Anda di halaman 1dari 10

EDUKASI COVID-19

(Studi Kasus tentang Partisipasi Mahasiswa Semester II Program Pendidikan


Bahasa Inggris FKIP-UNWIR 2020 dalam mengedukasi COVID-19 masyarakat
setempat melalui Pengembangan Kecerdasan Intelektual, Sosial-Emosional, dan
Komunikasi)
By Nasir, M.Pd

ABSTRAKSI

Saat ini, akibat COVID-19, dunia tengah menghadapi krisis kesehatan global dan
sosial ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Di Indonesia, kehidupan jutaan
anak dan keluarga seakan terhenti. Pembatasan sosial dan penutupan sekolah berdampak
pada pendidikan, kesehatan mental, dan akses kepada pelayanan kesehatan dasar.
Semenjak Indonesia menginformasikan kasus COVID-19, UNICEF telah memimpin
berbagai upaya merespons pandemi ini bersama dengan pemerintah, Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) dan Mitra lain.
Dalam menghadapi krisis tersebut di atas, mahasiswa bagian dari masyarakat
intelektual berpartisipasi dalam memberikan pelayanan publik yang berkualitas. Hal ini
sejalan dengan himabauan pemerintah melalui Kementrian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) dalam Dies Natalis daring di Universitas
Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Aceh. Oleh karena itu, selayakaknya FKIP UNWIR ikut
serta membantu program pemerintah.
Penelitian ini difokuskan kepada partisipasi mahasiswa Program Studi Pendidikan
Bahasa Inggris semester II tahun 2020 FKIP UNWIR di tengah pandemi COVID-19 di
tempat tinggal masing-masing dalam bentuk pengembangan kecerdasan intelektual,
sosial-emosional, dan komunikasi. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan studi
kasus. Studi dipaparkan dalam bentuk deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara pemberian angket pengembangan mata kuliah Perkembangan Peserta Didik kepada
22 mahasiswa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1. Partisipasi mahasiswa dalam
memberikan edukasi pada masyarakat melalui pengembangan kecerdasan
intelektual, antara lain masyarakat bisa berpikir, apabila kebutuhan perut dan rasa aman
tercukupi dan informasi yang disampaikan pemerintah harus jelas dan realistis ; 2.
Partisipasi mahasiswa dalam memberikan edukasi pada masyarakat melalui
Pengembangan Kecerdasan Sosial-Emosional, antara lain bekerjasama dengan aparat
pemerintah TNI dan POLRI, membuat kegiatan produktif di rumah sesuai dengan
keahlian dan hobi, tidak kontak langsung, tidak berkerumunan, menggunakan masker,
dan mengurangi aktifitas di luar, melihat kondisi dan pilih situasi, serta tetap tenang,
mengesampingkan ego ingin berkumpul demi keselamatan, bantuan teknologi media
sosial, berbagi sesama dan tenang, kegiatan kooperatif pengumpulan dana, saling support
dan mulai dari diri-sendiri, jangan gegabah, dan jangan di bully, dan menumbuhkan
kesadaran diri, serta menyadarkan orang lain tentang bahaya COVID-19 ; 3. Partisipasi
mahasiswa dalam memberikan edukasi pada masyarakat melalui Pengembangan
Kecerdasan Komunikasi, antara lain banyak membaca referensi tentang COVID-19,
sehingga bisa menyampaikan lebih percaya diri, Logis dan jelas diterima nalar,
pendekatan komunikatif dan persuasive, menggunakan teknologi komunikasi,
memberikan gambaran sebab dan akibat yang ditimbulkan, dengan menggunakan
komunikasi bahasa lokal, dan dengan menggunakan bahasa yang singkat, padat, tepat,
dan sopan.

