Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan

seseorang sebelumnya yang berkaitan dengan tema atau permasalahan pada penelitian

ini. Kegunaan penelitian terdahulu bermaksud untuk mengetahui hasil dan

memperkaya kajian berupa informasi dan temuan-temuan dapat mengkaji penelitian

yang dilakukan. Selain itu pula, penelitian terdahulu untuk mengetahui ada atau

tidaknya kesamaan judul di penelitian sebelumnya. Berikut penelitian terdahulu yang

dapat dijadikan sebagai referensi penulisan penelitian ini yaitu:

A. “Implementasi Program Keserasian Sosial Berbasis Masyarakat di Kota Palu”,

oleh Azmi Jurnal Katalogis Vol.5 No.12, tahun 2017.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan model

pendekatan implementasi kebijakan yang dirumuskan Van Metter dan Van Horn

disebut dengan A Model of the Policy Implementation dimana proses implementasi

ini yakni:

“Sebuah abstraksi atau performansi suatu pengejewantahan kebijakan yang


pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja implementasi
kebijakan yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai aspek”37.

Hasil dari penelitian ini adalah implementasi program keserasian sosial berbasis

masyarakat di Kota Palu diantaranya di kelurahan Pengawu dan kelurahan Duyu

tahun 2012 sudah terlaksana cukup baik tetapi belum mencapai hasil yang optimal,

37
Azmi Jurnal. Implementasi Program Keserasian Sosial Berbasis Masyarakat di Kota Palu, Katalogis
Vol.5 No.12, tahun 2017. Hal 193

21
sehingga untuk membahas lebih lanjut diperoleh hasil tentang implementasi

kebijakan yang dikaji menurut model Van Metter dan Van Horn adalah sebagai

berikut: 1) aspek standar dan sasaran kebijakan, 2) aspek sumber daya, 3) aspek dana,

4) aspek karateristik organisasi pelaksana, 5) aspek sikap para pelaksana dan 6) aspek

komunikasi antar organisasi terkait 38.

Adapun relevansi penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti yakni umumnya hampir sama dengan penelitian milik peneliti karena sama-

sama mengangkat tema tentang program keserasian sosial berbasis masyarakat hanya

saja analisis yang digunakan berbeda dimana penelitian yang dilakukan oleh Azmi

menggunakan model Van Metter dan Van Horn. Sedangkan penelitian yang peneliti

lakukan menggunakan analisis kebijakan retrospektif menurut William N. Dunn

yakni analisis kebijakan yang dilakukan terhadap akbat-akibat kebijakan setelah suatu

kebijakan di implementasikan atau sudah terlaksana.

B. “Revolusi Mental menuju Keserasian Sosial di Indonesia

Mental Revolution Toward Social Harmony In Indonesia”, oleh Togiaratua

Nainggolan Jurnal Sosio Informa Vol. 1, No. 03, tahun 2015.

Penelitian ini akan membahas kembali peran yang dilakukan oleh Kementerian

Sosial RI sebagai penyelenggara utama pembangunan kesejahteraaan sosial di

Indonesia, khususnya dalam penyelenggaraan Program Keserasian Sosial sebagai

sarana melakukan revolusi mental. Penelitian dilakukanmenggunakan pendekatan

kualitatif. Dalam penelitian ini penulis mengindikasikan terkait Program Keserasian

Sosial yakni sebagai berikut:

38
Ibid, hal. 192

22
“Program Keserasian Sosial potensial untuk dikembangkan lebih lanjut,
mengingat substansi program ini sesungguhnya dimaksudkan untuk merubah
sikap mental dan perilaku masyarakat menuju keserasian sosial.Bagi kelompok
masyarakat yang sudah terlanjur mengalami konflik sosial,perubahan ini
dimaksudkan untuk memulihkan situasi sehingga kembali harmonis serasi
secara sosial.Sedangkan bagi kelompok masyarakat yang rawan konflik,
perubahan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya konflik sosial” 39.

Adapun relevansi penelitian di atas Program Keserasian Sosial yang dimotori

Kementerian Sosial harus direvitalisasi sebagai kelanjutan dari perjuangan

kemerdekaan Indonesia. Revitalisasi harus diawali dengan menjadikan Program

Keserasian Sosial sebagai revolusi mental bangsa Indonesia. Sedangkan peneliti

membahas lebih lanjut dalammenganalisis kebijakan program keserasian sosial

berbasis masyarakat menggunakan analisis kebijakan retrospektif menurut William

N. Dunn.Namun, relevansi antara dua penelitian ini adalah membahas Program

Keserasian Sosial yang diinisiasi oleh Kementerian Sosial.

C. “Manajemen Bencana Sosial dan Akar KonflikSosial” oleh M. Harun Alrasyid Jurnal

Madani Edisi II/Nopember 2005.

Dari penelitian ini menyimpulkan bahwa konflik dalam kehidupan masyarakat,

didorong oleh perubahan, perbedaan dan pluralitas yang bergerak dialektik.

Manajemen konflik diperlukan agar proses dialektika perubahan, perbedaan dan

pluralitas berjalan wajar, terbuka, cerdas dan mencerahkan guna menemukan

integritas sosial baru yang adil dan dapat diterima masyarakat 40.

39
Togiaratua Nainggolan, Revolusi Mental menuju Keserasian Sosial di IndonesiaMental Revolution
Toward Social Harmony In Indonesia, Jurnal Sosio Informa Vol. 1, No. 03, Tahun 2015, hal 7.
40
M. Harun Alrasyid, ManajemenBencana Sosial dan Akar KonflikSosial, Jurnal Madani Edisi
II/Nopember 2005. Hal 7-8

23
Penelitian ini mengindikasikan ada dua hal yang harus mendapatkan perhatian

serius dalam manajemen konflik yakni sebagai berikut:

“Pertama, terus menerus menumbuhkan “solidaritas emosional” dalam bingkai


kebangsaan, sehingga interaksi antar etnis dapat menumbuhkan rasa
kebersamaan.Pengelolaan negara pun harus diarahkan sedemikian rupa
sehingga berbagai kebijakan yang dijalankan tidak menimbulkan perasaan
termarginalisasi bagi suatu kelompok etnis tertentu. Kedua, nation building
harus terus menerus ditumbuhkembangkan sedemikian rupa sehingga mampu
mewujudkan “solidaritas fungsional”, yaitu solidaritas yang didasarkan pada
ikatan saling ketergantungan satu sama lain dalam bidang ekonomi, politik dan
sosial budaya”41.

Adapun relevansi penelitian di atas memfokuskan pada wawasan kebangsaan dan

dinamika konflik serta pentingnya manajemen konflik agar tidak ada penolakan

terhadap perubahan, perbedaan dan pluralitas kehidupan masyarakat, baik dalam

kegiatan sosial, ekonomi, politik, budaya maupun keagamaan.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini membahas kebijakan

pemerintah melalui program keserasian sosial terhadap penanganan konflik sosial

secara profesional, sistematik dan berkelanjutan dengan melibatkan partisipasi

masyarakat. Kemudian penelitian peneliti hanya dibatasi pada bentuk analisis

kebijakan dinas sosial tentang program keserasian sosial berbasis masyarakat dalam

rangka mencegah konflik sosial.

D. “Social Early Warning System untuk Mengantisipasi Konflik Sosial

di Masyarakat”, oleh Karnaji, Septi Ariadi, Soebagyo Adam, & Siti Mas’udah,

Departemen Sosiologi FISIP Universitas Airlangga, tahun 2010.

Penelitian ini bermaksud merumuskan kebijakan dan menyusun program-program

untuk mengembangkan keserasian sosial dalam rangka membangun persatuan dan

41
Ibid, hlm 8

24
kesatuan di Provinsi Jawa Timur, bukan hanya mengkaji masalah yang muncul di

seputar keserasian sosial yang terjadi di Provinsi Jawa Timur tapi juga khususnya

bagi wilayah dan masyarakat Indonesia 42. Dalam penelitian ini pembahasan yang

mendalam seputar sumber konflik serta pola terjadinya konflik di jelaskan dengan

rinci melalui beberapa metode penelitian yang peneliti lakukan.

Penelitian ini mengindikasikan sumber konflik dan pola terjadinya konflik sosial

sebagai berikut:

“Secara horisontal, di dalam masyarakat ditandai dengan kenyataan adanya


kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, perbedaan
agama, profesi, ras, adat serta perbedaan kedaerahan. 43Di Provinsi Jawa Timur,
sumber terjadinya konflik dapat berdimensi ekonomi, politik, budaya, dan
ideologi.44Jenis konflik yang terjadi di berbagai daerah di Provinsi Jawa Timur,
umumnya terbagi dalam dua elemen utama yang seringkali berkombinasi
menjadi sumber hakiki konflik. Pertama, elemen identitas atau potent identity-
based factors. Kelompok-kelompok sosial dimobilisasi dengan membawa
identitas komunal kelompok atas dasar ras, agama, ideologi dan kepentingan
kelompok. Kedua, elemen persepsi terhadap persoalan distribusi sumber-
sumber ekonomi, politik dan sosial di dalam masyarakat”45.

