JUDUL
OPTIMALISASI PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
PADA POLRES HALMAHERA SELATAN
GUNA MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KEPOLISIAN
DALAM RANGKA
MEWUJUDKAN PELAYANAN PUBLIK POLRI YANG PRIMA
OLEH:
NAMA : WAHYU ADI WALUYO, S.I.K.
NO. SERDIK : 202103002221
POKJAR : XXIV (DUAPULUH EMPAT)
PESERTA DIDIK SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH POLRI
DIKREG KE-61 T.A. 2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. ii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. iv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………. v
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………… vi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….. 1
A Latar Belakang…………………………………………………… 1
B Permasalahan……………………………………………………. 3
C Pokok-pokok persoalan…………………………………………. 3
D Ruang lingkup……………………………………………………. 3
E Maksud, tujuan dan manfaat…………………………………… 3
F Metode dan pendekatan penulisan……………………………. 4
G Tata urut…………………………………………………………... 4
H Pengertian-pengertian…………………………………………... 4
ii
iii
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR SINGKATAN
vi
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN
TOPIK
PENGELOLAAAN ANGGARAN TERHADAP REFORMASI BIROKRASI
DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
JUDUL
OPTIMALISASI PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
PADA POLRES HALMAHERA SELATAN
GUNA MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KEPOLISIAN
DALAM RANGKA
MEWUJUDKAN PELAYANAN PUBLIK POLRI YANG PRIMA
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar belakang.
Transformasi Pelayanan Publik merupakan bagian dari
transformasi menuju Polri Presisi yang diperlukan guna
mempersiapkan, melengkapi dan mendukung kebutuhan institusi
dalam menjawab tantangan dan peluang, khususnya di tengah
berkembangnya kondisi yang penuh ketidakpastian, kompleksitas dan
keambiguan atau yang secara universal dikenal dengan istilah VUCA
(volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity). Transformasi
Pelayanan Publik diuraikan ke dalam 3 (tiga) program yaitu :
peningkatan kualitas pelayanan publik Polri, Mewujudkan pelayanan
publik yang terintegrasi dan Pemantapan komunikasi publik (Sigit,
2021).
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, Polri perlu
melaksanakan peran dan tugas fungsi kepolisian melalui penggelaran
kegiatan kepolisian. Penggelaran peran dan tugas fungsi kepolisian
merupakan wujud kehadiran dan tindakan Polri dalam meminimalisir
potensi ancaman dan gangguan kamtibmas guna menciptakan
1
2
B Permasalahan.
Pokok permasalahan yang diangkat pada Naskah Karya Perorangan ini
adalah: “Bagaimana penganggaran berbasis kinerja pada Polres
Halmahera Selatan guna meningkatkan kualitas pelayanan kepolisian
dalam rangka mewujudkan pelayanan publik Polri yang prima?”
C Pokok-pokok persoalan.
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka dapat diuraikan
beberapa pokok persoalan sebagai berikut:
1 Bagaimana penyusunan rencana kerja yang dilaksanakan terkait
meningkatkan pelayanan kepolisian?
2 Bagaimana penyusunan anggaran yang dilaksanakan terkait
meningkatkan pelayanan kepolisian?
D Ruang lingkup.
Ruang lingkup pembahasan dalam penulisan ini dibatasi pada
kajian penganggaran berbasis kinerja pada Polres Halmahera
Selatan yang diarahkan guna meningkatkan pelayanan kepolisian
dalam kurun waktu tahun 2020-2021.
H Pengertian-pengertian.
1 Optimalisasi, adalah proses, cara atau perbuatan menjadikan
sesuatu menjadi paling baik dan tinggi (KBBI, 1996, hlm. 705).
5
Grand Theory
Middle Theory
Applied Theory
1 Grand theory,
Grand theory yang digunakan untuk membahas permasalahan
penelitian dalam penilisan ini adalah “teori Anggaran Berbasis Kinerja”
yang merujuk pada teori Bastian (2006) yang mendefinisikan anggaran
berbasis kinerja sebagai sistem penganggaran yang berorientasi pada
output organisasi yang berkaitan erat dengan visi, misi, dan rencana
strategis organisasi. Metode penganggaran ini dilaksanakan oleh
manajemen dengan mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan
dalam kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk
efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut. Keluaran dan
hasil terebut dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kerja.
