Anda di halaman 1dari 18

Strategi Komunikasi dalam Advokasi Hasil Penelitian (Studi : Mahasiswa

Klinik Hukum Anti Korupsi Fakultas Hukum Unpad Tahun 2014)


Nur Atnan
Dosen Telkom University dan Peneliti di Bandung Institute of Governance
Studies, Jl. Telekomunikasi, Terusan Buah Batu Bandung 40257;
nuratnan@telkomuniversity.ac.id/atnannur@yahoo.com

Abstrak
Kontribusi Klinik Hukum Anti Korupsi FH Unpad adalah melakukan perubahan
melalui advokasi hasil penelitian. Advokasi ini dilakukan agar penelitian yang
dilakukan oleh mahasiswa memiliki makna. Dari pantauan peneliti, advokasi hasil
penelitian tahun 2014 belum maksimal mendorong perubahan. Penelitian ini
dibuat untuk menganalisis terutama aspek strategi komunikasi yang digunakan
dalam advokasi hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Pendekatan kualitatif dilakukan dengan cara wawancara dan penulis terlibat dalam
setiap kegiatan advokasi mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
komponen utama dalam strategi komunikasi untuk advokasi berupa perencanaan
komunikasi, pelaksanaan, dan evaluasi belum maksimal dijalankan.

Kata Kunci : Strategi Komunikasi, Advokasi Hasil Penelitian dan Klinik Hukum
Anti Korupsi

Communication Strategy in Research Report’s Advocacy (Study: Anti


Corruption Legal Clinic Students in the Faculty of Law Unpad 2014)

Abstract
Contribution of Anti Corruption Legal Clinic of Faculty of Law Unpad is making
change through research report‟s advocacy. Advocacy aimed to give more
advamtage and meaning to the research conducted by the students. However by
the observation of the writer, research report‟s advocacy in 2014 has not give
significant support to the expexted changes. Writer interested to take research in
this activity to analyse communication strategy in research report‟s advocacy.
Research conducted by qualitative method through interview and researcher
involved in every students‟ activity. Research shows that the main components in
communication strategy in advocacy are communication planning, actuating and
evalution. Yet, the evaluation has not conducted to the maxiumum effort.

Key words: Communication Strategy, Research Report’s Advocay, Anti


Corruption Legal Clinic

1
PENDAHULUAN
Penelitian sosial merupakan kegiatan observasi dan analisa terhadap
fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat. Penelitian ini berfungsi untuk
menemukan solusi atas permasalahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat secara
sistematis dan ilmiah. Ciri khas penelitian adalah dapat diverifikasi, diuji dan
memiliki alur berfikir yang logis.

Menurut Soerjono Soekanto, Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah


yang didasarkan pada analisis dan konstruksi yang dilakukan
secara sistematis, metodologis dan konsisten dan bertujuan untuk mengungkapkan
kebenaran sebagai salah satu manifestasi keinginan manusia untuk mengetahui
apa yang sedang dihadapinya1. Penelitian bukan hanya sekedar kegiatan ilmiah,
tetapi penelitian harus aplikatif. Hasil penelitian hendaknya bisa digunakan untuk
perbaikan melalui perubahan kebijakan. Berbicara tentang kebijakan
menunjukkan peran dan ranah pemerintahan baik pusat maupun daerah.

Penyusunan sebuah kebijakan publik idealnya akan melibatkan berbagai


campur tangan dari berbagai kalangan antara lain masyarakat sipil maupun pihak
swasta. Salah satu kolaborasi tersebut melibatkan pihak perguruan tinggi yang
memiliki salah satu peran dari tri darma perguruan tinggi. Hasil-hasil penelitian
yang dilakukan oleh perguruan tinggi tersebut bertujuan untuk memberikan
masukan dan perbaikan terhadap kebijakan-kebijakan yang telah dibuat oleh
pemerintah.

Salah satu aktor dalam perguruan tinggi adalah mahasiswa. Fakultas


Hukum Universitas Padjadjaran melalui program Klinik Hukum Anti Korupsi
membuat satu terobosan dengan mendorong mahasiswa peserta klinik melakukan
penelitian. Tema yang menjadi fokus penelitian mahasiswa adalah potensi korupsi
dalam pelayanan publik. Pada tahun 2014 terdapat tiga isu yang diteliti oleh tiga
kelompok mahasiswa, yaitu potensi korupsi dalam layanan Akta Kelurahan Dinas
Catatan Sipil, Layanan Pajak Reklame Dinas Pelayan Pajak, dan potensi korupsi

1
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1981

2
dalam layanan SIUP dan TDP Badan Pelayanan dan Perizinan Terpadu. Lokasi
penelitiannya di Kota Bandung.

Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dalam program klinik juga


diarahkan agar disampaikan kepada pemerintah khususnya pemerintah kota
Bandung. Oleh karena itu, hasil penelitian tidak hanya sekedar ditulis dalam satu
laporan saja. Lebih dari itu hasil penelitian harus diperjuangkan. Dalam proses itu,
maka mahasiswa dalam program klinik diminta melakukan kegiatan advokasi.
Kegiatan ini dilakukan agar hasil penelitian bisa bermanfaat bagi institusi yang
diteliti.

Advokasi adalah kegiataan yang lazim dikenal dalam dunia hukum.


Advokasi tidak hanya berarti to defend (membela), melainkan pula to promote
(mengemukakan atau memajukan), to create (menciptakan) dan to change
(melakukan perubahan)2. Hasil penelitian akan makin bermakna ketika saran-
saran dalam penelitian disampaikan kepada pemegang kekuasaan. Hal itu yang
dilakukan oleh mahasiswa klinik anti korupsi FH Unpad. Isu yang diperjuangkan
oleh mahasiswa adalah tentang layanan publik di kota Bandung. Output yang
diperjuangkan adalah meminimalisir korupsi dalam pelayanan publik. Sasaran
advokasinya adalah Dinas Catatan Sipil, Badan Pelayanan dan Perizinan Terpadu
(BPPT) dan Dinas Pelayanan Pajak.

Kegiatan advokasi telah dilakukan oleh mahasiswa. Secara teoritis, ketika


advokasi dilakukan maka akan ada perubahan yang dilahirkan. Cara sederhana
untuk melihat keberhasilan advokasi adalah apakah isu yang diperjuangkan sudah
dilakukan atau belum sama sekali. Isu yang diperjuangkan oleh mahasiswa klinik
adalah membangun sistem pelayanan yang bisa meminimalisir korupsi. Salah
satunya adalah penggunaan sistem online dalam setiap pelayanan publik.

Dalam pantauan penulis, isu ini belum menjadi perhatian penting


pemerintah kota bandung terutama dinas-dinas yang menjadi sasaran advokasi

2
Opatimasang, Roem, Mansour Fakih dan Toto Rahardjo (2000). Merubah Kebijakan Publik
Yogyakarta: Pustaka Pelaja

3
mahasiswa. Apa yang diperjuangkan baru menyentuh sisi kognitif dari para
pejabatnya belum sampai pada tataran action. Dalam komunikasi keberhasilan
tertinggi sebuah komunikasi adalah ketika terjadi perubahan sikap. Dalam
advokasi juga seperti itu. Sebuah advokasi dianggap berhasil apabila isu yang
diperjuangkan telah dilakukan oleh pemerintah.

Hal yang penting dalam advokasi adalah strategi komunikasi. Secara


sederhana strategi komunikasi dapat diartikan sebagai seni dalam menentukan
atau memilih teknik/metode yang tepat untuk mewujudkan tujuan komunikasi.
Advokasi membutuhkan teknik komunikasi tertentu agar tujuan advokasinya
berhasil. Tulisan ini mencoba menganalisis tentang bagaimana strategi
komunikasi yang dilakukan oleh mahasiswa dalam kegiatan advokasi dan
mengapa Isu yang diperjuangkan oleh mahasiswa klinik berlum berhasil. Dengan
demikian melalui tulisan ini akan diketahui bagaimana strategi komunikasi yang
dilakukan oleh mahasiswa dalam advokasi hasil penelitian dan akan diketahui
penyebab kurang maksimalnya terwujudnya isu yang diperjuangkan.

LANDASAN TEORI

Definisi Advokasi

Advokasi adalah aksi strategis yang ditujukan untuk menciptakan


kebijakan publik yang bermanfaat bagi masyarakat atau mencegah munculnya
kebijakan yang diperkirakan merugikan masyarakat. Advokasi dimaksudkan
sebagai aksi strategis dan terpadu yang dilakukan baik oleh perorangan maupun
kelompok masyarakat dengan memasukan masalah dalam agenda kebijakan.
Kegiatan advokasi juga bisa mengontrol para pengambil keputusan untuk
mengupayakan solusi sekaligus membangun basis dukungan bagi penerapan
kebijakan publik3.
Kebijakan publik yang akan diubah melalui kegiatan advokasi dilakukan
melalui berbagai macam bentuk komunikasi persuasif. Kebijakan publik

3
Cangara, Hafied. 2014. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

4
termaksud pernyataan, kebijakan, atau penetapan sebuah gerakan yang ditentukan
oleh pihak yang berwewenang untuk membimbing atau mengendalikan perilaku
lembaga, masyarakat dan individu4.
Gambar 1. Proses Advokasi

Memilih Isu Membangun Opini Memahami Sistem


Strategis dan Fakta Kebijakan Publik

Membangun
Koalisi

Memantau dan Mempengaruhi Merancang Sasaran


Menilai Gerakan Pembuat Kebijakan dan Taktik

Sumber : DuBois dan Miley, 2005

Teknik Advokasi

Kegiatan advokasi dapat dilakukan dalam tiga seting dan dapat dikaji
dalam empat aspek, yaitu tipe advokasi, sasaran, peran pelaku advokasi, dan
teknik utama. Secara lebih jelas dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 1. Teknik Advokasi

ASPEK SETTING
MIKRO MEZZO MAKRO
Tipe Advokasi Advokasi Kasus Advokasi Kelas Advokasi Kelas
Sasaran Individu dan Kelompok Formal Masyarakat Lokal
Keluarga dan Organisasi dan Nasional
Peran Pelaku Broker Mediator Aktivis dan
Advokasi Analisis Kebijakan
Teknik Utama Manajemen Kasus Jejaring Aksi Sosial dan
Analisis Kebijakan
Sumber : dikembangkan dari DuBois dan Miley5

4
Idem
5
DuBois, Brenda dan Karla Krogsrud Miley (2005). Social Work: An Empowering Profession.
Boston: Allyn and Bacon

5
Sejak tujuan advokasi adalah melakukan perubahan, maka akan selalu ada
resistansi, oposisi dan konflik. Tidak ada faktor tunggal yang menjamin
keberhasilan advokasi. Beberapa prinsip di bawah ini bisa dijadikan pedoman
dalam merancang advokasi yang sukses, yaitu :6
1. Realistis. Advokasi yang berhasil bersandar pada isu dan agenda yang
spesifik, jelas dan terukur (measurable). Karena kita tidak mungkin
melakukan segala hal, kita harus menyeleksi pilihan-pilihan dan membuat
keputusan prioritas.
2. Sistematis. Proses advokasi dapat dimulai dengan memilih dan
mendefinisikan isu strategis, membangun opini dan mendukungnya
dengan fakta, memahami sistem kebijakan publik, membangun koalisi,
merancang sasaran dan taktik, mempengaruhi pembuat kebijakan, dan
memantau serta menilai gerakan atau program yang dilakukan.
3. Taktis. Kegiatan advokasi dilakukan dengan membangun koalisi atau
aliansi atau sekutu dengan pihak lain. Sekutu dibangun berdasarkan
kesamaan kepentingan dan saling percaya (trust).
4. Strategis. Advokasi melibatkan penggunaan kekuasaan atau power.
Kekuasaan intinya menyangkut kemampuan untuk mempengaruhi dan
membuat orang berperilaku seperti yang kita harapkan. Hal yang penting
adalah memetakan dan mengidentifikasi kekuatan kita dan kekuatan
„lawan‟ atau pihak oposisi secara strategis.
5. Berani. Advokasi menyentuh perubahan dan rekayasa sosial secara
bertahap. Jangan tergesa-gesa. Tidak perlu menakut-nakuti pihak lawan,
tetapi tidak perlu pula menjadi penakut. Trust your hopes, not fear. Jadikan
isu dan strategi yang telah dilakukan sebagai motor gerakan dan tetaplah
berpijak pada agenda bersama. Pragmatis tanpa harus opportunis.

6
Edi Suharto, PhD. 2006. Makalah dengan judul Filosofi dan Peran Advokasi dalam Mendukung
Program Pemberdayaan Masyarakat. Disampaikan pada saat memberikan pelatihan di Pondok
Pesantren Da‟arut Tauhid Bandung

6
Strategi dan Model Komunikasi

Strategi awalnya dikenal dalam dunia militer. Kata strategi berasal dari
bahasa yunani klasik yaitu “stratos” yang artinya tentara. Martin Anderson
mendefenisikan strategi sebagai seni yang melibatkan kemampuan
inteligensi/pikiran untuk membawa semua sumber daya yang tersedia dalam
mencapai tujuan dengan memperoleh keuntungan yang maksimal dan efisien.7

Rogers, memberi batasan pengertian strategi komunikasi sebagai suatu


rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala yang
lebih besar melalui transfer ide-ide baru8. Seorang pakar perencanaan komunikasi
Middleton membuat defenisi dengan menyatakan, Strategi Komunikasi adalah
kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator,
pesan, saluran (media), penerimah sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang
untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal9.

