KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
1. Outline Draf Dokumen Standar Materi Pembinaan
Pancasilia Bagi TNI
2. Annex
3. Daftar Pustaka
Bab I Peran Strategis Pembinaan Pancasila Bagi TNI
1. Latar Belakang
2. Landasan Pembinaan Ideologi Pancasila
3. Tujuan Dan Sasaran
4. Metode dan Pendekatan
5. Sistimatika
Bab II Pokok-Pokok Pikiran Pancasila dan Pembinaan
Ideologi Pancasila
1. Pemikiran Pendiri Bangsa
2. Pembangunan Nasional
3. Pembinaan Ideologi Pancasila
4. Capaian Pembinaan Ideologi Pancasila
Bab III Pancasila dan Doktrin TNI
1. Kejuangan TNI Dalam Kemerdekaan Indonesia
2. Jati Diri, Tugas, Karakter, Tugas dan Fungsi
3. Nilai Integritas TNI Berdasarkan Pancasila
4. Pembinaan Ideologi Pancasila, Konsepsi
Pertahanan Negara dan TNI
5. Doktrin TNI dan Ideologi Pancasila
Bab IV Pembinaan Ideologi Pancasila Dalam TNI
1. Pengertian Pertahanan Negara, Sifat, Fungsi, dan Sistem
Pertahanan Negara Indonesia
2. Nilai-Nilai Pancasila dalam Pertahanan, Bela Negara, dan
Cinta Tanah Air
3. Profil Subyek Pembinaan Ideologi Pancasila dalam TNI
4. Capaian dan Kompetensi dalam Pembinaan Ideologi
Pancasila
5. Rangkuman
ii
Bab V Aktualisasi Pancasila dalam TNI
1. Arti penting Aktualisasi Pancasila bagi TNI
2. Penjenjangan Materi Pancasila dalam Pembinaan
Ideologi Pancasila bagi TNI
3. Relasi Pancasila, Doktrin TNI, Pertahanan Negara, dan
Keamanan Nasional
4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam
Aktualisasi Pancasila bagi TNI
5. Rangkuman
iii
Bab I
Peran Strategis
Pembinaan Ideologi Pancasila Bagi TNI
1. Latar Belakang
10 | S t a n d a t M a t e r i P I P B a g i T N I
pancasila bagi TNI dalam menjalankan tugas-tugas pokok
TNI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Metode
penyampaian materi ini bisa melalui ceramah, diskusi dan
tanya jawab, penugasan, diskusi kelompok, studi kasus,
membuat resume, dan film session atau poster session
disesuaikan dengan kebutuhan. Materi ini bisa disampaikan
dalam ragam kegiatan seperti diklat, sosialisasi,
pembudayaan, pembinaan, pengasuhan dalam TNI dan lain-
lain.
5. Sistematika
11 | S t a n d a t M a t e r i P I P B a g i T N I
4. Rangkuman
BAB IV PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA
DALAM TNI
1. Pengertian Pertahanan Negara, Sifat, Fungsi,
dan Sistem Pertahanan Negara Indonesia
2. Nilai-Nilai Pancasila dalam Pertahanan, Bela
Negara, dan Cinta Tanah Air
3. Profil Subyek Pembinaan Ideologi Pancasila
dalam TNI
4. Capaian dan Kompetensi dalam Pembinaan
Ideologi Pancasila
5. Rangkuman
BAB V AKTUALISASI PANCASILA DALAM TNI
1. Arti penting Aktualisasi Pancasila bagi TNI
2. Penjenjangan Materi Pancasila dalam
Pembinaan Ideologi Pancasila bagi TNI
3. Relasi Pancasila, Doktrin TNI, Pertahanan
Negara, dan Keamanan Nasional
4. Pelibatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
dalam Aktualisasi Pancasila bagi TNI
5. Rangkuman
ANNEX
DAFTAR PUSTAKA
12 | S t a n d a t M a t e r i P I P B a g i T N I
Bab II
Pokok-Pokok Pikiran Pancasila
dan Pembinaan Ideologi Pancasila
2. Pembangunan Nasional2
Kemerdekaan yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945
mengandung pesan luhur agar diisi dengan pembangunan.
Membangun mempunyai arti yang luas, yaitu membangun dalam
segala bidang kehidupan negara dan masyarakat, membangun dalam
bidang ekonomi, dalam bidang politik dan sosial, dalam bidang
pendidikan dan kebudayaan. Pembangunan yang tidak kalah
pentingnya adalah pembangunan di bidang spiritual (rohani) guna
mencapai penghidupan yang berbahagia bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pelaksanaan pembangunan yang mencakup semua bidang
itu bukanlah pembangunan yang saling berdiri sendiri, melainkan
saling terkait dan terhubung antara-satu bidang dengan bidang yang
16 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
lain, yaitu kehidupan negara dan masyarakat. Oleh karena itulah,
dalam pelaksanaannya diperlukan suatu perencanaan yang
menyeluruh, terencana dan bertahap yang didasarkan pada asas
gotong royong guna pemenuhan kebutuhan dan kepribadian rakyat
Indonesia, tanpa mengabaikan contoh pengalaman-pengalaman
konkret pembangunan yang dilakukan negara lain, tetapi tetap
dengan memadukan pengalaman dan keadaan konkret di dalam
negeri. Inilah yang terangkum dalam makna Pembangunan Nasional
sebagai Perwujudan Nilai-Nilai Pancasila.
19 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Ketiga, alasan antropologis yang menunjukkan bahwa Pancasila
merefleksikan nilai-nilai yang didasarkan pada pengalaman faktual
dan pengalaman akal serta pengalaman religius bangsa Indonesia,
yang secara tertulis dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dari perspektif
antropologis, Pancasila merupakan nilai-nilai yang tumbuh dari
peradaban bangsa. Dalam hubungan inilah maka pemaknaan nilai-
nilai Pancasila dapat bersifat dinamis bukan statis, tetapi tidak
menyimpang dari kehendak pendiri bangsa.
1. Dasar Negara
Kedudukan Pancasila yang kedua adalah sebagai dasar Negara.
Pancasila sebagai dasar negara memiliki makna bahwa Pancasila
merupakan dasar untuk menata negara yang merdeka dan berdaulat.
21 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan aparatur negara yang
bersih dan berwibawa. Sebagai dasar, arahan dan petunjuk aktivitas
perkehidupan bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
22 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib,
dan damai.
Cita hukum atau politik ialah tentang sifat, bentuk dan tujuan Negara
Indonesia. Dan terakhir cita-cita moral adalah hukum tentang
kehidupan rakyat yang terkait dengan keagamaan dan
kemasyarakatan.
Sila Pertama,
Ketuhanan yang Maha Esa
26 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
GBHIP
2. Bangsa Indonesia mengamalkan ajaran agamanya secara
berkeadaban, saling menghormati satu sama lain;
3. Bangsa Indonesia wajib untuk menyembah Tuhannya dan
beribadah menurut agama dan kepercayaannya masing-masing
secara leluasa,berkeadaban dan berkeadilan;
4. Bangsa Indonesia melaksanakan perintah agama dan
kepercayaannya masing-masing dengan tetap mengedepakan
harmoni dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
2. Bangsa Indonesia tidak memaksakan suatu agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang
lain.
Sila Kedua,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila Ketiga,
Persatuan Indonesia
Sila Keempat,
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat dalam
Permusyawaratan Perwakilan
28 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
GBHIP
3. Demokrasi yang dibangun di Indonesia bukanlah demokrasi
Barat, tetapi demokrasi berlandaskan permusyawaratan yang
mampu mewujudkan kesejahteraan sosial;
4. Bangsa Indonesia wajib menghormati dan menjunjung tinggi
setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah dan
dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
5. Bahwa bangsa Indonesia tidak mengenal sistem diktator
mayoritas dan tirani minoritas.