15
16
2 Middle theory
2.1 Teori Rencana Kerja
Menurut Gunawan Adisaputro (2010), Rencana kerja adalah hasil
proses perencanaan berupa daftar ketetapan tentang langkah
tindakan pada masa depan menyangkut kegiatan apa, siapa
pelaksananya, di mana, kapan jadwalnya dan berapa sumber daya
yang akan digunakan, serta berbagai keterangan mengenai tolak
ukurnya, dalam rangka mencapai hasil. Komponen dalam rencana
kerja pada umumnya harus menghubungkan apa yang ada saat ini
(what is) dengan bagaimana yang seharusnya (what should be) yang
bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan dan prioritas program
yang didukung alokasi sumber daya. Kata kunci utama dari rencana
kerja berdasarkan penjelasan ini adalah kebutuhan dan prioritas
organisasi.
2.2 Teori Anggaran
Teori anggaran merujuk pada teori dari Adisaputro dan Asri (1995),
penganggaran merupakan suatu pendekatan yang formal dan
sistematis daripada pelaksanaan tanggungjawab manajemen di
dalam perencanaan, koordinasi dan pengawasan. Pada pelaksanaan
penganggaran tersebut, harus terdapat keselarasan dalam prosesnya
dari perencanaan, koordinasi dan pengawasan.
3 Applied theory
3.1 Teori Kebutuhan Organisasi
Kebutuhan organisasi dikupas berdasarkan teori dari Lawrence dan
Lorsch dalam Budiharjo (2011) yang mengemukakan bahwa
organisasi sebagai sistem terbuka membutuhkan pengelolaan cermat
untuk memuaskan dan menyeimbangkan kebutuhan internal serta
17
B Pengumpulan data.
Pengumpulan data adalah seluruh proses pencarian data yang
diperlukan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Pengumpulan
data dilakukan dengan metode studi dokumen yang didapatkan pada
objek penelitian. Seluruh data yang digunakan dalam penulisan
naskah ini didapatkan dari Polres Halmahera Selatan maupun pihak
lain yang dapat digunakan sebagai bahan kajian.
A Umum
Tantangan tugas Polres Halmahera Selatan tidaklah ringan.
Dihadapkan dengan kondisi geografis wilayahnya dimana sebagian
besar wilayah perairan dan daratan pulau-pulau yang tersebar.
Secara geografis wilayah hukum Polres Halmahera Selatan berada
di Kabupaten Halmahera Selatan yang terletak antara 126.045’ –
129.030’ BT (Bujur Timur) dan antara 00.30’ LU (Lintang Utara) dan
20.00’ LS (Lintang Selatan). Secara geografis, Kabupaten Halmahera
Selatan berbatasan langsung dengan Kota Tidore Kepulauan dan
Kabupaten Halmahera Tengah di sebelah utara. Sementara untuk di
sebelah timur, selatan dan barat, Kabupaten Halmahera Selatan
berbatasan dengan wilayah perairan, yaitu Laut Halmahera di sebelah
Timur, Laut Banda di sebelah selatan, dan Laut Maluku di sebelah
barat.
Aspek Ideologi dan Politik Secara umum Penduduk /
masyarakat di Wilayah Kabupaten Halmahera Selatan konsisten
bahwa idiologi bangsa Indonesia adalah Pancasila, namun demikian
sebagian masyarakat suku terasing dan masyarakat yang tinggal di
pedalaman tentu saja tidak akan memahami hal ini akan tetapi upaya
perongrongan tidak di temui.
