Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENELITIAN ADVOKASI SHEEP

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Advokasi
Dosen Pengampu : Nur Khoiriyah, MA

Disusun Oleh:
Rona

Nisrina Ulayya
Lu’luil Maknun
A’immatul Musthoifah
Muhammad Abdul Karim

PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


INSTITUT PESANTREN MATHALIUL FALAH
PURWOREJO-MARGOYOSO-PATI
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

1|Page
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menyadari serta memahami bahwa pembangunan bukanlah untuk
segolongan atau sekelompok masyarakat tertentu saja. Tetapi untuk
seluruh rakyat Indonesia mempunyai hak sama dalam proses pelaksanaan
hingga menikmatinya. Jelaslah bahwa keberhasilan pembangunan nasional
bergantung dari partisipasi seluruh rakyat serta sikap mental, tekat dan
semangat bangsa Indonesia. Kehadiran pihak-pihak yang mampu menjadi
antara bagi masyarakat dengan pihak pemerintah atau komponen
masyarakat lainnya sangat penting artinya.
Melihat situasi dan kondisi masyarakat yang semakin terdesak oleh
perkembangan metropolis, aspek peningkatan SDM (Sumber Daya
Manusia) dan pelestarian lingkungan tidak mendapat perhatian secara
proporsional, maka sekelompok aktivis sepakat untuk berperan dalam
menyumbangkan baktinya kepada nusa bangsa dan sebagai wadah
pengabdian tersebut terbentuklah sebuah Lembaga Pembinaan-
Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Lingkungan (Institute For
Environment Supervision And Human Resources Development) atau
Lembaga Swadaya Masyarakat SHEEP (LSM SHEEP).

2|Page
BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Agar penulisan penelitian ini lebih mengarah pada objek kajian dan
sesuai dengan tujuan penelitian maka digunakan metode sebagai berikut:

1. Jenis dan Sifat Penelitian


Jenis penelitian ini dalah penelitian lapangan yang bersifat
diskriptis kualitatif, yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan atau
menguraikan “apa adanya” tentang satu variabel, gejala dan keadaan. 1
Menurut Maelong penelitian diskriptif kualitatif adalah penelitian yang
beruha memberikan interpretasi secara mendalam terhadap temuan-temuan
di lapangan berdasarkan fakta-fakta sosial yang sebenarnya.2
Penelitian ini diarahkan untuk mengkaji tentang proses bagan arus
advokasi yang ada di SHEEP. Kemudian hasilnya didiskripsikan dan
dianalisis secara kualitatif untuk mencapai pemahaman yang
komprehensif.
2. Penentuan Sumber Data
Sumber utama data penelitian yang memiliki data mengenai
variabel-variabel yang diteliti.3 Adapun data yang diperoleh dari dua
sumber sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer adalah data autentik atau data langsung dari tangan
utama tentang masalah yang diungkapkan.4 Dalam penelitaian ini penulis
mengambil data primer dari penelitian lapangan dari para anggota yang
1 Suharsini Arikunto, Manajemen Penelitian, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 1993),
hl. 310

2 L.J Maelong, Metode Penelitian Kualiataif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


1990), hlm. 3

3 Syaifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997),


hlm. 34-35
3|Page
bekerja di SHEEP dan para anggota KKL IPMAFA di SHEEP yang
berpengaruh sebagai berikut:
1) Saudari Evi Setyaningrum
2) Saudari Kristina
b. Data sekunder
Data sekunder adalah datayang diperoleh dari sumber lain sebagai
penunjang sumber data primer.5 Dalam hal ini penulis peroleh melalui
aktivitas penelusuran data online di web resmi SHEEP yaitu
www.SHEEPindonesia.org
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai cara
maupun sumber, sedangkan instrumen utama dalam penelitian kualitatif
adalah penelitian sendiri. Dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:
a. Teknik observasi, yaitu mengumpulkan data yang dilakukan
melalui pengamatan dan pencatatan gejolak-gejolak yang tampak pada
objek penelitian yang pelaksanaannya kepada tempat dimana suatu
peristiwa, keadaan atau situasi sedang terjadi.6 Observasi ini dilakukan
untuk mengetahui secara langsung bagaimana proses dan bagan arus
advokasi yang dilakukan oleh lembaga SHEEP.
b. Teknik wawancara, adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antar
pewawancara dengan yang diwawancarai informan, dengan atau tanpa
menggunkan pedoman.7 Wawancara yang dilakukan oleh peneliti
adalah wawancara tidak terstuktur, karena dengan metode tersebut
member peluang kepada peneliti untuk mengembangkan pertanyaan-
pertanyaan peneliti, meskipun peneliti memiliki fokus pembicaraan
yang ingin ditanyakan, sehingga wawancara yang dilakukan diarahkan
4 Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach II, (Yogyakarta: Andi Offse, 1993), hlm.80

