Anda di halaman 1dari 15

BRIGADE INFANTERI 26/GURANA PIARAWAIMO

BATALYON INFANTERI RAIDER KHUSUS 762/VYS

OPTIMALISASI KEMAMPUAN PEMBINAAN TERITORIAL TERBATAS SATUAN

TEMPUR DIHADAPKAN KONDISI MASYARAKAT DI WILAYAH PAPUA

Penulis :

Letnan Kolonel Inf Budi Setiadi, S.I.P


OPTIMALISASI KEMAMPUAN PEMBINAAN TERITORIAL TERBATAS SATUAN
TEMPUR DIHADAPKAN KONDISI MASYARAKAT DI WILAYAH PAPUA

Pendahuluan.

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang secara geografis


terletak pada posisi yang strategis, yakni di persilangan antara dua benua (Benua Asia
dan Benua Australia), dan dua samudera (Samudera Hindia dan Samudera Pasifik).
Karena letak geografisnya yang strategis dan besarnya luas perairan, Indonesia
berbatasan langsung di laut dengan 10 (sepuluh) negara tetangga, yakni India, Thailand,
Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, Papua Nugini, Timor-Leste, dan Australia.
Indonesia memiliki iklim tropis dan dijuluki sebagai paru-paru dunia karena memiliki hutan
lindung dalam jumlah yang sangat besar termasuk kekayaan alam yang melimpah.
Dengan jumlah 277,7 juta penduduk yang tersebar dari sabang sampai merauke, dari
pulau nias sampai dengan pulau rote dan memiliki beragam suku, budaya serta adat
istiadat yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, salah satu hal yang menjadi ciri khas di
negara ini adalah Permesta atau pertahanan Rakyat Semesta dengan semboyan Bhineka
Tunggal Ika yaitu berbeda-beda tapi tetap satu jua dengan tingkat toleransi yang tinggi.

Salah satu wilayah yang berada di ujung timur Indonesia adalah kepulauan Papua
yang terdiri dari dua Provinsi yaitu Papua dan Papua Barat. Wilayah Papua Barat
mencakup Semenanjung Domberai, Bomberai, Wandamen, serta Kepulauan Raja Ampat.
Serta terdiri dari beberapa Kabupaten dan kota yaitu, Fak-fak, Kaimana, Manokwari,
Manokwari selatan, Maybrat, Pegunungan Arfak, Raja Ampat, Sorong, Sorong selatan,
Tambrauw, Teluk bintuni, Wondama dan Kota sorong. Ibukota Provinsi ini terletak
di Manokwari dengan kota terbesarnya di Sorong. Masyarakat Papua yang identik dengan
kesatuan sosial yang tinggi, dengan banyaknya suku dan kehidupan berkelompok,
dihadapkan dengan tingkat ego masing-masing suku tersebut mengakibatkan seringnya
terjadi permasalahan yang dikarenakan mempertahankan ego tersebut. Perang suku
yang sering terjadi di wilayah papua merupakan salah satu contoh dari hal tersebut. Untuk
itu dalam setiap permasalahan yang terjadi, harus ada pihak yang menjadi penengah
diantar pertikaian kedua suku tersebut.

Sampai dengan saat ini, jika kita melihat berbagai macam permasalahan yang
telah terjadi, hampir disetiap permasalahan tersebut diakibatkan oleh rasa ketidakpuasan
atas kebijakan yang dibuat pemerintah daerah. Sehingga yang terjadi saat ini adalah
adanya oknum yang memanfaatkan situasi tersebut untuk memperoleh keuntungan
dipihak sendiri.
2

Oknum-oknum tersebutlah yang saat ini berusaha untuk semakin memperbesar


organisasinya yang sering kita sebut sebagai organisasi papua merdeka (OPM ) yang
saat ini dikenal sebagai kelompok separatis pemberontak teroris (KSPT).

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) yang merupakan bagian dari
TNI, berperan sebagai komponen utama kekuatan pertahanan negara di darat,
diharapkan dapat menunaikan tugas pokok sesuai yang diamanatkan oleh Undang-
Undang tersebut. Sesuai UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, disebutkan bahwa tugas
pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, serta melindungi segenap Bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman, gangguan terhadap keutuhan bangsa dan
negara, dimana tugas pokok tersebut dilaksanakan dengan Operasi Militer Perang (OMP)
dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

Dikaitkan dengan permasalahan yang ada di wilayah Papua dan dihadapkan


dengan tugas pokok TNI, yang semula melakukan pola operasi secara agresif dengan
mencari, mendekati dan menghancurkan musuh yang ada. Dianggap mempunyai
kerugian yang cukup besar, terutama adanya korban dari pihak TNI maupun masyrakat
sendiri. Salah satu peristiwa yang baru-baru ini terjadi adalah tewasnya anggota TNI yang
tertembak adalah tewasnya Anggota TNI atas nama Letda Mar Muhammad Ikbal di Distrik
Kenyam, Kabupaten Nduga, Papua pada 26 Maret 2022. Kemudian beberapa rentetan
penyerangan terhadap pos-pos TNI di wilayah Papua yang mengakibatkan kerugian
personel di pihak TNI. Selain di pihak TNI sendiri, ternyata di masyarakat sendiri pun
terdapat kerugian yang sama. Mulai dari materil, moril, dan bahkan nyawa. Tentunya hal
ini sangat disayangkan mengingat kerugian yang cukup disayangkan dan sangat
merugikan karena memiliki dampak yang berkepanjanggan bagi keluarga yang
ditinggalkan. Kerugian personel dalam melaksanakan penugasan adalah suatu hal yang
sangat tidak diharapkan. Sehingga setiap pelaksanaan operasi haruslah dikaji ulang dan
dievaluasi agar terjadi perbaikan ke depannya. Berdasarkan hasil operasi yang telah lalu
dan setelah melalui proses kaji ulang oleh para pucuk pimpinan TNI, maka Jendral TNI
Andika Perkasa selaku Panglima TNI, menetapkan akan merubah konsep operasi yang
ada di Papua. Operasi yang semula menggunakan pendekatan pertempuran akan diubah
menggunakan pendekatan kearah teritorial. Dengan pendekatan tersebut diharapkan
satuan yang melaksanakan tugas operasi di wilayah Papua, mendapat simpati dan
dukungan dari rakyat setempat. Terlebih
3

dengaan kebijakan pemerintah saat ini yang diamanatkan dalam UU Nomor 2 Tahun
2021 tentang otonomi khusus Papua yang menginginkan percepatan pembangunan di
Papua, maka perlu adanya penyesuaian konsep operasi yang berlaku disana.

Berdasarakan latar belakang yang telah penulis paparkan diatas, maka muncul
beberapa identifikasi masalah sebagai berikut. Peratama, bagaimana Konsep penyiapan
operasi yang efektif dan efisien dilihat dilihat dari pola operasi yang menitik beratkan pada
teritorial dilihat dari aspek doktrin, diklat, materiil dan dukungan? Kedua, pola operasi
seperti apa yang dapat dilaksanakan di daerah operasi untuk mendukung kebijakan dan
keputusan politik negara dalam Pembangunan kesejahteraan yang komprehensif dan
sinergis di daerah Papua? Ketiga, Bagaimana inovasi yang dapat dilakukan dalam
akselerasi keberhasilan operasi? Keempat, bagaimana mewujudkan Interoperabilitas
antar unsur terkait sehingga menghasilkan sumber daya yang efektif dalam keberhasilan
operasi? Dengan melihat permasalahan yang muncul tersebut nmaka dapat ditarik suatu
rumusan permasalahan yaitu bagaimana Optimalisasi kemampuan pembinaan
teritorial terbatas satuan tempur dihadapkan dengan kondisi masyarakat di wilayah
papua? Dalam rangka menjawab dari permasalahan tersebut maka penulis mencoba
menganalisa dari berbagai sudut pandang dan referensi yang telah penulis kaji.

Pembinaan teritorial terbatas adalah segala usaha, pekerjaan yang


diselenggarakan secara terbatas pada radius 5-20 kilometer oleh satuan TNI-AD sesuai
batas wewenang tugas dan sarana yang dimiliki. Kemampuan satuan tempur dalam
melaksankaan Binter terbatas, salah satunya dipengaruhi oleh mutu prajuritnya atau
tingkat sumber daya manusianya. Salah satu Faktor penentu yang dapat mewujudkan
keberhasilan tugas satuan dalam Binter terbatas adalah kemampuannya dalam
mewujudkan secara nyata penghayatan dan pengamalan Sapta Marga dan Sumpah
Prajurit dalam bentuk keseluruhan tingkah laku, tindak dan cara seseorang Prajurit dalam
berhubungan antara sesamanya dan dalam rangka mengkongkritkan kemanunggalan
TNI-Rakyat. Adapun dalam penulisan essay ini penulis mengunakan metode deskriptif
analisis dan juga di dukung dari data satuan TNI AD yang telah melaksanakan penugasan
di daerah Papua. Dalam penulisan esay ini, penulis membagi esay ini menjadi 3 bagian,
yaitu pendahuluan, pembahasan, dan penutup.
Adapun nilai guna dari penulisan ini yaitu dapat meberikan manfaat bagi pembaca
khususnya kepada pimpinan TNI AD beserta kepada para Komandan Satuan di satuan
4

Infanteri. Maksud dari penulisan ini adalah memberikan gambaran tentang optimalisasi
kemampuan pembinaan teritorial terbatas di satuan infanteri dikaitkan dengan perubahan
konsep operasi di Papua sedangkan tujuan dari penulisan esay ini adalah sebagai saran
dan masukan kepada Pimpinan TNI AD demi kesiapan satuan infanteri dalam
melaksanakan tugas operasi kedepannya. Pada esay kali ini penulis membatasi
pembahasan pelaksanaan pembinaan teritorial terbatas pada satuan infanteri.

Pembahasan.
Masyarakat Papua mempunyai keanekaragaman kebudayaan yang terdiri dari
berbagai suku bangsa. Tidak hanya pada keanekaragaman kebudayaan tetapi dalam
pemikiran tentunya tidak sama antar satu sama lainnya, masyarakat papua cenderung
melibatkan segala sesuatu dalam bentuk kekeluarga. Mereka berinteraksi satu sama lain
dan saling berbagi bertukar pikiran untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini yang membuat
hubungan mereka menjadi erat dan solid satu sama lainnya.

Terlepas dari hal tersebut, ada sekelompok oknum yang berusaha memecah
keadaan tersebut dengan tujuan agar wilayah papua dapat terpisah dari negara kesatuan
Indonesia. Oknum tersebut adalah kelompok bersenjata yang awalnya hanya dinamakan
OPM yang mengacu pada Organisasi Papua Merdeka. Dengan tujuan gerakan yang
muncul pada tahun 1963 yaitu memerdekakan Papua dari Indonesia atas dasar ketidak
puasan dari kebijakan pemerintah pada saat. Sesuai nama yang mereka sandang, OPM
tercatat pertama kali melakukan gerakkan bersenjata di Manokwari yang sekarang
merupakan ibu kota Provinsi Papua Barat, pada 26 Juli 1965. Seiring dengan
perkembangan situasi tentang konflik yang mereka timbulkan dan dikaitkan semakin
banyaknya jatuh korban baik dari pihak militer maupun sipil maka pada tahun 2021
pemerintah melalui Presiden Joko Widodo mengubah status OPM dari kelompok kriminal
bersenjata (KKSB) menjadi kelompok separatis pemberontak teroris (KSPT). Sehingga,
KSPT OPM dapat digolongkan menjadi insurjen karena maksud dan tujuan mereka untuk
memisahkan diri dari NKRI.

Operasi lawan insurjensi merupakan bagian dari tugas pokok TNI pada operasi
militer selain perang, yang telah tercantum dalam UU No. 34 tahun 2004 tentang TNI.
Berdasarkan Bujuklap Operasi Lawan Insurjensi (OLI) tahun 1986 bahwa tahapan
operasi OLI itu terdiri dari 4 tahap yaitu pemisahan kekuatan insurjen, penggiringan
kekuatan insurjen, pengisosalian kekuatan insurjen, penghacuran kekuatan pasukan
insurjen.
5

Sehingga untuk mendukung konsep tugas tersebut dilaksanakan gelar satuan di wilayah
Papua dalam rangka penggunaan kekuatan TNI untuk mencari, medekati, dan
menghancurkan insurjen, dengan harapan insurjen akan semakin terdesak dan kembali
kepada NKRI. Sesuai data yang diperoleh, saat ini terdapat 12 satuan TNI AD yang
melaksanakan operasi di wilayah Papua, tepatnya di bawah kendali operasi Kodam
XVII/Cendrawasih dan Kodam XVIII/Kasuari. Banyaknya gelar pasukan tersebut ternyata
belum cukup efektif dalam mencapai tujuan dilaksanakannya operasi tersebut. Hal ini
dapat dibuktikan dengan masih banyaknya korban personel pada saat melaksanakan
operasi. Kondisi demikian tercipta akibat masih seringnya terjadi penyerangan di pos-pos
TNI disana. Kondisi ini memburuk dengan semakin menyebarnya pengaruh KSPT OPM di
masyarakat.