Sila Kelima,
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
30 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
1
Dokumen Indeks Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila 2020 (dan dari naskah kajian Wawasan Pancasila UKP-PIP)
2
Dokumen “Garis Besar Haluan Ideologi Pancasila” Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) 2019
3
Naskah “Arah Kebijakan Pembinaan Ideologi Pancasila Badan Pembinaan Ideologi Pancasila” (revisi tahun
2021)
4
Kaelan, MS, 2019, “Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan Aktualisasinya”
31 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Bab III
Pancasila dan Doktrin TNI
32 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Pada saat-saat kritis selama Perang Kemerdekaan (1945-1949), TNI
berhasil mewujudkan dirinya sebagai tentara rakyat, tentara revolusi,
dan tentara nasional. Sebagai kekuatan yang baru lahir, disamping
TNI menata dirinya, pada waktu yang bersamaan harus pula
menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun dari luar
negeri. Dari dalam negeri, TNI menghadapi rongrongan-rongrongan
baik yang berdimensi politik maupun dimensi militer. Rongrongan
politik bersumber dari golongan komunis yang ingin menempatkan
TNI dibawah pengaruh mereka melalui “Pepolit, Biro Perjuangan,
dan TNI-Masyarakat:. Sedangkan tantangan dari dalam negeri yang
berdimensi militer yaitu TNI menghadapi pergolakan bersenjata di
beberapa daerah dan pemberontakan PKI di Madiun serta Darul Islam
(DI) di Jawa Barat yang dapat mengancam integritas nasional.
Tantangan dari luar negeri yaitu TNI dua kali menghadapi Agresi
Militer Belanda yang memiliki organisasi dan persenjataan yang lebih
modern.
Tentara Rakyat.
33 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Hindia Belanda dan Jepang, antara lain Heiho, Kaigun Heiho, dan
Pembela Tanah Air (PETA) serta yang berasal dari rakyat, yaitu
Barisan Pemuda, Hisbullah, Sabililah, dan Pelopor, di samping
laskar-laskar dan tentara pelajar yang tersebar di daerah-daerah lain,
baik yang sudah maupun yang belum memperoleh latihan militer,
yang keseluruhannya terhimpun dalam BKR. Sejarah itu telah
mematrikan jati diri TNI sebagai tentara yang benar- benar dari rakyat
yang mempunyai semangat pengabdian tinggi.
Tentara Pejuang
Tentara Pejuang yaitu tentara yang berjuang dengan tidak mengenal
menyerah demi tetap tegaknya NKRI. Pemahaman semboyan
―Tidak mengenal menyerah di sini berarti tidak menyerah kepada
lawan dalam konteks taktik dan strategi perang dan juga bahwa setiap
upaya untuk mencapai tujuan harus selalu diusahakan dengan jiwa
juang yang tinggi.
Tentara Nasional
Tentara Nasional yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas
demi kepentingan negara di atas kepentingan daerah, suku, ras, atau
golongan agama. Sebagai Tentara Nasional, TNI merupakan tentara
kebangsaan, bukan tentara kedaerahan, suku, ras, atau golongan
agama. TNI mengutamakan kepentingan nasional dan kepentingan
bangsa di atas semua kepentingan daerah, suku, ras, atau golongan
agama apa pun.
Tentara Profesional.
Tentara Profesional yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi
secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis dan dijamin
kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang
menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, HAM, ketentuan hukum
nasional, dan hukum internasional yang telah diratifikasi. Sebagai
Tentara Profesional, TNI dituntut mahir menggunakan peralatan
militer, mahir bergerak dan mahir menggunakan alat tempur, serta
mampu melaksanakan tugas secara terukur dan memenuhi nilai-nilai
akuntabilitas.
34 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
b. Karakter Prajurit TNI3.
35 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Barat/Operasi Trikora (1961), Operasi Dwikora (1963), Penumpasan
G30S/PKI (1965), Operasi Seroja (1974- 1999) dan Diplomasi Militer
pengusiran kapal MV Expresso Lusitania (1992), serta pemberlakuan
darurat militer (1999) di Timor Timur, Penumpasan Gerakan
Pengacau Keamanan Aceh Merdeka (GPKAM) dengan pemberlakuan
Darurat Militer di Aceh (2003- 2004), pemberlakuan Darurat Sipil
terhadap konflik sosial di Ambon (2000) dan di Kalimantan (2001),
Operasi Pertahanan Udara Nasional di atas Pulau Bawean (2003),
Penumpasan Gerombolan Separatis Bersenjata Organisasi Papua
Merdeka (GSB OPM) di Irian Jaya, Operasi Tinombala di Poso
(2017) dalam rangka pemberantasan teroris, Operasi Pembebasan
Sandera di Mapenduma Irian Jaya (1996), dan Operasi Pembebasan
Sandera oleh Kelompok Separatisme Bersenjata (KSB) di Papua
(2017)5.
Kedua rumusan pertahanan negara dan rumusan fungsi dan tugas TNI
menetapkan perihal kedaulatan, keutuhan wilayah, perlindungan
sebagai menjadi tujuan yang perlu untuk diarah dan dicapai.
37 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Merdeka, bersatu,
Pancasila berdaulat, adil dan
makmur
38 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Pada RPJMN 2020-2024 terdapat lima arah kebijakan Pembangunan
Polhukhankam, yaitu Konsolidasi Demokrasi, Optimalisasi
Kebijakan Luar Negeri, Sistem Hukum Nasional yang Mantap,
Reformasi Kelembagaan Birokrasi, dan Menjaga Stabilitas Keamanan
Nasional.
Landasan Doktrin
a. Landasan Idiil/Pancasila. Dalam penyusunan Doktrin TNI Tridek
berpedoman pada Pancasila sebagai ideologi negara, falsafah dan
pandangan hidup bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai
moral, etika, dan cita-cita luhur bangsa Indonesia.
b. Landasan Konstitusional/UUD NRI 1945. UUD NRI Tahun 1945
merupakan hukum dasar tertulis Negara Kesatuan Republik
Indonesia, memuat dasar dan garis besar hukum dalam
penyelenggaraan negara.
c. Landasan Visional/Wawasan Nusantara. Konsepsi wawasan
nusantara sebagai landasan visional merupakan nilai ajaran untuk
mewujudkan semangat persatuan dan kesatuan dalam
kemajemukan (daerah, suku, agama, bahasa, adat, budaya dan
lainnya) serta menumbuhkan sikap kepedulian untuk
39 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
mewujudkan daya perekat dan pengendalian diri yang kuat.
d. Landasan Konsepsional/Ketahanan Nasional. Ketahanan
Nasional dapat dilihat dari kondisi dinamis yang berisi keuletan
dan ketangguhan suatu bangsa yang tercermin dalam astagatra
(geografi, demografi, sumber kekayaan alam, ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan) sebagai daya
tahan bangsa yang dihadapkan kepada berbagai ancaman yang
timbul sebagai dampak perkembangan lingkungan strategis.
e. Landasan Operasional. Ketentuan hukum nasional dalam
berbagai bentuk peraturan perundang-undangan serta ketentuan
hukum internasional seperti Piagam PBB (UN Charter), Hukum
Humaniter Internasional, dan Hak Asasi Manusia (HAM).
40 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di
berbagai bidang yang merupakan tantangan bagi TNI dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.