Keywords:

PENDAHULUAN

Pandemi COVID-19 di Indonesia merupakan bagian dari pandemi penyakit


koronavirus 2019 (COVID-19) yang sedang berlangsung di seluruh dunia. Penyakit ini
disebabkan oleh koronavirus sindrom pernapasan akut berat 2 (SARS-CoV-2). Kasus
positif COVID-19 di Indonesia pertama kali dideteksi pada 2 Maret 2020, ketika dua
orang terkonfirmasi tertular dari seorang warga negara Jepang. Pada 9 April, pandemi
sudah menyebar ke 34 provinsi dengan Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Sulawesi Selatan
sebagai provinsi paling terpapar.
Untuk menghadapi masalah tersebut di atas, diperlukan kerjasama seluruh warga
masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah perlu peningkatkan pelayanan publik
membutuhkan peran dari mahasiswa merupakan bagian masyarakat kampus. Partisipasi
mahasiswa dinilai penting seiring semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan
pelayanan publik yang berkualitas terutama saat Indonesia menghadapi pandemi Covid-
19. "Partisipasi dari masyarakat terutama mahasiswa sangatlah penting dalam rangka
memberikan kontribusi kritik dan saran yang konstruktif bagi peningkatan kualitas
pelayanan publik nasional,” ujar Deputi bidang Pelayanan Publik Kementerian PANRB
Diah Natalisa dalam kuliah daring Dialog Publik, Kamis (11/06). Dalam dialog publik
tersebut, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(PANRB) melalui Kedeputian Pelayanan Publik memperkenalkan Sistem Pengelolaan
Pengaduan Pelayanan Publik Nasional-Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat
(SP4N-LAPOR!) bagi mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Aceh. Diah
berharap adanya SP4N mampu mendorong partisipasi aktif dalam peningkatan kualitas
pelayanan publik. Masyarakat terutama mahasiswa, dapat menyampaikan pengaduannya
kepada seluruh kanal melalui SP4N-LAPOR! sehingga terjadi interaksi antara
masyarakat dan pemerintah secara langsung.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-
19 Kabupaten Indramayu, Deden Bonni Koswara mengatakan, kasus ODP di
Kabupaten Indramayu sekarang tercatat jumlahnya mencapai 1.188 orang atau ada
penambahan 5 orang. Dari 1.188 ODP, sebanyak 250 ODP masih dalam tahap
pemantauan dan 938 ODP lainnya sudah dinyatakan terbebas dari Covid-19. Kasus
PDP Covid-19 di Kabupaten Indramayu pada hari ini juga bertambah, total kini ada
sebanyak 247 pasien atau ada penambahan 6 orang. Dengan rincian, sebanyak 143 PDP
sudah selesai masa pengawasan (sembuh), 66 PDP meninggal dunia, dan sebanyak 38
PDP lainnya masih dalam pengawasan tim medis. Sedangkan untuk kasus terkonfirmasi
positif Covid-19 di Kabupaten Indramayu jumlahnya masih tetap sebanyak 36 pasien.
Dengan rincian, 4 pasien meninggal dunia, 22 pasien sembuh, dan 10 pasien lainnya
masih mendapat perawatan.Artikel ini telah tayang di Tribuncirebon.com dengan judul
UPDATE Covid-19 di Indramayu, ODP Virus Corona di Indramayu Tembus 1.188
Orang,
Berdasarkan himbauan Deputi bidang Pelayanan Publik Kementerian PANRB
dan juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Indramayu,
selayaknya mahasiswa FKIP (Pogram Studi Pendidikan Bahasa Inggris semester II tahun
2020) UNWIR ikut berpatisipasi dalam masalah tersebut. Oleh karena itu, penulis
berusaha meneliti tentang Partisipasi Mahasiswa di tengah wabah pandemi COVID-19 di
tempat tinggal masing-masing (di Kabupaten Indramayu) yang berjumlah 22 mahasiswa.

METODOLOGI
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester II Program Studi
Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UNWIR Indramayu tahun 2020 berjumlah 22.
Kuesioner yang disebarkan sebanyak 22 mahasiswa. Kebanyakan mahasiswa berjenis
kelamin perempuan.

Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik populasi
sampling, yakni seluruh mahasiswa semester II Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
FKIP UNWIR Indramayu tahun 2020 berjumlah 22.