Model komunikasi yang dapat dikembangkan dalam advokasi hasil riset


adalah model yang dikembangkan oleh Center for Communication Program
(CCP) Johns Hopkins University. Model ini menyatakan bahwa agar kegiatan
advokasi bisa berhasil, maka terdapat empat tahapan perencanaan komunikasi
yang harus dilalui, yaitu10 :

1. Analisis, yaitu langkah pertama untuk melaksanakan advokasi yang


efektif. Pada tahap ini yang dilakukan adalah mencari informasi yang
akurat tentang permasalahan yang ada, masyarakat yang terlibat,
kebijakan serta keberadaannya, organisasi-organisasi, dan jalur-jalur
yang dapat mempengaruhi para pengambil keputusan.
2. Strategi, yaitu dibangun berdasarkan tahapan analisis yang
mengarahkan, merencanakan, dan memfokuskan upaya pada tujuan

7
Cangara, Hafied. 2014. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
8
Rogers, Everett M. 1973. Communications Strategies for Agricultural Development. USA :
AED, AID
9
Middleton, John. 1993. Approaches to Communications Planning. Paris : Unisco
10
Cangara, Hafied. 2014. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada

7
khusus, serta menempatkannya pada jalur yang jelas dalam mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.
3. Mobilisasi, yaitu pembentukan koalisi untuk memperkuat advokasi.
Peristiwa, kegiatan, pesan, dan materi pendukung harus dirancang
sesuai dengan tujuan, kelompok sasaran, kemitraan, dan sumber-
sumber yang ada.
4. Aksi, yaitu mempertahankan kekompakan kegiatan aksi dan semua
mitra merupakan hal yang mendasar dalam pelaksanaan advokasi.
Pengulangan pesan dan pengulangan alat bantu yang kredibel yang
dibuat secara berulang sangat membantu untuk dapat mempertahankan
perhatian terhadap isu yang ada.
5. Evaluasi, yaitu tim advokasi perlu memonitor secara rutin dan objektif
apa yang telah dicapai dan apa yang masih harus dikerjakan. Proses
evaluasi bisa lebih penting daripada dampak evaluasi.
6. Kesinambungan, yaitu advokasi sama halnya dengan proses
komunikasi yang berlangsung terus menerus. Bukan sekedar sebuah
kebijakan atau peraturan. Perencanaan terhadap kesinambungan berarti
memperjelas tujuan jangka panjang, mempertahankan keutuhan fungsi
koalisi, dan menyesuaikan data argumentasi seiring dengan perubahan
yang terjadi.

Kaitannya dengan penyampaian pesan advokasi kepada institusi yang


menjadi sasaran advokasi, maka terdapat beberapa teori yang bisa digunakan,
yaitu teori sosiopsikologis dan teori S-O-R. Secara lebih spesifik tradisi
sosiopsikologis yang berorientasi pada sisi kognitif memberikan pemahaman
bagaimana manusia memproses informasi. Input (informasi) merupakan bagian
dari perhatian khusus, sedangkan output (pemahaman) merupakan bagian dari
sistem kognisi. Dalam penelitian ini, input adalah strategi komunikasi, sedangkan
output adalah pemahaman masyarakat yang diharapkan sebagai efek dari strategi
komunikasi tersebut.

8
Teori S-O-R dikembangkan oleh De Fleur dengan pendekatan psikologis.
De Fleur memasukkan unsur organisme yang sebelumnya hanya dikenal dengan
stimulus-respon, sehingga lahirlah tiga komponen inti dalam teori ini, yaitu (1)
stimulus yang dimaknai sebagai rangsangan atau dorongan, (2) organisme yang
dimakanai sebagai manusia atau komunikan, (3) respons yang dimaknai sebagai
reaksi, tanggapan, jawaban, pengaruh, efek atau akibat11.

METODE PENELITIAN

Tulisan ini didasarkan pada penelitian yang menggunakan metode


kualitatif. Menurut Sugiyono, metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah
dimana peneliti sebagai instrumen kunci12. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan secara triangulasi, analisis datanya bersifat induktif dan
hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Informan dalam penelitian ini adalah mahasiswa klinik hukum anti korupsi
pada program klinik tahun 2014. Penelitian ini mencoba melihat beberapa fokus
yaitu :

1. Persiapan sebelum mahasiswa melakukan advokasi hasil penelitian


(Pra Advokasi Hasil Penelitian).
2. Kegiatan pada saat mahasiswa menyampaikan hasil penelitian ke
dinas/badan yang diteliti (Advokasi Hasil Penelitian).
3. Kegiatan pasca penyampaian hasil penelitian pada dinas/badan yang
diteliti (Pasca Advokasi Hasil Penelitian).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Klinik Hukum Anti Korupsi Fakultas Hukum Unpad di desain dalam tiga
kegiatan utama, yaitu penelitian, kampanye/sosialisasi anti korupsi yang
dilakukan melalui pengajaran, dan advokasi yang merupakan tindaklanjut dari

11
Soehoet, Hoeta A.M. 2002. Teori Komunikasi 2. Jakarta : Yayasan Kampus Tercinta – ISIP
Jakarta
12
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV ALFABETA

9
kegiatan penelitian. Hal yang cukup krusial dan menjadi kekuatan dari sisi
kontribusi pada lahirnya perubahan kebijakan adalah kegiatan advokasi. Kegiatan
ini menjadi sangat penting karena seperti layaknya klinik kesehatan, fungsi klinik
dengan dokter sebagai tenaga utamanya adalah mendiagnosis penyakit dan
menyembuhkan penyakit tersebut. Sebuah klinik dianggap berhasil dan sukses
apabila klinik tersebut mampu mendiagnosa penyakit dalam skala besar dan
mampu menyembuhkan setiap penyakit yang ditanganinya.

Klinik Hukum Anti Korupsi menjadi bermakna apabila klinik ini bisa
memberi kontribusi pada perbaikan sistem hukum atau perbaikan kebijakan yang
salah yang bisa menimbulkan perilaku korupsi. Atas dasar itu, sehingga kegiatan
advokasi menjadi lebih ditekankan dalam aktivitas klinik.

Pada tahun 2014, mahasiswa klinik dibagi dalam tiga kelompok besar.
Tiap kelompok diminta melakukan penelitian dengan tema Potensi Korupsi dalam
Layanan Publik di Kota Bandung. Berdasarkan hasil analisa, terdapat tiga
dinas/badan yang layak diteliti kaitannya dengan fungsi pelayanan yang di
lakukannya. Tiga dinas tersebut adalah Dinas Catatan Sipil, Dinas Pelayanan
Pajak dan Badan Pelayanan, Perizinan Terpadu. Di tiga dinas/badan ini lah
mahasiswa melakukan advokasi berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.

Terdapat tiga tahapan besar yang perlu dianalisis dalam tuliasn ini.
Tahapan-tahapan tersebut merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka advokasi
hasil penelitian. Berikut tahapan-tahapan tersebut :

Pra Advokasi Hasil Penelitian

Kegiatan awal yang dilakukan oleh mahasiswa adalah melakukan


penelitian. Kekuatan sebuah advokasi adalah pada bukti-bukti yang dikumpulkan.
Peluang keberhasilan advokasi sangat dipengaruhi oleh bukti-bukti yang
disajikan. Makin kuat buktinya, maka makin besar dorongan untuk merubah
kebijakan yang salah.

Mahasiswa klinik hukum anti korupsi digiring terlebih dahulu agar


melakukan penelitian. Kegiatan ini merupakan upaya dalam pengumpulan bukti-

10
bukti sebuah kebijakan yang salah. Penelitian merupakan instrumen ilmiah dalam
menemukan persoalan, menganalisis, dan menemukan solusinya secara ilmiah.
Hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan, sehingga temuan-temuan
kecurangan dalam layanan publik bisa dijadikan dasar yang kuat untuk perbaikan
kebijakan.

Sebelum melakukan advokasi hasil penelitian, maka ada beberapa hal


yang terlebih dahulu harus dilakukan, yaitu memahamkan konsep tentang
advokasi dan membuat perencanaan kegiatan advokasi. Salah satu hal yang
penting dari perencanaan itu adalah teknik komunikasinya.

Pada program klinik anti korupsi tahun 2014, materi tentang advokasi
tidak secara detail dan komprehensif diberikan kepada mahasiwa. Akibatnya
mahasiswa kurang memahami kegiatan advokasi itu sendiri. Salah satu akibatnya
adalah mahasiswa tidak melakukan perencanaan kegiatan advokasi. Padahal
kegiatan perencanaan advokasi menjadi sangat penting agar isu yang akan
diperjuangkan bisa berhasil mempengaruhi para pengambil kebijakan.

Mengacu pada model perencanaan komunikasi untuk advokasi oleh Johns


Hopkins University, bahwa tahap pertama yang harus dilakukan sebelum
melakukan aktivitas inti advokasi adalah analisis. Ada beberapa hal yang harus
dianalisis, yaitu (1) memahami secara mendalam masalah/isu yang menjadi materi
advokasi, (2) mengidentifikasi organisasi-organisasi terkait yang bisa diajak
kerjasama, (3) memahami struktur organisasi pemerintahan termaksud
mengidentifikasi lembaga/pejabat yang memiliki diskresi untuk merubah
kebijakan, (4) melakukan engagemen dengan dinas/badan yang menjadi sasaran
advokasi.

Jika melihat apa yang dilakukan oleh mahasiswa klinik, upaya untuk
memahami masalah/isu telah dilakukan melalui kegiatan penelitian. Tantangannya
adalah pada temuan dan rekomendasi penelitiannya. Jika penelitian dilakukan
dengan benar, maka rekomendasi atau saran yang akan diberikan kepada
pemerintah daerah akan tepat. Penelitian sebagai awal menjadi salah satu
alternatif kegiatan advokasi berbasis bukti.

