Anda di halaman 1dari 6

E.

KAJIAN TEORI

1. Kekerasan Anak

2. Penyuluh Sosial

3. Pengertian partisipatoris dan Advokatif

a. Partisipatoris

Pengertian partisipatoris memiliki beragam pengertin, antara lain seperti yang


pengertian partisipatoris dalam kamus besar bahasa Indonesia bahwa, partisipatoris
memiliki 1 arti. Partisipatoris memiliki arti dalam kelas adjektiva atau kata sifat
sehingga partisipatoris dapat mengubah kata benda atau kata ganti, biasanya dengan
menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih spesifik. Demikian arti partisipatoris
makna pengertian dan definisi berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Online dan sumber lainnya. Arti: Partisipatoris berarti keadaan memberi kesempatan
berpartisipasi: melalui berbagai pertemuan yang terbuka dan partisipatoris, suara yang
dicakup makin luas.
Pendapat Branson (1998: 15-16) mengemukakan mengenai kata-kata untuk
lebih memahami mengenai kecakapan intelektual. Berikut ini adalah kata-kata yang
biasa digunakan untuk mengidentifikasi kecakapan partisipatoris:
Kemampuan partisipatoris:
a. Kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan dan keputusan dengan bekerjasama
dengan yang lain.
b. Memaparkan dengan gamblang suatu masalah yang penting sehingga membuatnya
diketahui oleh para pembuat kebijakan dan keputusan.
c. Membangun koalisi, negosiasi, kompromi, dan mencari konsensus.
d. Mengelola konflik.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mengenai kecakapan
partisipatoris dilihat dari bagaimana kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan dan
mengambil keputusan melalui kerjasama dengan pihak lain, mampu memberikan
penjelasan sehingga suatu masalah yang dipaparkan dapat diketahui oleh pembuat
kebijakan keputusan, kemudian mampu mengelola konflik dimanapun individu tersebut
berada.
Berdasarkan pengertian pendapat di atas dikaitkan dengan judul penelitian
partisipatori advokatif penyuluh sosial terhadap tindak kekerasan anak, dalam
mengoptimalkan partisipasi dalam penanggulangan kekerasan terhadap anak baik
dalam penanganan maupun pencegahan secara komperhensip, dengan perlu melibatkan
berbagai unsur terkait antara lain dinas dan lembaga terkait, dan penyuluh sosial terkait.

b. Advokatif
Advokatif yang sering disebutnya dengan advokasi, pengertian advokasi
dikemukakan oleh berbagai ahli antara lain Insist Pers, 2002, advokasi adalah aksi
aksi sosial, politik dan budaya yang dilakukan secara terencana, terstruktur, dan
dilakukan secara terkumpul (kolektif), mengikutsertakan berbagai taktik termasuk
lobby, kampanye (campaign), mendirikan koalisi, memberikan tekanan aksi massa,
serta riset yang digunakan untuk mengubah kebijakan.
Zastrow pada tahun 1982 mengatakan advokasi sebagai aktivitas memberikan
pertolongan terhadap klien untuk mencapai layanan (service) yang mereka telah
ditolak sebelumnya dan memberikan ekspansi terdadap layanan tersebut agar banyak
orang yang terwadahi
Pengertian advokasi menurut Sheila Espine Vilaluz ialah aksi strategis dan
terpadu yang dilakukan oleh indivudu maupun kelompok untuk memberi masukan isu
ataupun masalah kedalam rancangan dan rencana kebijakan. Serta advokasi dapat
berarti membangun suatu basis pendukung terhadap kebijakan publik yang diambil
guna menyelesaikan persoalan yang ada. Selanjutnya Kaminski dan Walmsley pada
tahun 1995 berpendapat bahwa pengertian advokasi: “Merupakan suatu pekerjaan
yang memberikan petunjuk atas keunggulan pekerjaan sosial dibandingkan profesi
yang lain. Selain itu “advokasi” diartikan sebagai aksi dalam mengubah kebijakan.
Scheneider menerangkan bahwa pengertian advokasi tidak lengkap tanpa
tercapainya kriteria kejelasan (clarify), measurable (dapat diukur), dapat dibatasi
(limited), tindakan terarah (action-oriented), fokus terhadap aktivitas. Dia juga
memberikan arti advokasi sebagai pekerjaan sosial yang bersifat eksklusif dan
menguntungkan klien yang memiliki tujuan untuk mempengaruhi sistem pembuatan
keputusan yang terkadang tidak adil dan tidak responsif.
Sebagai kegiatan yang bertujuan untuk melakukan perubahan kebijakan publik maka
kegiatan Advokasi dapat didefenisikan sebagai, upaya nyata untuk memperbaiki atau
merubah suatu kebijakan publik sesuai dengan kehendak dan kepentingan mereka
yang mendesakan terjadinya perbaikan dan perubahan tersebut (Roem
Topatimasang, 2000). Dapat juga dikatakan advokasi merupakan kegiatan untuk
melakukan pembelaan terhadap perampasan hak-hak masyarakat maupun individu
baik dalam bidang Hukum maupun di luar Hukum untuk menciptakan persamaan dan
keadilan.
Berbagai pendapat advokasi tersebut di atas dapat dimaknai bahwa, advokasi adalah suatu
cara untuk mencapai tujuan tertentu. Lebih rinci, advokasi merupakan suatu usaha yang
sistematik dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya
perubahan kebijakan publik secara bertahap-maju, melalui semua saluran dan piranti
demokrasi perwakilan, proses-proses politik dan legislasi dalam sistem yang berlaku.
Sedangkan aktivis ataupun sebuah lembaga advokasi hanya sebagai pengantar
atau penghubung antar berbagai unsur progresif dalam masyarakat, melalui
terbentuknya aliansi-aliansi strategis yang memperjuangkan terciptanya keadilan
sosial termasuk di dalamnya korban kekerasan terhadap anak. Terkait dengan
penelitian ini advokasi merupakan kegiatan untuk melakukan pembelaan terhadap
perampasan hak-hak masyarakat maupun individu baik dalam bidang Hukum maupun
di luar Hukum untuk menciptakan persamaan dan keadilan.
Dalam implementasinya advokasi memiliki beragam bentuk, antara lain
memberikan perhatian khusus kepada upaya menggunakan komunikasi secara
persuasif untuk mempengaruhi para pengambil keputusan dan masyarakat secara luas
tentang isu-isu yang menyangkut kekerasan terhadap anak. Advokasi adalah alat atau
setrategi yang ampuh, dapat mempengaruhi keputusan-keputusan yang menyangkut
kekerasan anak untuk mendapatkan perlindungan dan memperoleh hak-haknya
dimata hukum.

