Anda di halaman 1dari 59

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI NKP: 4

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN

NASKAH KARYA PERORANGAN (NKP)


TOPIK
PENGELOLAAAN ANGGARAN TERHADAP REFORMASI BIROKRASI
DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

JUDUL
OPTIMALISASI PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
PADA POLRES HALMAHERA SELATAN
GUNA MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KEPOLISIAN
DALAM RANGKA
MEWUJUDKAN PELAYANAN PUBLIK POLRI YANG PRIMA

OLEH:
NAMA : WAHYU ADI WALUYO, S.I.K.
NO. SERDIK : 202103002221
POKJAR : XXIV (DUAPULUH EMPAT)
PESERTA DIDIK SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH POLRI
DIKREG KE-61 T.A. 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………….. ii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. iv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………. v
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………… vi

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….. 1
A Latar Belakang…………………………………………………… 1
B Permasalahan……………………………………………………. 3
C Pokok-pokok persoalan…………………………………………. 3
D Ruang lingkup……………………………………………………. 3
E Maksud, tujuan dan manfaat…………………………………… 3
F Metode dan pendekatan penulisan……………………………. 4
G Tata urut…………………………………………………………... 4
H Pengertian-pengertian…………………………………………... 4

BAB II LANDASAN PEMIKIRAN DAN METODE PENELITIAN


A Teori substansi masalah dalam pembahasan ……………….. 15
1 Grand theory……………………………………………………… 15
2 Middle theory……………………………………………………... 16
3 Applied theory……………………………………………………. 16
B Pengumpulan data………………………………………………. 19
C Analisis SWOT…………………………………………………… 19

BAB III KONDISI FAKTUAL…………………………………………….. 20


A Umum…………………………………………………………….. 20
B Kondisi faktual…………………………………………………… 26
C Implikasi belum optimalnya penganggaran berbasis kinerja
pada Polres Halmahera Selatan ...........................…………… 30

BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
PADA POLRES HALMAHERA SELATAN .........……………. 31
A Lingkungan strategis……………………………………………. 31
1 Global……………………………………………………………... 31
2 Regional………………………………………………………….. 32
3 Nasional…………………………………………………………... 33
B Faktor Eksternal…………………………………………………. 34
1 Peluang ( Opportunity).....……………………………………… 34
2 Ancaman (Threat)……………………………………………… 34
C Faktor Internal .......………………………………………………. 35

ii
iii

1 Kekuatan (Strenght) .…………………………………………… 35


2 Kelemahan (Weakness) ………………………………………… 35

BAB V KONDISI IDEAL PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA


PADA POLRES HALMAHERA SELATAN ............................ 36
A Umum……………………………………………………………... 36
B Kondisi ideal……………………………………………………… 37
C Kontribusi…………………………………………………………. 41
D Indikator Keberhasilan…………………………………………... 41

BAB VI PEMECAHAN MASALAH OPTIMALISASI PENGANGGARAN


BERBASIS KINERJA PADA POLRES HALMAHERA
SELATAN ...………….........................................…….............. 42
A Analisis strategis………………………………….……………… 42
1 Faktor Eksternal………………………………………………….. 42
2 Faktor Internal……………………………………………………. 44
3 Posisi Organisasi………………………………………………… 46
4 Faktor Strategis………………………………………………….. 47
B Manajemen Strategis……………………………………………. 49
1 Visi………………………………………………………………… 49
2 Misi………………………………………………………………… 49
3 Tujuan…………………………………………………………….. 49
4 Sasaran…………………………………………………………… 49
5 Kebijakan…………………………………………………………. 50
6 Strategi……………………………………………………………. 51
7 Implementasi strategi…………………………………………… 52
BAB VII PENUTUP………………………………………………………… 56
A Simpulan…………………………………………………………. 56
B Rekomendasi……………………………………………………. 57
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… vii
LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………………….
ALUR PIKIR………………………………………………………………….. ix
POLA PIKIR………………………………………………………………….. x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data personel Polres Halmahera Selatan Tahun 2020


Tabel 3.2 Data Pendidikan Personel Polres Halmahera Selatan
Tabel 3.3 Data Dikbang Personel Polres Halmahera Selatan
Tabel 3.4 DIPA Polres Halmahera Selatan
Tabel 3.5 Data komponen anggaran Polres Halmahera Selatan
Tabel 3.6 Data Senpi Polres Halmahera Selatan
Tabel 3.7 Tabel ES dan OHA
Tabel 6.1 External Factors Analysis Strategic (EFAS)
Tabel 6.2 (AHP) Faktor Eksternal - Peluang
Tabel 6.3 (AHP) Faktor Eksternal - Ancaman
Tabel 6.4 Internal Factors Analysis Strategic (IFAS)
Tabel 6.5 (AHP) Faktor Internal - Kekuatan
Tabel 6.6 (AHP) Faktor Internal - Kelemahan
Tabel 6.7 Faktor Strategi Kunci
Tabel 6.8 AHP Strategic Factors Analysis Summary (SFAS)

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Teori dan Konsep


Gambar 6.1 Posisi Organisasi

v
DAFTAR SINGKATAN

PRESISI : Prediktif, Responsibilitas, Transparansi


Berkeadilan
VUCA : Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity
KOD : Komando Operasional Dasar
EFAS : Eksternal Factor Analysis Strategic
IFAS : Internal Factor Analysis Strategic
SFAS : Summery Factor Analysis Strategic
AHP : Analytic Hierarchy Process

vi
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN

TOPIK
PENGELOLAAAN ANGGARAN TERHADAP REFORMASI BIROKRASI
DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

JUDUL
OPTIMALISASI PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
PADA POLRES HALMAHERA SELATAN
GUNA MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KEPOLISIAN
DALAM RANGKA
MEWUJUDKAN PELAYANAN PUBLIK POLRI YANG PRIMA

BAB I
PENDAHULUAN
A Latar belakang.
Transformasi Pelayanan Publik merupakan bagian dari
transformasi menuju Polri Presisi yang diperlukan guna
mempersiapkan, melengkapi dan mendukung kebutuhan institusi
dalam menjawab tantangan dan peluang, khususnya di tengah
berkembangnya kondisi yang penuh ketidakpastian, kompleksitas dan
keambiguan atau yang secara universal dikenal dengan istilah VUCA
(volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity). Transformasi
Pelayanan Publik diuraikan ke dalam 3 (tiga) program yaitu :
peningkatan kualitas pelayanan publik Polri, Mewujudkan pelayanan
publik yang terintegrasi dan Pemantapan komunikasi publik (Sigit,
2021).
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, Polri perlu
melaksanakan peran dan tugas fungsi kepolisian melalui penggelaran
kegiatan kepolisian. Penggelaran peran dan tugas fungsi kepolisian
merupakan wujud kehadiran dan tindakan Polri dalam meminimalisir
potensi ancaman dan gangguan kamtibmas guna menciptakan

1
2

suasana yang kondusif bagi terselenggaranya segenap kegiatan yang


ada di tengah masyarakat sebagai bentuk pelayanan Polri kepada
masyarakat.
Penggelaran kegiatan kepolisian tidak hanya membutuhkan
kemampuan sistem dan metode kerja yang didukung personel
kompeten, namun juga membutuhkan pemenuhan sarana dan
prasarana serta anggaran operasional agar seluruh kegiatan dapat
terlaksana dengan baik dan sesuai yang direncanakan.
Pemenuhan anggaran operasional sebagai salah satu kegiatan
dalam pengelolaan anggaran di dahului dengan penyusunan rencana
kerja dan penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran. Dalam
realisasinya dilakukan pengawasan dan di akhiri dengan penyusunan
laporan keuangan serta penyerahan hasil kegiatan.
Keterbatasan anggaran merupakan permasalahan klasik
organisasi publik sehingga penerapan penganggaran berbasis kinerja
di lingkungan Polri diharapkan dapat mengintegrasikan,
menyempurnakan dan menyelaraskan program Polri dengan
anggaran yang tersedia. Kinerja dari kepolisian khususnya dalam
melaksanakan tugas-tugas operasional harus dapat dilaksanakan
dengan setiap anggaran yang dikeluarkan untuk mewujudkan output
dan outcome yang dirasakan oleh masyarakat.
Dalam pakteknya, penganggaran berbasis kinerja belum
sepenuhnya terlaksana sesuai harapan untuk dapat mengoptimalkan
anggaran yang tersedia dengan kinerja yang diharapkan, termasuk di
Polres Halmahera Selatan. Penganggaran berbasis kinerja harus
dapat terlaksana sesuai harapan agar dapat mendukung tugas
operasional kepolisian sehingga stabilitas Kamtibmas dapat
terpelihara. Oleh karena itu, perlu adanya formulasi strategi dalam
optimalisasi penganggaran berbasis kinerja pada Polres Halmahera
Selatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepolisian untuk
mewujudkan pelayanan publik Polri yang prima.
3

B Permasalahan.
Pokok permasalahan yang diangkat pada Naskah Karya Perorangan ini
adalah: “Bagaimana penganggaran berbasis kinerja pada Polres
Halmahera Selatan guna meningkatkan kualitas pelayanan kepolisian
dalam rangka mewujudkan pelayanan publik Polri yang prima?”

C Pokok-pokok persoalan.
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka dapat diuraikan
beberapa pokok persoalan sebagai berikut:
1 Bagaimana penyusunan rencana kerja yang dilaksanakan terkait
meningkatkan pelayanan kepolisian?
2 Bagaimana penyusunan anggaran yang dilaksanakan terkait
meningkatkan pelayanan kepolisian?

D Ruang lingkup.
Ruang lingkup pembahasan dalam penulisan ini dibatasi pada
kajian penganggaran berbasis kinerja pada Polres Halmahera
Selatan yang diarahkan guna meningkatkan pelayanan kepolisian
dalam kurun waktu tahun 2020-2021.

E Maksud, tujuan, dan manfaat.


1 Maksud, memberikan gambaran mengenai pelaksanaan
penganggran berbasis kinerja oleh Polri di tingkat KOD dan syarat
pemenuhan tugas Pendidikan Sespimmen Polri angkatan ke-61 T.A.
2021.
2 Tujuan, sebagai sumbang saran terhadap unsur pimpinan terkait
pembenahan dan perbaikan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan penganggaran berbasis kinerja.
3 Manfaat, secara teoritis dan praktis diharapkan dapat memberi
kegunaan dan pencerahan bagi pembaca dalam mengoptimalkan
penganggaran berbasis kinerja yang mendukung peningkatan kualitas
pelayanan kepolisian.
4

F Metode dan pendekatan penulisan.


1 Metode, naskah ini ditulis dengan metode deskriptif analitis, yaitu
penulisan bertujuan untuk menggambarkan berbagai hal yang
ditemukan dalam proses pengumpulan data secara komprehensif,
dilanjutkan dengan proses analisis terhadap temuan penelitian,
berdasarkan teori / konsep guna menemukan solusi.
2 Pendekatan, dalam naskah ini penulis menggunakan pendekatan
kualitatif yaitu pendekatan yang digunakan untuk memberi penjelasan
atas laporan pandangan informasi secara mendalam dengan uraian
kata-kata. Dalam pendekatan ini, data dan angka hanya menjadi
pendukung dalam upaya untuk menggambarkan permasalahan
secara mendalam, rinci, dan menyeluruh.

G Tata urut (sistematika).