Adapun relevansi penelitian di atas dengan penelitian yang peneliti lakukan

adalah Penelitian diatas memfokuskan pada berbagai sumber yang dapat memicu

terjadinya konflik sosial serta bertujuan untuk memetakan kondisi keserasian

sosialsekaligus menyusun model social early warning system untuk mencegah

terjadinya konflik yang eksplosif dan sekaligus meningkatkan keserasian sosial dalam

rangka membangun persatuan dan kesatuan di Provinsi Jawa Timur dan Indonesia

pada umumnya.
42
Karnaji, Septi Ariadi, Soebagyo Adam, & Siti Mas’udah, Social Early Warning System untuk
Mengantisipasi Konflik Sosialdi Masyarakat,Departemen Sosiologi FISIP Universitas Airlangga,
tahun 2010. Hal 1-2
43
ibid, hal 3
44
ibid, hal 6
45
Ibid, hal 6

25
Sedangkan peneliti membahas analisis kebijakan program keserasian sosial yang

sudah berjalan menggunakan analisis kebijakan retrospektif berfokus di salah satu

daerah bekas rawan konflik yakni Kabupaten Kotawaringin Timur/Sampit.

E. “Evaluasi Program Keserasian Sosial dalam Penanganan Konflik Sosial” oleh Setyo

Sumarno dan Haryati Roebiyantho,P3KS Press (Anggota IKAPI), tahun 2013.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kebijakan menurut Dunn dengan teknik

analisis retrospektif. Temuan di lapangan mengenai kajian program keserasian sosial

yakni sebagai berikut:

“Keserasian sosial merupakan kondisi dinamis yang menjamin terciptanya


hubungan sosial antar warga, secara harmonis yang dilandasi dengan saling
menghargai, menghormati, kebersamaan, persaudaraan sejati dan hospitalitas,
sehingga konflik sosial atau kerusuhan dapat dicegah, diatasi dan diredam oleh
warga itu sendiri berdasarkan kemampuan dan potensi yang dimiliki.Tujuannya
adalah untuk menciptakan suatu tatanan kehidupan sosial yang serasi dan
harmonis dilandasi oleh nilai dasar kebersamaan, toleransi, saling menghargai
dan menghormati, sehingga dapat membangun, memantapkan dan
mengembangkan serta memelihara kembali kehidupan bersama diantara
masyarakat dalam persaudaraan sejati, kebersamaan, sentimen sosial dengan
pengertian senasib, sepenanggungan dan saling setia satu sama lain, solidaritas
sosial seperti kohesitas dan kesetiakawanan”46.

Adapun relevansi penelitian di atas dengan penelitian yang peneliti lakukan

adalah Penelitian diatas sama-sama membahas program keserasian sosial dan

mengkaji apakah program yang terealisasi sudah berjalan dengan maksimal. Fokus

penelitian di atas dengan penelitian peneliti hanya di batasi oleh program keserasian

sosial, pembahasan seputar konflik hanya sebagai awal terbentuknya program

keserasian sosial terealisasi. Karena program keserasian sosial diinisiasi sebagai

46
Setyo Sumarno dan Haryati Roebiyantho .Evaluasi Program Keserasian Sosial dalam Penanganan
Konflik Sosial, P3KS Press (Anggota IKAPI), tahun 2013. Hal 6-7.

26
bentuk kebijakan dalam penanganan konflik sosial yang terjadi didaerah

rawan/potensi konflik sosial di Indonesia.

2.2 Landasan Teori

1. Pengertian Kebijakan

Penelitian kebijakan didapat dan dilihat dari berbagai aspek kebijakan agar

menghasilkan informasi yang lengkap. Informasi mengenai masalah-masalah yang

ditumbulkan dari penerapan kebijakan menjadi fokus dari analisis kebijakan.

Surdarwan Danim menyatakan proses penelitian kebijakan pada hakikatnya

merupakan penelitian yang dimaksudkan agar melahirkan rekomendasi kepada

pembuat kebijakan dalam rangka pemecahan masalah sosial47.

Kegiatan penelitian ini dilakukan untuk mendukung kebijakan program

keserasian sosial, bertujuan agar menghasilkan rekomendasi yang mungkin

diperlukan pembuat kebijakan dalam rangka pemberian solusi terhadap penanganan

masalah bencana sosial khususnya penanganan konflik. Selain itu, penelitian

kebijakan perlu dipahami sebagai bentuk dukungan kepada kebijakan itu sendiri.

Kebijakan merupakan terjemahan dari kata policy yang berasal dari bahasa

Inggris. Dapat diartikan sebagai sebuah rencana kegiatan, perencanaan, pengambilan

dan perumusan keputusan, pelaksanaan keputusan dan evaluasi terhadap dampak dari

pelaksanaan keputusan yang diajukan atau diadopsi oleh suatu pemerintahan.

47
Sudarwan Danim, Pengantar Studi Penelitian Kebijakan, Jakarta:PT.Bumi Aksara,2005, cet.ke-III,
hal.20-23

27
Kebijakan juga diartikan sebagai pernyataan-pernyataan mengenai kontrak

penjaminan atau pernyataan tertulis48. Menurut Irfan Islamy kebijakan merupakan:

“Strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan dengan ciri identifikasi dari
tujuan, langkah untuk mencapai tujuan, penyediaan input untuk pelaksanaan
secara nyata daristrategi tersebut untuk mencapai tujuan, penyediaan input
untuk pelaksanaan nyata dari strategi” 49.

Selanjutnya James E. Anderson memberikan pengertian kebijakan sebagai

berikut:

“Serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan


dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan
suatu permasalahan tertentu”50.

Pengertian serupa juga dikemukakan oleh Thomas R. Dye mendefinisikan

kebijakan yakni sebagai berikut:

“Apa saja yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukanatau tidak


dilakukanatau sebagai is whatever government choose to do or not to do). Dye
mengatakan apabila pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu maka harus
ada tujuan (objektivitas) dan kebijakan negara harus meliputi semua tindakan
pemerintah51.

Istilah kebijakan lebih sering dan secara luas dipergunakan dalam kaitannya

dengan tindakan-tindakan pemerintah, serta perilaku Negara pada umumnya 52.

Kebijakan Publik meliputi segala sesuatu yang dinyatakan dan dilakukan atau tidak

dilakukan pemerintah. Kebijakan publik juga merupakan kebijakan yang

48
A.S Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, Oxford:Oxford University
Press, 1995, cet. Ke-5, hal.893
49
M. Irfan Islamy, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, Jakarta:Bina Aksara, 1988. Cet.
Ke-3, hal.20
50
James E. Anderson, Public Policy Making, New York:Holt, Rinehart and Winston, 1984, cet. Ke-3,
hal. 3
51
Thomas R. Dye, Understanding Public Policy, New Jersey: Pearson Education Inc., 2005, hal. 1
52
Clarles O. Jones, Pengantar Kebijakan Publik, Jakarta: Rajawali Press, 1991. Hal. 166

28
dikembangkan dan dibuat oleh badan-badan pemerintah dan pejabat-pejabat

pemerintah53.

Easton mendefinisikan kebijakan publik sebagai pengalokasian nilai-nilai

kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Hanya

pemerintah yang dapat melakukan suatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan

tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah sebagai bentuk

dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat 54.

Aktor mempunyai posisi yang strategis bersama faktor kelembagaan

(institusi) kebijakan itu sendiri. Interaksi para aktor dan lembaga yang menentukan

proses dan strategi yang dilakukan oleh komunitas kebijakan dalam makna yang lebih

luas55.

2. Pengertian Analisis Kebijakan

Dalam mengatasi permasalahan konflik, khususnya pencegahan dan penanganan

konflik sosial, diperlukan sebuah kebijakan untuk mengaturnya. Kebijakan ini adalah

kebijakan yang menyangkut orang banyak. Kebijakan merupakan keputusan politis

yang diambil oleh pemerintah sebagai bagian dari sikap pemerintah guna

memecahkan sebuah persoalan publik.

Kebijakan yang dikeluarkan memiliki tahap yang berbeda, dari tingkat pusat

sampai daerah. Oleh karena itu, penting kiranya mengetahui arah sebuah kebijakan

53
James E. Anderson, Public Policy Making, New York NJ: Holt , Rinehart and Winston, 1979, hal. 3
54
Muhlis Madani, Kebijakan Publik, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011. Hal. 36
55
Ibid, Hal. 36

29
dan dampak dari sebuah kebijakan tersebut dengan melakukan analisis terhadap

kebijakan56.

Dalam ilmu sosial analisis kebijakan merupakan penelitian sosial terapan yang

secara sistematis disusun dalam rangka mengetahui substansi dari kebijakan agar

dapat diketahui secara jelas informasi mengenai masalah-masalah yang dijawab oleh

kebijakan dan masalah-masalah yang timbul sebagai akibat dari penerapan

kebijakan.Selain itu, sebagai metode penelitian dan pengkajian guna menghasilkan

informasi-informasi kebijakan yang relevan guna pemecahan masalah 57.

