Anda di halaman 1dari 7

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kedaulatan rakyat bukanlah semata

rakyat secara fisik yang berhak atas pelayanan publik dari negara.
Kedaulatan rakyat juga merupakan manifestasi dari kemerdekaan untuk
menentukan nasib sendiri yang dapat dilihat antara lain dari beragam kebijakan
nasional yang mengatur jalannya negara dan kelembagaan negara. Oleh karena itu
dalam tahapan pelatihan ini, kepemimpinan ASN akan difokuskan pada kinerja
lembaga negara sebagai organisasi pelayanan publik secara berkesinambungan.
Lebih dari sekadar kinerja pelayanan yang mudah dan memudahkan, kinerja
organisasi pelayanan publik yang dikelola secara sinambung akan memperkuat
eksistensi negara, dan dengan sendirinya merupakan wujud upaya bela negara.
Kepemimpinan demikian tidak mungkin terbangun tanpa
adanya cara pandang yang lahir dari rasa kebangsaan atau yang disebut
sebagai wawasan kebangsaan.
Kepemimpinan yang melayani kebutuhan rakyat, berbasis kinerja organisasi
pelayanan publik yang dikelola secara sinambung akan memperkuat eksistensi
negara dan mengawal pencapaian visi pembangunan nasional untuk mewujudkan
Manusia Indonesia Seutuhnya secara material dan spiritual. Inilah sedikit dari ciri
kepemimpinan Pancasila, yaitu kepemimpinan yang memahami manusia dengan
keutuhan kebutuhan jasmani dan rohaninya secara seimbang, yang juga
mewujudkan manusia Paripurna dengan segenap keutuhan potensinya.

Karena tantangan yang kompleks inilah, pelatihan kepemimpinan administrator


akan membekali ASN dengan beragam keahlian dan keterampilan seperti
manajemen kinerja, pembangunan jaringan kerja, hingga manajemen risiko
dan manajemen perubahan untuk mendukung inovasi sektor publik.

Tanpa keahlian dan kapasitas yang memadai, terlebih lagi ketika kesinambungan
kinerja organisasi dikesampingkan maka kepemimpinan akan menjadi media
pencitraan organisasi dan pencapaian prestasi parsial yang kontraproduktif.
Sebaliknya, segenap keahlian dan keterampilan tersebut diharapkan mencukupi
bekal dan menjaga fokus ASN dalam upaya mewujudkan kesinambungan
kinerja organisasi pelayanan publik sebagai wujud bela negara.

Kepentingan Sektoral, Kinerja Organisasi, Aktualisasi Bela Negara dalam


Profesionalisme ASN
1. Indikator keberhasilan
Menginternalisasi kepemimpinan dan nilai-nilai dasar bela negara dalam konflik
kepentingan sektoral sebagai wujud aplikasi bela negara dalam profesionalisme
ASN.
Kepentingan Sektoral dan Kinerja Organisasi
Sentimen dan kepentingan sektoral sering menjadi hambatan dalam melakukan
koordinasi dalam organisasi. Hal tersebut menjadi pernyataan dalam Kajian
Pemetaan dan Evaluasi Efektivitas Regulasi Sektoral dan Desentralisasi terhadap
Pelaksanaan Otonomi Daerah oleh Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
pada tahun 2010. Hal tersebut berdasarkan pemetaan dan analisis kebijakan
sektoral, di mana terdapat kurang lebih 87 regulasi sektoral yang mengatur 31
urusan yang dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah dalam rangka penerapan
prinsip desentralisasi dan otonomi daerah, 29 diantaranya bidang urusan tersebut
mengalami tumpang tindih atau terdapat potensi masalah.

