dan melakukan pemicuan kepada masyarakat. Proses penyiapan
fasilitator dapat dilakukan melalui seleksi yang dilanjutkan dengan
pelatihan. Substansi pelatihan adalah ketrampilan, pengetahuan, dan
sikap sebagai fasilitator serta langkah pemicuan untuk pilar pertama
(Adisasmito, 2008).
4) Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
Peningkatan kapasitas kelembagaan yang dimaksud adalah
proses pemahaman lebih lanjut mengenai kebijakan nasional AMPL,
STBM dan pilar Stop BABS. Sasarannya adalah lembaga/institusi
(Pemerintah dan Non Pemerintah) yang mempunyai kaitan langsung
dengan program STBM. Untuk kegiatan peningkatan kapasitas
kelembagaan ini Pemerintah Daerah melalui SKPD-nya dapat bekerja
sama dengan kabupaten lain atau lembaga lain yang bertanggung
jawab terhadap program AMPL dan STBM. Proses pelaksanaannya
dapat menyertakan personil dari semua SKPD terkait seperti dari
unsur Dinas Kesehatan, Bappeda, Pemberdayaan Masyarakat Desa
(PMD) atau nama lain yang sejenis, Dinas Pekerjaan Umum,
Perguruan Tinggi, LSM dan organisasi masyarakat lainnya (Ditjen PP
dan PL, 2014).
Sebelum melakukan pemicuan di masyarakat, peserta
hendaklah memiliki informasi serta data dasar yang terkait perilaku
hidup bersih dan sehat dimasyarakat. Untuk itu hendaklah petugas
melakukan observasi (peninjauan) maupun melakukan diskusi
dengan masyarakat dilokasi pemicuan untuk mendapatkan
informasi(Kementrian Kesehatan RI dan Millenium Cahallenge
Account Indonesia, 2016).
Beberapa informasi yang perlu dicari adalah:
1) Jumlah KK atau kependudukan dibedakan atas kaya, menengah,
miskin.
2) Pendidikan dan pekerjaan masyarakat setempat.
18

3) Kondisi geografis.
4) Kepemilikan jamban : cemplung terbuka, tertutup, dan leher
angsa.
5) Ada tidaknya aliran sungai, rawa, kolam.
6) Budaya: karakter, tokoh masyarakat
7) Sarana dan prasarana yang ada di wilayah tersebut seperti:
sekolah, madrasah, masjid, dll.
8) Ada tidaknya program sanitasi dalam 3 tahun terakhir (proyek
atau pemberian subsidi jamban).
Adapun persiapan yang dilakukan yakni kunjungan kepada
pemimpin setempat yang akan menjadi lokasi pemicuan dan
menjelaskan secara rinci kegiatan yang akan dilaksanakan selama
proses pemicuan STBM termasuk proses pemberdayaan masyarakat
yang akan dilaksanakan di lapangan(Kementrian Kesehatan RI dan
Millenium Cahallenge Account Indonesia, 2016).
2. Pemicuan
Pemicuan adalah salah satu cara untuk mendorong perubahan
perilaku higiene dan sanitasi masyarakat atau perorang atas kesadaran
sendiri dengan menyentuh perasaan, pola pikir, perilaku serta kebiasaan
masyarakat atau perorang.
Adapun persiapan yang dilakukan yakni kunjungan kepada
pemimpin setempat yang akan menjadi lokasi pemicuan dan
menjelaskan secara rinci kegiatan yang akan dilaksanakan selama proses
pemicuan STBM termasuk proses pemberdayaan masyarakat yang akan
dilaksanakan di lapangan (Kementrian Kesehatan RI dan Millenium
Cahallenge Account Indonesian, 2016).
a. Langkah – Langkah pemicuan
Dalam melakukan pelakasanaan pemicuan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut (Kementrian Kesehatan RI dan
Millenium Cahallenge Account Indonesian, 2016):
1) Melakukan perkenalan dan penyampaian tujuan
19

Pada saat melakukan pemicuan di masyarakat, anggota


tim fasilitator memperkenalkan diri terlebih dahulu. Tujuannya
untuk melihat kondisi sanitiasi tersebut, menjelaskan dari
kedatangan tim bukan untuk meberikan penyuluhan apalagi
memberikan sebuah bantuan. Kedatangan tim hanya melihat
dan mempelajari bagaimana kehidupan masyarakat, bagaimana
masyarakat mendapatkan fasilitas air bersih, bagaimana
masyarakat melakukan kebiasaan buangn air besar dan lain-
lain.
2) Melakukan Bina Suasana
Pada saat melakukan pendekatan dan penyampaian
tujuan, tim fasilitator dianjurkan untuk bisa melakukan bina
suasana terhadap masyarakat yang bertujuan untuk
melancarkan hubugnan komunikasi keterbukaan antara
fasilitator dan masyarakat tersebut.
3) Pemetaan
Pembuatan peta sanitasi sederhana dilakukan sendiri
oleh masyarakat termasuk wanita, pria dan anak muda yang
difasilitasi oleh Tim Pemicu. Peta harus berisi informasi
tentang batas dusun, rumah yang mempunyai dan rumah tanpa
jamban, jalan, sungai, sumber air untuk minum, mandi dan
mencuci, masalah sanitasi yang ada. Dalam peta
ditunjukkan/ditandai tempat yang biasanya digunakan untuk
buang air besar, membuang sampah dan air limbah.
4) Transect Walk
Mengunjungi, melihat dan mengetahui lokasi yang
paling sering dijadikan tempat BAB, dengan
mengajakmasyarakat berjalan ke sana, hal ini dilakukan sambil
mengamati lingkungan, menanyakan dan mendengarkan, serta
mengingat-ingat lokasi tempat buang air besar, tempat
membuang sampah dan air limbah, juga dilakukan kunjungan
20

ke rumah-rumah yang sudah memiliki jamban. Mengunjungi


keluarga yang telah mempunyai sumur, menjadi penting untuk
mempelajari apakah jamban dan sumur gali yang dibangun
mempunyai jarak yang cukup, sehingga sumber air tidak
terkontaminasi oleh bakteri dari jamban. Sangat penting untuk
berhenti di lokasi masyarakat buang air besar sembarangan,
membuang sampah dan air limbah serta meluangkan waktu
untuk diskusi dengan masyarakat di sana, berdiskusi di tempat
tersebut, diharapkan masyarakat akan merasa jijik. Bagi orang
yang biasa BAB di tempat tersebut akan terpicu untuk berubah
karena merasa malu.
5) Simulasi Air Terkontaminasi
Peragaan air yang terkontaminasi tinja dilakukan oleh
fasilitator atau kader dimaksudkan agar masyarakat memahami
dan merasakan ketidak nyamanan menggunakan air yang sudah
terkontaminasi. Simulasi dengan menggunakan air dapat
dilakukan pada saat transect walk, saat pemetaan atau pada saat
diskusi kelompok lainnya.

3. Pasca Pemicuan
Pasca pemicuan merupakan tindak lanjut suatu kegiatan
pemicuan dan harus dilakukan segera setelah pemicuan dilaksanakan.
Sedangkan tujuan dari pasca pemicuan adalah untuk memastikan
kegiatan yang dilaksanakan rencana kerja SBS masyarakat. Teknik
dari kegiatannya antara lain, yaitu(Kementrian Kesehatan RI dan
Millenium Cahallenge Account Indonesia, 2016) :
a. Membangun ulang komitmen masyarakat
Membangun ulang komitmen masyarakat bertujuan untuk
meningkatkan motivasi masyarakat dalam melaksanakan rancangan
kegiatan yang telah disusun pada saat membuat komitmen saat
pemicuan.
21

b. Pendampingan dan monitoring


Pendamping oleh tenaga kesehatan, tim pemicu desa dan tim
pemicu lainnya membantu masyarakat dalam menjalankan
komitmen yang telah dibangun bersama. Dilaksanakannya ini
mendorong upaya individu masyarakat merubah perilaku tidak lagi
BAB sembarangan.
c. Pilihan teknologi sanitasi
Pilihan teknologi sanitasi ialah memberitahukan kepada masyarakat
tentang tangga sanitasi untuk memilih praktik BAB yang
diinginkan. Perilaku tangga sanitasi ialah melihat seberapa jauh
perubahan perilaku masyarakat dari kebiasaan BAB sembarangan
hingga perubahan perilaku masyarakat BAB dijamban.

C. Faktor Yang Mempengaruhi Program SBS


1. Sumber Daya Manusia
Manusia dalam hal ini merupakan ujung tombak dalam
melaksanakan program STBM. Peran dan keberadaan mereka sangat
menentukan keberhasilan pelaksanaan program di puskesmas. Oleh
karena itu sangat dibutuhkan dukungan tenaga kesehatan yang terampil
dan berkualitas (Kementrian Kesehatan RI dan Millenium Cahallenge
Account Indonesia, 2016).
Dalam pelaksanaan program STBM membutuhkan sumber daya
manusia berkompeten yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Salah
satu bagian terpenting dalam pelaksanaan program STBM adalah adanya
fasilitator - fasilitator yang berkompeten di bidangnya. Tenaga sanitasi
yang profesional dan berkompeten untuk melakukan pelaksanaan STBM
melalui pelatihan-pelatihan terakreditasi. Sehingga dengan diadakannya
pelatihan-pelatihan sumber daya manusianya memiliki keahlian dan
kompetensi yang terstandar dan mumpuni untuk melaksanakan program
(Kementrian Kesehatan, 2014).
22

Pelatihan Program STBM sangat perlu diberikan kepada petugas


kesehatan dan kader STBM karena pelatihan dapat meningkatkan
keterampilan dan kemampuan agar petugas dan kader dapat
melaksanakan tugasnya dengan efektif sehingga memicu masyarakat
untuk mengubah perilaku. Jumlah tenaga kesehatan juga mempengaruhi
kelancaran program STBM (Entianopa et al., 2017).
2. Sarana dan Prasarana
Sarana merupakan alat bantu untuk memperlancar dan
mempermudah suatu pekerjaaan. Ketersediaan sarana dan prasarana
dalam pelaksanaan program STBM belum memadai, beberapa
puskesmas tidak mempunyai sanitari KIT, cetakan jamban dan kendaraan
operasional bagi pengelola program (Ashari & Akbar, 2017).
Pemberian leaflet, pemasangan brosur dan pemutarn film atau
video juga di anggap sangat penting di bagikan kepada masyarakat pada
saat ada pertemuan seperti penyuluhan, Posyandu, PKK agar masyarakat
sendiri menyadari bahwa pentingnya program STBM khususnya pilar
pertama Stop BABS dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
itu sendiri (Entianopa et al., 2017).
3. Anggaran
Anggara Suatu program akan berjalan atau berhasil bila ada
dukungan anggaran yang cukup untuk pelaksanaan suatu program
dengan demikian. Anggaran yang ada harus cukup dan jika tidak
mencukupi maka harus mencari pemecahan masalah. Anggaran
pelaksanaan program STBM lebih dominan berasal dari Dinas
Kesehatan dan APBN (Entianopa et al., 2017).
Pembiayaan yang mencukupi, stabil dan berkesinambungan
memegang peranan yang penting untuk penyelenggaraan pendekatan
STBM. Sumber anggaran dapat diperoleh melalui dana pemerintah
maupun non pemerintah yang digunakan untuk kegiatan sosialisasi,
peningkatan kapasitas, pendukung operasional cakupan wilayah,
promosi dan kegiatan perangkat lunak lainnya dalam upaya
23

mendukung pengemban- gan endekatan STBM(Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia, 2012).

4. Kebijakan
Program STBM merupakan program yang wajib dilaksanakan
pada setiap pusat pelayanan kesehatan di masyarakat. Program ini
dilaksanakan untuk meningkatkan akses dan pelayanan kesehatan
msyarakat utamanya kegiatan promotif dan preventif untuk
mewujudkan pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal
(SPM) bidang kesehatan. Kebijakan (policy) adalah sebuah instrument
pemerintah, bukan saja dalam arti government yang hanya menyangkut
aparatur negara, melainkan pula governance yang menyentuh
pengelola program publik. Sehingga dengan adanya kebijakan yang
diberikan kepada pengelola program sehingga program- program
STBM tersebut dapat dijalankan dengan baik(Ashari & Akbar, 2017).
Advokasi dilaksanakan dalam upaya penyebarluasan informasi
tentang kebijakan strategi nasional STBM kepada para pengambil
keputusan dan pengelola program/proyek terkait dan kemungkinan
dilakukannya sinergi sumber daya untuk mendukung upaya STBM
yang lebih optimal dan dalam upaya pembentukan pusat
pengembangan (development center) untuk sanitasi (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2012).
5. Metode
Upaya dalam mengubah perilaku hygiene dan sanitasi kegiatan
stop BABS menggunakan metode CLTS (Community Led Total
Sanitation) ini sebagai metode andalan bagi sebagian pelaku sanitasi
yang melalui pemberdayaan di puskesmas dalam kehiatan pemicuan.
Pelaku dalam melaksanakan kegiatan tersebut dilakukan secara terus
menerus hingga timbul kesadaran untuk terjadinya perubahan perilaku.
24

Dalam metode ini memunculkan komitmen perubahan secara


kolektif, sehingga akan muncul kepemimpinan lokal yang
menggerakkan sehingga mencapai perubahan yang total. Keberhasilan
fasilitator dilihat dari kemampuan serta keterampilannya dalam
menerapkan metode dan juga kemampuan dalam menggunakan
berbabagi tools CTLS dalam pemicuan, termasuk kemampuan
fasilitator dalam berkomunikasi dengan melontarkan elemen yang
didapat secara terus menerus dengan melakukan pemicuan di
masyarakat dan mengikuti metode dengan benar (Ermayendri, 2017).
6. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan tahapan awal dari pelaksanaan program
STBM bertujuan agar program yang telah ditetapkan dapat
disampaikan kepada sasaran utamanya serta mengajak masyarakat
untuk berpatisipasi secara aktif dalam program STBM dan
memberikan gambaran bahwa masyarakat merupakan sasaran penentu
untuk keberhasilan program yang sudah dijalankan.(Entianopa et al.,
2017).

D. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi Program
Evaluasi ialah suatu proses bukan produk. Maksudnya proses
untuk menentukan nilai dan arti (worth and merit), proses pemberian
perkembangan, dan proses pembuat keputusan. Prosesnya dilakukan
dengan cara sistematis, berkelanjutan, terencana, dan sesuai dengan
prosedur dan aturan yang berlaku dalam evaluasi, baik aturan formal
yang telah ditetapkan maupun aturan konseptual, dimana setiap proses
atau kegiatan evaluasi harus ada kriteria. Kriteria merupakan peraturan
mutlak yang harus ada dalam evaluasi, karna jika tidak ada maka
proses atau kegiatan yang dilakukan bukanlah evaluasi(Arifin Zainal,
2019).
25

Program ialah rencana kegiatan yang telah disusun secara


sistematis, logis, dan rasional sesuai dengan kebutuhan untuk
mencapai suatu tujuan program. Suatu rencana agar dapat dipelajari
oleh semua pihak yang terlibat sebaiknya dituangkan secara tertulis.
Rencana tertulis yang disebut rancangan dapat digunakan rumus 5W +
1H yang berisi tentang apa (What), kenapa (Why) program itu dibuat,
siapa (Who) pelakunya, kapan (When) dilaksanakan, dimana (Where)
lokasinya, dan bagaimana (How) cara melaksankannya (Arifin Zainal,
2019).
Evaluasi program ialah suatu proses atau kegiatan ilmiah yang
dilakukan secara berkelanjutan dan menyeluruh sebagai upaya
pengendalian, penjaminan, dan penetapan buku (nilai dan arti) suatu
program, berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu untuk
membuat suatu keputusan dan pertanggung jawaban dalam
melaksanakan suatu program (Arifin Zainal, 2019).
Evaluasi program merupakan proses untuk mengetahui tingkat
keterlaksanaan suatu kebijakan yang telah dilaksanakan secara cermat
dengan cara mengetahui efektivitas tiap komponen yang telah
terlaksanakan(Davik, 2016).
2. Tujuan Evaluasi Program
Tujuan evaluasi program ialah untuk mengetahui kefektifan
dan efesiensi pelaksanaan suatu program, untuk mengetahui seberapa
besar pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, untuk mengetahuai
relevansi suatu pelaksanaan program dengan rencana program, untuk
mengetahui dampak yang ditimbulkan setelah program itu terlaksana,
untuk mengindentifikasi kekuatan dan kelemahan program, dan
menyediakan informasi untuk membuat keputusan(Zainal arifin,
2019).
Selain itu tujuan dari evaluasi program yaitu sebagai alat untuk
memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan program yang akan
dilaksanakan. Evaluasi program juga untuk mengetahui tingkat
26

keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat dengan cara mengetahui


efektivitas setiap komponen. Evaluasi terhadap suatu proses sangat
berhubungan erat terhadap pelaksanaan program yang dijalankan,
apakah sesuai dengan rencana yang telah disusun dan dirancang(Zainal
arifin, 2019).
Tujuan evaluasi program adalah untuk menilai tingkat
keterlaksanaan suatu kebijakan yang sudah dilaksanakan, penilaian
tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah metode yang diterapkan
sudah efektif atau tidsak efektif(Davik, 2016).

E. Landasan Teori
Input Proses Output

1. SDM 1. Pra Evaluasi Program


2. Sarana Pemicuan STBM Stop Buang
Prasarana 2. Pemicuan Air Besar
3. Anggaran 3. Pasca Sembarangan di
4. Kebijakan Pemicuan Desa Sedamai
5. Metode Kecamatan
6. Sosialisasi
Singkep Pesisir
Kabupaten Lingga
Sumber : Ditjen PL&PP (2014)
Gambar 2
Landasan Teori

F. Kerangka Berpikir
Berdasarkan uraian pada bagian pendahuluan dan tinjauan pustaka
maka kajian pelaksanaan kegiatan Evaluasi Program STBM Stop Bungan
Air Besar Sembarangan di Desa Sedamai Kecamatan Singkep Pesisir
Kabupaten Lingga.
Input Proses Output
1.
1. SDM 1. Pra Pemicuan Evaluasi
2. Anggaran 2. Pemicuan Program
3. Sarana 3. Pasca STBM Stop
prasarana Pemicuan Bungan Air
4. Kebijakan Besar
Sembarangan
di Desa
Sedamai
27

Gambar 3
Kerangka Berfikir

G. Penelitian Sejenis
Tabel 1
Penelitian Sejenis

Keteranga Penelitian Sekarang Agus Erwin Farouk Ilmid


n Ashari, Fajar Dalik (2016)
Akbar (2016)
Topik Evaluasi program Evaluasi program Evaluasi program
Penelitian sanitas total berbasis sanitasi total sanitasi total
masyarakat stop berbasis masyarakat berbasis
BABS di kabupaten masyarakat pilar
mamuju stop BABS
dipuskesmas
kabupaten
probolinggo
Desain Deskriptif Kualitatif Deskriptif Kualitatif Deskriptif
Kualitatif
Subjek Kepala pemegang progam Tenaga kesehatan,
puskesmas STBM puskesmas, kader, relawan
lanjut, Kepala Puskesmas atau masyarakat
penanggung dan Kepala Seksi yang telah berhasil
jawab UKM, Penyehatan mengembangkan
petugas Lingkungan. program STBM.
kesehatan
lingkungan,
kepala desa
sedamai,
masyarakat
desa sedamai
Tempat Di Desa Sedamai Di wilayah kerja Di puskesmas
Kecamatan Singkep puskesmas Mamuju Probolinggo
28

Pesisir Kabupaten
Lingga
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif yaitu dengan rancangan bersifat deskriptif, Penelitian yang
dilakukan dengan bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan
perilaku responden dengan cara objektif atau lisan. Hasil yang diharapkan
dapat mengetahui pelaksanaan program sanitasi total berbasis masyarakat
stop BABS diwilayah kerja puskesmas lanjut kecamatan Singkep Pesisir
kabupaten Lingga tahun 2019.

B. Lokasi dan waktu penelitian


Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Lanjut
Kecamatan Singkep Pesisir Kabupaten Lingga. Sedangkan waktu
penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juli tahun 2020.

C. Subjek penelitian
Teknik dalam penentuan sampel dalam penelitian ini yaitu
menggunakan purposive sampling yaitu penelitian menentukan sendiri
sampel yang akan di ambil karena ada beberapa pertimbangan tertentu.
Adapun beberapa informan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 5 orang,
antara lain : Plt.Kepala Puskesmas Lanjut (1 orang), penanggung jawab
UKM (1 orang), petugas kesehatan lingkungan (1 orang), kepala desa
sedamai (1 orang), Plt.kepala desa berindat (1 orang).

29
30

Tabel 2
Subjek Penelitian

No Jenis Keterangan Jumlah Kode


Informan Informan
1 Informan Plt.Kepala 3 orang U1
Utama Puskesmas,Penanggung U2
jawab UKM, Petugas U3
Kesehatan Lingkungan
2 Informan Kepala Desa Berindat, 2 orang P1
Pendukung Plt.Kepala Desa P2
Sedamai

D. Variabel Penelitian dan Defenisi Istilah

Tabel 3
Variabel Penelitian dan Defenisi Istilah

Definisi Alat Cara


Variabel Hasil
Operasional Ukur Ukur
Sumber Tenaga yang Pedoman Wawancara Deskriptif
Daya melaksanakan wawancara, mendalam, kualitatif
Manusia program pedoman observasi
(SDM) STBM Stop observasi
BASB
Anggaran Biaya Pedoman Wawancara Deskriptif
pelaksanaan wawancara, mendalam, kualitatif
program pedoman observasi
STBM stop observasi
BABS
Sarana Alat yang Pedoman Wawancara Deskriptif
Prasarana disediakan wawancara, mendalam, kualitatif
dalam pedoman observasi
pelaksanaan observasi
program
STBM stop
BABS
Kebijakan Aturan hukum Pedoman Wawancara Deskriptif
dalam wawancara, mendalam, kualitatif
pelaksanaan pedoman observasi
program observasi
STBM stop
BABS
Pra Sosialiasi dan Pedoman Wawancara Deskriptif
31

Pemicuan pengumpulan wawancara, mendalam, kualitatif


data pedoman observasi
pelaksanaan observasi
program
STBM stop
BABS
Pemicuan Pelaksanaan Pedoman Wawancara Deskriptif
program wawancara, mendalam, kualitatif
STBM stop pedoman observasi
BABS observasi
Pasca Sistem Pedoman Wawancara Deskriptif
Pemicuan monitoring wawancara, mendalam, kualitatif
program pedoman observasi
STBM stop observasi
BABS

E. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini ialah peneliti sendiri dibantu dengan
pedoman wawancara mendalam, pedoman observasi, serta penggunaan
alat yang digunakan untuk membantu penelitian yaitu perekam suara,
kamera, alat tulis dan catatan singkat.

F. Teknik Pengolahan Data


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi untuk
melakukan pengujian (validitas dan realiabilitas) kebenaran data yang
diperoleh. Triangulasi yang digunakan pada umumnya dalam penelitian
kualitatif yaitu triangulasi sumber, triangulasi metode dan triangulasi data.
1. Triangulasi sumber
Proses dari validitas ini membandingkan informasi yang diperoleh
baik dari informan utama, informan kunci, maupun informasi
pendukung. Dengan cara wawancara mendalam kepada petugas
kesehatan lingkungan di puskesmas lanjut UKM dengan kepala desa
yang sudah terjalankannya ODF.

2. Triangulasi metode
32

Peneliti membandingkan informasi yang diperoleh dari wawancara


mendalam dan observasi serta penelusuran dokumen dari informan
utama yaitu petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas Lanjut dan
penanggung jawab UKM serta informan pendukung yaitu Kepala
Desa beserta masyarakat Desa Sedamai dan Desa Berindat.
3. Triangulasi data
Pengumpulan data dari berbagai sumber yang berbeda seperti
dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observsasi atau dengan
mewawancarai satu subjek yang diaggap mewakili sudut pandang
berbeda.

G. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskrptif
kualitatif. Analisis ini dilakukan menggunakan metode wawancara
mendalam dimana penulis ingin mendapatkan informasi secara akurat dan
mendalam dari sumber yang dianggap kompeten tentang Evaluasi Program
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Stop BABS di wilayah kerja
Puskesmas Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir Kabupaten Lingga Tahun
2019.

H. Etik Penelitian
Penelitian harus menjunjung tinggi etika penelitian yang
merupakan standar etika dalam melakukan penelitian. Ada pun prinsip-
prinsip etika penelitian adalah :
a) Prinsip Menghormati Harkat Martabat Manusia (Respect for Persion)
Saya selaku peneliti akan menghormati hak-hak responden yang terlibat
dalam penelitian, termasuk diantaranya: hak untuk membuat keputusan
untuk terlibat atau tidak terlibat dengan data yang diperoleh selama
penelitian
33

b) Prinsip Berbuat Baik (Beneficence)


Adapun manfaat yang diperoleh responden dalam penelitian ini adalah
sebgai bahan evaluasi bagi UPT Puskesmas Lanjut tentang Evaluasi
Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Stop BABS di Wilayah Kerja
Puskesmas Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir Kabupaten Lingga Tahun
2020. Penelitian ini bebas dari ekploitasi karena peneliti sudah
mempertimbangkan manfaat dari penelitian.
c) Prinsip Keadilan (Justice)
Dalam hal ini penelitian akan memperlakukan responden secara adil dan
tidak membeda-bedakan berdasarkan ras, agaman, atau social ekonomi.
Peneliti akan memperlakukan responden sesuai dengan desain penelitian
dan tujuan oenelitian, antara lain hak untuk mendapatkan perlakuan yang
sama dan hak untuk dijaga privasinya. Sudah dilakukan kaji etik oleh
komisi etik STIKes Hangtuah Pekanbaru, dibuktikan dengan adanya surat
kaji etik Nomor: 313/KEPK/STIKes-HTP/VI/2020.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


UPT Puskesmas Lanjut sebagai salah satu unit pelaksanaan teknis
Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga yang bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja Kecamatan
Singkep Pesisir. Sebagai unit pelaksanaan teknis, puskesmas
melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga.
Puskesmas Lanjut merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten
Lingga yang memiliki luas wilayah daratan dan lautan mencapai 832,12
km2 dengan batas-batas wilayah meliputi: Sebelah Utara berbatasan dengan
Singkep Barat, Sebelah Selatan berbatasan dengan Singkep, Sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Singkep Barat, Sebelah Timur berbatasan
dengan Kecamatan Lingga.
Wilayah kerja Puskesmas Lanjut terdiri dari 1 kecamatan yaitu
Kecamatan Singkep Pesisir. Kecamaatan Singkep Pesisir dengan luas
9.562,32 km2, koordinat bujur 1040 32’ 29.505” E dan koordinat lintang 00
24’ 04.196” S terdiri dari 6 desa yaitu Desa Berindat, Desa Sedamai, Desa
Lanjut, Desa Kote, Desa Persing dan Desa Pelakak. Sedangkan untuk
jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Lanjut pada Tahun 2019
tercatat 4.807 jiwa.