11
Hal yang belum dilakukan oleh mahasiswa adalah mengidentifikasi
organisasi yang bisa diajak kerjasama dalam memperjuangkan isu/materi
advokasi. Di tahun 2014, isu menarik yang diperjuangkan oleh mahasiswa adalah
sistem online dalam layanan publik. Mahasiswa menganggap bahwa sistem ini
dapat mencegah korupsi berupa suap. Isu ini harus diperjuangkan secara bersama.
Oleh karena itu aliansi gerakan menjadi penting dalam kegiatan advokasi. Dalam
konsep prinsip advokasi ada yang disebut dengan prinsip taktis.

Prinsip taktis dalam advokasi diartikan bahwa advokasi akan sulit jika
dilakukan sendiri. Advokasi akan semakin efektif jika diperjuangkan oleh banyak
orang. Aliansi gerakan menjadi sebuah keniscayaan untuk melahirkan daya
dorong yang kuat kepada para pengambil kebijakan. Makin banyak organisasi
yang memperjuangkan isu tertentu, maka makin besar kekuatan pengaruhnya.
Mahasiswa klinik belum melakukan hal ini. Pada dasarnya mereka juka memiliki
keterbatasan karena minimnya pengalaman.

Upaya taktis sesungguhnya bisa dimediasi oleh NGO yang menjadi mitra
klinik. Mitra Fakultas Hukum Unpad dalam klinik hukum anti korupsi adalah
BIGS. Catatan pentingnya adalah BIGS belum maksimal dalam membantu
mahasiswa mencarikan organisasi atau NGO mitra dalam memperjuangkan isu
hasil penelitian mahasiswa. Seharusnya isu ini bisa di share ke NGO lain yang
memiliki minat yang sama, misalnya B-Trust, Perkumpulan Inisiatif dan AK3.

Pemikiran alternatif lain terkait langkah taktis membangun koalisi dalam


gerakan advokasi adalah dilakukan oleh mahasiswa sendiri. NGO mitra hanya
berperan sebagai mediator saja. Namun yang paling penting mahasiswa diajarkan
terlebih dahulu tentang cara membangun koalisi dalam gerakan advokasi. Teknik
komunikasi personal menjadi penting dalam konteks ini. Mahasiswa harus mampu
menjalin komunikasi dan mengajak NGO lain dalam memperjuangkan
isu/masalah tertentu. Membuat sebuah isu menjadi penting dan mendapat
perhatian dari NGO lain menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa.

Hal lain yang cukup penting adalah memahami struktur organisasi


pemerintah daerah. Hal ini yang belum dipahami betul oleh mahasiswa.

12
Memahami struktur organisasi pemerintah daerah akan memudahkan mahasiswa
dalam menentukan lembaga mana yang penting dalam ekspose temuan penelitian.
Dalam prakteknya, ekspose temuan penelitian langsung disampaikan kepada
dinas/badan yang diteliti. Pilihan ini tidak salah, tetapi perlu langkah lain karena
bisa jadi masukan mahasiswa tidak mendapat perhatian serius untuk
ditindaklanjuti.

Lembaga lain yang tepat dalam ekspose temuan penelitian adalah


inspektorat. Lembaga ini mememiliki tugas dalam mengevaluasi kinerja dinas
atau badan pemerintah. Temuan penelitian akan menjadi input berupa data untuk
mengevaluasi kinerja dinas/badan. Sehingga ada bukti kuat bagi inspektorat untuk
melakukan perubahan kebijakan pada dinas/badan tertentu.

Tahap terakhir yang perlu dilakukan sebelum kegiatan advokasi adalah


engagemen dengan dinas/badan yang diteliti. Hal ini sudah dilakukan, namun
masih banyak dibantu oleh pengajar klinik dari BIGS. Sebaiknya kedepan harus
mahasiswa sendiri yang melakukan komunikasi dalam rangkah engagemen
dengan pemerintah. Pendekatan komunikasi yang paling efektif dalam tahap ini
adalah pendsekatan komunikasi personal.

Komunikasi personal yang bisa dilakukan oleh mahasiswa dalam proses


engagemen adalah mendatangi langsung dan menemui pimpinan dari dinas/badan
yang menjadi objek advokasi. Pimpinan perlu memahami bahwa mahasiswa tidak
bermaksud untuk mencari-cari kesalahan dinas/badan. Tujuan mahasiswa adalah
membantu dinas/badan menemukan masalahnya dan mahasiswa bermaksud
membantu memecahkan masalah tersebut. Pesan komunikasi ini harus sampai dan
dipahami oleh pimpinan dinas.