43 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Anatomi Doktrin TNI terbaru (Tri Dharma Eka Karma) yang tertuang
dalam Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/555/VI/2018 terdiri atas
Bab I Pendahuluan (Umum, Maksud dan Tujuan, Ruang Lingkup
dan Tata Urut, Dasar, Landasan, Referensi, Kedudukan Doktrin TNI
Tridek, Pengertian); Bab II Hakikat TNI (Umum, Sejarah TNI, Jati
Diri TNI, Karakter Pajurit TNI, Peran, Fungsi dan Tugas Pokok TNI,
44 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Gambar 1. Bagan Stratifikasi Doktrin di Lingkungan TNI
Dalam hal hubungan antar lembaga, TNI dalam tugas dan fungsinya
berproses bersama dengan kementrian/lembaga lain sebagai satu-
sesama penyelenggara negara. Dalam pelaksanaan tugasnya, TNI
berada di bawah Presiden Repubik Indonesia yang mempunyai
wewenang dan bertanggungjawab. Presiden menjalankan perintah
konstitusi dalam hal kedaulatan, keutuhan wilayah dan perlindungan,
46 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
dan denga dibantu kementrian dan lembaga non kementrian. DPR
Republik Indonesia berfungsi sebagai pelaksana checks-and-balances
Dalam hal pelayanan kepada masyarakat, TNI melaksanakan tugas
perlindungan kepada masyarakat, termasuk dalam merespon
ancaman-tantangan-gangguang-hambatan. Perllindungan ini juga
secara khusus diwujudkan dalam Operasi Militer Perang dan Operasi
Militer Selain Perang dengan penangkalan, penindakan dan
pemulihan. Pelayanan kepada masyarakat ini juga menjadi bagian dari
tugas pengayoman dari kementrian/lembaga yang melakukan
pelaksanaan perlindungan hukum, terutama terhadap mereka yang
rentan.
Keempat hal ini diwujudkan untuk menjadi pewujudan kehidupa
berbangsa dan bernegara berdasarkan ideologi Pancasila, baik dalam
pernyataan martabat manusia Indonesia sebagai bangsa yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, maupun dalam
pewujudan sila-sila Pancasila.
1 https://tni.mil.id/pages-10-sejarah-tni.html
2 Surat Keputusan Panglima TNI No. Kep/555/VI/2018
3 Ibid 1
4 UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia
5 Ibid 1
6 Bert Chapman (2009). Military Doctrine : A Reference Handbook. ABC-CLIO, LLC. 130
47 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
BAB IV
Pembinaan Ideologi Pancasila Dalam TNI
Kemudian dalam dalam UUD NRI Tahun 1945 pasal 30 ayat (2)
dinyatakan bahwa usaha pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Indonesia Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan
rakyat, sebagai kekuatan pendukung.
54 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Pemenuhan tujuan strategis pertahanan negara, dilaksanakan
dengan menetapkan sasaran- sasaran strategis yang harus dicapai
sebagai berikut (SK Menteri Pertahanan Nomor
Kep/1008/M/V/2017 tentang Kebijakan Pertahanan Negara Tahun
2018):
a. Mewujudkan pertahanan negara yang mampu menghadapi
ancaman. 1) Terwujudnya sumber daya nasional yang dapat
digunakan dalam pertahanan negara. 2) Terwujudnya sistem
pertahanan negara yang terintegrasi. 3) Terwujudnya
kekuatan pokok minimum TNI untuk menghadapi seluruh
potensi ancaman yang bersumber dari perkembangan
lingkungan strategis nasional, regional, dan global. 4)
Terwujudnya wilayah perbatasan darat serta wilayah
yurisdiksi laut dan udara memiliki batas yang jelas dan bebas
dari pelanggaran kedaulatan negara. 5) Seluruh objek vital
nasional yang bersifat strategis aman.
b. Mewujudkan pertahanan negara yang mampu menangani
keamanan wilayah maritim, keamanan wilayah daratan dan
keamanan wilayah dirgantara. 1) Kekuatan laut yang mampu
menjangkau wilayah perbatasan, pulaupulau kecil
terluar/terdepan dan mengatasi berbagai bentuk pelanggaran
maritim di wilayah laut yurisdiksi nasional. 2) Kekuatan
darat yang mampu menjangkau daerah-daerah terpencil,
daerah perbatasan darat negara dan pulau-pulau kecil
terluar/terdepan serta menjaga keamanan wilayah daratan. 3)
Kekuatan udara yang mampu menjaga keamanan dirgantara di
wilayah udara yurisdiksi nasional dan mendukung
pengamanan perbatasan darat dan laut wilayah NKRI. 4)
Tergelarnya kekuatan darat, laut, dan udara yang sinergis dan
terintegrasi.
c. Mewujudkan pertahanan negara yang mampu berperan
dalam menciptakan perdamaian dunia. 1) Terwujudnya
55 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
kerjasama pertahanan dengan negara sahabat. 2) Keikutsertaan
dalam pasukan perdamaian dunia di berbagai kawasan sebagai
wujud dalam menjaga perdamaian dunia. 3) Diplomasi
pertahanan yang mampu mendukung kepentingan nasional.
d. Mewujudkan industri pertahanan yang kuat, mandiri, dan
berdaya saing. 1) Terwujudnya industri strategis nasional
guna mendukung kepentingan pertahanan. 2) Terwujudnya
industri pertahanan dalam negeri guna pemenuhan Alat
Peralatan Pertahanan (Alpalhan) dan mendukung produksi alat
peralatan yang menunjang perekonomian nasional. 3)
Terwujudnya penguasaan teknologi dan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) untuk mendukung pengembangan industri
pertahanan.
e. Mewujudkan kesadaran bela negara bagi warga negara
Indonesia. 1) Terbentuknya kader bela negara yang tangguh
dalam mendukung pertahanan negara. 2) Terwujudnya sistem
pembinaan kesadaran bela negara dengan melibatkan
Kementerian/Lembaga (K/L), Pemerintah Daerah (Pemda)
dan komponen bangsa lainnya. 3) Terwujudnya SDM sebagai
komponen pertahanan negara dalam rangka mendukung
sistem pertahanan negara.
58 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Di bidang pertahanan, tantangan menjelma dalam ancaman invasi
militer yang bersifat multidimensional, mulai yang kasat mata
seperti teknologi senjata tanpa awak dan teknologi nano sampai
yang tidak kasat mata seperti ancaman dunia maya (cyber threat)
dan perang hibrida (hybrid walfare). Dalam ancaman yang lebih
dikenal dengan peperangan generasi kelima itu (5th generation
welfare) perang tidak lagi bertumpu pada kekuatan senjata
konvensional, tetapi menggunakan segala cara, militer maupun
nonmilter, lethal maupun non-lethal, serta lebih tertuju pada
penggunaan senjata siber dengan memanfaatkan jaringan internet.
60 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
3. Profil Subyek Pembinaan Ideologi Pancasila dalam TNI
65 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
66
Bab V
Aktualisasi Pancasila Dalam TNI
68 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
adanya 3 (tiga) tataran nilai dalam ideologi Pancasila, tataran nilai
itu;
Pertama, nilai dasar, yaitu suatu nilai yang bersifat amat abstrak dan
tetap, yang terlepas dari pengaruh perubahan waktu.Nilai dasar
merupakan prinsip, yang bersifat amat abstrak, bersifat amat umum,
tidak terikat oleh waktu dan tempat, dengan kandungan kebenaran
yang bagaikan aksioma.Dari segi kandungan nilainya, maka nilai
dasar berkenaan dengan eksistensi sesuatu, yang mencakup cita-cita,
tujuan, tatanan dasar dan ciri khasnya. Nilai dasar Pancasila
ditetapkan oleh para pendiri negara. Nilai dasar Pancasila tumbuh
baik dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan
yang telah menyengsarakan rakyat, maupun dari cita-cita yang
ditanamkan dalam agama dan tradisi tentang suatu masyarakat yang
adil dan makmur berdasarkan kebersamaan, persatuan dan kesatuan
seluruh warga masyarakat.