F. DIFINISI OPERASIONAL:
1. Penyuluh sosial fungsional adalah, Pegawaai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas,
tangggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melakukan kegiatan penyuluhan bidang penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
2. Penyuluh sosial masyarakat adalah tokoh masyarakat (baik dari tokoh agama, tokoh adat,
tokoh wanita, tokoh pemuda), yang sudah dilatih yang diberi tugas tanggung jawab,
wewenang dan hak oleh pejabat yang berwenang di bidang kesejahteraan sosial (pusat
dan daerah) untuk melakukan kegiatan penyuluh bidang penyelanggara kesejahteraan
sosial.
G. KERANGKA PIKIR

H. METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini yang diimplementasikan dalam langkah penelitian sebagai


berikut.
1. Jenis penelitian ini mengabungkan dua metode (mix method), yaitu metode kuantitatif
dan metode kualitatif. Kedua metode tersebut memiliki kedudukan yang seimbang dan
saling melengkapi dalam analisis data.
2. Populasi dan sampel penelitian
a. Pengumpulan data utama: cuisenaire dilakukan dengan teknik wawancara berstruktur
terhadap: Penyuluh sosil kekerasan anak (penyuluh sosial fungsional maupun
penyuluh sosial masyarakat) sebagai responden. Pengumpulan data penunjang
(sebagai informannya adalah pejabat/lembaga terkait): dilakukan dengan teknik
wawancara terbuka, dipandu dengan panduan wawancara dan observasi bebas. Teknik
pengambilan kedua populasi tersebut dengan cara rendom.
b. Teknik pemilihan lokasi penelitian mengunakan random, dengan kriteria memiliki
jumlah penyuluh sosial sesuai kebutuhan penelitian dan tingkat korban kekerasan
anak cukup tinggi. Jumlah sampel masing-masing lokasi sebanyak 30 dari jumlah
tersebut terdiri dari responden dan informan.
Tabel 1
Pengambilan sampel
No Provinsi Kabupaten/Kota Sampel
1 Kota .................. 30
2 Jawa Barat Kabupaten ................... 30
3 Jawa Tengah 30
4 Daerah Istimewa Yogyakarta Kota Yogyakarta 30
(DIY) Kota Mataram
5 Nusa Tengara Barat Kota
6 Makasar
7
8
9
10
Jumlah ..........

c. Desk review, terhadap sejumlah kebijakan yang sudah dibuat oleh Kementerian sosial.

3. Analisis data: mengunakan teknik gabungan deskriptif-kuantitatif dengan deskriptif-


kualitatif. Data yang terkumpul dalam penelitian yang bersifat kuantitatif dengan statistik
deskriptif. Selanjutnya data bersifat kualitatif dianalisisis mengunakan teknik deskriptif
interpretatif.

I. ORGANISASI PENELITIAN
1. Konsultan : Satu (1) orang
2. Ketua Tim : Satu (1) orang
3. Sekretaris : Satu (1) orang
4. Anggota : Delapan (8) orang

J. Jadwal Penelitian

Bulan I Bulan II Bulan III


Jenis Kegiatan
w.1 w.2 w.3 w.4 w.1 w.2 w.3 w.4 w.1 w.2 w.3 w.4
Penyusunan TOR,
x x
Desain & Instrumen
Konsultasi Desain &
x
Instrumen
Pengumpulan data x x
Pengolahan dan Analisis
x x x x
data
Penyusunan laporan x x x x
Konsultasi hasil
x
penelitian
Seminar hasil penelitian x
Revisi hasil penelitian x x
Pencetakan laporan x

K. KAJIAN PUSTAKA

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial. 2017,


Kekersan Seksual Anak, Yogyakarta, Penerbit: B2P3KS PRESS
Branson.1998,................................
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Kaminski dan Walmsley pada tahun 1995
Kementerian Sosial. 2014, Bersama Penyuluh Sosial Kita Bangun Indonesia Sejahtera,
Edisi 26 Penyandang Masalah kesejahteraan Sosial dan 12 Potensi dan Sumber
Kesejahteraan Sosial, Jakarta, Penerbit: Pusat Penyuluhan Sosial, Kemententerian
Sosail RI.
Kementerian Sosial. 2013, Petunjuk Pelaksanaan Peyuluhan Sosial, Jakarta, Penerbit: Pusat
Penyuluhan Sosial, Kemententerian Sosail RI.
......................, 2002, Pengertian Advokasi, Penerbit: Insist Pers.

Roem Topatimasang, 2000, Mengubah kebijakan Publik, Penerbit: Insist Press

Kementerian Sosial. 2013, Pedoman Penyuluhan sosial, Jakarta, Penerbit: Pusat


Penyuluhan Sosial, Kemententerian Sosail RI.
Zastrow. 1982,

Anda mungkin juga menyukai