sebuah organisasi asing, Organization for Economic Co-operation and


Development (OECD) membuat kajian mengenai Reformasi Regulasi di Indonesia
(2012). Terdapat beberapa peraturan yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan dengan tingkat lebih tinggi, sehingga tercipta ketidakpastian
peraturan. Akibat dari situasi ini, K/L sektoral tampak lebih berkuasa atas
kebijakan-kebijakan sektor mereka dan kepentingan sektoral memiliki
kecenderungan politik yang besar.
10 tahun berselang, masalah tumpang tindih regulasi masih terjadi, sehingga masih
tergambar bahwa sentimen dan kepentingan sektoral masih menjadi penghambat
koordinasi dalam organisasi. Salah satu contohnya mengenai pengakuan dan
perlindungan Masyarakat Hukum Adat (MHA), dimana tanah yang dimiliki MHA
seringkali terlibat sengketa dengan pihak yang ingin memanfaatkannya (Sukirno,
2010). Pengaturan mengenai MHA melalui banyak perundang-undangan, Sulaiman
(2019) mengatakan secara umum ada 5(lima) kategori, yaitu UU tentang Sumber
Daya Alam, UU tentang Sektoral, UU tentang Pemda, UU tentang otonomi khusus
dan istimewa, dan UU tentang MHA. Menurut Sulaiman (2019), seharusnya ketika
dihadapkan pada kepentingan MHA, makan posisi UU MHA lebih dominan. Akan
tetapi kenyataannya tidak seperti itu, justru posisi UU Sektoral dan UU SDA
sangat menentukan keberadaan MHA secara operasional. Pengaturan MHA
mengalami kendala dengan pemahaman MHA yang berbeda-beda, pengaturan
MHA juga tergantung pada dimensi lain, yaitu hukum, sosial, politik, budaya,
agama, dan ekonomi. Tentunya hal tersebut membutuhkan penanganan lintas
sektor, bersinergi untuk mewujudkan kepentingan publik.

Aktualisasi Bela Negara dalam Profesionalisme Aparatur Sipil Negara


Undang-undang No. 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara menjelaskan
bahwa untuk mewujudkan tujuan nasional yang diamanatkan dalam konstitusi
diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme,
mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan kinerja
organisasi

Metaplan aksi perubahan sebagai aktualisasi Kemampuan Awal Bela Negara


melalui kesinambungan integritas dan kinerja organisas berkesinambungan.
Sebagaimana telah diketahui bahwa keberadaan etika dan akuntabilitas yang
didasari pengetahuan serta pemahaman mengenai wawasan kebangsaan dan
nilai-nilai dasar bela negara adalah modal pembangunan integritas dan
kinerja organisasi pelayanan publik.
Dalam konteks pelayanan publik, integritas organisasi pelayanan publik akan
meningkatkan kepercayaan publik. Sementara keberadaan etika, kompetensi,
akuntabilitas, dan tentunya transparansi yang menjadi pembangun integritas,
juga akan meningkatkan kepuasan publik.
Resultan kepercayaan dan kepuasan publik selanjutnya menjadi
indikatorpenting bagi kinerja organisasi. Namun demikian, jika kinerja tersebut
tidak lahir dari pemahaman serta aktualisasi wawasan kebangsaan dan nilai-
nilai dasar bela negara, maka kinerja organisasi justru dapat menja
kontraproduktif karena terdeviasi dari amanah negara dan rakyat yang harus
diemban oleh ASN

Secara sistemis pola yang disampaikan di atas mencerminkan pola manajemen


perubahan sebagai salah satu substansi yang selama bertahun-tahun menjadi materi
pokok diklat kepemimpinan ASN. Manajemen perubahan sebagai perjalanan dari
kondisi saat ini secara bertahap dan sistematis menuju kondisi yang diinginkan di
masa depan juga dapat diterjemahkan sebagai perjalanan dari permasalahan dalam
berbagai aspek kehidupan di tanah air menuju kondisi ideal yang digariskan oleh
ketahanan nasional di segenap Gatra untuk menghantarkan kepada terwujudnya
visi pembangunan manusia seutuhnya berdasarkan Pancasila. Demikianlah
Pancasila senantiasa mengingatkan kita bahwa pembangunan nasional harus
menjadi sarana
pemenuhan kebutuhan rohani dan jasmani secara seimbang.
Bela Negara sebagai Karakter Dasar ASN
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya 
Nasional untuk Pertahanan Negara, Bela Negara merupakan sebuah tekad, sikap, dan  perilaku
serta tindakan warga negara, baik secara perseorangan maupun kolektif dalam  menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang  dijiwai oleh
kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang  Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) dalam menjamin kelangsungan  hidup bangsa
Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman.
1.   Perlunya Bela Negara
Bela negara perlu diperkuat mengingat adanya perubahan spektrum ancaman terhadap  negara
menjadi sangat multi dimensi dan saling terkait. Perubahan spektrum ancaman  menjadi
ancaman nyata antara lain tindak terorisme, berkembangnya paham komunisme,  liberalisme,
narkoba, pencemaran, dan hoax serta adanya potensi ancaman militer, konflik  sosial, dan
LGBT. Potensi ancaman militer dapat berasal dari luar negeri seperti agresi  militer,
pelanggaran wilayah oleh negara lain, mata-mata (spionase), sabotase, dan aksi  teror dari
jaringan internasional. Ancaman militer dari dalam negeri meliputi  pemberontakan
bersenjata, konflik horizontal, aksi teror, sabotase, aksi kekerasan berbau  SARA, dan gerakan
separatis. Ancaman non militer meliputi ancaman terhadap  IPOLEKSOSBUDHANKAM.
2.   Ancaman, Gangguan, Hambatan, dan Tantangan (AGHT) dalam Bela Negara
     Dalam menghadapi AGHT terdapat unsur-unsur kekuatan nasional yaitu "Astagatra", terdiri 
"Trigatra" dan "Pancagatra". Trigatra adalah aspek alamiah terdiri atas wilayah/geografi, 
penduduk/demografi, dan sumber daya alam. Pancagatra adalah aspek sosial terdiri atas 
IPOLEKSOSBUDHANKAM. Astagatra dilakukan dengan memperkuat ketahanan nasional 
dan dilanjutkan dengan pembinaan bela negara. Dalam pembinaan bela negara, terdapat  enam
konsepsi bela negara meliputi: cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, setia  kepada
Pancasila sebagai Ideologi negara, mempunyai kemampuan awal bela negara,  rela berkorban
untuk bangsa dan negara, serta mempunyai semangat untuk mewujudkan  negara yang
berdaulat, adil, dan makmur. Aksi bela negara terdapat Sinergi Pentahelix  meliputi
Academic, Business, Community, Media, dan Goverment (ABCMG). Masing masing pihak
dalam ABCMG memiliki peran penting guna menjaga keutuhan NKRI.
3.   Konsepsi Bela Negara
Konsepsi pertama bela negara adalah cinta tanah air yaitu suatu perasaan yang timbul dari 
hati dan jiwa seseorang sehingga menimbulkan rasa peduli, bangga, setia kepada tanah  airnya
yang ditujukan dengan sikap dan perilaku yang tercermin dalam diri warga negara  untuk
membela dan mengabdi kepada tanah airnya serta melindungi dari berbagai AGHT dari luar.
Ciri cinta tanah air antara lain rela berkorban demi bangsa dan negara, berkontribusi dalam
pembangunan nasional, serta mempertahankan persatuan dan  kesatuan bangsa dan negara
Indonesia. Perwujudan cinta tanah air dengan menghargai dan menghormati jasa-jasa
pahlawan, mempertahankan kedaulatan kemerdekaan, dan  menjalankan pekerjaan sebaik-
baiknya sesuai profesi.
 
4.   Wawasan Nusantara
Wawasan nusantara merupakan faktor integrasi dalam menyelenggarakan berbagai fungsi 
negara di berbagai bidang. Wawasan nusantara dapat menjadi petunjuk operasional 
menyelenggarakan pemerintahan. Kondisi geografis Indonesia memberikan konsekuensi 
beragamnya kehidupan sosio kultural dan berpotensi menghasilkan pengetahuan baru. 
Pengetahuan ini menghasilkan kearifan lokal (local wisdom) yang merupakan hasil dari 
pengalaman masyarakat yang terkristalisasi dalam nilai-nilai dan pengetahuan yang  berguna
bagi pembangunan nasional.
5.   Tujuan Negara
Tujuan negara sejalan dengan cita-cita yang diinginkan warga negara dan telah tertuang 
dalam alenia ke-4 Pembukaan UUD 1945. Melindungi segenap bangsa menjadi tujuan 
pertama, yang berarti melindungi segala hal atau komponen yang membentuk bangsa 
Indonesia diantaranya rakyat, sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya  buatan,
serta nilai-nilai, norma, dan budaya yang hidup di masyarakat termasuk hak asasi  manusia.
Memajukan kesehjahteraan umum menjadi tujuan kedua, yang berarti negara  harus
memberikan dan menjamin kesejahteraan bagi setiap warga negaranya dalam  berbagai aspek.
Tujuan yang ketiga adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, negara  harus menjamin setiap
warga negaranya memperoleh pendidikan yang layak dan  berkualitas. Tujuan negara
keempat, ikut melaksanakan ketertiban dunia yang  berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial. Perdamaian dapat  tercipta apabila pemerintah membuat berbagai
kebijakan yang dapat menciptakan  kesejahteraan bagi setiap warga negara.
6.   Aspirasi Publik dan Penerapan Nilai-Nilai Pancasila
Dalam penerapan nilai-nilai Pancasila, terdapat aspirasi publik yang merupakan harapan, 
keinginan atau kebutuhan masyarakat akan barang, jasa, dan pelayanan dipenuhi  pemerintah
guna mencapai kesejahteraan. Implementasi Pancasila Sila Pertama dengan  mengamalkan
dan menjalankan agamanya dan menghormati satu sama lain; Sila Kedua  dengan bersikap
adil dalam sikap dan perbuatan manusia sesuai dengan kodrat, hakikat,  dan martabat terhadap
manusia lain; Sila Ketiga diwujudkan dengan bersatunya beragam  latar belakang
(IPOLEKSOSBUD, suku, agama) sebagai satu bangsa untuk mencapai  kehidupan
kebangsaan; Sila Keempat dengan terus memelihara dan mengembangkan  semangat
bermusyawarah untuk mencapai mufakat dalam perwakilan; Sila Kelima melalui  prinsip
kehidupan yang adil dan makmur terwujud bagi seluruh rakyat Indonesia.
7.   Penerapan Kepemimpinan dan Bela Negara
Adanya kompetisi dan konflik kepentingan dalam sebuah organisasi adalah hal yang wajar, 
namun pengendalian yang baik terhadap kompetisi dan konflik kepentingan merupakan 
wujud meningkatkan etos kerja guna menghasilkan kinerja yang maksimal. Dalam konsep
manajemen perubahan organisasi, implementasi nilai dasar bela negara diharapkan  tercipta
dengan selalu tanggap terhadap perubahan lingkungan, mendiagnosa berbagai  permasalahan,
serta dapat mengelola perubahan.
8.   Kewaspadaan Nasional
Kewaspadaan nasional adalah kualitas kesiapan dan kesiagaan yang dimiliki oleh Bangsa 
Indonesia untuk mampu mendeteksi, mengantisipasi dan melakukan aksi pencegahan 
terhadap berbagai bentuk dan sifat potensi ancaman terhadap NKRI. Ketahanan nasional 
yang kuat, merupakan potensi bangsa dan negara dalam mengantisipasi berbagai ATGH  baik
dari dalam maupun luar negeri sebagai wujud kewaspadaan nasional. Bentuk  kewaspadaan
nasional diantaranya waspada diri, waspada keluarga, waspada lingkungan  kerja/lingkungan
pendidikan, dan waspada nasional.
9.   Penerapan
Kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam pelaksanaan tugas terutama pelayanan
publik, harus didasarkan pada Pancasila, UUD NRI 1945, Wawasan Nusantara, nilai-nilai
dasar Bela Negara, serta wawasan kebangsaan. Dengan sikap dan pandangan dimaksud, maka
berkumpulnya banyak latar belakang ekonomi, suku, dan agama, namun persatuan dan 
kesatuan serta semangat untuk membela Negara dapat terjaga dengan baik. Tantangan
tersebut semakin terasa dengan adanya Pandemi Covid-19, mengingat seluruh ASN dituntut
untuk tetap dapat bekerja dan memberikan pelayanan publik dengan baik meskipun terdapat
banyak keterbatasan. Guna mengantisipasi perubahan spektrum AGHT, ASN harus terus
berupaya melakukan pembinaan dengan mengangkat nilai bela  negara sesuai dengan
konsepsi bela negara serta selalu tanggap terhadap perubahan  lingkungan strategis,
mendiagnosa berbagai permasalahan, serta mengelola perubahan
Disamping itu, berusaha peduli terhadap  lingkungan kerja sekitar terhadap potensi
timbulnya AGHT. Upaya pembinaan kepada  bawahan, kepedulian secara horizontal
dan vertikal, serta pelaksanaan tugas sebaik-baiknya sebagai aparatur sipil negara
sesuai dengan profesi akan terus dilakukan,  mengingat hal tersebut merupakan bentuk
bela negara.  Beragamnya kehidupan sosio kultural dan kearifan lokal, hendaknya
dapat dikelola dengan baik agar menjadi kekuatan untuk mencapai tujuan bernegara.
Kearifan lokal di banyak daerah akan menjadi local wisdom yang terus dihormati dan
norma yang terus dihargai.
Dalam mencapai tujuan negara, sebagai ASN akan terus ikut mewujudkan tujuan negara
ketiga dan keempat terutama dalam lingkungan kerja sekitar baik rekan kerja, atasan maupun
bawahan. Ikut berpartisipasi aktif mewujudkan tujuan negara dengan  melaksanakan tugas
sesuai profesi, diharapkan tujuan negara dapat terwujud. Untuk menjaga kualitas kesiapan dan
kesiagaan untuk mendeteksi dan mengantisipasi segala bentuk pontensi AGHT, diperlukan
kewaspadaan yang dimulai dari kewaspadaan diri pribadi, yang dikembangkan menjadi
waspada keluarga, dan waspada lingkungan kerja. Bentuk kewaspadaan dimulai dari
pengawasan terhadap diri pribadi terhadap potensi AGHT yang dapat timbul dari interaksi
sosial. Pengawasan terhadap diri pribadi, yang dikembangkan pengawasan dan kepedulian
terhadap lingkungan keluarga, kerja, dan lingkungan yang lebih luas diharapkan waspada
nasional akan tercapai dan keamanan nasional dapat terjaga.
ASN diharapkan memiliki sikap bela negara dan cinta tanah air sesuai konsepsi bela negara.
Perwujudan bela negara adalah melalui pelaksanaan tugas sebaik-baiknya sesuai profesi ASN.
Partisipasi aktif terhadap perubahan lingkungan strategis, mendiagnosa berbagai
permasalahan, serta mengelola  perubahan merupakan hal yang harus dilakukan. Dalam
pelaksanaan tugas tetap menghormati kearifan lokal sebagai bentuk wawasan nusantara. Hal
yang lebih utama adalah nilai-nilai Pancasila tetap menjadi pedoman bekerja dan falsafah
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Implementasi nilai-nilai Pancasila, bela
Negara, dan cinta tanah air tidak hanya dalam pelaksanaan tugas namun sebagai pejabat
pengawas harus memberikan contoh dan memantau perkembangan bawahan dan rekan  kerja
sekitar terhadap penerapan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, dan wawasan  kebangsaan.

Anda mungkin juga menyukai