Analisis kebijakan menurut William N.Dunn yakni aktivitas menciptakan

pengetahuan yang relevan dari kebijakan dengan tujuan untuk dapat meningkatkan

dan memperbaiki suatu kebijakan. Dalam bukunya, William Dunn menjelaskan

mengenai analisis kebijakan yang berorientasi pada masalah yang terdiri dari lima

tipe informasi yang relevan kebijakan yang ditransformasikan dari satu ke lainnya

dengan menggunakan lima prosedur analisis kebijakan. Penggunaan prosedur analisis

kebijakan (perumusan masalah, peramalan, rekomendasi pemantauan dan penilaian

atau evaluasi) memungkinkan analisis mentransformasikan satu tipe informasi ke tipe

informasi lainnya. Informasi dan prosedur bersifat saling tergantung, mereka terkait

didalam proses dinamis transformasi informasi kebijakan.

Oleh karena itu, komponen-komponen informasi kebijakan (masalah kebijakan,

kinerja kebijakan, masa depan kebijakan, aksi kebijakan, hasil kebijakan)

56
Dian Fitriani Afifah&Neneng Yani Yuningsih.Analisis Kebijakan Pemerintah tentangPencegahan
dan Penanganan KorbanPerdagangan (Trafficking) Perempuan dan Anak di Kabupaten Cianjur.
Jurnal Ilmu PemerintahanCosmogov, Vol.2 No.2, Oktober 2016
57
A. Syamsu Alam. Analisis Kebijakan Publik Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian
Implementatif.jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan Vol. 1 No. 3 Juni 2012.

30
ditransformasikan dari satu ke yang lainnya dengan menggunakan prosedur analisis

kebijakan. Berikut adalah bagan analisis kebijakan menurut William Dunn beserta

penjelasan singkatnya.

Bagan 1.1 Analisis Kebijakan yang Berorientasi pada Masalah

Kinerja
Kebijakan

Evaluasi Perumusan Peramalan


masalah

Kinerja Masa depan


Perumusan Masalah Perumusan
Kebijakan Kebijakan
masalah kebijakan masalah

Perumusan
Pemantauan masalah Rekomendasi

Aksi
Kebijakan

Sumber : Buku Pengantar Analisis Kebijakan Publik William N. Dunn, hal 21


tahun 2003.

Kelima tipe informasi yang relevan dengan kebijakan yakni masalah

kebijakan, kinerja kebijakan, masa depan kebijakan, aksi kebijakan dan hasil

kebijakan saling berhubungan dan saling bergantung. Tanda panah yang

menghubungkan setiap komponen informasi menggambarkan proses dinamis dimana

31
satu tipe informasi dipindahkan ke informasi lain dengan menggunakan prosedur

analisis yang tepat (perumusan masalah, peramalan, rekomendasi, pemantauan dan

evaluasi).

Bentuk analisis kebijakan terdiri atas (1) analisis kebijakan prospektif, (2) analisis

kebijakan retrospektif, (3) analisis kebijakan yang terintegrasi. Hubungan antara

komponen-komponen informasi kebijakan dan metode-metode analisis kebijakan

memberi landasan untuk membedakan tiga bentuk utama analisis kebijakan dengan

merujuk William N. Dunn:

1. Analisis kebijakan prospektif berupa produksi dan transformasi informasi

sebelum aksi kebijakan tersebut dimulai dan diimplementasikan.

2. Analisis kebijakan retrospektif, dijelaskan sebagai penciptaan dan

transformasi informasi sesudah aksi kebijakan dilakukan. Indikator yang

digunakan dalam analisis kebijakan retrospektif yakni perumusan masalah,

pemantauan (deskripsi/implementasi kebijakan) serta evaluasi (penilaian

kebijakan). Mencakup berbagai tipe kegiatan yang dikembangkan oleh tiga

kelompok analisis:

a. Orientasi pada disiplin

b. Orientasi pada masalah

c. Orientasi pada aplikasi

3. Analisis kebijakan yang terintegrasi merupakan gabungan antara analisis

prospektif dan retrospektif. Analisis ini cenderung kepada penciptaan

transformasi kebijakan sebelum dan sesudah tindakan kebijakan dilakukan.

32
Pengertian lain mengenai analisis kebijakan dikemukakan oleh Dunn,yang

menyatakan bahwa secara umum analisis kebijakan dapat dikatakan sebagai suatu

aktivitas intelektual dan praktis yang ditujukan untuk menciptakan, secara kritis

menilai dan mengkomunikasikan pengetahuan tentang dan di dalam proses

kebijakan58.

Analisis kebijakan adalah awal, bukan akhir, dari upaya memperbaiki proses

pembuatan kebijakan. Selain itu analisis kebijakan dikemukakan oleh Suharto yaitu

sebagai usaha yang terencana dan sistematis dalam membuat analisis atau asesmen

akurat mengenai konsekuensi-konsekuensi kebijakan, baik sebelum maupun sesudah

kebijakan tersebut diimplementasikan59.

