Anda di halaman 1dari 24

PRINSIP - PRINSIP

ANTIKORUPSI

OLEH : DWI RACHMAWATY DASWI


Transparansi

Akuntabilitas
Kewajaran

PRINSIP-
PRINSIP
ANTI-
KORUPSI

Kontrol kebijakan
kebijakan
AKUNTABILITAS
 Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan
pelaksanaan kerja
 Prinsip akuntabilitas membutuhkan perangkat
pendukung baik berupa:
- Perundang-undangan (de jure) &
- Komitmen & dukungan masyarakat (de facto)
baik pada level budaya (individu dengan
individu) maupun pada level lembaga.
BAGAIMANA MENGUKUR
AKUNTABILITAS ?
1. Akuntabilitas harus dapat diukur dan
dipertanggungjawabkan melalui mekanisme
pelaporan dan pertanggungjawaban atas
pelaksanaan semua kegiatan.
2. Evaluasi atas kinerja administrasi, proses
pelaksanaan, dampak dan manfaat yang diperoleh
masyarakat baik secara langsung maupun
manfaat jangka panjang dari sebuah kegiatan.
Contoh kegiatan sipenmaru di Poltekkes. Prinsip
akuntabilitas diwujudkan dengan membuat pelaporan &
pertanggungjawa-ban, yang tidak hanya diserahkan kepada
Direktur Poltekkes dan Badan PPSDM Kesehatan, melainkan
juga kepada semua pihak, khususnya kepada lembaga-
lembaga kontrol seperti ItJen Kemenkes yang
membidanginya serta kepada masyarakat.
Dan Poltekkes juga mengadakan evaluasi bukan hanya
terhadap pelaksanaan penyelenggaraan kegiatan tersebut,
tetapi juga dievaluasi dampak terhadap kelangsungan PBM,
kelulusan, dan masa tunggu bekerja
 Prinsip akuntabilitas harus mulai diterapkan oleh
mahasiswa dalam program kegiatan kemahasiswaan

 Dengan harapan bahwa integritas atau kesesuaian


antara aturan dengan pelaksanaan kerja pada diri
mahasiswa dapat semakin ditingkatkan
TRANSPARANSI
 Transparansi: prinsip yang mengharuskan semua
proses kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga
segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh
publik.
 Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus
kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural
kelembagaan.
 Dalam bentuk yang paling sederhana, transparansi
mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk saling
menjunjung tinggi kepercayaan (trust
Perlunya keterlibatan masyarakat dalam
proses transparansi:
 Proses penganggaran yang bersifat bottom up, mulai dari
perencanaan, implementasi, laporan pertanggungjawaban dan
penilaian (evaluasi) terhadap kinerja anggaran.
 Proses penyusunan kegiatan. Hal ini terkait pula dengan proses
pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan (anggaran
pendapatan) dan alokasi anggaran (anggaran belanja).
 Proses pembahasan tentang pembuatan rancangan peraturan yang
berkaitan dengan strategi penggalangan dana, mekanisme
pengelolaan kegiatan mulai dari pelaksanaan tender, pengerjaan
teknis, pelaporan finansial dan pertanggungjawaban secara teknis.
 Proses pengawasan dalam pelaksanaan kegiatan yang berkaitan
dengan kepentingan publik dan yang lebih khusus lagi adalah kegiatan
yang diusulkan oleh masyarakat sendiri.
 Proses evaluasi terhadap penyelenggaraan kegiatan yang dilakukan
secara terbuka dan bukan hanya pertanggungjawaban secara
administratif, tapi juga secara teknis dan fisik dari setiap out put
kegiatan.
Contoh: sipenmaru di Poltekkes dilaksanakan dengan
memperhatikan 5 proses transparansi. Proses
pengganggaran melibatkan peran aktif jurusan dengan
memperhatikan kuota, daya tampung dan anggaran yang
tersedia, baru dirapatkan untuk verifikasi tingkat Direktorat
sebagai bahan penyusunan kegiatan, kemudian dibahas biaya
apa saja yang boleh dipungut oleh masing-masing jurusan
dengan mengacu pada kebijakan yang berlaku,

Penentuan kelulusan ditetapkan mengacu pada kebijakan yang


berlaku. Hasil kegiatan tersebut dibuat laporan serta
dipertanggungjawabkan oleh Direktur Poltekkes kepada Kepala
PPSDM Kesehatan serta diperiksa oleh ItJen Kemenkes dan Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK)
 Dalam bentuk yg paling sederhana, keterikatan interaksi antar
dua individu atau lebih mengharuskan adanya transparansi
mengacu pd keterbukaan & kejujuran untuk saling menjunjung
tinggi kepercayaan karena kepercayaan, keterbukaan, &
kejujuran mrpk modal awal yg sangat berharga bagi mhs untuk
dapat melanjutkan tanggungjawabnya pd masa kini dan masa
mendatang (Kurniawan, 2010)

Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan ke 5 proses


transparansi tsb dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai
individu maupun sebagai bagian dari masyarakat, organisasi,
atau institusi.
KEWAJARAN ( fairness)
 Prinsip fairness ditujukan untuk mencegah
terjadinya manipulasi dalam penganggaran,
baik dalam bentuk mark up maupun
ketidakwajaran lainnya
lima langkah penegakan
prinsip fairness
1. Komprehensif dan disiplin: mempertimbangkan
keseluruhan aspek, berkesinambungan, taat asas,
prinsip pembebanan, pengeluaran dan tidak
melampaui batas (off budget).
2. Fleksibilitas: adanya kebijakan tertentu untuk
efisiensi dan efektifitas.
3. Terprediksi: ketetapan dalam perencanaan atas
dasar asas value for money dan menghindari defisit
dalam tahun anggaran berjalan. Anggaran yang
terprediksi merupakan cerminan dari adanya prinsip
fairness di dalam proses perencanaan pembangunan.
4. Kejujuran : adanya bias perkiraan penerimaan
maupun pengeluaran yang disengaja, yang berasal
dari pertimbangan teknis maupun politis. Kejujuran
bagian pokok dari prinsip fairness.
5. Informatif : adanya sistem informasi pelaporan yang
teratur dan informatif sebagai dasar penilaian
kinerja, kejujuran dan proses pengambilan keputusan.
Sifat informatif ciri khas dari kejujuran.
Contoh: dalam sipenmaru dilaksanakan sesuai usulan dari
jurusan, dilakukan verifikasi oleh direktorat dan seleksi
sesuai kriteria. Penentuan kuota mhs baru yg diterima
sesuai ketentuan, tetapi bila pendaftar menurun pada saat
daftar ulang atau tidak mencapai kuota yang sudah
ditentukan akan dirapatkan kembali untuk pengisian kuota
yang belum terpenuhi melalui jalur lain.

Kuota yang belum tercapai diisi dengan pemanggilan calon


mahasiswa cadangan yang sudah disiapkan dari kuota yang
tersedia. Calon mahasiswa yang diterima termasuk cadangan
yang sesuai kriteria, diumumkan secara on line maupun tidak.
 Prinsip kewajaran bertujuan untuk mencegah praktek
ketidakwajaran/penyimpangan dalam segala level kehidupan 
prinsip kewajaran dapat menggiring setiap kegiatan khususnya
yg berkaitan dengan penganggaran agar berjalan secara wajar,
jujur, dan sesuai dengan prosedur yg telah disepakati bersama

 Dapat diterapkan oleh mahasiswa agar dapat bersikap lebih


waspada dalam mengatur beberapa aspek kehidupannya
seperti: penganggaran, perkuliahan, sistem belajar, maupun
dalam organisasi & memiliki kualitas moral yg lebih baik
KEBIJAKAN ANTIKORUPSI
 Mengatur tata interaksi agar tidak terjadi
penyimpangan yang dapat merugikan negara dan
masyarakat.
 Tidak selalu identik dengan undang-undang (UU)
antikorupsi, namun bisa berupa UU kebebasan
mengakses informasi, UU desentralisasi, UU anti-
monopoli, maupun lainnya yang dapat memudahkan
masyarakat mengetahui sekaligus mengontrol
terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara
oleh para pejabat negara
4 ASPEK KEBIJAKAN ANTIKORUPSI

Isi Pembuat

Kebijakan Antikorupsi

Kultur Pelaksana
4 aspek kebijakan
• Isi kebijakan: Kebijakan antikorupsi akan efektif apabila di
dalamnya terkandung unsur-unsur yang terkait dengan
persoalan korupsi.
• Pembuat kebijakan: Kualitas isi kebijakan tergantung pada
kualitas dan integritas pembuatnya.
• Pelaksana kebijakan: Kebijakan yang telah dibuat dapat
berfungsi apabila didukung oleh aktor-aktor penegak kebijakan;
yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan lembaga
pemasyarakatan.
• Kultur kebijakan: Eksistensi sebuah kebijakan terkait dengan
nilai-nilai, pemahaman, sikap, persepsi, dan kesadaran
masyarakat terhadap hukum atau undang-undang antikorupsi.
Lebih jauh kultur kebijakan ini akan menentukan tingkat
partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi.
 Contoh: sipenmaru di Poltekkes, kebijakan/aturan
penerimaan mahasiswa baru yang isinya tergambar
dalam aturan-aturan seleksi penerimaan mahasiswa baru
dilaksanakan sesuai dengan buku pedoman, dimana
pembuat kebijakan penerimaan mahasiswa baru tersebut
adalah Badan PPSDM Kesehatan, dan apabila
penyelenggaraan tidak sesuai aturan yang ditetapkan, hal
tersebut akan menjadi temuan ItJen Kemenkes. Seluruh
perangkat pelaksana sipenmaru di Direktorat
menjalankan sesuai dengan aturan-aturan yang sudah
ditentukan
Kontrol Kebijakan
Kontrol kebijakan merupakan
upaya agar kebijakan yang dibuat
betul-betul efektif dan
mengeliminasi semua bentuk
korupsi.
3 Model kontrol
kebijakan

Evolusi

KEBIJAKAN

Reformasi
3 Model Kontrol Kebijakan
Partisipasi:
Melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan ikut
serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya.
 Evolusi:
Mengontrol dengan menawarkan alternatif kebijakan
baru yang dianggap lebih layak.
 Reformasi;
Mengontrol dengan mengganti kebijakan yang
dianggap tidak sesuai.
 Contoh reformasi: jika pelaksanaan ujian seleksi
penerimaan mahasiswa baru aturan yang berlaku
belum efisien. Misalnya uji tulis menggunakan paper
base test masih terdapat kecurangan, maka
penyelenggaraan selanjutnya perlu dipertimbangkan
untuk computer base test atau one day service.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai