Anda di halaman 1dari 118

KATA PENGANTAR

Sebagai insan beriman kami menyampaikan puji dan syukur


kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya Direktorat
Standardisasi Materi dan Metode Aparatur Negara Deputi Pengkajian
dan Materi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dapat
melakukan Penyusunan Standardisasi Materi Pembinaan Ideologi
Pancasila Bagi Tentara Nasional Indonesia sebagai draf penyusunan
dokumen pertama.
Draf Dokumen pada tahap pertama ini merupakan kopilasi
dari dokumen yang disusun oleh para pakar sesuai dengan outline
yang telah dibahas dalam diskusi-diskusi sebelumnya.
Selanjutnya dokumen ini menjadi bahan yang dapat digunakan
sebagai draf dokumen untuk melakukan pembahsan-pembahasan
selanjutnya. Sehingga Dokumen kompilasi ini menjadi pegagangan
dan bahan dasar baik bagi penyusun, pembahsan maupun peserta
diskusi untuk dapat melakukan perbaikan-perbaikan dalam rangka
lebih menyempurnakan Dokumen Standardisasi Materi dan Metode
Pembinaan Pancasila bagi Polri.
Kami penyelenggara kegiatan menyadari bahwa dalam
melakukan kompilasi ini terdapat banyak hal dan langkah yang kami
tidak lakukan. Untuk itu demi kesempurnaan naskah materi yang
telah disusun ini, kami berharap memperoleh saran dan masukan dari
pihak-pihak terkait dan pemangku kepentingan untuk
penyempurnaan hasil pekerjaan ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Deputi
Bidang Pengkajian Materi BPIP RI, Direktur Staandardisasi Materi
Aparatur Negara, Bapak dan Ibu Penyusun ; Dr. Henry T.
Simarmata, Dr. Idris Hemay, S.Sos, Dr. Rofi Wahanisa, SH, MH
yang dengan tulus hati dan penuh kesabaran melaksanakan proses
penyusunan draf dokumen ini.

Jakarta, September 2021


i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
1. Outline Draf Dokumen Standar Materi Pembinaan
Pancasilia Bagi TNI
2. Annex
3. Daftar Pustaka
Bab I Peran Strategis Pembinaan Pancasila Bagi TNI
1. Latar Belakang
2. Landasan Pembinaan Ideologi Pancasila
3. Tujuan Dan Sasaran
4. Metode dan Pendekatan
5. Sistimatika
Bab II Pokok-Pokok Pikiran Pancasila dan Pembinaan
Ideologi Pancasila
1. Pemikiran Pendiri Bangsa
2. Pembangunan Nasional
3. Pembinaan Ideologi Pancasila
4. Capaian Pembinaan Ideologi Pancasila
Bab III Pancasila dan Doktrin TNI
1. Kejuangan TNI Dalam Kemerdekaan Indonesia
2. Jati Diri, Tugas, Karakter, Tugas dan Fungsi
3. Nilai Integritas TNI Berdasarkan Pancasila
4. Pembinaan Ideologi Pancasila, Konsepsi
Pertahanan Negara dan TNI
5. Doktrin TNI dan Ideologi Pancasila
Bab IV Pembinaan Ideologi Pancasila Dalam TNI
1. Pengertian Pertahanan Negara, Sifat, Fungsi, dan Sistem
Pertahanan Negara Indonesia
2. Nilai-Nilai Pancasila dalam Pertahanan, Bela Negara, dan
Cinta Tanah Air
3. Profil Subyek Pembinaan Ideologi Pancasila dalam TNI
4. Capaian dan Kompetensi dalam Pembinaan Ideologi
Pancasila
5. Rangkuman

ii
Bab V Aktualisasi Pancasila dalam TNI
1. Arti penting Aktualisasi Pancasila bagi TNI
2. Penjenjangan Materi Pancasila dalam Pembinaan
Ideologi Pancasila bagi TNI
3. Relasi Pancasila, Doktrin TNI, Pertahanan Negara, dan
Keamanan Nasional
4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam
Aktualisasi Pancasila bagi TNI
5. Rangkuman

iii
Bab I
Peran Strategis
Pembinaan Ideologi Pancasila Bagi TNI

1. Latar Belakang

Pembinaan ideologi Pancasila bagi Tentara Nasional


Indonesia (TNI) diyakini oleh para pemangku kepentingan
dan penentu TNI sebagai kebutuhan krusial untuk
keberhasilan pelaksanaan tugas pokok TNI. Lampiran
Keputusan Panglima TNI tentang Petunjuk Induk
Pembinaan Mental TNI Pinaka Baladika tanggal 21
November 2017 menyebutkan bahwa agar dapat menjalankan
dengan baik tugas pokok TNI (yang disebut dalam Undang
Undang Nomor 34 Tahun 2004), yaitu untuk “menegakkan
kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia…serta (untuk)
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan
bangsa dan negara,” maka TNI membutuhkan dukungan
kualitas mental personel sebagai unsur yang sangat esensial.

Kualitas mental merujuk pada kondisi optimum kesehatan


mental seseorang, utamanya emosional dan intelektual,
sehingga mampu beradaptasi dengan lingkungannya, mampu
menerima dan menjalankan tanggung jawab, mampu
memahami dan mengatasi masalah yang dihadapi, serta
mampu terus berkembang secara positif (Notosoedirdjo &
Latipun, 2005, hal. 25-26). Dalam konteks ini, melalui
pembinaan ideologi Pancasila diharapkan terbentuk kondisi
mental jiwa prajurit TNI yang kokoh, yakni: berketuhanan,
berprikemanusiaan, berkomitmen terhadap persatuan dan

1 | Standat Materi PIP Bagi TNI


kesatuan nasional, berkerakyatan serta menjunjung tinggi
nilai-nilai keadilan. Pada bentuk yang lebih nyata, pembinaan
ideologi Pancasila itu tidak hanya menjadikan prajurit TNI
hafal Sapta Marga dan Sumpah Prajurit. Lebih dari itu, juga
mampu meresapi sistem nilai Pancasila yang teraktualisasi
dalam pikiran, sikap, dan perilaku kehidupan sehari-hari serta
tidak mudah goyah oleh arus nilai dari ideologi lain.

Sebagai bagian dari sistem pembinaan personel, arah dan


tujuan kegiatan pembinaan ideologi dalam tubuh TNI
sejauh ini sudah merujuk pada nilai dan prinsip-prinsip
Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia (UUD NRI Tahun 1945). Pancasila dan konstitusi
negara menjadi dasar atau landasan utama bagi setiap upaya
TNI membina ideologi para anggota dan lingkungannya. Di
samping itu, pembinaan mental bagi TNI juga didasarkan
pada pengertian dirinya sebagai benteng Pancasila dan
penjaga wilayah nasional yang berfungsi sebagai sistem
pendorong (driving system) yang mendasari pemikiran, sikap,
dan perilaku personel TNI. Undang-undang Nomor 34 Tahun
2004 tentang TNI dalam Pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa
TNI sebagai alat pertahanan negara, berfungsi sebagai: a)
penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan
ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap
kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa; b)
penindak terhadap setiap bentuk ancaman sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a; dan c) pemulih terhadap
kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan
keamanan. Kemudian dalam ayat (2) disebutkan bahwa
dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), TNI merupakan komponen utama sistem pertahanan
negara.

2 | Standat Materi PIP Bagi TNI


Namun demikian, mengingat pesatnya perubahan dimanika
lingkungan strategis, baik pada tingkat nasional maupun
global, maka sudah semestinya materi dan strategi pembinaan
menyesuaikan dengan perkembangan yang ada. Perubahan
itu perlu dibaca sebagai ruang bagi institusi TNI untuk terus
memperkuat jati dirinya sekaligus memberi makna baru bagi
pengabdian dan pelaksanaan tugasnya.

Karena itu, pembinaan ideologi Pancasila bagi TNI


membutuhkan panduan instruktif yang bersifat praktis dan
implementatif demi membantu TNI menghadapi tantangan
tugas secara optimal, berhasil guna dan berdaya guna.
Penyesuaian itu bukan sesuatu yang tabu dan sudah lama
disadari oleh institusi TNI. Misalnya, Keputusan Panglima
TNI Nomor Kep/760/XI/2012 tanggal 1 November 2012
tentang Petunjuk Induk Pembinaan Mental TNI yang
digunakan dalam membina personel TNI dianggap oleh
pimpinan TNI perlu diubah dan diganti, karena kurang
kontekstual serta mengandung permasalahan dalam
pengoperasiannya. Meskipun demikian, yang perlu
digarisbawahi, langkah-langkah penyesuaian atau perubahan
dalam institusi TNI tidaklah meninggalkan budaya dan tradisi
yang sudah mengakar. Nilai-nlai lama yang menjadi karakter
dan ciri khas dalam jati diri TNI tetap dipertahankan seraya
mengadopsi nilai-nilai baru yang lebih relevan. Hal semacam
ini bisa ditilik dari penyesuaian doktrin TNI pasca reformasi
1998.

Gerakan reformasi telah membawa sejumlah tata nilai sosial


yang mempengaruhi kelembagaan dan doktrin TNI yang
berbeda dengan era Orde Lama (1945-1965) dan Orde Baru

3 | Standat Materi PIP Bagi TNI


(1966-1998). Pada saat menjelang dan tak berapa lama
sesudah 1998, tentara menjadi target utama kritik publik
karena asosiasinya sebagai tulang punggung kekuasaan
Soeharto. Pada masa yang disebut terakhir ini, tentara sering
menguat sebagai instrumen untuk berbagai operasi keamanan
dan “operasi militer selain perang” (OMSP) di dalam negeri,
serta menjadi alat kontrol represif pemerintah terhadap
musuh-musuh politiknya. Atas kondisi itu, gerakan reformasi
kemudian menuntut agar tentara kembali ke barak dan peran
militer dalam politik praktis coba untuk dihapuskan.
Sementara, para pemimpin militer diminta oleh para
penggerak reformasi untuk mempertanggungjawabkan
pelanggaran HAM yang dilakukannya.

Namun faktanya, reformasi tidak seluruhnya menghapus


kekuasaan dan pengaruh politik militer. Sebagian alasannya
karena kepemimpinan sipil yang baru di era reformasi
membuka ruang keterlibatan mereka dalam jabatan politik.
Hal ini misalnya dapat dilihat dari konsep operasi militer
selain perang (OMSP) yang dilembagakan melalui Undang
Undang Nomor 03/2002 tentang pertahanan negara, dan
dipertegas kembali pada tahun 2003 dalam kertas putih
Departemen Pertahanan RI dan akhirnya disahkan menjadi
Undang-Undang Nomor 34/2004 tentang Tentara Nasional
Indonesia. Undang-undang tersebut intinya menegaskan
dua fungsi TNI di era reformasi, yaitu dalam operasi militer
(OM) dan operasi militer selain perang (OMSP), meski
secara konsep dan aplikasi sangat berbeda dari dwi-fungsi
ABRI pada masa sebelumnya.

Hal lain mengenai pemisahan TNI dan POLRI dari ABRI


yang ditegaskan dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan

4 | Standat Materi PIP Bagi TNI


Rakyat (MPR) Nomor VI/MPR/2000 tentang Pemisahan TNI
dan POLRI serta Ketetapan MPR Nomor VII/MPR/2000
tentang Peran TNI dan Peran POLRI. Meskipun terdapat
perubahan kelembagaan, tetapi beberapa rumusan doktrin
TNI tetap dipertahankan serta kemungkinan besar akan selalu
berpengaruh mendalam pada setiap pembinaan mental para
prajurit dan perwira TNI. Misalnya, Pancasila dan UUD
NRI Tahun 1945 tetap menjadi jiwa utama dari TNI. Sapta
Marga (atau Tujuh Janji) prajurit TNI sebagai kode harapan
perilaku (code of conduct) yang diformulasikan sejak 1951
menyebutkan dengan jelas, salah satunya, bahwa prajurit
Tentara Nasional Indonesia adalah bhayangkari negara dan
bangsa Indonesia, dan menekankan kesetiaan prajurit TNI
kepada Pancasila.

Sepanjang sejarah Indonesia, setidaknya dimulai sejak tahun-


tahun awal reformasi ketika Indonesia mengalami transisi
demokrasi, TNI atetap menjadi aktor kunci dan menentukan
sebagai pengamal dan penjaga Pancasila. Dalam perjalanan
reformasi selanjutnya yang ditandai oleh konsolidasi menuju
Indonesia baru, faktor TNI akan tetap memiliki pengaruh
yang krusial dan penting.

Salah satu problem era reformasi dalam kaitannya dengan


doktrin dan ideologi adalah kemungkinan bias yang terjadi.
Bias menyangkut strategi militer umumnya telah dikenali,
dan salah satunya adalah bias yang didorong atau
disebabkan oleh kebutuhan untuk penyederhanaan
(simplifikasi) secara berlebihan atas kompleksitas tantangan
yang berasal dari konsep-konsep ideologi atau doktrin yang
dianggap sebagai lawan atau musuh demi keberhasilan
tujuan strategi ofensif militer. Mudah dipahami bahwa militer

5 | Standat Materi PIP Bagi TNI


di seluruh dunia, termasuk Indonesia, membutuhkan upaya
dalam mengembangkan cara-cara yang relatif sederhana dan
efektif untuk tujuan mengorganisasikan informasi dan
menangkapnya secara cepat menyangkut definisi
ancaman dan gangguan dan untuk menentukan langkah
tindakan dan pilihan yang harus diambil.

Jelas juga bahwa berbeda dengan budaya dalam kehidupan


sipil yang demokratis, militer menganut hirarki dan sistem
komando. Karena itu keberadaan doktrin atau ideologi bagi
militer, misalnya seperangkat keyakinan tentang hakikat
perang dan damai, dan kunci keberhasilan dalam medan
pertempuran menduduki arti yang sangat penting bagi TNI
karena membantu menyediakan struktur yang terstandarisiasi,
koheren dan sederhana baik untuk kebutuhan berpikir
strategik para perwira maupun untuk TNI sebagai institusi.
Bias terjadi bersamaan dengan penyederhanaan dan
strukturisasi sistem keyakinan atas problem problem strategis
(misalnya tentang definisi ancaman dan gangguan) yang
mengantarkan pada persepsi dan pilihan tindakan. Misalnya,
dalam doktrin-doktrin TNI dan Angkatan (Darat, Laut dan
Udara) di era reformasi rumusan tentang definisi ancaman
dan gangguan memperlihatkan pola kesinambungan yang
cukup signifikan dengan persepsi dan konstruksi selama era
pemerintahan Orde Baru Soeharto sebelumnya. Apakah
pembinaan ideologi Pancasila bagi TNI mencerminkan
reformasi dalam tubuh TNI? Apakah upaya dan arah
kecenderungan pembinaan ideologi Pancasila bagi TNI akan
mengarah pada penguatan demokratisasi, atau sebaliknya
mengarah pada stagnasi reformasi?.

Materi Pembinaan Ideologi Pancasila bagi TNI yang akan

6 | Standat Materi PIP Bagi TNI


disajikan dalam buku ini adalah tentang doktrin-doktrin yang
menjadi dasar dan diasumsikan mempengaruhi program,
pelaksanaan dan evaluasi pembinaan ideologi Pancasila bagi
TNI. Para pengamat telah memperlihatkan bahwa ideologi
sebagai kumpulan keyakinan tertentu tentang cara
pandang strategis, dapat menjadi alat atau senjata yang
efektif untuk terus menerus dipergunakan dalam memperkuat
posisi politik atau kekuasaan terhadap ancaman potensial
maupun yang nyata (imminent). Memahami kembali posisi
ideologi TNI dan terutama bagaimana atau dengan reasoning
apa TNI mengembangkan pembinaan ideologi Pancasila
bagi para prajurit dan lingkungannya akan memiliki makna
strategis bukan saja untuk perkembangan TNI di era
reformasi tetapi juga tujuan kita bernegara yang
diperjuangkan oleh semangat keterbukaan, reformasi dan
demokratisasi.

2. Landasan Pembinaan Ideologi Pancasila

Dalam menjalankan Pembinaan Ideologi Pancasila


setidaknya ada 5 (lima) alasan yang menjadi latar belakang
urgensi Pembinaan Ideologi Pancasila khususnya bagi TNI,
baik secara filosofis, historis, antropologis, yuridis, dan
sosiologis yaitu sebagai berikut:

Pertama, berdasarkan alasan filosofis Pancasila sudah


disepakati bersama sebagai dasar negara, pandangan hidup,
dan ideologi. Pandangan hidup bangsa (Weltanschauung)
selalu berbasis nilai-nilai yang bersumber dari pengalaman
hidup dan pengalaman akal budi suatu bangsa dalam menjaga
keberlanjutannya. Dengan demikian Weltanschauung
memuat tentang hal yang sebenarnya diyakini untuk

7 | Standat Materi PIP Bagi TNI


mencapai kebaikan bersama dalam masyarakat bersangkutan.
Pancasila bukanlah agama, tetapi lima dasar tata hidup dan
penghidupan bangsa Indonesia, yang setelah digali sedalam-
dalamnya dari jiwa dan kehidupan bangsa dirumuskan
sebagai suatu kesatuan bulat. Dengan demikian Pancasila
tidak dapat dibandingkan dengan agama, karena ranahnya
berbeda. Atas dasar Pancasila, dilaksanakan persatuan
Indonesia dan didirikan Negara Republik Indonesia.

Kedua, berdasarkan alasan historis Pancasila sebagai dasar


negara diperkenalkan oleh Soekarno pada Sidang Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK)
di Jakarta, pada tanggal 1 Juni 1945. Pidato Soekarno
tersebut menunjukkan bahwa pandangan hidup bangsa
Indonesia mempunyai sejarahnya sendiri yang terbentuk
secara dialektikal berbasis nilai-nilai yang telah dianut bangsa
ini. Dalam perjalanan hidup bangsa Indonesia, nilai- nilai
yang terkandung di dalam Pancasila sebagai nilai-nilai khas
yang tumbuh di Indonesia. Belajar dari pengalaman bangsa
lain, tidak ada bangsa yang besar jika tidak bertumpu pada
pandangan hidup dan ideologi yang mengakar pada hati
nurani bangsanya. Perumusan Pancasila kemudian dilakukan
melalui sidang-sidang Panitia Kecil pada masa persidangan
18 sampai dengan 21 Juni 1945, hingga mencapai puncaknya
pada perubahan Piagam Jakarta melalui Sidang Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18
Agustus 1945, dan kemudian sampai pada perumusannya
sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI
Tahun 1945).

Ketiga, alasan antropologis yang menunjukkan bahwa

8 | Standat Materi PIP Bagi TNI


Pancasila merefleksikan nilai-nilai yang didasarkan pada
pengalaman faktual dan pengalaman akal serta pengalaman
religius bangsa Indonesia, yang secara tertulis dirumuskan
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Dari perspektif antropologis,
Pancasila merupakan nilai-nilai yang tumbuh dari peradaban
bangsa. Dalam hubungan inilah maka pemaknaan nilai-nilai
Pancasila dapat bersifat dinamis bukan statis, tetapi tidak
menyimpang dari kehendak pendiri bangsa.

Keempat, alasan yuridis. Bahwa Pancasila lahir pada tanggal


1 Juni 1945 dan bersumber dari Pidato Soekarno telah
dinyatakan dalam Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016
tentang Hari Lahir Pancasila. Keputusan Presiden Nomor 24
Tahun 2016 tersebut pada pokoknya berisikan penetapan
tanggal 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila. Pancasila
sebagai ideologi dan dasar negara dirumuskan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945) dan
dijabarkan dalam pasal-pasalnya.

Kelima, alasan sosiologis yang menunjukkan bahwa bangsa


Indonesia pada masa lalu telah mengalami penderitaan yang
diakibatkan oleh imperialisme, kolonialisme, dan feodalisme
beratus-ratus tahun lamanya dalam bentuk pengisapan,
penjajahan, perbudakan, penindasan, dan pengekangan yang
menimbulkan kebodohan dan kecurangan, kemiskinan dan
kenistaan, kelaparan dan kesengsaraan, serta aneka duka dan
derita lahir-batin ainnya, yang hampir melenyapkan
kepribadian Indonesia. Bahkan, di awal perjuangan
menegakkan kemerdekaan Indonesia, pembangunan yang
seharusnya dapat dilakukan dengan cepat justru mengalami

9 | Standat Materi PIP Bagi TNI


hambatan karena pengaruh-pengaruh dominasi pemikiran
dari negara lain yang hendak diterapkan, baik dalam bidang
politik maupun tatanan penyelenggaraan negara.

3. Tujuan dan Sasaran

Materi Pembinaan Ideologi Pancasila bagi TNI bertujuan


untuk:
a. Mendeskripsikan sistem nilai yang menjadi landasan atau
dasar untuk pembinaan ideologi pancasila bagi TNI.
b. Menyediakan materi atau bahan-bahan yang dapat
dipergunakan secara garis besar oleh TNI dalam
menjalankan pembinaan ideologi Pancasila bagi para
anggota dan lingkungannya.
c. Menawarkan arah dan rujukan bagi wacana dan
pengembangan bahan ajar untuk pembinaan Ideologi
Pancasila bagi TNI.

Sasaran pengguna naskah materi pembinaan ideologi


Pancasila ini adalah lembaga-lembaga yang
bertanggungjawab dalam institusi TNI dalam pembinaan
ideologi Pancasila dan lingkungan atau ekosistem yang
mempengaruhi ideologi dan perilaku para anggota TNI,
yang dapat meliputi tetapi tidak terbatas pada:
a. Tiap-Tiap Matra Angkatan dan Mabes TNI
b. Kapusbintal TNI
c. PNS di lingkungan TNI

4. Metode dan Pendekatan

Materi Pembinaan Ideologi Pancasila bagi TNI menjadi


bahan bacaan penting untuk memahami dan mengaktualisasi

10 | S t a n d a t M a t e r i P I P B a g i T N I
pancasila bagi TNI dalam menjalankan tugas-tugas pokok
TNI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Metode
penyampaian materi ini bisa melalui ceramah, diskusi dan
tanya jawab, penugasan, diskusi kelompok, studi kasus,
membuat resume, dan film session atau poster session
disesuaikan dengan kebutuhan. Materi ini bisa disampaikan
dalam ragam kegiatan seperti diklat, sosialisasi,
pembudayaan, pembinaan, pengasuhan dalam TNI dan lain-
lain.