Bab I Pendahuluan
Bab II Landasan Pemikiran dan Metode Penelitian
Bab III Kondisi Faktual Manajemen SDM Berbasis Kompetensi Pada
Polres Halmahera Selatan Guna Meningkatkan
Profesionalisme Personel
Bab IV Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen SDM
Berbasis Kompetensi Pada Polres Halmahera Selatan Guna
Meningkatkan Profesionalisme Personel
Bab V Kondisi Ideal Manajemen SDM Berbasis Kompetensi Pada
Polres Halmahera Selatan Guna Meningkatkan
Profesionalisme Personel
Bab VI Pemecahan Masalah Optimalisasi Manajemen SDM Berbasis
Kompetensi Pada Polres Halmahera Selatan Guna
Meningkatkan Profesionalisme Personel
Bab VII Penutup

H Pengertian-pengertian.
1 Optimalisasi, adalah proses, cara atau perbuatan menjadikan
sesuatu menjadi paling baik dan tinggi (KBBI, 1996, hlm. 705).
5

2 Penganggaran Berbasis Kinerja, menurut Lies Kurnia Irwanti (2017)


dengan mengacu pada UU No 17 Tahun 2003 tentang keuangan
negara yang menyatakan penganggaran berbasis kinerja merupakan
suatu pendekatan dalam sistem penganggaran yang memperhatikan
keterkaitan antara pendanaan dan kinerja yang diharapkan, serta
memperhatikan efisiensi dalam pencapaian kinerja tersebut.
3 Anggaran, menurut GASB (Governmental Accounting Standards
Board), defenisi anggaran (budget) adalah rencana operasi keuangan
yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan, dan sumber
pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode
waktu tertentu (Bastian, 2006:164), sedangkan menurut Halim
(2007:164) anggaran merupakan sebuah rencana yang disusun dalam
bentuk kuantitatif dalam satuan moneter untuk satu periode dan
periode anggaran biasanya dalam jangka waktu satu tahun.
Selanjutnya Mardiasmo (2009:61) menyebutkan bahwa anggaran
merupakan estimasi kinerja yang ingin dicapai selama periode waktu
tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Dari pengertian
diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa anggaran merupakan rencana
keuangan yang disusun dan digunakan selama periode waktu tertentu.
4 Kinerja, menurut PP No. 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, kinerja adalah keluaran/hasil dari
kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan
penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.
Sementara itu menurut Bastian (2006:274) kinerja adalah gambaran
mengenai pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/
kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, serta visi dan misi
organisasi. Mahsun (2006:65) mengungkapkan bahwa kinerja adalah
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program, kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,
serta visi dan misi organisasi yang tertuang dalam rencana strategis
suatu organisasi. Kemudian Robertson dalam Mahsun (2006:70) juga
menyatakan bahwa pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian
kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah
6

ditentukan sebelumnya termasuk informasi atas efisiensi penggunaan


sumber daya dalam menghasilkan barang/jasa, kualitas barang/jasa,
hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan. Dari
pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan
prestasi kerja yang dicapai dalam melaksanakan suatu kegiatan.
5 Transformasi, perubahan rupa baik dalam bentuk, sifat, fungsi, dan
sebagainya (KBBI, 1996).
6 Transformasi Pelayanan Publik, adalah salah satu bagian dari
penjabaran transformasi Polri menuju Polri yang Presisi (Naskah fit
and proper test Calon Kapolri “Tansformasi menuju Polri yang Presisi”
oleh Komjen Pol Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si).
7 Presisi, adalah abreviasi dari prediktif, responsibilitas dan
transparansi berkeadilan. Polri Presisi ditekankan pentingnya
kemampuan pendekatan pemolisian prediktif (predictive policing).
BAB II
LANDASAN PEMIKIRAN DAN METODE PENELITIAN

A Teori substansi masalah dalam pembahasan


Landasan pemikiran berupa teori dan konsep yang digunakan
dalam penulisan Naskah Karya Perorangan ini dapat digambarkan
dengan skema berikut:
Gambar 2.1
Skema Teori dan Konsep

Grand Theory

Middle Theory

Applied Theory

1 Grand theory,
Grand theory yang digunakan untuk membahas permasalahan
penelitian dalam penilisan ini adalah “teori Anggaran Berbasis Kinerja”
yang merujuk pada teori Bastian (2006) yang mendefinisikan anggaran
berbasis kinerja sebagai sistem penganggaran yang berorientasi pada
output organisasi yang berkaitan erat dengan visi, misi, dan rencana
strategis organisasi. Metode penganggaran ini dilaksanakan oleh
manajemen dengan mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan
dalam kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk
efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut. Keluaran dan
hasil terebut dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kerja.

15
16

Pada penyusunan anggaran berbasis kinerja, kaitan pendanaan dan


kinerja dikembangkan menjadi dua dimensi, yaitu terkait rencana kerja
dan terkait dengan anggaran yang tersedia.

2 Middle theory
2.1 Teori Rencana Kerja
Menurut Gunawan Adisaputro (2010), Rencana kerja adalah hasil
proses perencanaan berupa daftar ketetapan tentang langkah
tindakan pada masa depan menyangkut kegiatan apa, siapa
pelaksananya, di mana, kapan jadwalnya dan berapa sumber daya
yang akan digunakan, serta berbagai keterangan mengenai tolak
ukurnya, dalam rangka mencapai hasil. Komponen dalam rencana
kerja pada umumnya harus menghubungkan apa yang ada saat ini
(what is) dengan bagaimana yang seharusnya (what should be) yang
bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan dan prioritas program
yang didukung alokasi sumber daya. Kata kunci utama dari rencana
kerja berdasarkan penjelasan ini adalah kebutuhan dan prioritas
organisasi.
2.2 Teori Anggaran
Teori anggaran merujuk pada teori dari Adisaputro dan Asri (1995),
penganggaran merupakan suatu pendekatan yang formal dan
sistematis daripada pelaksanaan tanggungjawab manajemen di
dalam perencanaan, koordinasi dan pengawasan. Pada pelaksanaan
penganggaran tersebut, harus terdapat keselarasan dalam prosesnya
dari perencanaan, koordinasi dan pengawasan.

3 Applied theory
3.1 Teori Kebutuhan Organisasi
Kebutuhan organisasi dikupas berdasarkan teori dari Lawrence dan
Lorsch dalam Budiharjo (2011) yang mengemukakan bahwa
organisasi sebagai sistem terbuka membutuhkan pengelolaan cermat
untuk memuaskan dan menyeimbangkan kebutuhan internal serta
17

beradaptasi dengan tuntutan lingkungan dimana kerap menyesuaikan


antara teknologi dan struktur dalam pengelolaannya.
Teori ini digunakan sebagai salah satu indikator terkait penyusunan
rencana kerja dalam penganggaran berbasis kinerja pada Polres
Halmahera Selatan guna meningkatkan pelayanan kepolisian,
sebagaimana tertuang dalam Bab III dan Bab IV.
3.2 Teori Skala Prioritas
Skala prioritas dijelaskan berdasarkan teori dari Kurnia (2010)
mengemukakan bahwa skala prioritas adalah daftar tentang berbagai
macam kebutuhan yang disusun berdasarkan kepentingannya, dari
yang paling dibutuhkan atau sangat mendesak, yang dapat ditunda
pemenuhannya, hingga yang tidak perlu dipenuhi.
Teori ini digunakan sebagai salah satu indikator terkait penyusunan
rencana kerja dalam penganggaran berbasis kinerja pada Polres
Halmahera Selatan guna meningkatkan pelayanan kepolisian,
sebagaimana tertuang dalam Bab III dan Bab IV.
3.3 Teori Penetapan Tujuan
Penetapan tujuan (goal setting) merupakan manajemen penetapan
sasaran atau tujuan untuk keberhasilan mencapai kinerja
(performance) (Davis, 1981 dalam Sekaran, 1992). Teori penetapan
tujuan menekankan pada pentingnya hubungan antara tujuan yang
ditetapkan dan kinerja yang dihasilkan. Konsep dasarnya yaitu
seseorang yang mampu memahami tujuan yang diharapkan oleh
organisasi, maka pemahaman tersebut akan mempengaruhi perilaku
kinerjanya. Locke dalam Kusuma (2013) menemukan bahwa goal-
setting berpengaruh pada ketepatan anggaran. Setiap organisasi
yang telah menetapkan sasaran (goal) yang diformulasikan ke dalam
rencana anggaran lebih mudah untuk mencapai target kinerjanya
sesuai dengan visi dan misi organisasi itu sendiri.
Teori ini digunakan sebagai salah satu indikator terkait penyusunan
rencana kerja dalam penganggaran berbasis kinerja pada Polres
Halmahera Selatan guna meningkatkan pelayanan kepolisian,
sebagaimana tertuang dalam Bab III dan Bab IV.
18

3.4 Teori Perencanaan


Perencanaan dikupas berdasarkan teori dari Mahoney dalam Frisilia
(2007) yang menjelaskan bahwa perencanaan merupakan tindakan
yang dibuat berdasarkan fakta dan asumsi yang akan datang guna
mencapai tujuan yang diinginkan. Perencanaan dikaitkan dengan
strategi, kebijakan, program dan prosedur yang dilaksanakan suatu
organisasi. Dalam kaitannya dengan perencanaan, anggaran juga
berkaitan dengan penetapan tujuan yang ingin dicapai.
Teori ini digunakan sebagai salah satu indikator terkait penyusunan
rencana anggaran dalam penganggaran berbasis kinerja pada Polres
Halmahera Selatan guna meningkatkan pelayanan kepolisian,
sebagaimana tertuang dalam Bab III dan Bab IV.
3.5 Konsep Koordinasi
Koordinasi dikupas berdasarkan teori dari Mardiasmo (2002) yang
mengemukakan bahwa penganggaran sebagai alat koordinasi
membutuhkan keterlibatan setiap unit kerja dalam penyusunan
anggaran yang turut didukung dengan komunikasi yang baik dalam
pelaksanaannya.
Konsep ini digunakan sebagai salah satu indikator terkait penyusunan
rencana anggaran dalam penganggaran berbasis kinerja pada Polres
Halmahera Selatan guna meningkatkan pelayanan kepolisian,
sebagaimana tertuang dalam Bab III dan Bab IV.
3.6 Konsep Pengawasan
Pengawasan dikupas berdasarkan teori dari Mulyadi (1997) yang
menjelaskan bahwa pada pengawasan anggaran, agar proses
penyusunan anggaran dapat menghasilkan anggaran yang dapat
berfungsi sebagai alat pengendalian, proses penyusunan anggaran
harus mampu menanamkan “sense of commitment” dalam diri
penyusunnya.
Konsep ini digunakan sebagai salah satu indikator terkait penyusunan
rencana anggaran dalam penganggaran berbasis kinerja pada Polres
Halmahera Selatan guna meningkatkan pelayanan kepolisian,
sebagaimana tertuang dalam Bab III dan Bab IV.
19

B Pengumpulan data.
Pengumpulan data adalah seluruh proses pencarian data yang
diperlukan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Pengumpulan
data dilakukan dengan metode studi dokumen yang didapatkan pada
objek penelitian. Seluruh data yang digunakan dalam penulisan
naskah ini didapatkan dari Polres Halmahera Selatan maupun pihak
lain yang dapat digunakan sebagai bahan kajian.