B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Informan
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas
Lanjut desa Sedamai dan desa Berindat Kabupaten Lingga Provinsi

34
35

Kepulauan Riau dengan informan keseluruhan sebanyak 5 orang,


yang terdiri dari Plt.Kepala Puskesmas Lanjut, Penanggung Jawab
UKM Puskesmas Lanjut, Petugas Kesehatan Lingkungan
Puskesmas Lanjut, Kepala Desa Sedamai dan Plt.Kepala Desa
Berindat. Adapun karakteristik informan tersebut di jelaskan dalam
tabel dibawah ini.

Tabel 4
Karakteristik Informan Penelitian

Pendidikan Kode
No Jabatan
Terakhir Informan
PLT Kepala
1 U1
Puskesmas Lanjut
Penanggung
Jawab Unit D3
2 U2
Kesehatan Keperawatan
Masyarakat
Petugas D3
3 Kesehatan Kesehatan U3
Lingkungan Lingkungan
Kepala Desa
4 SLTA P1
Sedamai
Plt. Kepala Desa
5 SLTP P2
Berindat

2. Hasil Observasi
Tabel 5
Observasi Program STBM Stop BABS

No Objek Observasi Ada Tidak Keterangan


Ada
1 SDM
a. Jumlah Tenaga  Perangkat-
Perangkat
Desa(Posbindu,
Kader,RT,
RW)dan
petugas
kesehatan
36

Puskesmas
Lanjut
b. Pelatihan 
2 Sarana dan prasarana
a. Cetak Kloset 
b. Septik Tank  1 buah alat
pencetakan
3 Anggaran
a. Biaya kegiatan  APBD,BOK,A
DD dan PNPM
4 Kebijakan
a. Permenkes 
b. Perda 
c. Perdes 
5 Pra Pemicuan
a. Sosialisasi  Dilakukan
sebelum
dilaksanakanny
a program.
b. Partisipasi 
6 Pemicuan
a. Perubahan 
perilaku
b. Komitmen 
7 Pasca Pemicuan
a. Monitoring  Dilakukan
setiap 3 bulan
sekali.
b. Motivasi 
8 Evaluasi
a. Peningkatan  Dibangun 4
akses jamban buah Wc umum
di Desa.

Berdasarkan hasil observasi penulis selama melakukan penelitian,


penulis menemukan bahwa kurangnya Sumber Daya Manusia dalam
menjalankan program STBM Stop BABS, serta perubahan perilaku
masyarakat di wilayah Kerja Puskesmas Lanjut yang kurang mengerti
37

sehingga kegiatan yang dilaksanakan tidak berjalan optimal dan masih


banyak nya masyarakat yang memilih untuk Buang Air Besar
Sembarangan.
a. Sumber Daya Manusia
SDM yang tersedia di Puskesmas Lanjut terkait
pelaksanaan STBM Stop BABS di wilayah kerja Puskesmas Lanjut
meliputi Plt.Kepala Puskesmas Lanjut, Penanggung Jawab Unit
Kesehatan Masyarakat sebagai penanggung jawab seluruh kegiatan
Puskesmas dan Petugas Kesehatan Lingkungan sebagai pelaksana
kegiatan program, Kepala Desa Sedamai dan Berindat sebagai
pendukung dalam penjalanan program STBM Stop BABS.
Dalam pelaksanaan program STBM Stop BABS
Penanggung Jawab Unit Kesehatan Masyarakat dan petugas
Kesehatan Lingkungan memiliki pekerjaan yang lebih dalam
pelaksanaan program STBM pilar 1 dan dibantu oleh Kepala Desa
Sedamai dan Berindat. Seperti pada kutipan wawancara berikut ini.
“Untuk ada penanggung jawab kegiatan memang sudah
ada dan sudah ter SK kan. Secara penganggung jawab itu sudah
siap untuk menjalankan program, karna bisa dilihat sudah
sebagian desa yang udah dijalankan programnya. memang 1 tapi
dalam menjalankan program mereka punya team. Penanggung
jawab memang petugas kesling tetapi dalam menjalankan mereka
melibatkan team puskesmas yaitu bagian promkes, gizi,
kemasyarakatnya jadi ga hanya dia saja yang berkerja. Kalau dia
melakukan sendiri pasti ga bisa tapi kalau melakukan dengan tim
insyaallah bisa.(Informan U1)”
“SDM untuk ditahun 2019 kemaren, seperti yang sudah
disampaikan oleh ibuk Kapus bahwe kite masih belom ade
penanggong jawab khusus dan ahli dalam menjalankan program
STBM ni karne dulu ade kite petugas kesling sementare di
puskesmas ni dikarenekan puskesmas ni baru didirikan jadi
38

program yang dijalankan ditahon lalu tu kurang optimal.kalau


untuk sekarang ditahon ini setelah adenye ibu petugas kesling ibuk
windy sebagai petugas kesehatan lingkungan dan juge dah siaplah
bu dewi dengan pengalamannye sebagai orang kesehatan
lingkungan. barulah kite menjalankan program STBM yang 5 pilar
ini dan untuk ditahun lalu itu cume 2 desa yang sudah di ODF kan
salah satunye desa berindat dan sedamai. Untuk di puskesmas ini
ade 3 program kerja salah satunye ini yang saye pegang yaitu
UKM ni, UKM ni saye pegang semuenye 1)Esensial
2)pengembangan,tapi ade lagi pos posnye kalau Esensial ni
Promkes, kesling, KIA KB, Gizi same P2. Kalau pengembangan
KESJAO (Kesehatan kerja dan Olahraga). Nah itu semue dibawah
naungan saye selaku Penanggung Jawab UKM. Untuk ditahun ini
saye megang Promkes juge sambel menunggu tenage kerje yang
ahli dibidangnye. Kalau untuk kesiapan kite sudah melakukan
analisis pengukuhan masyarakat itu dilakukan di SMD same
MMD. Dan untuk SDM sudah mencukupi atau tidak kalau untok
ditahon lalu itu kurang mencukupi yang mane sudah saye jelaskan
tadi kalau ditahon lalu itu alasannye seperti ape dan juge ditahon
lalu itu kurangnye kerje same dengan tim laen yaitu desa seperti
kader dalam pemberdayaan masyarakat. Kalau ditahon ini sudah
mulai adenye kerje same lintas sektor antare puskesmas dan pihak
laennye dalam menjalankan program STBM pilar 1 ini.(Informan
U2)”
“iye untuk menjalankan program ni saye sendiri.dan
insyaallah bise saye bertanggung jawab dalam menjalankan
program ni. Kalau untuk mengikuti pelatihan khusus STBM ini
saye belom ade lagi, tetapi kalau untuk menjalankan program
STBM ni saye cume bise menerapkan ilmu-ilmu yang saye pelajari
saat saye kuliah saje. Dalam kendale penjalanan program itu
cume kesulitan di perubahan perilaku masyarakat saje, karne same
39

same kite tau kalau merubah perilaku masyarakat dari tidak sehat
menjadi sehat itu sulit. Untuk kesiapan dari kami petugas
kesehatan lingkungan yang mane untuk meng ODF kan suatu desa
itu kan harus melengkapi persyaratan dari desa nya, nah kami
dari puskesmas nanti hanye menurunkan tim kelapangan dengan
bekerjasama dengan PKK,tokoh masyarakat, RT, desa tetangga
juga untuk memverifikasi dari tugas kesehatan sudah pasti dan
juge dengan adanya kerjasama seperti ini sudah mencukupi untuk
menjalankan program tersebut.(Informan U3)”
Berdasarkan hasil wawancara yang disampaikan oleh
informan bahwa SDM sudah mencukupi untuk menjalankan
program STBM Stop BABS di Wilayah Kerja Puskesmas Lanjut
dengan adanya kerja sama dengan masyarakat desa beserta tokoh-
tokoh masyarakat terutama di Desa Lanjut dan Desa Berindat.
“Dalam menjalankan program ni dari desa sudah ade
SDM dulunye paleng dibantu dengan kader-kader, posbindu, dan
perangkat-perangkat desa juge ikot membantu dalam program ni.
(Informan P1)
“Untuk SDM dari desa dalam menjalankan program ini tu
tak ade, karne sebenanye didaerah kami ni sudah banyak
masyarakat yang punye wc pribadi dan yang tak punye pun hanye
beberape sekitar 6 atau 7 rumah yang tak punye wc pribadi tapi
die banyak la gunekan wc umum.(Informan P2)
b. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana dalam pelaksanaan STBM khususnya
cukup memadai dalam menjalankan program STBM. Hal ini dapat
dibuktikan dari kutipan hasil wawancara mendalam dengan
Plt.Kepala Puskesmas Lanjut, Penanggung Jawab UKM, Petugas
Kesling, Kepala Desa Sedamai dan Berindat sebagai berikut:
“Untuk sarana dan prasana ni kan kita sudah berjalan
hampir kurang dari 3 tahun kalau untuk puskesmas baru sudah
40

cukup kalau untuk puskesmas baru ya, sambil terus kita meminta
permintaan dan alhamdulillah apa yang kita minta dengan dinas
kesehatan kalau ada ya dikasi kalau ga ada ya ga papa. Tapi ini
sudah cukup. Sarana dan prasarana yang kami minta sesuai
kebutuhan kita, misalkan kesling ni yaitu keslingkid, alat untuk
pengambilan sampel dan kalau untuk promkes untuk dalam
kegiatan program media media adukasi untuk pertumbuhan dan
lain-lainnya la gitu. Alhamdulillah sarana dan prasarana yang
sudah kami dapatkan keslingkid sudah kami dapatkan, poster,
banner, alat-alat untuk SDIDTK dari lintas sektor ya dan
alhamdulillah sudah mendukung. Tapi ya Cuma itulah transportasi
kami menggunakan transportasi pribadi.(Informan U1)”
“ketersediaan nya ya alhamdulillah adalah lah ye buk. Ye
kek gitulah pokoknye. Dan Sarana dan prasarana yang kami dapat
itu berupe alat pencetakan septik tank dari pihak dinas kesehatan,
dan itu pun kami ajukan 2 tahun sebelumnye barulah dikasi
kekami.ye kalau dikaba cukop ye cukopla alhamdulillah la ye buk
ye. Ye buk(Informan U2 dan U3)”
Berdasarkan hasil wawancara yang disampaikan oleh
informan bahwa Sarana dan prasarana yang ada berupa alat
pencetakan septik tank dan MCK sudah tersedia dan telah
dialokasikan di desa Sedamai dan Berindat tersebut menurut hasil
wawancara dengan Penanggung Jawab UKM dan petugas Kesling
Puskesmas Lanjut.
“Dulu pernah dikasi same orang kesehatan/orang
puskesmas tu semacam alat pembuat septik tank, yang mane
dengan adenye ini sangat membantu untuk masyarakat yang
kurang mampu. Ye sangat mendukong lah(Informan P1)”
“Kalau untuk sarana prasana yang kami dapat ditahon lalu
tu paleng disediekan tempat untok membuat MCK. Ye cukuplah
(Informan P2)”
41

c. Anggaran
Sumber dana yang digunakan dalam pelaksanaan STBM
baik dari APBD,ADD atau Pemerintah daerah maupun APBN.
Sumber dana yang digunakan untuk melaksanakan program STBM
di Puskesmas Lanjut termasuk Desa Sedamai dan Desa Berindat
yaitu dari BOK,ADD,DD dan program PNPM yang dialokasikan
untuk kegiatan program STBM stop BABS. Hal ini dapat
dibuktikan dari kutipan wawancara mendalam dengan informan
berikut ini:
“untuk anggaran kami mempunyai anggaran dari
puskesmas, ADD dan BOK dan sudah mencukupi. Dalam kendala
itu tidak ada untuk anggaran tetapi yang dihadapi itu kendala dari
perubahan perilaku masyarakatnya saja. Kalau anggaran tidak
ada.(Informan U1)”
“Untuk anggaran atau dana itu kami pakai dana gabungan
seperti BOK,ADD desa dan juge PNPM. Untuk ditahon lalu itu
kami memang ade permasalahan di anggaran karne anggaran
yang didapat itu bukan hanye untuk pengeluaran di program ini
saje. Tetapi masih banyak program laen yang haros diurus juge.
Makenye kalau untuk ditahon kemaren itu kurang optimal dalam
penjalanan program ini.(Informan U2 dan U3)”
Berdasarkan hasil wawancara yang disampaikan oleh
informan bahwa anggaran sudah menjadi kendala dalam
melaksanakan program Stop Buang Air Besar Sembarangan pada
tahun 2019. Kendala yang dialami masyarakat dalam mengubah
perilakunya untuk BAB di jamban pada faktor pendanaan,
masyarakat lebih mementingkan kebutuhan sehari-hari dari pada
menyisihkan sebagian uangnya untuk pembangunan jamban.
42

