Anda di halaman 1dari 7

SIKAP BERPIKIR KRITIS

NURHIKMAH 70300119006

RISFAYANI RAMADANTI.B 70300119041

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN PELAJARAN 2019/2020


A. SIKAP BERPIKIR KRITIS

Mutu asuhan keperawatan menjadi alat utama menjaga kepercayaan


pelanggan pelayanan. Asuhan keperawatan bermutu dilakukan dengan
meningkatkan kemampuan berpikir kritis perawat dalam melakukan proses
keperawatan. Pelayanan keperawatan didasarkan pada pendekatan
pengambilan keputusan yang dapat ditingkatkan dengan berpikir kritis.
(Aprisunadi, 2010)

Berpikir kritis dapat mempengaruhi perubahan perilaku seseorang.


Sehingga dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat yang berpikir kritis
akan mampu menunjukkan sikap yang baik kepada pasien.Kemampuan
berpikir kritis seseorang dapat ditunjukkan dengan perilaku. Seseorang yang
mempunyai kemampuan berpikir kritis yang baik akan tahu bagaimana
berperilaku yang baik sehingga dapat memberikan gambaran tentang hal apa
saja yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuannya dalam berpikir.
(Masitah, 2014)

Menurut Nurhaliza (2014) Komponen sikap di anggap sebagai aspek


sentral dari seorang pemikir yang kritis sikap-sikap yang termasuk kepercayaan
diri, kemandirian, integritas, pengambilan resiko, kreativitas, keadilan,
kerendahan hati, dan keberanian. Perawat yang pemikir kritis akan mempunyai
sikap-sikap tersebut beserta aplikasi keperawatannya, yaitu :

1. Berpikir Mandiri

Mengingat berbagai ide sebelum membuat kesimpulan sendiri


dengan mencari literature keperawatan, terutama ketika ada pandangan
yang berbeda pada subjek yang sama. Berbicara dan berdiskusi dengan
perawat lain dan berbagi ide tentang intervensi keperawatan yang akan
dilakukan.

2. Ketekunan

Keinginan untuk mencari wawasan dan kebenaran lebih jauh


meskipun sulit. Banyak waktu dan energy akan dibutuhkan untuk
mendapatkan dan mempertimbangkan informasi baru dan membentuk
wawasan baru. Jika mendapatkan informasi yang tidak lengkap atau hilang
tentang pasien perawat harus mengklarifikasi atau langsung menanyakan
pada pasien secara langsung. Mencoba berbagai pendekatan dan mencari
sumber informasi sampai mendapatkan solusi yang tepat.

3. Curiosity

Menjadi termotivasi untuk mencapai dan bertanya “mengapa”.


Sebuah tanda klinis atau gejala sering menunjukkan berbagai
masalah.Mengeksplorasi dan belajar lebih banyak tentang pasien sehingga
membuat penilaian klinis yang tepat.

4. Kreativitas

Menciptakan ide-ide baru dan pendekatan alternative atau


pendekatan yang berbeda jika intervensi tidak bekerja untuk pasien.
Implementasi keperawatan pasien yang nyeri mungkin membutuhkan
posisi yang berbeda atau teknik distraksi, perawat dapat melakukan
pendekatan yang melibatkan keluarga pasien untuk diterapkan di rumah.

5. Kepercayaan

Merasa yakin dalam kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan


belajar bagaimana untuk memperkenalkan diri kepada pasien, berbicara
dengan keyakinan ketika mulai melakukan tindakan dengan sesuai
prosedur. Seorang pasien berpikir bahwa seorang perawat dapat
melakukan tindakan keperawatan, selalu dipersiapkan dengan baik
sebelum melakukan aktivitas keperawatan dan mendorong pasien untuk
mengajukan pertanyaan.

6. Keadilan

Keinginan untuk menelaah sudut pandang orang lain dengan


standar intelektual yang sama, dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan atau
keuntungan diri sendiri atau orang lain. Mendengarkan kedua belah pihak
dalam diskusi apapun. Jika seorang pasien atau anggota keluarga
mengeluh tentang seorang pekerja. Maka kemudian mencari penyelesaian
yang adil dan terbuka dengan keinginan untuk memenuhi kebutuhan
pasien.

7. Kerendahan hati

Pemikir kritis mengerti kapan harus membutuhkan informasi lebih


lanjut untuk membuat keputusan. Meminta orientasi kepada perawat yang
lebih mengetahui. Meminta daftar perawat secara teratur untuk mengetahui
tindakan yang akan dilakukan dengan pendekatan keperawatan.