5. Sistematika

BAB I PERAN STRATEGIS PEMBINAAN IDEOLOGI


PANCASILA BAGI TNI
1. Latar Belakang
2. Landasan dan Nilai-Nilai Pancasila
3. Tujuan dan Sasaran
4. Metode dan Pendekatan
5. Sistematika
6. Rangkuman
BAB II POKOK-POKOK PIKIRAN PANCASILA DAN
PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA
1. Pemikiran Pendiri Bangsa Tentang Pancasila
2. Tujuan Berbangsa dan Bernegara
3. Pembinaan Ideologi Pancasila
4. Capaian Pembinaan Ideologi Pancasila
5. Rangkuman
BAB III PANCASILA DAN DOKTRIN TNI
1. Pancasila, Jatidiri, Karakter dan Fungsi TNI
2. Pembinaan Ideologi Pancasila, Konsepsi
Pertahanan Negara dan TNI
3. Doktrin TNI dan Ideologi Pancasila

11 | S t a n d a t M a t e r i P I P B a g i T N I
4. Rangkuman
BAB IV PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA
DALAM TNI
1. Pengertian Pertahanan Negara, Sifat, Fungsi,
dan Sistem Pertahanan Negara Indonesia
2. Nilai-Nilai Pancasila dalam Pertahanan, Bela
Negara, dan Cinta Tanah Air
3. Profil Subyek Pembinaan Ideologi Pancasila
dalam TNI
4. Capaian dan Kompetensi dalam Pembinaan
Ideologi Pancasila
5. Rangkuman
BAB V AKTUALISASI PANCASILA DALAM TNI
1. Arti penting Aktualisasi Pancasila bagi TNI
2. Penjenjangan Materi Pancasila dalam
Pembinaan Ideologi Pancasila bagi TNI
3. Relasi Pancasila, Doktrin TNI, Pertahanan
Negara, dan Keamanan Nasional
4. Pelibatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
dalam Aktualisasi Pancasila bagi TNI
5. Rangkuman

ANNEX
DAFTAR PUSTAKA

12 | S t a n d a t M a t e r i P I P B a g i T N I
Bab II
Pokok-Pokok Pikiran Pancasila
dan Pembinaan Ideologi Pancasila

Pancasila sebagai dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara


mengharuskan suatu aktualitas. Pancasila baik sebagai suatu dasar
yang bersifat “deontologis” (“pada dirinya atau hakikat dasariahnya
dan utama”) maupun “teleologis” (“dinilai berdasarkan hal-hal yang
hendak dicapai”) sesungguhnya menjadi landasan proses Pembinaan
Ideologi Pancasila.

Bab ini membahas dan mengarahkan upaya-upaya pembinaan


ideologi Pancasila berdasarkan kesejarahan dan nilai-nilai Pancasila,
dan mengarah pada capaian cita-cita “merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur”. Proses ini secara khusus mengarahkan pembinaan
Ideologi Pancasila di lingkungan Tentara Nasional Indonesia.

1. Pemikiran Pendiri Bangsa1


Pancasila dalam sila-silanya maupun dalam keseluruhan semangat
dan haluan menjadi pembentukan penting dalam kebangsaan dan
kenegaraan Indonesia. Dari proses BPUPK, kemudian dalam proses
PPKI, dan dalam proklamasi kemerdekaan, Pancasila dibangun
sebagai keseluruhan kenyataan kebangsaan dan kenegaraan
Indonesia. Kenyataan kebangsaan ini merupakan proses yang tumbuh
dari gerakan-gerakan kebangsaan, termasuk pembelaan Sukarno dan
Mohammad Hatta di Pengadilan, gerakan-gerakan kebangsaan dari
organisasi-organisasi keagamaan, kepemudaan, perempuan; Sumpah
Pemuda pada Kongres Pemuda Kedua pada 28 Oktober 1928;
gerakan-gerakan pendidikan, dan persahabatan antar-bangsa. Inilah
yang menjadi inti dari pemikiran dan pergerakan kebangsaan dan
anti-penjajahan dari pendiri bangsa.

Kepenuhan lima dasar Pancasila membangun suatu titik temu dalam


13 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
menghadirkan kemaslahatan-kebahagiaan bersama (al-masalahah al-
ammah, bonum commune) dalam suatu masyarakat bangsa yang
majemuk. Dalam proses menuju aktualitas Pancasila, konsepsi
kemasalahatan hidup bersama itu dicari pendasarannya pada
keyakinan akan kodrat keberadaan manusia sebagai makhluk dengan
sifat-sifat “kehanifan” (kecenderungan pada kebaikan) religiositas,
humanitas, nasionalitas, martabat daulat dan sosialitas. Secara
esensial, setiap sila Pancasila mencerminkan suatu perspektif
keyakinan akan keutuhan integritas kodrat kemanusiaan.

Motif terbesar untuk memperjuangkan kemerdekaan itu adalah


meraih kebahagiaan. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945), motif itu
tersirat dalam alinea kedua, “Dan perjuangan pergerakan
kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia.” Namun, dalam alinea itu juga disebutkan, bahwa
pemenuhan atas motif meraih kebahagiaan itu hanya bisa terpenuhi
sepenuhnya bilamana bangsa Indonesia bisa mencapai visi negara
merdeka: yakni menjadi bangsa dan negara yang “merdeka, bersatu,
berdaulat adil dan makmur”.

Menjadi “merdeka” merupakan pancaran cita moral sila Ketuhanan


yang Maha Esa dan sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Bahwa di hadapan Tuhan, segala jenis manusia, apa pun perbedaan
warna kulit, ras, dan golongannya adalah setara. Saat yang sama,
keberadaan manusia tidaklah bisa berdiri sendiri, terkucil dari yang
lain. Untuk hidup bersama dengan yang lain, manusia -tidak bisa
tidak- harus mengembangkan rasa kemanusiaan yang penuh cinta
kasih pada yang lain. Sikap mental yang harus ditumbuhkan sebagai
ekspresi kesetaraan ini adalah mental mandiri. Kemandirian tidaklah
sama dengan kesendirian. Kemandirian adalah sikap mental yang
bisa dan berani berpikir, bersikap dan bertindak secara berdaulat.
Menumbuhkan mental mandiri, selain mensyaratkan mental egaliter,
14 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
juga meniscayakan adanya kecerdasan dan kreativitas berbasis
pengembangan ilmu dan teknologi. Kemandirian kolektif bangsa
Indonesia juga bisa tumbuh secara ajeg bila warga Indonesia
mengembangkan rasa cinta kasih dengan menunaikan kewajiban
publiknya secara amanah, jujur dan bersih. Kolektivitas yang tidak
disertai mentalitas kejujuran akan merobohkan kemandirian bangsa.

Menjadi “bersatu” merupakan pancaran cita moral sila Persatuan


Indonesia. Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan ruang hidup
yang konkret dan pergaulan hidup dalam realitas kemajemukan
bangsa. Cara menghidupkan cinta kasih dalam kebhinekaan manusia
yang mendiami tanah-air sebagai geopolitik bersama itulah manusia
mengembangkan rasa kebangsaan. Dengan mental altruis, manusia
Indonesia sebagai makhluk sosial dapat mengembangkan pergaulan
hidup kebangsaan multikultural dengan mentalitas gotong-royong,
“bhinneka tunggal ika” (persatuan dalam keragaman). Dengan
semangat gotong-royong, persatuan warga negara Indonesia bisa
dikembangkan dengan menghargai adanya perbedaan; senang dalam
perbedaan, bisa merawat persatuan. Untuk bisa menumbuhkan
mentalitas persatuan dalam keragaman itu diperlukan semangat-
mental pengorbanan dan pelayanan. Ujung dari semangat persamaan,
kemandirian, kejujuran, alturisme dan persatuan adalah pelayanan
kemanusiaan. Makna pelayanan di sini bukan hanya dalam bentuk
kesiapan mental untuk menunaikan kewajiban sosial sesuai dengan
tugas dan fungsi, namun juga dalam bentuk kerja keras
mengaktualisasikan potensi diri hingga meraih prestasi tertinggi di
bidang masing-masing, yang dengan itu memberikan yang terbaik
bagi kemulian bangsa dan umat manusia.

Menjadi “berdaulat” merupakan pancaran cita moral sila Kerakyatan


yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Permusyawaratan
Perwakilan. Bahwa menjadi bangsa berdaulat berarti memiliki
kemandirian “keluar” (dalam relasi internasional) dan “ke dalam”
15 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
(relasi dalam negeri) dalam mengambil keputusan. Dalam
mengemban amanah pelayanan publik dalam kebangsaan majemuk,
cara mengambil keputusan yang menyangkut masalah bersama
ditempuh dengan cara-cara permusyawaratan berlandaskan semangat
cinta kasih yang saling menghormati, saling menenggang dan saling
berbagi.

Menjadi “adil dan makmur” merupakan pancaran cita moral sila


Keadilan Sosial. Yakni perwujudan khusus kemanusiaan melalui cara
mencintai sesama manusia dengan berbagi kebutuhan jasmaniah
secara “pantas-bagi” (fair). Untuk itu, di samping kemerdekaan
(emansipasi) politik, perlu juga ada kemerdekaan (emansipasi)
ekonomi. Menjadi bangsa yang adil dan makmur meniscayakan
pengelolaan basis material yang berorientasi menciptakan
perekonomian merdeka yang berkeadilan dan berkemakmuran;
berlandaskan usaha tolong-menolong (gotong-royong) dan
penguasaan negara atas cabang-cabang produksi yang penting-yang
menguasasi hajat hidup orang banyak, serta atas bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya; seraya memberi
peluang bagi hak milik pribadi dengan fungsi sosial.

2. Pembangunan Nasional2
Kemerdekaan yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945
mengandung pesan luhur agar diisi dengan pembangunan.
Membangun mempunyai arti yang luas, yaitu membangun dalam
segala bidang kehidupan negara dan masyarakat, membangun dalam
bidang ekonomi, dalam bidang politik dan sosial, dalam bidang
pendidikan dan kebudayaan. Pembangunan yang tidak kalah
pentingnya adalah pembangunan di bidang spiritual (rohani) guna
mencapai penghidupan yang berbahagia bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pelaksanaan pembangunan yang mencakup semua bidang
itu bukanlah pembangunan yang saling berdiri sendiri, melainkan
saling terkait dan terhubung antara-satu bidang dengan bidang yang
16 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
lain, yaitu kehidupan negara dan masyarakat. Oleh karena itulah,
dalam pelaksanaannya diperlukan suatu perencanaan yang
menyeluruh, terencana dan bertahap yang didasarkan pada asas
gotong royong guna pemenuhan kebutuhan dan kepribadian rakyat
Indonesia, tanpa mengabaikan contoh pengalaman-pengalaman
konkret pembangunan yang dilakukan negara lain, tetapi tetap
dengan memadukan pengalaman dan keadaan konkret di dalam
negeri. Inilah yang terangkum dalam makna Pembangunan Nasional
sebagai Perwujudan Nilai-Nilai Pancasila.

Pembangunan disebut sebagai bersifat menyeluruh karena meliputi


bidang politik, ekonomi dan sosial, budaya, mental dan manusia.
Dalam pembangunan yang bersifat menyeluruh itu disusunlah
sistematika pembangunan dalam 4 (empat) bidang besar, yaitu:
bidang mental, kemasyarakatan, ketatanegaraan, bidang ekonomi dan
keuangan:
Dalam bidang Pemerintahan, Pertahanan, dan Keamanan,
Pembangunan Nasional sebagai Perwujudan Nilai-Nilai Pancasila
berpedoman pada:
a. Reformasi birokrasi yang profesional, akuntabel, efektif, dan
memiliki etos kerja pengabdian yang tinggi;
b. Partisipasi rakyat dan seluruh elemen masyarakat di dalam
pembangunan sehingga rakyat dapat menjadi subjek dalam
pembangunan;
c. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara;
d. Politik pertahanan dan keamanan Republik Indonesia yang
implementasinya berpedoman pada kekuatan rakyat, dengan
tujuan untuk menjamin pertahanan dan keamanan nasional, serta
mengupayakan terciptanya perdamaian dunia;
e. Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui
sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
17 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung;
f. Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan
laut dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas
mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan
kedaulatan negara. Kepolisian Negara Republik Indonesia
sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani
masyarakat, serta menegakkan hukum;
g. Keamanan Negara Republik Indonesia meliputi seluruh wilayah
yang melibatkan seluruh rakyat mulai dari wilayah administratif
terbawah; oleh karena itu, harus dijalankan pembangunan desa
yang demokratis (democratic rural development), yang merata
dan berencana sebagai salah satu landasan dalam pelaksanaan
Pembangunan Nasional sebagai Perwujudan Nilai-Nilai Pancasila

3. Pembinaan Ideologi Pancasila3


Pembinaan Ideologi Pancasila berdasar pada tujuan kehidupan
berbangsa dan bernegara yaitu merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan
makmur. Tujuan utama Pembinaan Ideologi Pancasila adalah
pembangunan bangsa dan karakter bangsa (nation’s and character’s
building) melalui penemuan kembali nilai-nilai dan pembumian
Pancasila dalam pembangunan bangsa. Dalam tujuan ini,
teraktualisasinya Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara menjadi inti dari proses pembinaan. Tujuan ini dicapai
melalui pembinaan dalam rangka penguatan Pancasila sebagai Dasar
Negara, Pandangan Hidup Bangsa, dan Ideologi bagi seluruh
penyelenggara negara, komponen bangsa, dan warga negara
Indonesia. Terdapat 5 (lima) alasan yang menjadi latar belakang dan
haluan dalam pembinaan Ideologi Pancasila:

Pertama, berdasarkan alasan filosofis Pancasila sudah disepakati


bersama sebagai dasar negara, pandangan hidup, dan ideologi.
Pandangan hidup bangsa (Weltanschauung) selalu berbasis nilai-nilai
18 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
yang bersumber dari pengalaman hidup dan pengalaman akal budi
suatu bangsa dalam menjaga keberlanjutannya. Dengan demikian
Weltanschauung memuat tentang hal yang sebenarnya diyakini untuk
mencapai kebaikan bersama dalam masyarakat bersangkutan.
Pancasila bukanlah agama, tetapi lima dasar tata hidup dan
penghidupan bangsa Indonesia, yang setelah digali sedalam-
dalamnya dari jiwa dan kehidupan bangsa dirumuskan sebagai suatu
kesatuan bulat. Dengan demikian Pancasila tidak dapat diindetikkan
dengan agama, karena ranahnya berbeda. Pancasila adalah bingkai
bagi agama-agama dalam mengembangkan kiprah publiknya. Atas
dasar Pancasila, dilaksanakan persatuan Indonesia dan didirikan
Negara Republik Indonesia.

Kedua, berdasarkan alasan historis Pancasila sebagai dasar negara


diperkenalkan oleh Soekarno pada Sidang Badan Penyelidik Usaha-
Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) di Jakarta, pada tanggal 1
Juni 1945. Pidato Soekarno tersebut menunjukkan bahwa pandangan
hidup bangsa Indonesia mempunyai sejarahnya sendiri yang
terbentuk secara dialektikal berbasis nilai-nilai yang telah dianut
bangsa ini. Dalam perjalanan hidup bangsa Indonesia, nilai- nilai
yang terkandung di dalam Pancasila dipahami sebagai nilai-nilai khas
yang tumbuh di Indonesia. Belajar dari pengalaman bangsa lain,
tidak ada bangsa yang besar jika tidak bertumpu pada pandangan
hidup dan ideologi yang mengakar pada hati nurani bangsanya.
Perumusan Pancasila kemudian dilakukan melalui sidang-sidang
Panitia Kecil pada masa persidangan 18 sampai dengan 21 Juni
1945, hingga mencapai puncaknya pada perubahan Piagam Jakarta
melalui Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
pada tanggal 18 Agustus 1945, dan kemudian sampai pada
perumusannya sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI
Tahun 1945).

19 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Ketiga, alasan antropologis yang menunjukkan bahwa Pancasila
merefleksikan nilai-nilai yang didasarkan pada pengalaman faktual
dan pengalaman akal serta pengalaman religius bangsa Indonesia,
yang secara tertulis dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dari perspektif
antropologis, Pancasila merupakan nilai-nilai yang tumbuh dari
peradaban bangsa. Dalam hubungan inilah maka pemaknaan nilai-
nilai Pancasila dapat bersifat dinamis bukan statis, tetapi tidak
menyimpang dari kehendak pendiri bangsa.

Keempat, alasan yuridis. Bahwa Pancasila lahir pada tanggal 1 Juni


1945 dan bersumber dari Pidato Soekarno telah dinyatakan dalam
Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir
Pancasila. Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 tersebut pada
pokoknya berisikan penetapan tanggal 1 Juni 1945 sebagai Hari
Lahir Pancasila. Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara
dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945) dan
dijabarkan dalam pasal-pasalnya.

Kelima, alasan sosiologis yang menunjukkan bahwa bangsa


Indonesia pada masa lalu telah mengalami penderitaan yang
diakibatkan oleh imperialisme, kolonialisme, dan feodalisme beratus
tahun lamanya dalam bentuk pengisapan, penjajahan, perbudakan,
penindasan, dan pengekangan yang menimbulkan kebodohan dan
kecurangan, kemiskinan dan kenistaan, kelaparan dan kesengsaraan,
serta aneka duka dan derita lahir-batin lainnya, yang hampir
melenyapkan kepribadian Indonesia. Bahkan, di awal perjuangan
menegakkan kemerdekaan Indonesia, pembangunan yang seharusnya
dapat dilakukan dengan cepat justru mengalami hambatan karena
pengaruh-pengaruh dominasi pemikiran dari negara lain yang hendak
diterapkan, baik dalam bidang politik maupun tatanan
penyelenggaraan negara.
20 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Pancasila sebagai ideologi merupakan ide-ide dasar, cita-cita yang
akan dicapai oleh bangsa dan negara Indonesia adalah pewujudan
tatanan bangsa dan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur, yang merupakan jiwa kemerdekaan. Cita-cita tersebut
adalah jiwa dan daya penggerak perlawanan rakyat dan bangsa
Indonesia yang tidak terlepas dari kepribadian Indonesia,
sebagaimana tercermin dalam UUD NRI 1945. UUD NRI 1945
dibangun di atas landasan: landasan idiil yaitu Pancasila dan landasan
struktural yaitu pemerintahan yang stabil yang mampu mewujudkan
masyarakat adil dan makmur sebagaimana menjadi inti pembangunan
nasional.

Pokok-pokok pikiran Pancasila yang menjai penjabaran dari


pembinaan Ideologi Pancasila dijabarkan sebagai berikut:

Pancasila yang berisi lima sila merupakan satu rangkaian kesatuan


yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal tersebut, karena karena setiap
sila pada Pancasila mengandung dan meliputi empat sila lainnya.
Kedudukan masing-masing sila juga tidak dapat ditukar posisinya
atau dipindah-pindahkan berdasar interpretasi masing-masing orang.
Hal ini sesuai dengan susunan sila yang bersifat hierarkis piramidal,
yang berarti bahwa kelima sila dalam Pancasila menunjukkan suatu
rangkaian urutan yang bertingkat,4 di mana sila pertama yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi dasar dan pondasi dari berdirinya
sila-sila yang lain. Pancasila sebagai rumusan dan pedoman
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia
memiliki dasar dan kedudukan, sebagai berikut:

1. Dasar Negara
Kedudukan Pancasila yang kedua adalah sebagai dasar Negara.
Pancasila sebagai dasar negara memiliki makna bahwa Pancasila
merupakan dasar untuk menata negara yang merdeka dan berdaulat.
21 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan aparatur negara yang
bersih dan berwibawa. Sebagai dasar, arahan dan petunjuk aktivitas
perkehidupan bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.

Pancasila sebagai dasar negara Pancasila sebagai dasar negara atau


sering juga disebut sebagai Dasar Falsafah Negara. Hal ini
mengandung pengertian bahwa Pancasila sebagai dasar yang
mengatur penyelenggaraan pemerintahan. Pancasila adalah dasar
negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang harus
dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten. Hal tersebut ditegaskan
dalam Ketetapan MPR No XVIII/MPR/1998 tentang Penegasan
Pancasila sebagai dasar negara. Kedudukan Pancasila sebagai dasar
negara memiliki fungsi dan kedudukan sebagai kaidah negara yang
fundamental atau mendasar, sehingga sifat Pancasila tetap, kuat, dan
tidak dapat diubah oleh siapa pun termasuk MPR atau DPR hasil
pemilihan umum. Mengubah Pancasila artinya membubarkan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

2. Ideologi Kebangsaan Indonesia


Kedudukan Pancasila yang pertama adalah sebagai ideologi bangsa
Indonesia. Pancasila sebagai Ideologi Negara berarti nilai-nilai luhur
yang terkandung dalam Pancasila merupakan ide-ide besar, gagasan
besar, cita-cita normatif dalam proses penyelenggaraan Negara.
Dalam pengertian yang lebih luas, pengertian Pancasila sebagai
Ideologi negara dapat diartikan sebagai visi atau arah yang hendak
dituju dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia. Tujuan penyelenggaraan kehidupan berbangsa tersebut
hanya dapat dilakukan dengan Pembangunan Nasional yaitu
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan
spiritual berdasarkan Pancasila dalam wadah NKRI yang merdeka,
berdaulat dan bersatu. Kemudian berkedaulatan rakyat dalam suasana
perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib, dan dinamis serta

22 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib,
dan damai.

Ideologi memiliki posisi yang sangat penting bagi setiap bangsa.


Posisi penting ini disebabkan ideologi berperan sebagai arah atau
pedoman bagi bangsa untuk mencapai tujuannya. Selain itu, ideologi
juga memiliki peran sebagai alat untuk mencegah terjadinya konflik
sosial dalam masyarakat, sehingga setiap masyarakat dapat hidup
dalam ketentraman dan juga memiliki rasa solidaritas yang tinggi.
Peranan lain dari ideologi adalah sebagai alat pemersatu suatu bangsa.
Setiap bangsa tentu memiliki keberagaman seperti keragaman bahasa,
suku, adat- istiadat, agama dan budaya, sehingga dalam konteks inilah
ideologi memiliki peran untuk mempersatukan keberagaman yang ada
dalam masyarakat supaya dapat terbentuknya kehidupan berbangsa
dan bernegara yang baik.

Pancasila sebagai ideologi merupakan ajaran, doktrin, teori dan/atau


ilmu tentang cita-cita (ide) bangsa Indonesia yang diyakini
kebenarannya dan disusun secara sistematis serta diberi petunjuk
dengan pelaksanaan yang jelas. Seperti yang dinyatakan dalam
Pembukaan UUD 1945, Pancasila telah memenuhi syarat untuk
disebut sebagai sebuah ideologi. Hal ini karena di dalam Pancasila
terdapat ajaran, gagasan dan doktrin bangsa dan negara Indonesia
yang dipercayai kebenarannya, tersusun sistematis dan memberikan
petunjuk pelaksanaannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Kedudukan Pancasila yang selanjutnya adalah sebagai pandangan
hidup bangsa Indonesia. Dalam hal ini Pancasila memiliki fungsi
sebagai petunjuk dan pedoman hidup sehari-hari. Bahwa semua
aktivitas kehidupan Bangsa Indonesia harus sesuai dengan sila-sila
dari Pancasila. Hal ini karena Pancasila merupakan kristalisasi dari
nilai yang dimiliki dan bersumber dari kehidupan Bangsa Indonesia.
23 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Nilai-nilai tersebut yaitu: nilai ketuhanan-religiusitas, nilai
kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan-demokrasi dan nilai
keadilan sosial yang kesemuanya merupakan satu kesatuan yang tidak
akan bisa dipisah-pisah antara satu dengan yang lain.

4. Kepribadian Bangsa Indonesia


Kedudukan Pancasila yang keempat adalah sebagai kepribadian
bangsa Indonesia. Kepribadian yang dimaksudkan adalah ciri khas,
suatu sikap mental dan tingkah laku yang mempunyai ciri khas
tersendiri sehingga mampu dibedakan dengan bangsa lainnya di
seluruh dunia. Kedudukan ini dapat diwujudkan dalam berbagai
bentuk sikap mental maupun tingkah lalu atau perilaku beserta amal
perbuatan dari sikap mental tersebut.

Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia, memberikan corak


yang khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari
bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang membedakan
bangsa Indonesia dari bangsa yang lain. Terdapat kemungkinan
bahwa tiap-tiap sila secara terlepas dari yang lain bersifat universal,
yang juga dimiliki oleh bangsa- bangsa lain di dunia ini, akan tetapi
kelima sila yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
itulah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

5. Jiwa Bangsa Indonesia


Kedudukan Pancasila yang kelima adalah sebagai jiwa bangsa
Indonesia. Pancasila dijelaskan berdasarkan teori Von Savigny yang
artinya adalah setiap bangsa mempunyai jiwanya masing- masing
yang disebut dengan Volkgeist yang berarti jiwa bangsa atau jiwa
rakyat.

Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila memiliki sifat


objektif dan subjektif. Sifat subjektif artinya yaitu bahwa Pancasila
merupakan hasil perenungan dan pemikiran para pendiri bangsa,
24 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
sedangkan bersifat objektif artinya nilai Pancasila sesuai dengan
kenyataan dan bersifat universal yang berlaku secara universal, untuk
semua bangsa di dunia. Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai
yang sudah ada sejak negara Indonesia belum berdiri, oleh karena itu
nilai-nilai ini dikatakan sebagai jiwa bangsa, jiwa bangsa-bangsa di
Nusantara yang sudah ada sejak jaman Sriwijaya dan Majapahit.

Pandangan tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Prof.


Mr. A. G. Pringgodigdo dalam tulisannya yang berjudul Pancasila,
yang menyebutkan bahwa Pancasila sudah ada sejak adanya bangsa
Indonesia berdiri dan berkembang di zaman kerajaan. Meskipun
istilah atau nama Pancasila baru dikenal pada 1 Juni 1945.

6. Sumber dari Segala Sumber Hukum


Kedudukan Pancasila yang keenam adalah sebagai sumber dari segala
hukum atau sumber tertib hukum bagi Negara Republik Indonesia.
Sumber tertib hukum Republik Indonesia bermakna sebagai
pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum serta cita-cita moral
yang meliputi suasana kejiwaan serta watak Bangsa Indonesia. Cita-
cita itu meliputi kemerdekaan individu, kemerdekaan bangsa,
perikemanusiaan, keadilan sosial dan perdamaian nasional. Pancasila
merupakan sumber hukum bagi Negara Kesatuan.

Cita hukum atau politik ialah tentang sifat, bentuk dan tujuan Negara
Indonesia. Dan terakhir cita-cita moral adalah hukum tentang
kehidupan rakyat yang terkait dengan keagamaan dan
kemasyarakatan.

7. Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia


Kedudukan Pancasila yang ketujuh adalah sebagai perjanjian luhur
bangsa Indonesia. Perjanjian luhur di sini adalah menyangkut ikrar
yang telah dibuat saat memproklamasikan kemerdekaan bangsa
Indonesia bersama sama oleh para pendiri bangsa Indonesia. Bangsa
25 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Indonesia memutuskan untuk merdeka menjadi sebuah Negara pada
tanggal 17 Agustus 1945.

Pada saat mendirikan negara, bangsa Indonesia belum memiliki


undang-undang dasar negara yang tertulis. PPKI merupakan
penjelmaan atau wakil seluruh rakyat Indonesia yang mengesahkan
perjanjian luhur untuk membela Pancasila selama-lamanya pada 18
Agustus 1945. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan Bangsa
Indonesia Pembukaan UUD 1945 merupakan penuangan jiwa
proklamasi atau jiwa Pancasila, sehingga Pancasila merupakan cita-
cita dan tujuan Bangsa Indonesia. Cita-cita luhur inilah yang akan
disampaikan oleh Bangsa Indonesia.

8. Falsafah Hidup yang Mempersatukan Bangsa


Kedudukan Pancasila yang kedelapan adalah sebagai falsafah hidup
yang mempersatukan bangsa. Indonesia merupakan negara yang
memiliki keanekaragaman budaya, agama, suku, dan etnis yang
berbeda-beda. Dalam konteks ini, Pancasila merupakan sarana atau
alat yang sangat ampuh untuk mempersatukan bangsa Indonesia agar
tidak konflik masyarakat multikultural.
Pancasila merupakan falsafah hidup dan kepribadian bangsa
Indonesia yang mengandung nilai- nilai dan norma-norma luhur serta
diyakini paling benar, adil, bijaksana, dan tepat bagi bangsa Indonesia
untuk bisa mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.
Nilai-Nilai yang terkandung dalam Ideologi Pancasila
GBHIP

Sila Pertama,
Ketuhanan yang Maha Esa

1. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang ber-Tuhan dan menolak


paham anti Tuhan (atheisme) ;

26 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
GBHIP
2. Bangsa Indonesia mengamalkan ajaran agamanya secara
berkeadaban, saling menghormati satu sama lain;
3. Bangsa Indonesia wajib untuk menyembah Tuhannya dan
beribadah menurut agama dan kepercayaannya masing-masing
secara leluasa,berkeadaban dan berkeadilan;
4. Bangsa Indonesia melaksanakan perintah agama dan
kepercayaannya masing-masing dengan tetap mengedepakan
harmoni dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
2. Bangsa Indonesia tidak memaksakan suatu agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang
lain.

Sila Kedua,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

1. Indonesia adalah negara bangsa (nation state) yang merdeka,


bersatu dan berdaulat tetapi bukan chauvinistik. Indonesia
tetap bagian dari, dan bekerjasama dengan masyarakat bangsa-
bangsa di dunia;
2. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang menghendaki pergaulan
bangsa-bangsa di dunia dengan prinsip saling menghormati
nilai-nilai nasionalisme, bahkan kearifan lokal setiap bangsa
yang tumbuh subur dalam taman sarinya bangsa-bangsa di
dunia;
3. Indonesia merupakan bagian dari kemanusiaan universal yang
menjunjung tinggi hak asasi manusia dan mengembangkan
persaudaraan berdasarkan nilai-nilai keadilan dan keadaban;
4. Bangsa Indonesia mengakui dan memperlakukan
kesederajatan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa;
5. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa tepa selira dan
memahami bahwa perbedaan suku, ras, agama dan
kepercayaan adalah keniscayaan yang tidak boleh
menimbulkan pertentangan.
27 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
GBHIP

Sila Ketiga,
Persatuan Indonesia

1. Negara Kebangsaan Indonesia bukan sekedar timbul karena


persatuan perangai yang timbul karena persatuan nasib, tetapi
lebih dari itu karena juga adanya persatuan antara orang dengan
tanah air yang didiaminya;
2. Persatuan Indonesia bernafaskan semangat kebangsaan yang
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia yang senasib dan sepenanggungan dalam bingkai
NKRI. Persatuan Indonesia adalah sikap kebangsaan yang
saling menghormati perbedaan dan keberagaman masyarakat
dan bangsa Indonesia;
3. Bangsa Indonesia mampu menempatkan persatuan, kesatuan
serta kepentingan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan;
4. Segenap warga negara Indonesia mengembangkan rasa cinta
tanah air dan bangsa serta bersedia berkorban untuk
kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan;
5. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.

Sila Keempat,
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat dalam
Permusyawaratan Perwakilan

1. Negara Indonesia bukan sebuah negara yang didirikan untuk


satu golongan tetapi untuk semua yang bertanah air Indonesia.
Oleh karena itu penyelenggaraan negara didasarkan pada
permusyawaratan perwakilan;
2. Negara Indonesia adalah negara demokrasi yang mengakui dan
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dengan mengutamakan
prinsip permusyawaratan dalam lembaga perwakilan rakyat;

28 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
GBHIP
3. Demokrasi yang dibangun di Indonesia bukanlah demokrasi
Barat, tetapi demokrasi berlandaskan permusyawaratan yang
mampu mewujudkan kesejahteraan sosial;
4. Bangsa Indonesia wajib menghormati dan menjunjung tinggi
setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah dan
dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
5. Bahwa bangsa Indonesia tidak mengenal sistem diktator
mayoritas dan tirani minoritas.

Sila Kelima,
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

1. Negara Indonesia didirikan untuk bersungguh-sungguh


memajukan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia baik
lahir maupun batin;
2. Negara Indonesia adalah negara demokrasi yang mengakui dan
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dengan mengutamakan
prinsip permusyawaratan dalam lembaga perwakilan rakyat;
3. Negara Indonesia wajib menjamin setiap warga negara untuk
mendapatkan pendidikan, pekerjaan dan penghidupan yang
layak, bermartabat dan berkeadilan;
4. Bangsa Indonesia dalam mengambil keputusan senantiasa
dipimpin oleh nilai- nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan
dalam semangat hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan untuk mewujudkan keadilan;
5. Tiap warga bangsa Indonesia tidak menggunakan hak milik
untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.

4. Capaian Pembinaan Ideologi Pancasila


Visi arah kebijakan Pembinaan Ideologi Pancasila selaras dengan
tujuan, sasaran dan kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN), maka visi arah kebijakan Pembinaan Ideologi
Pancasila adalah sebagai berikut: “Penegakan dan Pengamalan
29 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara dalam rangka mewujudkan Indonesia yang
berdaulat dalam politik, mandiri dalam ekonomi, dan
berkarakter dalam kebudayaan”. Pelaksanaan Pembinaan Ideologi
Pancasila merupakan perwujudan dari visi dan misi Presiden dan
Wakil Presiden: “Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian berlandaskan Gotong Royong.”

Capaian dalam pembinaan Ideologi Pancasila adalah:


Terwujudnya revitalisasi dan aktualisasi Pancasila sehingga Pancasila
menjadi laku hidup dalam dan oleh penyelenggara negara, komponen
bangsa, dan warga negara Indonesia dalam kehidupan berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat yang berdasar pada Pancasila, dan
konsensus kebangsaan yaitu UUD NRI Tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan semboyan dan filosofi Bhinneka
Tunggal Ika. Pancasila adalah arahan dasar bagi pengembangan yang
bersifat strategis, dan dijabarkan melalui pokok-pokok program yang
dilaksanakan secara sistematik, bertahap dan berkesinambungan
untuk memenuhi tujuan Pembinaan Ideologi Pancasila.

Secara khusus, pembinaan ini bertujuan membangun penguatan


terhadap bidang pertahanan-keamanan, sebagai berikut:
“Memperkuat Pancasila sebagai landasan ideologi, penyusunan
kebijakan dan peraturan perundang-undangan maupun langkah–
langkah untuk mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga
kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan
mengamankan sumber daya alam (darat, laut dan udara), dan
mencerminkan kepribadian Indonesia”
Capaian ini dituangkan ke dalam tugas dan fungsi dari penyelenggara
negara, termasuk dalam hal ini, Tentara nasional Indonesia. Capain
ini diarah dalam hal tugas dan fungsi, kepemimpinan, hubungan
antar-lembaga, dan pelayanan kepada masyarakat (lihat Bab III)

30 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
1
Dokumen Indeks Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila 2020 (dan dari naskah kajian Wawasan Pancasila UKP-PIP)
2
Dokumen “Garis Besar Haluan Ideologi Pancasila” Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) 2019
3
Naskah “Arah Kebijakan Pembinaan Ideologi Pancasila Badan Pembinaan Ideologi Pancasila” (revisi tahun
2021)
4
Kaelan, MS, 2019, “Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan Aktualisasinya”

31 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Bab III
Pancasila dan Doktrin TNI

Pancasila menjadi dasar dan tujuan kehidupan berbangsa dan


bernegara. Tugas Pokok TNI lahir dari perjuangan kemerdekaan
Indonesia dan tumbuh dalam pewujudan kehidupan Pancasila yaitu
dalam menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan
wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945, serta
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Tugas
TNI yang sangat mendasar yaitu menjaga kedaulatan dan keutuhan
NKRI, maka TNI harus memiliki jati diri dan karakter yang
mencerminkan tugas tersebut.

Bab III membangun pemahaman mengenai pembinaan Ideologi


Pancasila dimana Doktrin TNI menjadi bagian penting di dalamnya;
membangun proses yang perlu dalam membangun pembinaan
ideologi Pancasila secara berkelanjutan.

1. Kejuangan TNI dalam Kemerdekaan Indonesia 1


Tentara Nasional Indonesia (TNI) lahir dalam kancah perjuangan
bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman
Belanda yang berambisi untuk menjajah Indonesia kembali melalui
kekerasan senjata. TNI merupakan perkembangan organisasi yang
berawal dari Badan Keamanan Rakyat (BKR). Selanjutnya pada
tanggal 5 Oktober 1945 menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR),
dan untuk memperbaiki susunan yang sesuai dengan dasar militer
international, dirubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).

Dalam perkembangan selanjutnya usaha pemerintah untuk


menyempurnakan tentara kebangsaan terus berjalan, seraya bertempur
dan berjuang untuk tegaknya kedaulatan dan kemerdekaan bangsa.
Untuk mempersatukan dua kekuatan bersenjata yaitu TRI sebagai
tentara regular dan badan-badan perjuangan rakyat, maka pada
tanggal 3 Juni 1947 Presiden mengesyahkan dengan resmi berdirinya
Tentara Nasional Indonesia (TNI).

32 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Pada saat-saat kritis selama Perang Kemerdekaan (1945-1949), TNI
berhasil mewujudkan dirinya sebagai tentara rakyat, tentara revolusi,
dan tentara nasional. Sebagai kekuatan yang baru lahir, disamping
TNI menata dirinya, pada waktu yang bersamaan harus pula
menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun dari luar
negeri. Dari dalam negeri, TNI menghadapi rongrongan-rongrongan
baik yang berdimensi politik maupun dimensi militer. Rongrongan
politik bersumber dari golongan komunis yang ingin menempatkan
TNI dibawah pengaruh mereka melalui “Pepolit, Biro Perjuangan,
dan TNI-Masyarakat:. Sedangkan tantangan dari dalam negeri yang
berdimensi militer yaitu TNI menghadapi pergolakan bersenjata di
beberapa daerah dan pemberontakan PKI di Madiun serta Darul Islam
(DI) di Jawa Barat yang dapat mengancam integritas nasional.
Tantangan dari luar negeri yaitu TNI dua kali menghadapi Agresi
Militer Belanda yang memiliki organisasi dan persenjataan yang lebih
modern.

Sadar akan keterbatasan TNI dalam menghadapi agresi Belanda,


maka bangsa Indonesia melaksanakan Perang Rakyat Semesta dimana
segenap kekuatan TNI dan masyarakat serta sumber daya nasional
dikerahkan untuk menghadapi agresi tersebut. Dengan demikian,
integritas dan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia telah
dapat dipertahankan oleh kekuatan TNI bersama rakyat.

2. Jati Diri, Tugas, Karakter, Tugas dan Fungsi

a. Jati diri TNI2.

Tentara Rakyat.

Tentara Rakyat yaitu tentara yang anggotanya berasal dari warga


negara Indonesia, yang berdasarkan sejarah berasal dari rakyat
bersenjata yang berjuang melawan penjajah untuk merebut dan
mempertahankan kemerdekaan pada perang kemerdekaan tahun
1945-1949 dengan semboyan ―Merdeka atau mati. Rakyat yang
menjadi dasar terbentuknya TNI pada saat itu adalah bekas prajurit

33 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Hindia Belanda dan Jepang, antara lain Heiho, Kaigun Heiho, dan
Pembela Tanah Air (PETA) serta yang berasal dari rakyat, yaitu
Barisan Pemuda, Hisbullah, Sabililah, dan Pelopor, di samping
laskar-laskar dan tentara pelajar yang tersebar di daerah-daerah lain,
baik yang sudah maupun yang belum memperoleh latihan militer,
yang keseluruhannya terhimpun dalam BKR. Sejarah itu telah
mematrikan jati diri TNI sebagai tentara yang benar- benar dari rakyat
yang mempunyai semangat pengabdian tinggi.

Tentara Pejuang
Tentara Pejuang yaitu tentara yang berjuang dengan tidak mengenal
menyerah demi tetap tegaknya NKRI. Pemahaman semboyan
―Tidak mengenal menyerah di sini berarti tidak menyerah kepada
lawan dalam konteks taktik dan strategi perang dan juga bahwa setiap
upaya untuk mencapai tujuan harus selalu diusahakan dengan jiwa
juang yang tinggi.

Tentara Nasional
Tentara Nasional yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas
demi kepentingan negara di atas kepentingan daerah, suku, ras, atau
golongan agama. Sebagai Tentara Nasional, TNI merupakan tentara
kebangsaan, bukan tentara kedaerahan, suku, ras, atau golongan
agama. TNI mengutamakan kepentingan nasional dan kepentingan
bangsa di atas semua kepentingan daerah, suku, ras, atau golongan
agama apa pun.

Tentara Profesional.
Tentara Profesional yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi
secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis dan dijamin
kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang
menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, HAM, ketentuan hukum
nasional, dan hukum internasional yang telah diratifikasi. Sebagai
Tentara Profesional, TNI dituntut mahir menggunakan peralatan
militer, mahir bergerak dan mahir menggunakan alat tempur, serta
mampu melaksanakan tugas secara terukur dan memenuhi nilai-nilai
akuntabilitas.

34 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
b. Karakter Prajurit TNI3.

Karakter Prajurit TNI tercermin dari nilai-nilai yang terdapat dalam


Sumpah Prajurit, Sapta Marga, 8 (Delapan) Wajib TNI, serta 11 Asas
Kepemimpinan TNI. Nilai-nilai tersebut menjadikan prajurit TNI
memiliki karakter sebagai berikut:
a) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b) setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945;
c) bermoral dan tunduk pada hukum serta peraturan perundang-
undangan;
d) berdisiplin serta taat kepada atasan; dan
e) bertanggung jawab dan melaksanakan kewajibannya sebagai
tentara.

c. Tugas dan Fungsi TNI4

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang


TNI dalam Pasal 6 ayat (1) merumuskan tugsa dan fungsi TNI sebagai
“alat pertahanan negara”, “menjadi komponen utama dalam sistem
pertahanan negara”, “menegakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara”.

3. Nilai Integritas TNI Berdasarkan Pancasila

Sejarah telah membuktikan bahwa TNI selalu memiliki jiwa untuk


mengamankan dan mempertahankan integritas NKRI. Dalam rangka
mempertahankan integritas nasional, TNI selalu bersama rakyat
melaksanakan Operasi Keamanan dalam negeri yang mengancam
pertahanan dan kedaulatan negara. Dimulai dari Penumpasan
Pemberontakan PKI di Madiun (1948), Penumpasan Pemberontakan
DI/TII di beberapa wilayah Indonesia (1950), Pembebasan Irian

35 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Barat/Operasi Trikora (1961), Operasi Dwikora (1963), Penumpasan
G30S/PKI (1965), Operasi Seroja (1974- 1999) dan Diplomasi Militer
pengusiran kapal MV Expresso Lusitania (1992), serta pemberlakuan
darurat militer (1999) di Timor Timur, Penumpasan Gerakan
Pengacau Keamanan Aceh Merdeka (GPKAM) dengan pemberlakuan
Darurat Militer di Aceh (2003- 2004), pemberlakuan Darurat Sipil
terhadap konflik sosial di Ambon (2000) dan di Kalimantan (2001),
Operasi Pertahanan Udara Nasional di atas Pulau Bawean (2003),
Penumpasan Gerombolan Separatis Bersenjata Organisasi Papua
Merdeka (GSB OPM) di Irian Jaya, Operasi Tinombala di Poso
(2017) dalam rangka pemberantasan teroris, Operasi Pembebasan
Sandera di Mapenduma Irian Jaya (1996), dan Operasi Pembebasan
Sandera oleh Kelompok Separatisme Bersenjata (KSB) di Papua
(2017)5.

Nampak bahwa ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang


bermuara pada pelemahan dan penghancuran NKRI dapat berasal dari
luar maupun dari dalam negeri atau bahkan kombinasi keduanya. TNI
harus selalu memiliki semangat kejuangan dan integritas untuk
mempertahankan integritas bangsa.

4. Pembinaan Ideologi Pancasila, Konsepsi Pertahanan Negara


dan TNI

Pembinaan Ideologi Pancasila diwujudkan sebagai penguatan


Pancasila sebagai landasan ideologi, penyusunan kebijakan dan
peraturan perundang-undangan maupun langkah–langkah untuk
mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan
wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan
sumber daya alam (darat, laut dan udara), dan mencerminkan
kepribadian Indonesia. Pembinaan ini mengintegrasikan TNI dalam
pewujudan Pancasila dalam mencapai tujuan kehidupan berbangsa
dan bernegara.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 3 Tahun 2002 tentang


Pertahanan Negara merumuskan pertahanan sebagai “bertujuan untuk
menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari
36 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
segala bentuk” (pasal 4), “berfungsi untuk mewujudkan dan
mempertahankan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagai satu kesatuan pertahanan” (pasal 5),
“diselenggarakan melalui usaha membangun dan membina
kemampuan, daya tangkal negara dan bangsa, serta menanggulangi
setiap ancaman” (pasal 6), “diselenggarakan oleh pemerintah dan
dipersiapkan secara dini dengan sistem pertahanan negara”,
“menghadapi ancaman militer menempatkan Tentara Nasional
Indonesia sebagai Komponen utama dengan didukung oleh komponen
cadangan dan komponen pendukung”, “dalam menghadapi ancaman
nonmiliter menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang
pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat
ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh unsur-unsur lain dari
kekuatan bangsa.” (pasal 7)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2004


merumuskan fungsi dan tugas TNI sebagai “alat pertahanan negara”,
“menjadi komponen utama dalam sistem pertahanan negara”,
“menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara”.

Kedua rumusan pertahanan negara dan rumusan fungsi dan tugas TNI
menetapkan perihal kedaulatan, keutuhan wilayah, perlindungan
sebagai menjadi tujuan yang perlu untuk diarah dan dicapai.

TNI menempati kedudukan penting dalam pembinaan Ideologi


Pancasila. Dalam pewujudan “tugas dan fungsi”, TNI berkoordinasi
dan saling dukung dengan pencapaian “kepemimpinan”, “hubungan
antar lembaga”, “pelayanan kepada masyarakat”. Dalam hal-hal
inilah, TNI menjalankan pembinaan Ideologi Pancasila. (lihat Bab II).

37 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Merdeka, bersatu,
Pancasila berdaulat, adil dan
makmur

Kesejarahan dan kedaulatan,


tradisi kebangsaan Pokok-pokok keutuhan
Nilai-nilai pertahanan wilayah,
perlindungan
TNI

Sebagai keseluruhan dalam proses pencapain tujuan kehidupan


berbangsa dan bernegara, RPJMN 2020-2024 merumuskan sasaran
daan tujuan pencapaian sebagai:

Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan


(Polhukhankam) Indonesia 2020-2024 diarahkan menuju
kelembagaan politik dan hukum yang mapan. Kondisi tersebut
ditandai dengan terwujudnya konsolidasi demokrasi; terwujudnya
supremasi hukum, penegakan hak asasi manusia dan birokrasi
profesional; terciptanya rasa aman dan damai bagi seluruh rakyat;
serta terjaganya keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan kedaulatan negara dari berbagai ancaman, baik dari
dalam maupun luar negeri. Kondisi tersebut merupakan “kondisi
perlu” untuk mendukung terlaksananya pembangunan bidang
lainnya.

Dalam menghadirkan “kondisi perlu”, Pembangunan Polhukhankam


memperhatikan perkembangan yang terjadi di dalam dan luar negeri.
Beberapa isu domestik yang perlu diwaspadai adalah intoleransi,
demokrasi prosedural, kesenjangan reformasi birokrasi, perilaku
koruptif, dan potensi ancaman yang mengganggu keamanan dan
kedaulatan negara. Di tingkat global, isu yang perlu menjadi perhatian
adalah pergeseran gravitasi politik internasional, pergeseran arena
pertarungan negara besar ke seascape, deglobalisasi dan populisme
yang menyebabkan kebijakan unilateral beberapa negara, instabilitas
di kawasan Timur Tengah.

38 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Pada RPJMN 2020-2024 terdapat lima arah kebijakan Pembangunan
Polhukhankam, yaitu Konsolidasi Demokrasi, Optimalisasi
Kebijakan Luar Negeri, Sistem Hukum Nasional yang Mantap,
Reformasi Kelembagaan Birokrasi, dan Menjaga Stabilitas Keamanan
Nasional.

Menjadi bagian dari ancaman adalah (1) Terorisme; (2) Perdagangan


manusia, khususnya pada perempuan dan anak Indonesia yang
rentan menjadi korban perdagangan manusia; (3) Peredaran gelap dan
penyalahgunaan narkotika, terutama dengan makin intensnya
penyelundupan narkotika ke Indonesia; (4) illegal, unreported and
unregulated (IUU) fishing yang sering terjadi di wilayah laut
Indonesia; dan (5) Keamanan siber.

5. Doktrin TNI dan Ideologi Pancasila

Doktrin TNI melekat dan berada dalam kesatuan pewujudan Ideologi


Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara khusus,
Doktrin TNI ini menjadi pewujudan masing-masing sila dari
Pancasila dalam hal tugas dan fungsi, kepemimpinan, hubungan antar
lembaga, dan pelayanan kepada masyarakat.

Landasan Doktrin
a. Landasan Idiil/Pancasila. Dalam penyusunan Doktrin TNI Tridek
berpedoman pada Pancasila sebagai ideologi negara, falsafah dan
pandangan hidup bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai
moral, etika, dan cita-cita luhur bangsa Indonesia.
b. Landasan Konstitusional/UUD NRI 1945. UUD NRI Tahun 1945
merupakan hukum dasar tertulis Negara Kesatuan Republik
Indonesia, memuat dasar dan garis besar hukum dalam
penyelenggaraan negara.
c. Landasan Visional/Wawasan Nusantara. Konsepsi wawasan
nusantara sebagai landasan visional merupakan nilai ajaran untuk
mewujudkan semangat persatuan dan kesatuan dalam
kemajemukan (daerah, suku, agama, bahasa, adat, budaya dan
lainnya) serta menumbuhkan sikap kepedulian untuk

39 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
mewujudkan daya perekat dan pengendalian diri yang kuat.
d. Landasan Konsepsional/Ketahanan Nasional. Ketahanan
Nasional dapat dilihat dari kondisi dinamis yang berisi keuletan
dan ketangguhan suatu bangsa yang tercermin dalam astagatra
(geografi, demografi, sumber kekayaan alam, ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan) sebagai daya
tahan bangsa yang dihadapkan kepada berbagai ancaman yang
timbul sebagai dampak perkembangan lingkungan strategis.
e. Landasan Operasional. Ketentuan hukum nasional dalam
berbagai bentuk peraturan perundang-undangan serta ketentuan
hukum internasional seperti Piagam PBB (UN Charter), Hukum
Humaniter Internasional, dan Hak Asasi Manusia (HAM).

Doktrin TNI dan Ideologi Pancasila


Doktrin militer dapat dan telah didefinisikan di beberapa negara
dengan cara berbeda. Variasi doktrin dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor seperti keamanan yang sedang dihadapi oleh suatu negara,
perkembangan dan trend teknologi, politik internal dalam negeri
maupun di dalam tubuh militer itu sendiri, prioritas keamanan
nasional, anggaran yang dapat mengecilkan tujuan militer. Doktrin
bisa memberikan koherensi dan kerangka kerja yang konsisten dari
konsep, prinsip, dan prinsip yang berlaku dalam perencanaan dan
pelaksanaan operasional. Di sisi lain, mempelajari doktrin militer
sangat penting untuk memahami bagaimana dan mengapa negara-
negara telah melakukan operasi militer di masa lalu, serta mengapa
mereka saat ini terlibat dalam operasi semacam itu dan bagaimana
mereka dapat melakukannya di masa depan.6

Di Indonesia, untuk melaksanakan tugas pokoknya, TNI memerlukan


suatu doktrin yang digunakan sebagai pedoman bagi seluruh prajurit
TNI dalam melaksanakan tugasnya agar dapat berjalan lancar dan
tepat sasaran. Doktrin dimaksud juga harus selaras dengan
perkembangan lingkungan strategis baik internasional, regional,
maupun nasional. Selain itu, doktrin juga harus mampu beradaptasi

40 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di
berbagai bidang yang merupakan tantangan bagi TNI dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.

Doktrin yang berfungsi sebagai panduan atau pedoman, bersifat


mengikat bagi seluruh anggota TNI secara individual maupun
kelembagaan. Dalam Surat Keputusan Panglima TNI Nomor
Kep/555/VI/2018 disebutkan bahwa TNI, sebagai salah satu lembaga
negara, dibentuk untuk mendukung pencapaian kepentingan nasional.
Kepentingan nasional yang dimaksud yaitu tetap tegaknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) 1945,
serta terjaminnya kelancaran dan keamanan pembangunan nasional
yang berkelanjutan guna mewujudkan tujuan pembangunan dan
tujuan nasional7.

Tujuan nasional tersebut sebagaimana tercantum dalam Pembukaan


UUD NRI 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.

Untuk mengantisipasi tuntutan dan tantangan tugas yang semakin


kompleks tersebut, maka disusun Doktrin TNI Tri Dharma Eka Karma
(Tridek) yang komprehensif, kekinian (up to date), dan dapat
dioperasionalkan. Inti dari doktrin ini adalah rumusan kebijakan dan
strategi TNI dalam menghadapi ancaman dan gangguan dengan
mempertimbangkan berbagai aspek yang meliputi pelajaran dari
sejarah dan pengalaman operasi, nilai-nilai atau asas-asas yang
diperlukan baik dalam penggunaan maupun pembinaan, serta
ketentuan-ketentuan yang relevan sehingga TNI lebih profesional,
modern, dan adaptif terhadap berbagai situasi dan kondisi.

Dalam penyelenggaraan pertahanan negara, doktrin berkedudukan


pada strata strategi militer yang merupakan doktrin yang bersifat
filosofis dan fundamental untuk dijadikan pedoman bagi doktrin
angkatan dan doktrin-doktrin pada strata di bawahnya (strata
41 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
operasional dan strata taktis).

Doktrin merupakan panduan bagi TNI dalam menjalankan tugas,


sehingga bisa diubah untuk disesuaikan dengan tuntutan jaman.
Walaupun demikian, ada bagian yang tidak dapat diubah dalam
Doktrin TNI yaitu tugas mengawal dan menjaga keutuhan NKRI
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Masuknya trans-nasional
ideologi melalui berbagai pintu masuk dengan bantuan teknologi
informasi menjadi tantangan besar bagi TNI di masa datang dalam
rangka mempertahankan keutuhan wilayah dan negara Republik
Indonesia.

Dapat ditarik suatu hipotesis bahwa ―jika ingin melemahkan suatu


negara, lemahkanlah tentaranya, dan jika ingin melemahkan tentara
suatu negara, lemahkanlah doktrinnya‖. Bisa jadi hipotesis ini dapat
diterima jika melihat beberapa negara yang telah dan sedang
mengalami perang saudara dan konflik bersenjata yang
berkepanjangan. Negara negara tersebut mengalami pelemahan
doktrin untuk mempertahankan negara ditambah lagi bila ada
intervensi kepentingan asing terhadap eksistensi suatu negara.

Seiring dengan pergeseran berbagai paradigma di lingkup nasional


dan internasional, terutama pergeseran paradigma ancaman dan
keamanan, akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
TNI telah merumuskan paradigma barunya melalui redefinisi, reposisi
dan reaktualisasi peran TNI dalam berbangsa dan bernegara. Salah
satu respon TNI terhadap tuntutan perubahan paradigma ancaman
dan keamanan adalah dengan merevisi Doktrin ABRI dari Catur
Dharma Eka Karma (CADEK) menjadi Doktrin TNI Tri Dharma Eka
Karma (TRIDEK). Selain itu TNI juga telah merumuskan visi baru
yaitu TNI yang solid, profesional, tangguh, modern, berwawasan
kebangsaan, mencintai dan dicintai rakyat. Berdasarkan visi tersebut
TNI akan mampu menjamin tetap tegak dan utuhnya Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD
NRI 1945.

Doktrin TNI tahun 2012 yang tertuang dalam Keputusan Panglima


TNI Nomor Kep/474/VII/2012 tentang Naskah Sementara Doktrin
42 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Tentara Nasional Indonesia Tri Dharma Eka Karma (Tridek)
dinyatakan sudah tidak sesuai dengan perkembangan lingkungan
strategis yang dinamis dan tantangan tugas TNI yang semakin
kompleks, sehingga perlu diganti dengan Doktrin baru yang tertuang
dalam Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/555/VI/2018.

Hakikat Doktrin TRIDARMA EKAKARMA berasal dari bahasa


Sansekerta, tri berarti tiga, darma berarti pengabdian, eka berarti satu
dan karma berarti perjuangan, sehingga Doktrin TRIDARMA
EKAKARMA memberikan suatu pengertian luhur yang merupakan
―pengabdian tiga matra dalam satu jiwa, tekad dan semangat
perjuangan TNI”.

Doktrin ditujukan untuk menyesuaikan dan mengantisipasi tuntutan


perubahan lingkungan strategis internal dan eksternal yang terjadi
sangat cepat, dinamis, dan tidak atau sulit diprediksi. Doktrin juga
ditujukan agar terjadi penguatan terhadap isi dan mandat negara
kepada TNI sehingga terjadi penguatan doktrin, bukan pelemahan.

43 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Anatomi Doktrin TNI terbaru (Tri Dharma Eka Karma) yang tertuang
dalam Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/555/VI/2018 terdiri atas
Bab I Pendahuluan (Umum, Maksud dan Tujuan, Ruang Lingkup
dan Tata Urut, Dasar, Landasan, Referensi, Kedudukan Doktrin TNI
Tridek, Pengertian); Bab II Hakikat TNI (Umum, Sejarah TNI, Jati
Diri TNI, Karakter Pajurit TNI, Peran, Fungsi dan Tugas Pokok TNI,

Tugas Angkatan, Organisasi TNI; Bab III Ancaman dan Gangguan


(Umum, Ancaman, Gangguan, Faktor Berpengaruh; Eskalasi
Ancaman dan Gangguan, Bab IV. Kebijakan dan Strategi (Umum,
Penggunaan, Pembinaan); Bab V. Ketentuan- Ketentuan (Umum,
Penggunaan, Pembinaan, Ketentuan Lain); Bab VI. Doktrin
Turunan (Umum, Stratifikasi Doktrin, Doktrin Turunan); Bab VII
Penutup.8

44 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Gambar 1. Bagan Stratifikasi Doktrin di Lingkungan TNI

Pada tingkat strategis, setiap kebijakan pemerintah Indonesia,


termasuk Doktrin TNI (Tridek) maupun Doktrin Angkatan, harus
berlandaskan pada Paradigma Nasional, yang terdiri atas (i) Landasan
Idiil (Pancasila); (ii) Landasan Konstitusional (UUD NRI 1945); (iii)
Landasan Visional (Wawasan Nusantara); (iv) Landasan Konsepsional
(Ketahanan Nasional); (v) Landasan Operasional (Peraturan dan
Perundang-undangan). Nampak bahwa setiap kebijakan yang bersifat
taktis maupun operasional harus selalu mengacu pada kebijakan
strategis yang disusun berdasarkan paradigma nasional (termasuk
didalamnya bermuatan ideologi Pancasila).

Dalam pewujuan Doktrin TNI dan pewujudan Ideologi Pancasila


dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, TNI menuangkan
pencapaian-pencapaian dalam “tugas dan fungsi”, “kepemimpinan”,
“hubungan antar-lembaga”, dan “pelayanan kepada masyarakat”.

Tugas dan Fungsi TNI


Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang
TNI dalam Pasal 6 ayat (1) merumuskan tugsa dan fungsi TNI sebagai
“alat pertahanan negara”, “menjadi komponen utama dalam sistem
pertahanan negara”, “menegakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara”.
Kepemimpinan TNI dirumuskan dalam sapta marga:
1. Kami Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
bersendikan Pancasila.
2. Kami Patriot Indonesia, pendukung serta pembela Ideologi Negara
yang bertanggung jawab dan tidak mengenal menyerah.
3. Kami Kesatria Indonesia, yang bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, serta membela kejujuran, kebenaran dan keadilan.
4. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, adalah Bhayangkari
Negara dan Bangsa Indonesia.
45 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
5. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, memegang teguh
disiplin, patuh dan taat kepada pimpinan serta menjunjung tinggi
sikap dan kehormatan Prajurit.
6. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, mengutamakan
keperwiraan di dalam melaksanakan tugas, serta senantiasa siap
sedia berbakti kepada Negara dan Bangsa.
7. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, setia dan menepati janji
serta Sumpah Prajurit.

Secara khusus, kepemimpinan ini dirumuskan, sebagaimana dalam


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2014, sebagai
berikut:
a. memelihara moril, membangkitkan motivasi, inisiatif, dan
keberanian bawahannya dengan memberi keteladanan
berdasarkan kesadaran bahwa keberhasilan pelaksanaan tugas
merupakan kebanggaan kesatuan dan Militer;
b. memimpin Bawahan dengan adil dan bijaksana;
c. memberikan perhatian terhadap kesejahteraan Bawahan, berusaha
meningkatkan kemampuan dan pengetahuan Bawahan;
d. memberikan contoh dan teladan baik dalam sikap, ucapan,
maupun perbuatan di dalam dan di luar kedinasan;
e. menjalankan wewenang yang dipercayakan kepadanya dengan
saksama, adil, objektif, dan tidak menyalahgunakan wewenang
yang dimilikinya;
f. memberikan petunjuk dan arahan kepada Bawahan, mengatur
pembagian tugas kedinasan secara efektif dan efisien, serta
mengawasi pelaksanaannya.

Dalam hal hubungan antar lembaga, TNI dalam tugas dan fungsinya
berproses bersama dengan kementrian/lembaga lain sebagai satu-
sesama penyelenggara negara. Dalam pelaksanaan tugasnya, TNI
berada di bawah Presiden Repubik Indonesia yang mempunyai
wewenang dan bertanggungjawab. Presiden menjalankan perintah
konstitusi dalam hal kedaulatan, keutuhan wilayah dan perlindungan,
46 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
dan denga dibantu kementrian dan lembaga non kementrian. DPR
Republik Indonesia berfungsi sebagai pelaksana checks-and-balances
Dalam hal pelayanan kepada masyarakat, TNI melaksanakan tugas
perlindungan kepada masyarakat, termasuk dalam merespon
ancaman-tantangan-gangguang-hambatan. Perllindungan ini juga
secara khusus diwujudkan dalam Operasi Militer Perang dan Operasi
Militer Selain Perang dengan penangkalan, penindakan dan
pemulihan. Pelayanan kepada masyarakat ini juga menjadi bagian dari
tugas pengayoman dari kementrian/lembaga yang melakukan
pelaksanaan perlindungan hukum, terutama terhadap mereka yang
rentan.
Keempat hal ini diwujudkan untuk menjadi pewujudan kehidupa
berbangsa dan bernegara berdasarkan ideologi Pancasila, baik dalam
pernyataan martabat manusia Indonesia sebagai bangsa yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, maupun dalam
pewujudan sila-sila Pancasila.

1 https://tni.mil.id/pages-10-sejarah-tni.html
2 Surat Keputusan Panglima TNI No. Kep/555/VI/2018
3 Ibid 1
4 UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia
5 Ibid 1
6 Bert Chapman (2009). Military Doctrine : A Reference Handbook. ABC-CLIO, LLC. 130

Cremona Drive, P.O. Box 1911. Santa Barbara, California 93116-1911.


7 Ibid 1
8 Ibid 1

47 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
BAB IV
Pembinaan Ideologi Pancasila Dalam TNI

1. Pengertian Pertahanan Negara, Sifat, Fungsi, dan Sistem


Pertahanan Negara Indonesia
Secara implisit pengertian pertahanan negara sudah termuat
dalam Pancasila Sila ke-3, yaitu ―Persatuan Indonesia. Pengertian
persatuan Indonesia di sini mengandung arti bahwa Indonesia
sebagai bangsa dan negara harus kompak, bersatu, kuat, dan tahan
terhadap ancaman dan tantangan dari luar. Kemudian diperkuat
dalam pembukaan UUD NRI Tahun 1945, bahwa tujuan
pemerintah negara Indonesia (merupakan tujuan nasional) yaitu (i)
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia; (ii) memajukan kesejahteraan umum; (iii)
mencerdaskan kehidupan bangsa; dan (iv) ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.

Fungsi pertahanan dalam kalimat “melindungi segenap bangsa


Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia” dimandatkan
kepada TNI sebagai komponen utama, dibantu oleh komponen
cadangan dan komponen pendukung. Pertahanan negara
diselenggarakan untuk mempertahankan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Ditegaskan dalam UU No 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan


Negara dan UU 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Nasional Untuk Pertahanan Negara bahwa pengertian Pertahanan
Negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
48 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman serta gangguan
terhadap keutuhan bangsa dan negara. Ancaman dalam hal ini
adalah setiap upaya dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun
luar negeri yang dinilai mengancam atau membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan
segenap bangsa.

Sifat, Fungsi, dan Sistem Pertahanan Negara Indonesia dalam


UUD NRI Tahun 1945 pasal 30 ayat (1) disebutkan bahwa tiap
tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara. Nampak bahwa UUD NRI
Tahun 1945 telah memberikan amanat bahwa usaha pertahanan
dan keamanan negara bersifat wajib bagi setiap warga negara.

Dalam UU No. 3 Tahun 202 tentang Pertahanan Negara


dinyatakan bahwa fungsi Pertahanan Negara adalah untuk
mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan pertahanan.

Kemudian dalam dalam UUD NRI Tahun 1945 pasal 30 ayat (2)
dinyatakan bahwa usaha pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Indonesia Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan
rakyat, sebagai kekuatan pendukung.

Penyelenggaraan pertahanan negara Indonesia bersifat semesta


(menyeluruh), artinya bahwa pertahanan negara didasarkan pada (i)
kesadaran akan hak dan kewajiban seluruh warga negara; serta (ii)
keyakinan pada kekuatan sendiri. Maksud dari bersifat semesta
adalah pengikutsertaan seluruh warga negara, pemanfaatan seluruh
sumber daya nasional, dan seluruh wilayah negara dalam usaha
49 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
pertahanan negara. Di lain pihak, yang dimaksud dengan
keyakinan pada kekuatan sendiri adalah semangat untuk
mengandalkan pada kekuatan sendiri sebagai modal dasar dengan
tidak menutup kemungkinan bekerja sama dengan negara lain.

Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer


menempatkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai
komponen utama dengan didukung oleh komponen cadangan dan
komponen pendukung. Sistem pertahanan negara dalam
menghadapi ancaman nonmiliter menempatkan lembaga
pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai
dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung
oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa.

Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer


disebut pertahanan militer, dan untuk menghadapi ancaman non
militer disebut pertahanan nirmiliter. Implementasi dari sistem
pertahanan negara yang bersifat semesta melibatkan seluruh warga
negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta
dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan
secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap
bangsa dari segala ancaman.

Dalam sistem Pertahanan Negara Republik Indonesia terkandung


nilai a) Nilai yang terkandung dalam Pancasila dan UUD NRI
Tahun 1945; b) Nilai yang terkandung dalam Sapta Marga,
Sumpah Prajurit, dan Doktrin TNI; c) Nilai sebagai bangsa
pejuang; d) Nilai gotong-royong; e) Nilai baru yang sesuai dengan
kebutuhan bangsa Indonesia. Nilai yang dimaksud dalam hal ini
adalah seperangkat pranata, prinsip, dan kondisi yang diyakini
kebenarannya untuk digunakan sebagai instrumen pengatur
50 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
kehidupan dalam mengukur kinerja, baik moral maupun fisik dan
sekaligus menunjukkan identitas dan jati diri.

Visi, Misi, dan Tujuan Pertahanan Negara

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertahanan Nomor


Kep/1008/M/V/2017, Visi Pembangunan Pertahanan Negara
Republik Indonesia adalah “Terwujudnya Indonesia yang
berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong
royong”.

Untuk mencapai Visi tersebut, telah disusun Misi Pembangunan


Pertahanan Negara Republik Indonesia yaitu (1) Mewujudkan
keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber
daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai
negara kepulauan; (2) Mewujudkan masyarakat maju,
berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum; (3)
Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati
diri sebagai negara maritim. (4) Mewujudkan kualitas hidup
manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera; (5)
Mewujudkan bangsa yang berdaya saing; (6) Mewujudkan
Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional; (7) Mewujudkan masyarakat
yang berkepribadian dalam kebudayaan.

UUD NRI Tahun 1945 Pasal 30 Ayat (3) menyatakan bahwa


Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat,
Angkatan Laut dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas
mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan
kedaulatan negara. Jadi pertahanan negara diselenggarakan
dengan tujuan untuk mempertahankan kedaulatan negara,
51 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan
terhadap keutuhan bangsa dan negara dari segala bentuk
ancaman. Ancaman dalam hal ini adalah setiap usaha dan
kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang dinilai
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan
keselamatan segenap bangsa.

Dalam rangka menjamin terwujudnya visi, misi, dan tujuan


pembangunan pertahanan negara, maka dirumuskan tujuan
strategis pertahanan negara sebagai berikut: a) Mewujudkan
pertahanan negara yang mampu menghadapi ancaman; b)
Mewujudkan pertahanan negara yang mampu menangani
keamanan wilayah maritim, keamanan wilayah daratan dan
keamanan wilayah dirgantara; c) Mewujudkan pertahanan negara
yang mampu berperan dalam menciptakan perdamaian dunia
berdasarkan politik bebas aktif; d) Mewujudkan industri
pertahanan yang kuat, mandiri, dan berdaya saing; dan e)
Mewujudkan kesadaran bela negara bagi warga negara Indonesia.

Modal Utama Pertahanan Negara

Modal utama Penyelenggaraan pertahanan negara Indonesia


adalah karena memiliki sifat semesta (menyeluruh), yang
mengandung arti bahwa pertahanan negara didasarkan pada (i)
kesadaran akan hak dan kewajiban seluruh warga negara; serta (ii)
keyakinan pada kekuatan sendiri. Semesta memiliki arti
pengikutsertaan seluruh warga negara, pemanfaatan seluruh
sumber daya nasional, dan seluruh wilayah negara dalam usaha
pertahanan negara. Di sanping itu, modal utama lainnya adalah
dalam bentuk keyakinan pada kekuatan sendiri sebagai modal
dasar dengan tidak menutup kemungkinan bekerja sama dengan
52 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
negara lain.

Prioritas Utama Pertahanan Negara

Untuk menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri


dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan,
telah dirumuskan sembilan agenda prioritas pemerintahan
(Nawacita) yang juga merupakan agenda prioritas pembangunan
pertahanan negara, meliputi: 1) Menghadirkan kembali negara
untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman
pada seluruh warga negara Indonesia; 2) Membuat Pemerintah
tidak absen dengan membangun tata kelola Pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya; 3) Membangun
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka NKRI; 4) Menolak negara lemah dengan
melakukan reformasi sistem penegakan hukum yang bebas
korupsi, bermartabat, dan terpercaya; 5) Meningkatkan kualitas
hidup manusia Indonesia; 6) Meningkatkan produktivitas rakyat
dan daya saing di pasar Internasional; 7) Mewujudkan
kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik; 8) Melakukan revolusi karakter bangsa; 9)
Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial.