Aspek sosial budaya diwarnai dengan kebiasaan masyarakat
mengkonsumsi minuman keras, ikatan kultural kesukuan,
kekerabatan maupun antar golongan yang kuat. Setidaknya terdapat
73 ormas dan paguyuban yang bercorak kesukuan, kekerabatan di
Kabupaten Halmahera Selatan, namun yang memiliki Surat
Keterangan Tanda Terdaftar di Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
20
21
Tabel 3.1
Data personel Polres Halmahera Selatan Tahun 2020
Jumlah
No Pangkat Ket
DSP Riil
1 Pamen 6 4 (-) 2
2 Pama 171 42 (-) 129
3 Bintara 634 378 (-) 256
4 PNS 45 5 (-) 40
Jumlah 856 429 (-) 427
Sumber : Lapsat Polres Halmahera Selatan tahun 2020
22
Tabel 3.2
Data Pendidikan Personel Polres Halmahera Selatan
Dik Um
No Pangkat Jumlah Ket
SMA S1 S2
1 Pamen 4 1 2 1
2 Pama 42 20 21 1
3 Bintara 378 350 28 -
4 PNS 5 - 5 -
Jumlah 429 371 56 2
Sumber : Lapsat Polres Halmahera Selatan tahun 2020
Tabel 3.3
Data Pendidikan Pengembangan Personel Polres Halmahera Selatan
JUMLAH Dikbangspes
No. PANGKAT
PERS
SUDAH BELUM
1. AKBP 1 1 -
2. Kompol 3 3 -
3. AKP 7 7 -
4. IP 35 30 5
5. BRIG 378 267 111
Total: 424 308 116
Sumber : Lapsat Polres Halmahera Selatan tahun 2020
Tabel 3.4
DIPA Polres Halmahera Selatan
1 2019 194,306,647,000
2 2020 230,748,506,961 +19,15 %
3 2021 213,126,864,000 -8 %
Sumber : Lapsat Polres Halmahera Selatan tahun 2020
2 PISTOL 35 0 35
Tabel 3.7
Tabel ES dan OHA
B Kondisi faktual
Kondisi Faktual terkait dengan penganggaran berbasis kinerja
pada polres Halmahera Selatan dapat digambarkan sebagai berikut.
1 Rancangan Rencana Kerja
Rancangan rencana kerja yang dilaksanakan untuk
meningkatkan pelayanan kepolisian dalam prakteknya dilapangan
secara faktual mengalami kondisi sebagai berikut:
1.1 Kebutuhan organisasi
Mengidentifikasi kebutuhan merupakan langkah yang diperlukan
dalam menentukan kemajuan suatu organisasi. Banyak pimpinan
organisasi yang keliru dalam langkah-langkah untuk memperbaiki
performa organisasi dengan langsung memberikan pelatihan tanpa
tahu kebutuhan organisasi yang sebenarnya.
27
2.2 Koordinasi
a Berdasarkan keterangan dari Kabagren dan Kasikeu, diperoleh
keterangan bahwa telah terlaksanan koordinasi dengan berbagai
tingkatan satuan mulai dari tingkat atas (Polda) hingga tingkat bawah
(Polsek) untuk keselarasan kegiatan penganggaran, namun belum
semua koordinasi didukung dengan komunikasi tulisan yang baik
khususnya pada penulisan di dokumen yang banyak terdapat kalimat
penganggaran yang kurang baik dan bersayap sehingga harus
kembali direvisi karena kerap tidak dapat terukur dengan jelas.
b Adanya kegiatan supervisi dan asistensi terkait penyusunan anggaran
di lingkungan Polres Halmahera Selatan mendukung kelancaran
proses penganggaran, namun belum semua personel dapat
memahami ukuran efisiensi, khsususnya di Polsek Jajaran dimana
masih terdapat banyak belanja barang, modal maupun belanja
pegawai yang kurang efisien dan memasukkan seluruh kebutuhan
yang ada untuk mendapatkan anggaran besar.
c Berdasarkan keterangan dari Kasikeu, diperoleh keterangan bahwa
telah ada dukungan dari LPSE dan KPPN untuk mendukung
kelancaran proses penganggaran, namun belum sepenuhnya
dimanfaatkan oleh personel pada tahap awal penyusunan anggaran
serta hanya berkonsultasi pada tahap pengumuman rencana umum
pengadaan di aplikasi SIRUP LPSE sehingga kerap terjadi perbaikan
pada dokumen-dokumen pendukung pada kegiatan pengadaan.
2.3 Pengawasan
a Berdasarkan keterangan dari Wakapolres, diperoleh keterangan
bahwa telah diberlakukan sistem pengganggaran berbasis kinerja
yang didukung dengan pengawasan di lingkungan Polres Halmahera
Selatan, namun belum semua kegiatan pengawasan dapat mencegah
pihak-pihak yang mengintervensi yang mendapatkan kemudahan
30
A Lingkungan Strategis
1 Global
Lingkungan strategis global senantiasa berkembang dan
dipengaruhi oleh isu-isu global seperti isu hak asasi manusia, krisis
ekonomi, radikalisme dan terorisme, dan kejahatan lintas negara.
Adapun fenomena global yang mempengaruhi konstelasi perubahan
lingkungan strategis hingga saat ini meliputi: 1. Langkah pemerintah
Amerika Serikat yang mengubah fokus ke Asia akan semakin
membebani Indonesia sebagai negara berpengaruh di ASEAN. 2.
