Anda di halaman 1dari 23

Bengkulu, 22 September 2021

Lampiran : 1 ( Satu ) Berkas


Prihal : Permohonan Pengajuan Judul Skripsi

Kepada Yth,
Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat
STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu
Di-
Bengkulu
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Mitha Rapiani
NPM : 1826020004
Bermaksud mengajukan judul skripsi, sebagai salah Satu
syarat untuk menyelesaikan studi Strata Satu (SI) Program Studi
Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKES) Tri Mandiri Sakti Bengkulu Adapun judul yang saya
ajuan:
1. HUBUNGAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP VAKSIN
COVID-19 DI WILAYAH KECAMATAN IPUH KABUPATEN
MUKOMUKO
2. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA TENAGA
KERJA PEMANEN SAWIT DI PT DARIA DHARMA
PRATAMA
3. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI
DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT
MENSTRUASI DI MAN 1 MUKOMUKO KABUPATEN
MUMOMUKO KECAMATAN IPUH.

Demikian surat permohonan ini saya buat, atas perhatian


dan kebijaksanaan dari Bapak/ibu saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya

Mitha Rapiani
Proposal

HUBUNGAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP VAKSIN COVID-


19 DI WILAYAH KECAMATAN IPUH KABUPATEN MUKOMUKO
PROVINSI BENGKULU

OLEH :

MITHA RAPIANI
NPM. 1826020004

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2021
A. Latar Belakang

Akhir tahun 2019 tepatnya pada bulan desember, dunia dihebohkan

dengan sebuah kejadian yang membuat banyak masyarakat resah yaitu dikenal

dengan virus corona (covid-19). Kejadian tersebut bermula di Wuhan,

Tiongkok. Pada awalnya virus ini diduga akibat paparan pasar grosir makanan

laut huanan yang banyak menjual banyak spesies hewan hidup. Penyakit ini

dengan cepat menyebar ke seluruh China. Tanggal 18 Desember hingga 29

Desember 2019, terdapat lima pasien yang dirawat dengan Acute Respiratory

Distress Syndrome (ARDS) (Ren L et al, 2020). Sejak 31 Desember 2019

hingga 3 Januari 2020 kasus ini meningkat pesat, ditandai dengan

dilaporkannya sebanyak 44 kasus (Susilo et al, 2020).

Munculnya 2019-nCoV telah menarik perhatian global, dan Pada 30

Januari WHO (World Health Organization) telah menyatakan COVID-19

sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional .

Penambahan jumlah kasus Covid-19 berlangsung cukup cepat dan sudah

terjadi penyebaran antar negara. Sampai dengan tanggal 25 Maret 2020,

dilaporkan total kasus konfirmasi 414.179 dengan 18.440 kematian (CFR

4,4%) dimana kasus dilaporkan di 192 negara/wilayah. Diantara kasus

tersebut, sudah ada beberapa petugas kesehatan yang dilaporkan terinfeksi

(Kemenkes RI, 2020).

Jumlah orang yang terinfeksi dan mereka yang meninggal meningkat

dari hari ke hari. Penambahan jumlah kasus Covid-19 cukup berat dan sudah

terjadi penyebaran ke luar wilayah Wuhan dan negara lain . Sampai dengan
16 februari 2020, secara global dilaporkan 51.857 kasus konfirmasi di 25

negara dengan 1.699 kematian (CFR 3,2%). Rincian negara dan jumlah kasus

sebagai berikut: China 51.174 kasus konfirmasi dengan 1.666 kematian,

Jepang 53 kasus, 1 kematian dan 255 kasus di cruise ship pelabuhan Jepang.

Thailand 34 kasus, Korea Selatan 29 kasus, Vietnam 16 kasus, Singapura 72

kasus, dan Amerika Serikat 15 kasus. Per 11 februari 2021, pemerintah

Republik Indonesia telah melaporkan 1.191.990 orang dengan COVID-19

yang di konfirmasi. Ada 32.381 kematian terkait COVID-19 yang dilaporkan

dan 993.117 pasien telah pulih penyakit tersebut. WHO (World Health

Organization) bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk memantau

situasi dan mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut (WHO, 2020).

Diketahui bahwa masih banyak masyarakat yang meremehkan virus

corona dan tidak menerapkan protokol kesehatan sesuai aturan yang dibuat

oleh pemerintah, sehingga risiko penularan Covid-19 semakin meningkat.

Oleh sebab itu, tidak hanya perlu dilakukan intervensi dalam pelaksanaan

prosedur kesehatan, tetapi juga perlu segera dilakukan tindakan intervensi lain

yang efektif untuk memutus penyebaran penyakit, yaitu melalui upaya

vaksinasi (Kemenkes RI Dirjen P2P, 2020). Vaksin tidak hanya melindungi

mereka yang melakukan vaksinasi namun juga melindungi masyarakat luas

dengan mengurangi penyebaran penyakit dalam populasi. Pengembangan

vaksin yang aman dan efektif sangat penting dilakukan karena diharapkan

dapat menghentikan penyebaran dan mencegah penyebaran penyakit di masa

mendatang. Selain itu, karena virus menyebar dengan sangat cepat maka
diperlukan vaksin yang dapat diterapkan dalam waktu singkat sehingga dapat

meminimalisir dampaknya (Sari IP, 2020).

Vaksin Covid-19 merupakan salah satu terobosan pemerintah untuk

melawan dan menangani Covid-19 yang ada didunia khususnya Negara

Indonesia. Tujuan dari vaksinasi Covid-19 adalah untuk mengurangi

penyebaran Covid-19, menurunkan angka kesakitan dan kematian yang

disebabkan oleh Covid-19, mencapai kekebalan dan melindungi masyarakat

dari Covid-19, sehingga dapat menjaga masyarakat dan perekonomian

(Kemenkes RI Dirjen P2P, 2020). Meski begitu, tidak bisa dipungkiri masih

banyak kelompok masyarakat yang menolak vaksinasi. Kelompok yang

menolak divaksinasi memiliki banyak alasan, mulai dari masalah kesehatan

hingga alasan agama. Berawal dari kepedulian terhadap kesehatan, terdapat

beberapa kelompok masyarakat dengan latar belakang yang berbeda-beda.

Dikarenakan kekhawatiran tentang peningkatan kematian atau korban akibat

vaksin. Hal ini disebabkan karena dikhawatirkan tubuh tidak pandai

menangani vaksin dan justru akan menyerang orang yang telah divaksinasi

yang berujung pada penyakit dan kematian (Enggar Furi H, 2020).

Solusi vaksinasi ini kembali menimbulkan kontroversi bagi sebagian

orang. Pertama, karena adanya keraguan pengembangan vaksin, dikarenakan

waktu pengembangan vaksin cukup singkat, sekitar satu tahun. Ini berebeda

dengan vaksin lain yang mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun. Hal

ini kemudian menimbulkan kekhawatiran masyarakat tentang efek samping

atau dampak vaksin terhadap para pemberi vaksin (Pranita, 2020). Sehingga

persepsi dan sikap masyarakat menjadi tolak ukur kesadaran masyarakat.


Upaya promotif dan preventif harus dilaksanakan oleh Tenaga kesehatan dan

masyarakat. Perkembangan internet dan kenyamanan informasi terkini

memberikan dukungan terhadap jumlah informasi. Penyebaran informasi yang

salah akan mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap vaksin covid-19 dan

dengan demikian mempengaruhi perilaku masyarakat. Keputusan dan pilihan

yang diambil lebih didasarkan pada informasi dari internet, khususnya media

sosial (Moudy and Syakurah, 2020).

Menurut data Dinkes Provinsi Bengkulu diketahui bahwa Kabupaten

Mukomuko menjadi Kabupaten dengan penerima vaksinasi paling sedikit

dibanding Kabupaten lain. Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten

Mukomuko, Bengkulu, menyebutkan jumlah warga setempat yang telah

menerima vaksin COVID-19 dosis pertama dalam beberapa waktu terakhir

mencapai 20.425orang Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten

Mukomuko Bustam Bustomo dalam keterangannya di Mukomuko, Rabu,

menyebutkan sebanyak 20.425 orang ini terdiri atas 1.363 tenaga kesehatan,

17.696 petugas pelayan publik, dan 1.366 warga lanjut usia (lansia). Ia

menyebutkan, 17.696 petugas pelayan publik yang telah menjalani vaksinasi

terdiri atas personel Kodim, Polres, Brimob, Kejaksaan Negeri, Pengadilan

Negeri, KPPN, Pengadilan Agama, wartawan, BPJS, pegawai pemerintah,

BRI, dan aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan pemkab setempat dan

masyarakat umum.

