Oleh:
Dwi Puji Rahayu
NIM. 115070207131008
KELOMPOK 4
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL KEGIATAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
MEMBUAT KERAJINAN BATIK
UNTUK PASIEN HDR
DI DESA BANTUR KECAMATAN BANTUR
Oleh :
DWI PUJI RAHAYU
115070207131008
Tanggal
Agustus 2016
Perseptor Klinik
Perseptor Akademik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk holistic dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dan
lingkungan
dari
luar
dirinya
baik
itu
lingkungan
keluarga,
kelompok
dan
Tujuan
Tujuan umum TAK membuat batik yaitu peserta dapat meningkatkan kemauan dalam
melakukan aktivitas dan merangsang kembali kemampuan motorik halus. Tujuan
khususnya adalah :
1. Peserta mampu memperkenalkan diri
2. Peserta mampu membuat kerajinan dari stik es krim
3. Peserta mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAK yang
telah dilakukan.
1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3
Manfaat
Manfaat Bagi Klien
Sebagai cara untuk meningkatkan kemampuan klien dengan agar mempunyai kemauan
dalam melakukan aktivitas dan merangsang kembali kemampuan klien.
Manfaat Bagi Terapis
Sebagai upaya untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa secara holistic
Sebagai terapi modalitas yang dapat dipilih untuk mengoptimalkan strategi
pelaksanaan dalam implementasi rencana tindakan keperawatan klien
Manfaat Bagi Institusi Pendidkan
Sebagai informasi untuk pihak akademisi, pengelola dan sebagai bahan kepustakaan,
khususnya bagi mahasiswa ilmu keperawatan sebagai aplikasi dari pelayanan Mental
1.3.4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Adanya
perasaan hilang percaya diri , merasa gagal karena karena tidak mampu mencapai
keinginansesuai ideal diri (keliat. 2012). Menurut videbeck (2008) gangguan harga diri rendah
adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara
langsung maupun tidak langsung.
B.Proses Terjadinya Masalah
Lama Konsep diri di definisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
membuat seseorang mengetahui tentang diriya dan mempengaruhi hubungannya dengan
orang lain (Stuart & Sunden, 2006). Konsep diri tidak terbentuk sejak lahir namun dipelajari.
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah penilaian
individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan
ideal diri (Keliat, 2012). Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu
yang berharga dan tidak bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu sering
gagal maka cenderung harga diri rendah.
Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri
diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima
penghargaan dari orang lain.
Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan,
mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain,
perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus
mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti :
Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam. Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalami frustrasi.
D.Penyebab
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara :
Situasional. Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban
perkosaan,
Pada
klien
dituduh
yang
dirawat
KKN,
dapat
terjadi
dipenjara
harga
diri
rendah,
tiba-tiba).
karena
E.Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak mampu bergaul
dengan orang
lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi sosial menarik diri adalah
gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu
fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 2000). Tanda dan gejala : Data
Subyektif : Mengungkapkan untuk memulai hubungan/ pembicaraan Mengungkapkan perasaan
malu untuk berhubungan dengan orang lain Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan
oleh orang lain Data Obyektif : Kurang spontan ketika diajak bicara Apatis Ekspresi wajah
kosong
Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak
mata saat berbicara.
III
a. Pohon Masalah
Perubahan proses
pikir : waham
isolasi
keadaannya,
seperti
agresif,
takut,
kebencian,
kompetitif,
kesamaan,
ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik (Yolam, 1995 dalam stuart dan laraia, 2001).
Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota kelompok
member dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi
dalam kelompok.
b. Tujuan dan Fungsi kelompok
Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta
mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptive. Kekuatan kelompok ada pada
konstribusi dari setiap anggota dan pimpinan dalam mencapai tujuannya. Kelompok
berfungsi sebagai tempat berbagai pengalaman dan saling membantu satu sama lain,
untuk menemukan cara menyelesaikan masalah. Kelompok merupakan laboratorium
tempat untuk mencoba dan menemukan hubungan interpersonal yang baik, serta
mengembangkan perilaku yang adaptif. Anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan
dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain.
c. Jenis terapi kelompok
1. Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam
rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu.
Focus terapi kelompok adalah adalah membuat sadar diri (self-awareness),
peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya.
2. Kelompok terapeutik
Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik krisis,
tumbuh kembang, atau penyesuaian social, misalnya, kelompok wanita hamil
yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan dan penyakit terminal. Banyak
kelompok terapeutik yang dikembangkan menjadi self-help-group. Tujuan dari
kelompok ini adalah sebagai berikut :
a) Mencegah masalah kesehatan
b) Mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok
c) Mengingatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok saling
membantu dalam menyelesaikan masalah
3. Terapi Aktivitas Kelompok
TAK adalah manual, rekreasi dan teknik kreatif untuk menfasilitasi
seseorang serta meningkatkan respon social dan harga diri.Aktivitas yang
digunakan sebagai terapi didalam kelompok yaitu membaca puisi, eni, music,
menari, dan literature.Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi empat yaitu terapi
aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi
sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi realita.
Terapi
aktivitas
kelompok
stimulasi
kognitif/persepsi
melatih
BAB III
PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI
3.1
3.2
TUGAS DAN WEWENANG
1. Tugas Leader dan Co-leader
- Memimpin acara : menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan
- Menjjelaskan peraturan dan membuat kontak dengan klien
- Memberikan motivasi kepada klien
- Mengarahkan acara dalam pencapaian tujuan
- Memberikan reinforcemen positif terhadap klien
2. Tugas fasilitator
- Ikut serta dalam kegiatan kelompok
- Memastikan lingkungan dan situasi aman dan kondusif bagi klien
- Menghindarkan klien dari distraksi selama kegiatan berlangsung
- Memberikan stimulus/motivasi pada klien lain untuk berpartisipasi aktif
- Memberikan reinforcemen terhadap keberhasilan klien lainnya
- Membantu melakukan evaluasi hasil
3. Tugas Klien
- Mengikuti seluruh kegiatan
- Berperan aktif dalam kegiatan
- Mengikuti proses evaluasi
3.3
PERATURAN KEGIATAN
1. Klien diharapkan mengikuti seluruh acara dari awal hingga akhir
2. Klien dilarang meninggalkan ruangan bila acara belum selesai dilaksanakan
3. Klien yang tidak mematuhi peraturan akan diberi sanksi: peringatan lisan atau
dihukum menyanyi, menari, atau menggambar.
3.4
TEKNIK PELAKSANAAN
Waktu
Tempat
Terapis
: 45 menit
:
:
1. Leader
2. Fasilitator 1
3. Fasilitator 2
4. Observer
A. Tujuan
B. Sasaran
1. Kooperatif
2. Tidak terpasang restrain
C. Nama Klien
Anang
Mubin
Sumini
D. Setting
E. MAP
K
O
F
K
Keterangan :
L : Leader
O : Observer
F : Fasilitator
K : Klien
F. Alat
Kain
Karet
Kancing
Kaos polos
Pewarna (wenter)
G. Metode
Dinamika kelompok
Diskusi dan tanya jawab
H. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Membuat kontrak dengan klien tentang TAK
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien.
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan masalah yang dirasakan.
3) Menanyakan penerapan TAK yang lalu.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu membaca cerita dan menentukan isi cerita.
2) Menjelaskan aturan main berikut:
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
- Lama kegiatan 45 menit.
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Pastikan kain dalam kondisi bersih;
b. Membuat bentuk/desain motif dengan mengikat Kelereng, Uang koin, atau Batu pada beberapa
bagian kain menggunakan karet secara kencang dan bervariatif;
e. Tambahkan garam dua sendok makan dan cuka secukupnya disertai dengan mengaduk larutan
hingga merata;
f. Basahi kain yang telah diikati dan dibuat motif dengan air bersih;
g. Celupkan kain tersebut pada cairan warna. Bila menginginkan satu warna, celupkan seluruh
bagian kain dalam larutan pewarna yang mendidih.
h. Aduk dalam waktu 20-30 menit agar warna merata dan merekat kuat;
i. Bila menginginkan warna lain, langkah pada no. 6 (enam) hanya mencelupkan sebagian pada
cairan pewarna pertama dan mencelupkan kain yang belum terkena warna pada cairan pewarna
lainnya.
Nama Klien
b. Kemampuan nonverbal
No
.
1.
2.
3.
Nama Klien
4.
Petunjuk:
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda (+) jika ditemukan pada
klien atau (-) jika tidak ditemukan.
Dokumentasikan kemampuan yang dinilai klien saat TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Contoh catatan: klien mengikuti TAK stimulasi Sensori, klien mampu menghasilkan
kreasi dari stik es krim dan memberi tanggapan terhadap pendapat klien lain serta mengikuti
sampai selesai, anjurkan klien membuat kreasi dari es krim (buat jadwal).
Perseptor Klinik
NIP. 198009142005022001
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Veteran Malang 65145
Telp. (0341) 551611 Pes. 213.214; 569117, 567192 Fax (62)(0341) 564755
e-mail: sekr.fk@ub.ac.id
http:fk.ub.ac.id
Nomor
Lamp.
Hal
;
:: Undangan Terapi Aktivitas Kelompok
Kepada
: Yth.
di Tempat
:
:
:
:
: Terapi Aktivitas Kelompok
Hari/Tanggal
Pukul
Tempat
Pengisi Acara
Jumlah Peserta
:
:
Kronologis Acara :
Pertanyaan
Evaluasi
Saran
Bantur,
Agustus 2016
Mahasiswa
Hari/ Tanggal
Waktu
Lokasi
NO.
NAMA PESERTA
TANDA TANGAN
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, A.Y.S. 1999. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Anak dan Remaja,
Widya Medika, Jakarta.
Hendriani, Wiwin, Hadariyati, Ratih dan Sakti, Tirta Malia. Penerimaan Keluarga terhadap
Individu yang Mengalami Keterbelakangan Mental. Insan Vol.8 No.2, 2006.
Hurlock, E. 1998. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan SEpanjang Rentang Kehidupan,
Edisi 5, Erlangga, Jakarta.
Hyun Sung Lim and Jae Won Lee. Parenting Stress and Depression among Mothers of Children
with Mental Retardation in South Korea: An Examination of Moderating and Mediating
Effects of Social Support. Pacific Science Review, 2007; 9 (2): 150-159.
Mulya, Lara Asih. 2011. Tunagrahita/Retardasi Mental: Klasifikasi Anak Tunagrahita, (Online),
s(http://tunagrahita.com/2011/04/klasifikasi-anak-tunagrahita/, diakses 10 Agustus 2011).
Mulya , Lara Asih. 2011. Tunagrahita/Retardasi Mental: Peran Terapi Permainan Untuk Anak
Tunagrahita,
(Online),
(http://tunagrahita.com/2011/04/terapi-permainan-untuk-
in
India,
(Online),
(http://www.dinf.ne.jp/doc/english/asia/resource/apdrj/z13jo0100/z13jo0108.html,
diakses pada 20 Agustus 2011).
Rasmun. 2004. Stress, Koping, dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah Keperawatan, Sagung
Seto, Jakarta.
Stuart, Gail and Laraia, M. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8th edition,
Mosby, St. Louis.
Stuart & Sundeen. 1995. Principles an Practice of Psychiatric Nursing, fifth edition, Mosby,
St.Louis.