ANTIKORUPSI
Akuntabilitas
Kewajaran
PRINSIP-
PRINSIP
ANTI-
KORUPSI
Kontrol kebijakan
kebijakan
AKUNTABILITAS
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan
pelaksanaan kerja
Prinsip akuntabilitas membutuhkan perangkat
pendukung baik berupa:
- Perundang-undangan (de jure) &
- Komitmen & dukungan masyarakat (de facto)
baik pada level budaya (individu dengan
individu) maupun pada level lembaga.
BAGAIMANA MENGUKUR
AKUNTABILITAS ?
1. Akuntabilitas harus dapat diukur dan
dipertanggungjawabkan melalui mekanisme
pelaporan dan pertanggungjawaban atas
pelaksanaan semua kegiatan.
2. Evaluasi atas kinerja administrasi, proses
pelaksanaan, dampak dan manfaat yang diperoleh
masyarakat baik secara langsung maupun
manfaat jangka panjang dari sebuah kegiatan.
Contoh kegiatan sipenmaru di Poltekkes. Prinsip
akuntabilitas diwujudkan dengan membuat pelaporan &
pertanggungjawa-ban, yang tidak hanya diserahkan kepada
Direktur Poltekkes dan Badan PPSDM Kesehatan, melainkan
juga kepada semua pihak, khususnya kepada lembaga-
lembaga kontrol seperti ItJen Kemenkes yang
membidanginya serta kepada masyarakat.
Dan Poltekkes juga mengadakan evaluasi bukan hanya
terhadap pelaksanaan penyelenggaraan kegiatan tersebut,
tetapi juga dievaluasi dampak terhadap kelangsungan PBM,
kelulusan, dan masa tunggu bekerja
Prinsip akuntabilitas harus mulai diterapkan oleh
mahasiswa dalam program kegiatan kemahasiswaan
Isi Pembuat
Kebijakan Antikorupsi
Kultur Pelaksana
4 aspek kebijakan
• Isi kebijakan: Kebijakan antikorupsi akan efektif apabila di
dalamnya terkandung unsur-unsur yang terkait dengan
persoalan korupsi.
• Pembuat kebijakan: Kualitas isi kebijakan tergantung pada
kualitas dan integritas pembuatnya.
• Pelaksana kebijakan: Kebijakan yang telah dibuat dapat
berfungsi apabila didukung oleh aktor-aktor penegak kebijakan;
yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan lembaga
pemasyarakatan.
• Kultur kebijakan: Eksistensi sebuah kebijakan terkait dengan
nilai-nilai, pemahaman, sikap, persepsi, dan kesadaran
masyarakat terhadap hukum atau undang-undang antikorupsi.
Lebih jauh kultur kebijakan ini akan menentukan tingkat
partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi.
Contoh: sipenmaru di Poltekkes, kebijakan/aturan
penerimaan mahasiswa baru yang isinya tergambar
dalam aturan-aturan seleksi penerimaan mahasiswa baru
dilaksanakan sesuai dengan buku pedoman, dimana
pembuat kebijakan penerimaan mahasiswa baru tersebut
adalah Badan PPSDM Kesehatan, dan apabila
penyelenggaraan tidak sesuai aturan yang ditetapkan, hal
tersebut akan menjadi temuan ItJen Kemenkes. Seluruh
perangkat pelaksana sipenmaru di Direktorat
menjalankan sesuai dengan aturan-aturan yang sudah
ditentukan
Kontrol Kebijakan
Kontrol kebijakan merupakan
upaya agar kebijakan yang dibuat
betul-betul efektif dan
mengeliminasi semua bentuk
korupsi.
3 Model kontrol
kebijakan
Evolusi
KEBIJAKAN
Reformasi
3 Model Kontrol Kebijakan
Partisipasi:
Melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan ikut
serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya.
Evolusi:
Mengontrol dengan menawarkan alternatif kebijakan
baru yang dianggap lebih layak.
Reformasi;
Mengontrol dengan mengganti kebijakan yang
dianggap tidak sesuai.
Contoh reformasi: jika pelaksanaan ujian seleksi
penerimaan mahasiswa baru aturan yang berlaku
belum efisien. Misalnya uji tulis menggunakan paper
base test masih terdapat kecurangan, maka
penyelenggaraan selanjutnya perlu dipertimbangkan
untuk computer base test atau one day service.
TERIMA KASIH