Kedua, nilai instrumental, yaitu suatu nilai yang bersifat kontekstual.
Nilai instrumental merupakan penjabaran dari nilai dasar tersebut,
yang merupakan arahan kinerjanya untuk kurun waktu tertentu dan
untuk kondisi tertentu. Nilai instrumental ini dapat dan bahkan harus
disesuaikan dengan tuntutan zaman. Namun nilai instrumental
haruslah mengacu pada nilai dasar yang dijabarkannya. Penjabaran
itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamik dalam bentuk-bentuk
baru untuk mewujudkan semangat yang sama, dalam batas-batas
yang dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Dari kandungan nilainya,
maka nilai instrumental merupakan kebijaksanaan, strategi,
organisasi, sistem, rencana, program, bahkan juga proyek- proyek
yang menindaklanjuti nilai dasar tersebut. Lembaga negara yang
berwenang menyusun nilai instrumental ini adalah MPR, Presiden,
dan DPR.
69 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Ketiga, nilai praksis, yaitu nilai yang terkandung dalam kenyataan
sehari-hari, berupa cara bagaimana rakyat melaksanakan
(mengaktualisasikan) nilai Pancasila. Nilai praksis terdapat pada
demikian banyak wujud penerapan nilai-nilai Pancasila, baik secara
tertulis maupun tidak tertulis, baik oleh cabang eksekutif, legislatif,
maupun yudikatif, oleh organisasi kekuatan sosial politik, oleh
organisasi kemasyarakatan, oleh badan-badan ekonomi, oleh
pimpinan kemasyarakatan, bahkan oleh warganegara secara
perseorangan. Dari segi kandungan nilainya, nilai praksis merupakan
gelanggang pertarungan antara idealisme dan realitas.
3
Suwarno, P.J. 1993. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius dalam
https://media.neliti.com/media/publications/266370-aktualisasi-nilai-pancasila-dalam-kehidu-
8e2cb993.pdf
4
Soedjati Djiwandono, J. 1995. Setengah Abad Negara Pancasila (Tinjauan Kritis ke Arah
Pembaharuan.
Jakarta: CSIS dalam https://media.neliti.com/media/publications/266370-aktualisasi-nilai-pancasila-
dalam-kehidu-8e2cb993.pdf
70 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
pembaharuan adalah perbaikan dari dalam dan melalui sistem yang
ada. Atau dengan kata lain, pembaharuan mengandaikan adanya
dinamika internal dalam diri Pancasila.
5
Suwarno, P.J. 1993. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius dalam
https://media.neliti.com/media/publications/266370-aktualisasi-nilai-pancasila-dalam-kehidu-
8e2cb993.pdf
71 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan
undang-undang”. Dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dinyatakan,
“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat”. Ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 ini
belum mencantumkan secara eksplisit kekayaan alam yang ada di
atas bumi dan air, yang berada di wilayah udara, „outer-space‟, dan
bahkan frekwensi radio dan televisi serta dunia maya yang
berkembang sangat pesat dewasa ini. Adalah UU tentang Ketentuan
Pokok Agraria Tahun 1960 yang mencantum ketentuan mengenai
wilayah udara secara terbatas, di luar „outer-space‟, sebagai wilayah
yang termasuk ke dalam pengertian luas tentang agraria. 6
Paska reformasi, banyak hal yang berubah dalam cara pandang
bangsa Indonesia tentang kekuasaan politik dan tentang ekonomi dan
tentang dunia yang terus mengalami globalisasi dengan ditopang
oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di
bidang informasi dan komunikasi yang sangat cepat. Indonesia
sekarang berada dalam taraf perkembangan demokrasi yang sangat
bebas dan terbuka, baik dari segi ekonomi dan politik maupun
kebudayaan. Padahal, masyarakat Indonesia sangat plural,
berbhinneka-tunggal-ika dalam semua aspek kehidupan. Dalam
suasana seperti itu, tentu ada saja kelompok orang atau golongan
warga yang bersikap ekstrim dan berpandangan sangat fundamentalis
dan eksklusif. Dalam suasana yang serba bebas dan terbuka, muncul
tiga macam kelompok fundamentalisme-ekstrim, yaitu (i)
fundamentalisme pasar bebas (absolute free market economy), (ii)
6
Jimly Asshiddiqie, PRAJURIT TNI ANGKATAN UDARA DAN AKTUALISASI NILAI-NILAI PANCASILA
DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA, Sarasehan TNI AU,
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2a
hUKEwin9OXIkZ7zAhVw63MBHSE6DdIQFnoECAcQAQ&url=http%3A%2F%2Fwww.jimly.com%2Fmak
alah%2Fnamafile%2F186%2FSARASEHAN_TNI_AU.pdf&usg=AOvVaw0IjKWIhXVJASkoD_NkWEOG
72 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
fundamentalisme agama yang radikal, dan (iii) fundamentalisme
etnis dan feudalisme. Ketiga fundamentalisme inilah yang menjadi
tantangan dan ancaman nyata bagi upaya aktualisasi nilai-nilai
Pancasila dewasa ini.
7
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2
ahUKEwin9OXIkZ7zAhVw63MBHSE6DdIQFnoECAcQAQ&url=http%3A%2F%2Fwww.jimly.com%2Fma
kalah%2Fnamafile%2F186%2FSARASEHAN_TNI_AU.pdf&usg=AOvVaw0IjKWIhXVJASkoD_NkWEOG
73 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
pihak lain sebagai ancaman terhadap kebenaran mutlak yang mereka
miliki. Ancaman fundamentalisme agama ini dapat dikatakan datang
dari semua kelompok agama dan bersamaan dengan era globalisasi
melahirkan pula gejala internasionalisasi gerakan-gerakan radikal
keagamaan itu. Gerakan fundamentalisme agama yang radikal ini
menafikan prinsip sila-sila Pancasila, terutama sila kedua
“Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”, sila ketiga “Persatuan
Indonesia”, dan bahkan sila pertama, yaitu “Ketuhanan Yang Maha
Esa” yang cenderung disalahpahami dan disalahgunakan untuk
kepentingan kelompoknya sendiri.
8
Ibid
74 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
harus menyadari posisinya masing-masing untuk tidak terperangkap
dalam budaya feudal, apalagi menikmati budaya feudal itu untuk
melanggengkan kedudukannya masing-masing. Prajurit TNI, tidak
terkecuali, diharapkan dapat mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila
itu dalam konteks perkembangan masa kini dengan ancaman dan
tantangan yang riel dan sangat kompleks di era globalisasi dewasa
ini. Prajurit TNI dituntut untuk berperan di bidang tugasnya masing-
masing dalam menjawab aneka tantangan zaman itu dengan
kesungguhan dan penuh dedikasi untuk kelestarian dan terwujudnya
cita-cita Pancasila dalam praktik kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Setiap prajurit kebangsaan hendaklah
senantiasa berupaya menginternaslisasikan nilai-nilai Pancasila yang
selalu aktual dalam kehidupan sehari-hari sekaligus dalam
pelaksanaan tugas pertahanan, perlindungan, dan pemeliharaan
keutuhan dan kedaulatan negara sebagaimana ditentukan oleh Pasal
30 ayat (3) UUD 1945.
