Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KELOMPOK 3

PENERAPAN PRINSIP ANTIKORUPSI DALAM


KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES
BENGKULU 2014

PENYUSUN :
Andi Apriadi
Ekwan Sandi Putra
Febrianto Kurnia Harmas
Intan Permata Sari
Juliantori
Oka Srinur WahYuni
Rhahmi Aulia Primaswari
Riska Syahputri
Riyan Saputra
Suci Maharani

KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah
kepada penyusun untuk dapat menyusun makalah yang berjudul Penerapan Prinsip

Antikorupsi Dalam Kegiatan Pengabdian MAsyarakat Makalah ini disusun berdasarkan


hasil data-data dari media elektronik berupa Internet dan media cetak. Ucapan terima kasih
kepada rekan-rekan kelompok delapan yang telah memberikan partisipasinya dalam penyusunan
makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dalam menambah
pengetahuan atau wawasan mengenai keperawatan. Penyusun sadar makalah ini belumlah
sempurna maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar
makalah ini menjadi sempurna.

Bengkulu, April 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Korupsi merupakan ancaman global di dunia dikarenakan adanya penyalahgunaan
kekuasaan oleh pemerintah atau pihak-pihak terkait untuk kepentingan pribadi yang sangat
merugikan. Indonesia merupakan negara yang identik dengan tindakan korupsi , hal ini
disebabkan karena buruknya moral para pemimpin bangsa yang melakukan penyimpangan
terhadap kepercayaan masyarakat.
Tindakan korupsi dirasakan semakin buruk di negara kita ini, maka dari itu banyak
dilakukan upaya-upaya pemberantasan korupsi tetapi faktanya masih banyak ditemukan para
pejabat yang melakukan tindakan tersebut. Salah satu upaya yang memang sedang gencargencarnya dilakukan adalah melalui pendidikan, hal ini mengarah pada pokok pembahasan
kita yaitu Pendidikan Anti Korupsi
Pendidikan anti korupsi ini dimaksudkan untuk membentuk moral yang lebih baik bagi
para generasi muda agar mereka tidak menjadi bibit-bibit koruptor di negara kita. seharusnya
memulai pendidikan anti korupsi sedini mungkin agar mereka mengerti bagaimana dampak
besar korupsi di indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan Korupsi dan Antikorupsi

Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio (Fockema Andrea, 1951) atau corruptus
(Webster Student Dictionary, 1960). Selanjutnya, disebutkan pula bahwa corruptio berasal dari
kata corrumperesatu kata dari bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut,
kemudian

dikenal

istilah

corruption,

corrupt

(Inggris),

corruption

(Perancis),

dan

corruptic/korruptie (Belanda). Indonesia kemudian memungut kata ini menjadi korupsi.


Arti kata korupsi secara harfiah adalah sesuatu yang busuk, jahat, dan merusakkan
(Dikti, 2011). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, korupsi didefinisikan lebih
spesifik lagi yaitu penyelewengan ataupenyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi,
yayasan, dsb.) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Korupsi diturunkan dari kata korup
yang bermakna 1) buruk; rusak; busuk; 2) suka memakai barang (uang) yang dipercayakan
kepadanya; dapat disogok (memakai kekuasaannya untuk kepentingan pribadi).
Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses
belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti korupsi. Dalam proses tersebut, maka
Pendidikan Antikorupsi bukan sekedar media bagi transfer pengalihan pengetahuan(kognitif)
namun juga menekankan pada upaya pembentukan karakter (afektif) dan kesadaran moral dalam
melakukan perlawanan (psikomotorik) terhadap penyimpangan perilaku korupsi .
2.2 Prinsip-Prinsip Anti Korupsi
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja.
Semua lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main
baik dalam bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada
level budaya (individu dengan individu) maupun pada level lembaga
(Bappenas : 2002). Lembaga-lembaga tersebut berperan dalam sektor
bisnis,

masyarakat,

publik,

maupun

interaksi

antara

ketiga

sektor.

Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat yang digunakan


untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi dengan cara
memberikan kewajiban untuk dapat memberikan jawaban (answerability)
kepada sejumlah otoritas eksternal (Dubnik : 2005). Selain itu akuntabilitas

publik dalam arti yang paling fundamental merujuk kepada kemampuan


menjawab kepada seseorang terkait dengan kinerja yang diharapkan
(Pierre : 2007). Seseorang yang diberikan jawaban ini haruslah seseorang
yang memiliki legitimasi untuk melakukan pengawasan dan mengharapkan
kinerja (Prasojo : 2005). Akuntabilitas publik memiliki pola-pola tertentu
dalam

mekanismenya,

akuntabilitas

proses,

antara

lain

akuntabilitas

adalah

akuntabilitas

program,

keuangan,

akuntabilitas

outcome,

akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas politik (Puslitbang, 2001).


Dalam

pelaksanaannya,

dipertanggungjawabkan

akuntabilitas

melalui

harus

mekanisme

dapat

diukur

pelaporan

dan
dan

pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi atas


kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat yang
diperoleh masyarakat baik secara langsung maupun manfaat jangka panjang
dari sebuah kegiatan.
2. Transparansi
Salah satu prinsip penting anti korupsi lainnya adalah transparansi.
Prinsip transparansi ini penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari
transparansi dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara
terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik
(Prasojo : 2007). Selain itu transparansi menjadi pintu masuk sekaligus
kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Dalam bentuk
yang paling sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan
kejujuran untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena
kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal awal yang
sangat berharga bagi para mahasiswa untuk dapat melanjutkan tugas dan
tanggungjawabnya pada masa kini dan masa mendatang (Kurniawan : 2010).
Dalam prosesnya, transparansi dibagi menjadi lima yaitu proses
penganggaran, proses penyusunan kegiatan, proses pembahasan, proses
pengawasan, dan proses evaluasi. Proses penganggaran bersifat bottom up,
mulai dari perencanaan, implementasi, laporan pertanggungjawaban dan

penilaian (evaluasi) terhadap kinerja anggaran. Di dalam proses penyusunan


kegiatan atau proyek pembangunan terkait dengan proses pembahasan
tentang sumber-sumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan alokasi
anggaran (anggaran belanja).
Proses

pembahasan

membahas

tentang

pembuatan

rancangan

peraturan yang berkaitan


dengan strategi penggalangan (pemungutan) dana, mekanisme pengelolaan
proyek mulai dari pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan finansial
dan

pertanggungjawaban

pelaksanaan

program

secara

dan

teknis.

proyek

Proses

pengawasan

pembangunan

berkaitan

dalam
dengan

kepentingan publik dan yang lebih khusus lagi adalah proyek-proyek yang
diusulkan oleh masyarakat sendiri. Proses lainnya yang penting adalah
proses evaluasi.
3. Kewajaran/ fairness
Prinsip anti korupsi lainnya adalah prinsip kewajaran. Prinsip fairness
atau

kewajaran

ini

ditujukan

untuk

mencegah

terjadinya

manipulasi

(ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun


ketidakwajaran lainnya. Sifat-sifat prinsip kewajaran ini terdiri dari lima hal
penting yaitu komprehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran,
dan informatif.
4. Kebijakan
Prinsip
Pembahasan

anti

korupsi

mengenai

yang

prinsip

keempat
ini

adalah

ditujukan

agar

prinsip

kebijakan.

mahasiswa

dapat

mengetahui dan memahami kebijakan anti korupsi. Kebijakan ini berperan


untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi penyimpangan yang dapat
merugikan Negara dan masyarakat. Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu
identik dengan undang-undang anti-korupsi, namun bisa berupa undangundang

kebebasan

mengakses

informasi,

undang-undang

desentralisasi,undang-undang anti-monopoli, maupun lainnya yang dapat

memudahkan

masyarakat

mengetahui

sekaligus

mengontrol

terhadap

kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para pejabat negara.


Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan,
pelaksana kebijakan, kultur kebijakan. Kebijakan anti-korupsi akan efektif
apabila di dalamnya terkandung unsur-unsur yang terkait dengan persoalan
korupsi dan kualitas dari isi kebijakan tergantung pada kualitas dan integritas
pembuatnya. Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi apabila didukung
oleh aktor-aktor penegak kebijakan yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan,
pengacara, dan lembaga pemasyarakatan. Eksistensi sebuah kebijakan
tersebut terkait dengan nilai-nilai, pemahaman, sikap, persepsi, dan
kesadaran masyarakat terhadap hukum atau undang-undang anti korupsi.
Lebih jauh lagi, kultur kebijakan ini akan menentukan tingkat partisipasi
masyarakat dalam pemberantasan korupsi.
5. Kontrol kebijakan
Prinsip terakhir anti korupsi adalah kontrol kebijakan. Kontrol kebijakan
merupakan upaya agar kebijakan yang di buat betul-betul efektif dan
mengeliminasi semua bentuk korupsi.
Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi, evolusi dan reformasi. Kontrol
kebijakan berupa partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap kebijakan
dengan ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya dan kontrol
kebijakan berupa oposisi yaitu mengontrol dengan menawarkan alternatif
kebijakan baru yang dianggap lebih layak. Sedangkan kontrol kebijakan
berupa revolusi yaitu mengontrol dengan mengganti kebijakan yang
dianggap tidak sesuai. Setelah memahami prinsip yang terakhir ini,
mahasiswa kemudian diarahkan agar dapat berperan aktif dalam melakukan
tindakan kontrol kebijakan baik berupa partisipasi, evolusi maupun reformasi
pada kebijakan-kebijakan kehidupan mahasiswa dimana peran mahasiswa
adalah

sebagai

individu

dan

organisasi, maupun institusi.

juga

sebagai

bagian

dari

masyarakat,

2.3 Penerapan Prinsip-Prinsip Anti Korupsi

Dalam hal ini prinsip-prinsip anti korupsi akan dikelompokan menjadi lima bagian yaitu:
1. Akuntabilitas
Penerapan akuntabilitas dapat dilihat pada saat pelaksanaan kegiatan yang mana ketua panitia
melaporkan kepada para undangan.
2. Transparasi
a. Proses Penganggaran
Proses ini dikatakan baik karena penganggaran dalam kegiatan ini bersifat transparasi
dengan memberitahukan dana yang diperoleh, dana yang dikeluarkan serta sisa dana dari
kegiatan tersebut.
b. Proses Penyusunan Kegiatan
Penyusunan kegiatan sistematis/teratur secara rinci mengenai waktu, tempat

dan

diberitahukan kepada panitia pelaksana serta dosen dan mahasiswa di poltekkes kemenkes
bengkulu
c.

Proses Pembahasan
Pembahasan tentang adanya kegiatan juga melibatkan bimbingan Dosen, Presiden BEM,

dan perwakilan dari semua HMJ (Himpuanan Mahasiswa Jurusan) sehingga tidak terjadi
kesalahan komunikasi dan diharapkan mendapatkan dukungan dari semua pihak.
d. Proses Pengawasan
Dalam melaksanakan kegiatan ini juga mendapatkan izin serta pengawasan dari Dosen
pembimbing organisasi, BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) serta HMJ (Himpunan Mahasiswa
Jurusan) semua jurusan.
e. Proses Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan tidak hanya oleh panitia terkait namun juga dapat disampaikan
oleh semua pihak yang diharapkan dapat memperbaiki berbagai kekurangan sehingga akan
memperbaikinya.
3. Kewajaran (Fairness)
Ada lima langkah penegakan prinsip fairness yaitu :
a. Komprehensif dan disiplin
Koordinator dari tiap seksi harus memberikan laporan tentang hal serta dana yang
dibutuhkan sehingga dapat disimpulkan dari semua kebutuhan serta dana yang diperlukan untuk
tercapainya kegiatan tersebut.

b. Fleksibilitas
Semua anggota kepanitiaan dapat saling membantu walaupun berbeda seksi.

c.

Terprediksi
Langkah ini ditunjukkan dengan panitia dapat memprediksi berapa banyak dana yang

diperlukan dengan membuat rincian dana perseksi sehingga mendapatkan target dana yang
dibutuhkan.
d. Kejujuran
Langkah ini ditunjukan dengan memberikan bukti dalam pengeluaran dana contoh
pemesanan makanan/snack yang dilakukan oleh seksi konsumsi dengan memberikan bukti nota
dari tempat pemesanan makanan/snack tersebut.
e. Informatif
Langkah ini ditunjukkan dengan memberikan informasi secara transparan tentang rincian
penggunaan dana oleh masing-masing seksi.
4. Kebijakan Anti Korupsi
Untuk mengatur interaksi agar tidak terjadi penyimpangan terdapat empat aspek kebijakan anti
korupsi yaitu:
a. Isi
Berikut contoh isi kebijakan dari kepanitiaan kegiatan ini :
Ketua panitia dan semua anggotanya berkewajiban hadir dalam setiap rapat yang diadakan
terkecuali sakit atau kepentingan mendesak.
Menargetkan dana yang akan dibutuhkan dengan meminta rincian dana yang diperlukan
masing-masing seksi.
Memberikan bukti dalam penggunaan dana berupa nota/kwitansi.
Membuat target bahwa persiapan untuk kegiatan harus selesai/siap dalam waktu kurang
dari satu minggu sebelum hari pelaksanaan.
b. Pembuat
Ketua panitia dengan kesepakatan semua anggota kepanitiaan.
c. Pelaksana
Ketua panitia dan semua anggota kepanitiaan.
d. Kultur
Semua anggota kepanitiaan melaksanakan isi dari kebijakan tersebut tanpa terkecuali ataupun
merasa terpaksa.
5. Kontrol Kebijakan
Ada tiga model kontrol kebijakan yang dapat dilakukan yaitu :

a. Partisipasi
Semua anggota kepanitiaan dapat berpartisipasi dalam mengontrol kebijakan yang telah
dibuat.
b. Evolusi
Semua anggota kepanitiaan tanpa terkecuali dapat memberikan ide/masukan alternatif
kebijakan baru yang berguna untuk sesuai dengan situasi dan kondisi.
c. Reformasi
Penggantian/reformasi kebijakan yang baru dapat dilakukan sesuai dengan yang di usulkan
serta kebijakan baru tersebut telah mendapat persetujuan oleh anggota kepanitiaan lainnya

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa penerapan nilai-nilai dan
prinsip-prinsip budaya anti korupsi pada contoh kegiatan tersebut sudah cukup baik dan dapat
diterapkan dalam kegiatan berikutnya. Sehingga hal ini akan memunculkan/menanamkan sifat
anti korupsi serta melatih diri untuk terbiasa dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip anti korupsi
pada masing-masing mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

http://salwani-alwan.blogspot.co.id/2014/10/nilai-dan-prinsipkorupsi.htmlhttp://olivrizuka.blogspot.co.id/2014/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Anda mungkin juga menyukai