C Analisis Strategi (SWOT) dan Manajemen Strategi (Teori


Manajemen Strategi)
Riyanto (2018, hlm.84) menguraikan bahwa analisis SWOT adalah
konsepsi yang digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor
secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan
peluang (opportunity) serta meminimalisir kelemahan (weakness),
dan ancaman (threats) secara sistematis. Sehingga, dalam penulisan
ini, konsep analisa SWOT digunakan sebagai pisau analisis pada bab
IV.
Disamping itu, penulis juga menggunakan metode atau teknik
pengambilan keputusan yang bersifat multi kriteria sebagaimana yang
dikemukakan oleh Prof. Thomas L. Saaty, yaitu metode Analytic
Hierarchy Process (AHP). Teknik ini bermanfaat dalam membantu
pengambil keputusan, mengelola kompleksitas permasalahan melalui
cara manajemen strategis. Manajemen strategis adalah serangkaian
keputusan yang digunakan untuk memformulasikan dan
mengimplementasikan strategi yang berdaya saing tinggi, sesuai
organisasi dan lingkungannya guna mencapai sasaran organisasi
(Setyo Riyanto, 2018, hlm.86). Dalam penulisan ini, teori manajemen
strategik digunakan sebagai pisau analisis pada bab VI.
BAB III
KONDISI FAKTUAL
PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
PADA POLRES HALMAHERA SELATAN
GUNA MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KEPOLISIAN
DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PELAYANAN PUBLIK POLRI YANG PRIMA

A Umum
Tantangan tugas Polres Halmahera Selatan tidaklah ringan.
Dihadapkan dengan kondisi geografis wilayahnya dimana sebagian
besar wilayah perairan dan daratan pulau-pulau yang tersebar.
Secara geografis wilayah hukum Polres Halmahera Selatan berada
di Kabupaten Halmahera Selatan yang terletak antara 126.045’ –
129.030’ BT (Bujur Timur) dan antara 00.30’ LU (Lintang Utara) dan
20.00’ LS (Lintang Selatan). Secara geografis, Kabupaten Halmahera
Selatan berbatasan langsung dengan Kota Tidore Kepulauan dan
Kabupaten Halmahera Tengah di sebelah utara. Sementara untuk di
sebelah timur, selatan dan barat, Kabupaten Halmahera Selatan
berbatasan dengan wilayah perairan, yaitu Laut Halmahera di sebelah
Timur, Laut Banda di sebelah selatan, dan Laut Maluku di sebelah
barat.
Aspek Ideologi dan Politik Secara umum Penduduk /
masyarakat di Wilayah Kabupaten Halmahera Selatan konsisten
bahwa idiologi bangsa Indonesia adalah Pancasila, namun demikian
sebagian masyarakat suku terasing dan masyarakat yang tinggal di
pedalaman tentu saja tidak akan memahami hal ini akan tetapi upaya
perongrongan tidak di temui.
Aspek sosial budaya diwarnai dengan kebiasaan masyarakat
mengkonsumsi minuman keras, ikatan kultural kesukuan,
kekerabatan maupun antar golongan yang kuat. Setidaknya terdapat
73 ormas dan paguyuban yang bercorak kesukuan, kekerabatan di
Kabupaten Halmahera Selatan, namun yang memiliki Surat
Keterangan Tanda Terdaftar di Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

20
21

Kabupaten Halmahera Selatan sebanyak 20 Organisasi. (Intel Dasar


Polres Halsel tahun 2021).
Pembagian wilayah administratif pemerintahan Kabupaten
Halmahera Selatan belum sebanding dengan wilayah administrasi
Kepolisian. Terdapat 30 kecamatan dengan 250 desa definitif dan 6
Unit Pemukiman Transmigrasi, sementara Polres Halmahera Selatan
hanya memiliki 9 Polsek yang terdiri atas Polsek Pulau Bacan, Polsek
Bacan Timur, Polsek Bacan Barat, Polsek Obi, Polsek Obi Selatan,
Polsek Gane Barat, Polsek Gane Timur, Polsek Pulau Makean dan
Polsek Kayoa.
Ditinjau dari aspek sumber daya manusia, jumlah keseluruhan
personel Polres Halmahera Selatan beserta polsek jajaran adalah 467
personel. Apabila dikomparasikan dengan DSP yaitu 856 personel,
terdapat kekurangan jumlah personel sebanyak 429 pers dengan
rincian sebagaimana di dalam tabel berikut.

Tabel 3.1
Data personel Polres Halmahera Selatan Tahun 2020
Jumlah
No Pangkat Ket
DSP Riil

1 Pamen 6 4 (-) 2
2 Pama 171 42 (-) 129
3 Bintara 634 378 (-) 256
4 PNS 45 5 (-) 40
Jumlah 856 429 (-) 427
Sumber : Lapsat Polres Halmahera Selatan tahun 2020
22

Tabel 3.2
Data Pendidikan Personel Polres Halmahera Selatan
Dik Um
No Pangkat Jumlah Ket
SMA S1 S2
1 Pamen 4 1 2 1
2 Pama 42 20 21 1
3 Bintara 378 350 28 -
4 PNS 5 - 5 -
Jumlah 429 371 56 2
Sumber : Lapsat Polres Halmahera Selatan tahun 2020

Berdasarkan pendidikan pengembangan yang dimiliki masing-


masing personel, dapat diterangkan pada tabel berikut,

Tabel 3.3
Data Pendidikan Pengembangan Personel Polres Halmahera Selatan

JUMLAH Dikbangspes
No. PANGKAT
PERS
SUDAH BELUM
1. AKBP 1 1 -
2. Kompol 3 3 -
3. AKP 7 7 -
4. IP 35 30 5
5. BRIG 378 267 111
Total: 424 308 116
Sumber : Lapsat Polres Halmahera Selatan tahun 2020

Penganggaran merupakan kegiatan penting untuk mendukung


kinerja personel beserta tugas operasional yang dilaksanakan. Polres
Halmahera Selatan dalam pelaksanaan tugasnya mendapatkan
dukungan anggaran yang dapat dilihat pada tabel berikut.
23

Tabel 3.4
DIPA Polres Halmahera Selatan

No. TAHUN JUMLAH ANGGARAN KETERANGAN

1 2019 194,306,647,000
2 2020 230,748,506,961 +19,15 %
3 2021 213,126,864,000 -8 %
Sumber : Lapsat Polres Halmahera Selatan tahun 2020

Tabel 3.1 menunjukkan bahwa anggaran Polres Halmahera


Selatan pada tahun 2020 adalah sebesar Rp 230,748,506,961.00
yang naik sebesar 19,15% dari tahun anggaran sebelumnya. Namun
pada tahun 2021 terjadi penurunan anggaran sebesar 8% menjadi Rp
213,126,864,000.00. Kondisi ini menunjukkan bahwa anggaran yang
dikelola oleh Polres Halmahera Selatan saat inisedikit terbatas
dibandingkan tahun sebelumnya.
Dalam kurun waktu tahun 2019-2021, penanganan kasus dan
dumas sebagai berikut,
Tabel 3.5
Data komponen anggaran Polres Halmahera Selatan TA 2021
PENGANGGARAN
No. KOMPONEN KET
PAGU REALISASI
1 Belanja Pegawai Rp 112,825,931,000 Rp 16,537,930,451

2 Belanja Barang Rp 50,597,815,000 Rp 524,263,997

3 Belanja Modal Rp 49,703,118,000

JUMLAH Rp 213,126,864,000 Rp 17,062,194,448


Sumber : Lapsat Polres Halmahera Selatan tahun 2020

Tabel 3.5 menunjukkan bahwa komponen belanja pegawai


mendominasi anggaran yang ada yaitu sebesar 52,94% dari total
anggaran sebesar Rp 213.126.864.000. Jumlah belanja barang
hanya sebesar 23,74% dari total anggaran yaitu hanya sebesar
Rp50.597.715.000 mengindikasikan keterbatasan dalam pengadaan
barang dan jasa yang dapat dilaksanakan sehingga harus mampu
24

melakukan rencana pengadaan barang dan jasa secara cermat agar


dapat memberikan dukungan sarana dan prasarana tugas
operasional secara tepat dari keterbatasan anggaran yang ada.
Tabel 3.6
Data Senpi Polres Halmahera Selatan
KONDISI
No. PELANGGARAN
BAIK RUSAK JUMLAH
1 REVOLVER 497 48 545

2 PISTOL 35 0 35

3 BAHU 304 15 319

4 PINGGANG 103 0 103


Sumber : Lapsat Polres Halmahera Selatan tahun 2020

Tabel 3.6 menunjukkan sebagai contoh data sarana dan


prasarana pendukung tugas operasional berupa senjata api. Jumlah
Revolver yang rusak adalah sebanyak 48 atau sekitar 8,81% dari total
seluruh revolver yang tersedia. Kondisi yang hampir serupa ditemui
pada senjata api bahu dimana yang rusak adalah sebanyak 15 atau
sekitar 4,70% dari total senjata api bahu yang tersedia. Selain itu,
Polsek Jajaran masih menggunakan senjata bahu jenis Moser tahun
1943 yang seharusnya sudah diupdate. Kondisi ini tentunya
membutuhkan perhatian lebih untuk dapat didukung pada
penganggaran selanjutnya secara cermat dan menyesuaikan dengan
kebutuhan Sarpras dan biaya operasional agar tidak menghambat
pelaksanaan tugas di lapangan.
Secara umum kondisi komitmen manajemen SDM berbasis
kompetensi di Polres Halmahera Selatan guna meningkatkan
profesionalisme personel, baik dari dimensi internal organisasi
maupun dimensi eksternal organisasi, diuraikan dalam tabel data
OHA dan ES sebagai berikut,
25

Tabel 3.7
Tabel ES dan OHA

ES – eksternal (PEST) OHA – internal (SDO–4M)


Politik Sumber daya manusia
• Politik anggaran di DPR, • Kemampuan penganggaran
Pembahasan APBN berbasi kinerja
• Kepatuhan terhadap aturan
• Sosialisasi Aturan
• Integritas personel pengadaan
Ekonomi Anggaran
• Keterbatasan anggaran • Keterbatasan anggaran belanja
negara • Anggaran belanja pegawai
• Stagnasi pertumbuhan besar.
ekonomi
• Fluktuasi nilai mata uang
Rupiah
• Dampak Covid-19 terhadap
ekonomi negara
Sosial Sarpras
• Tingginya harapan • Dukungan sarpras dalam
masyarakat terhadap kinerja pelaksaaan tugas pokok belum
Kepolisian seluruhnya bisa dipenuhi oleh
• Subyektifitas penilaian kesatuan.
masyarakat terhadap kinerja • Biaya pemeliharaan dan
personel Kepolisian yang perawatan yang tidak bisa
dipengaruhi faktor kesukuan. mencakup seluruh aset yang
• Media massa yang berat dimiliki.
sebelah dalam pemberitaan
terhadap kinerja Polri
Teknologi Sistem dan metode
• Aktivitas penyusunan anggaran
sudah baik
26

• Jaringan telekomunikasi baik • Pedoman dan aturan


telepon, sms, maupun penyusunan anggaranbelum
internet. sepenuhnya dipahami
• Layanan pengaduan
masyarakat berbasis teknologi
informasi yang mudah diakses
masyarakat.

Berdasarkan tabel 3.4, dapat di amati bahwa kumpulan faktor internal


dimana kondisi SDO terbatas untuk mendukung penganggaran
berbasis kinerja yang ideal, sementara faktor eksternal menghadapi
tantangan berbagai perubahan di segala aspek pengelolaan
anggaran yang terbatas dan adanya Covid-19. Data dan kondisi saat
ini menunjukkan bahwa secara faktual kondisi penganggaran
berbasis kinerja di lingkungan Polres Halmahera Selatan masih belum
sesuai harapan yang membutuhkan analisis terhadap gambaran
faktual dari aspek rancanangan rencana kerja dan pengusulan
anggaran.