9
Idzam Fautanu, Implementasi Nilai Nilai Pancasila Untuk Menyelesaikan Konflik Sosial-Politik dan
Keagamaan dalam rangka Ketahanan Nasional, Jurnal Kajian Lemhanas RI edisi 18, Juni 2014, hlm 16.
Dalam Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan Nasional
oleh Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020
75 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
melainkan mengolah sebuah kemampuan dan ekosistem yang
menghadirkan nilai-nilai ke-Indonesiaan, dalam hal ini Pancasila.10
Globalisasi saat ini sedang memasuki fase digitalisasi dan post
industrialisasi, ke depan akan menciptakan banyak perubahan,
sekaligus menghilangkan sekat-sekat konvensional yang selama ini
kita pahami. Cultural diffusion, nilai-nilai kosmopolitan, post-truth,
kripto dan nano ekonomi, secara simultan mendorong manusia
Indonesia untuk terus tanggap dengan setiap pergeseran nilai, norma,
dan pengetahuan yang ada. Maka dari itu, penting kiranya untuk saat
ini memahami internalisasi sebagai bagian dari proses aktualisasi
nilai-nilai Pancasila.11
15
Ibid, hlm. 89
16
Seskoal, Paket Instruksi untuk Pendidikan Reguler Seskoal Mata Pelajaran Bintal Fugsi Komando ,
(Jakarta: Seskoal, 2018), hlm. 3 dalam Musa Hotmatua Sitorus, Apri Suryanta, Sunarno Adi, “Peran
Pembvinaan Mental Komando Armada I Dalam Meningkatkan Kesiapan Operasi Prajurit, Jurnal
Pertahanan & Bela Negara, Desember 2019, Volumen 9 Nomer 3, hlm. 89
78 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Tahapan pembinaan personel TNI sebagaimana oleh Brigjen Kukuh
Surya selaku wakil Asisten Personel TNI pada Focus Group
Discussion (FGD) dapat dilakukan melalui:17
1. Penyediaan. Pada tahapan awal penyediaan personel TNI, mulai
dilaksanakan pembinaan dengan melakukan seleksi Mental
Ideologi melalui uji materi Ideologi Pancasila sebagai standar
awal pemahaman Pancasila bagi calon prajurit.
2. Pendidikan. Pendidikan yang dimaksud dalam proses pembinaan
personel adalah semua jenjang pendidikan yang ada di TNI untuk
menunjang pelaksanaan tugas baik Pendidikan Pertama (Dikma),
Pendidikan Pembentukan (Diktuk) maupun pendidikan
pengembangan spesialisasi (Dikbangspes). Dalam setiap proses
pendidikan tersebut materi Pancasila dan UUD tahun 1945 selalu
diberikan sebagai materi pokok melalui:
1) Pemahaman Tujuan, Fungsi, Nilai nilai Pancasila serta UUD
tahun 1945 bagi prajurit dan Bangsa Indonesia.;
2) Simulasi Sapta Marga;
3) Pengucapan Sumpah Prajurit dan Delapan Wajib TNI.
4) Pemahaman dan pengucapan Panca Prasetya Korpri (Khusus
bagi PNS TNI);
5) Aktualisasi Pancasila dalam Kehidupan Parjurit melalui 4
Komponen Bintal;
2. Penggunaan. Penggunaan yang dimaksud dalam proses
pembinaan personel TNI adalah selama prajurit masih dinas aktif.
3. Perawatan. Perawatan personel dalam proses pembinaan personel
adalah semua kegiatan dalam rangka menjaga kesegaraan fisik
dan mental.
17
Brigjen TNI Kukuh Surya S.S., M. Tr. (Han), pada materi FGD I berjudul Narasi Tentang Materi dan
Metode Pembinaan Ideologi Pancasila Di lingkungan TNI, Rabu 2 Desember 2020, hlm 5-6 Dalam
Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan Nasional oleh
Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 545
79 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
4. Pemisahan. Pemisahan dalam proses pembinaan personel TNI
adalah pensiun dari dinas aktif sebagai Anggota prajurit TNI dan
kembali ke masyarakat atau biasa disebut pensiunan.
Tertuang pada Petunjuk Penyelenggaraan Pembinaan Mental
Ideologi di lingkungan TNI, pembinaan mental ideologi merupakan
proses pembentukan, pengembangan, pendayagunaan watak serta
kepribadian personel TNI dan keluarga. Tujuannya adalah
mewujudkan personel TNI dan keluarganya yang setia kepada NKRI,
nasionalis, bertakwa, militan dan sehat psikis, memiliki solidaritas/
persatuan dan kesatuan, disiplin/ etos kerja yang tinggi.18 Pembinaan
mental ideologi dipahami sebagai kegiatan yang melekat dilakukan
terus-menerus sesuai dengan tujuan, sasaran, nilai nilai, hakikat,
asas-asas, sifat, pola pembinaan, subjek, objek, metode, dan materi.
Pola pembinaan mental ideologi di lingkungan TNI dilaksanakan
melalui 3 jalur, yaitu:19
1. Pendidikan, yaitu dilaksanakan melalui kursus dan penataran
kebintalan (Susgati Bintal, Tar BFK Tingkat Pama/ Pamen).
2. Satuan, yaitu dilaksanakan melalui ceramah ideologi di satuan
lingkungan TNI secara terpusat mapun tersebar.
3. Keluarga, yaitu dilaksanakan melalui pembinaan, ceramah mental
ideologi kepada keluarga TNI (IKKT, Persit Kartika Chandra
Kirana, Jalasenastri, dan Pia Ardhiya Garini).
18
Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/1309/XII/2018 Dalam Laporan Akhir Pembinaan Ideologi
Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan Nasional oleh Pusat Studi Pancasila UGM Tahun
2020, hlm. 56
19
Ibid, Dalam Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan
Nasional oleh Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 56
80 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
1. Materi pembinaan mental bidang rohani mencakup keimanan,
peribadatan, dan akhlak/ budi pekerti, meliputi:20
a. Rohani Islam
b. Rohani Protestan
c. Rohani Katolik
d. Rohani Hindu
e. Rohani Buddha
f. Kerukunan hidup antar umat beragama
2. Materi pembinaan mental bidang ideologi mencakup cinta
NKRI, soliditas, dan displin/ etos kerja, meliputi:
a. Empat Konsensus Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara:
1) Pancasila
2) 2) UUD 1945
3) Bhinneka Tunggal Ika
4) Negara Kesatuan Republik Indonesia
b. Wawasan Kebangsaan
c. Saptamarga, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, dan Panca
Prasetya Korpri (khusus bagi PNS TNI).
3. Materi pembinaan mental tradisi kejuangan mencakup
pembentukan rela berkorban, pantang menyerah, dan
keperwiraan, meliputi:
a. Nilai-nilai Kejuangan 45
b. Nilai-nilai Kejuangan TNI 45
c. Tradisi Satuan
4. Materi pembinaan mental psikologi mencakup pembentukan
watak dan kepribadian prajurit yang sehat psikis, meliputi:
a. Bimbingan dan Konseling
b. Pembinaan Moril Prajurit
c. Pembinaan Keluarga Harmonis
d. Kesehatan Mental
20
Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/940/XI/2017, hlm. 10
81 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
e. Psikologi Terapan, terdiri dari kepemimpinan, motivasi
kerja, team work, manajemen stres.
