Abstrak
Kontribusi Klinik Hukum Anti Korupsi FH Unpad adalah melakukan perubahan
melalui advokasi hasil penelitian. Advokasi ini dilakukan agar penelitian yang
dilakukan oleh mahasiswa memiliki makna. Dari pantauan peneliti, advokasi hasil
penelitian tahun 2014 belum maksimal mendorong perubahan. Penelitian ini
dibuat untuk menganalisis terutama aspek strategi komunikasi yang digunakan
dalam advokasi hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Pendekatan kualitatif dilakukan dengan cara wawancara dan penulis terlibat dalam
setiap kegiatan advokasi mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
komponen utama dalam strategi komunikasi untuk advokasi berupa perencanaan
komunikasi, pelaksanaan, dan evaluasi belum maksimal dijalankan.
Kata Kunci : Strategi Komunikasi, Advokasi Hasil Penelitian dan Klinik Hukum
Anti Korupsi
Abstract
Contribution of Anti Corruption Legal Clinic of Faculty of Law Unpad is making
change through research report‟s advocacy. Advocacy aimed to give more
advamtage and meaning to the research conducted by the students. However by
the observation of the writer, research report‟s advocacy in 2014 has not give
significant support to the expexted changes. Writer interested to take research in
this activity to analyse communication strategy in research report‟s advocacy.
Research conducted by qualitative method through interview and researcher
involved in every students‟ activity. Research shows that the main components in
communication strategy in advocacy are communication planning, actuating and
evalution. Yet, the evaluation has not conducted to the maxiumum effort.
1
PENDAHULUAN
Penelitian sosial merupakan kegiatan observasi dan analisa terhadap
fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat. Penelitian ini berfungsi untuk
menemukan solusi atas permasalahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat secara
sistematis dan ilmiah. Ciri khas penelitian adalah dapat diverifikasi, diuji dan
memiliki alur berfikir yang logis.
1
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1981
2
dalam layanan SIUP dan TDP Badan Pelayanan dan Perizinan Terpadu. Lokasi
penelitiannya di Kota Bandung.
2
Opatimasang, Roem, Mansour Fakih dan Toto Rahardjo (2000). Merubah Kebijakan Publik
Yogyakarta: Pustaka Pelaja
3
mahasiswa. Apa yang diperjuangkan baru menyentuh sisi kognitif dari para
pejabatnya belum sampai pada tataran action. Dalam komunikasi keberhasilan
tertinggi sebuah komunikasi adalah ketika terjadi perubahan sikap. Dalam
advokasi juga seperti itu. Sebuah advokasi dianggap berhasil apabila isu yang
diperjuangkan telah dilakukan oleh pemerintah.
LANDASAN TEORI
Definisi Advokasi
3
Cangara, Hafied. 2014. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
4
termaksud pernyataan, kebijakan, atau penetapan sebuah gerakan yang ditentukan
oleh pihak yang berwewenang untuk membimbing atau mengendalikan perilaku
lembaga, masyarakat dan individu4.
Gambar 1. Proses Advokasi
Membangun
Koalisi
Teknik Advokasi
Kegiatan advokasi dapat dilakukan dalam tiga seting dan dapat dikaji
dalam empat aspek, yaitu tipe advokasi, sasaran, peran pelaku advokasi, dan
teknik utama. Secara lebih jelas dapat dilihat dalam tabel berikut :
ASPEK SETTING
MIKRO MEZZO MAKRO
Tipe Advokasi Advokasi Kasus Advokasi Kelas Advokasi Kelas
Sasaran Individu dan Kelompok Formal Masyarakat Lokal
Keluarga dan Organisasi dan Nasional
Peran Pelaku Broker Mediator Aktivis dan
Advokasi Analisis Kebijakan
Teknik Utama Manajemen Kasus Jejaring Aksi Sosial dan
Analisis Kebijakan
Sumber : dikembangkan dari DuBois dan Miley5
4
Idem
5
DuBois, Brenda dan Karla Krogsrud Miley (2005). Social Work: An Empowering Profession.