Advokasi Hasil Penelitian di Dinas/Badan

Advokasi hasil penelitian di Dinas/Badan merupakan kegiatan inti


advokasi. Dalam program klinik anti korupsi tahun 2014, hasil penelitian
langsung di ekspose di dinas/badan masing-masing. Pada tahap ini mahasiswa
menyiapkan dua hal, yaitu laporan lengkap penelitian dan materi presentasi.

13
Penyampaian persentasi hasil penelitian disemua dianas/badan langsung
kepada pimpinan dinas/badan. Persentasi hasil penelitian diterima dan disaksikan
oleh sekretaris dinas beserta jajarannya. Mengacu pada model perencanaan
komunikasi untuk advokasi dari Johns Hopkins University bahwa ada tiga hal
yang harus diperhatikan dalam kegiatan inti advokasi, yaitu (1) strategi, (2)
mobilisasi dan (3) aksi.

Strategi dalam tahapan ini lebih dimaksudkan pada bagaimana strategi


dalam penyampaian pesan advokasi. Dalam komunikasi, terdapat empat hal yang
harus diperhatikan agar pesan yang ingin disampaikan bisa dipahami dan
diterima. Empat hal tersebut adalah komunikator, desain pesan, media yang
digunakan dan kondisi komunikan. Memperhatikan empat hal ini dimaksudkan
agar tercapai model komunikasi terbaik yaitu model komunikasi transaksional.
Dalam model komunikasi transaksional, terjadi kesamaan makna antara
komunikator dan komunikan, sehingga lahir perubahan sikap.

Komunikator merupakan orang yang mewakili kelompok dalam hal ini


mahasiswa dalam menyampaikan pesan advokasi. Komunikator merupakan juru
bicara kelompok yang bertanggungjawab dalam memahamkan pejabat yang hadir
saat kegiatan advokasi. Komunikator hendaknya memiliki kemampuan
komunikasi yang baik, berbicara dengan tegas, lancar dan jelas. Keahlian lain
yang penting bagi seorang komunikator adalah kemampuan mepersuasi
komunikan.

Saat mahasiswa klinik mempresentasikan hasil penelitiannya, pemilihan


komunikator sudah tepat. Disetiap dinas/badan, orang yang dipilih sebagai
presenter atau komunikator memang merupakan orang yang paling menonjol dan
memahami hasil dan rekomendasi penelitian. Selain itu presenter yang dipilih
memang memiliki intonasi suara yang keras dan tegas.

Kelemahan yang dimiliki oleh mahasiswa adalah pada sisi desain


pesannya. Desain pesan yang baik adalah ketika fakta-fakta yang dihadirkan
merupakan fakta kongkrit dan kuat. Dalam advokasi bukti merupakan kekuatan.
Penelitian bisa menjadi jalan untuk melahirkan bukti yang kuat. Sehingga

14
penelitian yang baik akan menguak bukti-bukti yang kuat. Kelemahan mahasiswa
adalah keterbatasan waktu penelitian. Akibatnya pengumpulan datanya menjadi
tidak komprehensif. Saat presentasi mahasiswa belum mampu merangkai fakta-
fakta yang membuat komunikan/para pejabat dinas tercengang. Kesan yang
muncul pesan yang disampikan sangat normatif dan sudah menjadi common sense
publik.

Hal lain yang penting dalam penyampaian pesan advokasi adalah


pemilihan media presentasi. Dalam kegiatan advokasi, mahasiswa menggunakan
media langsung atau face to face communication. Alat bantunya adalah slide yang
ditampilkan melalui infocus. Dengan cara ini, memungkinkan terjadi dialog. Para
pejabat publik yang hadir bisa langsung mengklarifikasi temuan-temuan
penelitian. Penggunaan media ini cukup baik dibanding penyampaian pesan
advokasi melalui media massa. Dengan media langsung, makan waktu untuk
melakukan persuasi lebih lama. Proses dialog akan memudahkan komunikator
untuk meyakinkan para pejabat yang hadir.

Tujuan dari penyampaian pesan advokasi adalah lahirnya pemahaman para


pembuat kebijakan dan adanya keinginan untuk mengadopsi rekomendasi
kebijakan yang disampaikan. Dalam teori S-O-R yang dikemukakan oleh De
Fleur bahwa perubahan sikap bisa diperoleh jika menggunakan pendekatan
psikologis. Perubahan sikap menandakan bahwa respon pemerintah positif.
Respon positif akan lahir jika stimulus yang diberikan juga positif. Stimulus
positif lahir dari tutur kata yang sopan, tidak bermaksud mencari-cari masalah
tetapi membantu pemerintah menemukan masalah yang dihadapi.

Pada sisi strategi lebih mengutamakan kemampuan mengelola elemen-


elemen komunikasi efektif. Namun pada sisi mobilasasi yang merupakan bagian
penting juga dalam tahap advokasi hasil penelitian, lebih melihat pada kekuatan
penyampaian isu. Jika isu disampaikan dengan hanya mengatasnamankan satu
organisasi saja maka isu tersebut kurang memiliki kekuatan.

Saat menyampaikan pesan advokasi, mahasiswa hanya menggunakan


gerbong mahasiswa klinik hukum FH Unpad. Tidak ada organisasi lain yang

15
dirangkul. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari sisi mobilisasi. Olehkarena
itu membentuk koalisi menjadi penting. Sebelum sebuah pesan/isu diadvokasikan,
maka hal utama yang harus dilakukan adalah membuat koalisi. Jika ini sudah
terbentuk, maka saat penyampaian pesan advokasi dilakukan secara bersama-sama
agar memiiki daya dorong yang kuat.

Pada tataran aksi, yang harus ditonjolkan adalah kemampuan persuasi.


Kemampuan persuasi tidak hanya ada pada retorika komunikator/juru bicara
dalam advokasi, tetapi perlu didukung oleh alat bantu. Biasanya alat bantu yang
digunakan adalah policy brief. Dalam policy brief termuat rangkuman ide-ide
perbaikan atau rekomendasi kebijakan disertai fakta-fakta pendukung.

Pasca Advokasi Hasil Penelitian

Hal yang sering diabaikan dalam kegiatan advokasi adalah evaluasi.


Kegiatan advokasi harus dievaluasi secara seksama sebagaimana halnya dengan
kegiatan kampanye lainnya karena kegiatan advokasi sering membuahkan hasil
yang parsial. Tim advokasi perlu memonitor secara rutin dan objektif apa yang
telah dicapai dan apa yang masih harus dikerjakan.

Tahapan evaluasi kegiatan advokasi tidak dilakukan oleh mahasiswa klinik


anti korupsi. Mahasiswa hanya sebatas menyampaikan hasil penelitian saja. Hal
ini terjadi karena waktu pelaksanaan klinik yang terbatas, sehingga tidak ada
waktu khusus untuk evaluasi kegiatan advokasi.

Hal yang paling mungkin dilakukan agar tahapan ini tidak hilang adalah
menyampaikan hasil penelitian kepada pengawas pemerintah, yakni DPRD Kota
Bandung. Komisi yang menangani layanan publik adalah Komisi B. Lembaga
DPRD memang memiliki fungsi pengawasan. Sehingga evaluasi advokasi
kegiatan bisa digantikan oleh fungsi mereka.

16
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat ditarik beberapa


kesimpulan sebagai berikut :

1. Tahap perencanaan dalam kegiatan advokasi hasil penelitian oleh


mahasiswa klinik hukum anti korupsi FH Unpad tahun 2014 mengabaikan
analisis struktur organisasi pemerintah daerah dan analisis aliansi gerakan.
2. Advokasi hasil penelitian belum mampu mendorong perubahan karena
hasil penelitian hanya di advokasi pada dinas/badan yang diteliti,
sementara Inspektorat Kota Bandung tidak menjadi sasaran advokasi.
3. Kegiatan advokasi hasil penelitian oleh mahasiswa klinik anti korupsi
tahun 2014 mengabaikan tahapan evaluasi.

Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka terdapat beberapa saran dalam


rangkah perbaikan kegiatan advokasi sebagai berikut :

1. Advokasi hasil penelitian harus memperhatikan tiga tahapan utama, yaitu


perencanaan advokasi, pelaksanaan advokasi, dan evaluasi kegiatan
advokasi.
2. Komunikasi personal dengan pemangku kepentingan/pimpinan institusi
penting digunakan agar pesan advokasi yang disampaikan bisa diterima
dan dijalankan.

DAFTAR PUSTAKA

Cangara, Hafied. 2014. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta : PT


RajaGrafindo Persada

DuBois, Brenda dan Miley, Karla Krogsrud. 2005. Social Work: An Empowering
Profession. Boston: Allyn and Bacon

17
Edi Suharto, PhD. 2006. Makalah dengan judul Filosofi dan Peran Advokasi
dalam Mendukung Program Pemberdayaan Masyarakat. Disampaikan
pada saat memberikan pelatihan di Pondok Pesantren Da‟arut Tauhid
Bandung

Middleton, John. 1993. Approaches to Communications Planning. Paris : Unisco

Opatimasang, Roem; Fakih, Mansour dan Rahardjo, Toto. 2000. Merubah


Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelaja

Rogers, Everett M. 1973. Communications Strategies for Agricultural


Development. USA : AED, AID

Soehoet, Hoeta A.M. 2002. Teori Komunikasi 2. Jakarta : Yayasan Kampus


Tercinta – ISIP Jakarta

Soekanto, Soerjono. 1981. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV ALFABETA

18

Anda mungkin juga menyukai