Masih memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat dan
Tiongkok berpengaruh terhadap keseimbangan perekonomian global.
3. Dinamika ekonomi politik global juga terjadi dengan adanya perang
dagang antara AS dan Tiongkok. Selain itu, persaingan antarnegara
juga terjadi pada pembangunan infrastruktur kawasan Asia dan
Afrika, di mana Tiongkok mendorong kerja sama Belt and Road
Initiative (BRI). 4. Kondisi wilayah Suriah semakin kondusif dan telah
terjadi pergeseran para militan kelompok ISIS. 5. Menghadapi
masalah etnis Uighur di Cina telah terjadi penindasan terhadap warga
Uighur dan minoritas muslim lainnya di wilayah Xinjiang yang memicu
keprihatinan dan kemarahan umat muslim di Indonesia. 6. Fluktuasi
harga minyak dunia terus mempengaruhi aktivitas perekonomian
global. (Prabowo, 2021)
2 Regional
Lingkungan strategis regional saat ini dipengaruhi beberapa
isu, yaitu: konflik politik dan keamanan di kawasan Asia Tenggara,
sengketa perbatasan negara, baik perbatasan darat, laut, dan udara,
31
32
B Faktor Eksternal.
1 Peluang (Opportunity)
1.1 Adanya berbagai peraturan perundangan dan pedoman
penganggaran untuk mendukung kelancaran penyusunan anggaran
di tingkat KOD.
1.2 Adanya dukungan pihak ketiga yang memberikan hibah dan bantuan
yang mendukung pelaksanaan tugas operasional sehingga
mengurangi beban belanja di anggaran.
1.3 Adanya berbagai penilaian indikator pelaksanaan pengelolaan
anggaran dari Instansi Pemerintah terkait penganggaran yang dapat
menjadi motivasi bagi Satwil untuk meningkatkan kinerja
penganggaran
1.4 Penerapan sistem e-planning dan e-budgeting untuk mendukung
kinerja penganggaran yang lebih akuntabel
1.5 Dukungan KPPN maupun LPSE untuk mendukung dan mengawal
kelancaran proses penyusunan anggaran di Polres Halmahera
Selatan.
2 Ancaman (Threat).
2.1 Adanya intervensi yang mudah masuk untuk menitipkan proyek
tertentu karena integritas oknum yang bertugas di bagian
penganggaran yang kerap kurang memiliki komitmen untuk kemajuan
organisasi.
2.2 Kebutuhan Sarpras penunjang kegiatan operasional umumnya
memakan biaya yang tidak sedikit.
2.3 Fluktuasi harga barang dan jasa saat ini sehingga penetapan standar
biaya satuan dan harga kerap menyebabkan perbedaan anggaran
dengan pada saat pelaksanaan kegiatan.
2.4 Kurangnya pemberdayaan lembaga eksternal untuk mengawal
proses penganggaran yang berjalan.
2.5 Anggaran DIPA Polri umumnya sebagian besar habis untuk belanja
pegawai yang menyebabkan keterbatasan anggaran pengadaan
Sarpras pendukung maupun biaya operasional kegiatan.
35
C Faktor Internal.
1 Kekuatan (Strength).
1.1 Komitmen pimpinan untuk proses penyusunan anggaran yang
berkualitas dalam menunjang pelaksanaan tugas Satker/Polsek
Jajaran.
1.2 Telah berlakunya sistem pengganggaran berbasis kinerja yang
didukung dengan pengawasannya di lingkungan Polres Halamhera
Selatan
1.3 Adanya kegiatan supervisi dan asistensi terkait penyusunan anggaran
di lingkungan Polres Halmahera Selatan.
1.4 SOP Penyusunan DIPA yang menjadi pedoman dan mendukung
kelancaran proses penyusunan anggaran
1.5 Adanya koordinasi dengan berbagai tingkatan satuan mulai dari
tingkat atas (Polda) hingga tingkat bawah (Polsek) untuk keselarasan
kegiatan penganggaran.
2 Kelemahan (Weakness).
2.1 Penyusunan anggaran belum semuanya mengacu pada prinsip skala
prioritas sehingga terkesan semua kegiatan dimasukkan tanpa
melihat urgensi dan keterbatasan anggaran.
2.2 Belum semua usulan rencana kerja dari Satker dan Polsek Jajaran
selaras dengan penetapan kinerja sehingga masih muncul rencana
kegiatan yang kurang jelas, kurang dapat diukur dan kurang tepat
sasaran.
2.3 Pelaporan secara riil keadaan dan kebutuhan Sarpras yang dimiliki
khususnya Polsek Jajaran masih lemah.
2.4 Masih belum semua personel yang terlibat penganggaran memahami
proses penganggaran berbasis kinerja dengan baik.
2.5 Masih banyak Satker/Polsek Jajaran yang tidak melengkapi kajian /
landasan kuat untuk melengkapi prioritas usulan kebutuhan dan
anggaran yang diajukan.
BAB V
KONDISI IDEAL
PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
PADA POLRES HALMAHERA SELATAN
GUNA MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KEPOLISIAN
A Umum
Semakin pesatnya arus globalisasi yang terjadi dewasa ini
telah membawa tantangan tugas yang sangat begitu kompleks
terhadap institusi Polri dimana kondisi lingkungan yang terjadi di era
perkembangan industri 4.0 saat ini dihadapkan pada prinsip VUCA
(volatility, uncertainty, complexity, ambiguity). Kondisi ini menuntut
Polri untuk menemukan solusi terhadap permasalahan tersebut yaitu
dengan mengedepankan sistem pemolisian yang memiliki
kemampuan VUCA +I salah satunya yaitu terkait vision yang
merupakan sesuatu yang hendak akan diwujudkan pada masa yang
akan datang sehingga pengambil kebijakan mampu merumuskan
ancaman yang akan dihadapi kedepan membuat segalanya
terencana mulai dari produk perencanaan dan mampu membuat
analisis terhadap berbagai faktor internal dan eksternal, termasuk
perkembangan lingkungan strategis.
Tantangan perkembangan global tentunya juga harus
diantisipasi oleh Polri. Sehingga pengembangan dan pembinaan
organisasi menjadi salah satu strategi yang dikedepankan Kapolri
dalam visi dan misinya. Dimana transformasi pelayanan publik
merupakan salah satu program prioritas Kapolri dalam reformasi
organisasi Polri. Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kepolisian
yang prima sedikit banyak menuntut polri untuk melakukan berbagai
transformasi internal untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat. Dihadapkan pada keterbatasan anggaran yang tersedia,
polri perlu menerapkan strategi untuk mengelola anggara yang ada
namun tetap menghasilkan output yang maksimal dan outcome yang
dapat dirasakan oleh masyarakat.
36
37
2 Penyusunan Anggaran
2.1 Perencanaan
a Penerapan sistem e-planning dan e-budgeting telah mendukung
kinerja penganggaran yang lebih akuntabel, dan didukung
penyusunan pagu anggaran yang selalu memperhatikan evaluasi
kegiatan yang sering dilakukan revisi sebelumnya sehingga
meminimalisir kegiatan yang masuk Revisi DIPA.
b SOP Penyusunan DIPA yang menjadi pedoman dan mendukung
kelancaran proses penyusunan anggaran dan semua personel yang
terlibat penganggaran memahami proses penganggaran berbasis
kinerja.
c Adanya berbagai peraturan perundangan dan pedoman perencanaan
anggaran untuk mendukung kelancaran penyusunan anggaran di
tingkat KOD, didukung dengan pengelolaan anggaran DIPA secara
selektif prioritas dan bertahap untuk pengadaan Sarpras pendukung
yang penting dalam menunjang pelayanan kepolisian di tengah
keterbatasan anggaran yang sebagian besar dialokasikan untuk
belanja pegawai.
40
2.2 Koordinasi
a Adanya koordinasi dengan berbagai tingkatan satuan mulai dari
tingkat atas (Polda) hingga tingkat bawah (Polsek) untuk keselarasan
kegiatan penganggaran turut didukung dengan komunikasi tulisan
yang baik khususnya pada penulisan di dokumen yang telah
menggunakan kalimat penganggaran yang baik dan jelas sehingga
minim revisi karena telah terukur dengan jelas.
b Adanya kegiatan supervisi dan asistensi terkait penyusunan anggaran
di lingkungan Polres Halmahera Selatan mendukung kelancaran
proses penganggaran yang didukung dengan kemampuan semua
personel memahami ukuran efisiensi, khususnya di Polsek Jajaran
yang telah dapat mengalokasikan secara seimbang dan proporsional
dalam belanja barang, modal maupun belanja pegawai secara efisien
dan tidak hanya sekedar mengejar target anggaran besar.
c Telah ada dukungan dari LPSE dan KPPN untuk mendukung
kelancaran proses penganggaran yang sepenuhnya dimanfaatkan
oleh personel sejak tahap awal penyusunan anggaran hingga pada
pengumuman rencana umum pengadaan di aplikasi SIRUP LPSE
sehingga pengadaan berjalan lancar karena dokumen-dokumen
pendukung pada kegiatan pengadaan telah baik dan minim perbaikan
yang perlu dilakukan.
