Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL ILMIAH

ANALISIS MENINGKATNYA ANGKA PENGANGGURAN


Artikel Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Pembangunan
Dan Perubahan Sosial

Disusun Oleh:
Fasya Yasin Nurahman (1910411239)
Prada Surya P. (2319915048)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” JAKARTA
2023
A. Latar belakang
Pengangguran menjadi ancaman bagi setiap daerah jika pemerintah daerah tidak
memperhatikan kondisi perekonomian masyarakat setempat. Pengangguran terjadi karena
adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan tenaga kerja. Hal ini berarti jumlah
lamaran pekerjaan lebih rendah dibandingkan dengan meningkatnya pasokan pekerjaan. Apabila
masalah pengangguran tidak segera diatasi maka angka kemiskinan akan semakin meningkat.
Indonesia sendiri saat ini mempunyai angka pengangguran sebanyak 7,99 juta jiwa,
menurut data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, angka tersebut mewakili 5,45% dari total
angkatan kerja tahunan sebanyak 146,62 juta jiwa pekerja. Meski angka pengangguran masih
banyak, namun menurut BPS jumlah tersebut masih lebih baik dibandingkan jumlah
pengangguran pada tahun 2022. Berikut data 10 teratas angka pengangguran yang ada Indonesia
antara lain:
1. Banten (7,97%)
2. Jawa Barat (7,89%)
3. Kepulauan Riau (7,61%)
4. DKI Jakarta (7,57%)
5. Kalimantan Timur (6,37%)
6. Sulawesi Utara (6,19%)
7. Maluku (6,08%)
8. Sumatera Barat (5,90%)
9. Aceh (5,75%)
10. Papua Barat (5,53%)
Meskipun angka ini turun dibandingkan tahun sebelumnya, permasalahan ini
kemungkinan akan terus berlanjut jika tidak diatasi sepenuhnya, karena pengangguran dapat
menjadi penyebab permasalahan sosial lainnya, termasuk meningkatnya angka pengangguran,
meningkatkan angka kejahatan dan menciptakan kelas sosial yang lebih tinggi dalam masyarakat
antara si kaya dan si miskin.
Dengan demikian komunikasi pembangunan menjadi penting dalam penyelesaian
permasalahan tersebut, diantaranya pemerintah harus berperan aktif dalam mengkomunikasikan
segala upaya penyelesaian permasalahan pengangguran itu sendiri membutuhkan komunikasi
yang sinergi antara pemerintah dengan para pengangguran tentang apa yang diinginkan guna
meningkatkan skil mereka. Komunikasi tersebut dilakukan untuk menyamakan persepsi antara
pemerintah dengan kebutuhan yang ada .