Namun, dari 20.425 warga, baru 11.926 orang yang telah menerima

penyuntikan vaksinasi COVID-19 secara lengkap, yakni dosis I dan dosis II,
yang terdiri atas 1.201 tenaga kesehatan, 9.895 petugas pelayan publik, dan

830 lansia. Hingga hari Sabtu ini masih ada 8.499 tenaga kesehatan, petugas

pelayanan publik, dan lansia yang telah menerima vaksin COVID-19 dosis I

tetapi belum menerima vaksin dosis II karena ada beberapa yang di antaranya

belum sampai masanya dan kondisi kesehatannya belum memungkinkan.

Sebagian masyarakat masih belum memutuskan dan masih bingung. Hal

tersebut karena banyak sekali isu-isu yang mempengaruhi tentang informasi

mengenai vaksin Covid-19 seperti faktor kehalalan dan keamanan dari vaksin

Covid-19.

Penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap vaksin covid-19 di

kecamatan Ipuh kabupaten Mukomuko sebelumnya belum pernah dilakukan.

Perhatian masyarakat terhadap vaksin Covid-19 dan maraknya penyebaran

berbagai informasi palsu dan miss informasi di masyarakat menjadi dasar

kajian untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap vaksin Covid-19 di

kecamatan Ipuh kabupaten Mukomuko.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang : “ Hubungan Persepsi Masyarakat Terhadap

Vaksin Covid-19 Di Wilayah Kecamatan Ipuh Kabupaten Mukomuko ’’

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah, “ Bagaimana Persepsi Masyarakat Terhadap Vaksin

Covid-19 Di Wilayah Kecamatan Ipuh Kabupaten Mukomuko”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mempelajarim Persepsi

`Masyarakat Terhadap Vaksin Covid-19 di Wilayah Kecamatan Ipuh

Kabupaten Mukomuko

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran distribusi persepsi masyarakat terhadap vaksin

covid-19 di kecamatan Ipuh kabupaten Mukomuko

b. Mengetahui Hubungan Persepsi Masyarakat Terhadap Vaksin Covid-

19 Di Wilayah Kecamatan Ipuh Kabupaten Mukomuko.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi serta

pengetahuan yang dapat menambah wawasan tentang pemahaman

masyarakat terhadap vaksin Covid-19 agar pandemi Covid-19 dapat

terkendalikan dan menurunkan angka kejadian Covid-19.

2. Bagi Dinas Kesehatan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi serta

masukan yang bermanfaat bagi Dinas Kesehatan terutama dalam

penyusunan program dan kegiatan agar dapat meningkatkan wawasan


tentang pemahaman masyarakat terhadap vaksin Covid-19 agar pandemi

Covid-19 dapat terkendalikan dan menurunkan angka kejadian Covid-19

3. Bagi STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

sumber informasi bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan, khususnya

bidang penelitian sebagai referensi kepustakaan.

4. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menjadi rujukan dan acuan data bagi penelitian

selanjutnya dalam permasalahan yang serupa ataupun penelitian lain

yang berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap vaksin covid-

19 serta menghasilkan informasi yang berguna bagi ilmu pengetahuan

khususnya dalam bidang kesehatan masyarakat.

Proposal
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN
ALAT PELINDUNG DIRI PADA TENAGA KERJA PEMANEN SAWIT
DI PT DARIA DHARMA PRATAMA

OLEH :

MITHA RAPIANI
NPM. 1826020004

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2021
A. Latar Belakang

Alat pelindung diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan

saat berkerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan

pekerja itu sendiri dan orang disekelilingnya (Buntarto, 2015). Ketentuan

mengenai alat pelindung diri diatur oleh peraturan pelaksanaan UU No. 1 Tn.

