Anda di halaman 1dari 12

TERBATAS

MARKAS BESAR
TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN DARAT
SEKOLAH STAF DAN KOMANDO SINDIKAT : 27

PEKERJAAN SISWA
( PERORANGAN )

IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN STRATEGIS YANG TEPAT


DALAM ERA REFORMASI
DAPAT MENJAGA KEUTUHAN NKRI

OLEH :
KOLONEL INF SENTOT YUSWANDHONO
SINDIKAT III / KELOMPOK - C

SEKOLAH STRATEGI PERANG SEMESTA


SEKOLAH STAF DAN KOMANDO ANGKATAN DARAT
TAHUN 2007
TERBATAS
DISKUSI PENDALAMAN
MATERI KEPEMIMPINAN STATEGIS

TOPIK : KEPEMIMPINAN STRATEGIS DALAM KEHIDUPAN


BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA.

NAMA & NO URUT : SENTOT YUSWANDHONO / 27

PELAKSANAAN : 26 MARET 2007

JUDUL : IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN STRATEGIS YANG


TEPAT DALAM ERA REFORMASI DAPAT MENJAGA
KEUTUHAN NKRI

1. PENDAHULUAN.

Perkembangan lingkungan strategis secara global terjadi sejalan dengan


semakin menguatnya tuntutan individualisme yang merupakan implikasi dari semakin
diminatinya faham liberalisme dalam tata kenegaraan bangsa-bangsa diseluruh dunia.
Kecenderungan ini menyebabkan terbentuknya “the small government” (pemerintahan
yang kecil), yaitu suatu kondisi dimana kekuasaan dan kewenangan negara semakin
terbatas dalam melakukan kontrol terhadap masyarakatnya. Sebaliknya, hak-hak
masyarakat sebagai individu dan kewenangan pemerintah daerah cenderung semakin
besar dalam kehidupan ketata-negaraan, karena kedaulatan rakyat seperti inilah yang
merupakan ciri dari kehidupan sistim demokrasi yang menjadi trend. Dengan semakin
mengecilnya kewenangan negara untuk melakukan kontrol terhadap masyarakat, maka
peran militer dalam kehidupan tata-kenegaraanpun, khususnya yang menyangkut
masalah-masalah dalam negeri, semakin tidak dapat diterima oleh masyarakatnya.
Sekalipun dinegara-negara berkembang di Afrika, Asia, dan Amerika Latin, militer
masih mendapat peran dalam kehidupan ketata-negaraannya, namun tuntutan kepada
pemerintah dan militer untuk mengurangi kewenangannya sudah mulai terlihat. Hal ini
disebabkan karena pada dasarnya masyarakat menuntut hak-hak yang lebih besar
untuk berperan dalam kehidupan ketata-negaraan dinegaranya sendiri.

TERBATAS
2

Pada era Globalisasi dan Reformasi sekarang ini, banyak terjadi perubahan tata
nilai sosial masyarakat yang telah mendorong terbentuknya sistem ke tata-negaraan
yang semakin liberal. Salah satu wujud dari trend perkembangan ini adalah semakin
besarnya hak dan wewenang individu dalam partisipasi politik. Selain itu, otonomi
Pemerintah Daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri juga semakin besar.
Konsekuensinya, kewenangan Pemerintah Pusat dalam penyelenggaraan negara
menjadi semakin mengecil.

Kecenderungan ini berpengaruh secara langsung terhadap peran militer dalam


kehidupan ke-tata-negara-an. Secara umum, militer kini lebih banyak berkiprah sebagai
alat pertahanan negara saja. Sekalipun, dalam skala tertentu, militer masih juga
dibutuhkan dalam tugas-tugas kemasyarakatan. Era Globalisasi nilai-nilai liberalisme
dan demiliterisasi tersebut tidak hanya terjadi pada negara-negara yang sudah maju,
namun juga sudah merambat pada negara-negara sedang berkembang lainnya di Asia
termasuk di Indonesia.