Boston: Allyn and Bacon
5
Sejak tujuan advokasi adalah melakukan perubahan, maka akan selalu ada
resistansi, oposisi dan konflik. Tidak ada faktor tunggal yang menjamin
keberhasilan advokasi. Beberapa prinsip di bawah ini bisa dijadikan pedoman
dalam merancang advokasi yang sukses, yaitu :6
1. Realistis. Advokasi yang berhasil bersandar pada isu dan agenda yang
spesifik, jelas dan terukur (measurable). Karena kita tidak mungkin
melakukan segala hal, kita harus menyeleksi pilihan-pilihan dan membuat
keputusan prioritas.
2. Sistematis. Proses advokasi dapat dimulai dengan memilih dan
mendefinisikan isu strategis, membangun opini dan mendukungnya
dengan fakta, memahami sistem kebijakan publik, membangun koalisi,
merancang sasaran dan taktik, mempengaruhi pembuat kebijakan, dan
memantau serta menilai gerakan atau program yang dilakukan.
3. Taktis. Kegiatan advokasi dilakukan dengan membangun koalisi atau
aliansi atau sekutu dengan pihak lain. Sekutu dibangun berdasarkan
kesamaan kepentingan dan saling percaya (trust).
4. Strategis. Advokasi melibatkan penggunaan kekuasaan atau power.
Kekuasaan intinya menyangkut kemampuan untuk mempengaruhi dan
membuat orang berperilaku seperti yang kita harapkan. Hal yang penting
adalah memetakan dan mengidentifikasi kekuatan kita dan kekuatan
„lawan‟ atau pihak oposisi secara strategis.
5. Berani. Advokasi menyentuh perubahan dan rekayasa sosial secara
bertahap. Jangan tergesa-gesa. Tidak perlu menakut-nakuti pihak lawan,
tetapi tidak perlu pula menjadi penakut. Trust your hopes, not fear. Jadikan
isu dan strategi yang telah dilakukan sebagai motor gerakan dan tetaplah
berpijak pada agenda bersama. Pragmatis tanpa harus opportunis.
6
Edi Suharto, PhD. 2006. Makalah dengan judul Filosofi dan Peran Advokasi dalam Mendukung
Program Pemberdayaan Masyarakat. Disampaikan pada saat memberikan pelatihan di Pondok
Pesantren Da‟arut Tauhid Bandung
6
Strategi dan Model Komunikasi
Strategi awalnya dikenal dalam dunia militer. Kata strategi berasal dari
bahasa yunani klasik yaitu “stratos” yang artinya tentara. Martin Anderson
mendefenisikan strategi sebagai seni yang melibatkan kemampuan
inteligensi/pikiran untuk membawa semua sumber daya yang tersedia dalam
mencapai tujuan dengan memperoleh keuntungan yang maksimal dan efisien.7
7
Cangara, Hafied. 2014. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
8
Rogers, Everett M. 1973. Communications Strategies for Agricultural Development. USA :
AED, AID
9
Middleton, John. 1993. Approaches to Communications Planning. Paris : Unisco
10
Cangara, Hafied. 2014. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada
7
khusus, serta menempatkannya pada jalur yang jelas dalam mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.
3. Mobilisasi, yaitu pembentukan koalisi untuk memperkuat advokasi.
Peristiwa, kegiatan, pesan, dan materi pendukung harus dirancang
sesuai dengan tujuan, kelompok sasaran, kemitraan, dan sumber-
sumber yang ada.
4. Aksi, yaitu mempertahankan kekompakan kegiatan aksi dan semua
mitra merupakan hal yang mendasar dalam pelaksanaan advokasi.
Pengulangan pesan dan pengulangan alat bantu yang kredibel yang
dibuat secara berulang sangat membantu untuk dapat mempertahankan
perhatian terhadap isu yang ada.
5. Evaluasi, yaitu tim advokasi perlu memonitor secara rutin dan objektif
apa yang telah dicapai dan apa yang masih harus dikerjakan. Proses
evaluasi bisa lebih penting daripada dampak evaluasi.
6. Kesinambungan, yaitu advokasi sama halnya dengan proses
komunikasi yang berlangsung terus menerus. Bukan sekedar sebuah
kebijakan atau peraturan. Perencanaan terhadap kesinambungan berarti
memperjelas tujuan jangka panjang, mempertahankan keutuhan fungsi
koalisi, dan menyesuaikan data argumentasi seiring dengan perubahan
yang terjadi.
8
Teori S-O-R dikembangkan oleh De Fleur dengan pendekatan psikologis.
