BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Seiring dengan berkembangnya dinamika lingkungan strategis
baik pada lingkup global, regional dan nasional, upaya pemeliharaan
kamdagri saat ini dihadapkan pada munculnya berbagai permasalahan
yang kompleks dan multidimensional. Kondisi ini dipengaruhi oleh
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang telah merobohkan
dinding pemisah antara ruang dan waktu, termasuk sekat antar
ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Interaksi antar
aspek tersebut kemudian menimbulkan suatu benturan antar
peradaban, yang salah satunya termanifestasikan dalam bentuk
berkembangnya paham radikalisme di Indonesia. Keberadaan paham
radikalisme dan kelompok-kelompok yang menganut ideologi tersebut
sudah nyata banyaknya di Indonesia, dan keberadaannya telah
mempengaruhi instabilitas kamdagri karena telah mendorong terjadinya
aksi-aksi intoleran yang meresahkan masyarakat, bahkan menjadi
penyebab terjadinya aksi-aksi terorisme. Bagi Indonesia, ancaman
terorisme bukan lagi potensial, tetapi aktual. Berbagai serangan bom di
berbagai wilayah Indonesia merupakan bukti kuat eksistensi terorisme.
Dari kondisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pelaku teroris
mempunyai kemampuan survival meskipun ratusan anggota telah
ditangkap, ditahan, atau tewas tertembak.
1
2
1https://news.detik.com/berita/4009917/kapolri-ada-2000-teroris-eks-afganistan-dan-filipina-di-
B. Permasalahan
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka
permasalahan pokok untuk dibahas dalam naskah ini adalah:
Bagaimana strategi optimalisasi peran Polri dan Badan Intelijen
Negara (BIN) yang dapat mencegah penyebaran paham radikal
sehingga kamdagri terpelihara?
5
C. Persoalan.
Sehubungan dengan peran BIN sebagai koordinator
penyelenggara Intelijen negara, maka persoalan yang diambil adalah
tentang kerjasama. Menurut Thomson dan Perry dalam Keban (2007),
kerjasama memiliki derajat yang berbeda, mulai dari komunikasi,
koordinasi sampai pada derajat yang lebih tinggi yaitu kolaborasi,
sehingga dari teori tersebut kemudian dapat diambil persoalan yaitu:
1. Bagaimana komunikasi Polri dengan Badan Intelijen Negara
(BIN) dalam mencegah radikalisme?
2. Bagaimana koordinasi Polri dengan Badan Intelijen Negara (BIN)
dalam mencegah radikalisme?
3. Bagaimana kolaborasi Polri dengan Badan Intelijen Negara (BIN)
dalam mencegah radikalisme?
D. Ruang Lingkup.
Ruang lingkup dalam penulisan ini adalah mengkaji obyek Kuliah
Kerja Perorangan yaitu Badan Intelijen Negara (BIN) dikaitkan dengan
Mata Pelajaran yang telah didapatkan selama mengikuti perkuliahan di
Sespimti Polri untuk selanjutnya dijadikan landasan pada strategi
optimalisasi peran Polri dan Badan Intelijen Negara (BIN) guna
mencegah penyebaran paham radikal dalam rangka terpeliharanya
kamdagri, khususnya pada tataran kebijakan strategis tingkat
Baintelkam Polri.
PEMBAHASAN
A. Fakta-Fakta
1. Profil BIN
6
7
c. Visi BIN
d. Misi BIN
Gambar 2.1.
Struktur organisasi BIN
16
Gambar 2.2.
Evolusi kelompok radikal di Indonesia
Gambar 2.3.
Peta konsentrasi jaringan radikal
Gambar 2.6.
Kelompok pelaku teror
4 https://www.suara.com/news/2016/01/24/113803/sulitnya-bin-deteksi-waktu-serangan-
teroris, diakses tanggal 29 Agustus 2019
5 https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190604110800-20-400871/rentetan-bom-dan-
6https://www.tribunnews.com/nasional/2019/05/03/polri-kerjasama-dengan-kemenkumham-
bin-identifikasi-kelompok-anarko-sindikalisme, diakses tanggal 29 Agustus 2019
29
a. Global
b. Regional
c. Nasional
2. Faktor internal
a. Kekuatan
b. Kelemahan
3. Faktor Eksternal
a. Peluang
b. Kendala
C. Analisis
Tabel 2.3.