Dalam konteks Nasional, kecenderungan inipun sebenarnya sudah mulai terlihat


sejak dekade terakhir. Pemerintah Indonesia yang sejak kemerdekaannya dipimpin oleh
kalangan sipil, pada akhir dekade 60-an terpaksa harus melakukan Reformasi setelah
terjadi berbagai gelombang protes dan pemberontakan yang dilakukan kalangan
sekelompok masyarakat yang tidak puas diantaranya DI/TII, RMS dan PKI. Akibatnya,
Pemerintah Indonesia menyertakan kalangan militer selama 32 tahun dalam lembaga
legislatif dan eksekutif dan lembaga tinggi lainnya. Posisi-posisi tersebut, saat ini
diisi oleh kalangan profesional sipil. Peran militer dalam berbagai lembaga
Pemerintahan semakin dikurangi, sampai dengan tahun 2004 sudah tidak ada lagi TNI
yang masih aktif yang duduk di lembaga legislatif atau lembaga tinggi Negara lainnya,
menyusul terjadinya berbagai protes dan kerusuhan didalam negeri.

Kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara senantiasa berkembang


sejalan dengan perubahan-perubahan yang sangat besar terutama berkaitan dengan
globalisasi, gerakan reformasi di dalam negeri dan perkembangan lingkungan
strategis.
3

Dalam perubahan ini setiap komponen bangsa dituntut kontribusinya sesuai dengan
kemampuan, kompetensi dan profesinya yang dikaitkan dengan kondisi masyarakat
Indonesia yang majemuk ditinjau dari segi tata kehidupan yang berbeda yang meliputi
adat istiadat, sosial budaya serta beraneka ragam suku bangsa dan lain-lain
merupakan suatu persoalan yang membutuhkan strategis tersendiri untuk dapat
membawa arah tujuan bangsa dan negara ini, sehingga tercipta keserasian dan
keseragaman pola hidup bangsa dan negara secara menyeluruh.

Menghadapai keadaan tersebut, maka kualitas pimpinan harus kembali


dihadirkan. Pimpinan dengan peran sentral untuk membangun kesadaran dengan
melalui kepemimpinan yang efektif. Pimpinan yang visioner dan juga punya
kompetens, punya integritas, punya empati terhadap kehidupan rakyat dan jelas punya
kepemimpinan. Sebuah kepemimpinan harus dapat menerjemahkan dan
mengimplementasikan visi menjadi sebuah realitas, sehingga dalam konteks seperti
iitulah peran kepemimpinan strategis sangat diperlukan. Tidak hanya karena
kebutuhan normatif dari fungsi kepemimpinan semata, akan tetapi karena posisinya
yang berada pada aras yang menentukan, aras strategis sebagai panutan bagi
kebanyakan anggota masyarakat dan banyak pemimpin bawahannya. Sebab pada
aras strategis, para pemimpin diharapkan memiliki ide, niat, perilaku dan artikulasi yang
kuat disertai dengan kompetensi yang tinggi untuk menghadirkan perubahan ke arah
yang lebih baik.

2. BAHASAN

Substansi kandungan kepemimpinan sangat tergantung dari perspektif yang


digunakan para ahli dalam mengartikan kata-kata kepemimpinan yang berkontribusi
pada penentuan formulasi pengertian kepemimpinan. Pembelahan vertikal seringkali
dibedakan dalam kepemimpinan operasional/lapangan-pada tingkat teknis/taktis dan
kepemimpinan strategis, sedangkan pembelahan horizontal seringkali dipilah-pilahkan
dalam kepemimpinan ( dalam bidang ) Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan
Pertahanan Keamanan.
4

Ditengah keberagaman tersebut perlu ditampilkan sosok pimpinan yang bisa membawa
seluruh komponen bangsa menuju ke sebuah kemakmuran suatu negara sesuai
dengan cita-cita yang diharapkan oleh masyarakat.

Dari uraian diatas akan dicoba dibahas tentang kepemimpinan stategis yang
diambil dari hasil pengamatan dan pengalaman serta pendapat dari beberapa pakar
tentang teori keberhasilan seorang pemimpin dalam memimpin suatu organisasi atau
Negara.

a. Kepemimpinan didefinisikan sebagai : “seni untuk mempengaruhi anak


buah guna mencapai suatu tujuan”. Bisa juga diartikan sebagai suatu proses
untuk mempengaruhi dan mengajak bawahannya melaksanakan tugas pokok
yang diemban. Unsur-unsur dasar pengertian kepemimpinan adalah :
pemimpin, yang dipimpin, tujuan yang ingin dicapai, proses mencapai tujuan,
serta situasi dan kondisi yang melingkupi. Oleh karena itu ada unsur situasional
leadership, sehingga gaya kepemimpinannya menjadi tepat sesuai dengan
perubahan situasi. Secara umum kepemimpinan mempunyai ciri
implementasi yang berlainan, sesuai dengan lingkungan dan fungsi dimana
proses kepemimpinan tersebut berlangsung, seperti kepemimpinan politik,
kepemimpinan partai, kepemimpinan bisnis, kepemimpinan lembaga pendidikan,
kepemimpinan sosial, dan kepemimpinan militer.
Namun demikian untuk memimpin suatu Negara atau bangsa yang memiliki
keaneka ragaman Suku, Ras, Agama, bahasa dan lain-lain memerlukan suatu
pola yang tepat untuk diterapkan sebagai pemimpin yang profesional guna
tercapainya visi dan misi bangsa dan negara yang dipimpinnya.

b. Pembahasan tentang kepemimpinan suatu Bangsa sering mengandung


makna, arti dan lingkup yang lebih luas dari pada sekedar kepemimpinan
Kelompok atau organisasi tertentu. Kepemimpinan suatu bangsa
mengandung arti bahwa yang dipimpin bukan hanya suatu organisasi saja,
akan tetapi seluruh komponen bangsa dan seluruh isi yang terkandung
didalamnya.
5

Yang selanjutnya diatur, digunakan serta dimanfaatkan untuk kepentingan


Nasional. Sebagai contoh, seorang Presiden walaupun bukan berasal dari
golongan Militer akan tetapi harus mengerti dan menguasai sistem kemiliteran di
Indonesia sehingga apabila Negara dan Bangsa dalam keadaan darurat sebagai
pemimpin Negara dengan tepat dapat mengambil suatu keputusan demi
keselamatan Bangsa dan Negara.

Setelah memahami apakah kepemimpinan itu, bagaimana sebenarnya


makna dan hakikat kepemimpinan, maka sebelum menjabarkannya dalam tugas
dan peran, terlebih dahulu haruslah memahami bagaimana lingkungan yang
akan dipimpinnnya, dalam hal ini sangat penting digunakan sebagai pedoman
dalam pengambilan suatu kebijaksanaan. Dinamika perubahan yang terjadi
akan memberikan implikasi terhadap tantangan dan tugas kebangsaan.

c. Bila kita cermati bersama, tonggak sejarah yang cukup signifikan yang
menandai derasnya perubahan menuju era baru adalah berakhirnya perang
dingin. Berakhirnya perang dingin telah merubah dinamika hubungan
internasional. Perubahan itu bukan hanya aturan main (not only the games),
tetapi juga struktur, kultur, strategi, kebijakan dan kepentingan sebuah bangsa.
Saat ini semua bangsa sedang menuju kepada “the new internasional order”.
Meskipun tatanan dunia baru tergantung pada siapa yang merumuskan, serta
tergantung pada kepentingan negara mana, tetapi yang jelas semua itu
membuktikan bahwa format tatanan lama telah runtuh dan sedang mencari
bentuk atau tatanan baru.

