Anda di halaman 1dari 2

Pengaruh Psikologi dan Keswa terhadap Calon Prajurit

Werving merupakan suatu prosedur perekrutan calon prajurit TNI. Tes dalam
werving meliputi administrasi, kesehatan, jasmani dan litpers. Serangkaian test tersebut
dibutuhkan agar prajurit TNI memiliki kualifikasi yang baik dan sesuai sehingga didapatkan
prajurit TNI yang professional. Proses administrasi misalnya diperlukan untuk mendapatkan
prajurit yang taat hukum serta administrasinya sehingga dapat dipastikan calon prajurit TNI
tidak terlibat dalam masalah hukum baik perdata maupun pidana. Tes jasmani tentunya
diharapkan calon prajurit TNI memiliki kemampuan jasmani yang baik sehingga dapat
mendukung dalam pelaksanaan tugas pokok TNI. Tes litpers diperlukan untuk menilai
ideologi calon prajurit TNI, agar jangan sampai yang memiliki ideologi radikalisme dapat
masuk TNI. Tidak terkecuali tes kesehatan, yang didalamnya melalui serangkaian tes baik
penilaian anggota tubuh dari luar maupun dari dalam melalui pemeriksaan laboratorium,
radiologi, ekg maupun usg. Tes kesehatan ini untuk memastikan calon prajurit TNI tidak
mengonsumsi narkoba atau memiliki penyakit berat yang nantinya akan mempersulit
dirinya sendiri sehingga tidak dapat melaksanakan tugas pokok dengan baik sehingga
merugikan dirinya, organisasinya maupun bangsa Indonesia.
Aspek kejiwaan dan psikologi yang sering dianggap sebelah mata dan
dikesampingkan pada saat penerimaan / werving dapat mengakibatkan suatu bencana yang
akan datang di kemudian hari bagi personil tersebut maupun satuannya. Contohnya bila ada
seorang Calon Prajurit TNI yang tidak memenuhi standar baik dalam bidang Kesehatan Jiwa
maupun psikologi dan diloloskan karena suatu atensi pimpinan biasanya Prajurit tersebut
tidak siap dengan tekanan yang ada dalam lingkup TNI dan bila personil tersebut gagal
dalam mengelola dan mengatasi rasa frustasi serta menjaga emosi, prajurit tersebut akan
menjadi depresi dan akan muncul rasa ingin bunuh diri karena merasa tidak mampu dalam
menjalani kehidupan di dalam dunia militer
Calon prajurit TNI yang memiliki kecenderungan psikologi yang sulit beradaptasi,
terlalu tertutup, mudah meledak-ledak, tidak taat aturan sulit untuk diterima menjadi
anggota TNI. Lingkungan TNI sendiri memiliki ciri khas disiplin tinggi, Komandan yang
otoriter, loyalitas tinggi, kehidupan yang penuh aturan dapat menjadi faktor stressor
seseorang. Apabila calon prajurit tidak dapat beradaptasi dan tidak memiliki daya tahan
yang cukup baik maka stressor tersebut akan terus terakumulasi dan dapat menyebabkan
gangguan terhadap kejiwaan yang serius hingga timbul perasaan bunuh diri pada anggota
TNI yang saat ini marak terjadi. Hal inilah yang menjadi alasan perekrutan personil TNI AD
perlu dilakukan secara tegas dan professional, serta diperlukan kebijaksanaan pimpinan
terhadap hasil tes psikologi dan Kesehatan jiwa calon prajurit. Karena aspek psikologi dan
Kesehatan jiwa merupakan gambaran mampu tidaknya seorang prajurit tersebut dalam
menjalani kehidupan militer sehingga mencegah terjadinya kasus bunuh diri di kalangan
prajurit TNI kelak.
Adanya faktor atensi dapat menjadikan werving terasa lebih rumit. Proses
rekomendasi calon prajurit TNI yang terjadi semakin lama semakin melewati batas
ketentuan werving yang sudah ditetapkan. Untuk itu disarankan adanya ketegasan dari
peraturan werving. Rekomendasi diberikan kepada calon prajurit TNI hanya sebatas
pemberian nama calon. Namun untuk hasil tes diserahkan kepada panitia werving yang
sudah ditetapkan melalui SKEP. Untuk itu, diperlukan formulir bermeterai yang mengatur
hal tersebut yang mengatakan hasil panitia werving tidak dapat diganggu gugat sekalipun
rekomendasi.

Anda mungkin juga menyukai