Dalam analisis kebijakan suatu keharusan bagi perumusan kebijakan, namun

tidak terlalu ditekankan pada implementasi kebijakan dan lingkungan kebijakan.Pada

implementasi kebijakan dan lingkungan kebijakan biasanya dilakukan evaluasi.

Namun demikian, evaluasi kebijakan merupakan bagian dari analisis kebijakan yang

lebih bersifat berkenaan dengan prosedur dan manfaat dari kebijakan60.

3. Pengertian Kebijakan Sosial dan Kebijakan Publik

Kebijakan sosial merupakan salah satu bentuk dari kebijakan publik.Kebijakan

sosial merupakan ketetapan pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu yang

bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosial atau memenuhi kebutuhan

58
Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik (Edisi kedua). Terjemahan Samodra
Wibawa, dkk. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal.44
59
Edi Suharto (2010) Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan
Sosial, Cetakan ke lima, Penerbit Alfabeta, Bandung. Hal. 85
60
A. Syamsu Alam. Analisis Kebijakan Publik Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian
Implementatif. jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan Vol. 1 No. 3 Juni 2012.hal 83

33
masyarakat banyak61. Selain itu, kebijakan sosial yakni suatu kebijakan menyangkut

masyarakat secara keseluruhan yang didalamnya terdiri dari berbagai aspek meliputi

aspek sosial, politik maupun aspek ekonomi.

Pandangan Blackmore and Griggs mendefinisikan tujuan kebijakan sosial sebagai

berikut:

“Kebijakan sosial merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan


kesejahteraan sosial (meskipun seringkali mengalami kegagalan) serta untuk
memenuhi kebutuhan individu seperti pendidikan, kesehatan, perumahan dan
jaminan sosial”62.

Dapat dikatakan bahwa kebijakan sosial merupakan upaya pemerintah untuk

meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara luas melalui pemberian beragam

tunjangan pendapatan, pelayanan kemasyarakatan dan program-program tunjangan

sosial lainnya. Sebagai bentuk dari kebijakan publik, kebijakan sosial memiliki fungsi

yang terdiri dari fungsi preventif (pencegahan), fungsi kuratif (penyembuhan) dan

fungsi pengembangan (developmental).

Kebijakan sosial diwujudkan dalam tiga kategori, yakni perundangan-undangan,

program pelayanan sosial dan sistem perpajakan. Berdasarkan kategori kebijakan

sosial, setiap perundang-undangan, hukum atau peraturan daerah yang menyangkut

masalah sosial dan kehidupan sosial merupakan wujud dari kebijakan sosial. Namun,

tidak semua kebijakan sosial berbentuk perundang-undangan63.

61
A. Syamsu Alam. Analisis Kebijakan Publik Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian
Implementatif. jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan Vol. 1 No. 3 Juni 2012.hal 84
62
Blackmore, Ken. and Edwin Griggs. 2007. “Social Policy an Introduction”. New York : McGraw-
Hill. Hal 1
63
Midgley, James, Martin B. Tracy dan Michelle Livermore (2000), “Introduction:Social Policy and
Social Welfare” dalam James Midgley, Martin B. Tracy dan Michelle Livermore (ed), The Handbook
of Social Policy, London:Sage, halaman xi-xv

34
Pakar Inggris, W.I. Jenkins merumuskan kebijakan publik sebagai berikut:

“Kebijakan publik yakni serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang


diambil oleh seorang aktor politik atau sekelompok aktor, berkenaan dengan
tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu
situasi.Keputusan-keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batas-
batas kewenangan kekuasaan dari para aktor tersebut”64.

Secara umum kebijakan publik lebih luas dari kebijakan sosial. Contoh kebijakan

publik antara lain, kebijakan transportasi, jalan raya, air bersih, pertahanan dan

keamanan. Sedangkan contoh dari kebijakan sosial yakni, kebijakan mengenai

jaminan sosial seperti bantuan sosial dan asuransi sosial yang umumnya dibagikan

bagi kelompok miskin atau rentan.

Setiap negara memiliki perbedaan dalam mengkategorikan kebijakan publik dan

kebijakan sosial. Inggris misalnya, kebijakan mengenai air bersih termasuk kebijakan

sosial. China, kebijakan sosial mencakup pemberian makanan dan pakaian kepada

masyarakat yang kurang mampu. Sedangkan Belanda kegiatan-kegiatan kebudayaan

merupakan bagian penting dari kebijakan sosial65.