Sementara itu konflik dan kepentingan juga telah bergeser. Yang semula
konflik itu lebih banyak bernuansa ideologis, mengutub pada blok barat dan timur
atau utara dan selatan, kini konflik lebih didasari pada kepentingan. Kawan dan
lawan tidak lagi komunis atau liberalis, Pakta Warsawa atau NATO, tetapi siapa
yang lebih dekat dengan kepentingan-kepentingan bangsa itu.
6

Di mata Amerika Serikat misalnya yang namanya sahabat adalah negara-negara


yang dapat memahami kepentingan-kepentingannya, termasuk memenuhi nilai-
nilai global seperti demokrasi, hak-hak azasi manusia, lingkungan hidup, pasar
bebas serta “the rule of law”. Negara-negara yang patuh pada nilai-nilai global
itulah yang sekarang harus terus menerus dikampanyekan sebagai sekutu
Amerika Serikat. Oleh karena itu, perubahan dunia yang perlu mendapat
perhatian adalah konflik yang muncul dimasa depan selain oleh karena
perbedaan kepentingan, juga adanya perbedaan nilai dari suatu bangsa.
Bahkan konflik yang akan muncul bisa saja bergeser dari “inter state conflict“
berkembang kedalam “intra state conflict”. Munculnya perhatian yang lebih serius
terhadap masalah-masalah dalam negeri dibandingkan kemungkinan timbulnya
konflik antar negara, menunjukkan adanya indikasi konflik-konflik internal.

Perubahan dramatis di negeri ini juga telah menimbulkan konflik. Jika


kondisi seperti itu berjalan terus menerus dan gagal membangun konsensus,
apalagi yang dilakukan hanya memperbesar perbedaan, maka Bangsa Indonesia
akan mengalami shock berkepanjangan dan akan kehilangan orientasi. sudah
seharusnya ketika perubahan itu terjadi sementara krisis belum kunjung usai,
bangsa Indonesia harus lebih arif menemukan jawaban dan menentukan
prioritas.

d. Memasuki abad XXI, dihadapkan pada realitas kehidupan kebangsaan


saat ini, ada 3 (tiga) tugas besar yang harus diemban yaitu :

1) Mengatasi krisis. Untuk segera keluar dari krisis, prioritas utama


adalah bagaimana bangsa ini secara serius dan konsekuen membangun
tiga pilar utama yaitu : pertama, menegakkan kembali hukum dan
ketertiban (law and order); kedua, membangun jaring pengaman sosial
(social safety net); serta ketiga, membangun konsensus politik (political
statement).
7

2) Melaksanakan reformasi. Untuk melaksanakan reformasi, bangsa


Indonesia harus memahami dengan benar apa itu reformasi. Reformasi
adalah sebuah proses yang memerlukan waktu. Perubahan dan
kesinambungan direncanakan dengan baik, memiliki agenda, prioritas dan
tahapan yang jelas, namun demikian perlu diperhatikan jangan sampai
salah mereformasi dalam arti kata hal yang sudah baik dan berjalan
sesuai norma setelah direformasi justru menimbulkan polemik baru.Dalam
mereformasi suatu keadaan harus betul-betu dapat dirasakan oleh
masyarakat sehingga masyarakat merasa nyaman dalam kehidupan
sehari-hari dan tidak merasa dterbebani dari dampak reformasi tersebut.

3) Melanjutkan Pembangunan Nasional. Tugas melanjutkan


pembangunan hanya akan dapat berjalan jika stabilitas ekonomi, politik
dan keamanan terjamin dengan baik. Permasalahan besar yang masih
dihadapi pada saat ini adalah belum stabilnya situasi politik, karena
benturan kepentingan terus berlangsung. Ekonomi juga belum
menggembirakan, inflasi masih tinggi, nilai tukar rupiah belum stabil dan
tingkat penggangguran masih besar,sehingga masalah sosial muncul apa
yang kita sebut social disobidient dan lawan disobidient. Implikasi dari itu
semua, kondisi keamanan akan tetap krusial paling tidak sampai dengan
5 (lima) tahun kedepan. Disamping itu akhir-akhir ini banyaknya musibah
yang melanda wilayah Indonesia dari bencana alam, musibah jatuhnya
pesawat terbang maupun kapal laut, yang kesemuanya merupakan
keadaan yang tidak terduga diluar kemampuan manusia. Hal ini juga
merupakan potensi kerawanan dalam pembangunan, yang seharusnya
alokasi dana untuk melanjutkan pembangunan berikutnya digunakan atau
dialihkan kepembangunan rehabilitasi pasca gempa.