2.3 Pengawasan
a Telah berlakunya sistem pengganggaran berbasis kinerja yang
didukung dengan pengawasannya di lingkungan Polres Halmahera
Selatan dimana kegiatan pengawasan dapat berlangsung secara
intensif dan melekat untuk mencegah intervensi dari pihak-pihak yang
menitipkan proyek tertentu serta mencegah peluang oknum yang
bertugas di bagian penganggaran untuk bermain mata dan
mengambil keuntungan pribadi.
b Telah ada pengarahan dari pimpinan pada kegiatan sosialisasi untuk
menegaskan penyusunan anggaran yang harus dapat
mengalokasikan anggaran secara efektif dan efisien untuk menunjang
41
A Analisis Strategis
Pemecahan masalah optimalisasi optimalisasi penganggaran berbasis
kinerja pada polres halmahera selatan guna meningkatkan kualitas
pelayanan kepolisian dalam rangka mewujudkan pelayanan publik polri
yang prima dapat di formulasikan dengan melakukan analisis faktor
strategis terpilih internal maupun eksternal. Selanjutnya, penentuan
posisi organisasi dilakukan dengan menggunakan EFAS-IFAS. Proses
ini akan membantu penentuan strategi dalam jabaran program yang
akan dilakukan oleh pimpinan Polres Halmahera Selatan. Program
tersebut akan dijabarkan ke dalam program jangka pendek, program
jangka sedang dan program jangka panjang.
1 Faktor Eksternal
1.1 External Faktor Analysis Strategic (EFAS)
Setelah ditentukan faktor-faktor strategis eksternal yang terkait
dengan peluang dan ancaman dalam naskah ini, maka selanjutnya
dilakukan analisis data sebagai berikut :
Tabel 6.1
External Factors Analysis Strategic (EFAS)
KEY FACTORS
NO WEIGHT RATING SCORE
PELUANG
Peraturan perundangan dan pedoman
1. penganggaran 0,089 6 0,528
2. Adanya dukungan pihak ketiga 0,102 8 0,816
Penilaian pelaksanaan pengelolaan
3. anggaran menjadi motivasi 0,112 7 0,651
Penerapan e-planing & e-budgeting untuk
4. penganggaran akuntabel 0,094 8 0,888
Dukungan KPPN dan LPSE untuk proses
5. penganggaran
0,105 7 0,742
42
43
Tabel 6.3
Analitical hierarchy process (AHP) Faktor Eksternal
Fluktuasi harga barang dan jasa menyebabkan penetapan standar biaya satuan dan
C harga kerap berbeda
D Kurangnya pemberdayaan lembaga eksternal
E Anggaran DIPA umumnya sebagian besar habis untuk belanja pegawai
2 Faktor Internal
2.1 Internal Factors Analysis Strategic (IFAS)
Adapun faktor-faktor strategis internal yang terkait dengan
kekuatan dan kelemahan yang selanjutnya dilakukan analisis data
sebagai berikut :
Tabel 6.4
Internal Factors Analysis Strategic (IFAS)
KEY FACTORS
NO WEIGHT RATING SCORE
KEKUATAN
Komitmen pimpinan dalam penyusunan
1 anggaran berkualitas 0,108 7 0,756
Sistem penganggaran didukung
2 pengawasan 0,105 7 0,735
Kegiatan supervisi dan asistensi
3 penyusunan anggaran 0,103 8 0,824
4 SOP Penyusunan DIPA sbg pedoman 0,089 7 0,623
Koordinasi masing2 satuan utk keselarasan
5 penganggaran
0,095 6 0,570
SCORE 0,5 0,5 3,508
45
Tabel 6.6
Analitical hierarchy process (AHP) Faktor Internal
3 Posisi organisasi
Dari perhitungan AHP analisis terhadap EFA dan IFAS diperoleh
skor matriks EFAS sebesar 5,297 sedangkan skor matriks IFAS
sebesar 5,143 dengan demikian posisi organisasi terdapat pada sel 5.a
(Konsentrasi melalui Integrasi Horizontal), dimana posisi strategi pada
sel ini menunjukkan bahwa organisasi memiliki situasi dan kondisi yang
sedang-sedang, baik itu peluang yang berasal dari faktor lingkungan
eksternal maupun kekuatan yang berasal dari faktor internal. Respons
organisasi dalam menghadapi situasi organisasi yang sedemikian yaitu
dengan cara meningkatkan koordinasi terhadap pihak-pihak yang
memiliki sumber daya guna mendukung program-program kepolisian.