21
Ibid, hlm. 6
82 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
4. Psikologi. Hasil dari pembinaan mental psikologi adalah sehat
psikis. Sehat psikis dibangun melalui aspek implementasi sebagai
berikut:
a. Penyesuaian diri
b. Daya tahan terhadap stress
c. Integritas dan budaya satuan
Materi
Trinitas
Pertahanan Pendekatan
Literasi Digital Geografi
Ideologi Berbasis Siber Astagatra
Indonesia
22
Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan Nasional oleh
Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 61
23
Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan Nasional oleh
Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 62
83 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Tabel 1.2
84 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Tabel 1. 3
Rumusan Materi Pembinaan Ideologi Pancasila Bagi TNI
85 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Prasetya Korpri Indonesia
(khusus bagi PNS
TNI).
Perwira a. Empat Konsensus Dasar a. Perbandingan
Pertam Kehidupan Berbangsa Ideologi
a dan Bernegara: b. Pertahanan
Pancasila, UUD 1945, berbasis Siber
Bhinneka Tunggal Ika, Khusus
Negara Kesatuan (Cyber
Republik Indonesia Defense)
b. Wawasan Kebangsaan c. Pendekatan
c. Saptamarga, Sumpah Astragatra
Prajurit, Delapan d. Trinitas
Wajib TNI, dan Panca Geografi
Prasetya Korpri Indonesia
(khusus bagi PNS
TNI).
Level 2 Bintara a. Empat Konsensus Dasar a. Perbandingan
Kehidupan Berbangsa Ideologi
dan Bernegara: b. Pertahanan
Pancasila, UUD 1945, berbasis
Bhinneka Tunggal Ika, Siber Dasar
Negara Kesatuan (Cyber
Republik Indonesia Defense)
b. Wawasan Kebangsaan c. Literasi digital
c. Saptamarga, Sumpah (Digital
Prajurit, Literacy)
Level 3 Tamtama a. Empat Konsensus Dasar a. Perbandingan
Kehidupan Berbangsa dan Ideologi
Bernegara: Pancasila, b. Pertahanan
UUD 1945, Bhinneka berbasis Siber
86 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Tunggal Ika,Negara Dasar (Cyber
Kesatuan Republik Defense)
Indonesia c. Literasi Digital
b. Wawasan Kebangsaan (Digital
c. Saptamarga, Sumpah Literacy)
Prajurit, Delapan Wajib d. Pendekatan
TNI, dan Panca Prasetya Astragatra
Korpri (khusus bagi PNS e. Trinitas Geografi
TNI). Indonesia
24
Letjen TNI Bambang Darmono, Konsep dan Sistem Keamanan Nasional Indonesia, Jurnal
Ketahanan Nasional, XV (1), April 2010 dalam Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila,
Doktrin TNI dan Ketahanan Nasional oleh Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 64
88 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
lebih dari 3,7 miliar orang. Artinya, masyarakat dunia termasuk
Indonesia telah banyak menghabiskan waktu di dunia maya.25
c. Literasi Digital
Teknologi informasi juga sudah menyentuh berbagai kalangan
masyarakat yang memanfaatkannya dalam berbagai hal, baik untuk
mendukung pekerjaan, mencari data yang dibutuhkan, bahkan
untuk sekadar berselancar di media sosial. Mengutip Materi
Pendukung Literasi Digital yang dikeluarkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, bahwa perkembangan dunia digital
pada umumnya dapat menimbulkan dua sisi yang berlawanan
terkait dengan pengembangan literasi digital, yaitu: tantangan
sekaligus peluang. Saat ini, yang menjadi salah satu kehawatiran
yang muncul adalah jumlah generasi muda yang mengakses
internet berjumlah sangat besar, yaitu sekitar 70 juta orang.
Generasi muda ini menghabiskan waktu untuk berinternet, baik
melalui telepon genggam, komputer, atau laptop, dengan durasi
yang mendekati 5 jam per harinya. Tentu saja, tingginya
penggunaan internet bagi generasi muda ini meresahkan berbagai
pihak karena ada fakta yang menunjukkan bahwa data akses anak
Indonesia terhadap konten berbau pornografi per hari rata- rata
mencapai 25 ribu orang. Kekhawatiran lainnya adalah perilaku
berinternet yang tidak sehat. Hal ini ditunjukkan dengan
menyebarnya berita atau informasi hoaks, ujaran kebencian, dan
intoleransi yang dapat ditemukan di media sosial. Isu-isu tersebut
menjadi tantangan besar bagi orang tua, yang mempunyai tanggung
jawab dan peran penting dalam mempersiapkan generasi yang
memiliki kompetensi digital.26
Kompetensi literasi digital ini juga dibutuhkan oleh TNI, sehingga
25
Pratama Persada, Naskah Bahan ceramah Bidang Studi Lingstra kepada peserta PPRA LVI, pada
tanggal 27 Juli 2017 dalam Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan
Ketahanan Nasional oleh Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 64
26
Web Kemdikdub, https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-content/uploads/2017/10/cover-materi-
pendukung- literasi-digital-gabung.pdf, 20 Desember 2020
89 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
menjadi penting masuk dalam materi pembinaan ideologi bagi TNI.
Dalam materi literasi digital oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan terdapat 8 (delapan) elemen esesnsial untuk
mengembangkan literasi digital, yaitu:27
1) Kultural: pemahaman ragam konteks pengguna dunia digital;
2) Kognitif: daya pikir dalam menilai konten;
3) Konstruktif: reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual;
4) Komunikatif: memahami kinerja jejaring dan komunikasi di dunia
digital;
5) Kepercayaan diri yang bertanggung jawab;
6) Kreatif: melakukan hal baru dengan cara baru;
7) Kritis dalam menyikapi suatu konten; serta
8) Bertanggungjawab secara sosial.
d. Pendekatan Astagatra
Pendekatan Astagatra merupakan permodelan untuk memahami
kehidupan nasional dengan memperhatikan fenomena sosial dan
alam. Manusia dengan segala potensi yang dimiliki akan berinteraksi
dengan lingkungan (sosial dan alam) sehingga mampu menghasilkan
suatu kebudayaan (hasil cipta, rasa, dan karsa). Dalam proses
interaksi dengan lingkungan, manusia membutuhkan pemetaan aspek
kehidupan untuk memecahkan masalah dan tantangan. Aspek
kehidupan tersebut dipetakan ke dalam bentuk gatra (model) untuk
memudahkan pengamatan maupun pemahaman interaksinya.
Menurut model ketahanan nasional Indonesia, aspek kehidupan
nasional dibagi menjadi dua yaitu aspek alamiah dan aspek sosial.
27 63
Douglas A. J Belshaw dalam thesis “What is Digital Literacy?”, dalam Website Web Kemdikdub,
https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-content/uploads/2017/10/cover-materi-pendukung- literasi-
digital-gabung.pdf, 20 Desember 2020 dalam Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila
“Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan Nasional oleh Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 67
90 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
Aspek alamiah mencakup tiga gatra atau dikenal dengan Trigatra,
yakni:28
1. Kondisi geografis Negara (Wilayah)
2. Kekayaan alam (Sumber Daya Alam)
3. Keadaan dan kemampuan penduduk (Sumber Daya Manusia)
Hubungan interaktif antar gatra dalam Astagatra dapat dilihat berikut ini:29
28
Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan Nasional oleh
Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 68
29
Bahan ajar UT, Pendekatan Astagatra, Keterkaitan Antargatra, dan Ketahanan Gatra dalam Sistem
Tannas Indonesia,
http://bahanajar.ut.ac.id/app/webroot/epub/original_files/extract/1175/EPUB/xhtml/raw/shkr2a.xhtm
l, pada 24 Desember 2020, pkl 23.05 dalam Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila,
Doktrin TNI dan Ketahanan Nasional oleh Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 69
30
Ibid
91 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
perencanaan dan pemanfaatan kekayaan alam itu, kedekatan
suatu usaha industri dengan sumber bahan baku, misalnya sangat
menguntungkan dari sisi biaya produksi (biaya rendah) yang
pada akhirnya akan menentukan tingkat harga yang dapat
dijangkau oleh rakyat (masyarakat) sekaligus daya saing produk
tersebut.