e. Jika dikaitkan dengan stabilitas, Seorang pemimpin bangsa harus


memahami akar-akar dan penyebab terjadinya instabilitas dalam kehidupan
masyarakat Indonesia.
8

Rumusan tentang adanya 3 akar dan penyebab instabilitas yang diteorikan


dalam konsep kesenjangan oleh Jeffrey G. Kintingan, “Causes of Political
Instability”, yaitu :

1) Hipotesa kesenjangan politik. Mengandung arti bahwa


instabilitas akan muncul jika desakan rakyat untuk menyampaikan aspirasi
dan partisipasi politiknya begitu tinggi dan luas, tetapi kelembagaan politik
tidak siap untuk menampung, memproses dan menyalurkannya.

2) Hipotesa kesenjangan ekonomi. Hipotesa kesenjangan ekonomi


menjelaskan bahwa instabilitas juga timbul manakala terjadi kepincangan
dan ketidak merataan dalam distribusi kesejahteraan dan kesempatan
berusaha.

3) Hipotesa agresi frustasi. Hiipotesa agresi-frustasi menunjuk


terjadinya instabilitas karena terdapat kesenjangan yang besar antara
harapan dan keinginan masyarakat dengan kenyataan. Menilik
kesemuanya ini, maka hakikat dan pengertian keamanan dan stabilitas
memang amat luas. Konsekuensinya, limpahan tugas dari pemimpin
negara kepada TNI untuk menangkal dan menanggulangi setiap bentuk
ancaman terhadap keamanan dalam negeri akan menyangkut aspek dan
bidang-bidang yang cukup luas pula. Masalah ini membutuhkan suatu
perhatian khusus dari seorang pimpinan bangsa dan harus benar-benar
dicermati karena masalah tersebut ada dalam kehidupan sosial politik
Indonesia.

f. Sosok pemimpin masa depan.

1) Menentukan kriteria dan persyaratan bagi seorang pemimpin masa


depan tidaklah mudah. Pertanyaan yang dapat diajukan adalah pemimpin
untuk lingkungan tugas apa, jabatan yang mana?
9

Tipe dan gaya kepemimpinan juga ditentukan dari pembawaan masing-


masing pribadi seseorang. Namun ditinjau dari segi pengalaman jabatan
dan kemampuan yang menyangkut kemampuan karakteristik dan gaya
satu jenis jabatan kejabatan lain, tentu ada kriteria yang berlaku umum.
Oleh karena itu kupasan tentang sosok dan kriteria Pemimpin Masa
Depan ini akan banyak menyoroti hal-hal yang berlaku umum, sambil
sesekali menunjuk contoh yang memiliki perbedaan-perbedaan tertentu.

2) Pemimpin bangsa dituntut memiliki integritas, kapabilitas dan


akseptabilitas serta memiliki visi poliitk dan kenegaraan yang tinggi,
mampu memberikan petunjuk dan arahan, serta mampu menggerakkan
masyarakat untuk mencapai tujuan.
Letjen TNI (Purn) Sayidiman mengemukakan bahwa pemimpin-pemimpin
tingkat nasional harus memiliki : (1) semangat kebangsaan (national
spirit), (2) Kemauan kebangsaan (national will), (3) Daya laksana
kebangsaan (national deed).
Selanjutnya Sayidiman mendiskripsikan kriteria kepemimpinan bangsa
sebagai berikut :

a) Memelihara dan menumbuhkan persatuan bangsa.


b) Menunjukkan tauladan atas kehendak dan kemauan yang
kuat.
c) Daya manajemen yang kuat.
d) Kepribadian yang baik.
e) Moralitas yang tinggi.
f) Mampu mengambil keputusan penting dan strategis.
g) Bapak yang mengayomi dan menunjukkan sikap
kekeluargaan.
h) Menegakkan hukum dan keadilan.
10

3) Keseluruhan kriteria kepemimpinan diatas pada hakikatnya juga


berlaku bagi para pimpinan-pemimpin tingkat bawah. Bagi pemimpin
Bangsa dituntut untuk lebih mendengarkan aspirasi rakyat, terbuka dan
dialogis, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, serta memiliki
kualitas moral dan kemampuan yang tinggi. Langkah dan gaya otoriter
yang dulu memang dapat dibenarkan tatkala negara kita belum stabil dan
masih menghadapi berbagai krisis politik dan sosial sementara
pembangunan ekonomi mempersyaratkan dijaminnya keamanan dan
stabilitas nasional, harus mulai dirubah menjadi gaya kepemimpinan yang
lebih bersifat persuasif dan partisipatif.

Jenderal Bruce Clark dari Amerika Serikat mengatakan bahwa


sebaiknya seorang pemimpin Senior memahami apa yang diharapkan
oleh para pemimpin yunior sebagai contoh wujud prilaku yang dapat
diteladani oleh bawahannya adalah sebagai berikut :

a) Bertanggung jawab
b) Setia
c) Mampu mengambil keputusan dengan baik
d) Berorientasi kepada tugas
e) Memiliki integritas pribadi yang baik.

3. KESIMPULAN

Memimpin dan membina suatu organisasi tingkat strategis, seorang Pemimpin,


pertama, harus memiliki visi strategis yang mampu menunjukkan arah dan tujuan.
Sebuah visi strategis dibentuk dan dibangun melalui pemahaman yang mendalam
tentang tugas pokok, ancaman, perkembangan lingkungan strategis dan kekuatan
sendiri. Kepemimpinan puncak harus memahami kecenderungan dan realitas baru
dari geo-politik dan geo-ekonomi.
TERBATAS
11

Kepemimpinan puncak juga harus mampu membuat perkiraan jangka panjang,


mengembangkan skenario yang dapat terjadi serta melakukan olah yudha strategis
pada berbagai kontinjensi. Atas dasar pemikiran untuk senantiasa mengembangkan
doktrin, konsep, dan strategi pertahanan keamanan, kepemimpinan puncak juga harus
dapat mengarahkan tujuan, sasaran pembangunan, dan pembinaan kekuatan.

Dengan demikian tugas utama kepemimpinan puncak adalah pembangunan


suatu visi strategis, mengkomunikasikan visi tersebut dalam kebijaksanaan, perintah
dan direktif, serta memotivasi dan menghidupkan semangat. Sebuah pandangan
mengatakan bahwa seorang pemimpin yang “super and out standing” harus memiliki :
(1) integritas; (2) kompetensi profesional; (3) etika kepemimpinan serta (4) berpegang
teguh dan pandai dalam menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan.

Seorang pemimpin bangsa dituntut untuk dapat menyelamatkan Negara


Kesatuan Repubilik Indonesia dari segala macam Krisis ( Krisis Hukum, Sosial,
ekonomi maupun krisis Politik), mampu mewujudkan perubahan-perubahan dengan
melalui Reformasi serta melanjutkan pembangunan nasional disegala bidang demi
terwujudnya kesejahteraan bangsa dan negara.

4. P E N U T U P

Demikianlah Makalah tentang Implementasi Kepemimpinan Strategis yang tepat


dalam era reformasi dapat menjaga keutuhan NKRI di buat untuk dijadikan bahan
masukan dalam menentukan sosok pemimpin masa depan demi tetap tegaknya NKRI.

5. LAMPIRAN
- ALUR PIKIR

TERBATAS

Anda mungkin juga menyukai