Arah Kebijakan Pertahanan Negara

a) Melanjutkan pembangunan pertahanan negara yang konsisten


terhadap Pancasila, Undang- Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan NKRI serta Bhineka Tunggal Ika
dengan mengikuti kebijakan politik negara dalam bentuk
peraturan perundang- undangan dengan menganut prinsip
demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan
hukum nasional dan hukum internasional yang telah
53 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
diratifikasi.
b) Berpedoman pada visi, misi dan program prioritas
Pemerintah, termasuk kebijakan poros maritim dunia dan
pengembangan kawasan, yang didukung dengan penggunaan
teknologi satelit dan sistem drone; Kebijakan Umum dan
Kebijakan Penyelenggaraan Pertahanan Negara serta Rencana
Strategis Pertahanan Negara Tahun 2015-2019.
c) Melanjutkan pembangunan Postur Pertahanan Militer yang
diarahkan pada pembangunan Kekuatan Pokok Minimum
(MEF) TNI menuju Kekuatan Pokok TNI, berpedoman pada
konsep pengembangan postur ideal TNI yang telah
direncanakan dalam jangka panjang dengan mengacu pada
aspek modernisasi alutsista, pemeliharaan dan perawatan,
pengembangan organisasi maupun pemenuhan sarana
prasarana yang didukung kemampuan industri pertahanan dan
profesionalisme, serta peningkatan kesejahteraan prajurit.
d) Memantapkan kerjasama dengan negara-negara sahabat dalam
kerangka pengembangan kemampuan (capacity building) dan
meningkatkan peran aktif dalam Peacekeeping Operation
(PKO) dan membuat regulasi pengerahan ... 14 pengerahan
kekuatan TNI dalam tugas perdamaian dunia di bawah PBB
dalam rangka diplomasi pertahanan.
e) Mewujudkan industri pertahanan yang kuat, mandiri dan
berdaya saing melalui peningkatan peran KKIP dalam
merumuskan kebijakan nasional industri pertahanan.
f) Mendukung pembangunan karakter bangsa melalui
pembinaan kesadaran dan kemampuan bela negara guna
mengembangkan nilai-nilai yang terkandung dalam bela
negara serta dalam rangka mendukung pembangunan nasional.

Sasaran Utama Pertahanan Negara

54 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Pemenuhan tujuan strategis pertahanan negara, dilaksanakan
dengan menetapkan sasaran- sasaran strategis yang harus dicapai
sebagai berikut (SK Menteri Pertahanan Nomor
Kep/1008/M/V/2017 tentang Kebijakan Pertahanan Negara Tahun
2018):
a. Mewujudkan pertahanan negara yang mampu menghadapi
ancaman. 1) Terwujudnya sumber daya nasional yang dapat
digunakan dalam pertahanan negara. 2) Terwujudnya sistem
pertahanan negara yang terintegrasi. 3) Terwujudnya
kekuatan pokok minimum TNI untuk menghadapi seluruh
potensi ancaman yang bersumber dari perkembangan
lingkungan strategis nasional, regional, dan global. 4)
Terwujudnya wilayah perbatasan darat serta wilayah
yurisdiksi laut dan udara memiliki batas yang jelas dan bebas
dari pelanggaran kedaulatan negara. 5) Seluruh objek vital
nasional yang bersifat strategis aman.
b. Mewujudkan pertahanan negara yang mampu menangani
keamanan wilayah maritim, keamanan wilayah daratan dan
keamanan wilayah dirgantara. 1) Kekuatan laut yang mampu
menjangkau wilayah perbatasan, pulaupulau kecil
terluar/terdepan dan mengatasi berbagai bentuk pelanggaran
maritim di wilayah laut yurisdiksi nasional. 2) Kekuatan
darat yang mampu menjangkau daerah-daerah terpencil,
daerah perbatasan darat negara dan pulau-pulau kecil
terluar/terdepan serta menjaga keamanan wilayah daratan. 3)
Kekuatan udara yang mampu menjaga keamanan dirgantara di
wilayah udara yurisdiksi nasional dan mendukung
pengamanan perbatasan darat dan laut wilayah NKRI. 4)
Tergelarnya kekuatan darat, laut, dan udara yang sinergis dan
terintegrasi.
c. Mewujudkan pertahanan negara yang mampu berperan
dalam menciptakan perdamaian dunia. 1) Terwujudnya
55 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
kerjasama pertahanan dengan negara sahabat. 2) Keikutsertaan
dalam pasukan perdamaian dunia di berbagai kawasan sebagai
wujud dalam menjaga perdamaian dunia. 3) Diplomasi
pertahanan yang mampu mendukung kepentingan nasional.
d. Mewujudkan industri pertahanan yang kuat, mandiri, dan
berdaya saing. 1) Terwujudnya industri strategis nasional
guna mendukung kepentingan pertahanan. 2) Terwujudnya
industri pertahanan dalam negeri guna pemenuhan Alat
Peralatan Pertahanan (Alpalhan) dan mendukung produksi alat
peralatan yang menunjang perekonomian nasional. 3)
Terwujudnya penguasaan teknologi dan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) untuk mendukung pengembangan industri
pertahanan.
e. Mewujudkan kesadaran bela negara bagi warga negara
Indonesia. 1) Terbentuknya kader bela negara yang tangguh
dalam mendukung pertahanan negara. 2) Terwujudnya sistem
pembinaan kesadaran bela negara dengan melibatkan
Kementerian/Lembaga (K/L), Pemerintah Daerah (Pemda)
dan komponen bangsa lainnya. 3) Terwujudnya SDM sebagai
komponen pertahanan negara dalam rangka mendukung
sistem pertahanan negara.

2. Nilai-Nilai Pancasila dalam Pertahanan, Bela Negara, dan


Cinta Tanah Air

Sampai saat ini, Pancasila terbukti sakti mempertahankan


fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Keberadaannya tak
tergoyahkan meskipun berbagai tantangan dan ujian datang silih
berganti dari masa ke masa. Hal tersebut tidak lepas dari
penghayatan segenap elemen warga negara, terutama TNI sebagai
alat utama pertahanan negara, yang tetap setia mengamalkan,
56 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
menjaga, mengawal serta melakukan ekternalisasi nilai-nilai
Pancasila. Walaupun tingkat kesadaran warga berbeda satu sama
lain, tetapi kesadaran itu seperti memberi daya tahan dan tolak atas
berbagai upaya yang merongrong dan mengganti Pancasila.

Terbukti, hingga kini hampir seluruh warga negara Indonesia


masih meyakini Pancasila merupakan ideologi pemersatu bangsa.
Ini seperti ditunjukkan dalam survei CSRC UIN Jakarta tahun
2018 dimana 99,5 persen masyarakat menilai Pancasila sudah
tepat menjadi ideologi pemersatu bangsa yang majemuk. Hanya
0,5 persen yang menilai sebaliknya (CSRC dan MPR RI, h.102).
Artinya, publik menyadari bahwa Pancasila selama ini telah
menjadi kekuatan pengikat kemajemukan sebagai realitas
kehidupan yang mereka alami dalam konteks berbangsa dan
bernegara. Pada Pancasila publik menemukan bahasa yang sama
antar warga negara sekaligus meneguhkan harapan dan cita-cita
bersama yang ditempuh melalui kerja kolektif bangsa.

Namun demikian, aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam


kehidupan berbangsa dan bernegara tak berarti berjalan mulus
tanpa hambatan berarti. Tantangan datang bersamaan dengan
derasnya arus globalisasi yang berdampak pada berbagai bidang
kehidupan termasuk bidang pertahanan. Globalisasi dengan segala
muatan nilai yang dibawahnya telah memengaruhi cara pandang
serta gaya hidup masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Di sini gempuran ideologi liberalisme dan kapitalisme
juga radikalisme dan ekstrimisme berikut ekses yang
ditimbulkannya mulai merasuk ke ruang pribadi warga.

Saat ini, globalisasi telah memasuki era baru yang bernama


Revolusi Industri 4.0. Klaus (Shwab, 2016) melalui The Fourth
Industrial Revolution menyatakan bahwa dunia telah mengalami
57 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
empat tahapan revolusi, yaitu: 1) Revolusi Industri 1.0 terjadi pada
abad ke 18 melalui penemuan mesin uap, sehingga memungkinkan
barang dapat diproduksi secara masal, 2) Revolusi Industri 2.0
terjadi pada abad ke 19-20 melalui penggunaan listrik yang
membuat biaya produksi menjadi murah, 3) Revolusi Industri 3.0
terjadi pada sekitar tahun 1970an melalui penggunaan
komputerisasi, dan 4) Revolusi Industri 4.0 sendiri terjadi pada
sekitar tahun 2010an melalui rekayasa intelegensia dan internet of
thing sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas
manusia dan mesin.

Revolusi Industri 4.0 secara fundamental mengakibatkan


berubahnya cara manusia berpikir, hidup, dan berhubungan satu
dengan yang lain. Era ini mendisrupsi berbagai aktivitas manusia
dalam berbagai bidang, tidak hanya dalam bidang teknologi saja,
namun juga bidang yang lain seperti ekonomi, sosial, politik, dan
pertahanan. Pada tataran yang lebih mendasar, penetrasi teknologi
yang serba disruptif telah memengaruhi mental dan kepribadian
generasi milenial menjadi pribadi yang khas. Tanpa disadari
kondisi tersebut telah memaksa mereka hidup dalam realitas baru
yang seringkali berjarak dengan sistem nilai dalam tatanan lama.
Banjirnya informasi di media sosial dan media online serta
tersedianya aplikasi mesin pencarian (search engine) di internet
turut membentuk cara pandang, sikap dan perilaku mereka.
Padahal tak jarang konten informasi itu kadang bertentangan
dengan prinsip dan nilai-nilai yang dianut dan disepakati bersama
oleh segenap bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Akibatnya,
belakangan ini mulai tumbuh subur gejala seperti konservatisme
agama, radikalisme, ekstremisme, intoleransi, juga politik
identitas, hoax, ujaran kebencian, dan paham post-truth yang sama
sekali tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila.

58 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Di bidang pertahanan, tantangan menjelma dalam ancaman invasi
militer yang bersifat multidimensional, mulai yang kasat mata
seperti teknologi senjata tanpa awak dan teknologi nano sampai
yang tidak kasat mata seperti ancaman dunia maya (cyber threat)
dan perang hibrida (hybrid walfare). Dalam ancaman yang lebih
dikenal dengan peperangan generasi kelima itu (5th generation
welfare) perang tidak lagi bertumpu pada kekuatan senjata
konvensional, tetapi menggunakan segala cara, militer maupun
nonmilter, lethal maupun non-lethal, serta lebih tertuju pada
penggunaan senjata siber dengan memanfaatkan jaringan internet.

Menghadapi kondisi di atas, upaya memperkuat kemampuan


Alutsista dengan memanfaatan kemajuan teknologi merupakan
sebuah keharusan. Namun begitu, hal yang tak kalah penting ialah
bagaimana terus meningkatkan ketahanan nasional sebagai sebuah
bangsa baik dari aspek ideologi, politik, hukum maupun sosial
budaya. Ketahanan nasional berati kemampuan mengaktifkan dan
mengembangkan energi atau potensi nasional dalam menghadapi
dan mengatasi segala tantangan, internal maupun eksternal. Dalam
posisi ini, pengamalan nilai-nilai Pancasila menjadi inti ketahanan
nasional di mana pengamalannya secara optimal akan memperkuat
daya tahan sehingga tidak mudah terpengaruh dan terombang-
ambing oleh setiap gangguan dalam bentuk apapun.

Bagi TNI pengamalan nilai-nilai Pancasila sangat terkait dengan


pelaksanaan tugasnya sebagat alat pertahanan negara. Dalam
rangka itu, sila pertama sampai sila kelima Pancasila wajib
dijadikan pandangan hidup untuk kemudian diacu dan dituju
dalam setiap gerak langkah atau perilaku. Secara imperatif, sila itu
termanifestasikan dalam bentuk pandangan, sikap, dan perilaku
seperti toleransi, komitmen terhadap kemanusiaan dan
kebangsaan, tekad menjaga persatuan dan melindungi tumpah
59 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
darah dan wilayah NKRI, gotong royong dalam menjalankan
tugas, rasa cinta dan bangga terhadap tanah air, disiplin,
manunggaling dengan rakyat, menyayangi antar sesama, serta
ganderung terhadap keadilan sosial. Sebagai lawannya,
pandangan, sikap, dan perilaku yang dipandang bertentangan
dengan nilai-nilai Pancasila seperti intolerasi, mementingkan ego
peribadi dan kelompok, menganggap diri dan kelompoknya
superior, berjarak dengan denyut nadi rakyat, dan sebagainya
harus ditolak dan dieleminasi.

Jati diri TNI sebagai tentara rakyat harus menjadi pelindung


sekaligus pelopor cinta tanah air dan bela negara bagi rakyat.
Pandangan, sikap, dan perilaku TNI merupakan pedoman bagi
rakyat dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sebagai
warga negara sebagaimana Pasal 27 ayat (3) UUD NRI Tahun
1945 bahwa: “Setiap warga negara berhak dan wajib dalam upaya
bela negara”. Apa yang dilakukan TNI baik dalam operasi mileter
perang (OMP) maupun operasi militer selain perang (OMSP) jadi
contoh pengorbanan yang hakiki bagi rakyat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sebuah pengorbanan yang dilakukan
demi tetap tegaknya NKRI, kedaulatan negara, keutuhan wilayah
dan keselamatan sesama bangsa dari segala bentuk ancaman baik
ancaman fisik maupun non-fisik.

Pada gilirannya, ketika cinta tanah air yang mengemuka dalam


bentuk kesediaan berkorban, bekerjasama, bergotong royong demi
kepentingan bersama sudah terpatri kuat dalam setiap warga
negara, maka saat itulah ketahanan negara akan kokoh. Semua
elemen warga negara juga akan memiliki resiliensi terhadap semua
bentuk gangguan dan ancaman sehingga tidak mudah terpengaruh
dan tergoyahkan.

60 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
3. Profil Subyek Pembinaan Ideologi Pancasila dalam TNI

Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI bahwa


Tentara Nasional Indonesia menyebutkan bahwa TNI adalah “alat
pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bertugas
melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk menegakkan
kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah, dan
melindungi keselamatan bangsa, menjalankan operasi militer
untuk perang dan operasi militer selain perang, serta ikut secara
aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan
internasional.

Kemudian Pasal 2 UU tersebut menyebutkan, jati diri Tentara


Nasional Indonesia adalah: a) Tentara Rakyat, yaitu tentara yang
anggotanya berasal dari warga negara Indonesia; b) Tentara
Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam
melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya; c) Tentara Nasional,
yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas demi
kepentingan negara di atas kepentingan daerah, suku, ras, dan
golongan agama; dan d) Tentara Profesional, yaitu tentara yang
terlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik
praktis, tidak berbisnis, dan dijamin kesejahteraannya, serta
mengikuti kebijakan politik negara yang menganut prinsip
demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum
nasional, dan hukum internasional yang telah diratifikasi.

Mengenai peran TNI, Pasal 5 menyebutkan “TNI berperan sebagai


alat negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan
tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara”.

Adapun fungsi TNI ditegaskan dalam Pasal 6 ayat (1) yaitu


61 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
sebagai: a) penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan
ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap
kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa; b)
penindak terhadap setiap bentuk ancaman sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a; dan c) pemulih terhadap kondisi keamanan
negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan. Kemudian
dalam ayat (2) diebutkan bahwa―dalam melaksanakan fungsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), TNI merupakan komponen
utama sistem pertahanan negara.

Berdasarkan peran dan fungsi tersebut, maka tugas tugas pokok


TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan
terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Oleh Karena itu, kaitannya dengan Pancasila, posisi TNI adalah


sebagai pengamal sekaligus penjaga Pancasila. Sebagai pengamal
Pancasila, TNI mendasarkan pandangan, sikap, dan perilakunya
pada ideologi Pancasila. Jiwa TNI adalah Pancasila. Sedangkan
sebagai penjaga Pancasila, pelaksanaan tugas TNI adalah rangka
menjaga tegaknya ruh Pancasila, yaitu keutuhan NKRI serta
sebagai pelindung tumpah darah bangsa Indonesia.

4. Capaian dan Kompetensi dalam Pembinaan Ideologi Pancasila

Rumusan dan pemberian materi pembinaan ideologi Pancasila


bagi TNI disesuaikan dengan kepangkatan dalam TNI yang terdiri
dari tiga level, yaitu: level 1 untuk kategori Perwira Tinggi,
Perwira Menengah, dan Perwira Pertama; level 2 untuk kategori
62 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Bintara, dan; level 3 untuk kategori Tamtama. Setiap level
memiliki lingkup materi pokok masing-masing disertai dengan
pengembangan materi pada taraf lanjutannya.

Pada level 1 untuk kategori Perwira Tinggi, materi pokok


pembinaan ideologi Pancasila meliputi:
a. Garis Besar Haluan Ideologi Pancasila
b. Materi Dasar (BPIP)
c. Empat Konsensus Dasar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara: Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika,
Negara Kesatuan Republik Indonesia
d. Wawasan Kebangsaan

Pada level 1 untuk kategori Perwira Menengah, materi pokok


pembinaan ideologi Pancasila meliputi:
a. Garis Besar Haluan Ideologi Pancasila
b. Materi Dasar (BPIP)
c. Empat Konsensus Dasar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara: Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika,
Negara Kesatuan Republik Indonesia
d. Wawasan Kebangsaan

Sedangkan pada level 1 untuk kategori Perwira Pertama, materi


pokok pembinaan ideologi Pancasila meliputi:
a. Garis Besar Haluan Ideologi Pancasila
b. Materi Dasar (BPIP)
c. Empat Konsensus Dasar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara: Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika,
Negara Kesatuan Republik Indonesia
d. Wawasan Kebangsaan
e. Sapta Marga TNI, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, dan
Panca Prasetya Korpri (khusus bagi PNS TNI).
63 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Di samping materi tersebut, pada taraf lanjutan di masing-masing
kategori di atas juga diberikan materi berikut:
a. Perbandingan Ideologi
b. Pertahanan berbasis Siber Khusus (Cyber Defense)
c. Pendekatan Astragatra
d. Trinitas Geografi Indonesia

Sementara pada level 2 untuk kategori Bintara, materi pokok


pembinaan ideologi Pancasila yang akan diberikan meliputi:
a. Garis Besar Haluan Ideologi Pancasila (GBHIP
b. Materi Dasar (BPIP)
c. Empat Konsensus Dasar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara: Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika,
Negara Kesatuan Republik Indonesia
d. Wawasan Kebangsaan
e. Sapta Marga TNI, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI,
dan Panca Prasetya Korpri (khusus bagi PNS TNI)

Di samping materi itu, pada taraf lanjutan juga diberikan materi:


a. Perbandingan Ideologi
b. Pertahanan berbasis Siber Dasar (Cyber Defense)
c. Literasi digital (Digital Literacy)
d. Pendekatan Astragatra
e. Trinitas Geografi Indonesia

Adapun pada level 3 untuk kategori Tamtama, materi pokok


pembinaan ideologi Pancasila yang akan diberikan meliputi:
a. Garis Besar Haluan Ideologi Pancasila
b. Materi Dasar (BPIP)
c. Empat Konsensus Dasar Kehidupan Berbangsa dan
64 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Bernegara: Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika,
Negara Kesatuan Republik Indonesia
d. Wawasan Kebangsaan
e. Sapta Marga TNI, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI,
dan Panca Prasetya Korpri (khusus bagi PNS TNI)
Di samping materi itu, pada taraf lanjutan juga diberikan
materi:
a. Perbandingan Ideologi
b. Pertahanan berbasis Siber Dasar (Cyber Defense)
c. Literasi Digital (Digital Literacy)
d. Pendekatan Astragatra
e. Trinitas Geografi Indonesia

65 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
66
Bab V
Aktualisasi Pancasila Dalam TNI

1. Arti Penting Aktualisasi Pancasila Bagi TNI

A. Peran dan Fungsi TNI


1. Pertahanan dan keamanan negara merupakan faktor yang sangat
hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara, tanpa mampu
mempertahankan diri terhadap ancaman dari luar dan dalam
negeri suatu negara tidak akan dapat mempertahankan
keberadaannya. Pertahanan dan keamanan Negara Indonesia
dalam perwujudannya tidak dapat dilepaskan dari fungsi dan
peran Tentara Nasional Indonesia dan Polri. Pada era Paska
reformasi keberadaan Tentara Nasional Indonesia dan Polri
dipisahkan yang sebelumnya berada dalam satu wadah komando
(ABRI), hal tersebut merupakan suatu upaya mewujudkan
profesionalisme dalam mewujudkan pertahanan dan keamanan
negara. Peran TNI dan Polri sebagai aktor dalam bidang
pertahanan dan keamanan secara institusional dipisah tugas
wewenang dan tanggung jawabnya, Tentara Nasional Indonesia
membidangi pertahanan dan Polri membidangi keamanan. Dalam
UU TNI No. 34 Tahun 2004, yang dimaksudkan dengan Tentara
Nasional Indonesia (selanjutnya disebut dengan TNI) sebagai alat
pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bertugas
melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk menegakkan
kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah, dan
melindungi keselamatan bangsa, menjalankan operasi militer
untuk perang dan operasi militer selain perang, serta ikut secara
aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan
internasional; TNI berperan sebagai alat negara di bidang
pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya berdasarkan
kebijakan dan keputusan politik negara.
66 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
2. TNI sebagai alat pertahanan negara berfungsi sebagai:
a. penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman
bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa;
b. penindak terhadap setiap bentuk ancaman sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a; dan
c. pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu
akibat kekacauan keamanan.
Dalam melaksanakan fungsi tersebut TNI merupakan komponen
utama
3. Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan
negara,mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
4. Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan:
1. Operasi militer untuk perang.
2. Operasi militer selain perang, yaitu untuk:
a) mengatasi gerakan separatisme bersenjata;
b) mengatasi pemberontakan bersenjata;
c) mengatasi aksi terorisme;
d) mengamankan wilayah perbatasan;
e) mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis;
f) melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan
kebijakan politik luar negeri;
g) mengamankan Presiden dan wakil presiden beserta
keluarganya;
h) memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan
pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan
semesta;
67 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
i) membantu tugas pemerintahan di daerah;
j) membantu kepolisian Negara Republik Indonesia dalam
rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang
diatur dalam undang-undang;
k) membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala dan
perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di
Indonesia;
l) membantu menanggulangi akibat bencana alam,
pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan;
m) membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan
(search and rescue); serta
n) membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan
penerbangan terhadap pembajakan, perompakan, dan
penyelundupan.

B. Aktualisasi Pancasila Bagi TNI


Aktualisasi Pancasila perlu diaktualisasikan dalam kehidupan
kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan. Dalam dimensi
pertahanan dan keamanan memandang bahwa keberadaan Pancasila
erat kaitannya dengan sejarah lahirnya Tentara Nasional Indonesia
(TNI), sehingga pelaksanaan Pancasila secara murni dan konsekuen
merupakan landasan idiil dan konstitusional bagi ketahanan nasional
serta merupakan filter untuk tantangan liberalisme-kapitalisme di
Indonesia yang semakin menguat.1 Menurut Moerdiono2 menyatakan
1
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2
ahUKEwjNruXck57zAhXr63MBHRluA3EQFnoECAMQAQ&url=http%3A%2F%2Fpustaka.unpad.ac.id%2
Fwp-
content%2Fuploads%2F2009%2F05%2Faktualisasi_pancasila_untuk_persatuan_bangsa_all.pdf&usg=
AOvVaw1P_BPHTMfnjnY3ULhCXTKM
2
Moerdino. 1995/1996. “Pancasila sebagai Ideologi Terbuka Menghadapi Era Globalisasi dan
Perdagangan Babas”, dalam Majalah Mimbar No.75 tahun XIII dalam
https://media.neliti.com/media/publications/266370-aktualisasi-nilai-pancasila-dalam-kehidu-
8e2cb993.pdf

68 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
adanya 3 (tiga) tataran nilai dalam ideologi Pancasila, tataran nilai
itu;

Pertama, nilai dasar, yaitu suatu nilai yang bersifat amat abstrak dan
tetap, yang terlepas dari pengaruh perubahan waktu.Nilai dasar
merupakan prinsip, yang bersifat amat abstrak, bersifat amat umum,
tidak terikat oleh waktu dan tempat, dengan kandungan kebenaran
yang bagaikan aksioma.Dari segi kandungan nilainya, maka nilai
dasar berkenaan dengan eksistensi sesuatu, yang mencakup cita-cita,
tujuan, tatanan dasar dan ciri khasnya. Nilai dasar Pancasila
ditetapkan oleh para pendiri negara. Nilai dasar Pancasila tumbuh
baik dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan
yang telah menyengsarakan rakyat, maupun dari cita-cita yang
ditanamkan dalam agama dan tradisi tentang suatu masyarakat yang
adil dan makmur berdasarkan kebersamaan, persatuan dan kesatuan
seluruh warga masyarakat.
Kedua, nilai instrumental, yaitu suatu nilai yang bersifat kontekstual.
Nilai instrumental merupakan penjabaran dari nilai dasar tersebut,
yang merupakan arahan kinerjanya untuk kurun waktu tertentu dan
untuk kondisi tertentu. Nilai instrumental ini dapat dan bahkan harus
disesuaikan dengan tuntutan zaman. Namun nilai instrumental
haruslah mengacu pada nilai dasar yang dijabarkannya. Penjabaran
itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamik dalam bentuk-bentuk
baru untuk mewujudkan semangat yang sama, dalam batas-batas
yang dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Dari kandungan nilainya,
maka nilai instrumental merupakan kebijaksanaan, strategi,
organisasi, sistem, rencana, program, bahkan juga proyek- proyek
yang menindaklanjuti nilai dasar tersebut. Lembaga negara yang
berwenang menyusun nilai instrumental ini adalah MPR, Presiden,
dan DPR.

69 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Ketiga, nilai praksis, yaitu nilai yang terkandung dalam kenyataan
sehari-hari, berupa cara bagaimana rakyat melaksanakan
(mengaktualisasikan) nilai Pancasila. Nilai praksis terdapat pada
demikian banyak wujud penerapan nilai-nilai Pancasila, baik secara
tertulis maupun tidak tertulis, baik oleh cabang eksekutif, legislatif,
maupun yudikatif, oleh organisasi kekuatan sosial politik, oleh
organisasi kemasyarakatan, oleh badan-badan ekonomi, oleh
pimpinan kemasyarakatan, bahkan oleh warganegara secara
perseorangan. Dari segi kandungan nilainya, nilai praksis merupakan
gelanggang pertarungan antara idealisme dan realitas.

Untuk menjaga konsistensi dalam mengaktualisasikan nilai Pancasila


ke dalam praktik hidup berbangsa dan bernegara, maka perlu
Pancasila formal yang abstrak-umum- universal itu
ditransformasikan menjadi rumusan Pancasila yang umum kolektif,
dan bahkan menjadi Pancasila yang khusus individual3. Artinya,
Pancasila menjadi sifat-sifat dari subjek kelompok dan individual,
sehingga menjiwai semua tingkah laku dalam lingkungan praksisnya
dalam bidang kenegaraan, politik, dan pribadi. Masalah aktualisasi
nilai-nilai dasar ideologi Pancasila ke dalam kehidupan praksis
kemasyarakatan dan kenegaraan bukanlah masalah yang sederhana.
Soedjati Djiwandono4 mensinyalir, bahwa masih terdapat beberapa
kekeliruan yang mendasar dalam cara orang memahami dan
menghayati Negara Pancasila dalam berbagai seginya Aktualisasi
nilai Pancasila dituntut selalu mengalami pembaharuan. Hakikat

3
Suwarno, P.J. 1993. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius dalam
https://media.neliti.com/media/publications/266370-aktualisasi-nilai-pancasila-dalam-kehidu-
8e2cb993.pdf
4
Soedjati Djiwandono, J. 1995. Setengah Abad Negara Pancasila (Tinjauan Kritis ke Arah
Pembaharuan.
Jakarta: CSIS dalam https://media.neliti.com/media/publications/266370-aktualisasi-nilai-pancasila-
dalam-kehidu-8e2cb993.pdf

70 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
pembaharuan adalah perbaikan dari dalam dan melalui sistem yang
ada. Atau dengan kata lain, pembaharuan mengandaikan adanya
dinamika internal dalam diri Pancasila.

Untuk melihat transformasi Pancasila menjadi norma hidup sehari-


hari dalam bernegara orang harus menganalisis pasal-pasal
penuangan sila ke-4 yang berkaitan dengan negara, yang meliputi;
wilayah, warganegara, dan pemerintahan yang berdaulat.
Selanjutnya, untuk memahami transformasi Pancasila dalam
kehidupan berbangsa, orang harus menganalisis pasal-pasal
penuangan sila ke-3 yang berkaitan dengan bangsa Indonesia, yang
meliputi; faktor- faktor integratif dan upaya untuk menciptakan
persatuan Indonesia. Sedangkan untuk memahami transformasi
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, orang harus menganalisis
pasal-pasal penuangan sila ke-1, ke-2, dan ke-5 yang berkaitan
dengan hidup keagamaan, kemanusiaan dan sosial ekonomis.5

Perubahan Kedua dan Perubahan Keempat UUD 1945, masing-


masing pada tahun 2000 dan 2002, bangsa Indonesia telah
mengukuhkan pengaturan konstitusional yang ekspilisit mengenai
Wilayah Negara dalam Bab IXA, Pasal 25A UUD 1945.
Sebelumnya, ketentuan tentang Wilayah Negara ini sama sekali
belum diatur dengan tegas dalam UUD 1945. Yang biasa diatur
dalam UUD, biasanya hanya unsur pemerintahan dan unsur warga
negara dalam rangka doktrin tentang unsur-unsur pengertian negara.
Sedangkan unsur wilayah negara yang justru sangat menentukan bagi
keberadaan suatu negara merdeka dan berdaulat belum diatur dalam
UUD 1945. Pasal 25A ini ditegaskan, “Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri nusantara

5
Suwarno, P.J. 1993. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius dalam
https://media.neliti.com/media/publications/266370-aktualisasi-nilai-pancasila-dalam-kehidu-
8e2cb993.pdf
71 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan
undang-undang”. Dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dinyatakan,
“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat”. Ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 ini
belum mencantumkan secara eksplisit kekayaan alam yang ada di
atas bumi dan air, yang berada di wilayah udara, „outer-space‟, dan
bahkan frekwensi radio dan televisi serta dunia maya yang
berkembang sangat pesat dewasa ini. Adalah UU tentang Ketentuan
Pokok Agraria Tahun 1960 yang mencantum ketentuan mengenai
wilayah udara secara terbatas, di luar „outer-space‟, sebagai wilayah
yang termasuk ke dalam pengertian luas tentang agraria. 6
Paska reformasi, banyak hal yang berubah dalam cara pandang
bangsa Indonesia tentang kekuasaan politik dan tentang ekonomi dan
tentang dunia yang terus mengalami globalisasi dengan ditopang
oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di
bidang informasi dan komunikasi yang sangat cepat. Indonesia
sekarang berada dalam taraf perkembangan demokrasi yang sangat
bebas dan terbuka, baik dari segi ekonomi dan politik maupun
kebudayaan. Padahal, masyarakat Indonesia sangat plural,
berbhinneka-tunggal-ika dalam semua aspek kehidupan. Dalam
suasana seperti itu, tentu ada saja kelompok orang atau golongan
warga yang bersikap ekstrim dan berpandangan sangat fundamentalis
dan eksklusif. Dalam suasana yang serba bebas dan terbuka, muncul
tiga macam kelompok fundamentalisme-ekstrim, yaitu (i)
fundamentalisme pasar bebas (absolute free market economy), (ii)

6
Jimly Asshiddiqie, PRAJURIT TNI ANGKATAN UDARA DAN AKTUALISASI NILAI-NILAI PANCASILA
DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA, Sarasehan TNI AU,
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2a
hUKEwin9OXIkZ7zAhVw63MBHSE6DdIQFnoECAcQAQ&url=http%3A%2F%2Fwww.jimly.com%2Fmak
alah%2Fnamafile%2F186%2FSARASEHAN_TNI_AU.pdf&usg=AOvVaw0IjKWIhXVJASkoD_NkWEOG

72 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
fundamentalisme agama yang radikal, dan (iii) fundamentalisme
etnis dan feudalisme. Ketiga fundamentalisme inilah yang menjadi
tantangan dan ancaman nyata bagi upaya aktualisasi nilai-nilai
Pancasila dewasa ini.

Bangsa Indonesia mengalami proses liberalisasi yang mengubah


watak bangsa dari orientasi kolektivistik ke orientasi individualistik
secara ekstrim. Karena itu, sebagian besar keputusan dalam
kehidupan ditentukan oleh selera pasar bebas dan terbuka, baik di
bidang ekonomi maupun di bidang politik. Paradigma perekonomian
berubah dari ekonomi negara (state centered economy) ke ekonomi
pasar bebas (market economy). Demikian pula di bidang politik,
sebagian besar jabatan-jabatan utama ditentukan berdasarkan selera
pasar terbuka. Bahkan, dewasa ini muncul istilah yang dipandang
ideal, yaitu lelang jabatan. Para pemikir, ilmuwan, praktisi, dan
penentu kebijakan bernegara banyak sekali yang terperangkap
dengan paradigm berpikir pasar bebas ini dengan anggapan yang
ekstrim seakan mereka yang berpikiran berbeda, dianggap bodoh,
ketinggalan zaman, atau bahkan dipandang sebagai orang yang
berbahaya bagi demokrasi liberal, sehingga harus dimusuhi. Mereka
yang mempunyai pandangan berbeda bahkan dianggap tidak
memiliki hak untuk hidup dalam negara demokrasi Indonesia. Inilah
bentuk fundamentalisme pertama yang mengancam upaya aktualisasi
nilai-nilai Pancasila.7

Fundamentalisme kedua adalah fundamentalisme agama yang


melahirkan gerakan-gerakan radikal yang selalu mengklaim
kebenaran untuk dirinya sendiri dengan memandang orang atau

7
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2
ahUKEwin9OXIkZ7zAhVw63MBHSE6DdIQFnoECAcQAQ&url=http%3A%2F%2Fwww.jimly.com%2Fma
kalah%2Fnamafile%2F186%2FSARASEHAN_TNI_AU.pdf&usg=AOvVaw0IjKWIhXVJASkoD_NkWEOG

73 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
pihak lain sebagai ancaman terhadap kebenaran mutlak yang mereka
miliki. Ancaman fundamentalisme agama ini dapat dikatakan datang
dari semua kelompok agama dan bersamaan dengan era globalisasi
melahirkan pula gejala internasionalisasi gerakan-gerakan radikal
keagamaan itu. Gerakan fundamentalisme agama yang radikal ini
menafikan prinsip sila-sila Pancasila, terutama sila kedua
“Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”, sila ketiga “Persatuan
Indonesia”, dan bahkan sila pertama, yaitu “Ketuhanan Yang Maha
Esa” yang cenderung disalahpahami dan disalahgunakan untuk
kepentingan kelompoknya sendiri.

Sedangkan fundamentalisme ketiga ada fundamentalisme etnis dan


kultur feodalisme yang cenderung berorientasi kedaerahan
bercampur budaya feudal. Budaya politik Indonesia memang masih
sangat feudal, sehingga siapa saja yang berkuasa dan kaya cenderung
menggunakan posisinya untuk menerapkan hubungan-hubungan
yang bersifat feudal dengan warga yang berada dalam posisi
marginal, baik dalam konteks kekayaan maupun kekuasaan.
Semangat kedaerahan tidak terlihat, tetapi nyata hidup dalam praktik
dan berhimpitan dengan budaya feudal, sehingga mudah melahirkan
oligarki politik dan oligarki ekonomi dalam praktik. Dalam
bentuknya yang ekstrim dan fundamentalis, kecenderungan
primordialisme etnis dan budaya feudal ini menghambat kemajuan
peradaban bangsa, menghalangi perkembangan budaya demokrasi
yang bersifat egaliter yang dapat mempercepat kemajuan bangsa.
Karena itu, Pancasila di masa kini harus dilihat dalam konteks
ancaman pengaruh ketiga bentuk fundamentalisme tersebut.8
Pancasila tidak dijadikan instrument pembenar bagi upaya
melanggengkan feodalisme dan semangat kedaerahan dan
primordialisme etnis yang bersifat eksklusif. Para pemimpin bangsa

8
Ibid
74 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
harus menyadari posisinya masing-masing untuk tidak terperangkap
dalam budaya feudal, apalagi menikmati budaya feudal itu untuk
melanggengkan kedudukannya masing-masing. Prajurit TNI, tidak
terkecuali, diharapkan dapat mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila
itu dalam konteks perkembangan masa kini dengan ancaman dan
tantangan yang riel dan sangat kompleks di era globalisasi dewasa
ini. Prajurit TNI dituntut untuk berperan di bidang tugasnya masing-
masing dalam menjawab aneka tantangan zaman itu dengan
kesungguhan dan penuh dedikasi untuk kelestarian dan terwujudnya
cita-cita Pancasila dalam praktik kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Setiap prajurit kebangsaan hendaklah
senantiasa berupaya menginternaslisasikan nilai-nilai Pancasila yang
selalu aktual dalam kehidupan sehari-hari sekaligus dalam
pelaksanaan tugas pertahanan, perlindungan, dan pemeliharaan
keutuhan dan kedaulatan negara sebagaimana ditentukan oleh Pasal
30 ayat (3) UUD 1945.

2. Penjenjangan Materi Pancasila Dalam Pembinaan Pancasila


Bagi TNI

Pancasila sebagai ideologi negara, pandangan hidup, sekaligus dasar


negara, dapat diibaratkan melalui teori pendulum. Pancasila dapat
bergerak mengayun ke kanan dan kiri, namun pada dasarnya tetap
berada pada porosnya, yaitu keseimbangan dan harmonisasi9 Oleh
karenanya, lapangan kebangsaan tidak bisa direduksi hanya dengan
membuat batas-batas baru dan memperkuat batas-batas lama,

9
Idzam Fautanu, Implementasi Nilai Nilai Pancasila Untuk Menyelesaikan Konflik Sosial-Politik dan
Keagamaan dalam rangka Ketahanan Nasional, Jurnal Kajian Lemhanas RI edisi 18, Juni 2014, hlm 16.
Dalam Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan Nasional
oleh Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020
75 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
melainkan mengolah sebuah kemampuan dan ekosistem yang
menghadirkan nilai-nilai ke-Indonesiaan, dalam hal ini Pancasila.10
Globalisasi saat ini sedang memasuki fase digitalisasi dan post
industrialisasi, ke depan akan menciptakan banyak perubahan,
sekaligus menghilangkan sekat-sekat konvensional yang selama ini
kita pahami. Cultural diffusion, nilai-nilai kosmopolitan, post-truth,
kripto dan nano ekonomi, secara simultan mendorong manusia
Indonesia untuk terus tanggap dengan setiap pergeseran nilai, norma,
dan pengetahuan yang ada. Maka dari itu, penting kiranya untuk saat
ini memahami internalisasi sebagai bagian dari proses aktualisasi
nilai-nilai Pancasila.11

Paska reformasi, Indonesia mengalami banyak perubahan mendasar


dalam proses berdemokrasi. Kehidupan bernegara dan bermasyarakat
pun mengalami fluktuasi ke arah lebih baik dan stagnasi yang dapat
diartikan sebagai penurunan. Untuk itu, Pancasila bukan hanya
dipandang sebagai penuntun kehidupan, namun juga harus mampu
mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Penting kiranya
melakukan pembinaan Ideologi Pancasila di semua institusi sebagai
bagian dari implementasi nilai-nilai Pancasila, khususnya di TNI.
Maka dari itu, materi pembinaan ideologi Pancasila harus bersifat
kontekstual, terukur, dan sejalan pula dengan kegiatan pembinaan
mental (bintal) yang selama ini berjalan di TNI.12 Peneguhan
kembali Pancasila dalam lingkungan TNI sangat penting dan perlu
untuk dilakukan. Mengingatkan kembali implementasi dari Sapta
Marga TNI dalam butir satu yang menyatakan, “Kami Warga Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang Bersendikan Pancasila” dan butir
kedua ditegaskan kembali bahwa “Kami Patriot Indonesia,
10
Yudi Latif, Identitas Keindonesiaan dan Aktualisasi Pancasila bagi Generasi Milenial di Era Digital,
Jurnal Kajian Lemhanas RI edisi 33, Maret 2018, hlm 7.
11
Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan Nasional oleh
Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 54
12
Ibid
76 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Pendukung serta Pembela Ideologi Negara, yang Bertanggung Jawab
dan Tidak Mengenal Menyerah”, yang menjadi semangat dalam
mengawal Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila perlu diterjemahkan
dalam materi pembinaan ideologi Pancasila di kalangan TNI.

Tentara Nasional Indonesia membuat pedoman pelaksanaan tugas


bagi satuan dan sumber bahan ajaran bagi lembaga pendidikan di
lingkungan TNI yang merujuk pada Keputusan Panglima TNI
Nomor Kep/940/XI/2017 tanggal 21 November 2017, Pedoman
pelaksanaan tugas dan sumber bahan ajaran tersebut bernama
Petunjuk Induk Pembinaan Mental TNI Pinaka Baladika. Aturan
sebelumnya, Petunjuk Induk Pembinaan Mental TNI yang digunakan
adalah Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/760/XI/2012 tanggal 1
November 2012. Perubahan ini dilakukan mengingat peran
pembinaan mental di TNI dihadapkan dengan tantangan tugas yang
semakin berat dan kompleks. Jika ditinjau dari segi usia, petunjuk
induk sebelumnya sudah cukup lama, dan kurang sinkron dengan
Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur Pusat Pembinaan Mental
(POP Pusbintal TNI), yaitu merujuk pada fungsi utama dan fungsi
organik.13

Dalam organisasi TNI pembinaan mental (Bintal) merupakan salah


satu bagian penting dalam pembinaan personil, dan merupakan
amanah Undang-undang dan Doktrin TNI. Bintal merupakan bagian
dari pembinaan personel dengan tugas dan fungsi membina sikap
mental dan perilaku prajurit agar mengacu dan berpedoman pada
Pancasila, UUD 1945. Dan Sapta Marga.14 Bintal mempunyai 4
(empat) komponen yang masing-masing memiliki kekhususannya
13
Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/940/XI/2017 tentang Petunjuk Induk Pembinaan
Mental TNI Pinaka Baladika
14
Musa Hotmatua Sitorus, Apri Suryanta, Sunarno Adi, “Peran Pembvinaan Mental Komando Armada
I Dalam Meningkatkan Kesiapan Operasi Prajurit, Jurnal Pertahanan & Bela Negara, Desember 2019,
Volumen 9 Nomer 3, hlm. 88
77 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
berdasarkan ilmu yang mendasarinya. Adapun komponen tersebut
adalah:15
a. Bintal rohani; berpedoman pada agama sebagai kaidahnya.
Tujuannya untuk membentuk prajurit TNI yang berkepribadian
baik sesuai norma agama, memiliki moralitas yang teruji, takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki sikap toleransi yang
tinggi terhadap pemeluk agama lainnya sesuai dengan doktrin TNI
bahwa Prajurit TNI adalah Tentara Nasional, yang menjunjung
persatuan dan kesatuan bangsa, menghormati setiap suku, agama,
ras, antar golongan yang ada di Indonesia.
b. Bintal ideologi; merupakan kegiatan bintal yang mendasarkan
Pancasila sebagai satu-satunya ideologi Negara Kesatuan
Republik Indonesia, tiada ideologi lain yang menjadi pegangan
hidup bagi prajurit TNI sebagai tentara nasional yang berjiwa
sapta marga dan memegang teguh sumpah prajurit.
c. Bintal tradisi dan kejuangan (Bintal trajuang), berangkat dari
pengalaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia mengatur
penjajah. Sejarah perjuangan bangsa memberikan nilai-nbilai
kejuangan bagi generasi penerus untuk memiliki semangat juang
yang tinggi, rela berkorban bagi negara, dan cinta tanah air, dan
d. Bintal psikologis, berfungsi untuk membentuk, memelihara, dan
meningkatkan kesadaran terhadap kompetensinya sebagai prajurit
TNI agar mampu melakukan penyesuaia diri atas tuntutan tugas
maupun peran dan tanggungjawabnya, sehingga prajurit tetap
mampu melaksanakan tugas meskipun dalam situasi tugas yang
penuh tekanan dan ancaman, serta tetap berpegang pada Sapta
Marga.16

15
Ibid, hlm. 89
16
Seskoal, Paket Instruksi untuk Pendidikan Reguler Seskoal Mata Pelajaran Bintal Fugsi Komando ,
(Jakarta: Seskoal, 2018), hlm. 3 dalam Musa Hotmatua Sitorus, Apri Suryanta, Sunarno Adi, “Peran
Pembvinaan Mental Komando Armada I Dalam Meningkatkan Kesiapan Operasi Prajurit, Jurnal
Pertahanan & Bela Negara, Desember 2019, Volumen 9 Nomer 3, hlm. 89
78 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Tahapan pembinaan personel TNI sebagaimana oleh Brigjen Kukuh
Surya selaku wakil Asisten Personel TNI pada Focus Group
Discussion (FGD) dapat dilakukan melalui:17
1. Penyediaan. Pada tahapan awal penyediaan personel TNI, mulai
dilaksanakan pembinaan dengan melakukan seleksi Mental
Ideologi melalui uji materi Ideologi Pancasila sebagai standar
awal pemahaman Pancasila bagi calon prajurit.
2. Pendidikan. Pendidikan yang dimaksud dalam proses pembinaan
personel adalah semua jenjang pendidikan yang ada di TNI untuk
menunjang pelaksanaan tugas baik Pendidikan Pertama (Dikma),
Pendidikan Pembentukan (Diktuk) maupun pendidikan
pengembangan spesialisasi (Dikbangspes). Dalam setiap proses
pendidikan tersebut materi Pancasila dan UUD tahun 1945 selalu
diberikan sebagai materi pokok melalui:
1) Pemahaman Tujuan, Fungsi, Nilai nilai Pancasila serta UUD
tahun 1945 bagi prajurit dan Bangsa Indonesia.;
2) Simulasi Sapta Marga;
3) Pengucapan Sumpah Prajurit dan Delapan Wajib TNI.
4) Pemahaman dan pengucapan Panca Prasetya Korpri (Khusus
bagi PNS TNI);
5) Aktualisasi Pancasila dalam Kehidupan Parjurit melalui 4
Komponen Bintal;
2. Penggunaan. Penggunaan yang dimaksud dalam proses
pembinaan personel TNI adalah selama prajurit masih dinas aktif.
3. Perawatan. Perawatan personel dalam proses pembinaan personel
adalah semua kegiatan dalam rangka menjaga kesegaraan fisik
dan mental.