5LJ, Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,


1993), hlm. 103

6 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogjakarta: UGM Press,


2007), hlm. 100

7 Burhan Mngin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2001), hlm. 108


4|Page
pada fokus yang telah ditentukan.8 Adapun wawancara dalam
penelitian ini akan fokus wawancara kepada pihak-pihak yang
berkaitan langsung dengan penelitian ini.
c. Teknik dokumentasi, yaitu teknik yang digunakan penulis untuk
memperoleh data dengan cara menggali kumpulan data verbal, baik
yang berbentuk tulisan atau tidak.9 Metode ini digunakan untuk
memperoleh data-data untuk penelitian, yang terkait dengan kegian
masyarakat. Data-data tersebut seperti data jumlah penduduk, data
monografi serta adata lain yang dapat menunjang dan mempermudah
penelitian.

8Muhammad Idrus, metode Penelitian Ilmu Sosial, (Surabaya: Erlangga, 2009),


hlm. 107-108

9Koentoroningkrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia,


1991), hlm. 256
5|Page
BAB III

LANDASAN TEORI

A. Advokasi

Menurut Bahasa Belanda, advocaat atau advocateur berarti pengacara atau


pembela. Oleh karena itu, advokasi sering diartikan sebagai kegiatan pembelaan
kasus atau perkara di pengadilan. Sedangkan dalam Bahasa Inggris, to advocate
tidak hanya berarti to defend (membela), tetapi juga to promote (mengemukakan
atau memajukan), to create (menciptakan) dan to change (melakukan perubahan).
10

Secara terminology, terdapat beberapa pendapat dari beberapa ahli.


Menurut Mansour Faqih, dkk, Advokasi adalah usaha sistematis dan terorganisir
untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan
publik secara bertahap-maju (incremental). 11

Sedangkan menurut Julie Stirling, Advokasi diartikan sebagai serangkaian


tindakan yang berproses atau kampanye yang terencana/terarah untuk
mempengaruhi orang lain yang hasil akhirnya adalah untuk merubah kebijakan
publik. 12

Menurut Sheila Espine-Villaluz Advokasi diartikan sebagai aksi strategis


dan terpadu yang dilakukan perorangan dan kelompok untuk memasukkan suatu
masalah (isu) kedalam agenda kebijakan, mendorong para pembuat kebijakan
untuk menyelesaikan masalah tersebut, dan membangun basis dukungan atas
kebijakan publik yang diambil untuk menyelesaikan masalah tersebut.13

10 Teuku Zulyadi, Advokasi Sosial, Jurnal Al-Bayan / VOL. 21, NO. 30, JULI -
DESEMBER 2014, hlm. 63

11 Ibid, hlm.66

12 Ibid
6|Page
Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa advokasi
lebih merupakan suatu usaha sistematik dan terorganisir untuk mempengaruhi dan
mendesakkan perubahan, dengan memberikan dukungan dan pembelaan terhadap
kaum lemah (miskin,terbelakang, dan tertindas) atau terhadap mereka yang
menjadi korban sebuah kebijakan dan ketidakadilan.