Dari penjelasan diatas kebijakan sosial merupakan kebijakan kesejahteraan, yakni

kebijakan pemerintah yang secara khusus melibatkan program-program pelayanan

sosial bagi kelompok-kelompok yang kurang beruntung yakni para Pemerlu

Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS), seperti keluarga miskin, anak terlantar,

64
Abdul Wahab, Solichin. 2012. Analisis Kebijakan: Dari Formulasi kepenyusunan Model-Model
Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.hal.15
65
Spicker, Paul (1995), Social Policy: Themes and Approaches, London: Prentice Hall

35
pekerja anak, korban HIV/AIDS, penyalahguna narkoba dan kelompok rentan

lainnya, baik secara ekonomi maupun psikososial66.

Adapun kerangka pemikiran atau siklus yang berkenaan dengan analisis kebijakan

sosial yaitu sebagai berikut :

gambar 1.1 Model Analisis Kebijakan Sosial

Model Analisis Kebijakan Sosial

Sebelum implementasi kebijakan sesudah

KONSEKUENSI-KONSEKUENSI KEBIJAKAN

Model propspektif Model integratif Model retrospektif

Sumber: William N Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik,2000.

Dalam penelitian ini model analisis kebijakan menggunakan model kebijakan

retrospektif, yakni sebagai penciptaan dan transformasi informasi analisis kebijakan

yang dilakukan terhadap akibat-akibat kebijakan setelah suatu kebijakan di

implementasikan atau sudah terlaksana. Model analisis kebijakan retrospektif

mencakup berbagai tipe kegiatan yang dikembangkan oleh tiga kelompok analis,

yaitu :

1. Analisis yang berorientasi pada disiplin, pada analisis ini jarang menghasilkan

informasi yang secara langsung bermanfaat untuk merumuskan pemecahan

atas masalah-masalah kebijakan, terutama karena variable-variabel yang

66
Suharto, Edi (2005), “ Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan
Kebijakan Sosial, Bandung:Alfabeta.

36
paling relevan bagi penguji-penguji teori ilmiah umum juga jarang dapat

digunakan oleh pembuat kebijakan untuk melakukan manipulasi kebijakan.

2. Analisis yang berorientasi pada masalah, para analisis yang berorientasi pada

masalah kadang kurang menaruh perhatian pada pengembangan dan

pengujian teori-teori yang dianggap penting di dalam disiplin ilmu sosial,

tetapi lebih menaruh perhatian pada identifikasi variabel-variabel yang dapat

dimanipulasi oleh para pembuat kebijakan untuk mengatasi masalah. Analisis

yang berorientasikan pada masalah jarang menyajikan informasi mengenai

tujuan dan sasaran kebijakan yang spesifik dari para pembuat kebijakan.

3. Analisis yang berorientasi pada aplikasi, menerangkan sebab dan konsekuensi

kebijakan-kebijakan dan program publik, tetapi tidak menaruh perhatian

terhadap pengembangan dan pengujian teori-teori dasar. Melakukan

identifikasi tujuan dan sasaran kebijakan dari para pembuat kebijakan dan

pelaku kebijakan. Informasi mengenai tujuan-tujuan dan sasaran kebijakan

memberi landasan bagi pemantauan dan evaluasi hasil kebijakan yang

spesifik, yang dapat digunakan oleh praktisi untuk merumuskan masalah-

masalah kebijakan, mengembangkan alternative kebijakan baru dan

merekomendasikan arah tindakan untuk memecahkan masalah.

Berdasarkan bentuk analisis kebijakan yang telah diuraikan di atas, penelitian

yang menggunakan bentuk analisis kebijakan retrospektif ini ingin memfokuskan

pengembangan informasi setelah aksi kebijakan dilakukan dan orientasi pada aplikasi

digunakan oleh peneliti karena dapat memberikan informasi kepada pembuat

37
kebijakan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah serta meningkatkan

kualitas kebijakan yang telah dibuat oleh organisasi atau lembaga pemerintah.

4. Pengertian Keserasian Sosial

Keserasian sosial hakekatnya merupakan salah satu model pemberdayaan

masyarakat yang dapat dioptimalkan untuk mencegah konflik sosial ditingkat paling

dasar. Keserasian sosial adalah proses hubungan sosial dan interaksi sosial yang

dinamis antar warga yang menjamin terwujudnya hidup berdampingan secara damai

berdasarkan persamaan antara hak, kewajiban dan tanggung jawab yang dilandasi

oleh kebersamaan, persaudaraan sejati dan kesetiakawanan sosial67.