B. Gambaran Permasalahan
Komunikasi yang dipimpin pemerintah dapat menjadi upaya revolusioner untuk
mempercepat penyelesaian masalah pengangguran. Terlaksananya kegiatan komunikasi tidak
lepas dari tujuan dari kegiatan komunikasi itu sendiri. Dikutip oleh Effendy (2009:8) dalam buku
berjudul “Dimensi Komunikasi” Pengikut: (Pertama)”, perubahan sosial/partisipasi sosial,
khususnya memberikan berbagai informasi kepada masyarakat dengan tujuan akhir memperoleh
dukungan dan partisipasi masyarakat serta bertujuan untuk menyampaikan informasi yang
diyakini; (2). Perubahan sikap, khususnya dalam kegiatan pemberian informasi yang beragam
kepada masyarakat untuk kepentingan umum, perubahan sikap; (3). Mengubah sikap, termasuk
memberikan informasi yang beragam kepada masyarakat dengan tujuan akhir mengubah opini
dan persepsi masyarakat; (4) Perubahan perilaku. Tujuannya adalah membuat masyarakat
mengubah perilakunya.
Tujuan komunikasi yang diuraikan di atas merupakan bagian dari konsep komunikasi
perkembangan yang dikemukakan oleh Effendy. Menurut Effendi (2006: 92) dalam penelitian
Mahmud (2007) menjelaskan bahwa komunikasi pembangunan adalah suatu proses
penyampaian pesan seseorang atau sekelompok orang kepada masyarakat guna mengubah sikap,
pendapat, dan perilakunya guna memperbaiki kehidupannya. dan kepuasan batin.. Yang menjadi
tema umum di sini adalah tujuan komunikasi selama perkembangan ini fokus pada perubahan
yang diinginkan komunikator untuk komunikator (yaitu sikap, perilaku dan pendapat
masyarakat).
Penerapan komunikasi pembangunan untuk mendukung peningkatan kapasitas sumber
daya manusia (SDM) memiliki empat aspek dalam pengembangan kualitas manusia. Menurut
Sutaryo (2005: 279) menguraikannya sebagai berikut: (Pertama). Peningkatan kapasitas harus
mencakup peningkatan kapasitas, apa yang harus dilakukan masyarakat untuk meningkatkan
kemampuan dan pengambilan keputusan mereka di masa depan; (2). Keadilan dan pembangunan
harus mendorong kesetaraan dan kenikmatan semua kelas dalam masyarakat. Perhatian yang
tidak seimbang terhadap berbagai kelompok dalam masyarakat dapat menyebabkan perpecahan
sosial, menghancurkan dan melemahkan kemampuannya; (3). Pemberdayaan dan pembangunan
yang bermakna akan memberikan kekuasaan dan kewenangan yang lebih besar kepada
masyarakat apabila mereka mempunyai kewenangan yang memadai (masyarakat lemah); (4)
Pembangunan berkelanjutan tidak berhenti sampai di situ. Karena pembangunan bersifat
berkelanjutan, maka pembangunan harus ditinjau dan dipantau untuk memastikan keberlanjutan
di masa depan. Mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas memerlukan kerja sama
yang terintegrasi antara pemerintah desa dan masyarakat lokal.
Informasi lengkap mengenai kebutuhan masyarakat. Untuk mendapatkan informasi dari
masyarakat, ada beberapa model yang diberikan Jack Rothman dalam Suharto (2007) yang
dikutip dalam artikel Gunadi (2012), yaitu: “Pengembangan masyarakat lokal, perencanaan
sosial dan aksi sosial. Ketiga model ini saling berinteraksi, masing-masing komponen dapat
digunakan tergantung kebutuhan dan kondisi masyarakat saat ini.
Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Mengembangkan komunitas lokal, adalah proses yang bertujuan untuk menciptakan
kemajuan sosial dan perekonomian bagi masyarakat, melalui partisipasi aktif dan inisiatif
para anggotanya masyarakat itu sendiri. Pengembangan masyarakat lokal lebih
mengutamakan tujuan proses dibandingkan tujuan hasil atau tugas.
b) Perencanaan sosial, mengacu pada proses pragmatis untuk menentukan keputusan dan
menentukan tindakan dalam menyelesaikan beberapa masalah sosial seperti anak
terlantar dan kriminalitas pemuda, kemiskinan dan kesehatan masyarakat. Selain daripada
pengembangan komunitas lokal, lebih banyak perencanaan sosial tentang hasil atau tugas.
Pekerja sosial berperan sebagai perencana masyarakat memandang pelanggan sebagai
konsumen atau penerima jasa.
Partisipasi penerima manfaat layanan dalam proses pengembangan kebijakan, penetapan
tujuan dan pemecahan masalah bukanlah prioritas, karena pengambilan keputusan dilakukan
oleh pekerja sosial organisasi resmi. dengan). Aksi sosial, pendekatan aksi sosial ini didasarkan
pada perspektif masyarakat adalah suatu sistem yang sering kali ditampilkan oleh pelanggan
korban ketidakadilan struktural, artinya mereka miskin karena miskin, mereka tidak mempunyai
kekuasaan dan mereka lemah karena dilemahkan oleh elit sosial yang menguasai sumber daya
ekonomi, politik dan sosial.
C. Target dan Sasaran
Target atau sasaran utama dari dijalankannya program ini adalah pemerintah dimana ia
adalah pemeran kunci dalam mengatasi permasalahan ini. Selain pemerintah adalah pihak
regulator, pemerintah juga merupakan pihak yang mempunyai wewenang yang absolut dalam
menjawab permasalahan meningkatnya angka pengangguran.
Dalam menjalankan komunikasi pembangunan dalam rangka mengatasi permasalahan
atau isu mengenai meningkatnya angka pengangguran, diperlukan sebuah strategi, model, dan
juga jenis pendekatan yang harus dipersiapkan. Terdapat berbagai model komunikasi
pembangunan yang dapat dijalankan dalam rangka menjawab isu mengenai masih tingginya
angka pengangguran di Indonesia. Model-model tersebut antara lain:
a. Persuasif
Model komunikasi persuasif merupakan model komunikasi yang bertujuan untuk
mengubah perilaku manusia untuk mendukung pembangunan. Model ini
didasarkan pada teori perubahan sikap yang menyatakan bahwa perubahan
perilaku dapat terjadi melalui perubahan sikap.
b. Pemberdayaan
Model Komunikasi Pembangunan Pemberdayaan merupakan suatu metode
komunikasi yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
proses pembangunan. Model Komunikasi Pembangunan Pemberdayaan
menekankan pada komunikasi dua arah dan dialog partisipatif. Komunikasi tidak
hanya informatif tetapi juga kolaboratif dan dialogis. Masyarakat tidak hanya
berperan sebagai penerima informasi namun juga sebagai pengambil keputusan
dan pelaksana pembangunan.
c. Dialogis
Model komunikasi pembangunan dialog merupakan metode komunikasi yang
menekankan pada dialog dan diskusi terbuka antar berbagai pemangku
kepentingan, baik masyarakat, pemerintah, dan swasta. Model komunikasi dialog
pembangunan bertujuan untuk membangun pemahaman dan kesepakatan
bersama di antara berbagai pemangku kepentingan mengenai isu-isu
pembangunan dan solusinya. Model ini juga bertujuan untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan.

D. Analisis
Dalam hal menjawab isu meningkatnya angka pengangguran terutama di Indonesia,
peran komunikasi yang dilakukan pemerintah sangatlah sentral. Dengan kata lain, penggunaan
strategi komunikasi pembangunan yang tepat serta teori yang benar akan mampu mempermudah
pihak pemerintah dalam menjawab isu tersebut. Selain itu, dengan diadakannya perencanaan
strategi yang matang, pihak pemerintah dapat menyelesaikan masalah ini dengan cepat dan juga
akurat.
Kami memiliki rekomendasi salah satu teori komunikasi pembangunan yang dapat
digunakan dalam rangka menyelesaikan masalah ini. Teori tersebut adalah teori komunikasi
pembangunan sebagai perubahan sosial. Teori ini didasarkan pada asumsi-asumsi:
1. Komunikasi merupakan suatu metode yang kompleks dimana hal ini melibatkan
banyak elemen (komunikator, pesan, media,dan juga komunikan.
2. Komunikasi mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi sikap/watak dan nilai
sebuah masyarakat.
3. Pembangunan merupakan sebuah cara dalam perubahan sosial yang memiliki
tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Teori komunikasi pembangunan sebagai proses perubahan sosial berpendapat bahwa


komunikasi pembangunan dapat berperan dalam mendorong perubahan sosial. Komunikasi
pembangunan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap permasalahan pembangunan,
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, dan menyusun kebijakan dan
program pembangunan yang efektif. Oleh karena itu, komunikasi untuk pembangunan dapat
menjadi alat penting untuk mencapai tujuan pembangunan.
Berdasarkan uraian target/sasaran, dengan menggunakan pendekatan/strategi komunikasi
pemberdayaan dimana model komunikasi ini menggabungkan model persuasif/partisipatif
dengan dialogis. Selain itu, model komunikasi ini didasarkan pada prinsip-prinsip pemberdayaan
itu sendiri, antara lain:
1. Kesadaran, Pihak masyarakat mempunyai kesadaran mengenai kebutuhan dan
potensinya sendiri.
2. Kemampuan, Pihak masyarakat mempunyai kemampuan dalam rangka
mengambil keputusan serta tindakan untuk memenuhi kebutuhannya.
3. Kontrol, Pihak masyarakat mempunyai kontrol akan proses pembangunan yang
sedang berlangsung.
Data menunjukan bahwa model ini telah terbukti efektif dalam meningkatkan tingkat
partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan. Berikut adalah contoh dari program
komunikasi pembangunan dan perubahan sosial dengan menggunakan metode pemberdayaan
ini:
1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM
Mandiri)
Dalam program ini, pemerintah selaku penyelenggara strategi menggunakan
model komunikasi partisipatif pemberdayaan dalam rangka melibatkan
masyarakat dalam hal perencanaan dan juga pelaksanaan program.
2. Program Keluarga Berencana (KB)
Melalui program KB ini, pemerintah menggunakan model komunikasi dialogis
pemberdayaan dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai
pentingnya berpartisipasi dalam program keluarga berencana ini.
3. Program Gerakan Nasional Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (GNP EM)
Pemerintah melalui program GNP EM ini menggunakan model/pendekatan
komunikasi pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan tingkat
kesejahteraan ekonomi mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Adhi, S., & Rustika, R. (2019). Komunikasi pembangunan: Teori dan praktik. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Qadir, A., & Khumaedi, T. (2022). Model Komunikasi Pembangunan Dalam Program Strategis
Pembangunan Ekonomi dan Kelembagaan Kampung At-Tawasul: Jurnal Komunikasi dan
Penyiaran Islam, 2(1), 44-49.
Rogers, E. M. (1985). Diffusion of innovations. New York: The Free Press.
Suharto, E. (2023). Komunikasi Pembangunan: Peran dan Strategi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Westley, B. H., & MacLean, M. (1997). Strategic communication: Lessons from the past,
insights for the future. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates.

Anda mungkin juga menyukai