1970 yaitu instruksi Mentri Tenaga Kerja No. Ins 2/M/BW/BK/1984 tentang

pengesahan alat pelindung diri; Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE

05/BW/97 tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri dan Surat Edaran Dirjen

Binawas No. Se 06/BW/97 tentang Pendaftaran Alat Pelindung Diri. Intruksi

dan Surat Edaran tersebut mengatur ketentuan tentang pengesahan,

pengawasan, dan penggunaanya meliputi alat pelindung kepala, alat pelindung

telinga, alat pelindung muka dan mata, alat pelindung pernafasan, pakaian

kerja, sarung tangan, alat pelindung kaki, sabuk pengaman, dan lain-lain

(Suma’ar, 2009).

Menurut International Labour Organization, tercatat lebih dari 2,34 juta

orang didunia meninggal dunia akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat

kerja Sekitar 321.000 akibat kecelakaan kerja dan sekitar 2,02 juta akibat

penyakit akibat kerja. Sedangkan di Indonesia rata-rata per tahun terdapat

99.000 kasus kecelakaan kerja. Dari total jumlah itu, sekitar 70 persen

berakibat fatal yaitu kematian dan cacat seumur hidup. Sementara menurut

data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan sampai tahun

2013 di indonesia tidak kurang 6 pekerja meninggal dunia setiap hari akibat

kecelakaan kerja. Angka tersebut tergolong tinggi dibandingkan negara Eropa


yang hanya sebanyak dua orang meninggal per hari karena kecelakaan kerja

(ILO, 2013).

Di Indonesia sendiri angka kecelakaan kerja cukup mengkhawatirkan,

berdasarkan data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan, hingga akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak

105.182 kasus. Undang-undang RI No. 13 tahun 2003 menegaskan bahwa

setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan, yang

dimaksud dengan system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah

bagian dari system manajemen perusahaan secara keseluruhan yang meliputi

struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur,

proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,

pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan

kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan

produktif (Suma’mur, 2013).

Mengingat kecelakaan kerja terus terjadi dan ancaman kecelakaan kerja

masih tetap sering terjadi maka Pemerintah Republik Indonesia telah

memperlakukan beberapa Perundang-undangan maupun Peraturan mengenai

ketenagakerjaan yang salah satunya dalam “ Konvensi International Labour

Organization (ILO) No.120 tahun 1964 mengenai Hygiene dalam perniagaan

dan kantor-kantor”. Pada pasal 17 Konvensi ILO menyatakan bahwa “ Para

pekerja harus dilindungi dengan tindakan yang tepat dan dapat dilaksanakan

terhadap bahan, proses, dan teknik yang berbahaya, tidak sehat atau beracun
atau untuk suatu alasan penguasa yang berwenang harus memerintahkan

penggunaan alat pelindung diri (Suma’mur, 2013).

Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan dan Perundang-undangan

tentang perlindungan tenaga kerja maka salah satu cara untuk pencegahan

kecelakaan, bahaya-bahaya lingkungan kerja, penyakit akibat kerja dan

keselamatan kerja adalah dengan menggunakan alat pelindung diri. Dengan

kata lain bahwa APD merupakan keputusan terakhir yang di ambil dalam

pengendalian bahaya di tempat kerja (Silaban, 2015).

Kenyataannya kesadaran masyarakat Indonesia dalam mematuhi

kebijakan K3 masih rendah. Menurut Pikiran Rakyat, dalam penelitian Siregar

yang berjudul “Hubungan Kepatuhan Terhadap Kebijakan Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja (K3) Dengan Kecelakaan Kerja Pemanen Sawit Di Kebun

Perlabian PT. Tolan Tiga (Sipef) Tahun 2016” Menurut data Kemenakertrans,

tercatat dari 24.425 perusahaan yang terdaftar, sebanyak 52% atau 12.745

perusahaan melanggar norma K3 pada 2013. Dari jumlah itu, sebanyak 12.657

perusahaan telah melaksanakan norma K3 pasca penerbitan nota peringatan

pertama dan kedua (Siregar,2016).