B Kondisi faktual
Kondisi Faktual terkait dengan penganggaran berbasis kinerja
pada polres Halmahera Selatan dapat digambarkan sebagai berikut.
1 Rancangan Rencana Kerja
Rancangan rencana kerja yang dilaksanakan untuk
meningkatkan pelayanan kepolisian dalam prakteknya dilapangan
secara faktual mengalami kondisi sebagai berikut:
1.1 Kebutuhan organisasi
Mengidentifikasi kebutuhan merupakan langkah yang diperlukan
dalam menentukan kemajuan suatu organisasi. Banyak pimpinan
organisasi yang keliru dalam langkah-langkah untuk memperbaiki
performa organisasi dengan langsung memberikan pelatihan tanpa
tahu kebutuhan organisasi yang sebenarnya.
27

a Berdasarkan wawancara dengan Kasubaglog Polres Polres


Halmahera Selatan, diperoleh informasi bahwa kondisi riil sarpras
yang ada belum sepenuhnya terdata terutama kondisi sarpras yang
ada di polsek jajaran. Laporan yang lambat dan terkesan malas untuk
dibuat mengakibatkan terhambatnya proses penganggaran untuk
pengadaan baru maupun perawatannya.
b Berdasarkan keterangan Kasubaglog Polres Halmahera Selatan, 2
(dua) dari 10 (sepuluh) kendaraan yang ada di polsek jajaran dalam
kondisi rusak. Perawatan atau perbaikan membutuhkan biaya yang
tidak sedikit. Dan tidak semua satfung maupun polsek jajaran mampu
memberdayakan potensi yang ada untuk membantu mengurangi
beban belanja barang di anggaran.
c Dalam penyusunan anggaran tahun 2021, Bagren Polres Halmahera
Selatan telah melakukan dua kali sosialisasi kepada para kasatfung
dan kapolsek dengan arahan untuk melakukan riset pasar sebelum
pengusulan rencana kerja beserta anggarannya, namun belum
semua personel mampu memahami fluktuasi harga barang dan jasa
sehingga penetapan standar biaya satuan dan harga kerap
menyebabkan perbedaan dengan saat pelaksanaan kegiatan.
d Berdasarkan keterangan dari Kabagren Polres Halmahera Selatan,
diperoleh informasi bahwa dalam penyusunan anggaran, belum
pernah dilakukan analisa untuk mengidentifikasi kebutuhan di polres
secara keseluruhan maupun pada tiap-tiap satfung.

1.2 Skala Prioritas


a Berdasarkan wawancara dengan Kabag Sumda Polres Halmahera
Selatan, diperoleh informasi, bahwa secara umum kondisi sarpras
banyak yang tidak terawat dihadapkan dengan keterbatasan
anggaran. Namun banyak satfung/polsek jajaran yang tidak dapat
menyertakan landasan kuat untuk menjadi prioritas dalam usulan
kebutuhan dan anggaran.
b Berdasarkan keterangan dari Kabagren Polres Halmahera Selatan,
diperoleh informasi bahwa belum semua usulan rencana kerja dari
28

satfung dan polsek jajaran selaras dengan penetapan kinerja,


sehingga muncul rencana kerja yang kurang dapat diukur dan kurang
tepat sasaran.
c Banyak kegiatan yang tumpang tindih dan tidak disatukan untuk
kepentingan efisiensi, seperti supervisi dan operasi, yang turut
berkontribusi pada penganggaran yang berulang.

1.3 Penetapan Tujuan


a Berdasarkan wawancara dengan Wakapolres Halmahera Selatan,
diperoleh informasi bahwa, sasaran atau tujuan yang harus dicapai
belum menyesuaikan dengan kondisi astagatra yang ada, sehingga
penetapan kinerja seringkali tidak sesuai dengan kemapuan dan
kondisi diwilayah.
b Berdasarkan keterangan dari Kasiwas Polres Halmahera Selatan, di
peroleh informasi bahwa para pengemban fungsi operasional belum
seluruhnya memahami sasaran atau tujuan yang diharapkan oleh
kesatuan maupun oleh organisasi Polri secara keseluruhan.

2 Penyusunan Anggaran dalam penganggaran berbasis kinerja


pada Polres Halmahera Selatan
2.1 Perencanaan
a Berdasarkan keterangan dari Kabagren dan Kasikeu, diperoleh
keterangan bahwa penerapan sistem e-planning dan e-budgeting
telah mendukung kinerja penganggaran yang lebih akuntabel, namun
proses penyusunan pagu anggaran belum selalu memperhatikan
evaluasi kegiatan yang sering dilakukan revisi sebelumnya sehingga
masih banyak kegiatan yang masuk Revisi DIPA.
b SOP Penyusunan DIPA yang menjadi pedoman dan mendukung
kelancaran proses penyusunan anggaran, namun masih belum
semua personel yang terlibat penganggaran memahami proses
penganggaran berbasis kinerja.
c Adanya berbagai peraturan perundangan dan pedoman perencanaan
anggaran untuk mendukung kelancaran penyusunan anggaran di
tingkat KOD, namun anggaran DIPA yang sebagian besar habis untuk
29

belanja pegawai menyebabkan keterbatasan pengadaan sarpras


pendukung yang penting dalam menunjang kinerja tugas operasional
dan pelayanan kepolisian.

2.2 Koordinasi
a Berdasarkan keterangan dari Kabagren dan Kasikeu, diperoleh
keterangan bahwa telah terlaksanan koordinasi dengan berbagai
tingkatan satuan mulai dari tingkat atas (Polda) hingga tingkat bawah
(Polsek) untuk keselarasan kegiatan penganggaran, namun belum
semua koordinasi didukung dengan komunikasi tulisan yang baik
khususnya pada penulisan di dokumen yang banyak terdapat kalimat
penganggaran yang kurang baik dan bersayap sehingga harus
kembali direvisi karena kerap tidak dapat terukur dengan jelas.
b Adanya kegiatan supervisi dan asistensi terkait penyusunan anggaran
di lingkungan Polres Halmahera Selatan mendukung kelancaran
proses penganggaran, namun belum semua personel dapat
memahami ukuran efisiensi, khsususnya di Polsek Jajaran dimana
masih terdapat banyak belanja barang, modal maupun belanja
pegawai yang kurang efisien dan memasukkan seluruh kebutuhan
yang ada untuk mendapatkan anggaran besar.
c Berdasarkan keterangan dari Kasikeu, diperoleh keterangan bahwa
telah ada dukungan dari LPSE dan KPPN untuk mendukung
kelancaran proses penganggaran, namun belum sepenuhnya
dimanfaatkan oleh personel pada tahap awal penyusunan anggaran
serta hanya berkonsultasi pada tahap pengumuman rencana umum
pengadaan di aplikasi SIRUP LPSE sehingga kerap terjadi perbaikan
pada dokumen-dokumen pendukung pada kegiatan pengadaan.

2.3 Pengawasan
a Berdasarkan keterangan dari Wakapolres, diperoleh keterangan
bahwa telah diberlakukan sistem pengganggaran berbasis kinerja
yang didukung dengan pengawasan di lingkungan Polres Halmahera
Selatan, namun belum semua kegiatan pengawasan dapat mencegah
pihak-pihak yang mengintervensi yang mendapatkan kemudahan
30

untuk menitipkan proyek tertentu karena integritas oknum yang


bertugas di bagian penganggaran yang kerap kurang memiliki
komitmen untuk kemajuan organisasi.
b Telah ada pengarahan dari pimpinan pada kegiatan sosialisasi untuk
menegaskan penyusunan anggaran yang harus dapat
mengalokasikan anggaran secara efektif dan efisien untuk menunjang
pelaksanaan tugas Satker/Polsek Jajaran, namun belum semua
pimpinan di Satker/Polsek jajaran turut turun tangan melakukan
pengecekan data dan mengawal proses penganggaran sehingga
tidak semua usulan dapat diterima karena kurang baik atau
lengkapnya dokumen pendukung yang dibutuhkan.
c Adanya berbagai penilaian indikator pelaksanaan pengelolaan
anggaran dari Instansi Pemerintah terkait penganggaran yang dapat
menjadi motivasi bagi satfung untuk meningkatkan kinerja
penganggaran, namun masih kurangnya pemberdayaan lembaga
eksternal untuk mengawal proses penganggaran yang berjalan
menyebabkan berbagai indikator tersebut kurang mampu dicapai.

C Implikasi belum optimalnya penganggaran berbasis kinerja pada


Polres Halmahera Selatan
Penganggaran berbasis kinerja di Polres Halmahera Selatan yang
belum optimal memiliki implikasi sebagai berikut:
1 Terhadap upaya meningkatkan kualitas pelayanan kepolisian
Belum optimalnya penganggaran berbasis kinerja pada Polres
Halmahera Selatan berimplikasi kepada tidak terdukungnya sarana
dan prasarana serta operasional kegiatan sehingga menghambat
peningkatan kualitas pelayanan kepolisian.
2 Terhadap upaya mewujudkan pelayanan publik Polri yang prima
Belum optimalnya penganggaran berbasis kinerja pada Polres
Halmahera Selatan berimplikasi kepada terhambatnya upaya
mewujudkan pelayanan publik Polri yang prima.
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
PADA POLRES HALMAHERA SELATAN
GUNA MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KEPOLISIAN

A Lingkungan Strategis
1 Global
Lingkungan strategis global senantiasa berkembang dan
dipengaruhi oleh isu-isu global seperti isu hak asasi manusia, krisis
ekonomi, radikalisme dan terorisme, dan kejahatan lintas negara.
Adapun fenomena global yang mempengaruhi konstelasi perubahan
lingkungan strategis hingga saat ini meliputi: 1. Langkah pemerintah
Amerika Serikat yang mengubah fokus ke Asia akan semakin
membebani Indonesia sebagai negara berpengaruh di ASEAN. 2.
Masih memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat dan
Tiongkok berpengaruh terhadap keseimbangan perekonomian global.
3. Dinamika ekonomi politik global juga terjadi dengan adanya perang
dagang antara AS dan Tiongkok. Selain itu, persaingan antarnegara
juga terjadi pada pembangunan infrastruktur kawasan Asia dan
Afrika, di mana Tiongkok mendorong kerja sama Belt and Road
Initiative (BRI). 4. Kondisi wilayah Suriah semakin kondusif dan telah
terjadi pergeseran para militan kelompok ISIS. 5. Menghadapi
masalah etnis Uighur di Cina telah terjadi penindasan terhadap warga
Uighur dan minoritas muslim lainnya di wilayah Xinjiang yang memicu
keprihatinan dan kemarahan umat muslim di Indonesia. 6. Fluktuasi
harga minyak dunia terus mempengaruhi aktivitas perekonomian
global. (Prabowo, 2021)

2 Regional
Lingkungan strategis regional saat ini dipengaruhi beberapa
isu, yaitu: konflik politik dan keamanan di kawasan Asia Tenggara,
sengketa perbatasan negara, baik perbatasan darat, laut, dan udara,