Sesuai dengan arah kebijakan Panglima TNI, Jendral TNI Andika Perkasa yang
mengingnkan perubahan konsep operasi dari pola pertempuran menjadi pola teritorial, hal
ini merupakan jawaban dari hasil operasi yang telah berlangsung selama ini.
Pelaksanaan operasi tempur yang sudah dilaksanakan selama beberapa tahun
kebelakangan ternyata belum cukup efektif dalam menekan gerakan tersebut.
Dihadapkan dengan perubahan konsep tersebut, diharapkan dapat memenangkan hati
masyarakat setempat akan membantu kesuksesan pelaksanaan operasi ke depannya
untuk memulihkan satbilitas keamanan di wilayah Papua.

Berikut penulis akan mencoba menjawab keinginan dan harapan dari latar belakang
yang telah dibahas sebelumnya dikaitkan dengan pelaksanaan pembinaan teritorial
terbatas di satuan dalam rangka menyiapkan satuan yang siap operasional sehingga
dapat melaskanakan tugas sesuai dengan harapan pimpinan. Penulis akan membagi
pembahasan ini sesuai dengan rumusan masalah yang sudah penulis sampaikan pada
pendahuluan.

Bagaimana Konsep penyiapan operasi yang efektif dan efisien dilihat dilihat dari
pola operasi yang menitik beratkan pada teritorial dilihat dari aspek doktrin, diklat,
materiil dan dukungan?
Pelaksanan tugas operasi memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang.
Diharapkan dengan perencanaan dan persiapan yang matang akan mendukung
keberhasilan satuan tersebut dalam pelaksaanaan tugas operasi. Proses perencanaan
dan persiapan satuan yang melaksananan tugas operasi sangat erat kaitannya dengan
6

pelaksanaan binsat di satuan. Karena tahap perencanaan dan persiapan dilaksanakan


pada saat satuan masih berada di homebase. Perencanaan dan persiapan yang
dilakukan haruslah efektif dan efisien dikarenakan terdapat keterbatasan yang dimiliki
oleh satuan tersebut dilihat dari segi fasilitas dan anggaran yang dimiliki oleh satuan
tersebut.

Dikaitkan dengan aspek doktrin terhadap kemampuan teritorial terbatas, perlunya


suatu pemahaman terhadap pola operasi yang baru yaitu dimana satuan tempur yang
notabene melaksanakan kegiatan pertempuran di daerah operasi dengan mendekati,
mencari dan menghancurkan musuh namun harus merubah pemahaman dimana
melaksanakan tugas teritorial terbatas namun tidak melupakan faktor kemanan didalam
pelaksanaan tugasnya. Selain doktrin tersebut, perlu juga pembaharuan terhadap refrensi
buku yang menggandung doktrin-doktrin lama agar menjadi pedoman dan sumber
informasi bagi prajurit yang akan melaksanakan penugasaan.

Dikaitkan dengan pendidikan dan latihan, perlunya materi teritorial pada saat
penyiapaan satuan yang akan berangkat penugasan. mulai dari tahap lator sampai pada
latihan drill tempurnya. Namun dikaitkan dengan satuan tempur yang memiliki naluri
pertempuran, tentu saja hal ini perlu direncanankan sedemikian rupa dan matang,
sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Sebagai contoh pada saat pelaksanaan
penyiapaan latihan teritorial dihadirkan penarasumber yang memang memiliki
kemampuan didalam bidang teritorial tersebut, sehingga personel dapat menyerap ilmu
secara langsung. Kemudian pada saat pelaksanaan latihan, bisa disisipkan materi study
kasus, diharapkan dengan adanya hal ini, personel yang akan berangkat penuagasan
dapat mempelajari hal-hal apa saja yang harus disiapkan dan diantisipasi pada saat di
daerah penugasaan.