47
Gambar 6.1
Posisi Organisasi
POSISI ORGANISASI
9 6 3 0
9
4 Faktor Strategis
4.1 Strategic Factors Analysis Summary (SFAS)
Strategic Factors Analysis Summary (SFAS), yang merupakan
program strategi pilihan melalui perhitungan EFAS dan IFAS.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis SFAS di atas, maka dalam
pentahapan waktu diperlukan faktor penentu yang diambil dari skor
48
Sistem penganggaran
8. didukung pengawasan 0,089
Tabel 6.8
AHP Strategic Factors Analysis Summary (SFAS)
B Manajemen Strategis
1 Visi
“Terwujudnya Pelayanan Publik Polri yang Prima dengan
meningkatkan Kualitas Pelayanan Kepolisian melalui optimalisasi
Penganggaran berbasis Kinerja”
2 Misi
2.1 Meningkatkan akurasi rancangan rencana kerja dalam meningkatkan
kualitas pelayanan kepolisian.
2.2 Meningkatkan ketepatan pengusulan anggaran dalam meningkatkan
kualitas pelayanan kepolisian.
3 Tujuan
3.1 Meningkatnya akurasi rancangan rencana kerja dalam meningkatkan
kualitas pelayanan kepolisian.
3.2 Meningkatnya ketepatan pengusulan anggaran dalam meningkatkan
kualitas pelayanan kepolisian.
4 Sasaran
Mendasari hasil analisis faktor strategis terpilih maka sasaran yang
didapat dalam upaya mengoptimalkan penganggaran berbasis kinerja
pada Polres Halmahera Selatan, antara lain:
50
5 Kebijakan
Kebijakan yang dapat diambil dalam upaya mengoptimalkan
penganggaran berbasis kinerja yaitu dengan berpedoman kepada
kebijakan program Kapolri “Transformasi menuju Polri yang Presisi”
(prediktif, responsibilitas, dan transparansi berkeadilan), khususnya
pada bidang transformasi organisasi dalam program ke-3 (tiga) yaitu
“Menjadikan SDM Polri yang Unggul di era Police 4.0. Program ini
terdiri dari 5 (lima) kegiatan, antara lain :
5.1 Peningkatan kuantitas dan kualitas SDM Polri.
5.2 Peningkatan sistem manajemen karir berbasis kinerja.
5.3 Perluasan kerja sama pendidikan di dalam dan luar negeri.
5.4 Pengelolaan SDM unggul yang humanis.
5.5 Peningkatan kesejahteraan pegawai Polri.
51
6 Strategi
Penentuan strategi dapat berpedoman kepada analisa perhitungan
Strategic Factors Analysis Summary (SFAS), yang dijabarkan ke
dalam strategi jangka pendek, jangka sedang, dan jangka panjang,
sebagai berikut:
6.1 Jangka pendek (0-3 bulan)
6.1.1 Meningkatkan keselarasan usulan anggaran dengan penetapan
kinerja.
6.1.2 Meningkatkan penerapan skala prioritas dalam penyusunan
anggaran.
6.1.3 Melaksanakan kegiatan supervisi dan asistensi pendukung
penganggaran.
6.2 Jangka sedang (0-6 bulan)
6.2.1 Membina integritas personel bagian perencanaan untuk pelaksanaan
penganggaran yang akuntabel.
6.2.2 Mengembangkan kerjasama pengawasan eksternal proses
penganggaran.
6.2.3 Melaksanakan proses pengawasan internal terhadap penganggaran
berbasis kinerja.
6.3 Jangka panjang (0-12 bulan)
6.3.1 Mengoptimalkan penerapan e-planning dan e-budgeting dalam
penyusunan anggaran.
6.3.2 Meningkatkan komitmen pimpinan dalam penyusunan anggaran yang
berkualitas
6.3.3 Meningkatkan kerjasama dengan KPPN dan LPSE dalam
penganggaran berbasis kinerja.