“Yang jelas kalau dari dana itu menggunekan dana dari


APBD desa dan program PNPM untuk membangun 7 unit MCK.
(Informan P1)”
“Kalau untok ditahon lalu tu masyarakat kami adelah
dapat dari dana APBD desa sebanyak 40 lebeh rumah, tapi untok
ditahon ni dah tak boleh. Dana tu hanye boleh untok fasilitas wc
umum saje.(Informasn P2)”
Berdasarkan hasil wawancara yang disampaikan oleh
informan bahwa mengenai dana yang digunakan dalam
pelaksanaan STBM didapatkan informasi bahwa dana yang
digunakan untuk pelaksanaan STBM Stop BABS berasal dari dana
APBD desa dan Program PNPM untuk masyarakat dalam
pembuatan MCK atau WC umum untuk masyarakat desa.
d. Kebijakan
Kebijakan atau peraturan untuk pelaksanaan Stop Buang
Air Besar Sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Lanjut secara
umum dirangkum pada kebijakan STBM. Kebijakan atau peraturan
Stop BABS dikeluarkan langsung oleh Puskesmas dan Kecamatan
yaitu dilarang BAB Sembarangan beserta SK Himbauan untuk
masyarakat tidak Buang Air Besar Sembarangan, dari pihak
puskesmas juga sudah melakukan aksi turun kelapangan dengan
memasang spanduk-spanduk dipinggir jalan agar masyarakat lebih
mengerti akibat dan dampak jika masih tetap menerapkan BAB
Sembarangan. Kebijakan dibuat agar keberhasilan program dapat
tercapai dan sesuai dengan yang diharapkan, berdasarkan
wawwancara mendalam dengan informan sebagai berikut:
“Oke yang pertama untuk kebijakan ini dibuatkan SK dulu
untuk seluruh penanggung jawab kegiatan yaitu SK puskesmas,
terus yang kedua kita berkoordinasi dengan kecamatan biasanya
kegiatan kita yang berhubungan dengan kader UKBM ada pula SK
nya dari Kecamatan. Kebijakan itu bukan dari puskesmas aja tapi
43

ada juga kebijakan dari kecamatan dan kita saling berkoordinasi.


Secara puskesmas sendiri mengeluarkan SK bertanggung jawab
untuk satu tahun kedepan.(Informan U1)”
“Untuk peraturan atau kebijakan kami ade dari puskesmas
dan kecamatan sudah membuat aturan yaitu dilarang Buang Air
Besar Sembarangan tu juge kami sudah pasang sapnuk-spanduk
ditepi jalan dan beserte SK himbauan untuk masyarakat agar tidak
BAB Sembarangan lagi.(Informan U2 dan U3)”
Berdasarkan hasil wawancara yang disampaikan oleh
informan bahwa kebijakan sudah di miliki dalam pelaksanaan
program STBM Stop BABS di Puskesmas Lanjut, Puskesmas
Lanjut juga sudah mempunyai SK himbauan untuk masyarakat
terutama di wilayah kerja Puskesmas Lanjut untuk tidak Buang Air
Besar Sembarangan lagi.
Sedangkan di desa belum memiliki peraturan atau
kebijakan dalam pelaksanaan program STBM Stop BABS
berdasarkan hasil wawancara berikut ini:
”Untuk peraturan atau kebijakan desa kami belom ade,
kami cume sebagai penjalan program dari orang puskesmas saje.
Tetapi orang puskesmas pernah ngaba same kami bahwe program
BABS ini harus di 0 kan ibaratnye itulah pencapaiannye tu biar
tak ade lagi orang yang Buang Air Besar Sembarangan.(Informan
P1)”
“Kalau di desa kami peraturan desa untuk program BABS
ni tak adelah. Ye cume kesadaran diri maseng maseng aje lagi.
(Informan P2)”
Berdasarkan hasil wawancara yang disampaikan oleh
informan bahwa tidak adanya peraturan desa untuk menghimbau
masyarakat tidak Buang Air Besar Sembarangan, sehingga lebih
mudah untuk melakukan BAB Sembarangan dikarenakan tidak
44

adanya peraturan yang menekankan kepada masyarakat untuk tidak


melakukan kebiasaan buruk lainnya.
e. Pra Pemicuan
Pada tahap pra pemicuan, dilakukan advokasi kepada
pemangku kepentingan secara berjenjang, identifikasi masalah dan
analisis situasi. Advokasi yang dilakukan kepada tokoh agama dan
pemerintah desa telah sudah dilakukan baik oleh pihak dinas
kesehatan kota Dabo Singkep maupun pihak Puskesmas Lanjut
dalam menjalankan program STBM Stop BABS di wilayah kerja
Puskesmas Lanjut.
“kami sebelum melakukan kegiatan kami sudah melakukan
sosialisasi,kan ga mungkin langsung-langsung aja kegiatan kita
lakukan. jadi sebelum dilakukan kegiatan itu kita melakukan
koordinasi dengan desa, nanti apa jawaban dari desa baru kita
panggil untuk pertemuan dengan beberapa masyarakat nanti
setelah diskusikan dengan masyarakat baru kita jadwalkan untuk
dilakukannya program STBM dengan pihak dinas kesehatan.
(Infroman U1)”
“Untuk proses nye kami sudah melakukan sosialisasi
dengan masyarakat dan juge kami sudah mengambil data rumah
yang masih belum punye WC pribadi ditiap desa.(Informan U2
dan U3)”
Berdasarkan hasil wawancara yang disampaikan oleh
informan bahwa informan menekankan bahwa pihak puskesmas
sudah menjalankan proses-proses diantaranya melakukan
sosisalisasi dengan masyarakat desa beserta Kepala Desa setempat.
“Dukungan saye kepade masyarakat ye cume melalui
sosialisasi bersame pihak puskesmas, kader-kader dan pare tokoh
masyarakat saje. Dan dalam program ni memang masyarakat
tulah yang lebeh haros antusias didalam kegiatan ni.(Informan
P1)”
45

“Kalau untuk ini ye saye mendukong tapi saye tak tau la


kemaren tu ade sosialisasi atau dak ye kan saye PLT, tapi adelah
orang puskesmas datang kemaren. Cume melakukan pemantauan
saje tapi bukan BABS tapi untuk Air besih saje. Karne kan di
tempat kami ni masyarakatnye ade yang dapat rumah bedah, Jadi
yang dapat rumah bedah tu sekalian dengan pembuatan wc
dorumahnye kalau tak salah. Tak mungken pulak la rumah dibuat
tapi wc dak dibuatkan.(Informan P2)”
Berdasarkan hasil wawancara yang disampaikan oleh
informan bahwa salah satu desa saja yang sudah dilakukan nya
sosialisasi bersama masyarakat,tokoh masyrakat dan pemerintah
desa. Dikarenakan tempat yang tidak dilakukannya sosialisasi
sudah tidak ada yang BAB Sembarangan.
f. Pemicuan
Berdasarkan hasil wawancara yang disampaikan oleh
informan bahwa kegiatan telah dilaksanakan dengan cukup baik
tetapi untuk membangun komitmen masyarakat masih teramat sulit
bagi petugas kesehatan lingkungan dan penanggung jawab UKM
Puskesmas Lanjut.
“Kalau yang namanya pemicuan ini sama seperti yang
saya jelaskan diawal tadi bukannya pemicuan kita lakukan hari ini
dan hari ini juga selesainya bukan. Tetapi ada juga sebagian
masyarakat yang melakukan dan terbuka juga pemikirannya untuk
melakukan pola hidup bersih dan sehat. Tetapi didalam
perjalanannya ada juga beberapa faktor salah satunya ekonomi
dan ada juga yang bisa ada juga yang enggak apa yang harus
mereka perbuat dengan apa yang sudah mereka terpicu ini. Kami
ada juga kendala disana, tapi trip kita dari puskesmas kami
mendekati desa jadi koordinasi dengan kepala desa bahwa sudah
terpicu ni sudah ada perubahan perilaku walaupun sebatas
pemikiran masyarakat secara dana mungkin mereka belum mampu
46

jadi kita membuat arisan jamban terus salah satu mendekati desa
juga dari dana ADD desa jadi kita pernah dibantu desa semen
atau pasir untuk membuat septick tank itu masyarakt yang ngerjain
untuk cetakan pijam dari puskesmas.itu kita punya ni cetakan
masyarakat minjam kekita cetakan masyarakat ngerjain, nanti
dirumah mana yang belum ada kita letak disana begitu.(Informan
U1)”
“Ye same same kite tahu untuk merubah perilaku
masyarakat itu sulit, ye tapi dengan dilakukannye pemetaan dan
diberitahukanye ape dampak dan akibat ketike BAB Sembarangan
ni bukan nye kite aje tapi untuk orang banyak. dan juge ketike
diberitahukannye itu ade komitmen masyarakat untuk tidak
melakukan kebiasaan burok tadi.(Informan U2 dan U3)”
Berdasarkan hasil wawancara yang disampaikan oleh
informan bahwa pemicuan dilakukan dengan adanya bantuan dari
beberapa tim atau komunitas dalam menjalankan program STBM,
tetapi ada sebagian yang tidak membentuk tim atau komunitas
dikarenakan sudah adanya fasilitas WC yang dibangun oleh
beberapa masyarakat yang terhitung bedah rumah di desa.
“ye kami dari desa sedamai memang ditahon lalu tu ade
membuat team untuk pelaksanaan ni dilapangan, tapi saye tu dah
lupe name team nye ape ee heheh lupe saye. Dan teamnye itu
sudah ade strukturnye ade ketue dan laen laen.(Informan P1)”
“Dak de.(Informan P2)”
g. Pasca pemicuan
Setelah terlaksananya pra pemicuan serta pemicuan dalam
penjalanan program BABS di Wilayah Kerja Puskesmas Lanjut,
Penanggung Jawab UKM dan Petugas Kesling telah melakukan
monitoring di desa berindat dan sedamai. Namun pada saat
melakukan monitoring Petugas Kesling dan Penanggung Jawab
UKM tidak melakukan monitoring secara keseluruhan di
47

karenakan kurangnya SDM dan waktu untuk melakukan


monitoring secara optimal. Berikut hasil wawancara dengan
Penanggung Jawab UKM dan Petugas Kesling:
“kita setiap 3 bulan sekali melakukan monitoring, yang
pertama itu dari kesling itu setiap bulan terus setiap 3 bulan sekali
itu saya ikut turun dan pada saat 3 bulan sekali itu kami bukan
hanya memonitoring atau mereview itu tentang perkembangan
kesehatan didesa dan ini termasuk salah satu dari review kita, jadi
kalau ada kendala atau hambatan berdasar arahan atau masukan
dari tim puskesmas ayo kita rembuk sama-sama apa yang harus
kita buat seperti itu. Dan alhamdulillah untuk tahun ini kita sudah
2 rencananya tahun ini kita akan meng ODF kan semua desa kan
kita ada 6 desa yang beru ter ODF itu 2 desa nah ditahun ini
insyaallah kita akan meng ODF kan 4 desa lagi. Kita doakan saja
semoga di pesisir ini.(Informan U1)”
“ye, kami melakukan monitoring.(Informan U2)”
“kami melakukan monitoring itu dulu 3 kali dalam setahun
dan itu pun kami melakukannye dibantu dengan hanye beberape
kader. Jadi kami melakukannye tu hanye beberape rumah tidak
semuenye kami lakukan monitoring.(Informan U3)”
Berdasarkan hasil wawancara yang disampaikan oleh
informan bahwa pasca pemicuan atau monitoring dilakukan setiap
3 bulan sekali dari pihak puskesmas terhadap desa yang di ODF
terutama Desa Sedamai dan Desa Berindat. Monitoring dilakukan
dengan dibantu oleh kader-kader desa untuk mempermudah
jalannya monitoring ditiap rumah.
“Kalau untok pemantauan tu puskesmas kite sereng la tiap
bulan, kalau bise dikatekan tu pro aktiflah puskesmas kite ni
orang-orangnye.(Informan P1)”
48

“Itulah saye cakap tadi tu kemaren tu ntah sosialisasi ntah


pemantauan orang puskesmas tu datang, saye kuang tau ge
hehehe.(Informan P2)”
BAB V

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini peneliti memiliki keterbatasan dalam
melakukan wawancara yaitu keterbatasan waktu informan untuk menjawab
semua pertanyaan penelitian dan pengetahuan beberapa informan yang masih
rendah sehingga susah menggali lebih dalam tentang kegiatan Stop Buang Air
Besar Sembarangan di lokasi Penelitian.

B. Pembahasan
1. Sumber Daya Manusia
Dari hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara mendalam
dengan informan di Puskesmas Lanjut diperoleh informasi bahwa Sumber
Daya Manusia dalam pelaksanaan program STBM Stop BABS belum
sesuai dengan kebutuhan, masih perlu adanya pelatihan untuk petugas
atau pelaksana program dalam melaksanakan program STBM Stop
BABS. Dilihat dari tidak adanya pelatihan untuk petugas kesehatan
lingkungan bahwa kurangnya pengalaman petugas kesehatan lingkungan
dalam mempertanggung jawabkan atau melaksanakan Program STBM
Stop BABS di Wilayah Kerja Puskesmas Lanjut sehingga membuat
pelaksanaan program STOP BABS menjadi kurang optimal.
Menurut Ramsar (2012), sumber daya manusia sangat diperlukan
guna meningkatkan produktifitas serta efektifitas dan efesiensi didalam
penggunaan sumber daya manusia. Sehingga apa yang menjadi tujuan
dari organisasi akan dapat tercapai sebagaimana mestinya. sumber daya
manusia merupakan faktor yang unik baik fisik maupun psikis. Dalam
keadaan biasa manusia hanya menggunakan sebagian kecil dari
kemampuannya karena

49
50

sebenarnya kemampuan manusia itu sangat luas. Apabila sumber daya


manusia itu dikembangkan kualitasnya mereka akan mempunyai
pengaruh pada perubahan pengetahuan, perubahan sikap, perubahan
kemampuan, perubahan tingkah laku individu dan kelompok.
Pendidikan terakhir dari sanitarian dan promotor kesehatan di
Puskesmas Lanjut adalah diploma tiga. Hal ini sesuai dengan Permenkes
nomor 13 tahun 2015 yang menyebutkan pendidikan tenaga kesehatan
lingkungan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan lingkungan di
puskesmas minimal diploma tiga di bidang kesehatan lingkungan.
Berdasarkan penelitian (Crocker, 2016) menyebutkan bahwa tingkat
kemampuan sumber daya manusia khususnya promotor kesehatan dalam
penyuluhan program dan memberikan pemahaman pada masyarakat
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program STBM.
Pembagian tugas dan wewenang terkait Program STBM tingkat
kecamatan sudah sesuai dengan pedoman pelaksanaan, sedangkan untuk
pembagian tugas dan wewenang tingkat puskesmas melalui koordinasi
dengan promotor kesehatan. Adanya koordinasi yang jelas antara anggota
tim program STBM maka tidak terjadi tumpang tindih tugas pekerjaan
pada program STBM. Pentingnya pembagian tugas dan wewenang sesuai
dengan penelitian Irvianti, 2015 yang menyebutkan bahwa terdapat
pengaruh dan hubungan yang signifikan antara beban kerja dan stress
kerja, serta stress kerja dan turnover intention. Pembinaan atau koordinasi
tingkat Puskesmas dilakukan seminggu sekali dan pembinaan atau
koordinasi tingkat desa dilakukan sebanyak dua kali dalam sebulan.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pelaku pemicuan
yang akan melaksanakan pemicuan di lapangan terkait program STBM
pilar Stop BABS belum pernah mengikuti pelatihan. Tidak ada pelatihan
khusus terkait pelaksanaan program STBM, pihak Dinas Kesehatan
Kabupaten Lingga hanya melakukan rapat koordinasi terkait pelaksanaan
program STBM. Hal ini tidak sesuai dengan permenkes RI nomor 3 tahun
2014 yang menyebutkan bahwa dalam mendukung penyelenggaraan
51

STBM pemerintah daerah kabupaten/kota bertanggung jawab dalam


mengadakan pelatihan teknis bagi petugas dan masyarakat kecamatan dan
atau desa/kelurahan.
2. Sarana dan prasarana
Sarana dan Prasarana di Puskesmas Lanjut untuk sebagian besar
pelaksana STBM mengatakan tidak mendapatkan fasilitas kendaraan
dinas untuk operasianal program kesehatan lingkungan, sehingga mereka
harus menggunakan kendaraan umum ataupun kendaraan pribadi.
Menurut sebagian besar informan, peralatan yang digunakan dalam
kegiatan pemicuan tidak sulit untuk diperoleh sebab biasanya
menggunakan bahan-bahan yang ada di daerah masing-masing dan dari
Dinas Kesehatan hanya menyediakan Alat pencetakan Septik Tank untuk
sebagian rumah.
Sarana dan prasarana merupakan salah satu sumber daya yang
penting dan utama dalam menunjang proses pelaksanaan STBM pilar
Stop BABS. Semua fasilitas atau sarana dan prasarana haruslah dikelola
dengan baik agar keberadaan sarana dan prasarana tersebut dapat
menunjang proses pelaksanaan program, sehingga pelaksanaan program
dapat berjalan lancer dan tujuan program dapat terwujud (Darmastuti,
2014).
Sarana dan prasarana merupakan peralatan yang digunakan untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan program STBM (Sutiyono, 2014).
Sarana dan prasaran sangat penting dalam mendukung keberhasilan
pelaksanaan program STBM.
Peralatan untuk kegiatan pemicuan sudah cukup seperti yang
disampaikan oleh hampir semua informan dimana mereka menggunakan
peralatan dari bahan-bahan yang ada di daerah mereka. Peralatan untuk
kegiatan pemicuan kegiatan Stop BABS tidak sulit untuk mereka peroleh
dan ada yang difasilitasi oleh Dinas Kesehatan Kota yaitu alat
pencetakkan dan semen untuk pembuatan septi tank.
3. Anggaran
52

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas kesehatan


Puskesmas Lanjut dan Kepala Desa diketahui bahwa sumber dana utama
untuk program STBM Pilar Pertama Stop BABS berasal dari dana BOK
(Bantuan Operasional Kesehatan), ADD (Anggaran Dasar Desa) dan
PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat), untuk pembuatan
MCK atau WC umum untuk masyarakat desa. Alokasi dana untuk
pelaksanaan program STBM pilar Stop BABS digunakan untuk
pertemuan, verifikasi, monitoring, dan deklarasi Stop BABS.
Hal ini sesuai dengan penelitian (Firmana, 2017) program STBM
dapat berjalan dengan baik terlihat dari pemanfaatan pembiayaan yang
terealisasi 100% dan sebagian besar digunakan untuk pelatihan pemicuan
(Firmana, 2017). Hasil penelitian ditemukan bahwa pendanaan untuk
Program STBM Pilar Stop BABS tidak terdapat kendala. Dalam
pelaksanaan program, anggaran sudah mencukupi untuk melaksanakan
program.
Menurut penelitian (yanti, 2014) dalam analisis pelaksanaan
Program STBM Stop BABS di Desa Ampelu menyatakan bahwa dari hasil
wawancara mendalam diketahui bahwa dana kegiatan pelaksanaan
Progrma STBM berasal dari Dinas Kesehatan, APBD, BOK, dan Swadaya
Masyarakat.
Dari hasil wawancara dengan informan dan berdasarkan penelitian
terdahulu, penulis menyimpulkan bahwa anggaran kegiatan Program
STBM Stop BABS di Wilayah Kerja Puskesmas Lanjut sudah memenuhi
syarat, karena Puskesmas Lanjut sudah mendapatkan anggaran dari BOK,
APBD, ADD dan PNPM dalam menjalankan Program Stop BABS di
Wilayah Kerja Puskesmas Lanjut.
4. Kebijakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di Puskesmas
Lanjut bahwa kebijakan dari Puskesmas sudah ada dan sudah adanya
himbauan dari kebijakan puskesmas untuk masyarakat tidak BAB
Sembarangan. Dalam melakukan wawancara dengan pihak Desa bahwa
53

tidak adanya peraturan dari Desa untuk tidak BAB Sembarangan terhadap
masyarakat.
Peraturan mengenai kegiatan Stop BABS yang merupakan pilar
pertama dalam Program STBM merupakan aturan tertulis yang dibuat
pemerintah setempat mulai dari PERGUB, PERBUP, PERDES digunakan
sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan Stop BABS di daerah sasaran
STBM, Peraturan Desa merupakan hasil kesepakatan antara Kepala Desa
sebagai pimpinan dengan masyarakat sebagai warga desa dan diprakarsai
oleh pemerintah desa dengan salah satu kegiatan pokoknua adalah
pemberdayaan masyarakat melaluli kegiatan penyelenggaraan promosi
kesehatan dan ilmu peilaku hidup bersih dan sehat (Perpres No.43 Tahun
2014)
Berdasarkan teori yang ada dan dari hasil wawancara dengan
informan jelas bahwa tidak adanya peraturan desa mengenai larangan
Buang Air Besar Sembarangan untuk masyarakat setempat sehingga
menjadi salah satu faktor penghambat terhadap pencapaian akses jamban
lamban. Pihak Desa seharusnya segera membuat peraturan desa tentang
kesehatan lingkungan dalam mencapai desa ODF yang lebih Optimal,
sebab Program STBM adalah Program pemerintah yang harus didukung
oloh semua jajaran pemerintah dari tingkat pusat hingga tingkat desa,
melalui PERMENKES, PERGUB, PERBUP, dan PERDES.
5. Pra pemicuan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa proses perencanaan
program STBM pilar pertama Stop BABS di wilayah kerja Puskesmas
Lanjut sudah dijalankan dengan baik, dimana penanggung jawab program
STBM di Puskesmas lanjut sudah melakukan analisa situasi dan
identifikasi masalah. Perencanaan waktu, tempat dan sasaran pemicuan
dilakukan dengan baik. Selain itu juga sudah terbentuknya fasilitator desa
dan adanya advokasi kepada tokoh masyarakat. Hal ini sesuai dengan
pedoman pelaksanaan teknis STBM tahun 2012, dimana dijelaskan
perlunya dilakukan analisis situasi untuk menggambarkan kondisi sanitasi
54

masyarakat terlebih dahulu walaupun keadaan dokumen hanya sebagai


bukti terlaksananya suatu kegiatan (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia et al., 2012).
Pendataan dan monitoring yang dilakukan secara berkala yaitu
sebanyak empat kali dalam setahun. Pentingnya pengupayaan Puskesmas
untuk mencapai target diatas sesuai dengan penelitian (Makotsi, 2016)
yang menyebutkan bahwa sanitasi merupakan salah satu komponen utama
yang berdampak langsung pada standar hidup masyarakat. Sanitasi
merupakan hak untuk standar hidup yang memadai (Makotsi, 2016).
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa proses penetapan target
program STBM pilar Stop BABS dilakukan secara bersama-sama dengan
tim program STBM tingkat kecamatan. Upaya yang dilakukan Puskesmas
Lanjut dalam mencapai target yang telah ditentukan bersama dengan
pendekatan ke masyarakat, koordinasi pada masing-masing
kelurahan/desa terkait dengan keberlangsungan program STBM pilar Stop
BABS.
6. Pemicuan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di Puskesmas Lanjut
dengan Sanitarian sebagai penanggung jawab program STBM , Promotor
Kesehatan, dan Kepala Puskesmas menyatakan pendapat yang sama
mengenai pelaksanaan pemicuan dimulai dengan koordinasi kepada
pemangku kepentingan yaitu dengan pihak Kecamatan, Kelurahan, Bidan,
dan Kader kesehatan kelurahan setempat. Hasil dari koordinasi tersebut
menghasilkan waktu dan tempat pelaksanaan pemicuan STBM. Tahapan
pemicuan yang pertama yaitu pengantar pertemuan, lalu proses
identifikasi istilah terkait sanitasi kepada masyarakat yang akan dipicu,
dilanjutkan dengan pembuatan peta sanitasi sederhana. Peta sanitasi
sederhana tersebut berisi informasi tentang batas desa, rumah dengan dan
tanpa jamban, jalan, sungai, sumber air untuk minum, mandi dan
mencuci, dan masalah sanitasi yang ada.
55