Bentuk ketidakpatuhan pekerja pada peraturan K3 yang menjadi

penyebab kecelakaan menurut Gunarto adalah Tindakan Tidak Aman (TTA)

seperti karena tidak mematuhi prosedur (38%), tidak memakai Alat Pelindung

Diri (APD) (12%), posisi pekerja tidak benar (11%) dan (11%) menggunakan

alat tidak tepat (Siregar,2016).

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang : “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan


Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Tenaga Kerja Pemanen Sawit Di PT

DARIA DHARMA PRATAMA ’’

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan kepatuhan pemakaian alat pelindung diri (APD) pada tenaga kerja

pemanen kelapa sawit di PT. Socfindo Tanah Gambus Kabupaten Batubara

tahun 2017.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor

yang berhubungan dengan kepatuhan pemakaian alat pelindung diri (APD)

pada tenaga kerja pemanen kelapa sawit di PT. Socfindo Tanah Gambus

Kabupaten Batubara tahun 2017

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan pekerja dengan kepatuhan

pemakaian APD pekerja pemanen di PT. Daria Darma Pratama

b. Untuk mengetahui hubungan sikap pekerja terhadap kepatuhan

pemakaian APD pekerja pemanen di PT. Daria Darma Pratama

c. Untuk mengetahui hubungan kondisi APD terhadap kepatuhan

pemakaian APD pekerja pemanen di PT. Daria Darma Pratama


d. Untuk mengetahui hubungan pengawasan dari mandor terhadap

kepatuhan pemakaian APD pekerja pemanen di PT. Daria Darma

Pratama

e. Untuk mengetahui hubungan lingkungan sosial terhadap kepatuhan

pemakaian APD pada pekerja bagian pemanen di PT. Daria Darma

Pratama

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk memberikan informasi pada pekerja pemanen akan pentingnya

pemakaian APD dalam melakukan pekerjaan yang berisiko sehingga dapat

melakukan pekerjaan dengan baik dan aman.

2. Sebagai bahan masukan bagi PT. Daria Darma Pratama untuk

mensukseskan pemakaian APD di perusahaan.


Proposal

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI DENGAN


PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT MENSTRUASI
DI MAN 1 MUKOMUKO KECAMATAN IPUH
KABUPATEN MUMOMUKO

OLEH :

MITHA RAPIANI
NPM. 1826020004

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2021
A. Latar Belakang

Menurut WHO, remaja adalah anak usia yang berusia antara 10-19

tahun. Masa remaja ini merupakan periode persiapan menuju masa dewasa

yang akan melewati beberapa tahapan perkembangan penting dalam hidup.

Selain kematangan fisik dan seksual, remaja juga mengalami tahapan menuju

kemandirian sosial dan ekonomi, membangun identitas, akuisisi kemampuan

(skil) untuk kehidupan masa dewasa serta kemampuan bernegosiasi (abstract

reasoning). Hasil Survei Penduduk Antar Sensus 2020 menunjukan bahwa

penduduk usia 15-24 tahun mencapai 46.701.466 juta atau sebesar 18,5 persen

dari total penduduk Indonesia ( BADAN PUSAT STATISTIK).

Data de,ografi menunjukan bahwa remaja merupakan populasi yang

besar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah

remaja berumur 10- 19 tahun. Sekitar 900 juta berada di negara sedang

berkembang. Data demografi di Amerika Serikat menunjukan jumlah remaja

berumur 10-19 tahun sekitar 15% populasi. Di Asia pasifik dimana

penduduknya merupakan 60% dari penduduk dunia, seperlimanya adalah

remaja umur 10-19 tahun. Di Indonesia menurut Biro pusat statistik kelompok

umur 10-19 tahun adalah sekitar 22%, yang terdiri dari 49,1%, remaja laki-

laki dan 50,9%, remaja perempuan (WHO 2020).