Pengertian mengenai keserasian sosial sendiri menurut Hartoyo

mengemukakan bahwa:

“Keserasian sosial merupakan kondisi kehidupan manusia yang dinamis


dipelbagai bidang yang mencakup bidang-bidang sosial budaya, ekonomi,
politik, dan teknologi, di dalam kehidupan antar individu dan antar kelompok di
dalam masyarakat yang ditandai antara lain oleh adanya kerjasama, akomodasi,
akulturasi dan atau asimilasi”68.

Ada dua hal yang perlu dimaknai yakni keserasian sosial sebagai tujuan yang

berkaitan dengan proses mewujudkan kehidupan dan penghidupan sosial yang

harmonis antar warga dan keserasian sosial sebagai proses mewujudkan tujuan yakni

serangkaian kegiatan yang diarahkan untuk mewujudkan tujuan ini yaitu

terpeliharanya perdamaian secara berkelanjutan di lingkungan masyarakat 69.

67
Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial.2017. Petunjuk Teknis Bantuan Keserasian
Sosial. Jakarta: Hal 15
68
Hartoyo, 1996. Tesis, Keserasian Hubungan Antar Etnik, Faktor Pendorong dan Pengelolaannya,
Jakarta: FISIP UI.hal 12.
69
Ibid, Hal 15

38
Nilai yang mendukung keserasian sosial adalah (1) mengandalkan kekuatan

lokal, (2) prakarsa dari bawah yakni keserasian sosial tumbuh dan berkembang dari

proses inisiasi dari masyarakat lokal, (3) memperkuat kepemimpinan lokal, (4)

memperkuat kepranataan lokal sebagai wadah pertukaran komunikasi, informasi,

edukasi dan persuasi antar warga yang berbeda sekaligus sebagai agen keserasian

sosial di tingkat hulu, (5) mengoptimalkan proses dan mekanisme lokal, (6)

mengandalkan keterampilan lokal sebagai teknologi pencegahan konflik sosial70.

Selanjutnya, Wirutomo,mengemukakan bahwa keserasian sosial yakni :

“Menunjuk pada kualitas tertentu dari keteraturan sosial, yaitu keteraturan


sosialyang menghasilkan perkembangan sosial (socialsustainability) bagi
seluruh sistem maupun unsur-unsurnya. Keteraturan sosial tidak selalu
berhasilmencapai suatu kualitas keserasian yang tinggi karena keteraturan sosial
sering hanya didefinisikan sebagai keadaan yang tanpa konflik. Padahal
keadaan yang tanpa konflik itu justru merupakan kondisi yang seringkali
terdapat suatu ketimpangan sosial yang meluas dan mendalam”71.

Oleh sebab itu, keserasian sosial pada dasarnya lebih mewujudkan pada

pendekatan “community building”. Pendekatan ini merupakan salah satu paradigma

pekerjaan sosial yang mendudukan inisiasi lokal sebagai gagasan utama 72. Komunitas

lokal diberikan kewenangan untuk mengelola kemampuan sendiri secara otonom.

Membangun masyarakat aktif adalah karateristik utama dari pendekatan ini.

Masyarakat aktif yang dimaksud adalah warga yang memiliki kemampuan untuk

pengendalian diri dengan kekuatan dan kemampuan yang dimiliki. Proses ini

70
Ibid, Hal 16
71
Wirutomo, Paulus, 1992. Pedoman Studi Kualitatif Pemantauan Keserasian Sosial, Jakarta:
Laboratorium Sosiologi FISIP UI.Hal 1.
72
Ibid, Hal 16

39
bergerak secara stimulan seiring dengan kebutuhan fungsional dari komunitas

sendiri73.

Unsur yang sangat penting dalam keserasian sosial yakni kemampuan

masyarakat untuk melakukan kesiapsiagaan sosial secara dini terhadap potensi

konflik sosial di lingkungannya, melakukan deteksi dini dan mitigasi (mengurangi

resiko konflik sosial secara lebih luas). Oleh karena itu, kegiatan utama keserasian

sosial terletak pada (1) penilaian resiko, (2) perencanaan siaga, (3) mobilisasi

sumberdaya, (4) pendidikan dan pelatihan, (5) koordinasi, (6) mekanisme respon, (7)

peringatan dini, (8) manajemen informasi dan (9) gladi/ simulasi 74. Oleh karena itu,

keserasian sosial dapat dikatakan sebagai tata kehidupan sosial yang dilandasi

semangat saling menghargai, saling menghormati antar warga dan antar komunitas

masyarakat lokal75.

73
Ibid, Hal 16-17
74
Ibid, Hal 16-17
75
Dit.BSKBS Depsos RI. 2006. Panduan Kegiatan Penguatan Keserasian Sosial Korban Bencana
Sosial,Jakarta: Hal.20

40

Anda mungkin juga menyukai