Pengukuran Variabel
Indikator variabel dalam penelitian partisipasi mahasiswa di tengah-tengah pandemi
COVID-19 melalui pengembangan kecerdasan antara lain : 1) Kecerdasan Intelektual, 2)
Kecerdasan sosial-emosional, dan 3) Kecerdasan komunikasi.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan analisis deskriptif diketahui bahwa :
1. Partisipasi melalui Pengembangan Kecerdasan Intelektual Mahasiswa
a. Pemerintah harus menjamin pangan, sehingga masyarakat bisa berfikir
positif dan mentaati peraturan pemerintah.
Menurut teori hierarki kebutuhan dalam teori psikologi yang diperkenalkan
oleh Abraham Maslow dalam makalahnya yang berjudul A Theory of Human
Motivation pada tahun 1943. Ia beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di
tingkat rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih
dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih tinggi menjadi hal
yang memotivasi. Dalam situasi pandemi yang tidak menentu ini, telah banyak
fenomena di masyarakat yang tampak jelas bahwa kita semua sedang fokus pada
kebutuhan dasar yang utama yaitu 1). kebutuhan untuk mempertahankan hidup
secara fisik dan fisiologis, 2). kebutuhan akan rasa aman, yaitu rasa aman fisik,
stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-daya
mengancam seperti penyakit, takut, cemas dan kebutuhan akan rasa aman secara
psikis yang mengancam kondisi kejiwaan. Tidak sedikit dari kita yang terdampak
selama pandemi berlangsung. Beberapa mengeluhkan ketidakstabilan ekonomi,
terguncangnya pikiran yang berakibat stres ringan hingga berat. Dengan sedikit
gambaran mengenai kebutuhan dasar manusia, kiranya kita dapat memetik sedikit
pemahaman mengenai situasi saat ini dan efeknya terhadap kondisi fisik serta
psikis kita Maka dari itu, menjadi sangat wajar apabila fokus utama kebutuhan
kita menjadi terdorong pada kebutuhan fisiologis dan rasa aman. Selanjutnya, kita
dapat mengarahkan diri pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut
agar kita bisa bertahan pada kondisi yang tidak menentu seperti sekarang. Setelah
terpenuhi dua kebutuhan tersebut kita bisa berpikir positif dan mentaati peraturan
pemerintah,

Pemerintah kian sigap dalam membantu meringankan beban masyarakat,


khususnya bagi mereka yang terdampak virus corona (covid-19). Rencananya,
pemerintah akan memberikan beberapa jenis bantuan sosial berupa bantuan paket
sembako, bantuan sosial tunai (BST) dan bantuan langsung tunai (BLT). Tujuan
dari rencana pemberian program bantuan ini adalah guna menjaga daya beli
masyarakat di masa corona. Nantinya, semua bantuan tersebut akan
didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia, dan menyasar kepada warga
terdampak secara langsung maupun tak langsung. Menariknya, menyoal bantuan
tunai BST dan BLT, Presiden Joko Widodo mengatakan pemerintah akan
memberikan bantuan uang tunai sebesar Rp600.000 setiap bulannnya selama
tiga bulan. Sehingga, total bantuan yang diterima per keluarga adalah Rp1,8 juta.

b. Memberikan informasi yang jelas dan menyampaikan bukti bahwa ada


warga Indramayu yang terkena wabah COVID-19
Realitas adalah keadaan atau sifat benda yang real atau yang ada,yakni
bertentangan dengan yang tampak. Dalam arti umum, realisme berarti kepatuhan
kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada yang diharapkan atau
yang diinginkan. Dalam arti filsafat realisme berarti anggapan bahwa obyek
indera kita adalah real, benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan
bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan
pikiran kita.