Hasil penelitian ditemukan bahwa kendala yang dialami pihak


Puskesmas pada saat pemicuan yaitu rendahnya pemahaman masyarakat
terhadap kegiatan program Stop BABS dan rendahnya ekonomi
masyarakat desa diwilayah kerja Puskesmas Lanjut yang mayorittasnya
yaitu nelayan. Kendala ini juga dialami pada penelitian (Kasanah, 2018)
yang menyebutkan bahwa terdapat kendala yang dialami pada saat proses
pemicuan program STBM salah satunya adalah kendala ekonomi.
Penanggung jawab program STBM puskesmas selalu mengikuti
dalam pelaksanaan pemicuan di komunitas didampingi dengan tim STBM
desa. Didalam pelaksanaan pemicuan di komunitas penanggung jawab
program STBM puskesmas berkolobrasi dengan tim STBM desa. Kegiatan
pemicuan dikomunitas diawali dengan pengantar pemicuan, pencairan
suasana, identifikasi istilah-istilah, pemetaan sanitasi, transect walk,
mengitung jumlah tinja, alur kontaminasi, simulasi air, diskusi dampak,
dan menyusun rencana program sanitasi. Tahapan-tahapan tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik oleh penanggung jawab program STBM
puskesmas dan tim STBM desa namun dapat diketahui dari hasil
wawancara dengan penanggung jawab program STBM puskesmas. Hal ini
menujukan bahwa proses pelaksanaan STBM dan pemicuan sudah sesuai
dengan pedoman pelaksanaan program STBM.
7. Pasca Pemicuan
Dari hasil wawancara yang dilakukan di Puskesmas Lanjut, Kepala
Puskesmas Lanjut melakukan monitoring 1 bulan setiap kalinya betujuan
untuk melihat seberapa besar terpicunya masyarakat desa yang di ODF,
sedangkan Penanggung Jawab UKM dan Petugas Kesehatan Lingkungan
bahwa monitoring dilakukan 3 bulan sekali. Akan tetapi pada saat
melakukan monitoring Penanggung jawab UKM dan Petugas Kesehatan
Lingkungan tidak memberikan motivasi kepada masyarakat desa agar
tetap mengikuti himbauan dari Puskesmas Lanjut untuk tidak Buang Air
Besar Sembarangan demi mencapai target Desa ODF yang lebih baik.
56

Menurut (Chandra, 2007) faktor yang mendorong kegiatan


pembuangan tinja secara sembarangan antara lain tingkat sosial ekonomi
yang rendah, pengetahuan di bidang kesehatan lingkungan yang kurang,
kebiasaan buruk dalam pembuangan tinja yang diturunkan dari generasi
ke generasi.
Selain itu, pada saat melakukan wawancara dengan Plt.Kepala
Puskesmas, Penanggung Jawab UKM dan Petugas Kesehatan Lingkungan
disampaikan bahwa kendala yang sering ditemui dimasyarakat yaitu
pengetahuan,ekonomi dan petimbangan masyarakat yang kurang untuk
mengikuti himbauan tidak Buang Air Besar Sembarangan. Rendahnya
ekonomi masyarakat desa yang mayoritasnya adalah nelayan, berat untuk
pihak Puskesmas menghimbau masyarakat untuk tidak Buang Air Besar
Sembarangan dikarenakan tidak cukupnya penghasilan masyarakat dalam
membuat septik tank dan wc pribadi dirumah.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan yaitu tentang Evaluasi
Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Stop BABS di Wilayah Kerja
Puskesmas Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir Kabupaten Lingga Tahun 2019
dapat disumpulkan sebagai berikut.
1. Sumber daya manusia
Sumber daya manusia telah memenuhi syarat dan sesuai
dengan pedoman kerja STBM, namun masih kurangnya
pengalaman petugas kesehatan lingkungan dalam melaksanakan
program Stop BABS sehingga berdampak pada kurang optimalnya
pelaksanaan kegiatan Stop Buang Air Besar Sembarangan.
2. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana dalam kegiatan Program STBM Stop
BABS di Wilayah Kerja Puskesmas Lanjut telah mencukupi.
3. Anggaran
Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan tersebut sudah
mencukupi dalam pelaksanaan Program STBM Stop BABS, seperti
dana dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), Anggaran Dasar
Desa (ADD), dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM).
4. Kebijakan
Kebijakan yang ditetapkan dalam pelaksanaan Program STBM
Stop BABS belum ada untuk di setiap desa yang ada di Wilayah
Kerja Puskesmas Lanjut terutama Desa yang diteliti yaitu Desa
Sedamai dan Desa Berindat.

57
58

5. Pra Pemicuan
Dalam pra pemicuan sosialisasi sudah cukup baik untuk
dilaksanakan di Desa Berindat dan Desa Sedamai.
6. Pemicuan
Dalam pemicuan Penanggung Jawab UKM dan Petugas
Kesehatan Lingkungan telah melaksanakan kegiatannya dengan
cukup baik, namun terdapat beberapa kesulitan diantaranya
kurangnya komitmen dan partisipasi masyarakat desa terhadapat
Program STBM Stop BABS di Desa Sedamai dan Desa Berindat.
7. Pasca Pemicuan
Paska Pemicuan meliputi kegiatan monitoring dan motivasi di
Desa Sedamai dan Desa Berindat sudah cukup baik, namun
kurangnya pemberian motivasi kepada masyarakat desa untuk tetap
mengikuti himbauan yang telah dibuat oleh pihak Puskesmas
Lanjut.

B. Saran
Setelah diambil kesimpulan terhadap permasalahan penelitian, maka
terdapat beberapa saran bagi Puskesmas Lanjut, antara lain:
a. Hendaknya pihak puskesmas mengadakan pelatihan khusus kesehatan
lingkungan untuk para penanggung jawab program agar kegiatan
STBM khususnya Pilar I bisa dilaksanakan dengan optimal.
b. Hendaknya menambah saran dan prasarana pendukung dalam
pelaksanaan Program STBM seperti transportasi untuk petugas
kesehatan dalam menjalankan program.
c. Hendaknya mengupayakan dana yang lebih untuk kegiatan program,
berhubung dengan rendahnya ekonomi masyarakat desa yang
membuat masyarakat kurang peduli dengan kesehatan lingkungan
sekitarnya.
59

d. Hendaknya meningkatkan koordinasi dengan kepala desa untuk


membuat kebijakan atau peraturan terkait Program STBM Stop BABS,
agar masyarakat lebih mentaati peraturan yang sudah dibuat oleh Desa.
e. Hendaknya memberikan motivasi kepada masyarakat untuk membuat
masyarakat lebih mengerti dan paham dampak dari BAB
Sembarangan.
f. Semoga ditahun 2020 Puskesmas Lanjut bisa lebih gencar dalam
menjalankan Program STBM Pilar I walaupun dengan keterbatasan
yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA

Arfiah, A., Patmawati, P., & Afriani, A. (2019). Gambaran Pelaksanaan Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) Di Desa Padang Timur Kecamatan
Campalagian Kabupaten Polewali Mandar. J-KESMAS: Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 4(2), 113. https://doi.org/10.35329/jkesmas.v4i2.253
Ashari, A. E., & Akbar, F. (2017). Evaluasi Program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat Di Kabupaten Mamuju. Jurnal Kesehatan Manarang, 2(1), 6.
https://doi.org/10.33490/jkm.v2i1.7
Davik, F. I. (2016). Evaluasi Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Pilar
Stop BABS di Puksesmas Kabupaten Probolinggo. Jurnal Administrasi
Kesehatan Indonesia, 4(2), 107. https://doi.org/10.20473/jaki.v4i2.2016.107-
116
DepkesRI. (2008). Srategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
Entianopa, M., Marisdayana, R., Andriani, L., & Hendriani, V. (2017). Analisis
Pelaksanaan Program Stbm Pilar Pertama Stop Buang Air Besar
Sembarangan Di Desa Ampelu Kabupaten Batanghari. Jurnal Kesehatan
Terpadu, 1(2), 49–53. https://doi.org/10.36002/jkt.v1i2.267
Ermayendri, D. (2017). Pengaruh CLTS (pemicuan) untuk meningkatkan akses
jamban (pilar pertama STBM di Kabupaten Bengkulu Selatan. Jurnal of
Nursing and Public Health, 5(2), 14–18.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Pedoman Pelaksanaan
Teknis STBM Tahun 2012. Kesehatan, 1–72.
http://stbm.kemkes.go.id/public/docs/reference/5b99c4c2576e12f4c9a20191
39312658b2f3704c9abc5.pdf
Kementrian Kesehatan. (2014). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). In
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM)(Vol. 12, Issue 1).
Kementrian Kesehatan RI dan Millenium Cahallenge Account Indonesia. (2016).
Pedoman Pelaksanaan Pemicuan Desa Program Kesehatan dan Gizi
Berbasis Masyarakat (PKGBM) untuk Menurut Stanting. 1–31.
Kemkes. (2018). Pemicuan stbm, strategi perubahan perilaku dalam pencegahan
stunting.Jakarta.
Kasjono, H. S., Widyantoro, W., & Pujiyati, N. E. (2017). Model Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Melaksanakan 5 Pilar STBM Di Sorowajan Bantul.
AKSIOLOGIYA : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(2), 142.
https://doi.org/10.30651/aks.v1i2.938
Supriyanto, S. dan Damayanti NA, 2007, Perencanaan dan Evaluasi, Airlangga
University Press, Surabaya.

Yusran, Y. (2015). Pelaksanaan Program Stbm Stop Babs Di Desa Lembur Timur
Dan Desa Luba Kecamatan Lembur Kabupaten Alor Tahun 2015. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, 09, 163–171.

Ganing, A., & Hairuddin, M. C. (2016). Perilaku Masyarakat Terhadap Sanitasi


Total Berbasis Masyarakat Di Kabupaten Majene. Jurnal Kesehatan
Manarang, 2(2), 66. https://doi.org/10.33490/jkm.v2i2.17

Pengetahuan, H., Bab, S., & Kepemilikan, D. A. N. (2018). Hubungan


Pengetahuan, Sikap Bab, Dan Kepemilikan Septic Tank Dengan Status Odf
(Open Defecation Free) Di Kecamatan Candisari Kota Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(6), 143–149.

Ichwanudin, I. (2017). Kajian Dampak Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


Terhadap Akses Sanitasi di Kabupaten Wonogiri.Jurnal Kesehatan
Lingkungan Indonesia, 15(2), 46. https://doi.org/10.14710/jkli.15.2.46-49

Wijono, 2009, Manajemen program dan kepemimpinan Kesehatan, CV, Duta


Prima Airlangga, Surabaya.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
HANG TUAH PEKANBARU
Jl. Mustafa Sari No. 05 Tangkerang Selatan, Telp : 0761 33815, Fax : 0761 863646
Email : stikes@htp.ac.id Izin Mendiknas : 226/D/O/2002 Website : http://www.htp.ac.id

Nomor : 00190/STIKES-HTP/II/2020/06 Pekanbaru, 25 Sep 2020


Lampiran : -
Perihal : Permohonan Pengambilan Data Awal Penelitian/Riset Kepada Yth,
Kepala Puskesmas
Lanjut
Di
Tempat

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan
pembuatan proposal
penelitian yang
merupakan salah
satu syarat untuk
menyelesaikan
pendidikan/mendap
atkan gelar
kesarjanaan jenjang
Strata I (S1) pada
Program Studi
Kesehatan
Masyarakat (Prodi
Kesmas), maka
bersama ini kami
mohon kepada
Bapak/Ibu agar
dapat membantu
dalam proses
pengambilan data
awal yang
diperlukan oleh
mahasiswa, sebagai
berikut :

Nama :
M.FARHAN
MAULANA
NIM :
16011202
P
r
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
HANG TUAH PEKANBARU
Jl. Mustafa Sari No. 05 Tangkerang Selatan, Telp : 0761 33815, Fax : 0761 863646
Email : stikes@htp.ac.id Izin Mendiknas : 226/D/O/2002 Website : http://www.htp.ac.id

ogram Studi :
Strata
I (S1) Kesehatan
Masyarakat Jalur : A
Reguler
Judul Penelitian : Evaluasi program sanitasi total
berbasis masyarakat stop babs di
wilayah kerja puskesmas lanjut
kecamatan singkep pesisir
kabupaten lingga tahun 2020
Tempat Penelitian : Kepala Puskesmas Lanjut
Data Dibutuhkan :

Data program STBM


stop BABS No HP :

082113579659

Demikian dapat kami sampaikan, atas perhatian dan kerja sama


yang baik kami ucapkan terima kasih
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
HANG TUAH PEKANBARU
Jl. Mustafa Sari No. 05 Tangkerang Selatan, Telp : 0761 33815, Fax : 0761 863646
Email : stikes@htp.ac.id Izin Mendiknas : 226/D/O/2002 Website : http://www.htp.ac.id

Nomor : 00190/STIKES-HTP/II/2020/06 Pekanbaru, 31 Aug 2020


Lampiran : -
Perihal : Permohonan Pengambilan Data Awal Penelitian/Riset

Kepada Yth,
Kepala Puskesmas Lanjut

Di
Tempat

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan pembuatan proposal penelitian yang merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan/mendapatkan gelar kesarjanaan jenjang Strata I (S1) pada Program
Studi Kesehatan Masyarakat (Prodi Kesmas), maka bersama ini kami mohon kepada Bapak/Ibu
agar dapat membantu dalam proses pengambilan data awal yang diperlukan oleh mahasiswa,
sebagai berikut :

Nama : M.FARHAN MAULANA


NIM : 16011202
Program Studi : Strata I (S1) Kesehatan Masyarakat
Jalur : A Reguler
Judul Penelitian : Evaluasi program sanitasi total berbasis masyarakat stop babs di
wilayah kerja puskesmas lanjut kecamatan singkep pesisir
kabupaten lingga tahun 2020
Tempat Penelitian : Kepala Puskesmas Lanjut
Data Dibutuhkan : Data program STBM stop BABS
No HP : 082113579659

Demikian dapat kami sampaikan, atas perhatian dan kerja sama yang baik kami ucapkan terima kasih.
Lampiran 4

PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN

Assalamuallaikum Wr,Wb

Selamat Pagi/Siang/Sore

Perkenalkan nama saya M.Farhan Maulana. Saya adalah mahasiswa S1


Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Hangtuah Pekanbaru, Peminatan Promosi Keehatan Dan Ilmu Perilaku ingin
melakukan penelitian yang berjudul “Evaluasi Program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat Stop BABS di Puskesmas Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir
Kabupaten Lingga Tahun 2020”

Penelitian ini dilakukan sebagai tahap akhir dalam peneyelesaian studi di


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hangtuah. Saya berharap Bapak/Ibu, bersedia
untuk menjadi informan dalam penelitian ini dimana saya akan melakukan
wawancara mendalam terkait dengan penelitian. Semua informasi yang Bapak/Ibu
berikan terjamin kerahasiaannya, dengan cara hanya mencantumkan inisial nama
dari Bapak/Ibu dan tidak mencantumkan identitas informan ke dalam hasil
penelitian saya, saya mohon untuk mengisi nama dan tanda tangan dibawah ini.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, setuju untuk ikut serta dalam penelitian

Nama :

Tanda tangan :

Terima kasih atas ketersediaan Bapak/Ibu untuk ikut serta di dalam penelitian ini.
Lampiran 5

PEDOMAN WAWANCARA

Evaluasi Program STBM stop BABS di Puskesmas Lanjut Kecamatan


Singkep Pesisir Kabupaten Lingga Tahun 2020

Informan Utama : Kepala UPT Puskesmas Lanjut

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Tanggal wawancara :

Daftar Pertanyaan :

A. Input
1. SDM
 Apakah ada penanggung jawab dalam menjalankan program
STBM stop BABS di puskesmas Lanjut?
 Bagaimana kesiapan dalam menjalan program STBM di
puskesmas Lanjut?
 Menurut bapak/ibu apakah jumlah SDM yang ada sudah
mencukupi untuk melaksanakan Program STBM?
2. Anggaran
 Apakah ada anggaran yang disiapkan dalam menjalankan program
STBM di puskesmas Lanjut? Jika tidak, mengapa?
 Menurut bapak/ibu apakah anggaran tersebut mencukupi dalam
menjalankan program STBM? Jika tidak, mengapa?
3. Sarana Prasarana
 Bagaimana ketersediaan sarana prasarana di Puskesmas Lanjut
dalam menjalankan Program STBM?
 Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam menjalankan
program STBM di puskesmas Lanjut?
 Apakah sarana dan prasarana sudah mendukung dalam pelaksanaan
program STBM.
4. Kebijakan
 Apakah ada peraturan terkait program STBM di Puskesmas
Lanjut?
B. Proses
1. Pra Pemicuan
 Apakah sudah dilakukannya sosialisasi kepada masyarakat?
2. Pemicuan
 Bagaimana tindakan petugas kesehatan dalam mendorong
perubahan perilaku masyarakat agar bisa menerapkan BABS
dijamban?
 Apakah ada komitmen masyarakat pada saat dilakukannya
pemicuan?
3. Pasca Pemicuan
 Ketika proses pra pemicuan dan pemicuan terlaksanakan, apakah
bapak/ibu melakukan sistem monitoring? Bagaimana sistem yang
digunakan?
PEDOMAN WAWANCARA

Evaluasi Program STBM stop BABS di Puskesmas Lanjut Kecamatan


Singkep Pesisir Kabupaten Lingga Tahun 2020

Informan Utama : Penanggung Jawab UKM Puskesmas Lanjut

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Tanggal wawancara :

Daftar Pertanyaan :

A. Input
1. SDM
 Apakah ada penanggung jawab dalam menjalankan program
STBM stop BABS di puskesmas Lanjut?
 Bagaimana kesiapan penanggung jawab dalam menjalan program
STBM di puskesmas Lanjut?
 Menurut bapak/ibu apakah jumlah SDM yang ada sudah
mencukupi untuk melaksanakan Program STBM?
2. Anggaran
 Apakah ada anggaran yang disiapkan dalam menjalankan program
STBM di puskesmas Lanjut? Jika tidak, mengapa?
 Menurut bapak/ibu apakah anggaran tersebut menicukup dalam
menjalankan program STBM? Jika tidak, mengapa?
3. Sarana Prasarana
 Bagaimana ketersediaan sarana prasarana di Puskesmas Lanjut
dalam menjalankan Program STBM?
 Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam menjalankan
program STBM di puskesmas Lanjut?
 Apakah sarana dan prasarana sudah mendukung dalam pelaksanaan
program STBM?
4. Kebijakan
 Apakah ada peraturan terkait program STBM di Puskesmas
Lanjut?
B. Proses
1. Pra Pemicuan
 Apakah sudah dilakukannya sosialisasi kepada masyarakat?
2. Pemicuan
 Bagaimana tindakan petugas kesehatan dalam mendorong
perubahan perilaku masyarakat agar bisa menerapkan BABS
dijamban?
 Apakah ada komitmen masyarakat pada saat dilakukannya
pemicuan?
3. Pasca Pemicuan
 Ketika proses pra pemicuan dan pemicuan terlaksanakan, apakah
bapak/ibu melakukan sistem monitoring? Bagaimana sistem yang
digunakan?
PEDOMAN WAWANCARA

Evaluasi Program STBM stop BABS di Puskesmas Lanjut Kecamatan


Singkep Pesisir Kabupaten Lingga Tahun 2020

Informan Utama : Petugas Kesehatan Lingkungan

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Tanggal wawancara :

Daftar Pertanyaan :

A. Input
1. SDM
 Sebagai seorang sanitarian apakah bapak/ibu pernah mengikuti
pelatihan dalam peningkatan kompetensi program STBM?
 Dalam kegiatan program STBM khususnya Pilar pertama stop
BABS, apa saja kegiatan yang menurut bapak/ibu yang menjadi
kendala untuk melaksanakannya? Mohon dijelaskan?
 Bagaimana kesiapan petugas kesehatan lingkungan dalam
menjalankan program STBM di Puskesmas Lanjut?
 Menurut bapak/ibu apakah jumlah SDM yang ada sudah
mencukupi untuk melaksanakan Program STBM?
2. Anggaran
 Apakah ada anggaran yang disiapkan dalam menjalankan program
STBM di puskesmas Lanjut? Jika tidak, mengapa?
 Menurut bapak/ibu apakah anggaran tersebut mencukup dalam
menjalankan program STBM? Jika tidak, mengapa?
3. Sarana Prasarana
 Bagaimana ketersediaan sarana prasarana di Puskesmas Lanjut
dalam menjalankan Program STBM?
 Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam menjalankan
program STBM di puskesmas Lanjut?
 Apakah sarana dan prasarana sudah mendukung dalam pelaksanaan
program STBM?
4. Kebijakan
 Apakah ada peraturan terkait program STBM di Puskesmas
Lanjut?

B. Proses
 Pra Pemicuan
 Apakah sudah dilakukannya sosialisasi kepada masyarakat?
 Pemicuan
 Bagaimana tindakan bapak/ibu dalam mendorong perubahan
perilaku masyarakat agar bisa menerapkan BABS dijamban?
 Apakah ada komitmen masyarakat pada saat dilakukannya
pemicuan?
 Pasca Pemicuan
 Ketika proses pra pemicuan dan pemicuan terlaksanakan, apakah
bapak/ibu melakukan sistem monitoring? Bagaimana sistem yang
digunakan?
PEDOMAN WAWANCARA

Evaluasi Program STBM stop BABS di Puskesmas Lanjut Kecamatan


Singkep Pesisir Kabupaten Lingga Tahun 2020

Informan Pendukung : Kepala Desa

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Tanggal wawancara :

Daftar Pertanyaan :

A. Input
1. SDM
 Apakah dalam penjalanan program ini adanya SDM yang dibentuk
dalam pelaksanaan program STBM stop BABS? Jikalau ada,
sebutkan SDM seperti apa yang dibentuk?
2. Anggaran
 Apakah ada sumber dana/subsidi dari APBD desa dalam kegiatan
STBM didesa bapak? Jika tidak ada apa tindakan bapak untuk
kegiatan SBS ini?
3. Sarana Prasarana
 Apakah ada sarana dan prasarana yang digunakan dalam
pelaksanaan program tersebut? Jikalau ada, jelaskan?
 Menurut bapak apakah sarana dan prasarana yang diperoleh
mendukung dalam pelaksanaan program tersebut?
5. Kebijakan
 Apakah ada perdes terkait STBM di desa bapak? Mohon
penjelasannya?
B. Proses
1. Pra Pemicuan
 Bagaimana dukungan bapak untuk menggerakkan masyarakat di
desa bapak?
2. Pemicuan
 Apakah pada saat pemicuan ada terbentuknya tim untuk
pelaksanaan kegiatan SBS?
3. Pasca Pemicuan
 Apakah ada pemantauan yang dilakukan dari Dinkes atau
Puskesmas dalam pasca pemicuan?
Lampiran 6

LEMBAR OBSERVASI

EVALUASI PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT


STOP BABS DI PUSKESMAS LANJUT KECAMATAN SINGKEP
PESISIR KABUPATEN LINGGA
TAHUN 2020

LEMBAR OBSERVASI

Tidak
No Objek Observasi Ada Keterangan
Ada
1 SDM
a. Tenaga
b. Pelatihan
2 Anggaran
a. Biaya Kegiatan
3 Sarana Prasarana
a. Cetak Closet
b. Septik Tank
4 Kebijakan
a. Permenkes
b. Perda
c. Perdes
5 Pra Pemicuan
a. Sosialisasi
6 Pemicuan
a. Perubahan
perilaku
b. Komitmen
7 Pasca Pemicuan
a. Monitoring
b. Motivasi
8 Evaluasi
a. Peningkatan
akses jamban
Lampiran 7

Matriks Wawancara Mendalam Terhadap Informan Utama


(Plt.Kepala Puskesmas Lanjut, Penanggung Jawab UKM dan Petugas Kesehatan lingkungan)
No Variabel Pertanyaan U1 U2 U3
1 1. Apakah ada Untuk ada penanggung SDM untuk ditahun 2019 kemaren, iye untuk menjalankan
penanggung jawab jawab kegiatan seperti yang sudah disampaikan oleh program ni saye
dalam menjalankan memang sudah ada dan ibuk Kapus bahwe kite masih belom sendiri
program STBM stop sudah ter SK kan. ade penanggong jawab khusus dan
BABS di puskesmas ahli dalam menjalankan program
Lanjut? STBM ni karne dulu ade kite petugas
kesling sementare di puskesmas ni
dikarenekan puskesmas ni baru
didirikan jadi program yang
dijalankan ditahon lalu tu kurang
optimal.kalau untuk sekarang ditahon
ini setelah adenye ibu petugas kesling
ibuk windy sebagai petugas kesehatan
lingkungan.
SDM 2. Bagaimana kesiapan Secara penganggung Dan juge dah siaplah bu dewi dengan .dan insyaallah bise
dalam menjalan jawab itu sudah siap pengalamannye sebagai orang kami petugas
program STBM di untuk menjalankan kesehatan lingkungan. kesehatan lingkungan
puskesmas Lanjut? program, karna bisa yang mane untuk
dilihat sudah sebagian meng ODF kan suatu
desa yang udah desa itu kan harus
dijalankan melengkapi
programnya. persyaratan dari desa
nya
3. Menurut bapak/ibu . memang 1 tapi dalam Dan untuk SDM sudah mencukupi , nah kami dari
apakah jumlah SDM menjalankan program atau tidak kalau untok ditahon lalu itu puskesmas nanti
yang ada sudah mereka punya team. kurang mencukupi yang mane sudah hanye menurunkan
mencukupi untuk Penanggung jawab saye jelaskan tadi kalau ditahon lalu tim kelapangan
melaksanakan Program memang petugas itu alasannye seperti ape dan juge dengan bekerjasama
STBM? kesling tetapi dalam ditahon lalu itu kurangnye kerje same dengan PKK,tokoh
menjalankan mereka dengan tim laen yaitu desa seperti masyarakat, RT, desa
melibatkan team kader dalam pemberdayaan tetangga juga untuk
puskesmas yaitu bagian masyarakat. Kalau ditahon ini sudah memverifikasi dari
promkes, gizi, mulai adenye kerje same lintas sektor tugas kesehatan
kemasyarakatnya jadi antare puskesmas dan pihak laennye sudah pasti dan juge
ga hanya dia saja yang dalam menjalankan program STBM dengan adanya
berkerja. Kalau dia pilar 1 ini. kerjasama seperti ini
melakukan sendiri pasti sudah mencukupi
ga bisa tapi kalau untuk menjalankan
melakukan dengan tim program tersebut
insyaallah bisa.
4. Sebagai seorang Kalau untuk mengikuti
sanitarian apakah pelatihan khusus STBM
bapak/ibu pernah ini saye belom ade lagi,
mengikuti pelatihan tetapi kalau untuk
menjalankan program
dalam peningkatan
STBM ni saye cume bise
kompetensi program menerapkan ilmu-ilmu
STBM? yang saye pelajari saat
saye kuliah saje.
2 1. Apakah ada anggaran untuk anggaran kami Untuk anggaran atau dana itu Untuk anggaran atau dana itu
yang disiapkan dalam mempunyai anggaran kami pakai dana gabungan seperti kami pakai dana gabungan.
menjalankan program dari puskesmasADD BOK,ADD desa dan juge PNPM
STBM di puskesmas dan BOK dan sudah
Lanjut? Jika tidak, mencukupi.
mengapa?