2. Antara penduduk dengan kondisi geografi
Masalah yang kita hadapi adalah penyebaran penduduk yang
tidak merata. Banyak pulau di Indonesia yang kaya potensi
sumber daya alam kekurangan penduduk untuk mengolahnya.
Optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam ini tidak mungkin
dapat kita capai karena kekurangan penduduk yang
mengolahnya.
3. Antara kekayaan alam dan penduduk
Kekayaan alam akan bermanfaat nyata apabila ada penduduk
yang mengolah. Manfaat ini akan lebih besar apabila dalam
pengolahannya didukung oleh kemampuan penguasaan teknologi
sehingga bermanfaat secara optimal. Dalam hal ini, bukan saja
jumlah penduduk yang besar diperlukan tetapi juga kualitas
penduduk menguasai teknologi harus memadai.
31
Ibid
92 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
2. Tingkah laku politik dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
saling berkaitan, seperti kecerdasan, keadaan berpolitik,
tingkat kemakmuran, ketaatan beragama, keakraban sosial,
keamanan. Dengan demikian, perubahan pada salah satu
aspek akan mempengaruhi aspek- aspek lainnya. Situasi
politik yang kacau dan menimbulkan pertikaian serta
pemberontakan akan membahayakan tannas. Sebaliknya,
keadaan politik yang stabil dan dinamik memungkinkan
terlaksananya pembangunan di segala bidang untuk
meningkatkan kesejahteraan, memberikan rasa aman dan
mempertinggi ketahanan nasional.
3. Ketahanan di bidang ideologi, politik, sosial budaya dan
hankam dapat menunjang ketahanan di bidang ekonomi.
Sebaliknya, keadaan ekonomi yang stabil dan maju
menunjang stabilitas serta meningkatkan ketahanan di
bidang lain.
4. Keadaan sosial yang serasi, stabil, dinamik, berbudaya, dan
berkepribadian hanya dapat berkembang di dalam suasana
damai dan aman. Kemegahan sosial budaya suatu bangsa
mencerminkan tingkat kesejahteraan nasionalnya, fisik
maupun mental. Sebaliknya, keadaan sosial yang timpang,
dengan berbagai kontradiksi (kesenjangan), tanpa budaya
(tak beradab) dan kepribadian, memungkinkan timbulnya
ketegangan sosial.
5. Keadaan yang stabil di bidang politik, ekonomi, dan sosial
budaya memperkokoh ketahanan di bidang hankam.
Demikian pula sebaliknya, tanpa hankam yang memadai
tannas suatu bangsa akan menjadi lemah.
93 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
tahun 1957, Kabinet Djuanda menerapkan kebijakan geopolitik
untuk pertama kalinya di Indonesia. Melalui Deklarasi Djuanda pada
tanggal 13 Desember 1957, melahirkan tiga hal utama, yaitu:32
1. Indonesia menyatakan diri sebagai Negara kepulauan yang
mempunyai corak tersendiri.
2. Bahwa sejak dahulu kala kepualuan Nusantara ini merupakan
satu kesatuan.
3. Ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi, dapat memecah
belah keutuhan wilayah Indonesia dari deklarasi tersebut
mengandung suatu tujuan;
a. Untuk mewujudkan bantuk wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang utuh dan bulat.
b. Untuk menentukan batas-batas wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, sesuai dengan asas Negara kepulauan.
c. Untuk mengatu lalu lintas damai pelayaran yang lebih
menjamin keamanan dan keselamatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
1) Geopolitik Indonesia
Secara teoritik geopolitik dipahami sebagai Ilmu kebijakan
dalam penyelenggaraan negara yang berkaitan dengan
masalah-masalah geografi wilayah suatu negara/ bangsa. Di
Indonesia pemahaman geopolitik diejawantahkan dalam
perumusan wawasan nusantara yang salah satu
implementasinya berupa gagasan poros maritim dunia.
Wawasan Nusantara memberikan panduan dalam empat
aspek, yakni aspek budaya, filosofis, kewilayahan, dan
32
Web setkab.go.id, https://setkab.go.id/inilah-prioritas-politik-luar-negeri-indonesia-5-tahun-ke-
depan/, pada 25
Desember 2020, pkl 21.04 dalam Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI
dan Ketahanan Nasional oleh Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 73
94 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
historis. Dalam aspek budaya, keanekaragaman budaya
merupaka kekayaan yang menjadi salah satu unsur untuk
mempererat rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Aspek
filosofis, tercermin dari proses terbentuknya negara
Indonesia yang menciptakan nilai cinta tanah air dalam
wujud Negara Kesatuan Republik Indonesia. Aspek
kewilayahan artinya bertolak dari luas wilayah perairan
yuridiksi nasional yang telah disahkan dalam UNCLOS
pada forum PBB tahun 1982. Kemudian aspek historis
berkaitan dengan sejarah kerajaan besar bahari, yaitu
Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Dari keempat aspek
tersebut, menunjukkan bahwa sebagai negara kepulauan,
Indonesia harus menjaga dan mengelola wilayah
perairannya.33
Hakikat dari Wawasan Nusantara adalah cara pandang yang
utuh dan menyeluruh dalam melihat bangsa dan nusantara
demi kepentingan nasional. Artinya warga negara dan
aparatur negara harus mampu berpikir, bertindak, dan
bersikap untuk kepentingan bangsa. Terdapat dua arah
pandang dalam konsep wawasan nusantara, yaitu arah
pandang ke dalam dan ke luar. Arah pandang ke dalam
dimaksudkan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan
kehidupan bangsa, sedangkan arah pandang ke luar
bertujuan agar menjamin kepentingan nasional berjalan
dalam ruang yang dinamis agar terlaksananya ketertiban
dunia.
34
A Juniawan Priyono, Prof. Ir. Purnomo Yusgiantoro, Geopolitik, Geostrategi, Geoekonomi, Unhan
Press: Bogor, 2017, hlm 197 dalam Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin
TNI dan Ketahanan Nasional oleh Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 75
35
Ibid, hlm. 190
36
Ibid, hlm. 255
37
Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan Nasional oleh
Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 76
96 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
memperhatikan tujuh hal, yaitu:38
1) Secara demografis, Indonesia dengan penduduknya yang
berjumlah lebih dari 200 juta jiwa, diapit oleh dua benua, yaitu
Asia dan Australia;
2) Secara Ideologis, negara Pancasila kita terapit oleh negara
liberalisme di selatan dan komunisme di utara;
3) Secara politis, negara kita terapit oleh sistem demokratis
parlementer di selatan dan sistem diktator proletariat di utara;
4) Secara ekonomis, antara sistem ekonomi liberal di selatan dan
sistem ekonomi terpusat di utara;
5) Secara sosial, antara individualisme di selatan dan komunisme-
sosialisme di utara;
6) Secara kultural, kebudayaan Barat di selatan dan kebudayaan
Timur di utara;
7) Secara pertahanan dan keamanan, sistem pertahanan
continental atau kekuatan darat di utara dan sistem pertahanan
maritime di barat, selatan, dan timur.