6.3.2 Meningkatkan dukungan pihak ketiga.
52
7 Implementasi Strategi
7.1 Strategi jangka pendek (0-3 bulan).
7.1.1 Strategi: Meningkatkan keselarasan usulan anggaran dengan
penetapan kinerja.
a. Program: Sosialisasi penetapan kinerja.
Indikator kinerja program:
Seluruh personel memahami target kinerja masing-masing.
b. Program: Sosialisasi tahapan dan proses penyusunan anggaran.
Indikator kinerja program:
Personel yang mengemban fungsi perencanaan di masing-masing
satfung memahami proses penyusunan anggaran yang baik,
sehingga dapat mengajukan rencana angaaran yang sesuai dengan
kebutuhan masing-masing.
7.1.2 Strategi: Meningkatkan penerapan skala prioritas dalam
penyusunan anggaran.
a. Program: Pelatihan penyusunan skala prioritas.
Indikator kinerja program:
Personel dapat memahami bagaimana mengklasifikasikan kebutuhan
berdasarkan prioritasnya.
b. Program: Pengkodifikasian program dan kegiatan.
Indikator kinerja program:
Penyusunan anggaran dapat dirampingkan dengan
mengelompokkan program atau kegiatan yang seragam dan dapat
dilaksanakan beriringan.
7.1.3 Strategi: Pengarahan dan pembinaan pimpinan dalam proses
penganggaran berbasis kinerja.
a. Program: Pelaksanaan Rapat Penyusunan Renbutgar.
Indikator kinerja program:
Terlaksananya perencanaan kegiatan dan anggaran yang minim
penyesuaian di revisi DIPA.
b. Program: Pengarahan partisipasi anggota dalam penganggaran.
Indikator kinerja program:
53
A Simpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap pokok-pokok persoalan, maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1 Berdasarkan fakta pelaksanaan rancangan rencana kerja yang
dilaksanakan untuk mendukung tugas operasional di Polres
Halmahera Selatan belum sepenuhnya optimal, dengan indikator
kebutuhan dan prioritas dalam rancangan rencana kerja belum dapat
tercapai sesuai harapan atau kondisi ideal. Upaya pembenahan
dilakukan melalui strategi meningkatkan keselarasan usulan
anggaran dengan penetapan kinerja, meningkatkan penerapan skala
prioritas dalam penyusunan anggaran, pengarahan dan pembinaan
pimpinan dalam proses penganggaran berbasis kinerja, dan
melaksanakan kerjasama hibah Sarpras dari eksternal Polres
Halmahera Selatan.
2 Berdasarkan fakta pelaksanaan pengusulan anggaran yang
dilaksanakan untuk mendukung tugas operasional di Polres
Halmahera Selatan belum sepenuhnya optimal, dengan indikator
perencanaan, koordinasi dan pengawasan dalam pengusulan
anggaran belum dapat tercapai sesuai harapan atau kondisi ideal.
Upaya pembenahan dilakukan melalui strategi melaksanakan
kegiatan supervisi dan asistensi pendukung penganggaran, membina
integritas personel bagian perencanaan untuk pelaksanaan
penganggaran yang akuntabel, mengembangkan kerjasama
pengawasan eksternal proses penganggaran, , melaksanakan proses
pengawasan internal terhadap penganggaran berbasis kinerja, dan
meningkatkan kerjasama dengan KPPN dan LPSE dalam
penganggaran berbasis kinerja.
56
57
B Rekomendasi
1 Merekomendasikan kepada Kapolda Maluku utara up. Karo Rena dan
Kabidkeu untuk melakukan Monev secara berkala sesuai dengan
tahapan dan alur penganggaran berbasis kinerja serta sosialisasi
indikator yang jelas terkait penggunaan anggaran DIPA di polres
jajaran.
2 Merekomendasikan kepada Kapolda Maluku utara up. Karo SDM dan
Karo Rena agar mengusulkan penambahan kuota personil yang
mengikuti Dikbangspes Keuangan maupun bekerjasama dengan
pihak eksternal yang berkompeten seperti Pusdiklat Anggaran dan
Perbendaharaan Kementerian Keuangan untuk meningkatkan
kemampuan personil di Polres Jajaran agar mampu menyusun
anggaran berbasis kinerja dengan tepat agar meminimalisir adanya
revisi anggaran maupun anggaran yang tidak terserap.
DAFTAR PUSTAKA
vii
viii
ALUR PIKIR
x
POLA PIKIR