EFAS (External Factors Analysis Summary)
Faktor Strategik Eksternal
No. Bobot Rating Skor
Peluang
Adanya komitmen pemerintah yang
kuat untuk mendukung pencegahan
1 0.096 7 0.67
radikalisme melalui penerbitan
regulasi dan berbagai kebijakan.
Adanya peran BIN sebagai
koordinator penyelenggara intelijen
2 0.108 8 0.86
negara baik di pusat maupun
daerah.
36
Gambar 2.7
Posisi Organisasi Polri
Tabel 2.4.
SFAS (Strategic Factors Analysis Summary)
Durasi
No Faktor Strategik Kunci Bobot Rating Skor Ka Ka Ka
dek dang jang
Kebijakan Polri untuk
memperkuat peran
Polsek sebagai Basis
Deteksi dapat
dioptimalkan sebagai
1 0.10 8 0.80
langkah untuk
mengoptimalkan upaya
deteksi dini terhadap
penyebaran ideologi
radikal.
Diselenggarakannya
pengembangan alut dan
2 alsus intelijen dalam 0.14 8 1.12
mendukung pencegahan
radikalisme
Diselenggarakannya
program dan kegiatan
pencegahan radikalisme
3 di kewilayahan yang 0.10 7 0.70
disesuaikan dengan
karakteristik sosial
masyarakat setempat
Belum meratanya
kemampuan personel
intelijen dalam
4 0.08 4 0.32
melakukan kontra
propaganda radikalisme
melalui media sosial
Belum optimalnya
penggalangan intelijen
terhadap tokoh
5 masyarakat, tokoh 0.06 3 0.18
agama, tokoh pemuda,
dan potensi masyarakat
lainnya
Adanya peran BIN
6 0.13 8 1.04
sebagai koordinator
39
penyelenggara intelijen
negara baik di pusat
maupun daerah.
Telah tergelarnya
struktur Komunitas
Intelijen Daerah
7 (KOMINDA) untuk 0.14 7 0.98
mendukung kerjasama
antar pengemban fungsi
intelijen di kewilayahan.
Adanya program kontra
radikalisasi dan
8 deradikalisasi yang 0.10 7 0.70
diselenggarakan oleh
instansi terkait
Masih terbatasnya
pembentukan satgas
9 penanggulangan 0.07 3 0.21
radikalisme di tingkat
daerah.
Semakin maraknya
penyebaran radikalisme
10 melalui berbagai media 0.08 4 0.32
online, seperti website
dan media sosial.
1.00
1. Visi :
2. Misi :
3. Tujuan :
4. Sasaran :
5. Kebijakan :
6. Strategi :
a) Kontra radikalisasi
b) Deradikalisasi
PENUTUP
A. Simpulan
1. Komunikasi Polri dengan BIN dalam mencegah radikalisme saat
ini belum optimal, dengan indikasi yang dapat dilihat dari
pelaksanaan pertemuan antara Intelligence Community (IC) di
kewilayahan masih cenderung dilakukan secara insidentil,
informasi yang disampaikan dalam forum pertemuan antar
komunitas intelijen kurang memiliki nilai strategis, komunikasi
antar individu masih belum terselenggara dengan baik karena
masih adanya kecenderungan ego sektoral. Adapun upaya-
upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan komunikasi
Polri dengan BIN antara lain: mengoptimalkan sinergitas dengan
BIN sebagai koordinator penyelenggara intelijen negara baik di
pusat maupun daerah, mengoptimalkan kerjasama dengan
unsur KOMINDA di kewilayahan, serta mengoptimalkan
pencegahan penyebaran radikalisme melalui website dan media
sosial.
2. Koordinasi Polri dengan BIN dalam mencegah radikalisme saat
ini belum optimal, dengan indikasi yang dapat dilihat dari masih
terbatasnya kerjasama di bidang pengembangan kapasitas
SDM, belum optimalnya koordinasi dalam pengembangan
sarana dan fasilitas cyber intelligence, belum optimalnya
koordinasi dalam penerapan strategi kontra propaganda, belum
optimalnya koordinasi dalam pemutakhiran peta kerawanan
radikalisme, serta kurang dilakukannya kerjasama untuk
melakukan pengawasan dan penyusupan terhadap tempat-
tempat yang rawan dijadikan penyebaran paham radikal. Adapun
upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan
51
52