38
Ibid, hlm. 76
97 | S t a n d a r M a t e r i P I P B a g i T N I
3. Relasi Pancasila, Doktrin TNI, Pertahanan Negara,
Kemanan Nasional
39
Anonim. (2013). Modul Ketahanan Nasional PPRA XLIX – Lemhannas RI dalam Laporan
Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan Nasional oleh
Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 79
98
berbangsa dan bernegara harus selalu ada dalam bingkai 4
(empat) Konsesus Dasar Nasional yaitu Pancasila, UUD
NRI 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Dalam
bingkai yang kuat inilah dibentuk negara dengan ketahanan
nasional yang tangguh sehingga pemerintah dapat
melaksanakan pembangunan nasional. Sebaliknya,
pembangunan nasional yang baik akan bisa menguatkan
Ketahana Nasional, sehingga antara Ketahanan Nasional
dan Pembangunan Nasional terjadi simbiose mutualistik,
saling menguatkan dan pada gilirannya akan menghasilkan
output yaitu tercapainya tujuan dan cita-cita nasional.
Ketahanan Nasional maupun Pembangunan Nasional
dalam bingkai 4 Konsensus Dasar Nasional dapat
dilemahkan melalui isu suku, agama, ras, dan antar
golongan (SARA), apalagi bila ada kepentingan eksternal
(asing) untuk melemahkan dan menguasai Indonesia.40
ideologi Pancasila harus merupakan ―ruh‖, landasan,
spirit dalam individu TNI maupun kelembagaan
sebagai Doktrin TNI. Jika individu dan lembaga TNI
memiliki jiwa Pancasila yang kuat, maka akan memiliki
kinerja yang baik dan profesional dalam mempertahankan
negara dan bermuara pada ketahanan nasional yang
tanggguh (Gambar 1). Dengan ketahananan nasional yang
Tangguh menajdi Langkah untuk mewujudkan tujuan dan
cita-cita nasional (Gambar 2).
40
Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan
Nasional oleh Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 80
99
Gambar 1: Relasi Pancasila, Dokrtin TNI, Pertahanan Negara, Ketahanan Nasional,
dan Pembangunan Nasional:
Gambar 2,: Logika dan Posisi Ketahanan Nasional Republik Indonesia dalam
Membangun Keindonesiaan.
101
bahwa setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus
menyertakan nilai-nilai Pancasila sebagai faktor internal
pengembangan iptek itu sendiri. Ketiga, nilai-nilai Pancasila
berperan sebagai rambu normatif bagi pengembangan iptek di
Indonesia, artinya mampu mengendalikan iptek agar tidak
keluar dari cara berpikir dan cara bertindak bangsa Indonesia.
Keempat, bahwa setiap pengembangan iptek harus berakar
dari budaya dan ideologi bangsa Indonesia sendiri atau yang
lebih dikenal dengan istilah indegenisasi ilmu (mempribumian
ilmu).41 Setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus
menyertakan nilai-nilai Pancasila sebagai faktor internal,
mengandaikan bahwa sejak awal pengembangan iptek sudah
harus melibatkan nilai- nilai Pancasila. Namun, keterlibatan
nilai-nilai Pancasila ada dalam posisi tarik ulur, artinya
ilmuwan dapat mempertimbangkan sebatas yang mereka
anggap layak untuk dilibatkan.
5. Ringkasan
41
Laporan Akhir Pembinaan Ideologi Pancasila “Pancasila, Doktrin TNI dan Ketahanan
Nasional oleh Pusat Studi Pancasila UGM Tahun 2020, hlm. 59
102
OUTLINE
PENYUSUNAN STANDAR MATERI PIP BAGI TNI
Kesimpulan FGD Bekasi, 18 September 2021
Rangkuman
Dr. HENRY
BAB II POKOK-POKOK PIKIRAN
PANCASILA DAN PEMBINAAN
IDEOLOGI PANCASILA
1. Pemikiran Pendiri Bangsa
Tentang Pancasila
2. Tujuan Berbangsa dan Bernegara
(dapat ditambahkan mengenai
pembangunan nasional)
3. Pembinaan Ideologi Pancasila
4. Capaian Pembinaan Ideologi
Pancasila
Rangkuman
Dr. HENRY
BAB III PANCASILA DAN DOKTRIN
TNI
1. Pancasila, Jatidiri, Karakter dan Sejarah kejuangan TNI
Fungsi TNI
2. Pembinaan Ideologi Pancasila,
Konsepsi Pertahanan Negara dan
TNI
3
3. Doktrin TNI dan Ideologi
Pancasila
Rangkuman
Dr. IDRIS
BAB IV PEMBINAAN IDEOLOGI
PANCASILA DALAM TNI
1. Pengertian Pertahanan Negara Tantangan globalisasi, media
Sifat, Fungsi, dan Sistem sosial, ideologi transnasional,
Pertahanan Negara Indonesia keamanan cyber,
(termasuk mengenai ATGH,
kepemimpinan, OMSP)
2 Nilai-Nilai Pancasila dalam Perlu ada yang membedakan
Pertahanan, Bela Negara, Cinta dalam Pancasila bela negara dan
Tanah Air tanah air serta yang dilakukan
oleh Lemhanas
3. Profil Subyek Pembinaan TNI menurut tusi (Undang-
Ideologi Pancasila dalam TNI Undang Nomor 32 Tahun 2004)
4. Capaian dan Kompetensi dalam Akan dirincikan di annex dalam
Pembinaan Ideologi Pancasila bentuk matriks
Rangkuman
BAB V AKTUALISASI PANCASILA Dr. NISA
DALAM TNI
1 Arti penting Aktualisasi
Pancasila Bagi TNI
2. Penjenjangan Materi Pancasila
dalam Pembinaan Ideologi
Pancasila bagi TNI
3. Relasi Pancasila, Doktrin TNI, Definisi ketahanan nasional
Pertahanan Negara, daanKeamanan agar diimasukkan
Nasional
4. Pelibatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi dalam Aktualisasi
Pancasila Bagi TNI
Rangkuman
ANNEX Dr. HENRY
PIC Kegiatan
Bonavantura Salman
3
Lampiran 2 : Annex
A. Matriks isian Pembinaan Ideologi Pancasila dalam lingkungan TNI
Hubungan
antar
kementrian/
lembaga
Pelayanan
terhadap
masyarakat
1
B. Pemetaan Materi
2
Tingkatan Kategori Materi Pokok Pengembangan
Materi
Pembinaan Ideologi
3
Tingkatan Kategori Materi Pokok Pengembangan
Materi
Pembinaan Ideologi
Astragatra
d. Wawasan Kebangsaan
e. Trinitas
e. Sapta Marga TNI, Sumpah
Geografi
Prajurit, Delapan Wajib
Indonesia
TNI, dan Panca Prasetya
Korpri (khusus bagi PNS
TNI)
Pengembangan
Materi
Trinitas
Pertahanan Pendekatan
Literasi Digital Geografi
Ideologi Berbasis Siber Astagatra
Indonesia
Pengembangan materi
Perbandingan Ideologi
4
Kehadiran ideologi transnasional ini dapat menjadi ancaman baru bagi
eksistensi kedaulatan bangsa Indonesia. Berdasar hal tersebut maka
diperlukan sebuah pengetahuan dan pemahaman yang komprehensif
tentang ideologi-ideologi besar di dunia, agar anggota TNI dapat
memberikan penilaian secara objektif dalam berstrategi menghadapi
ideologi-ideologi tersebut.
Saat ini di dunia ini ada tiga kutub kekuatan besar ideologi yang telah
ada sejak dulu dan tetap dipertahankan hingga saat ini oleh
pengikutnya masing-masing. Ideologi besar tersebut memmpunyai cri
transnasional, terutama Liberalisme (pasar dan individu), Komunisme
(peniadaan perbedaan dan penolakan subidiaritas), transnasionalisme
agama.
5
Lampiran 3
CATATATN
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
CATATATN
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
CATATATN
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
CATATATN
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………