17
Brigjen TNI Kukuh Surya S.S., M. Tr. (Han), pada materi FGD I berjudul Narasi Tentang Materi dan
Metode Pembinaan Ideologi Pancasila Di lingkungan TNI, Rabu 2 Desember 2020, hlm 5-6 Dalam
Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan Nasional oleh
Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 545

79 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
4. Pemisahan. Pemisahan dalam proses pembinaan personel TNI
adalah pensiun dari dinas aktif sebagai Anggota prajurit TNI dan
kembali ke masyarakat atau biasa disebut pensiunan.
Tertuang pada Petunjuk Penyelenggaraan Pembinaan Mental
Ideologi di lingkungan TNI, pembinaan mental ideologi merupakan
proses pembentukan, pengembangan, pendayagunaan watak serta
kepribadian personel TNI dan keluarga. Tujuannya adalah
mewujudkan personel TNI dan keluarganya yang setia kepada NKRI,
nasionalis, bertakwa, militan dan sehat psikis, memiliki solidaritas/
persatuan dan kesatuan, disiplin/ etos kerja yang tinggi.18 Pembinaan
mental ideologi dipahami sebagai kegiatan yang melekat dilakukan
terus-menerus sesuai dengan tujuan, sasaran, nilai nilai, hakikat,
asas-asas, sifat, pola pembinaan, subjek, objek, metode, dan materi.
Pola pembinaan mental ideologi di lingkungan TNI dilaksanakan
melalui 3 jalur, yaitu:19
1. Pendidikan, yaitu dilaksanakan melalui kursus dan penataran
kebintalan (Susgati Bintal, Tar BFK Tingkat Pama/ Pamen).
2. Satuan, yaitu dilaksanakan melalui ceramah ideologi di satuan
lingkungan TNI secara terpusat mapun tersebar.
3. Keluarga, yaitu dilaksanakan melalui pembinaan, ceramah mental
ideologi kepada keluarga TNI (IKKT, Persit Kartika Chandra
Kirana, Jalasenastri, dan Pia Ardhiya Garini).

Secara garis besar, materi yang digunakan dalam pembinaan mental


TNI dijelaskan pada Petunjuk Induk Pembinaan Mental TNI Pinaka
Baladika. Berikut materi tersebut:53

18
Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/1309/XII/2018 Dalam Laporan Akhir Pembinaan Ideologi
Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan Nasional oleh Pusat Studi Pancasila UGM Tahun
2020, hlm. 56
19
Ibid, Dalam Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan
Nasional oleh Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 56
80 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
1. Materi pembinaan mental bidang rohani mencakup keimanan,
peribadatan, dan akhlak/ budi pekerti, meliputi:20
a. Rohani Islam
b. Rohani Protestan
c. Rohani Katolik
d. Rohani Hindu
e. Rohani Buddha
f. Kerukunan hidup antar umat beragama
2. Materi pembinaan mental bidang ideologi mencakup cinta
NKRI, soliditas, dan displin/ etos kerja, meliputi:
a. Empat Konsensus Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara:
1) Pancasila
2) 2) UUD 1945
3) Bhinneka Tunggal Ika
4) Negara Kesatuan Republik Indonesia
b. Wawasan Kebangsaan
c. Saptamarga, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, dan Panca
Prasetya Korpri (khusus bagi PNS TNI).
3. Materi pembinaan mental tradisi kejuangan mencakup
pembentukan rela berkorban, pantang menyerah, dan
keperwiraan, meliputi:
a. Nilai-nilai Kejuangan 45
b. Nilai-nilai Kejuangan TNI 45
c. Tradisi Satuan
4. Materi pembinaan mental psikologi mencakup pembentukan
watak dan kepribadian prajurit yang sehat psikis, meliputi:
a. Bimbingan dan Konseling
b. Pembinaan Moril Prajurit
c. Pembinaan Keluarga Harmonis
d. Kesehatan Mental

20
Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/940/XI/2017, hlm. 10
81 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
e. Psikologi Terapan, terdiri dari kepemimpinan, motivasi
kerja, team work, manajemen stres.

Penjabaran materi pembinaan mental Pinaka Baladika bersumber


dari nilai-nilai yang ingin diimpementasikan TNI kepada personel
dan keluarga. Berikut nilai-nilai pembinaan mental TNI Pinaka
Baladika:21
1. Rohani. Hasil dari pembinaan mental rohani adalah takwa.
Ketakwaan prajurit dibangun melalui aspek implementasi sebagai
berikut:
a. Keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Peribadatan, dan
c. Akhlak mulia/ budi pekerti luhur

2. Ideologi. Hasil dari pembinaan mental ideologi adalah nasionalis.


Nasionalis prajurit dibangun melalui aspek implementasi sebagai
berikut:
a. Kecintaan kepada NKRI
b. Soliditas/ persatuan dan kesatuan
c. Disiplin/ etos kerja

3. Tradisi Kejuangan. Hasil dari pembinaan mental tradisi kejuangan


adalah militan. Militansi prajurit dibangun melalui aspek
implementasi sebagai berikut:
a. Rela berkorban
b. Pantang menyerah
c. Keperwiraan

21
Ibid, hlm. 6
82 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
4. Psikologi. Hasil dari pembinaan mental psikologi adalah sehat
psikis. Sehat psikis dibangun melalui aspek implementasi sebagai
berikut:
a. Penyesuaian diri
b. Daya tahan terhadap stress
c. Integritas dan budaya satuan

Berdasarkan hasil kajian materi pembinaan ideologi Pancasila, maka


dapat disimpulkan bahwa diperlukan standardisasi terhadap
pengembangan materi pembinaan ideologi Pancasila terkait dengan
penjejangan materi dalam Pembinaan Ideologi Pancasila meliputi tiga
hal yaitu :22
Tabel. 1. 1

Materi

Trinitas
Pertahanan Pendekatan
Literasi Digital Geografi
Ideologi Berbasis Siber Astagatra
Indonesia

Materi perbandingan ideologi, pertahanan siber, literasi digital,


pendekatan astagatra, trinitas geografi Indonesia perlu diberikan
untuk semua level mulai tamtama, bintara hingga perwira.
Pembedaan terletak pada kedalaman materi yang diperoleh dan
metode pembelajaran. Menyangkut pembedaan materi tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:23

22
Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan Nasional oleh
Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 61

23
Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan Nasional oleh
Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 62

83 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Tabel 1.2

Level Kedalaman isi


Perwira Kemampuan merencanakan dan mengelola
sumberdaya di bawah tanggung jawabnya, dan
mengevaluasi secara komprehensif hasil kerja
dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk menghasilkan langkah- langkah
pengembangan strategis organisasi umum yang
terkait dengan masalah ideologi, pertahanan siber,
literasi digital, pendekatan astagatra, dan trinitas
geografi Indonesia
Bintara Penguasaan konsep teoritis umum yang terkait
dengan materi perbandingan ideologi, pertahanan
siber, literasi digital, pendekatan astagatra, dan
trinitas geografi Indonesia secara umum, serta
kemampuan memformulasikan penyelesaian
masalah yang berhubungan dengan materi tersebut
secara prosedural.
Tamta Penguasaan pengetahuan operasional yang
ma lengkap, prinsip-prinsip serta konsep umum yang
terkait dengan materi perbandingan ideologi,
pertahanan siber, literasi digital, pendekatan
astagatra, dan trinitas geografi Indonesia sehingga
mampu menyelesaikan berbagai masalah yang
berhubungan dengan tema tersebut.

84 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Tabel 1. 3
Rumusan Materi Pembinaan Ideologi Pancasila Bagi TNI

Tingkat Kategori Materi Pokok Pengembangan


an Pembinaan Mental Materi
Ideologi
Level 1 Perwir a. Empat Konsensus Dasar a. Perbandingan
a Kehidupan Berbangsa Ideologi
Tinggi dan Bernegara: b. Pertahanan
Pancasila, UUD 1945, berbasis Siber
Bhinneka Tunggal Ika, Khusus
Negara Kesatuan (Cyber
Republik Indonesia Defense)
b. Wawasan Kebangsaan c. Pendekatan
c. Saptamarga, Sumpah Astragatra
Prajurit, Delapan d. Trinitas
Wajib TNI, dan Panca Geografi
Prasetya Korpri Indonesia
(khusus bagi PNS
TNI).
Perwira a. Empat Konsensus Dasar a. Perbandingan
Menenga Kehidupan Berbangsa Ideologi
h dan Bernegara: b. Pertahanan
Pancasila, UUD 1945, berbasis Siber
Bhinneka Tunggal Ika, Khusus
Negara Kesatuan Republik (Cyber
Indonesia Defense)
b. Wawasan Kebangsaan c. Pendekatan
c. Saptamarga, Sumpah Astragatra
Prajurit, Delapan d. Trinitas
Wajib TNI, dan Panca Geografi

85 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Prasetya Korpri Indonesia
(khusus bagi PNS
TNI).
Perwira a. Empat Konsensus Dasar a. Perbandingan
Pertam Kehidupan Berbangsa Ideologi
a dan Bernegara: b. Pertahanan
Pancasila, UUD 1945, berbasis Siber
Bhinneka Tunggal Ika, Khusus
Negara Kesatuan (Cyber
Republik Indonesia Defense)
b. Wawasan Kebangsaan c. Pendekatan
c. Saptamarga, Sumpah Astragatra
Prajurit, Delapan d. Trinitas
Wajib TNI, dan Panca Geografi
Prasetya Korpri Indonesia
(khusus bagi PNS
TNI).
Level 2 Bintara a. Empat Konsensus Dasar a. Perbandingan
Kehidupan Berbangsa Ideologi
dan Bernegara: b. Pertahanan
Pancasila, UUD 1945, berbasis
Bhinneka Tunggal Ika, Siber Dasar
Negara Kesatuan (Cyber
Republik Indonesia Defense)
b. Wawasan Kebangsaan c. Literasi digital
c. Saptamarga, Sumpah (Digital
Prajurit, Literacy)
Level 3 Tamtama a. Empat Konsensus Dasar a. Perbandingan
Kehidupan Berbangsa dan Ideologi
Bernegara: Pancasila, b. Pertahanan
UUD 1945, Bhinneka berbasis Siber

86 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Tunggal Ika,Negara Dasar (Cyber
Kesatuan Republik Defense)
Indonesia c. Literasi Digital
b. Wawasan Kebangsaan (Digital
c. Saptamarga, Sumpah Literacy)
Prajurit, Delapan Wajib d. Pendekatan
TNI, dan Panca Prasetya Astragatra
Korpri (khusus bagi PNS e. Trinitas Geografi
TNI). Indonesia

Pengembangan Materi yang akan diberikan berdasarkan kategori


yang ditetapkan antara lain:
a. Perbandingan Ideologi
Materi perbandingan ideologi dibutuhkan TNI di semua level
pendidikan dan matra (AD, AL, dan AU) dalam rangka melihat
perkembangan ideologi-ideologi di dunia. Hal tersebut penting
karena ideologi Pancasila sedang mendapatkan tantangan yang
luar biasa di tengah arus globalisasi dan adanya gerakan ideologi
baru yang bersifat transnasional. Kehadiran ideologi transnasional
ini dapat menjadi ancaman baru bagi eksistensi kedaulatan bangsa
Indonesia. Berdasar hal tersebut maka diperlukan sebuah
pengetahuan dan pemahaman yang komprehensif tentang
ideologi-ideologi besar di dunia, agar anggota TNI dapat
memberikan penilaian secara objektif dalam berstrategi
menghadapi ideologi-ideologi tersebut.
Pengertian Perbandingan Ideologi dalam hal ini adalah
pengetahuan tentang adanya adanya perbedaan dan persamaan
antara ideologi-ideologi besar yang dianut oleh bebrapa negara
yang lahir dari sebuah sejarah pergolakan rakyat maupun telah
menjadi pusat kekuasaan yang ada sejak dulu. Saat ini di dunia ini
ada tiga kutub kekuatan besar ideologi yang telah ada sejak dulu
dan tetap dipertahankan hingga saat ini oleh pengikutnya masing-
87 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
masing. Ideologi besar tersebut adalah Liberalisme, komunisme,
dan Ideologi Islam. Secara garis besar ideologi tersebut menjadi
cita-cita atau tujuan hidup yang hendak dicapai bersama dalam
masyarakat yang bersifat khusus, para pencetus pemikiran aliran
tersebut disusun secara sadar dan teliti oleh para tokoh pemikir
negara, lalu kemudian menyebarluaskan ideologi tersebut
keberbagai negara
b. Pertahanan Berbasis Siber (Cyber Defense)
Ancaman terhadap suatu negara selalu dipersiapkan berupa
ancaman kekuatan militer dari negara lain. Oleh karena itu,
ancaman ini sering disebut sebagai ancaman tradisional. Namun
kini, dengan dukungan tekhnologi yang semakin canggih
kemampuan finansial yang tinggi, serta kemampuan networking
yang luas dan mendalam, ancaman terhadap keamanan suatu
negara telah pula dilakukan oleh actor-aktor non negara.
Ancaman non tradisional yang dilakukan oleh actor non negara
ini juga tidak hanya berkemampuan menggunakan kekuatan
yang bersifat militer saja, tetapi juga kekuatan-kekuatan politik,
ekonomi, inteleken, dan tekhnologi.24
Penjelasan soal ancaman non tradisonal diatas, membawa
konteks pertahanan tidak hanya di lingkup konvensional saja.
Kini konteks ancaman bisa datang dari luar batas-batas
konvensional seperti yang dahulu dianut dan dipatuhi pada
konsensus internasional. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, khususnya internet membawa implikasi kompleks
dalam melihat pertahanan negara. Memasuki tahun 2017
penetrasi internet di seluruh dunia mencapai 50 persen dengan
penduduk mencapai 7,4 miliar diikuti oleh pemakai internet

24
Letjen TNI Bambang Darmono, Konsep dan Sistem Keamanan Nasional Indonesia, Jurnal
Ketahanan Nasional, XV (1), April 2010 dalam Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila,
Doktrin TNI dan Ketahanan Nasional oleh Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 64

88 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
lebih dari 3,7 miliar orang. Artinya, masyarakat dunia termasuk
Indonesia telah banyak menghabiskan waktu di dunia maya.25
c. Literasi Digital
Teknologi informasi juga sudah menyentuh berbagai kalangan
masyarakat yang memanfaatkannya dalam berbagai hal, baik untuk
mendukung pekerjaan, mencari data yang dibutuhkan, bahkan
untuk sekadar berselancar di media sosial. Mengutip Materi
Pendukung Literasi Digital yang dikeluarkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, bahwa perkembangan dunia digital
pada umumnya dapat menimbulkan dua sisi yang berlawanan
terkait dengan pengembangan literasi digital, yaitu: tantangan
sekaligus peluang. Saat ini, yang menjadi salah satu kehawatiran
yang muncul adalah jumlah generasi muda yang mengakses
internet berjumlah sangat besar, yaitu sekitar 70 juta orang.
Generasi muda ini menghabiskan waktu untuk berinternet, baik
melalui telepon genggam, komputer, atau laptop, dengan durasi
yang mendekati 5 jam per harinya. Tentu saja, tingginya
penggunaan internet bagi generasi muda ini meresahkan berbagai
pihak karena ada fakta yang menunjukkan bahwa data akses anak
Indonesia terhadap konten berbau pornografi per hari rata- rata
mencapai 25 ribu orang. Kekhawatiran lainnya adalah perilaku
berinternet yang tidak sehat. Hal ini ditunjukkan dengan
menyebarnya berita atau informasi hoaks, ujaran kebencian, dan
intoleransi yang dapat ditemukan di media sosial. Isu-isu tersebut
menjadi tantangan besar bagi orang tua, yang mempunyai tanggung
jawab dan peran penting dalam mempersiapkan generasi yang
memiliki kompetensi digital.26
Kompetensi literasi digital ini juga dibutuhkan oleh TNI, sehingga
25
Pratama Persada, Naskah Bahan ceramah Bidang Studi Lingstra kepada peserta PPRA LVI, pada
tanggal 27 Juli 2017 dalam Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan
Ketahanan Nasional oleh Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 64
26
Web Kemdikdub, https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-content/uploads/2017/10/cover-materi-
pendukung- literasi-digital-gabung.pdf, 20 Desember 2020
89 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
menjadi penting masuk dalam materi pembinaan ideologi bagi TNI.
Dalam materi literasi digital oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan terdapat 8 (delapan) elemen esesnsial untuk
mengembangkan literasi digital, yaitu:27
1) Kultural: pemahaman ragam konteks pengguna dunia digital;
2) Kognitif: daya pikir dalam menilai konten;
3) Konstruktif: reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual;
4) Komunikatif: memahami kinerja jejaring dan komunikasi di dunia
digital;
5) Kepercayaan diri yang bertanggung jawab;
6) Kreatif: melakukan hal baru dengan cara baru;
7) Kritis dalam menyikapi suatu konten; serta
8) Bertanggungjawab secara sosial.

d. Pendekatan Astagatra
Pendekatan Astagatra merupakan permodelan untuk memahami
kehidupan nasional dengan memperhatikan fenomena sosial dan
alam. Manusia dengan segala potensi yang dimiliki akan berinteraksi
dengan lingkungan (sosial dan alam) sehingga mampu menghasilkan
suatu kebudayaan (hasil cipta, rasa, dan karsa). Dalam proses
interaksi dengan lingkungan, manusia membutuhkan pemetaan aspek
kehidupan untuk memecahkan masalah dan tantangan. Aspek
kehidupan tersebut dipetakan ke dalam bentuk gatra (model) untuk
memudahkan pengamatan maupun pemahaman interaksinya.
Menurut model ketahanan nasional Indonesia, aspek kehidupan
nasional dibagi menjadi dua yaitu aspek alamiah dan aspek sosial.

27 63
Douglas A. J Belshaw dalam thesis “What is Digital Literacy?”, dalam Website Web Kemdikdub,
https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-content/uploads/2017/10/cover-materi-pendukung- literasi-
digital-gabung.pdf, 20 Desember 2020 dalam Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila
“Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan Nasional oleh Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 67
90 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Aspek alamiah mencakup tiga gatra atau dikenal dengan Trigatra,
yakni:28
1. Kondisi geografis Negara (Wilayah)
2. Kekayaan alam (Sumber Daya Alam)
3. Keadaan dan kemampuan penduduk (Sumber Daya Manusia)

Kemudian untuk aspek sosial mencakup lima gatra atau dikenal


Pancagatra, yaitu Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya,
Hankam (Pertahanan dan Keamanan).

Hubungan interaktif antar gatra dalam Astagatra dapat dilihat berikut ini:29

Adapun penjelasan hubungan antargatra dalam Trigatra dan


hubungan antargatra dalam Pancagatra sebagai berikut:
Hubungan Antargatra dalam Trigatra30
1. Antara kondisi geografis dengan kekayaan alam
Sumber kekayaan alam perlu didata lokasi penyebaran dan
potensinya di seluruh - tanah air. Oleh karena di dalam

28
Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan Nasional oleh
Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 68

29
Bahan ajar UT, Pendekatan Astagatra, Keterkaitan Antargatra, dan Ketahanan Gatra dalam Sistem
Tannas Indonesia,
http://bahanajar.ut.ac.id/app/webroot/epub/original_files/extract/1175/EPUB/xhtml/raw/shkr2a.xhtm
l, pada 24 Desember 2020, pkl 23.05 dalam Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila,
Doktrin TNI dan Ketahanan Nasional oleh Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 69
30
Ibid
91 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
perencanaan dan pemanfaatan kekayaan alam itu, kedekatan
suatu usaha industri dengan sumber bahan baku, misalnya sangat
menguntungkan dari sisi biaya produksi (biaya rendah) yang
pada akhirnya akan menentukan tingkat harga yang dapat
dijangkau oleh rakyat (masyarakat) sekaligus daya saing produk
tersebut.
2. Antara penduduk dengan kondisi geografi
Masalah yang kita hadapi adalah penyebaran penduduk yang
tidak merata. Banyak pulau di Indonesia yang kaya potensi
sumber daya alam kekurangan penduduk untuk mengolahnya.
Optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam ini tidak mungkin
dapat kita capai karena kekurangan penduduk yang
mengolahnya.
3. Antara kekayaan alam dan penduduk
Kekayaan alam akan bermanfaat nyata apabila ada penduduk
yang mengolah. Manfaat ini akan lebih besar apabila dalam
pengolahannya didukung oleh kemampuan penguasaan teknologi
sehingga bermanfaat secara optimal. Dalam hal ini, bukan saja
jumlah penduduk yang besar diperlukan tetapi juga kualitas
penduduk menguasai teknologi harus memadai.

Hubungan Antargatra dalam Pancagatra31


1. Ideologi sebagai falsafah hidup bangsa dan landasan ideal
negara, bernilai sebagai penentu memberikan arah dalam
pemeliharaan kelangsungan hidup serta pencapaian tujuan
suatu bangsa. Karena itu, ideologi perlu diamankan dari
segala bentuk ancaman yang akan mengubah atau
meniadakannya. Di sisi lain ideologi itu juga harus dapat
atau mampu memberikan harapan hidup lebih baik bagi
penganutnya.