Anggara 2. Menurut bapak/ibu untuk anggaran kami Untuk anggaran atau dana itu Untuk ditahon lalu itu kami
n apakah anggaran mempunyai anggaran kami pakai dana gabungan seperti memang ade permasalahan di
tersebut mencukup dari puskesmas,ADD BOK,ADD desa dan juge PNPM. anggaran karne anggaran yang
dalam menjalankan dan BOK dan sudah Untuk ditahon lalu itu kami didapat itu bukan hanye untuk
program STBM? Jika mencukupi. Dalam memang ade permasalahan di pengeluaran di program ini
tidak, mengapa? kendala itu tidak ada anggaran karne anggaran yang saje. Tetapi masih banyak
untuk anggaran tetapi didapat itu bukan hanye untuk program laen yang haros
yang dihadapi itu pengeluaran di program ini saje. diurus juge. Makenye kalau
kendala dari Tetapi masih banyak program laen untuk ditahon kemaren itu
perubahan perilaku yang haros diurus juge. Makenye kurang optimal dalam
masyarakatnya saja. kalau untuk ditahon kemaren itu penjalanan program ini.
Kalau anggaran tidak kurang optimal dalam penjalanan
ada program ini.
3 1. Bagaimana Untuk sarana dan ketersediaan nya ya alhamdulillah
ketersediaan sarana prasana ni kan kita adalah ya buk. Ye kek gitulah
prasarana di Puskesmas sudah berjalan hampir pokoknye
Lanjut dalam kurang dari 3 tahun
menjalankan Program kalau untuk puskesmas
STBM? baru sudah cukup
kalau untuk puskesmas
baru ya, sambil terus
kita meminta
permintaan dan
alhamdulillah apa yang
kita minta dengan
dinas kesehatan kalau
ada ya dikasi kalau ga
ada ya ga papa.
Sarana 2. Apa saja sarana dan Sarana dan prasarana Sarana dan prasarana yang kami itu pun kami ajukan 2 tahun
dan prasarana yang yang kami minta sesuai dapat itu berupe alat pencetakan sebelumnye barulah dikasi
Prasarana digunakan dalam kebutuhan kita, septik tank dari pihak dinas kekami.2 tahun sebelumnye
menjalankan program misalkan kesling ni kesehatan, barulah dikasi kekami.
STBM di puskesmas yaitu keslingkid, alat
Lanjut? untuk pengambilan
sampel dan kalau untuk
promkes untuk dalam
kegiatan program
media media adukasi
untuk pertumbuhan dan
lain-lainnya la gitu.
3. Apakah sarana dan Alhamdulillah sarana dan .ye kalau dikaba cukop ye cukopla Iye buk
prasarana sudah prasarana yang sudah alhamdulillah la ye buk ye
mendukung dalam kami dapatkan keslingkid
pelaksanaan program sudah kami dapatkan,
poster, banner, alat-alat
STBM.
untuk SDIDTK dari lintas
sektor ya dan
alhamdulillah sudah
mendukung
4 Kebijaka 1. Apakah ada peraturan Oke yang pertama untuk kebijakan ini Untuk peraturan tu juge kami sudah pasang
n terkait program STBM dibuatkan SK dulu untuk seluruh atau kebijakan sapnuk-spanduk ditepi jalan
di Puskesmas Lanjut? penanggung jawab kegiatan yaitu SK kami ade dari dan beserte SK himbauan
puskesmas, terus yang kedua kita puskesmas dan untuk masyarakat agar tidak
berkoordinasi dengan kecamatan kecamatan sudah BAB Sembarangan lagi
biasanya kegiatan kita yang membuat aturan
berhubungan dengan kader UKBM ada yaitu dilarang
pula SK nya dari Kecamatan. Kebijakan Buang Air Besar
itu bukan dari puskesmas aja tapi ada Sembarangan
juga kebijakan dari kecamatan dan kita
saling berkoordinasi. Secara puskesmas
sendiri mengeluarkan SK bertanggung
jawab untuk satu tahun kedepan
5 Pra 1. Apakah sudah kami sebelum melakukan kegiatan kami Untuk proses nye
Pemicuan dilakukannya sudah melakukan sosialisasi,kan ga kami sudah
sosialisasi kepada mungkin langsung-langsung aja melakukan
masyarakat? kegiatan kita lakukan. jadi sebelum sosialisasi
dilakukan kegiatan itu kita melakukan dengan
koordinasi dengan desa, nanti apa masyarakat dan
jawaban dari desa baru kita panggil juge kami sudah
untuk pertemuan dengan beberapa mengambil data
masyarakat nanti setelah diskusikan rumah yang
dengan masyarakat baru kita jadwalkan masih belum
untuk dilakukannya program STBM punye WC
dengan pihak dinas kesehatan. pribadi ditiap
desa
6 permicuan 1. Bagaimana tindakan Kalau yang namanya pemicuan ini sama Ye same same kite
petugas kesehatan seperti yang saya jelaskan diawal tadi tahu untuk
dalam mendorong bukannya pemicuan kita lakukan hari ini dan merubah perilaku
perubahan perilaku hari ini juga selesainya bukan. Tetapi ada masyarakat itu
masyarakat agar bisa juga sebagian masyarakat yang melakukan sulit, ye tapi
menerapkan BABS dan terbuka juga pemikirannya untuk dengan
dijamban? melakukan pola hidup bersih dan sehat. dilakukannye
Tetapi didalam perjalanannya ada juga pemetaan dan
beberapa faktor salah sautnya ekonomi dan diberitahukanye
ada juga yang bisa ada juga yang enggak ape dampak dan
apa yang harus mereka perbuat dengan apa akibat ketike BAB
yang sudah mereka terpicu ini. walaupun Sembarangan ni
sebatas pemikiran masyarakat secara dana bukan nye kite aje
mungkin mereka belum mampu jadi kita tapi untuk orang
membuat arisan jamban terus salah satu banyak
mendekati desa juga dari dana ADD desa
jadi kita pernah dibantu desa semen atau
pasir untuk membuat septick tank itu
masyarakt yang ngerjain untuk cetakan pijam
dari puskesmas.
2. Apakah ada dan juge ketike
komitmen masyarakat diberitahukannye
pada saat itu ade komitmen
dilakukannya masyarakat untuk
pemicuan? tidak melakukan
kebiasaan burok
tadi.
7 Pasca 1. Ketika proses kita setiap 3 bulan sekali melakukan ye, kami melakukan monitoring kami melakukan
Pemicua pra pemicuan monitoring, yang pertama itu dari kesling monitoring itu
n dan pemicuan itu setiap bulan terus setiap 3 bulan dulu 3 kali
terlaksanakan, sekali itu saya ikut turun dan pada saat 3 dalam setahun
apakah bulan sekali itu kami bukan hanya dan itu pun
memonitoring atau mereview itu tentang kami
bapak/ibu
perkembangan kesehatan didesa dan ini melakukannye
melakukan termasuk salah satu dari review kita, jadi dibantu dengan
sistem kalau ada kendala atau hambatan hanye beberape
monitoring? berdasar arahan atau masukan dari tim kader. Jadi
Bagaimana puskesmas ayo kita rembuk sama-sama kami
sistem yang apa yang harus kita buat seperti itu. Dan melakukannye
digunakan? alhamdulillah untuk tahun ini kita sudah tu hanye
2 rencananya tahun ini kita akan meng beberape rumah
ODF kan semua desa kan kita ada 6 desa tidak semuenye
yang beru ter ODF itu 2 desa nah ditahun kami lakukan
ini insyaallah kita akan meng ODF kan 4 monitoring
desa lagi. Kita doakan saja semoga di
pesisir ini.
Matriks Wawancara Mendalam Terhadap Informan Pendukung
(Kepala Desa Sedamai dan Plt.Kepala Desa Berindat)
No Variabel Pertanyaan P1 P2
1 SDM 1. Apakah dalam penjalanan Dalam menjalankan program ni dari desa Untuk SDM dari desa dalam
program ini adanya SDM sudah ade SDM dulunye paleng dibantu menjalankan program ini tu tak
yang dibentuk dalam dengan kader-kader, posbindu, dan ade, karne sebenanye didaerah
pelaksanaan program perangkat-perangkat desa juge ikot kami ni sudah banyak
STBM stop BABS? Jikalau membantu dalam program ni. masyarakat yang punye wc
ada, sebutkan SDM seperti pribadi dan yang tak punye pun
apa yang dibentuk? hanye beberape sekitar 6 atau 7
rumah yang tak punye wc
pribadi tapi die banyak la
gunekan wc umum.
2 Anggaran 1. Apakah ada sumber Yang jelas kalau dari dana itu Kalau untok ditahon lalu tu
dana/subsidi dari APBD menggunekan dana dari APBD desa dan masyarakat kami adelah dapat
desa dalam kegiatan STBM program PNPM untuk membangun 7 unit dari dana APBD desa sebanyak
didesa bapak/ibu? Jika tidak MCK 40 lebeh rumah, tapi untok
ada apa tindakan bapak ditahon ni dah tak boleh. Dana
untuk kegiatan SBS ini? tu hanye boleh untok fasilitas wc
umum saje.
3 Sarana dan 1. Apakah ada sarana dan Dulu pernah dikasi same orang Kalau untuk sarana prasana
Prasarana prasarana yang digunakan kesehatan/orang puskesmas tu semacam yang kami dapat ditahon lalu tu
dalam pelaksanaan program alat pembuat septik tank, yang mane paleng disediekan tempat untok
tersebut? Jikalau ada, dengan adenye ini sangat membantu untuk membuat MCK
jelaskan? masyarakat yang kurang mampu.

2. Menurut bapak/ibu apakah Ye sangat mendukong lah . Ye cukuplah


sarana dan prasarana yang
diperoleh mendukung
dalam pelaksanaan program
tersebut?
Lampiran 8

LEMBAR KONSULTASI

NAMA MAHASISWA : M.FARHAN MAULANA


NIM : 16.01.1.202
JUDUL : EVALUASI PROGRAM SANITASI TOTAL
BERBASIS MASYRAKAT DI PUSKESMAS
LANJUT KECAMATAN SINGKEP PESISIR
KABUPATEN LINGGA TAHUN 2020.
PEMBIMBING I : YESSICA DEVIS, S.I.Kom., M.Kes.

No. Hari/Tanggal Topik Konsultasi Paraf


Pembimbing I
1 Selasa, 11 Feb 2020 - Ruang Lingkup penelitian
- Pedoman Wawancara
2 Jum’at, 21 Feb 2020 - Pesetujuan Informan
- Definisi Istilah
- Pedoman Observasi
3 Senin, 24 Feb 2020 - Pedoman Observasi
4 Selasa, 25 Feb 2020 - ACC Proposal
5 Sabtu, 15 Agu 2020 - BAB V
6 Senin, 17 Agu 2020 - Tabel Observasi
7 Selasa, 18 Agu 2020 - Abstrak
- ACC Skripsi

Pekanbaru, 28 September 2020


Mengetahui
Ketua Skripsi

(Hayana, SKM., M.Kes)


NIDN : 1012108603
LEMBAR KONSULTASI

NAMA MAHASISWA : M.FARHAN MAULANA


NIM : 16.01.1.202
JUDUL : EVALUASI PROGRAM SANITASI TOTAL
BERBASIS MASYRAKAT DI PUSKESMAS
LANJUT KECAMATAN SINGKEP PESISIR
KABUPATEN LINGGA TAHUN 2020.
PEMBIMBING II : ALHIDAYATI, SKM., M.Kes.

No. Hari/Tanggal Topik Konsultasi Paraf


Pembimbing I
1 Rabu, 27 Feb 2020 - Judul Propsol
- BAB I
2 Kamis, 28 Feb 2020 - BAB I, BAB II
- Kuesioner
3 Jum’at, 29 Feb 2020 - BAB III
- Revisi Kuesioner
4 Sabtu, 1 Mar 2020 - ACC Proposal

5 Senin, 17 Agu 2020 - Abstrak

6 Selasa, 18 Agu 2020 - BAB IV

7 Rabu, 19 Agu 2020 - BAB III


- ACC Skripsi

Pekanbaru, 28 September 2020


Mengetahui
Ketua Skripsi

(Hayana, SKM., M.Kes)


NIDN : 1012108603
Lampiran 9

DOKUMENTASI

Wawancara Bersama Plt.Kepala Puskemas Lanjut

Foto Bersama Plt.Kepala Puskesmas Lanjut


Wawancara Bersama
Penanggung Jawab UKM dan Petugas Kesehatan Lingkungan

Foto Bersama
Penanggung Jawab UKM dan Petugas Kesehatan Lingkungan
Wawancara Bersama Kepala Desa Sedamai

Foto Bersama Kepala Desa Sedamai


Wawancara Bersama Plt.Kepala Desa Berindat

Foto Bersama Plt.Kepala Desa Berindat

Anda mungkin juga menyukai