Berdasarkan pada literatur pekerjaan sosial, advokasi dapat dikelompokan


ke dalam dua jenis, yaitu: ‘advokasi kasus’ (case advocacy) dan ‘advokasi
kelas’ (class advocacy)
1. Advokasi kasus adalah kegiatan yang dilakukan seorang pekerja
sosial untuk membantu klien agar mampu menjangkau sumber atau
pelayanan sosial yang telah menjadi haknya. Alasannya: terjadi
diskriminasi atau ketidakadilan yang dilakukan oleh lembaga, dunia bisnis
atau kelompok profesional terhadap klien dan klien sendiri tidak mampu
merespon situasi tersebut dengan baik. Pekerja sosial berbicara,
berargumen dan bernegosiasi atas nama klien individual. Karenanya,
advokasi ini sering disebut pula sebagai advokasi klien (client advocacy).
2. Advokasi kelas menunjuk pada kegiatan-kegiatan atas nama kelas
atau sekelompok orang untuk menjamin terpenuhinya hak-hak warga
dalam menjangkau sumber atau memperoleh kesempatan-kesempatan.
Fokus advokasi kelas adalah mempengaruhi atau melakukan perubahan-
perubahan hukum dan kebijakan publik pada tingkat lokal maupun
nasional. Advokasi kelas melibatkan proses-proses politik yang ditujukan
untuk mempengaruhi keputusan-keputusan pemerintah yang berkuasa.
Pekerja sosial biasanya bertindak sebagai perwakilan sebuah organisasi,
bukan sebagai seorang praktisi mandiri. Advokasi kelas umumnya
dilakukan melalui koalisi dengan kelompok dan organisasi lain yang
memiliki agenda yang sejalan.14
13 Ibid

14 Edi Suharto, Filosofi dan Peran Advokasi dalam Mendukung Program Pemberdayaan
Masyarakat, (PDF,2006), hlm.2
7|Page
Adapun advokasi yang dilakkukan oleh pekerja social dalam membantu
masyarakat sering kali sangat berkaitan dengan konsep manajemen sumber
(resource manajement). Untuk lebih jelasnya, strategi advokasi difokuskan pada
tiga setting atau aras (mikro, mezzo, dan makro) dan dikaji dari empat aspek (tipe
advokasi, sasaran/klien, peran pekerja social dan teknik utama) sebagaimana yang
ditampilkan pada table berikut.

ASPEK SETTING
MIKRO MEZZO MEZZO
Tipe advokasi Advokasi Advokasi Advokasi Legislatif
kasus kelas kelas advokasi
Sasaran/klien Individu dan Advokasi Advokasi Anggota
keluarga kelas kelas legislatif
kelompok masyarakat
formal dan local dan
organisasi nasional
Peran pekerja Broker Mediator - Aktivi - Aktivi
social s s
- Analis - Analis
kebijakan kebijakan
Teknik utama Manajemen Jejaring - Aksi - Aktivi
kasus (case (networking) sosial s
- Analis - Analis
management)
kebijakan kebijakan
Sumber: Edi Suharto (2006:3)

8|Page
BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

A. Profil SHEEP
Sesuai dengan namanya, SHEEP (Society for Health, Education,
Environment, and Peace) bekerja di bidang Kesehatan, Pendidikan,
Kelestarian Lingkungan Hidup dan Perdamaian. Berawal dari 10 orang yang
mempunyai visi yang sama dan dulunya pernah dalam satu lembaga,
kemudian lahirlah SHEEP. Diawal masa setelah terbentuknya SHEEP, terjadi
bencana alam tsunami di Aceh. Dari situ kemudian SHEEP ingin memulai
aksinya dengan bergabung bersama LSM Cindelaras. Lalu kemudian berusaha
mencari donor.

Di Meulaboh, Aceh Barat sekitar 2 tahun, dan memberikan pelayanan


berupa kesehatan, pembersihan dan penataan saluran air (sanitasi), juga
membangun rumah-rumah untuk korban pengungsi. Dan dari SHEEP
memberikan rumah berbeda dengan lembaga lain, yang lain memberikan
rumah tembok, tapi SHEEP memberikan rumah panggung dari kayu, dan
ketika lembaga lain tinggal terima kunci, SHEEP mengajak mereka
membangun sendiri.

Dan ketika SHEEP sudah mulai berjalan sendiri, SHEEP mulai berdiri
30 April 2005, SHEEP mulai masuk di Aceh timur daerah pesisir yaitu di
daerah korban konflik, selang setahun setelah terjadi banjir bandang di Aceh
timur. Aceh timur sendiri termasuk daerah merah atau daerah rawan konflik
basis Gam, jadi ketika ada orang yang melakukan pelayanan kesehatan
ditunggu dan dijaga oleh tentara, dan orang-orang Gam.

SHEEP sampai saat ini masih ada di Aceh, Aceh Timur dan Aceh
Tamiang sedangkan di Aceh Barat sudah selesai karena sudah 2 tahun, dan
disana juga sudah banyak NGO yang masuk, saking banyaknya ketika mereka
membangun jalan/rumah akan dinamai jalan lembaga tersebut.

9|Page
Kemudian berkembang lagi SHEEP di Pati, pada tahun 2006 akhir, di
Yogyakarta yang memang sedari awal SHEEP berasal dari sana, ada juga di
Mentawai Sumbar, di Sabu NTT, Karo Sinabung Sumut yang penanganannya
hingga 8 tahun lamanya, karena masih sering erupsi sampai sekarang.

SHEEP sendiri masuk ketika terjadi bencana, yaitu melalui Emergency


Respon, setelah itu baru melakukan pendampingan dengan langkah pertama
melakukan Assessement terlebih dahulu, lalu mencari donor, baru setelah itu
melakukan progam berikutnya yaitu pendampingan.

Untuk masalah program di SHEEP baik itu Emergency Respon, Rehab


Recount, ataupun Pemberdayaan, bahkan dalam fokus programnya pun
kesemuanya di rencanakan berapa lama program tersebut akan berlangsung,
Ada juga jeda antara program satu dengan program yang lain, dan apakah
akan lanjut di wilayah yang sama, atau ke wilayah yang baru, serta butuh
waktu untuk Assessement lagi. Di Pati sendiri ada beberapa fokus program
yaitu mulai dari bencana, kemudian Lifely Hood dan juga terkait lingkungan.15

Visi dan Misi SHEEP yakni


- Visi : Menjadi Mitra pengembangan dan inovasi pemberdayaan
masyarakat marjinal di Indonesia
- Misi : Memberdayakan Masyarakat Marginal Menjadi Tangguh
dan Kritis16

Adapun Struktur Organisasi yang ada di SHEEP17 sebagai berikut:


 Dewan Pembina : Frans Allerung
- Sekretaris : Endang Budiarti
- Anggota : Priatmo
 Dewan Pengawas : K.H. Muhaimin
- Sekretaris : Bonar Sawage
- Anggota : Didit
 Dewan Pengurus:

15 Wawancara dengan Kristina pada 28 Mei 2018

16 http://www.SHEEPindonesia.org/id/index.php/sejarah diakses pada 6 Juni 2018 pukul


23:32

17 Wawancara dengan Evi Novita Setyaninngrum pada 28 Mei 2018


10 | P a g e
- Direktur : Andreas Subiono
- Wakil direktur : Yulia Rina Wijaya
- Sekretaris : Veronika Wuri Lukita Sari
- Bendahara : Petrus
- Anggota : Wahyu Wibisono
 Biro Keuangan (BK) :
- Margareta Widuri Wulan
 Komisi Pemberayaan dan Advokasi (KPA) :
- Wahyu Wibisono
 Komisi Konsultasi dan Riset (KKR) :
- Andreas dan Rina
 Biro Sekretariat (BS) :
- Tri Sulistyowati

Semenjak berdiri pada tahun 2005, hingga saat ini SHEEP telah
melakukan berbagai macam program kegitan yang tersebar hampir diseluruh
Indonesia sebagaimana yang terekam dalam web resminya. Wilayah kerja SHEEP
Indonesia diantaranya:

- Aceh Tengah: ER paska gempa di Aceh Tengah


- Aceh Timur : Membangun ketangguhan masyarakat di Aceh Timur
(4 desa)
- Aceh Tamiang: Membangun ketangguhan masyarakat di Aceh
Tamiang (4 Desa)
- Kabupaten Kepulauan Mentawai: 1. Membangun ketangguhan
masyarakat di Mentawai (5 Desa), 2. Adaptasi Perubahan Iklim
- Jakarta: Peningkatan Kapasitas dan Pengembangan Organisasi bagi
OMS (Organisasi Masyarakat Setempat)
- Tasikmalaya: Peningkatan Kapasitas dan Pengembangan
Organisasi bagi OMS
- Wilayah Yogyakarta : 1. Membangun ketangguhan masyarakat di
Yogyakarta (3 Desa), 2. Riset Filter Air
- Kabupaten Pati: 1. Kedaulatan Pangan (8 Desa), 2. Riset PAR, 3.
Riset Inovasi Masyarakat Akar Rumput
- Surakarta: Peningkatan Kapasitas dan Pengembangan Organisasi
bagi OMS (Organisasi Masyarakat Setempat)
- Jombang: Peningkatan Kapasitas OMS (Organisasi Masyarakat
Setempat)
11 | P a g e
- Kalimantan Barat: Peningkatan Kapasitas dan Pengembangan
Organisasi bagi OMS (Organisasi Masyarakat Setempat)
- Palu: Peningkatan Kapasitas OMS
- Sumba Tengah: Peningkatan Kapasitas OMS dalam PRB
- Sabu Raijua: 1. Membangun ketangguhan masyarakat di Sabu
Raijua. 2. Adaptasi Perubahan Iklim
- Biak: Peningkatan Kapasitas OMS (Organisasi Masyarakat
Setempat)

B. Bagan arus Advokasi SHEEP


1. Isu Kendeng
Adapun Bagan arus Advokasi yang dilakukan SHEEP dalam kasus
Kendeng yakni dengan 1) mengumpulkan data/informasi terkait dengan
kendeng. 2) Kemudian memilih isu yang strategis untuk menentukan nalar
sikap. Tentang kenapa harus menjaga Kendeng dan bagaimana cara
melakukanya. 3) galang sekutu (alliance) sebanyak mungkin. Bersama dengan
kelompok-kelompok yang ada di sekitar kawasan Kendeng yakni Ahli Waris
Kendeng (AWK) dan Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng
(JMPPK). 4a) pengaruhi pembuatan, dan pelaksanaan kebijakan. Kemudian
lobbi, negosiasi. 4b) membangun basis gerakan. Kemudian melancarkan
tekanan dengan unjuk rasa. Cara yang kedua ini, diusulkan oleh masyarakat
sendiri. Oleh karena itu, SHEEP kemudian memberikan pengarahan terkait
dengan tujuan untuk demo apa? isu nya apa? Dan memberikan pengetahuan
tentang batasan-batasan demo dan prosedurnya.
2. Isu Pembunuhan

Sebagaimana keterangan dari Evi Setyaningrum, SHEEP juga pernah


menangani masalah pribadi yaitu kasus pembunuhan di Banyutowo
Dukuhseti, Pati. Dimana anak dari klien menjadi korban tawuran. Dalam
kasus ini si pelaku sesumbar kalau ia akan bebas karena punya dana dan
punya kuasa. Awalnya, pihak SHEEP menolak karena kasus tersebut bukan
bidang garapan SHEEP. Karena klien terus mendesak, akhirnya SHEEP
mencoba membantu sebisa mungkin. Strategi yang dilakukan SHEEP yakni

12 | P a g e
dengan membantu memblowup kasus ini ke media, agar media tertarik untuk
mengekspos, maka harus ada aksi di depan pengadilan, aksi damai tapi
menarik perhatian media, yang mana hal ini akan mempengaruhi hakim
nantinya.18

C. Strategi advokasi SHEEP

Berdasarkan keterangan Kistina, strategi pendampingan yang


dilakukan oleh SHEEP berbeda-beda tergantung pada konteks masalah yang
dihadapi. Misalnya, Pada kasus penanganan TB di Aceh Timur, yang mana
Indonesia no.2 di dunia dengan banyaknya kasus TB. Dari sini LSM SHEEP
mencoba mendorong pemerintah untuk lebih peduli terhadap kasus ini dan
diharapkan bisa mempengaruhi kebijkan. Namun, bekerja sama dengan LSM
lain dalam menangani kasus tersebut.19

Di wilayah pati misalnya, persoalan mengenai akan dibangunnya


pabrik semen tentu tidak hanya melibatkan masyarakat dan investor saja,
tetapi juga pemerintah sebagai pemangku kebijakan. Dalam hal ini SHEEP
mengawal KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis) terkait dengan
Kendeng yang berisi tentang bagaimana seharusnya mengelola Kendeng
dengan melihat situasi dan kondisinya. Dalam kajian tersebut, pemerintah
pusat juga mengundang tenaga ahli dari Undip dan UNS dan lain-lain.
Diharapkan dengan adanya KLHS tersebut, semua kebijakan di daerah harus
mengacu pada KLHS tersebut. Misalnya di daerah tertentu menjadi kawasan
lindung karena merupakan daerah resapan air.