Terkait materiil dan dukungan, merupakan sesuatu hal yang sangat diperlukan
dalam penyiapaan satuan yang akan melaksanakan operasi, dikaitkan teritorial dan
masyarakat papua, alangkah baiknya pada saat di daerah penugasaan didukung oleh
saranan penggalangan. Dengan menggunakan saranan pengalanggan dapat
memudahkan kita didalam mengambil hati masyarakat, hal ini merupakan sesuatu cara
bagaimana mempercepat agar keberadaan kita dapat diterima oleh pihak mereka dan
dengan segera kita dapat menyusup masuk kedalam untuk mencari informasi dan
merubah pola pemikiran yang salah didalam pikiran kelompok bersebrangan. Untuk
materiil apabila dapat didukung seperti sarana pengintaiaan berupa drone dan night
vision goggle (NVG) akan lebih memaksimalkan lagi dalam pelaksanaan tugas dan
meminimalisi korban yang ada.
7

Pola operasi seperti apa yang dapat dilaksanakan di daerah operasi untuk
mendukung kebijakan dan keputusan politik negara dalam pembangunan
kesejahteraan yang komprehensif dan sinergis di daerah Papua?
Dengan adanya penerapan otonomi daerah di wilayah Papua maka pemerintah
mempunyai langkah yang nyata dalam penyelesaian permasalahan yang ada di wilayah
tersebut dengan mempercepat pembangunan wilayah tersebut sehingga terjadi roda
perekonomian yang maju seperti yang diharapkan oleh semua pihak. Dari keseriusan
pemerintah tersebut maka dalam mendorong kebijakan tersebut Panglima Tentara
Nasional Indonesia memberikan perintah kepada satuan penugasan di wilayah Papua
menggunakan pola operasi dengan dengan menitikberatkan Teritorial dalam hal ini
dengan pola operasi sebelumnya yang dilaksankan tidak ada titik temu terkait
penyelesaian sampai dengan sekarang. Pola operasi tersebut bisa dilaksanakan dengan
baik apabila semua unsur Forkopimda diwilayah terlibat upaya upaya untuk membantu
terselesaikannya masalah yang ada diwilayahnya. Sehingga operasi tersebut tidak dapat
dilaksanakan hanya Satuan Tugas yang terlibat. Sampai saat ini Satuan penugasan
masih melaksanakan operasinya secara mandiri tanpa adanya sinergitas dengan
forkopimda wilayah setempat sehingga operasi yang dilaksanakan hanya sebatas
mencari keberadaan KSPT tanpa bisa memberikan solusi yang nyata bagi masyarakat
yang berada di wilayah tersebut. Hal tersebut terbukti bahwa KSPT masih memberikan
perlawanan karena tidak puasnya keinginan mereka bahwa mereka ingin menjadikan
Papua menjadi sebuah negara sendiri yang berdaulat.

Dari pola operasi yang selama ini dilakukan oleh satuan penugasan tanpa ada
sinergitas dengan pihak lainnya serta fakta bahwa KSPT masih memberikan
perlawanannya sampai tuntutan mereka disetujui oleh pemerintah maka kita berharap dari
permasalahan pola operasi yang dilakukan satuan penugasan sudah harus menjadi
pembahasan yang mendalam bahwa setiap Satuan Penugasan harus dapat membantu
Pemerintah daerah dalam membangun kesejahteraan di wilayah tersebut dengan
beberapa cara diantara lain : 1. Satuan penugasan dapat membantu pemerintah daerah
setempat menyediakan tenaga pendidik dalam hal ini guru karena dengan adanya tenaga
pendidik dari TNI dapat selalu menyisipkan tentang Wawasan Kebangsaan bagi para
siswanya setidaknya apabila terdapat orang tua dari siswa yang merupakan anggota
KSPT melalui anak didik yang ada bisa memberikan pemahaman terhadap orang tuanya
untuk mencintai NKRI. 2. Dalam Aplikasi pembangunan wilayah tertinggal maka unsur
satuan penugasan dapat turut serta menjadi contoh/role model untuk membantu melalui
sosialisasi terhadap penduduk yang memang pasrah karena situasi diwilayahnya. 3.
Satuan penugasan dapat

menjadi unsur yang mengamankan jalannya program pembangunan wilayah tertinggal


sehingga pekerjaan dapat terselenggara dengan aman tanpa ada gangguan dari KSPT.

Dari permasalahan yang ada dihadapkan dengan 8 Wajib TNI point ketujuh tidak
sekali kali menakuti dan menyakiti hati rakyat dan poin kedelapan menjadi contoh dan
mempelopori usaha usaha untuk mengatasi kesulitan di sekelilingnya, pada kenyataanya
Prajurit Satgas masih dilihat kasus yang terjadi disebabkan 1) Palanggaran Ham dengan
membunuh Non combatan atau masyarakat sipil yang dilakukan oleh Prajurit TNI
dikarenakan hanya mendengar informasi yang tidak autentik sehingga dapat menyakiti
hati masyarakat. 2) Tidak adanya wujud untuk mengentaskan kesusahan masyarakat
seperti membantu masyarakat yang sakit karena disana jauh dari rumah sakit sedangkan
Pos Satgas memiliki tenaga kesehatan yang dapat mengatasi sementara, tidak dapat
memberikan contoh kepada masyarakat untuk mulai memperbaiki roda ekonomi seperti
berkebun, berjualan atau menghasilkan karya tangan yang dapat membantu
perokonomian masyarakat. Dari hal tersebut berakibat : 1) Ketidakpercayaan kepada
Satuan penugasan di wilayah tersebut, 2) Membuat KSPT menjadikan alasan bahwa TNI
yang berada diwilayahnya membunuh tanpa sebab dan menjadikan dendam yang tidak
akan berujung. 3) Masyarakat tidak mempunyai kreatifitas dan tidak mempunyai inovasi
untuk mengatasi permasalahan kemiskinan.

Melihat dari paragraf diatas bahwa penerapan pola operasi yang menitikberatkan
pada metode teritorial mempunyai beberapa kekurangan diantaranya : 1) Bahwa Doktrin
dan latihan Satuan Penugasan menggunakan pola operasi Operasi Lawan Insurjen,
sehingga penerapan dilapangan sebagai prajurit bahwa operasi yang dilakukan adalah
untuk mendapatkan keberhasilan membunuh tokoh KSPT dan mendapatkan senjata. 2)
Keamanan bagi prajurit yang melaksanakan kegiatan Teritorial di wilayahnya, karena
penerapan metode territorial adalah terjun langsung dengan masyarakat untuk
mendapatkan simpati.
Dari penjelasan kendala bagi Satuan penugasan yang mengedepankan Teritorial
dalam melaksanakan penugasan bahwa ada hal positif yang dapat kita kerjakan untuk
menjadikan satuan ini berhasil guna dalam melaksanakan penugasan diantaranya : 1)
Dengan melakukan operasi dengan metode territorial menjadikan satuan penugasan
menjadi kepercayaan bagi masyarakat sekitar. 2) Dengan adanya kepercayaan dari
masyarakat KSPT akan mempertimbangkan bahwa keberadaan TNI AD merupakan
solusi pemecahan mengatasi kesulitan bagi masyarakatnya
.
9

Bagaimana inovasi yang dapat dilakukan dalam akselerasi keberhasilan operasi?


Pada hakekatnya, inovasi dapat dilakukan dalam semua bidang, termasuk
pelaksanaan tugas operasi. Inovasi di dalam pelaksnaan tugas operasi di medan
penugasan sangatlah perlu agar tercipta situasi yang lebih baik dan kondusif. Adanya
inovasi di medan penugasan akan sangat berdampak positif bagi daerah yang meenjadi
sasaran dalam pelaksanaan operasi.

Inovasi yang dapat dilakukan di dalam daerah penugasan harus direncanakan


dengan baik. Namun tetap juga memperhatikan faktor prosedur keamanan pada kegiatan
yang telah ditetapkan oleh Panglima TNI yaitu melaksanakan kegiatan minimal dengan
berkekuatan 10 orang. Hal tersebut perlu dilakukan karena di medan penugasan memiliki
kerawanan yang tidak dapat diprediksi dan sewaktu-waktu dapat muncul. Inovasi yang
dilakukan dengan melaksanakan komsos aktif kepada masyarakat. Dikaitkan dengan
satuan tempur yang notabene yang sudah terbiasa dengan hal-hal yang bersifat tempur,
maka perlunya pembiasaan diri dikaitkan hal tersebut. Dimulai dari melaksanakan 3 S
yaitu senyum, sapa, salam. Hal ini tentu merupakan hal yang mudah dan gampang,
namun apabila ini dilakukan sangat berarti besar. Terutama untuk merebut hati
masyarakat di wilayah Papua yang notabene sama dengan masyarakat di wilayah
lainnya, mempunyai rasa saling menghagai satu sama lain. Apa bila hal kecil tersebut
sudah dapat dilakukan, maka barulah kita dapat mulai berinteraksi secara langsung
dengan masyarakat, seperti mengkombinasikan hal tersebut dengan pelaksanaan
kegiatan kreatif seperti berkebun dengan masyarakat, memberikan pemahaman kepada
masyarakat setempat tentang komoditi yang dapat mereka jadikan penghasilan, dan juga
melaksanakan pendidikan dan pengajaran secara aktif kepada masyarakat sekitar.
Sehingga keberhasilan dari komsos tersebut akan merubah persepsi masyarakat bahwa
satauan yang melaksanakan tugas dapat membantu mereka dalam meningkatkan taraf
hidup.

Setelah dianggap kita telah mendapatkan hati masyarakat tersebut, baru lah kita
memulai ketahapan selanjutnya yaitu kita secara lebih mendalam memasukkan doktrin-
doktrin Pancasila dan UUD 1945 serta menjelaskan kepada mereka bahwa kehadiran kita
TNI ini adalah bagian dari mereka, tanpa mereka kita bukanlah apa-apa.

Bagaimana mewujudkan interoperabilitas antar unsur terkait sehingga


menghasilkan sumber daya yang efekif dalam keberhasilan operasi?
Kata “interoperabilitas” terdiri dari 3 kata, yaitu: “inter” yg artinya antar (beberapa
hal), “operate” yg artinya bekerja, dan “ability” yg artinya kemampuan/kebisaan. Ketika

10

digabungkan menjadi “interoperabilitas”, ini secara kasar berarti “kemampuan untuk


bekerja di antara banyak hal” atau terjemahan gratis tentang “kemampuan untuk bekerja
bersama di antara banyak hal”. Interoperabilitas merupakan kemampuan berbagai ragam
sistem untuk bekerja sama dan kemampuan sebuah sistem untuk bekerja atau digunakan
oleh sistem lain (Merriam Webster).

Pada kegiataan di daerah penugasaan merupakan kegiatan yang tidak bisa berdiri
sendiri, melainkan melibatkan unsur atau instansi lain didalamnya. Sebelum
melaksanakan kegiatan, seharuslah melakukan perencanaan terlebih dahulu secara
matang. Mulai dari mempelajari tugas, sasaran yang akan dituju, hal yang akan dicapai
dan melaksanakan koordinasi. Pada kegiataan koordinasi, dalam pola operasi teritorial
dapat dilakukan dengan melaksanakan pendekatan kepada unsur pemerintahaan di
wilayah penugasaan. Koordinasi dapat dilakukan dengan cara menjalin komunikasi yang
baik antar satu sama lain. Dengan terjalin hubungan yang timbal balik antar unsur
pemerintah dengan pihak kita yang berbuah manis. Pada saat di medan penugasan, kita
juga harus mampu menafsirkan kebijakan pemerintah setempat serta mendukung penuh
dikarenakan kebijakan yang diambil merupakan perpanjangan dari kebijakan pemerintah
pusat dalam melaksanakan percepatan pembangunan di Wilayah.

Peran satuan intelijen juga sangat diperlukan. Informasi yang bersifat umum harus
disampaikan secara terbuka sehingga dapat mempermudah dalam proses pengambilan
keputusan terhadap perkembangan situasi di daerah penugasan yang sangat dinamis.
Peran satuan intelijen sebagai penyedia informasi sangat vital. Satuan intelijen
diharapkan dapat memberikan informasi secara akurat dan actual sehingga mencegah
jatuhnya korban di pihak satuan sendiri.
Tidak lupa, peran tokoh agama, tokoh masyarakat, serta tokoh adat setempat
sangat diperlukan. Terlebih, dengan konsep operasi teritorial yang mengedapankan
hubungan antar satuan dengan masyarakat, maka satuan harus mampu melaksanakan
komunikasi social dengan baik. Papua merupakan daerah yang masih kental dengan adat
istiadat. Nilai-nilai budaya lokal masih dipegang teguh oleh mayoritas masyarakat disana.
Sehingga, apabila para tokoh di masyarakat dalam dearah penugasan sudah berpihak
kepada satauan tersebut, akan mudah bagi satuan untuk melancarkan operasi.

11

Penutup.
Dari pembahasan yang telah penulis paparkan diatas terdapat beberapa poin
penting yang menjadi jawaban dari permasalahan pokok permasalahan “bagaimana
mengoptimalkan kemampuan pembinaan teritorial satuan tempur dihadapkan kondisi
masyarakat di wilayah papua?” dapat disimpulkan berbagai permasalahan sebagai
berikut:

1. Pada dasarnya kemampuan satuan tempur dalam pembinaan teritorial terbatas


dapat dilaksanakan secara maksimal dengan memanfaatkan keterbatasan yang ada.
Perlunya perubahan pola berpikir yang awalnya melaksanakan operasi tempur menjadi
teritorial hanya butuh waktu dan pembiasaan terhadap kegiatan tersebut.

2. Perlunya perencanaan yang matang dikaitkan sebelum pelaksaan operasi teritorial,


operasi ini tidak dapat berdiri sendiri, melainkan melibatkan unsur atau satuan lain yang
terlibat di dalamnya sehingga pelaksanaannya dapat maksimal.

3. Perlunya dukungan sarana dan prasana yang terupdate seperti drone dan NVG
sehingga pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan maksimal.

4. Penambahan program latihan tentang pembinaan teritorial pada saat pelaksanaan


latihan pratugas, bukan hanya terfokus kepada kemampuan bertempur. Sehingga prajurit
lebih handal dalam melaksanakan aplikasi di lapangan.

5. Demikian yang dapat penulis sampaikan pada kesempatan kali ini. Besar harapan
penulis, ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya para perwira di lingkungan TNI
AD guna memperlancar keberhasilan pelaksanaan tugas di daerah penugasan.
Dikeluarkan di : Sorong
pada tanggal : Maret 2022
Komandan Yonif RK 762/VYS,

Budi Setiadi, S.I.P.


Letnan Kolonel Inf NRP 11030034790582

Lampiran:

1. Daftar Pustaka.

2. Riwayat Hidup.

Lampiran – 1 ( Daftar Pustaka )

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang RI No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.


2. Undang-Undang RI No.34 Tahun 2004 tentang TNI.
3. Surat Keputusan Kasad No Skep/96/II/1986 Tanggal 3 Februari 1986 tentang Bujuklap
tentang Operasi Lawan Insurjensi.
4. Buku Petunjuk Induk tentang Latihan Nomor : Perkasad / 70 / VII / 2011 tanggal 29 Juli
2011.
5. Buku Petunjuk Administrasi tentang Penyelenggaraan Latihan Nomor : Perkasad / 35-02/
XII / 2012 tanggal 27 Desember 2012..
6. Surat keputusan Kasad No Skep/452/XII/2016 tentang Buku Petunjuk Pembinaan
Satuan TNI AD.

Dikeluarkan di : Sorong
pada tanggal : Maret 2022
Komandan Yonif RK 762/VYS,

Budi Setiadi, S.I.P.


Letnan Kolonel Inf NRP 11030034790582
Lampiran – 2 ( Riwayat Hidup )

RIWAYAT HIDUP

Nama : Budi Setiadi, S.I.P.


Pangkat : Letnan Kolonel
NRP : 11030034790582
Jabatan : Danyonif RK 762/VYS
Tempat/Tanggal Lahir : Bandung/07-05-1982
Status : Kawin

Lampiran:
Pendidikan Umum : 1. SD (1994)
. 7. Alur Pikir. 2. SMP (1997)
4.
1.

8. Daftar Pustaka.
5.
2. 3. SMA (2000)

9. Riwayat Hidup.
6.
3.
4. S1 (2020)

Pendidikan Militer : 1. Akmil


2. Sussarcab If
3. Diklapa I
4. Diklapa II
5. Seskoad

Pendidikan Spesialisasi : 1. Para Dasar


2. Susdanramil
3. Suspasandi & Intel

Riwayat Jabatan : 1. DANRAMIL 1621-03 REM 161/WS


2. DANTON III KI A YONIF 742/SWY
3. DANTON II KI C YONIF 742/SWY
4. PASI-2/OPS YONIF 742/SWY
5. DANKI C YONIF 742/SWY 01-09-2010
6. KASI-1/INTEL BRIGIF 1 PIK /JS DAM JAYA
6. KASUBDEP NARVRAD PUSDIKIF PUSSENIF
7. PABANDYA PUANTER KODAM XVIII/KSR
8. DANYONIF RK 762/VYS BRIGIF 26/GP

Penugasan Operasi : 1. Ops Pamtas RI-RDTL


2. Ops Pamtas RI-RDTL

Dikeluarkan di : Sorong
pada tanggal : Maret 2022
Komandan Yonif RK 762/VYS,

Budi Setiadi, S.I.P.


Letnan Kolonel Inf NRP 11030034790582

Anda mungkin juga menyukai