31
32

kerja sama antara negara Asean di bidang ekonomi, pertahanan dan


keamanan. 1. Masih berlanjutnya interaksi hubungan Tiongkok
dengan kekuatan utama di kawasan seperti AS, Jepang, Rusia dan
Uni Eropa merupakan faktor berpengaruh dalam peta keamanan
kawasan. 2. Pasang surut hubungan bilateral antara Indonesia-
Australia karena kepentingan Australia dalam menangkal terorisme
dan manusia perahu/pencari suaka. 3. Konsep Keamanan Laut
Australia Marine Identification Zone (AMIZ) yang menjangkau
perairan utara Indonesia. 4. Masih perlu diantisipasinya masalah isu
Melanesian Brotherhood (persaudaraan Melanesia) digunakan
sebagai strategi penyusunan kekuatan negara-negara Melanesia
yang berpengaruh terhadap gerakan separatis Papua Merdeka. 5.
Banyak negara di Pasifik Selatan menghadapi masalah lingkungan
karena sempitnya lahan untuk hidup dan bersikap pragmatis. 6. Isu
keamanan banyak bersumber dari gangguan keamanan dilakukan
kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM)
memanfaatkan wilayah PNG. 7. Kondisi ekonomi masyarakat di
Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) sampai saat ini masih
bergantung negara lain sehingga sangat berpengaruh terhadap
meningkatnya kasus penyelundupan barang-barang komoditi ke
negaranya. 8. Kamboja merupakan salah satu negara di Asia
Tenggara termasuk dalam Segitiga Emas (The Golden Triangle)
menjadi sorotan dunia, negara-negara kawasan Asia Tenggara
mengecam peredaran narkoba ancaman bangsa. 9. Hingga saat ini
pemerintah Filipina masih menghadapi berbagai masalah keamanan
dalam negeri, khususnya pemberontakan di Filipina Selatan dilakukan
Moro Islamic Liberation Front (MILF), Missouri Break Acro Group
(MBG), dan Kelompok Abu Sayyaf Group (ASG). (Prabowo, 2021)
Namun demikian, fenomena tersebut juga menciptakan
berbagai peluang dalam pembangunan negara Indonesia. Letak
geografis Indonesia yang strategis berada di titik silang disertai
dengan kekayaan sumber daya alam dapat menjadi modal yang tidak
dapat dipandang sebelah mata dalam memenuhi mata rantai supply
33

dan demand perdagangan dunia. Potensi tersebut dapat


direalisasikan menjadi keuntungan apabila terdapat stabilitas
keamanan dalam negeri.
Pengendalian fiskal telah menjadi perhatian penting dari
negaranegara di Asia Tenggara khususnya sejak krisis moneter 1998
dimana negara-negara kawasan Asia Tenggara merupakan wilayah
yang sangat terdampak krisis tersebut. Salah satu bagian dari
reformasi pengendalian fiskal tersebut adalah penerapan
performance based budgeting atau penganggaran berbasis kinerja.
Penerapan anggaran berbasis kinerja diharapkan dapat memperbaiki
alokasi anggaran, kontrol pengeluaran, wujud transparansi dan
akuntabilitas.
3 Nasional.
Lingkungan strategis domestik/nasional tidak bisa terlepas dari
situasi dan kondisi dalam negeri yang meliputi aspek Astagatra.
Dinamika lingkungan strategis nasional sangat mempengaruhi kondisi
keamanan dan ketertiban masyarakat dan bahkan dapat
menimbulkan gangguan Kamtibmas dalam negeri.
Sebagai sebuah negara demokratis dengan jumlah penduduk
terbesar dan corak kultural terbanyak, Indonesia memiliki tantangan
tersendiri dalam keterkaitannya dengan lingkungan strategis.
Perkembangan sosial ekonomi disertai berkembangnya teknologi
informasi secara masif telah menjadi potensi sekaligus ancaman
terhadap stabilitas keamanan dalam negeri.
UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara merupakan
landasan bagi reformasi keuangan negara yang turut menjadi
landasan bagi penerapan penganggaran berbasis kinerja. Kejelasan
tujuan dan indikator kinerja dalam pengusulan anggaran kegiatan
memberikan perbaikan efektifitas dan efisiensi dari berbagai kegiatan
yang dilaksanakan Pemerintah.
34

B Faktor Eksternal.
1 Peluang (Opportunity)
1.1 Adanya berbagai peraturan perundangan dan pedoman
penganggaran untuk mendukung kelancaran penyusunan anggaran
di tingkat KOD.
1.2 Adanya dukungan pihak ketiga yang memberikan hibah dan bantuan
yang mendukung pelaksanaan tugas operasional sehingga
mengurangi beban belanja di anggaran.
1.3 Adanya berbagai penilaian indikator pelaksanaan pengelolaan
anggaran dari Instansi Pemerintah terkait penganggaran yang dapat
menjadi motivasi bagi Satwil untuk meningkatkan kinerja
penganggaran
1.4 Penerapan sistem e-planning dan e-budgeting untuk mendukung
kinerja penganggaran yang lebih akuntabel
1.5 Dukungan KPPN maupun LPSE untuk mendukung dan mengawal
kelancaran proses penyusunan anggaran di Polres Halmahera
Selatan.

2 Ancaman (Threat).
2.1 Adanya intervensi yang mudah masuk untuk menitipkan proyek
tertentu karena integritas oknum yang bertugas di bagian
penganggaran yang kerap kurang memiliki komitmen untuk kemajuan
organisasi.
2.2 Kebutuhan Sarpras penunjang kegiatan operasional umumnya
memakan biaya yang tidak sedikit.
2.3 Fluktuasi harga barang dan jasa saat ini sehingga penetapan standar
biaya satuan dan harga kerap menyebabkan perbedaan anggaran
dengan pada saat pelaksanaan kegiatan.
2.4 Kurangnya pemberdayaan lembaga eksternal untuk mengawal
proses penganggaran yang berjalan.
2.5 Anggaran DIPA Polri umumnya sebagian besar habis untuk belanja
pegawai yang menyebabkan keterbatasan anggaran pengadaan
Sarpras pendukung maupun biaya operasional kegiatan.
35

C Faktor Internal.
1 Kekuatan (Strength).
1.1 Komitmen pimpinan untuk proses penyusunan anggaran yang
berkualitas dalam menunjang pelaksanaan tugas Satker/Polsek
Jajaran.
1.2 Telah berlakunya sistem pengganggaran berbasis kinerja yang
didukung dengan pengawasannya di lingkungan Polres Halamhera
Selatan
1.3 Adanya kegiatan supervisi dan asistensi terkait penyusunan anggaran
di lingkungan Polres Halmahera Selatan.
1.4 SOP Penyusunan DIPA yang menjadi pedoman dan mendukung
kelancaran proses penyusunan anggaran
1.5 Adanya koordinasi dengan berbagai tingkatan satuan mulai dari
tingkat atas (Polda) hingga tingkat bawah (Polsek) untuk keselarasan
kegiatan penganggaran.
2 Kelemahan (Weakness).
2.1 Penyusunan anggaran belum semuanya mengacu pada prinsip skala
prioritas sehingga terkesan semua kegiatan dimasukkan tanpa
melihat urgensi dan keterbatasan anggaran.
2.2 Belum semua usulan rencana kerja dari Satker dan Polsek Jajaran
selaras dengan penetapan kinerja sehingga masih muncul rencana
kegiatan yang kurang jelas, kurang dapat diukur dan kurang tepat
sasaran.
2.3 Pelaporan secara riil keadaan dan kebutuhan Sarpras yang dimiliki
khususnya Polsek Jajaran masih lemah.
2.4 Masih belum semua personel yang terlibat penganggaran memahami
proses penganggaran berbasis kinerja dengan baik.
2.5 Masih banyak Satker/Polsek Jajaran yang tidak melengkapi kajian /
landasan kuat untuk melengkapi prioritas usulan kebutuhan dan
anggaran yang diajukan.
BAB V
KONDISI IDEAL
PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
PADA POLRES HALMAHERA SELATAN
GUNA MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KEPOLISIAN

A Umum
Semakin pesatnya arus globalisasi yang terjadi dewasa ini
telah membawa tantangan tugas yang sangat begitu kompleks
terhadap institusi Polri dimana kondisi lingkungan yang terjadi di era
perkembangan industri 4.0 saat ini dihadapkan pada prinsip VUCA
(volatility, uncertainty, complexity, ambiguity). Kondisi ini menuntut
Polri untuk menemukan solusi terhadap permasalahan tersebut yaitu
dengan mengedepankan sistem pemolisian yang memiliki
kemampuan VUCA +I salah satunya yaitu terkait vision yang
merupakan sesuatu yang hendak akan diwujudkan pada masa yang
akan datang sehingga pengambil kebijakan mampu merumuskan
ancaman yang akan dihadapi kedepan membuat segalanya
terencana mulai dari produk perencanaan dan mampu membuat
analisis terhadap berbagai faktor internal dan eksternal, termasuk
perkembangan lingkungan strategis.
Tantangan perkembangan global tentunya juga harus
diantisipasi oleh Polri. Sehingga pengembangan dan pembinaan
organisasi menjadi salah satu strategi yang dikedepankan Kapolri
dalam visi dan misinya. Dimana transformasi pelayanan publik
merupakan salah satu program prioritas Kapolri dalam reformasi
organisasi Polri. Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kepolisian
yang prima sedikit banyak menuntut polri untuk melakukan berbagai
transformasi internal untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat. Dihadapkan pada keterbatasan anggaran yang tersedia,
polri perlu menerapkan strategi untuk mengelola anggara yang ada
namun tetap menghasilkan output yang maksimal dan outcome yang
dapat dirasakan oleh masyarakat.

36
37

Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara membawa reformasi pengelolaan keuangan negara dengan
penerapan sistem penganggaran baru. Salah satu penerapannya
adalah pendekatan penganggaran berbasis kinerja (Performance
Based Budgeting). Sistem penganggaran tersebut mengeluarkan
produk dokumen perencanaan dan penganggaran berupa Rencana
Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) dan dokumen
pelaksanaan anggaran berupa Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA). Pada tataran teknis, dikeluarkan Peraturan Presiden Nomor
16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah beserta
aturan e-procurement telah menjadi pedoman umum
penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa bagi personel
pengemban fungsi perencanaan di tingkat KOD. Perkembangan
sistem informasi transaksi elektronik (ITE) yang semakin maju
didukung perkembangan teknologi informasi telah mendorong
berkembangnya e-planning dan e-budgeting untuk proses
penganggaran yang akuntabel. Transparansi dalam prosesnya
diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap penganggaran
berbasis kinerja sehingga dapat diidentifikasi ketidaksesuaian dalam
perencanaan antara anggaran yang ada dengan rencana kerja yang
disusun. Penentuan rencana kerja harus benar-benar menyesuaikan
antara kebutuhan dan prioritas dengan alokasi anggaran yang
tersedia. Pada tahap pengusulan anggaran, perencanaan anggaran
yang baik tidak dapat terlepas dari peran pengawasan dan koordinasi
dalam penyusunan anggaran yang baik. Sistem penganggaran
berbasis kinerja diharapkan dapat memberikan keselarasan, efisiensi
dan efektifitas program kerja yang dibuat dengan anggaran yang
tersedia sehingga dapat mendukung tugas-tugas operasional Polri.
B Kondisi Ideal.
Menurut teori Anggaran berbasis kinerja dari Bastian (2006),
kondisi ideal penganggaran berbasis kinerja di Polres Halmahera
Selatan dapat dinilai dari dimensi rencana kerja dan anggarannya
sebagai berikut:
38

1 Rancangan Rencana Kerja


Rancangan rencana kerja yang dilaksanakan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kepolisian, idealnya dalam kondisi sebagai berikut:
1.1 Kebutuhan organisasi
Mengidentifikasi kebutuhan merupakan langkah yang diperlukan
dalam menentukan kemajuan suatu organisasi.
a Kondisi riil sarpras yang ada terdata dengan baik terutama kondisi
sarpras yang ada di polsek jajaran sehingga dapat mendukung proses
penganggaran karena semua usulan rencana kerja yang di ajukan
telah mencerminkan kebutuhan satuan.
b Perawatan atau perbaikan yang membutuhkan biaya tidak sedikit
dapat diantisipasi dengan pengajuan bertahap dan dengan
memberdayakan potensi yang ada untuk membantu mengurangi
beban belanja barang di anggaran.
c Sosialisasi kepada para kasatfung dan kapolsek dilaksanakan dengan
arahan untuk melakukan riset pasar sebelum pengusulan rencana
kerja beserta anggarannya, sehingga semua personel mampu
memahami fluktuasi harga barang dan jasa sehingga tidak terjadi
perbedaan standar biaya satuan dan harga saat penetapan anggaran
dengan pelaksanaan kegiatan.
d Dalam penyusunan anggaran, dilakukan analisa untuk
mengidentifikasi kebutuhan di polres secara keseluruhan maupun
pada tiap-tiap satfung.

1.2 Skala Prioritas


a Sarpras yang tidak terawat telah diusulkan untuk perawatan dan
penggantian dengan menyertakan landasan kuat untuk di prioritaskan
dalam usulan kebutuhan dan anggaran.
b Usulan rencana kerja dari satfung dan polsek jajaran selaras dengan
penetapan kinerja, sehingga semua rencana kerja dapat diukur dan
tepat sasaran.
c Dilakukan pengaturan dan pengelolaan kegiatan sehingga kegiatan
yang mirip dan sejalan tidak tumpang tindih dan dapat disatukan untuk
39

kepentingan efisiensi, seperti supervisi dan operasi, sehingga tidak


ada lagi penganggaran yang berulang, dan memerlukan revisi
anggaran.

1.3 Penetapan Tujuan


a Sasaran atau tujuan yang harus dicapai menyesuaikan dengan
kondisi astagatra yang ada, sehingga penetapan kinerja sesuai
dengan kemampuan dan kondisi diwilayah.
b Para pengemban fungsi operasional seluruhnya memahami sasaran
atau tujuan yang diharapkan oleh kesatuan maupun oleh organisasi
Polri secara keseluruhan.

2 Penyusunan Anggaran
2.1 Perencanaan
a Penerapan sistem e-planning dan e-budgeting telah mendukung
kinerja penganggaran yang lebih akuntabel, dan didukung
penyusunan pagu anggaran yang selalu memperhatikan evaluasi
kegiatan yang sering dilakukan revisi sebelumnya sehingga
meminimalisir kegiatan yang masuk Revisi DIPA.
b SOP Penyusunan DIPA yang menjadi pedoman dan mendukung
kelancaran proses penyusunan anggaran dan semua personel yang
terlibat penganggaran memahami proses penganggaran berbasis
kinerja.
c Adanya berbagai peraturan perundangan dan pedoman perencanaan
anggaran untuk mendukung kelancaran penyusunan anggaran di
tingkat KOD, didukung dengan pengelolaan anggaran DIPA secara
selektif prioritas dan bertahap untuk pengadaan Sarpras pendukung
yang penting dalam menunjang pelayanan kepolisian di tengah
keterbatasan anggaran yang sebagian besar dialokasikan untuk
belanja pegawai.
40

2.2 Koordinasi
a Adanya koordinasi dengan berbagai tingkatan satuan mulai dari
tingkat atas (Polda) hingga tingkat bawah (Polsek) untuk keselarasan
kegiatan penganggaran turut didukung dengan komunikasi tulisan
yang baik khususnya pada penulisan di dokumen yang telah
menggunakan kalimat penganggaran yang baik dan jelas sehingga
minim revisi karena telah terukur dengan jelas.
b Adanya kegiatan supervisi dan asistensi terkait penyusunan anggaran
di lingkungan Polres Halmahera Selatan mendukung kelancaran
proses penganggaran yang didukung dengan kemampuan semua
personel memahami ukuran efisiensi, khususnya di Polsek Jajaran
yang telah dapat mengalokasikan secara seimbang dan proporsional
dalam belanja barang, modal maupun belanja pegawai secara efisien
dan tidak hanya sekedar mengejar target anggaran besar.
c Telah ada dukungan dari LPSE dan KPPN untuk mendukung
kelancaran proses penganggaran yang sepenuhnya dimanfaatkan
oleh personel sejak tahap awal penyusunan anggaran hingga pada
pengumuman rencana umum pengadaan di aplikasi SIRUP LPSE
sehingga pengadaan berjalan lancar karena dokumen-dokumen
pendukung pada kegiatan pengadaan telah baik dan minim perbaikan
yang perlu dilakukan.

2.3 Pengawasan
a Telah berlakunya sistem pengganggaran berbasis kinerja yang
didukung dengan pengawasannya di lingkungan Polres Halmahera
Selatan dimana kegiatan pengawasan dapat berlangsung secara
intensif dan melekat untuk mencegah intervensi dari pihak-pihak yang
menitipkan proyek tertentu serta mencegah peluang oknum yang
bertugas di bagian penganggaran untuk bermain mata dan
mengambil keuntungan pribadi.
b Telah ada pengarahan dari pimpinan pada kegiatan sosialisasi untuk
menegaskan penyusunan anggaran yang harus dapat
mengalokasikan anggaran secara efektif dan efisien untuk menunjang
41

pelaksanaan tugas Satker/Polsek Jajaran yang didukung dengan


semua pimpinan di Satker/Polsek jajaran turut turun tangan
melakukan pengecekan data dan mengawal proses penganggaran
sehingga usulan penganggaran dapat diterima karena lengkapnya
dokumen pendukung yang dibutuhkan.
c Adanya berbagai penilaian indikator pelaksanaan pengelolaan
anggaran dari Instansi Pemerintah terkait penganggaran yang dapat
menjadi motivasi bagi satfung untuk meningkatkan kinerja
penganggaran yang dapat didukung dengan mengintensifkan
pemberdayaan lembaga eksternal untuk mengawal proses
penganggaran yang berjalan sehingga berbagai indikator tersebut
dapat dicapai.
C Kontribusi dari Penganggaran Berbasis Kinerja
1 Terhadap upaya meningkatkan kualitas pelayanan kepolisian
Optimalnya penganggaran berbasis kinerja pada Polres Halmahera
Selatan berkontribusi kepada terdukungnya sarana dan prasarana
serta operasional kegiatan sehingga peningkatan kualitas pelayanan
kepolisian akan tercapai.
2 Terhadap upaya mewujudkan pelayanan publik Polri yang prima
Optimalnya penganggaran berbasis kinerja pada Polres Halmahera
Selatan berkontribusi positif kepada upaya mewujudkan pelayanan
publik Polri yang prima.
D Indikator keberhasilan.
Penganggaran berbasis kinerja di Polres Halmahera Selatan yang
optimal memiliki indikator keberhasilan sebagai berikut:
1 Menurunnya jumlah kegiatan operasional yang masuk ke dalam revisi
DIPA sebesar 20% dibandingkan jumlah kegiatan pada periode waktu
sebelumnya yang belum optimal karena telah berhasil melaksanakan
penganggaran berbasis kinerja yang baik.
2 Masuknya Polres Halmahera Selatan ke dalam penghargaan Satker
Terbaik dengan Nilai IKPA (Indeks Kinerja Pelaksanaan Anggaran)
tertinggi dari penilaian KPPN Tobelo untuk menjadi bukti bahwa telah
berhasil dalam pengelolaan anggaran.
BAB VI
PEMECAHAN MASALAH

A Analisis Strategis
Pemecahan masalah optimalisasi optimalisasi penganggaran berbasis
kinerja pada polres halmahera selatan guna meningkatkan kualitas
pelayanan kepolisian dalam rangka mewujudkan pelayanan publik polri
yang prima dapat di formulasikan dengan melakukan analisis faktor
strategis terpilih internal maupun eksternal. Selanjutnya, penentuan
posisi organisasi dilakukan dengan menggunakan EFAS-IFAS. Proses
ini akan membantu penentuan strategi dalam jabaran program yang
akan dilakukan oleh pimpinan Polres Halmahera Selatan. Program
tersebut akan dijabarkan ke dalam program jangka pendek, program
jangka sedang dan program jangka panjang.
1 Faktor Eksternal
1.1 External Faktor Analysis Strategic (EFAS)
Setelah ditentukan faktor-faktor strategis eksternal yang terkait
dengan peluang dan ancaman dalam naskah ini, maka selanjutnya
dilakukan analisis data sebagai berikut :

Tabel 6.1
External Factors Analysis Strategic (EFAS)
KEY FACTORS
NO WEIGHT RATING SCORE
PELUANG
Peraturan perundangan dan pedoman
1. penganggaran 0,089 6 0,528
2. Adanya dukungan pihak ketiga 0,102 8 0,816
Penilaian pelaksanaan pengelolaan
3. anggaran menjadi motivasi 0,112 7 0,651
Penerapan e-planing & e-budgeting untuk
4. penganggaran akuntabel 0,094 8 0,888
Dukungan KPPN dan LPSE untuk proses
5. penganggaran
0,105 7 0,742

SCORE 0,5 3,625

42
43

ANCAMAN WEIGHT RATING SCORE


Intervensi penitipan proyek yang mudah
1. masuk karena integritas oknum bagian 0,136 4 0,544
perencanaan yang kurang komitmen
Kebutuhan Sarpras penunjang tugas
2. 0,070 3 0,210
operasional memakan biaya
Fluktuasi harga barang dan jasa
3. menyebabkan penetapan standar biaya 0,096 3 0,288
satuan dan harga kerap berbeda
Kurangnya pemberdayaan lembaga
4. 0,118 4 0,472
eksternal
Anggaran DIPA umumnya sebagian besar
5. 0,079 2 0,158
habis untuk belanja pegawai
SCORE 0,5 1,672
TOTAL 1,00 5,297

1.2 AHP Faktor Eksternal


Analitical hierarchy process dari pengolahan data pada faktor
eksternal adalah sebagai berikut :
Tabel 6.2
Analitical hierarchy process (AHP) Faktor Eksternal

FAKTOR EKSTERNAL - PELUANG


A Peraturan perundangan dan pedoman penganggaran

B Adanya dukungan pihak ketiga

C Penilaian pelaksanaan pengelolaan anggaran menjadi motivasi


D Penerapan e-planing & e-budgeting untuk penganggaran akuntabel
E Dukungan KPPN dan LPSE untuk proses penganggaran

A B C D E WEIGHT RATING SCORE


A 1,000 0,857 1,167 0,750 0,750 0,088 6 0,528
B 1,167 1,000 1,333 0,875 0,875 0,102 8 0,816
C 0,857 0,750 1,000 0,750 1,333 0,093 7 0,651
D 1,333 1,143 1,333 1,000 0,875 0,111 8 0,888
E 1,333 1,143 0,750 1,143 1,000 0,106 7 0,742

5,69 4,89 5,58 4,52 4,83 0,5 3,625


44

Tabel 6.3
Analitical hierarchy process (AHP) Faktor Eksternal

FAKTOR EKSTERNAL - ANCAMAN


Intervensi penitipan proyek yang mudah masuk karena integritas oknum bagian
A perencanaan yang kurang komitmen
B Kebutuhan Sarpras penunjang tugas operasional memakan biaya

Fluktuasi harga barang dan jasa menyebabkan penetapan standar biaya satuan dan
C harga kerap berbeda
D Kurangnya pemberdayaan lembaga eksternal
E Anggaran DIPA umumnya sebagian besar habis untuk belanja pegawai

A B C D E WEIGHT RATING SCORE


A 1,000 1,333 1,500 1,333 2,000 0,136 4 0,544
B 0,750 1,000 0,667 0,500 0,750 0,070 3 0,210
C 0,667 1,500 1,000 0,750 1,333 0,096 3 0,288
D 0,750 2,000 1,333 1,000 1,333 0,118 4 0,472
E 0,500 1,333 0,750 0,750 1,000 0,079 2 0,158

3,67 7,17 5,25 4,33 6,42 0,5 1,672

2 Faktor Internal
2.1 Internal Factors Analysis Strategic (IFAS)
Adapun faktor-faktor strategis internal yang terkait dengan
kekuatan dan kelemahan yang selanjutnya dilakukan analisis data
sebagai berikut :

Tabel 6.4
Internal Factors Analysis Strategic (IFAS)

KEY FACTORS
NO WEIGHT RATING SCORE
KEKUATAN
Komitmen pimpinan dalam penyusunan
1 anggaran berkualitas 0,108 7 0,756
Sistem penganggaran didukung
2 pengawasan 0,105 7 0,735
Kegiatan supervisi dan asistensi
3 penyusunan anggaran 0,103 8 0,824
4 SOP Penyusunan DIPA sbg pedoman 0,089 7 0,623
Koordinasi masing2 satuan utk keselarasan
5 penganggaran
0,095 6 0,570
SCORE 0,5 0,5 3,508
45

KELEMAHAN WEIGHT RATING SCORE


Penyusunan anggaran blm mengacu prinsip
1 prioritas 0,108 4 0,432
Blm semu usulan renja selaras dengan
2 penetapan kinerja
0,117 4 0,468
Pelaporan riil kondisi / kebutuhan masih
3 lemah
0,090 2 0,180
Belum semua pers pahami penganggaran
4 berbasis kinerja 0,092 3 0,276
Satfung/polsek tidak lengkapi
5 kajian/landasan dalam usul anggaran 0,093 3 0,279
SCORE 0,5 0,5 1,635
TOTAL 1,00 5,143

2.2 AHP Faktor Internal.


Analitical hierarchy process dari pengolahan data pada faktor internal
adalah sebagai berikut :
Tabel 6.5
Analitical hierarchy process (AHP) Faktor Internal

FAKTOR INTERNAL - KEKUATAN


Komitmen pimpinan dalam penyusunan anggaran berkualitas
A
B Sistem penganggaran didukung pengawasan

Kegiatan supervisi dan asistensi penyusunan anggaran


C
D SOP Penyusunan DIPA sbg pedoman
E Koordinasi masing2 satuan utk keselarasan penganggaran

A B C D E WEIGHT RATING SCORE


A 1,000 1,143 1,167 1,333 0,857 0,108 7 0,756
B 0,875 1,000 0,857 1,333 1,333 0,105 7 0,735
C 0,857 1,167 1,000 0,857 1,333 0,103 8 0,824
D 0,750 0,750 1,167 1,000 0,857 0,089 7 0,623
E 1,167 0,750 0,750 1,167 1,000 0,095 6 0,570

4,65 4,81 4,94 5,69 5,38 0,5 3,508


46

Tabel 6.6
Analitical hierarchy process (AHP) Faktor Internal

FAKTOR INTERNAL - KELEMAHAN


Penyusunan anggaran blm mengacu prinsip prioritas
A
Blm semu usulan renja selaras dengan penetapan kinerja
B
Pelaporan riil kondisi / kebutuhan masih lemah
C
D Belum semua pers pahami penganggaran berbasis kinerja

E Satfung/polsek tidak lengkapi kajian/landasan dalam usul anggaran

A B C D E WEIGHT RATING SCORE


A 1,000 1,500 0,750 2,000 0,500 0,108 4 0,432
B 0,667 1,000 2,000 1,500 1,333 0,117 4 0,468
C 1,333 0,500 1,000 0,667 1,500 0,090 2 0,180
D 0,500 0,667 1,500 1,000 1,500 0,092 3 0,276
E 2,000 0,750 0,667 0,667 1,000 0,093 3 0,279

5,50 4,42 5,92 5,83 5,83 0,5 1,635

3 Posisi organisasi
Dari perhitungan AHP analisis terhadap EFA dan IFAS diperoleh
skor matriks EFAS sebesar 5,297 sedangkan skor matriks IFAS
sebesar 5,143 dengan demikian posisi organisasi terdapat pada sel 5.a
(Konsentrasi melalui Integrasi Horizontal), dimana posisi strategi pada
sel ini menunjukkan bahwa organisasi memiliki situasi dan kondisi yang
sedang-sedang, baik itu peluang yang berasal dari faktor lingkungan
eksternal maupun kekuatan yang berasal dari faktor internal. Respons
organisasi dalam menghadapi situasi organisasi yang sedemikian yaitu
dengan cara meningkatkan koordinasi terhadap pihak-pihak yang
memiliki sumber daya guna mendukung program-program kepolisian.
47

Gambar 6.1
Posisi Organisasi

POSISI ORGANISASI

9 6 3 0
9

Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa


penganggaran berbasis kinerja harus dioptimalkan guna
meningkatkan kualitas pelayanan kepolisian. Setelah didapatkan
kesimpulan bahwa penganggaran berbasis kinerja harus
dioptimalkan untuk mendukung pelaksanaan tugas operasional
kepolisian, proses manajemen strategi dimulai dengan langkah-
langkah sebagai berikut:

4 Faktor Strategis
4.1 Strategic Factors Analysis Summary (SFAS)
Strategic Factors Analysis Summary (SFAS), yang merupakan
program strategi pilihan melalui perhitungan EFAS dan IFAS.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis SFAS di atas, maka dalam
pentahapan waktu diperlukan faktor penentu yang diambil dari skor
48

bobot tertinggi 0,768 dikurangi skor bobot terendah 0,294


menghasilkan 0,474. Kemudian dari hasil 0,474 dibagi 3
menghasilkan angka penentu 0,158 yang digunakan untuk
perhitungan penentuan jangka (range).
Adapun program strategi tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 6.7
Faktor Strategi Kunci
FAKTOR STRATEGIK SKOR JANGKA WAKTU
NO
KUNCI BOBOT JPD JS JPJ
Intervensi penitipan proyek
karena integritas oknum
1. 0,132
bagian perencanaan yang
kurang komitmen
Kurangnya pemberdayaan
2. lembaga eksternal 0,142

Blm semu usulan renja


3. selaras dengan penetapan 0,091
kinerja
Penerapan e-planing & e-
4. budgeting untuk 0,118
penganggaran akuntabel
Komitmen pimpinan dalam
5. penyusunan anggaran 0,120
berkualitas
Penyusunan anggaran blm
6. mengacu prinsip prioritas 0,051

Dukungan KPPN dan LPSE


7. untuk proses penganggaran 0,103

Sistem penganggaran
8. didukung pengawasan 0,089

Kegiatan supervisi dan


9 asistensi penyusunan 0,053
anggaran
Adanya dukungan pihak
10 ketiga 0,103
49

4.2 AHP Faktor Strategis


Analitical hierarchy process dari pengolahan data pada faktor
strategis adalah sebagai berikut :

Tabel 6.8
AHP Strategic Factors Analysis Summary (SFAS)

A B C D E F G H I J SKOR RATING SKOR BOBOT


A 1 5 / 4 7 / 6 3 / 7 7 / 2 7 / 4 3 / 6 7 / 3 7 / 3 5 / 2 0,132 4 0,528
B 4 / 5 1 6 / 4 5 / 3 7 / 3 4 / 2 6 / 3 6 / 3 7 / 4 5 / 2 0,142 4 0,568
C 6 / 7 4 / 6 1 5 / 3 8 / 4 5 / 4 3 / 6 3 / 4 4 / 2 3 / 7 0,091 4 0,364
D 7 / 3 3 / 5 3 / 5 1 4 / 8 4 / 2 3 / 2 5 / 3 5 / 2 2 / 1 0,118 8 0,944
E 2 / 7 3 / 7 4 / 8 8 / 4 1 6 / 2 7 / 3 2 / 6 4 / 2 8 / 2 0,120 7 0,840
F 4 / 7 2 / 4 4 / 5 2 / 4 2 / 6 1 4 / 6 2 / 5 4 / 7 3 / 4 0,051 4 0,204
G 6 / 3 3 / 6 6 / 3 2 / 3 3 / 7 6 / 4 1 5 / 3 7 / 3 3 / 6 0,103 7 0,721
H 3 / 7 3 / 6 4 / 3 3 / 5 6 / 2 5 / 2 3 / 5 1 5 / 4 2 / 4 0,089 7 0,623
I 3 / 7 4 / 7 2 / 4 2 / 5 2 / 4 7 / 4 3 / 7 4 / 5 1 2 / 7 0,053 8 0,424
J 2 / 5 2 / 5 7 / 3 1 / 2 2 / 8 4 / 3 6 / 3 4 / 2 7 / 2 1 0,103 8 0,824

B Manajemen Strategis
1 Visi
“Terwujudnya Pelayanan Publik Polri yang Prima dengan
meningkatkan Kualitas Pelayanan Kepolisian melalui optimalisasi
Penganggaran berbasis Kinerja”
2 Misi
2.1 Meningkatkan akurasi rancangan rencana kerja dalam meningkatkan
kualitas pelayanan kepolisian.
2.2 Meningkatkan ketepatan pengusulan anggaran dalam meningkatkan
kualitas pelayanan kepolisian.
3 Tujuan
3.1 Meningkatnya akurasi rancangan rencana kerja dalam meningkatkan
kualitas pelayanan kepolisian.
3.2 Meningkatnya ketepatan pengusulan anggaran dalam meningkatkan
kualitas pelayanan kepolisian.
4 Sasaran
Mendasari hasil analisis faktor strategis terpilih maka sasaran yang
didapat dalam upaya mengoptimalkan penganggaran berbasis kinerja
pada Polres Halmahera Selatan, antara lain:
50

4.1 Terlaksananya pembinaan integritas personel bagian perencanaan


untuk penganggaran yang akuntabel
4.2 Berkembangnya kerjasama pengawasan eksternal dalam proses
penganggaran.
4.3 Meningkatnya keselarasan usulan renja dengan penetapan kinerja.
4.4 Terlaksananya penerapan e-planning & e-budgeting untuk
penganggaran akuntabel.
4.5 Terlaksananya komitmen pimpinan dalam penyusunan anggaran
berkualitas.
4.6 Terlaksananya penyusunan anggaran yang mengacu prinsip
prioritas.
4.7 Meningkatnya dukungan KPPN dan LPSE untuk proses
penganggaran.
4.8 Terlaksananya proses pengawasan internal terhadap penganggaran
berbasis kinerja.
4.9 Terlaksananya kegiatan supervisi dan asistensi penyusunan
anggaran yang baik.
4.10 Meningkatnya dukungan pihak ketiga.

5 Kebijakan
Kebijakan yang dapat diambil dalam upaya mengoptimalkan
penganggaran berbasis kinerja yaitu dengan berpedoman kepada
kebijakan program Kapolri “Transformasi menuju Polri yang Presisi”
(prediktif, responsibilitas, dan transparansi berkeadilan), khususnya
pada bidang transformasi organisasi dalam program ke-3 (tiga) yaitu
“Menjadikan SDM Polri yang Unggul di era Police 4.0. Program ini
terdiri dari 5 (lima) kegiatan, antara lain :
5.1 Peningkatan kuantitas dan kualitas SDM Polri.
5.2 Peningkatan sistem manajemen karir berbasis kinerja.
5.3 Perluasan kerja sama pendidikan di dalam dan luar negeri.
5.4 Pengelolaan SDM unggul yang humanis.
5.5 Peningkatan kesejahteraan pegawai Polri.
51

6 Strategi
Penentuan strategi dapat berpedoman kepada analisa perhitungan
Strategic Factors Analysis Summary (SFAS), yang dijabarkan ke
dalam strategi jangka pendek, jangka sedang, dan jangka panjang,
sebagai berikut:
6.1 Jangka pendek (0-3 bulan)
6.1.1 Meningkatkan keselarasan usulan anggaran dengan penetapan
kinerja.
6.1.2 Meningkatkan penerapan skala prioritas dalam penyusunan
anggaran.
6.1.3 Melaksanakan kegiatan supervisi dan asistensi pendukung
penganggaran.
6.2 Jangka sedang (0-6 bulan)
6.2.1 Membina integritas personel bagian perencanaan untuk pelaksanaan
penganggaran yang akuntabel.
6.2.2 Mengembangkan kerjasama pengawasan eksternal proses
penganggaran.
6.2.3 Melaksanakan proses pengawasan internal terhadap penganggaran
berbasis kinerja.
6.3 Jangka panjang (0-12 bulan)
6.3.1 Mengoptimalkan penerapan e-planning dan e-budgeting dalam
penyusunan anggaran.
6.3.2 Meningkatkan komitmen pimpinan dalam penyusunan anggaran yang
berkualitas
6.3.3 Meningkatkan kerjasama dengan KPPN dan LPSE dalam
penganggaran berbasis kinerja.
6.3.2 Meningkatkan dukungan pihak ketiga.
52