D. Prinsip advokasi SHEEP


- Transparansi
- Akuntabel yakni dapat diperhitungkan
- Demokrasi
- Berkesinambungan
- Tanpa Kekerasan
E. Mandat dan kendala SHEEP

18 Wawancara dengan saudari Evi Setya Ningrum pada 28 Mei 2018

19 Wawancara dengan saudari Kristina pada 28 Mei 2018


13 | P a g e
Yayasan SHEEP Indonesia (YSI) atau Society for Health, Education,
Environment and Peace merupakan Organisasi Non Pemerintah atau Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) yang memiliki mandat pemberdayaan
masyarakat di bidang Kesehatan, Pendidikan, Kelestarian Lingkungan Hidup
dan Perdamaian. Mandat tersebut telah dijalankan melalui berbagai program
di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Aceh, Papua dan
daerah-daerah lain. YSI sebagai yayasan secara resmi terdaftar di Departemen
Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Keputusan
Menteri Hukum dan HAM nomor : C-1393.HT.01.02.TH2007. Meskipun
demikian, eksistensi YSI melalui program-program pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat sejak tahun 2005.

F. Nilai dan karakteristik yang telah dan atau akan dilakukan oleh SHEEP
- Kesetaraan
- Integritas
- Kesederhanaan
- inklusifitas

14 | P a g e
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Yayasan SHEEP Indonesia merupakan salah satu Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) yang ada di Indonesia. Nama SHEEP sendiri
merupakan singkatan dari Society for Health, Education, Environment and
Peace. Sesuai dengan namanya, SHEEP bekerja pada bidang kesehatan,
Pendidikan, Kelestarian Lingkungan Hidup dan Perdamaian.
Adapun Bagan arus Advokasi yang dilakukan SHEEP dalam kasus
Kendeng yakni dengan 1) mengumpulkan data/informasi terkait dengan
kendeng. 2) Kemudian memilih isu yang strategis untuk menentukan nalar
sikap. 3) galang sekutu (alliance) sebanyak mungkin. 4a) pengaruhi
pembuatan, dan pelaksanaan kebijakan. Kemudian lobbi, negosiasi. 4b)
membangun basis gerakan. Kemudian melancarkan tekanan dengan unjuk
rasa.
Strategi yang dilakukan SHEEP lebih banyak diaras mezzo dan makro.
Namun tidak menutup kemungkinan akan dilakukan diaras mikro.
mandat pemberdayaan masyarakat di bidang Kesehatan, Pendidikan,
Kelestarian Lingkungan Hidup dan Perdamaian. . YSI sebagai yayasan
secara resmi terdaftar di Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia melalui Keputusan Menteri Hukum dan HAM nomor :
C-1393.HT.01.02.TH2007
Prinsip advokasi SHEEP: Transparansi, Akuntabel yakni dapat
diperhitungkan, Demokrasi, Berkesinambungan, Tanpa Kekerasan

Nilai dan karakteristik SHEEP: Kesetaraan, Integritas, Kesederhanaan,


inklusifitas

15 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini, Manajemen Penelitian, Yogyakarta: Rineka Cipta,


1993

L.J Maelong, Metode Penelitian Kualiataif, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 1990

Azwar, Syaifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997

Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach II, Yogyakarta: Andi Offse, 1993

Mngin, Burhan, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana, 2001

Idrus, Muhammad, metode Penelitian Ilmu Sosial, Surabaya: Erlangga,


2009

Koentoroningkrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta:


Gramedia, 1991

http://www.SHEEPindonesia.org/id/index.php/sejarah diakses pada 6 Juni


2018 pukul 23:32

Edi Suharto, Filosofi dan Peran Advokasi dalam Mendukung Program


Pemberdayaan Masyarakat, PDF,2006

Wawancara dengan Evi Novita Setyaninngrum pada 28 Mei 2018

Wawancara dengan Kristina pada 28 Mei 2018

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai