PENYUSUN :
Andi Apriadi
Ekwan Sandi Putra
Febrianto Kurnia Harmas
Intan Permata Sari
Juliantori
Oka Srinur WahYuni
Rhahmi Aulia Primaswari
Riska Syahputri
Riyan Saputra
Suci Maharani
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah
kepada penyusun untuk dapat menyusun makalah yang berjudul Penerapan Prinsip
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio (Fockema Andrea, 1951) atau corruptus
(Webster Student Dictionary, 1960). Selanjutnya, disebutkan pula bahwa corruptio berasal dari
kata corrumperesatu kata dari bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut,
kemudian
dikenal
istilah
corruption,
corrupt
(Inggris),
corruption
(Perancis),
dan
masyarakat,
publik,
maupun
interaksi
antara
ketiga
sektor.
mekanismenya,
akuntabilitas
proses,
antara
lain
akuntabilitas
adalah
akuntabilitas
program,
keuangan,
akuntabilitas
outcome,
pelaksanaannya,
dipertanggungjawabkan
akuntabilitas
melalui
harus
mekanisme
dapat
diukur
pelaporan
dan
dan
pembahasan
membahas
tentang
pembuatan
rancangan
pertanggungjawaban
pelaksanaan
program
secara
dan
teknis.
proyek
Proses
pengawasan
pembangunan
berkaitan
dalam
dengan
kepentingan publik dan yang lebih khusus lagi adalah proyek-proyek yang
diusulkan oleh masyarakat sendiri. Proses lainnya yang penting adalah
proses evaluasi.
3. Kewajaran/ fairness
Prinsip anti korupsi lainnya adalah prinsip kewajaran. Prinsip fairness
atau
kewajaran
ini
ditujukan
untuk
mencegah
terjadinya
manipulasi
anti
korupsi
mengenai
yang
prinsip
keempat
ini
adalah
ditujukan
agar
prinsip
kebijakan.
mahasiswa
dapat
kebebasan
mengakses
informasi,
undang-undang
memudahkan
masyarakat
mengetahui
sekaligus
mengontrol
terhadap
sebagai
individu
dan
juga
sebagai
bagian
dari
masyarakat,
Dalam hal ini prinsip-prinsip anti korupsi akan dikelompokan menjadi lima bagian yaitu:
1. Akuntabilitas
Penerapan akuntabilitas dapat dilihat pada saat pelaksanaan kegiatan yang mana ketua panitia
melaporkan kepada para undangan.
2. Transparasi
a. Proses Penganggaran
Proses ini dikatakan baik karena penganggaran dalam kegiatan ini bersifat transparasi
dengan memberitahukan dana yang diperoleh, dana yang dikeluarkan serta sisa dana dari
kegiatan tersebut.
b. Proses Penyusunan Kegiatan
Penyusunan kegiatan sistematis/teratur secara rinci mengenai waktu, tempat
dan
diberitahukan kepada panitia pelaksana serta dosen dan mahasiswa di poltekkes kemenkes
bengkulu
c.
Proses Pembahasan
Pembahasan tentang adanya kegiatan juga melibatkan bimbingan Dosen, Presiden BEM,
dan perwakilan dari semua HMJ (Himpuanan Mahasiswa Jurusan) sehingga tidak terjadi
kesalahan komunikasi dan diharapkan mendapatkan dukungan dari semua pihak.
d. Proses Pengawasan
Dalam melaksanakan kegiatan ini juga mendapatkan izin serta pengawasan dari Dosen
pembimbing organisasi, BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) serta HMJ (Himpunan Mahasiswa
Jurusan) semua jurusan.
e. Proses Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan tidak hanya oleh panitia terkait namun juga dapat disampaikan
oleh semua pihak yang diharapkan dapat memperbaiki berbagai kekurangan sehingga akan
memperbaikinya.
3. Kewajaran (Fairness)
Ada lima langkah penegakan prinsip fairness yaitu :
a. Komprehensif dan disiplin
Koordinator dari tiap seksi harus memberikan laporan tentang hal serta dana yang
dibutuhkan sehingga dapat disimpulkan dari semua kebutuhan serta dana yang diperlukan untuk
tercapainya kegiatan tersebut.
b. Fleksibilitas
Semua anggota kepanitiaan dapat saling membantu walaupun berbeda seksi.
c.
Terprediksi
Langkah ini ditunjukkan dengan panitia dapat memprediksi berapa banyak dana yang
diperlukan dengan membuat rincian dana perseksi sehingga mendapatkan target dana yang
dibutuhkan.
d. Kejujuran
Langkah ini ditunjukan dengan memberikan bukti dalam pengeluaran dana contoh
pemesanan makanan/snack yang dilakukan oleh seksi konsumsi dengan memberikan bukti nota
dari tempat pemesanan makanan/snack tersebut.
e. Informatif
Langkah ini ditunjukkan dengan memberikan informasi secara transparan tentang rincian
penggunaan dana oleh masing-masing seksi.
4. Kebijakan Anti Korupsi
Untuk mengatur interaksi agar tidak terjadi penyimpangan terdapat empat aspek kebijakan anti
korupsi yaitu:
a. Isi
Berikut contoh isi kebijakan dari kepanitiaan kegiatan ini :
Ketua panitia dan semua anggotanya berkewajiban hadir dalam setiap rapat yang diadakan
terkecuali sakit atau kepentingan mendesak.
Menargetkan dana yang akan dibutuhkan dengan meminta rincian dana yang diperlukan
masing-masing seksi.
Memberikan bukti dalam penggunaan dana berupa nota/kwitansi.
Membuat target bahwa persiapan untuk kegiatan harus selesai/siap dalam waktu kurang
dari satu minggu sebelum hari pelaksanaan.
b. Pembuat
Ketua panitia dengan kesepakatan semua anggota kepanitiaan.
c. Pelaksana
Ketua panitia dan semua anggota kepanitiaan.
d. Kultur
Semua anggota kepanitiaan melaksanakan isi dari kebijakan tersebut tanpa terkecuali ataupun
merasa terpaksa.
5. Kontrol Kebijakan
Ada tiga model kontrol kebijakan yang dapat dilakukan yaitu :
a. Partisipasi
Semua anggota kepanitiaan dapat berpartisipasi dalam mengontrol kebijakan yang telah
dibuat.
b. Evolusi
Semua anggota kepanitiaan tanpa terkecuali dapat memberikan ide/masukan alternatif
kebijakan baru yang berguna untuk sesuai dengan situasi dan kondisi.
c. Reformasi
Penggantian/reformasi kebijakan yang baru dapat dilakukan sesuai dengan yang di usulkan
serta kebijakan baru tersebut telah mendapat persetujuan oleh anggota kepanitiaan lainnya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa penerapan nilai-nilai dan
prinsip-prinsip budaya anti korupsi pada contoh kegiatan tersebut sudah cukup baik dan dapat
diterapkan dalam kegiatan berikutnya. Sehingga hal ini akan memunculkan/menanamkan sifat
anti korupsi serta melatih diri untuk terbiasa dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip anti korupsi
pada masing-masing mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
http://salwani-alwan.blogspot.co.id/2014/10/nilai-dan-prinsipkorupsi.htmlhttp://olivrizuka.blogspot.co.id/2014/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html