Kebenaran informasi di masa pandemi Covid-19 menjadi kian penting bagi


masyarakat. Harapan mengenai kebenaran informasi di tengah pandemi
Covid-19 tidak hanya berhubungan dengan perkembangan kasus yang
terjadi, tetapi juga terkait kebijakan pemerintah dalam upaya penanganan
pandemi di bidang sosial dan ekonomi. Kaburnya informasi yang valid
dapat membentuk opini publik dan berimplikasi pada tindakan masyarakat
yang kurang tepat. Disinformasi atau hoaks yang beredar dalam berbagai
bentuk melalui media dapat memberikan rasa takut atau kepanikan di
tengah pandemi Covid-19 yang semakin meningkat. Di samping itu,
informasi yang kurang tepat atau terkesan tidak utuh mengenai kebijakan
juga dapat mempengaruhi hubungan politik antara masyarakat dan
pemerintah menjadi tidak terkendali. Berdasarkan identifikasi yang
dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika menca tat
sebanyak 37 hoaks atau disinformasi khusus Covid -19 yang beredar sejak
tanggal 1 sampai 9 Juni 2020. Berita yang kurang tepat beredar melalui
media komunikasi seperti media sosial, dibuat oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab. Lebih ekstrim lagi, berita yang sengaja dibuat oleh
media mainstream tertentu yang memuat atau memiliki framing politis,
khususnya berhubungan dengan kebijakan pemerintah. Fenomena ini tentu
menjadi keresahan masyarakat yang secara normatif menginginkan
informasi yang tepat dan utuh. Informasi yang disebarkan melalui media
telah membentuk pengetahuan dan kesadaran publik. Sayangnya, tidak
sedikit dari informasi tersebut memuat berita bohong atau hoaks dan
memiliki framing atau narasi tertentu. Tidak sedikit pula masyarakat yang
mengobjektivasikan dan menyebarkan berita tersebut, sehingga dikonsumsi
oleh masyarakat yang lebih luas. Penerimaan informasi yang salah dan
tanpa melalui verifikasi terhadap informasi yang beredar merupakan bentuk
dominasi teknologi media terhadap manusia.

Ketepatan informasi yang merepresentasikan realita yang nyata merupakan


sebuah kebutuhan yang mendasar saat ini. Berkaitan dengan hal tersebut,
kita tidak hanya dihadapkan dengan pandemi, tetapi juga infodemi.
Infodemi dapat memuncukan bias informasi sehingga mengakibatkan kita
sulit membedakan antara informasi atau data yang objektif dan yang tidak.
Informasi yang tepat mampu memberikan pengetahuan dan kesadaran
publik terkait pandemi Covid-19. Kita ketahui pula bahwa pandemi Covid-
19 tidak hanya berimplikasi pada sektor kesehatan dan ekonomi, tetapi juga
sistem sosial. Implikasi tersebut juga penting sebagai upaya menghindari
permasalahan sosial, seperti konflik dan stigma dalam hubungan horizontal
maupun vertikal.

2. Partisipasi melalui Pengembangan Kecerdasan Sosial-Emosional Mahasiswa


Menurut Goleman (2006), kecerdasan sosial adalah ukuran kemampuan diri
seseorang dalam pergaulan di masyarakat dan kemampuan berinteraksi sosial dengan
orang-orang di sekeliling atau sekitarnya. Sedangkan, kecerdasan emosional adalah
kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage
our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan
pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui
keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan
keterampilan sosial. Daniel Goleman mengatakan bahwa koordinasi suasana hati
adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan
diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan
memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri
dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman mengemukakan
bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam
memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan
menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional
tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah
kepuasan dan mengatur suasana hati. Daniel Goleman (Emotional Intelligence)
menyebutkan bahwa kecerdasan emosi jauh lebih berperan ketimbang IQ atau
keahlian dalam menentukan siapa yang akan jadi bintang dalam suatu pekerjaan.

Di tengah pandemi COVID-19 diperlukan kecerdasan sosial-emosional menghadapi


dengan : 1) bekerjasama dengan aparat pemerintah TNI dan POLRI, 2) membuat
kegiatan produktif di rumah sesuai dengan keahlian dan hobi, 3) tidak kontak
langsung, 4) tidak berkerumunan, menggunakan masker, dan mengurangi aktifitas di
luar, 5) melihat kondisi dan pilih situasi, serta tetap tenang, 6) mengesampingkan ego
ingin berkumpul demi keselamatan, 7) bantuan teknologi media sosial, berbagi
sesama dan tenang, 8) kegiatan kooperatif pengumpulan dana, saling support dan
mulai dari diri-sendiri, jangan gegabah, dan jangan di bully, 9) menumbuhkan
kesadaran diri, dan menyadarkan orang lain tentang bahaya COVID-19.

3. Partisipasi melalui Pengembangan Kecerdasan Komunakasi Mahasiswa


Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari
satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau
verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal
yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
menggunakan gestur tubuh, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi
nonverbal.

Terlebih dimasa pandemi covid-19 ini, dipelukan keahlian berkomunikasi baik


pejabat Negara, orang tua, guru/dosen dan semua komponen bangsa, termasuk
mahasiswa, karena sangat fatal jika seseorang menyampaikan sesuatu, yang niatnya
baik namun disampaikan dengan bahasa yang tidak baik, akan mendatangkan
persoalan. Saat pandemi seperti sekarang ini, yang diperlukan adalah kebersamaan
dan toleransi serta kemampuan berkomunikasi, sebab dampak psikologis covid-19
sangat besar pada masyarakat, jika salah memberikan informasi atau kurang jelasnya
pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat seputar perkembangan covid-19,
misalnya, dapat menimbulkan keresahan tersendiri. Kecerdasan berkomunikasi, tidak
lepas dari etika atau norma. Etika merupakan suatu cabang dari ilmu filsafat yang
berbicara mengenai nilai, norma, dan moral yang menentukan perilaku manusia
dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan berkomunikasi adalah bagaimana
menanamkan etika dalam berkomunikasi baik komunikasi secara lansung maupun
komunikasi bermedia.

Dalam konteks penyebaran wabah pandemi covid-19, Kecerdasan berkomunikasi,


melalui media juga membutuhkan etika dan norma. Kehadiran media social seperti
facebook, WA, Twitter dan yang lainya, telah memberi dampak besar bagi kehidupan
manusia, media sosial dipandang sebagai tempat wisata informasi yang tidak bosan
untuk dikunjungi, selain itu sebagian besar dari masyarakat dunia memanfaatkan
media sosial untuk melakukan proses komunikasi. Dengan menggunakan media
sosial, komunikasi dipandang lebih efisien. Selain itu komunikasi dengan media
sosial dibangun tidak mengenal batas. Walaupun, kadang komunikasi melalui media
sosial juga menimbulkan polemik tanpa solusi. Saat pandemi belum berakhir seperti
sekarang ini, diperlukan kemampuan berkomunikasi, maka belajarlah
berkomunikasilah secara cerdas. Di samping itu, Banyak membaca referensi tentang
COVID-19 sehingga bisa menyampaikan lebih percaya diri, logis dan jelas diterima nalar,
pendekatan komunikatif dan persuasive, memberikan gambaran sebab dan akibat yang
ditimbulkan, dengan menggunakan komunikasi bahasa lokal, dan dengan menggunakan
bahasa yang singkat, padat, tepat, dan sopan.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang digunakan sesuai dengan pertanyaan
penelitian, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
1. Secara khusus, partisipasi mahasiswa dalam memberikan edukasi COVID-19 pada
masyarakat melalui Pengembangan Kecerdasan intelektual, kecerdasan sosial-
emosional, dan kecerdasan komunikasi. Secara umum, partisipasi mahasiswa dalam
memberikan edukasi COVID-19 pada masyarakat melalui Pengembangan
Kecerdasan intelektual (Pemerintah harus menjamin pangan, sehingga masyarakat
bisa berfikir positif dan mentaati peraturan pemerintah dan Memberikan informasi
yang jelas dan menyampaikan bukti bahwa ada warga Indramayu yang terkena wabah
COVID-19); Pengembangan Kecerdasan Sosial-Emosional (bekerjasama dengan
aparat pemerintah TNI dan POLRI, membuat kegiatan produktif di rumah sesuai
dengan keahlian dan hobi, tidak kontak langsung, tidak berkerumunan, menggunakan
masker, dan mengurangi aktifitas di luar, melihat kondisi dan pilih situasi, serta tetap
tenang, mengesampingkan ego ingin berkumpul demi keselamatan, bantuan teknologi
media sosial, berbagi sesama dan tenang, kegiatan kooperatif pengumpulan dana,
saling support dan mulai dari diri-sendiri, jangan gegabah, dan jangan di bully,
menumbuhkan kesadaran diri, dan menyadarkan orang lain tentang bahaya COVID-
19; dan Pengembangan Kecerdasan Komunikasi (banyak membaca referensi tentang
COVID-19 sehingga bisa menyampaikan lebih percaya diri, logis dan jelas diterima
nalar, pendekatan komunikatif dan persuasive, media medsos, memberikan gambaran
sebab dan akibat yang ditimbulkan, dengan menggunakan komunikasi bahasa lokal,
dan dengan menggunakan bahasa yang singkat, padat, tepat, dan sopan)

2. Pendidik seyogyanya memperhatikan faktor kecerdasan intelektual, sosial-emosional,


dan komunikasi yang khusus tersebut di atas, tanpa mengabaikan faktor umum.

Saran Teoritis dan Praktis


1. Bagi peneliti diharapkan memiliki cara khusus untuk memberikan edukasi COVID-
19 pada masyarakat melalui Pengembangan Kecerdasan Intelektual, Sosial-
Emosional, dan Komunikasi.
2. Bagi pembaca dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya yaitu dengan
penelitian lanjutan.

Saran Praktis
1. Bagi pihak lembaga pendidikan (FKIP) mengajak mahasiswa sebagai calon pendidik
terus menelaah edukasi COVID-19 pada masyarakat melalui Pengembangan
Kecerdasan Intelektual, Sosial-Emosional, dan Komunikasi
2. Bagi program studi pendidikan bahasa Inggris FKIP Unwir melakukan kajian edukasi
COVID-19 pada masyarakat melalui Pengembangan Kecerdasan Intelektual, Sosial-
Emosional, dan Komunikasi.
3. Bagi dosen pendidikan bahasa Inggris menindaklanjuti hasil penelitian ini sebagai
khazanah keilmuan dalam edukasi COVID-19 pada masyarakat melalui
Pengembangan Kecerdasan Intelektual, Sosial-Emosional, dan Komunikasi.
REFERENSI

Goleman, D. 1996. Emotional intelligence (Kecerdasan Emosi). alih bahasa, T.


Hermaya, Author: Goleman, Daniel|Hermaya, T, Publisher:Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama,
Goleman, D. 2006. Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi. Jakarta:
Gramedia.

Goleman, D. 2004. Emotional Intelligence; Kecerdasan Emosional Mengapa


Lebih Penting dari IQ. Jakarta: Gramedia.

Goleman, D. 2001. Kecerdasan Emosional. Jakarta: Gramedia.

Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur penelitian : suatu pendekatan


praktek. Jakarta : Rineka Cipta

https://www.unicef.org/indonesia/id/coronavirus
https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/peran-mahasiswa-perkuat-
pelayanan- publik-di-tengah-pandemi
https://cirebon.tribunnews.com/2020/07/02/update-covid-19-di-indramayu-odp-
virus- corona-di-indramayu-tembus-1188-orang.
https://dosenpsikologi.com/teori-kebutuhan-maslow
https://pijarpsikologi.org/covid-19-dan-hierarki-kebutuhan-maslow/
https://republika.co.id/berita/qa5n1w2216000/cara-dan-syarat-dapatkan-bantuan-
uang-tunai-akibat-covid19
http://untukfilsafat-alvianica.blogspot.com/2015/01/realisme-dalam-filsafat.html
https://www.jokowinomics.id/2020/06/pertarungan-realita-nyata-dan-semu-
hoaks-di- masa-pandemi-covid-19/
http://yulisubandi.blog.binusian.org/2009/10/19/kecerdasan-emosi-menurut-
daniel- goleman/
https://www.kajianpustaka.com/2018/01/pengertian-aspek-dan-cara-
meningkatkan- kecerdasan-sosial.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi
https://www.kompasiana.com/educare/5ee86f91097f366641225252/belajar-
kecerdasan- berkomuniasi-saat-pandemi

Anda mungkin juga menyukai