7 Implementasi Strategi
7.1 Strategi jangka pendek (0-3 bulan).
7.1.1 Strategi: Meningkatkan keselarasan usulan anggaran dengan
penetapan kinerja.
a. Program: Sosialisasi penetapan kinerja.
Indikator kinerja program:
Seluruh personel memahami target kinerja masing-masing.
b. Program: Sosialisasi tahapan dan proses penyusunan anggaran.
Indikator kinerja program:
Personel yang mengemban fungsi perencanaan di masing-masing
satfung memahami proses penyusunan anggaran yang baik,
sehingga dapat mengajukan rencana angaaran yang sesuai dengan
kebutuhan masing-masing.
7.1.2 Strategi: Meningkatkan penerapan skala prioritas dalam
penyusunan anggaran.
a. Program: Pelatihan penyusunan skala prioritas.
Indikator kinerja program:
Personel dapat memahami bagaimana mengklasifikasikan kebutuhan
berdasarkan prioritasnya.
b. Program: Pengkodifikasian program dan kegiatan.
Indikator kinerja program:
Penyusunan anggaran dapat dirampingkan dengan
mengelompokkan program atau kegiatan yang seragam dan dapat
dilaksanakan beriringan.
7.1.3 Strategi: Pengarahan dan pembinaan pimpinan dalam proses
penganggaran berbasis kinerja.
a. Program: Pelaksanaan Rapat Penyusunan Renbutgar.
Indikator kinerja program:
Terlaksananya perencanaan kegiatan dan anggaran yang minim
penyesuaian di revisi DIPA.
b. Program: Pengarahan partisipasi anggota dalam penganggaran.
Indikator kinerja program:
53

Terlaksananya penyusunan rencana kerja dan anggaran yang


disusun secara partisipatif bersama personel yang mengetahui
kebutuhan riil tugas di lapangan.
7.1.4 Strategi: Melaksanakan kegiatan supervisi dan asistensi
pendukung penganggaran.
a. Program: Supervisi rutin dan terjadwal.
Indikator kinerja program:
Terlaksana supervisi dan memvalidasi kondisi riil sarpras di masing-
masing satfung dan polsek jajaran untuk membantu pengusulan
harwat maupun pengadaan.

b. Program: Asistensi terbuka dan setiap waktu.


Indikator kinerja program:
Terlaksananya asistensi terhadap pengemban fungsi perencanaan di
satfung dan polsek tidak hanya ketika ditemui kendala dalam
pemeriksaan yang terjadwal, namun juga setiap saat diperlukan.

7.2 Strategi jangka sedang (0-6 bulan).


7.2.1 Strategi: Membina integritas personel bagian perencanaan.
a. Program: Peningkatan kesejateraan personel
Indikator kinerja program:
Dengan kesejahteraan yang tercukupi, personel pengemban fungsi
perencanaan tidak menjadi oknum yang mengambil keuntungan dari
perencanaan yang disusun.
b. Program: Pembinaan rohani dan mental.
Indikator kinerja program:
Meningkatnya kepatuhan dan integritas personel untuk tidak
melakukan penyimpangan dalam pelaksanaan tugasnya.
7.2.2 Strategi: Mengembangkan kerjasama pengawasan eksternal
proses penganggaran.
a. Program: Kerjasama dengan agen pengadaan
Indikator kinerja program:
54

Dengan adanya pihak eksternal yang turut melakukan pengawasan,


dapat meminimalisir penyimpangan dan ketidaksesuaian prosedur.
b. Program: Tim Monev
Indikator kinerja program
Terbentuknya tim monev yang terdiri dari gabungan pengawas
internal dan eksternal yang dapat mengevaluasi dan memberikan
masukan bagi peningkatan mekanisme penganggaran yang lebih
efektif dan efisien.
7.2.2 Strategi: Melaksanakan proses pengawasan internal terhadap
penganggaran berbasis kinerja.
a. Program: Pengawasan dalam proses perencanaan.
Indikator kinerja program:
Terlaksananya pengawasan internal terhadap kesesuian administrasi
anggaran dan pelaksanaan kegiatan penganggaran hingga tahap
pelaksanaan tugas dan penyerapan anggaran.
b. Program: Audit rutin anggaran
Indikator kinerja program:
Terlaksananya akuntabilitas penggunaan anggaran dan kesesuaian
dengan pertanggungjawabannya

7.3 Strategi jangka panjang (0-12 bulan).


7.3.1 Strategi: Mengoptimalkan penerapan e-planning dan e-
budgeting dalam penyusunan anggaran.
a. Program: Kursus dasar komputer dan aplikasi adminstrasi.
Indikator kinerja program:
Terlaksananya peningkatan kemampuan personel yang mengemban
fungsi perencanaan anggaran di satfung dan polsek jajaran dalam
mengoperasikan komputer dan software berbasis web.
b. Program: Sosialisasi dan pelatihan penggunaan e-planning dan e-
budgeting
Indikator kinerja program:
55

Terlaksananya peningkatan kemampuan personel bag ren dalam


mengoperasikan e-planning dan e-budgeting dalam penyusunan
anggaran.
7.3.2 Strategi: Meningkatkan komitmen pemimpin dalam penyusunan
anggaran yang berkualitas
a. Program: Penandatanganan Pakta Integritas
Indikator kinerja program:
Terwujudnya pakta integritas yang mengikat Kasatwil dan para
kasatfung untuk bersama-sama menyusun rencana anggaran yang
berkualitas dan berbasis kinerja.
b. Program: Penetapan tujuan (goals) sesuai astagatra
Indikator kinerja program:
Tergambarkannya tujuan (goals) dalam penganggaran yang disusun,
sehingga dapat memudahkan menetapkan standar kinerja yang harus
dicapai.
7.3.3 Strategi: Meningkatkan kerjasama dengan KPPN dan LPSE
dalam penganggaran berbasis kinerja.
a. Program: Penyusunan MoU dengan KPPN
Indikator kinerja program:
Tersusunnya MoU dengan KPPN yang ditandatangani bersama.
b. Program: Penyusunan MoU dengan LPSE
Indikator kinerja program:
Tersusunnya MoU dengan LPSE yang ditandatangani bersama.
7.3.4 Strategi: Meningkatkan dukungan pihak ketiga
a. Program: Coffee morning dengan pihak-pihak terkait
Indikator kinerja program:
Terselenggaranya .komunikasi yang personal dengan pihak ketiga
yang memiliki potensi untuk membantu mengurangi beban anggaran
satuan
b. Program: Pemberian Reward and Punishmen
Indikator kinerja program:
Terselenggaranya pemberian reward dan punishment guna
memotivasi stakeholder yang lain.
BAB VII
PENUTUP

A Simpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap pokok-pokok persoalan, maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1 Berdasarkan fakta pelaksanaan rancangan rencana kerja yang
dilaksanakan untuk mendukung tugas operasional di Polres
Halmahera Selatan belum sepenuhnya optimal, dengan indikator
kebutuhan dan prioritas dalam rancangan rencana kerja belum dapat
tercapai sesuai harapan atau kondisi ideal. Upaya pembenahan
dilakukan melalui strategi meningkatkan keselarasan usulan
anggaran dengan penetapan kinerja, meningkatkan penerapan skala
prioritas dalam penyusunan anggaran, pengarahan dan pembinaan
pimpinan dalam proses penganggaran berbasis kinerja, dan
melaksanakan kerjasama hibah Sarpras dari eksternal Polres
Halmahera Selatan.
2 Berdasarkan fakta pelaksanaan pengusulan anggaran yang
dilaksanakan untuk mendukung tugas operasional di Polres
Halmahera Selatan belum sepenuhnya optimal, dengan indikator
perencanaan, koordinasi dan pengawasan dalam pengusulan
anggaran belum dapat tercapai sesuai harapan atau kondisi ideal.
Upaya pembenahan dilakukan melalui strategi melaksanakan
kegiatan supervisi dan asistensi pendukung penganggaran, membina
integritas personel bagian perencanaan untuk pelaksanaan
penganggaran yang akuntabel, mengembangkan kerjasama
pengawasan eksternal proses penganggaran, , melaksanakan proses
pengawasan internal terhadap penganggaran berbasis kinerja, dan
meningkatkan kerjasama dengan KPPN dan LPSE dalam
penganggaran berbasis kinerja.

56
57

B Rekomendasi
1 Merekomendasikan kepada Kapolda Maluku utara up. Karo Rena dan
Kabidkeu untuk melakukan Monev secara berkala sesuai dengan
tahapan dan alur penganggaran berbasis kinerja serta sosialisasi
indikator yang jelas terkait penggunaan anggaran DIPA di polres
jajaran.
2 Merekomendasikan kepada Kapolda Maluku utara up. Karo SDM dan
Karo Rena agar mengusulkan penambahan kuota personil yang
mengikuti Dikbangspes Keuangan maupun bekerjasama dengan
pihak eksternal yang berkompeten seperti Pusdiklat Anggaran dan
Perbendaharaan Kementerian Keuangan untuk meningkatkan
kemampuan personil di Polres Jajaran agar mampu menyusun
anggaran berbasis kinerja dengan tepat agar meminimalisir adanya
revisi anggaran maupun anggaran yang tidak terserap.
DAFTAR PUSTAKA

Adisaputro, Gunawan dan Marwan Asri. 1995. Anggaran Perusahaan Edisi


Ketiga. Yogyakarta: BPFE
Adisaputro, Gunawan. 2010. Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: UP STIM
YKPN
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2017). Kamus Besar
Bahasa Indonesia edisi kelima.
Bass B.M. (1990) Bass & Stogdill’s Handbook of Leadership : Theory,
Research and Management Application, 3rd ed., New York : Free Press.
Bastian. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Surabaya: Erlangga
Budiharjo, Andreas. 2011. Organisasi: Menuju Pencapaian Kerja Optimum.
Jakarta: Prasetya Mulya Publishing
Creswell, J.C. 2012. Research Design Pedekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Jakarta: Pustaka Pelajar
Karnavian, Tito dandan Hermawan Sulistyo. (2017). Democratic Policing.
Jakarta :Pensil 324.
Riyanto, Setyo. (2018). Pengambilan Keputusan Strategik. Jakarta :
Paramedia Komunikatama.
Simanjuntak, Payaman J. (2005). Manajemen dan Evaluasi Kerja. Jakarta :
Lembaga Penerbit FEUI.
Undang-undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Peraturan Kapolri No. 3 tahun 2015 tentang Pemolisian Masyarakat.
Hanjar MP. Membangun Budaya Anti Korupsi. (2020). Lembang
:Lemdiklatpol Sespimmen Polri.
Hanjar MP. Role Model dalam Kepemimpinan Polri (2020). Lembang
:Lemdiklatpol Sespimmen Polri.
Hanjar MP. Strategi Pengelolaan dan Pemeriksaan Keuangan Negara
(2020). Lembang :Lemdiklatpol Sespimmen Polri.
Intel Dasar Polres Halmahera Selatan, Tahun 2021.
Lapsat Polres Halmahera Selatan, Tahun 2020.

vii
viii

Lakip Polres Halmahera Selatan, Tahun 2020


Naskah Uji Kelayakan dan Kepatutan Calon Kapolri Di hadapan Komisi III
DPR RI Tahun 2021. Jakarta : Spripim.
ix

ALUR PIKIR
x

POLA PIKIR

Anda mungkin juga menyukai