De Fleur memasukkan unsur organisme yang sebelumnya hanya dikenal dengan
stimulus-respon, sehingga lahirlah tiga komponen inti dalam teori ini, yaitu (1)
stimulus yang dimaknai sebagai rangsangan atau dorongan, (2) organisme yang
dimakanai sebagai manusia atau komunikan, (3) respons yang dimaknai sebagai
reaksi, tanggapan, jawaban, pengaruh, efek atau akibat11.
METODE PENELITIAN
Informan dalam penelitian ini adalah mahasiswa klinik hukum anti korupsi
pada program klinik tahun 2014. Penelitian ini mencoba melihat beberapa fokus
yaitu :
Klinik Hukum Anti Korupsi Fakultas Hukum Unpad di desain dalam tiga
kegiatan utama, yaitu penelitian, kampanye/sosialisasi anti korupsi yang
dilakukan melalui pengajaran, dan advokasi yang merupakan tindaklanjut dari
11
Soehoet, Hoeta A.M. 2002. Teori Komunikasi 2. Jakarta : Yayasan Kampus Tercinta – ISIP
Jakarta
12
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV ALFABETA
9
kegiatan penelitian. Hal yang cukup krusial dan menjadi kekuatan dari sisi
kontribusi pada lahirnya perubahan kebijakan adalah kegiatan advokasi. Kegiatan
ini menjadi sangat penting karena seperti layaknya klinik kesehatan, fungsi klinik
dengan dokter sebagai tenaga utamanya adalah mendiagnosis penyakit dan
menyembuhkan penyakit tersebut. Sebuah klinik dianggap berhasil dan sukses
apabila klinik tersebut mampu mendiagnosa penyakit dalam skala besar dan
mampu menyembuhkan setiap penyakit yang ditanganinya.
Klinik Hukum Anti Korupsi menjadi bermakna apabila klinik ini bisa
memberi kontribusi pada perbaikan sistem hukum atau perbaikan kebijakan yang
salah yang bisa menimbulkan perilaku korupsi. Atas dasar itu, sehingga kegiatan
advokasi menjadi lebih ditekankan dalam aktivitas klinik.
Pada tahun 2014, mahasiswa klinik dibagi dalam tiga kelompok besar.
Tiap kelompok diminta melakukan penelitian dengan tema Potensi Korupsi dalam
Layanan Publik di Kota Bandung. Berdasarkan hasil analisa, terdapat tiga
dinas/badan yang layak diteliti kaitannya dengan fungsi pelayanan yang di
lakukannya. Tiga dinas tersebut adalah Dinas Catatan Sipil, Dinas Pelayanan
Pajak dan Badan Pelayanan, Perizinan Terpadu. Di tiga dinas/badan ini lah
mahasiswa melakukan advokasi berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.
Terdapat tiga tahapan besar yang perlu dianalisis dalam tuliasn ini.
Tahapan-tahapan tersebut merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka advokasi
hasil penelitian. Berikut tahapan-tahapan tersebut :
10
bukti sebuah kebijakan yang salah. Penelitian merupakan instrumen ilmiah dalam
menemukan persoalan, menganalisis, dan menemukan solusinya secara ilmiah.
Hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan, sehingga temuan-temuan
kecurangan dalam layanan publik bisa dijadikan dasar yang kuat untuk perbaikan
kebijakan.
Pada program klinik anti korupsi tahun 2014, materi tentang advokasi
tidak secara detail dan komprehensif diberikan kepada mahasiwa. Akibatnya
mahasiswa kurang memahami kegiatan advokasi itu sendiri. Salah satu akibatnya
adalah mahasiswa tidak melakukan perencanaan kegiatan advokasi. Padahal
kegiatan perencanaan advokasi menjadi sangat penting agar isu yang akan
diperjuangkan bisa berhasil mempengaruhi para pengambil kebijakan.
Jika melihat apa yang dilakukan oleh mahasiswa klinik, upaya untuk
memahami masalah/isu telah dilakukan melalui kegiatan penelitian. Tantangannya
adalah pada temuan dan rekomendasi penelitiannya. Jika penelitian dilakukan
dengan benar, maka rekomendasi atau saran yang akan diberikan kepada
pemerintah daerah akan tepat. Penelitian sebagai awal menjadi salah satu
alternatif kegiatan advokasi berbasis bukti.