31
Ibid
92 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
2. Tingkah laku politik dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
saling berkaitan, seperti kecerdasan, keadaan berpolitik,
tingkat kemakmuran, ketaatan beragama, keakraban sosial,
keamanan. Dengan demikian, perubahan pada salah satu
aspek akan mempengaruhi aspek- aspek lainnya. Situasi
politik yang kacau dan menimbulkan pertikaian serta
pemberontakan akan membahayakan tannas. Sebaliknya,
keadaan politik yang stabil dan dinamik memungkinkan
terlaksananya pembangunan di segala bidang untuk
meningkatkan kesejahteraan, memberikan rasa aman dan
mempertinggi ketahanan nasional.
3. Ketahanan di bidang ideologi, politik, sosial budaya dan
hankam dapat menunjang ketahanan di bidang ekonomi.
Sebaliknya, keadaan ekonomi yang stabil dan maju
menunjang stabilitas serta meningkatkan ketahanan di
bidang lain.
4. Keadaan sosial yang serasi, stabil, dinamik, berbudaya, dan
berkepribadian hanya dapat berkembang di dalam suasana
damai dan aman. Kemegahan sosial budaya suatu bangsa
mencerminkan tingkat kesejahteraan nasionalnya, fisik
maupun mental. Sebaliknya, keadaan sosial yang timpang,
dengan berbagai kontradiksi (kesenjangan), tanpa budaya
(tak beradab) dan kepribadian, memungkinkan timbulnya
ketegangan sosial.
5. Keadaan yang stabil di bidang politik, ekonomi, dan sosial
budaya memperkokoh ketahanan di bidang hankam.
Demikian pula sebaliknya, tanpa hankam yang memadai
tannas suatu bangsa akan menjadi lemah.

e. Trinitas Geografis Indonesia

93 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
tahun 1957, Kabinet Djuanda menerapkan kebijakan geopolitik
untuk pertama kalinya di Indonesia. Melalui Deklarasi Djuanda pada
tanggal 13 Desember 1957, melahirkan tiga hal utama, yaitu:32
1. Indonesia menyatakan diri sebagai Negara kepulauan yang
mempunyai corak tersendiri.
2. Bahwa sejak dahulu kala kepualuan Nusantara ini merupakan
satu kesatuan.
3. Ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi, dapat memecah
belah keutuhan wilayah Indonesia dari deklarasi tersebut
mengandung suatu tujuan;
a. Untuk mewujudkan bantuk wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang utuh dan bulat.
b. Untuk menentukan batas-batas wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, sesuai dengan asas Negara kepulauan.
c. Untuk mengatu lalu lintas damai pelayaran yang lebih
menjamin keamanan dan keselamatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

1) Geopolitik Indonesia
Secara teoritik geopolitik dipahami sebagai Ilmu kebijakan
dalam penyelenggaraan negara yang berkaitan dengan
masalah-masalah geografi wilayah suatu negara/ bangsa. Di
Indonesia pemahaman geopolitik diejawantahkan dalam
perumusan wawasan nusantara yang salah satu
implementasinya berupa gagasan poros maritim dunia.
Wawasan Nusantara memberikan panduan dalam empat
aspek, yakni aspek budaya, filosofis, kewilayahan, dan

32
Web setkab.go.id, https://setkab.go.id/inilah-prioritas-politik-luar-negeri-indonesia-5-tahun-ke-
depan/, pada 25
Desember 2020, pkl 21.04 dalam Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI
dan Ketahanan Nasional oleh Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 73

94 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
historis. Dalam aspek budaya, keanekaragaman budaya
merupaka kekayaan yang menjadi salah satu unsur untuk
mempererat rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Aspek
filosofis, tercermin dari proses terbentuknya negara
Indonesia yang menciptakan nilai cinta tanah air dalam
wujud Negara Kesatuan Republik Indonesia. Aspek
kewilayahan artinya bertolak dari luas wilayah perairan
yuridiksi nasional yang telah disahkan dalam UNCLOS
pada forum PBB tahun 1982. Kemudian aspek historis
berkaitan dengan sejarah kerajaan besar bahari, yaitu
Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Dari keempat aspek
tersebut, menunjukkan bahwa sebagai negara kepulauan,
Indonesia harus menjaga dan mengelola wilayah
perairannya.33
Hakikat dari Wawasan Nusantara adalah cara pandang yang
utuh dan menyeluruh dalam melihat bangsa dan nusantara
demi kepentingan nasional. Artinya warga negara dan
aparatur negara harus mampu berpikir, bertindak, dan
bersikap untuk kepentingan bangsa. Terdapat dua arah
pandang dalam konsep wawasan nusantara, yaitu arah
pandang ke dalam dan ke luar. Arah pandang ke dalam
dimaksudkan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan
kehidupan bangsa, sedangkan arah pandang ke luar
bertujuan agar menjamin kepentingan nasional berjalan
dalam ruang yang dinamis agar terlaksananya ketertiban
dunia.

2) Geostrategi dan Geoekonomi Indonesia


Geostrategi adalah perumusan strategi nasional dengan
mempertimbangkan kondisi dan konstelasi geografi sebagai
33
Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan Nasional oleh
Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 73
95 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
faktor utama. Suradinata (2005:33) menuliskan bahwa pada
awalnya geostrategi diartikan sebagai geopolitik untuk
kepentingan militer/perang. Sementara itu, di Indonesia,
geostrategi diartikan sebagai metode untuk mewujudkan cita-
cita proklamasi sebagaimana tercantum dalam Mukadimah
UUD 1945 melalui proses pembangunan nasional. Oleh karena
tujuannya itu, maka ia menjadi doktrin pembangunan dan
diberi nama Ketahanan Nasional.34 Sebagai Ketahanan
Nasional, geostrategi dipahami orientasinya akan selalu
bersinergi dengan lingkungan, baik itu lingkungan dalam
ataupun lingkungan luar. Maksudnya, dalam menjalankan
Ketahanan Nasional membutuhkan sikap mawas ke dalam dan
keluar. Sebagai sebuah metode, penyelenggaran Ketahanan
Nasional akan selalu berasas pada keseahteraan dan keamanan.
Hal ini tergantung dari kondisi nasional dan internasional serta
situasi yang dihadapi. Pada suatu saat, titik berat dapat
diletakkan pada pendekatan keamanan; dan di saat lain
dialihkan ke pendekatan kesejahteraan.35
Geoekonomi adalah studi tentang aspek spasial, temporal, dan
politik dari ekonomi dan sumber daya.36 Geoekonomi dapat
disederhanakan dengan perumpamaan strategi soft power
(seperti halnya dengan diplomasi).37
3) Hubungan Antara Ketahanan Nasional sebagai Geostrategi
dengan Geoekonomi Indonesia

Menurut Drs. Nathaniel Daldjoeni, geostrategi Indonesia patut

34
A Juniawan Priyono, Prof. Ir. Purnomo Yusgiantoro, Geopolitik, Geostrategi, Geoekonomi, Unhan
Press: Bogor, 2017, hlm 197 dalam Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin
TNI dan Ketahanan Nasional oleh Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 75
35
Ibid, hlm. 190
36
Ibid, hlm. 255
37
Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan Nasional oleh
Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 76
96 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
memperhatikan tujuh hal, yaitu:38
1) Secara demografis, Indonesia dengan penduduknya yang
berjumlah lebih dari 200 juta jiwa, diapit oleh dua benua, yaitu
Asia dan Australia;
2) Secara Ideologis, negara Pancasila kita terapit oleh negara
liberalisme di selatan dan komunisme di utara;
3) Secara politis, negara kita terapit oleh sistem demokratis
parlementer di selatan dan sistem diktator proletariat di utara;
4) Secara ekonomis, antara sistem ekonomi liberal di selatan dan
sistem ekonomi terpusat di utara;
5) Secara sosial, antara individualisme di selatan dan komunisme-
sosialisme di utara;
6) Secara kultural, kebudayaan Barat di selatan dan kebudayaan
Timur di utara;
7) Secara pertahanan dan keamanan, sistem pertahanan
continental atau kekuatan darat di utara dan sistem pertahanan
maritime di barat, selatan, dan timur.

38
Ibid, hlm. 76
97 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
3. Relasi Pancasila, Doktrin TNI, Pertahanan Negara,
Kemanan Nasional

A. Definisi Pertahanan Negara adalah pertahanan negara


adalah segala usaha untuk menegakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari
ancaman militer serta ancaman bersenjata terhadap keutuhan
bangsa dan negara;
B. Definisi Ketahanan Nasional, Pertahanan Negara,
Keamanan Nasional
Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Republik
Indonesia memberikan definisi Ketahanan Nasional sebagai
kondisi dinamis suatu bangsa yang meluputi segenap aspek
kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi dan
mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan
gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam,
untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup
bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan
nasional.39
C. Relasi Pancasila dan Doktrin TNI
Bangsa Indonesia sudah sepakat bahwa dalam hidup

39
Anonim. (2013). Modul Ketahanan Nasional PPRA XLIX – Lemhannas RI dalam Laporan
Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan Nasional oleh
Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 79

98
berbangsa dan bernegara harus selalu ada dalam bingkai 4
(empat) Konsesus Dasar Nasional yaitu Pancasila, UUD
NRI 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Dalam
bingkai yang kuat inilah dibentuk negara dengan ketahanan
nasional yang tangguh sehingga pemerintah dapat
melaksanakan pembangunan nasional. Sebaliknya,
pembangunan nasional yang baik akan bisa menguatkan
Ketahana Nasional, sehingga antara Ketahanan Nasional
dan Pembangunan Nasional terjadi simbiose mutualistik,
saling menguatkan dan pada gilirannya akan menghasilkan
output yaitu tercapainya tujuan dan cita-cita nasional.
Ketahanan Nasional maupun Pembangunan Nasional
dalam bingkai 4 Konsensus Dasar Nasional dapat
dilemahkan melalui isu suku, agama, ras, dan antar
golongan (SARA), apalagi bila ada kepentingan eksternal
(asing) untuk melemahkan dan menguasai Indonesia.40
ideologi Pancasila harus merupakan ―ruh‖, landasan,
spirit dalam individu TNI maupun kelembagaan
sebagai Doktrin TNI. Jika individu dan lembaga TNI
memiliki jiwa Pancasila yang kuat, maka akan memiliki
kinerja yang baik dan profesional dalam mempertahankan
negara dan bermuara pada ketahanan nasional yang
tanggguh (Gambar 1). Dengan ketahananan nasional yang
Tangguh menajdi Langkah untuk mewujudkan tujuan dan
cita-cita nasional (Gambar 2).

40
Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan
Nasional oleh Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 80

99
Gambar 1: Relasi Pancasila, Dokrtin TNI, Pertahanan Negara, Ketahanan Nasional,
dan Pembangunan Nasional:

Gambar 2,: Logika dan Posisi Ketahanan Nasional Republik Indonesia dalam
Membangun Keindonesiaan.

Berdasarkan kedua gambar tersebut, doktrin TNI (militer)


merupakan suatu ajaran yang bersifat mendasar dan diyakini
kebenarannya, berdasarkan hasil pemikiran terbaik yang
mengalir dari pandangan hidup bangsa, serta dikembangkan
secara dinamis berdasarkan pengalaman dan teori. Doktrin
100
bukanlah suatu hal yang tetap, dan “kaku” namun menjadi hal
yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan
perkembangan jaman/ masa.

4. Pelibatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dalam


Aktualisasi Pancasila Bagi TNI

Teknologi adalah gejala utama dari kultur manusia dan lambat


laun akan menciptakan suatu tatanan peradaban. Teknologi
pada saat ini mengalami transformasi yang radikal dalam dua
abad terakhir, serta mampu mengubah bentuk dunia dan
manusia. Ke depan, diprediksi dunia akan dikuasai oleh
generasi milenial yang menggunakan teknologi utamanya
artificial intelligence (kecerdasan buatan) dengan komputer.
Revolusi di bidang komunikasi dan transportasi saja telah
menjadikan bumi ini seolah-olah sebagai perkampungan global.
Setiap kejadian di belahan bumi manapun, melalui teknologi
dapat dengan cepat terinformasikan melalui media sosial.
Ilmu pengetahuan dan tekhnologi diperlukan dalam
internalisasi nilai-nilai Pancasila. Pancasaila sebagai ideologi
negara berperan sebagai bintang pemandu kehidupan
berbangsa dan bernegara termasuk dalam pemanfaatan
tekhnologi, kususnya tekhnologi yang berkaitan dengan
pertahanan dan ketahanan bangsa dan negara.
Pengertian Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan
ilmu dapat mengacu pada beberapa jenis pemahaman.
Pertama, bahwa setiap ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dikembangkan di Indonesia haruslah tidak bertentangan
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Kedua,

101
bahwa setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus
menyertakan nilai-nilai Pancasila sebagai faktor internal
pengembangan iptek itu sendiri. Ketiga, nilai-nilai Pancasila
berperan sebagai rambu normatif bagi pengembangan iptek di
Indonesia, artinya mampu mengendalikan iptek agar tidak
keluar dari cara berpikir dan cara bertindak bangsa Indonesia.
Keempat, bahwa setiap pengembangan iptek harus berakar
dari budaya dan ideologi bangsa Indonesia sendiri atau yang
lebih dikenal dengan istilah indegenisasi ilmu (mempribumian
ilmu).41 Setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus
menyertakan nilai-nilai Pancasila sebagai faktor internal,
mengandaikan bahwa sejak awal pengembangan iptek sudah
harus melibatkan nilai- nilai Pancasila. Namun, keterlibatan
nilai-nilai Pancasila ada dalam posisi tarik ulur, artinya
ilmuwan dapat mempertimbangkan sebatas yang mereka
anggap layak untuk dilibatkan.

5. Ringkasan

41
Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan
Nasional oleh Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 59

102
OUTLINE
PENYUSUNAN STANDAR MATERI PIP BAGI TNI
Kesimpulan FGD Bekasi, 18 September 2021

JUDUL KETERANGAN PEMBAGIAN


TUGAS
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Dr. IDRIS
BAB I PERAN STRATEGIS
PEMBINAAN
IDEOLOGI
PANCASILA BAGI
TNI
1. Latar Belakang
2. Landasan dan nilai-nilai
Pancasila
3. Tujuan dan Sasaran
4. Metode dan Pendekatan Bagaimana metode menyampai
kan materi antara lain melalui
diklat, sosialisasi, pembudayaan,
pengasuhan dsb.
5. Sistematika

Rangkuman

Dr. HENRY
BAB II POKOK-POKOK PIKIRAN
PANCASILA DAN PEMBINAAN
IDEOLOGI PANCASILA
1. Pemikiran Pendiri Bangsa
Tentang Pancasila
2. Tujuan Berbangsa dan Bernegara
(dapat ditambahkan mengenai
pembangunan nasional)
3. Pembinaan Ideologi Pancasila
4. Capaian Pembinaan Ideologi
Pancasila
Rangkuman
Dr. HENRY
BAB III PANCASILA DAN DOKTRIN
TNI
1. Pancasila, Jatidiri, Karakter dan Sejarah kejuangan TNI
Fungsi TNI
2. Pembinaan Ideologi Pancasila,
Konsepsi Pertahanan Negara dan
TNI

3
3. Doktrin TNI dan Ideologi
Pancasila
Rangkuman
Dr. IDRIS
BAB IV PEMBINAAN IDEOLOGI
PANCASILA DALAM TNI
1. Pengertian Pertahanan Negara Tantangan globalisasi, media
Sifat, Fungsi, dan Sistem sosial, ideologi transnasional,
Pertahanan Negara Indonesia keamanan cyber,
(termasuk mengenai ATGH,
kepemimpinan, OMSP)
2 Nilai-Nilai Pancasila dalam Perlu ada yang membedakan
Pertahanan, Bela Negara, Cinta dalam Pancasila bela negara dan
Tanah Air tanah air serta yang dilakukan
oleh Lemhanas
3. Profil Subyek Pembinaan TNI menurut tusi (Undang-
Ideologi Pancasila dalam TNI Undang Nomor 32 Tahun 2004)
4. Capaian dan Kompetensi dalam Akan dirincikan di annex dalam
Pembinaan Ideologi Pancasila bentuk matriks
Rangkuman
BAB V AKTUALISASI PANCASILA Dr. NISA
DALAM TNI
1 Arti penting Aktualisasi
Pancasila Bagi TNI
2. Penjenjangan Materi Pancasila
dalam Pembinaan Ideologi
Pancasila bagi TNI
3. Relasi Pancasila, Doktrin TNI, Definisi ketahanan nasional
Pertahanan Negara, daanKeamanan agar diimasukkan
Nasional
4. Pelibatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi dalam Aktualisasi
Pancasila Bagi TNI
Rangkuman
ANNEX Dr. HENRY

PIC Kegiatan

Bonavantura Salman

3
Lampiran 2 : Annex
A. Matriks isian Pembinaan Ideologi Pancasila dalam lingkungan TNI

Rumusan nilai Lingkup Kompetensi


(deskripsi) (pembinaan) Wujud dalam
Sikap perilaku Kemampuan Pengetahuan kehidupan
(3-5 butir) (3-5 butir) (3-5 butir) berbangsa dan
bernegara
Kedudukan dan Tugas dan
Peran Pancasila fungsi;
dalam
Kehidupan
Berbangsa dan Kepemimpinan;
Bernegara (1)
Pancasila
sebagai dasar Hubungan
negara; (2) antar
Pancasila kementrian/
sebagai lembaga
pandangan
hidup bangsa;
(3) Pancasila
sebagai Pelayanan
ideologi terhadap
negara; (4) masyarakat
Pancasila
sebagai
pemersatu
bangsa; dan (5)
Pancasila
sebagai falsafah

Pembangunan Tugas dan


nasional fungsi;
berdasarkan
Pancasila
Bidang Kepemimpinan;
pertahanan

Hubungan
antar
kementrian/
lembaga

Pelayanan
terhadap
masyarakat

1
B. Pemetaan Materi

Rumusan Materi Pembinaan Ideologi Pancasila Bagi TNI

Tingkatan Kategori Materi Pokok Pengembangan


Materi
Pembinaan Ideologi

Level 1 Perwira a. Garis Besar Haluan a. Perbandingan


Tinggi Ideologi Pancasila Ideologi
b. Materi Dasar (BPIP) b. Pertahanan
berbasis Siber
c. Empat Konsensus Dasar
Khusus (Cyber
Kehidupan Berbangsa dan
Defense)
Bernegara: Pancasila, UUD
1945, Bhinneka Tunggal c. Pendekatan
Ika, Negara Kesatuan Astragatra
Republik Indonesia
d. Trinitas
d. Wawasan Kebangsaan Geografi
Indonesia
e. Sapta Marga TNI,
Sumpah Prajurit,
Delapan Wajib TNI, dan
Panca Prasetya Korpri
(khusus bagi PNS TNI).
Perwira a.Garis Besar Haluan a. Perbandingan
Menengah Ideologi Pancasila Ideologi
b. Materi Dasar (BPIP) b. Pertahanan
berbasis Siber
c. Empat Konsensus Dasar
Khusus (Cyber
Kehidupan Berbangsa
Defense)
dan Bernegara: Pancasila,
UUD 1945, Bhinneka c. Pendekatan
Tunggal Ika, Negara Astragatra
Kesatuan Republik
d. Trinitas
Indonesia
Geografi
d. Wawasan Kebangsaan Indonesia
e. Sapta Marga TNI, Sumpah
Prajurit, Delapan Wajib
TNI, dan Panca Prasetya
Korpri (khusus bagi PNS
TNI).

2
Tingkatan Kategori Materi Pokok Pengembangan
Materi
Pembinaan Ideologi

Perwira a. Garis Besar Haluan a. Perbandingan


Pertama Ideologi Pancasila Ideologi
b. Materi Dasar (BPIP) b. Pertahanan
berbasis Siber
c. Empat Konsensus Dasar
Khusus (Cyber
Kehidupan Berbangsa dan
Defense)
Bernegara: Pancasila, UUD
1945, Bhinneka Tunggal c. Pendekatan
Ika, Negara Kesatuan Astragatra
Republik Indonesia
d. Trinitas
d. Wawasan Kebangsaan Geografi
Indonesia
e. Sapta Marga TNI, Sumpah
Prajurit, Delapan Wajib
TNI, dan Panca Prasetya
Korpri (khusus bagi PNS
TNI).

Level 2 Bintara a. Garis Besar Haluan a. Perbandingan


Ideologi Pancasila (GBHIP Ideologi
b. Materi Dasar (BPIP) b. Pertahanan
berbasis Siber
c. Empat Konsensus Dasar
Dasar (Cyber
Kehidupan Berbangsa dan
Defense)
Bernegara: Pancasila, UUD
1945, Bhinneka Tunggal c. Literasi digital
Ika, Negara Kesatuan (Digital
Republik Indonesia
Literacy)
d. Wawasan Kebangsaan
d. Pendekatan
e. Sapta Marga TNI, Sumpah Astragatra
Prajurit, Delapan Wajib
e. Trinitas
TNI, dan Panca Prasetya
Geografi
Korpri (khusus bagi PNS
Indonesia
TNI)

Level 3 Tamtama a. Garis Besar Haluan a. Perbandingan


Ideologi Pancasila Ideologi
b. Materi Dasar (BPIP) b. Pertahanan
berbasis Siber
c. Empat Konsensus Dasar
Dasar (Cyber
Kehidupan Berbangsa dan
Defense)
Bernegara: Pancasila, UUD
1945, Bhinneka Tunggal c. Literasi Digital
Ika, Negara Kesatuan (Digital Literacy)
Republik Indonesia
d. Pendekatan

3
Tingkatan Kategori Materi Pokok Pengembangan
Materi
Pembinaan Ideologi

Astragatra
d. Wawasan Kebangsaan
e. Trinitas
e. Sapta Marga TNI, Sumpah
Geografi
Prajurit, Delapan Wajib
Indonesia
TNI, dan Panca Prasetya
Korpri (khusus bagi PNS
TNI)

Pengembangan
Materi

Trinitas
Pertahanan Pendekatan
Literasi Digital Geografi
Ideologi Berbasis Siber Astagatra
Indonesia

Pengembangan materi

Materi perbandingan ideologi, pertahanan siber, literasi digital,


pendekatan astagatra, trinitas geografi Indonesia perlu diberikan untuk
semua level mulai tamtama, bintara hingga perwira. Pembedaan terletak
pada kedalaman materi yang diperoleh dan metode pembelajaran.

Perbandingan Ideologi

Materi perbandingan ideologi dibutuhkan TNI di semua level pendidikan


dan matra (AD, AL, dan AU) dalam rangka melihat perkembangan
ideologi-ideologi di dunia. Hal tersebut penting karena ideologi Pancasila
sedang mendapatkan tantangan yang luar biasa di tengah arus
globalisasi dan adanya gerakan ideologi baru yang bersifat transnasional.

4
Kehadiran ideologi transnasional ini dapat menjadi ancaman baru bagi
eksistensi kedaulatan bangsa Indonesia. Berdasar hal tersebut maka
diperlukan sebuah pengetahuan dan pemahaman yang komprehensif
tentang ideologi-ideologi besar di dunia, agar anggota TNI dapat
memberikan penilaian secara objektif dalam berstrategi menghadapi
ideologi-ideologi tersebut.

Ideologi merupakan sebuah konsep yang fundamental dan aktual dalam


sebuah negara. Fundamental karena hampir semua bangsa dalam
kehidupannya tidak dapat dilepaskan dari pengaruh ideologi. Aktual,
karena kajian ideologi tidak pernah usang dan ketinggalan zaman. Secara
sederhana, ideologi dapat diartikan sebagai nilai-nilai atau cita-cita luhur
yang dipercayai oleh seseorang, kelompok, masyarakat, bangsa, dan
negara dalam keseharian mereka. Dua hal tersebutlah yang diyakini
mampu mewujudkan masa depan bersama yang bahagia dan sejahtera.
Awalnya ideologi diartikan sebagai kajian ilmiah terhadap ide (science of
ideas). Di pihak lain, ideologi pada masa-masa awal merupakan teori ide-
ide untuk pembangunan lembaga-lembaga kemasyarakat atau
institutional reform.

Pengertian Perbandingan Ideologi dalam hal ini adalah pengetahuan


tentang adanya adanya perbedaan dan persamaan antara ideologi-
ideologi besar yang dianut oleh bebrapa negara yang lahir dari sebuah
sejarah pergolakan rakyat maupun telah menjadi pusat kekuasaan yang
ada sejak dulu. Secara garis besar ideologi tersebut menjadi cita-cita atau
tujuan hidup yang hendak dicapai bersama dalam masyarakat yang
bersifat khusus, para pencetus pemikiran aliran tersebut disusun secara
sadar dan teliti oleh para tokoh pemikir negara, lalu kemudian
menyebarluaskan ideologi tersebut keberbagai negara.

Saat ini di dunia ini ada tiga kutub kekuatan besar ideologi yang telah
ada sejak dulu dan tetap dipertahankan hingga saat ini oleh
pengikutnya masing-masing. Ideologi besar tersebut memmpunyai cri
transnasional, terutama Liberalisme (pasar dan individu), Komunisme
(peniadaan perbedaan dan penolakan subidiaritas), transnasionalisme
agama.

Pengetahuan tentang kelebihan dan kelemahan ideologi-ideologi besar


seperti tersebut di atas, diharapkan dapat memperkokoh posisi ideologi
Pancasila. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri karena ideologi Pancasila
bersifat terbuka (dalam arti dinamis), terutama ditujukan dalam
penerapannya yang berbentuk pola pikir yang dinamis dan konseptual
dalam dunia modern.

5
Lampiran 3

CATATATN

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
CATATATN

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
CATATATN

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
CATATATN

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Anda mungkin juga menyukai