Pada masa remaja teruta putri, perubahan fisik dimulai sekitar usia 10

atau 11 tahun pada remaja putri. Kejadian paling dramatis pada anak

perempuan adalah masa awal menstruasi (menarche) sebagai respon untuk

produksi dan pelepasan hormon-hormon perempuan seperti hormon esterogen


dan progesteron. Indung telur matang dan mulai melepaskan telur-telur dan

uterus membesar sebagai perkembangan dan kedewasaan organ-organ

kemaluan. Masa pertumbuhan yang cepat menghasilkan tinggi dan berat

badan menyertai perubahan-perubahan tersebut. Selain itu terjadi perubahan

terjadi pinggul yang melebar dan pola pendistribusian lemak berubah untuk

memproduksi tubuh perempuan merupakan karakteristik seksual sekunder

sebagai kelanjutn masa pubertas, terutama pembesaran kedua payudara,

pertumbuhan bulu-bulu kelamin dan ketiak serta kelenjar-kelenjar keringat

(Prawiroharjo, 2010)

Di Indonesia mengalami angka penurunan menarche berdasarkan hasil

hasil Riskedas tahun 2013 terdapat 5,2% anak-anak di indonesia memasuki

usia menarche di bawah usia 12 tahun. Sebesar 25,3% remaja putri mengalami

menarche pada usia menjelang 12 tahun (Kemenkes, 2013). Membaiknya

standar kehidupan berdampak pada penuruna usia menarche yang lebih muda

(menarche dini). Indonesia menempati urutan ke-15 dari 67 negara dengan

penurunan usia menarche mencapai 0,145 tahun per dekade. Pergeseran usia

menarche ke usia yang lebih muda, akan menyebabkan remaja putri

mengalami stres emosional (Safitri et al, 2014)

Hasil penelitian Yanti, et al (2014) tentang hubungan pengetahuan

remaja putri tentang menstruasi terhadap prilaku Higienis pada saat menstruasi

didapatkan bahwa responden yang memiliki prilaku positif yaitu sebanyak 37

orang (52,9%). Responden yang memiliki perilaku negatif sebanyak 33 orang

(47,1%). Prilaku adalah tindakan atau aktifitas manusia itu sendiri yang
mempunytai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara,

menangis, tertawa, berkerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.

Hasil penelitian Widyawati, et al (2015) di SLB Negri Ungaran dari 62

siswi 10 siswi di dapatkan 60% diantaranya menganti pembalut 2x/hari, 30%

dianatranya pembalut 3x/hari dan 10 diantaranya menganti pembalut 4x/hari

untuk arah cebok didapatkan 50% diantaranya dari belakang kedepan dan 50%

diantaranya dari arah depan kebelakang. Sebelum mengangi pembalut 30%

diantaranya tidak cuci tanggan terlebih dahulu, 40% diantaranya mencuci

tanggan terlebih dahulu dan 30% diantaranya cuci tanggan jika kotor.

Haid pertama bisa menjadi saat yang menyusahkan bagi anak

perempuan, seringkali dibarengi perasaan yang campur aduk, takut dan cemas

serta membingungkan hal ini umumnya disebabkan karena kurang atau

salahnya informasi mengenai haid. Bagi anak perempuan yang telah

dipersiapkan, biasanya tidak bingung lagi menghadapi haid pertamanya.

Umumnya orang takut melihat darah, apalagi anak-anak. Ketidaktahuannya

dapat menyebabkannya secara keliru, mengaitkan haid dengan penyakit atau

luka bahkan memandangnya sebagai sesuatu yang memalukan, karena tidak

mendapatkan penjelasan yang benar (Prawirohardjo, 2014).

Salah satu mitos yang sering terdengar diantaranya adalah bahwa remaja

yang sedang mens dianggap kotor dan sakit. Sebenarnya, menstruasi tidak

membuat remaja perempuan menjadi kotor dan sakit. Namun memang benar

jika sedang haid remaja putri harus menjaga kebersihan, seperti mengganti
pembalut, membersihkan alat kelamin, pemilihan bahan celana dalam,

penggunaan cairan antiseptik (Prawirohardjo, 2014).

Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ

seksual atau reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan. Pada

saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi,

Oleh karena itu kebersihan daerah genitalia harus lebih dijaga karena kuman

mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran

reproduksi. Salah satu keluhan yang dirasakan pada saat menstruasi adalah

rasa gatal yang disebabkan oleh jamur kandida yang akan s'ubur tumbuhnya

pada saat haid (Prawirohardjo, 2014).

Menurut Desmita (2014), menstruasi yang datangnya sangat awal akan

menyebabkan munculnya beberapa tingkah laku patologis, pada umumnya

mereka diliputi kecemasan-kecemasan berupa pobia. Gejala yang sering

terjadi dan sangat mencolok pada haid pertama adalah kecemasan atau

ketakutan diperkuat oleh keinginan untuk menolak proses fisiologis tadi. Ada

banyak sumber informasi tentang haid, misalnya dari guru sekolah, kalangan

medis, bacaan dan film pendidikan.

Bagi banyak orang tua, sumber-sumber informasi tersebut juga

memberikan informasi yang berguna tentang proses terjadinya haid dan cara

menjaga kebersihan selama menstruasi. Menstruasi yang datangnya sangat

awal, dalam artian anak gadis tersebut masih sangat muda mengakibatkan

anak kurang mendisiplinkan diri dalam hal kebersihan badan pada saat
menstruasi, sehingga mungkin menyebabkan terjadinya infeksi (Desmita,

2014).

Dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI),

menunjukkan tingkat pengetahuan remaja perempuan yang mengetahui

menstruasi sekitar 6,5 %. Pengetahuan terhadap menstruasi semakin

meningkat seiring dengan peningkatan umurnya, karena mereka pernah

mengalami menstruasi. Dua puluh delapan persen wanita mendapat haid

pertama pada umur 13 tahun, diikuti oleh umur 12 tahun (26%), dan umur 14

tahun (23%). Di antara wanita yang pada saat survei serumur 15 tahun yang

mendapat haid pertama pada umur 12 tahun (32%) dan 13 tahun (31%),

sedangkan wanita yang berumur 24 tahun, 30 persen mendapat haid pertama

kali pada umur 13 tahun dan 25 persen pada umur 14 tahun. Sebelum haid

pertama, 58 persen wanita mendiskusikan tentang haid dengan teman, 45

persen dengan ibu, dan 15 persen dengan guru. Dua puluh satu persen wanita

tidak mendiskusikannya dengan siapapun (SDKI, 2017).

Sikap merupakan suatu tingkatan afeksi, baik bersifat positif maupun

negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis, seperti: symbol,

frase, slogan, orang, lembaga, cita-cita dan gagasan (Zuriah, 2010). Sikap

dapat diposisikan sebagai has 1 evaluasi terhadap obyek sikap yang

diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif (emosi) dan perilaku

(Wawan dan Dewi, 2010).


Dari uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melihat "apakah

ada hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri dengan perilaku personal

hygiene saat menstruasi di MAN 1 MUKOMUKO "

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, adapun rumusan masalah

penelitian adalah “Apakah Ada Hubungan Pengetahuan dan sikap remaja putri

dengan perilaku personal hygiene saat menstruasi di MAN 1 MUKOMUKO ".

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mempelajari hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri dengan

perilaku personal hygiene saat menstruasi di MAN 1 Mukomuko

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran perilaku personal hygiene saat menstruasi di

MAN 1 Mukomuko

b. Diketahui gambaran pengetahuan tentang personal hygiene saat

menstruasi di MAN 1 Mukomuko.

c. Diketahui gambaran sikap remaja puiri tentang personal hygiene saat

menstruasi di MAN 1 Mukomuko.

d. Diketahui hubungan pengetahuan dan perilaku tentang personal

hygiene saat menstruasi di MAN 1 Mukomuko .

e. Diketahui hubungan sikap dan perilaku remaja putri tentang personal

hygiene saat menstruasi di MAN 1 Mukomuko.


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dan

menambah pengetahuan serta wawasan bagi mahasiswa Stikes Tri Mandiri

Sakti Bengkulu Jurusan Kesehatan Masyarakat tentang bagaimana cara

menjaga personal hygiene saat menstruasi.

2. Instansi tempat penelitian

Sebagai masukan informasi bagi pihak sekolah tentang keadaan

remaja awal saat ini sehingga pihak sekolah dapat mencari sclusi dalam

membantu menyelesaikan masalah yang siswi MAN hadapi untuk

kebersihan diri saat menstruasi.

3. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi

landasan sumber untuk peneliti selanjutnya dengan mengembangkan

variabel dan desain lainnya.

Anda mungkin juga menyukai