11
Hal yang belum dilakukan oleh mahasiswa adalah mengidentifikasi
organisasi yang bisa diajak kerjasama dalam memperjuangkan isu/materi
advokasi. Di tahun 2014, isu menarik yang diperjuangkan oleh mahasiswa adalah
sistem online dalam layanan publik. Mahasiswa menganggap bahwa sistem ini
dapat mencegah korupsi berupa suap. Isu ini harus diperjuangkan secara bersama.
Oleh karena itu aliansi gerakan menjadi penting dalam kegiatan advokasi. Dalam
konsep prinsip advokasi ada yang disebut dengan prinsip taktis.
Prinsip taktis dalam advokasi diartikan bahwa advokasi akan sulit jika
dilakukan sendiri. Advokasi akan semakin efektif jika diperjuangkan oleh banyak
orang. Aliansi gerakan menjadi sebuah keniscayaan untuk melahirkan daya
dorong yang kuat kepada para pengambil kebijakan. Makin banyak organisasi
yang memperjuangkan isu tertentu, maka makin besar kekuatan pengaruhnya.
Mahasiswa klinik belum melakukan hal ini. Pada dasarnya mereka juka memiliki
keterbatasan karena minimnya pengalaman.
Upaya taktis sesungguhnya bisa dimediasi oleh NGO yang menjadi mitra
klinik. Mitra Fakultas Hukum Unpad dalam klinik hukum anti korupsi adalah
BIGS. Catatan pentingnya adalah BIGS belum maksimal dalam membantu
mahasiswa mencarikan organisasi atau NGO mitra dalam memperjuangkan isu
hasil penelitian mahasiswa. Seharusnya isu ini bisa di share ke NGO lain yang
memiliki minat yang sama, misalnya B-Trust, Perkumpulan Inisiatif dan AK3.
12
Memahami struktur organisasi pemerintah daerah akan memudahkan mahasiswa
dalam menentukan lembaga mana yang penting dalam ekspose temuan penelitian.
Dalam prakteknya, ekspose temuan penelitian langsung disampaikan kepada
dinas/badan yang diteliti. Pilihan ini tidak salah, tetapi perlu langkah lain karena
bisa jadi masukan mahasiswa tidak mendapat perhatian serius untuk
ditindaklanjuti.
13
Penyampaian persentasi hasil penelitian disemua dianas/badan langsung
kepada pimpinan dinas/badan. Persentasi hasil penelitian diterima dan disaksikan
oleh sekretaris dinas beserta jajarannya. Mengacu pada model perencanaan
komunikasi untuk advokasi dari Johns Hopkins University bahwa ada tiga hal
yang harus diperhatikan dalam kegiatan inti advokasi, yaitu (1) strategi, (2)
mobilisasi dan (3) aksi.
14
penelitian yang baik akan menguak bukti-bukti yang kuat. Kelemahan mahasiswa
adalah keterbatasan waktu penelitian. Akibatnya pengumpulan datanya menjadi
tidak komprehensif. Saat presentasi mahasiswa belum mampu merangkai fakta-
fakta yang membuat komunikan/para pejabat dinas tercengang. Kesan yang
muncul pesan yang disampikan sangat normatif dan sudah menjadi common sense
publik.
15
dirangkul. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari sisi mobilisasi. Olehkarena
itu membentuk koalisi menjadi penting. Sebelum sebuah pesan/isu diadvokasikan,
maka hal utama yang harus dilakukan adalah membuat koalisi. Jika ini sudah
terbentuk, maka saat penyampaian pesan advokasi dilakukan secara bersama-sama
agar memiiki daya dorong yang kuat.
Hal yang paling mungkin dilakukan agar tahapan ini tidak hilang adalah
menyampaikan hasil penelitian kepada pengawas pemerintah, yakni DPRD Kota
Bandung. Komisi yang menangani layanan publik adalah Komisi B. Lembaga
DPRD memang memiliki fungsi pengawasan. Sehingga evaluasi advokasi
kegiatan bisa digantikan oleh fungsi mereka.
16
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
DuBois, Brenda dan Miley, Karla Krogsrud. 2005. Social Work: An Empowering
Profession. Boston: Allyn and Bacon
17
Edi Suharto, PhD. 2006. Makalah dengan judul Filosofi dan Peran Advokasi
dalam Mendukung Program Pemberdayaan Masyarakat. Disampaikan
pada saat memberikan pelatihan di Pondok Pesantren Da‟arut Tauhid
Bandung
18