8. Integritas

Keinginan untuk menerapkan standar bukti intelektual yang baku


dan sama terhadap pengetahuan yang dimiliki oleh orang lain. Hal ini
membutuhkan kejujuran untuk menelaah dan mengakui kesalahan dan
ketidakkonsistenan pikiran, penilaian dan tindakan.Menjadi jujur dan
bersedia untuk mematuhi prinsip-prinsip dalam menghadapi kesulitan,
tidak ada kompromi untuk standar keperawatan atau kejujuran dalam
memberikan asuhan keperawatan.

9. Kemanusiaan

Suatu kesadaran terhadap keterbatasan pengetahuan diri dan


kepekaan diri terhadap kemungkinan bias dan prasangka.perawat dan
tenaga kesehatan sebaiknya tidak mengklaim bahwa mereka mengetahui
lebih banyak dari apa yang sebenarnya mereka ketahui.

10. Keberanian

Keinginan dan keterbukaan untuk mendengar dan secara jujur


mengkaji ide-ide orang lain ,meskipun perawat sangat berlawanan dengan
ide-ide tersebut.Membutuhkan keberanian untuk mempertimbangkan dan
mengkaji sudut pandang orang lain dan dengan jujur menimbang kekuatan
dan kelemahan pendapat diri.
Nickerson dalam Purba (2018) menyampaikan ciri-ciri orang yang berpikir
kritis dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap dan kebiasaan dalam
bertindak adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan fakta-fakta secara mahir dan jujur

2. Mengorganisasi pikiran dan mengaktualisasikannya dengan jelas, logis


atau masuk akal

3. Membedakan antara ksimpulan yang didasarkan pada logika yang valid


dengan logika yang tidak valid

4. Mengidentifikasi kecukupan data

5. Memahami perbedaan antar penalaran dan rasionalisasi

6. Mencoba untuk mengantisipasi kemungkinan konsekuensi dari berbagai


kegiatan

7. Memahami ide sesuai dengan tingkat keyakinannya

8. Melihat similaritas dan analogi secara tidak dangkal

9. Dapat belajar secara independen dan mempunyai perhatian yang tak


kunjung hilang dalam bekerjanya

10. Menerapkan teknik problem solving dalam domain lain dari yang
sudah dipelajarinya

11. Dapat menyusun representasi masalah secara informal ke dalam cara


formal

12. Dapat menyatakan suatu argumenverbal yang tidak relevan dan


mengungkapkan argument yang esensial

13. Mempertanyakan suatu pandangan dan mempertanyakan implikasi dari


suatu pandangan
14. Sensitif terhadap validitas dan intensitas dari suatu kepercayaan
dengan validitas dan intensitas yang dipegangnya

15. Menyadari bahwa fakta dan pengalaman seseorang selalu terbatas,


banyak fakta yang harus dijalskan dengan sikap non inquiri

16. Mengenali kemungkinan keliru dari suatu pendapat, kemungkinan bias


dalam pendapat, dan mengenali bahaya dari pembobotan fakta menurut
pilihan pribadi.

Berpikir kritis juga menjadi tema yang penting dalam keperawatan


dikarenakan semakin kompleksnya pengambilan keputusan klinis dalam
pemberian pelayanan keperawatan untuk mengatasi masalah klien dan akan
terjadi risiko yang merugikan klien jika perawat melakukan kesalahan dalam
membuat keputusan. (Sudono, 2017)
DAFTAR PUSTAKA

Aprisunadi. 2011. Hubungan Antara Berpikir Kritis Perawat dengan Kualitas


Asuhan Keperawatan di Unit Perawatan Ortopedi Rumah Sakit Umum
Pusat Fatmawati Jakarta. Universitas Indonesia.

Masitah. 2014. PENGARUH SIKAP PEMIKIRAN KRITIS TERHADAP HASIL


BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FKIP UNIVERSITAS MULAWARMAN. FKIP Universitas Mulawarman
Samarinda

Muhaini Atmayana Purba. 2018. PENERAPAN SIKAP BERPIKIR KRITIS BAGI


PERAWAT DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH
SAKIT. Preprints Of Journal Asuhan Keperawatan Penerapan Berpikir
Kritis,Rumah Sakit

Siti Nurhaliza. 2019. Pengaruh Sikap Dan Karakteristik Berpikir Kritis Dalam
Kinerja Perawat di Rumah Sakit. Preprints Of Journal Berpikir Kritis
Sikap dan Karakteristik,Rumah Sakit

Sudono, DS, Bambang, dkk. 2017. Gambaran Kemampuan Berpikir Kritis


Perawat Primer Dalam Pelaksanaaan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit
Islam Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia.

Anda mungkin juga menyukai