Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

ANATOMI
Fistula rectovagina merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya hubungan yang
tidak normal antara vagina dan rectum1
Berkut ini anatomi rectum dan vagina.
Gambar 1.

Vagina merupakan organ kopulasi wanita; berperan sebagai saluran eksresi uterus
dan merupakan bagian dari jalan lahir. Vagina terbentang di atas dan belakang vulva. Panjang
dinding vagina sekitar 8 cm dan mempunyai dinding anterior dan posterior yang dalam
keadaan normal aposisi.
Adapun batas-batas dari vagina antara lain 2:
Anterior : berbatasan dengan vesica urinaria dan di bagian bawah berbatasan dengan uretra
Posterior : sepertiga atas dibatasi dengan excavation rectouterina atau cavum douglas dan
sepertiga tengah berbatasan dengan ampula rectum. Sepertiga bawah dibatasi oleh corpus
perineal yang dipisahkan dari canalis analis.
Rectum merupakan suatu organ yang berbentuk tabung dengan panjang sekitar 12-15
cm. Batas proksimal dan distal dari rectum masih diperdebatkan.
Adapun batas distal dari anus menurut ahli bedah adalah cincin musculus anorectal dan linea
dentata secara anatomis
Pada bagian posterior rectum terbentang pembuluh darah sacralis media dan serabut saraf
nervus sacralis.
Pada bagian anterior pada wanita, rectum berbatasan dengan cervix uterina dan dinding
posterior vagina. Pada laki-laki rectum terletak di belakang vesica urinaria, vas deferens,
vesicula seminalis dan prostat
Septum rectovaginal adalah septum tipis yang memisahkan dinding rektum anterior dan
posterior dinding vagina. Di sebelah caudal septum terdapat perineum. Sfingter anus terletak
di bagian posterior tubuh perineum. Otot transverses perinei melintasi dan sering digunakan
dalam repair rectovaginal anal fistula dan sphincteroplasty 3.

Dari anatomi di atas kita dapat mengetahui letak dan hubungan diantar rectum dan
vagina.

BAB II
ISI

I. DEFINISI
Fistula rectovagina merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya hubungan yang
tidak normal antara vagina dan rectum atau anal canal proksimal dari linea dentata 1
Kondisi yang paling sering menyebabkan terjadinya fistula rectovagina adalah trauma,
khususnya trauma obstetrik. Venkatesh dkk

mempelajari insiden yang timbul dari

persalinan pervaginam terjadi pada 20500 perempuan 2.


Di samping penyebab yang berkaitan dengan kasus obstetrik, faktor penyebab lain
yang berkaitan terhadap timbulnya fistula rectovagina dapat berupa penyakit Crohn,
divertikulitis, penyakit kriptoglanduler, trauma benda asing, tindakan operasi berupa
extirpasi tumor rectal serta keganasan pada daerah rectum, cervix atau vagina 1,3.
II. KLASIFIKASI2
Penyebab dan lokasi dari fistula rectovagina akan menentukan pilihan terrapi yang
akan kita ambil. Keterilbatan jaringan di sekitar fistula tersebut oleh proses penyakit akan
semakin memperkecil pilihan terapi tersebut yaitu tindakan operasi 4.

1.

Fistula rectovagina diklasifikasikan menjadi tiga , yaitu:


Fistula Rectovagina Letak rendah
Daerah rectum yang terbuka dekat dengan perbatasan linea dentate dan daerah

vagina pada sepertiga distal atau dekat dengan fourcette.

Fistula letak rendah ini umumnya disebabkan oleh trauma obstetrik maupun trauma
akibat benda asing. Pada trauma obstetrik biasanya memerlukan waktu penyembuhan
sekitar tiga bulan. Dalam waktu tiga bulan tersebut diharapkan proses inflamasi akan
mereda, proses repair dan penutupan fistula ini diharapkan akan terjadi penyembuhan
secara spontan. Fistula letak rendah ini biasanya tampak dengan mata telanjang atau
pemeriksaan dengan menggunakan anoskopi. Pada saat kita kesulitan dalam
mengidentifikasi fistula tersebut maka kita akan memasukkan alat, pada saat melakukan
hal tersebut kita harus berhati-hati dan tetap memperhatikan tonus serta kontraktilitas otototot di atas fistula tersebut1
2.

Fistula rectovagina Pertengahan (midrectal)


Fistula terletak antara pertengahan cervix dan rectum. Fistula jenis ini umumnya

disebabkan oleh beberapa kasus trauma obstetrik dan juga timbul sebagai akibat
komplikasi dari suatu tindakan pembedahan misalnya, setelah reseksi dari neoplasma
pada pertengahan anus, trauma akibat radiasi, penyakit Crohn,ataupun akibat abses yang
menumpuk. Fistula midvaginal ini lebih mudah untuk dilihat, umumnya pada saat kita
melakukan pemeriksaan dengan memasukkan alat dari vagina ke rectum
3.

Fistula rectovagina letak tinggi


Fistula terletak antara batas atas cervix dengan rectum. Fistula rectovagina letak tinggi

ini umumnya timbul sebagai akibat komplikasi dari tindakan pembedahan dan trauma
akibat radiasi.
Selain hal di atas diverticulitis dan Penyakit crohns bisa menimbulkan kelainan ini
pada semua tingkatan, baik fistula colovaginal dan fistula enterovaginal. fistula ini jug dapat
timbul sebagai akibat komplikasi dari anastomosis yang gagal atau trauma staple pada
tindakan low anterior resection. Fistula jenis ini agak sukar untuk didiagnosis, terlebih lagi
jika fistula yang ditimbulkannya kecil 4.
Jadi, secara garis besar haruslah dibedakan apakah kelainan yang mendasari
timbulnya fistula rectovagina ini merupakan kelainan dalam bidang obstretrik atau yang
dikenal dengan istilah fistula obstetrik atau fistula yang timbul sebagai akibat dari penyakit,
trauma, ataupun komplikasi dari suatu tindakan operasi.

Secara simtomatis gejala-gejala yang ditimbulkan dari fistula rectovagina ini


seringkali menyebabkan timbulnya penderitaan emosional serta ketidaknyamanan fisik bagi
penderita dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Beberapa dari fistula rectovagina ini
mungkin akan menutup dengan sendirinya, tetapi sebagian besar memerlukan tindakan
pembedahan5.
III. PENYEBAB6,7
III.1. Trauma saat melahirkan
Trauma setelah melahirkan terutama persalinan per vaginam merupakan
penyebab tersering timbulnya fistula rectovagina. Proses perlukaan baik fisiologi
ataupun akibat dari suatu tindakan episiotomi pada saat persalinan atau cedera
obstetrik merupakan penyebab tersering dari timbulnya fistula rectovagina. Disamping
itu cedera yang timbul juga dapat disebabkan oleh proses persalinan yang lama,
tindakan pada saat persalinan, atau juga akibat suatu proses infeksi.
III.2. Crohns disease
Crohns disease atau penyakit radang usus merupakan penyebab tersering
kedua terhadap timbulnya fistula rectovagina. Dikatakan sekitar 9 persen wanita
dengan Crohns disease akan berkembang menjadi fistula rectovagina 4.
Penyakit Crohn atau enteritis regional merupakan suatu keadaan dimana terjadi
peradangan pada saluran pencernaan yang mengenai keseluruhan tebal (transmural)
dinding usus. Penyakit ini bersifat menahun dengan etiologi yang tidak diketahui
namun dewasa ini diduga terdapat keterlibatan proses infeksi dan imunologi yang
mendasari terhadap timbulnya penyakit ini. Penyakit ini tersering mengenai usus halus
dan colon5.
Perjalanan penyakit ini berlangsung lambat, mula-mula penderita mengalami
enteritis regional menahun yang lambat laun diikuti dengan keluhan nyeri abdomen,
diare, penurunan berat badan, demam, anemia, dan lesi pada anus berupa ulkus
longitudinal, fissura ataupun gambaran coblestone pada mucosa usus yang salah satu
komplikasi yang dapat terjadi adalah fistula rectovagina.

Eradikasi penyakit ini meliputi asupan gizi yang adekuat, penatalaksanaan diare,
pemberian analgetik jika tidak terdapat tanda-tanda obstruksi serta terapi
pembedahan merupakan pilihan terakhir bagi kegagalan penatalaksanaan medis
ataupun untuk mengobati komplikasi.
III.3. Komplikasi setelah tindakan operasi
Tindakan operasi ternyata mempunyai peranan penting terhadap timbulnya suatu
fistula rectovagina. Tindakan operasi pada daerah rectum atau anus atau vagina dan
perineum yang tidak hati-hati dapat menimbulkan suatu keadaan fistula rectovagina
III.4.Karsinoma
Timbulnya massa yang abnormal pada daerah rectum, cervix, vagina, dan daerah
genitalia lainnya dapat menyebabkan timbulnya fistula rectovagina. Massa yang
abnormal tersebut akan menekan dan merusak jaringan normal di sekitar rectum dan
vagina sehingga pada akhirnya didapatkan hubungan yang abnormal antara rectum
dan vagina.
III.5. Radioterapi atau radiasi pada daerah pelvis
Terapi radiasi untuk kanker pada daerah pelvis juga dapat membuat untuk
timbulnya fistula rectovagina. Trauma radiasi ini dapat mempengaruhi dan mengubah
struktur jaringan yang sehat dalam hal ini radiasi di daerah pelvis. Fistula ini biasanya
muncul dalam tahun kedua perawatan. Keluhan yang mungkin timbul dalam masa itu
antara lain nyeri pada anus`dan dubur, diare disertai dengan darah.
III.6. Penyebab lainnya
Hal-hal lain yang mungkin dapat menimbulkan fistula rectovagina, yaitu infeksi
pada anus dan dubur, trauma pada vagina, diverticulitis.
IV. DIAGNOSIS
IV.1. ANAMNESIS
Simtom dan sign yang umumnya disampaikan dan dijumpai pada penderita ini
bervariasi berdasarkan pada ukuran dan lokasi fistula serta faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Simtom dan sign tersebut antara lain8:


Keluarnya tinja, flatus, atau nanah dari vagina
Kebanyakan penderita akan mengalami inkontinensia alvi
Bau busuk dari vagina
Infeksi saluran kemihh dan vagina yang berulang atau vaginitis
Iritasi pada daerah sekitar vulva, vagina, perineum dan anus
Dispareuni atau rasa nyeri yang dirasakan selama aktivitas seksual
Urgent atau inability to control bowel movement
Kebocoran urin ke dalam vagina apabila terdapatnya komplikasi lainnya,
misalnya fistula vesicovagina

IV. 2. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik yang rutin dilakukan pada penyakit ini meliputi pemeriksaan
inspeksi pada daerah rectum dan vagina serta pemeriksaan colok dubur . Umumnya
penderita dalam posisi litotomi dan dengan menggunakan pemeriksaan colok dubur.
Dapat juga penderita dalam posisi tredelenberg dan pemeriksaan menggunakan air
hangat atau menggunakan methhylen blue. Pemeriksaan yang menyeluruh pada
kedua daerah tersebut akan memberikan gambaran mengenai lokasi mengenai
hubungan abnormal diantara kedua organ tersebut serta tindakan yang dapat diambil
dalam menatalaksanai kasus tersebut.
IV.3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
IV.3.1.Water and blue staining test8
Penderita dalam posisi tredelenberg, vagina diisi dengan air hangat dan
rectum diisi dengan udara untuk mencari fistula. Udara yang lewat dari rektum melalui
fistula akan membentuk gelembung gelembung udara di sisi vagina. Tes lain adalah
dengan menggunakan methylen blue dengan cara menempatkan tampon ke dalam
vagina lalu menyemprotkan cairan methylen blue dari rectum, penilaian dilakukan
dalam satu jam kemudian. Bila terdapat warna biru pada tampon tersebut bera rti
terdapat fistula diantara keduanya.
IV.3.2. Pemeriksaan dengan kontras
Berdasarkan letak fistula, diperlukan tindakan evaluasi colon proksimal
sebelum dilakukannya tindakan definitif. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara

lain kolonoskopi dan pemeriksaan dengan menggunakan barium enema. Tes ini
menggunakan bahan kontras untuk menunjukkan letak defek pada vagina dan rectum
pada foto sinar-X. mungkin djumpai kesukaran untuk mengenali fistula yang berada
diatas dengan menggunakan endoskopi. Kontras mungkin dapat keluar lewat vagina.
Untuk mengatasi kondisi ini kombinasi penggunaan instumen dan kateter foley akan
lebih mudah memfasilitasi evaluasi ini.
IV.3.3.CT SCAN
CT scan merupakan suatu pemeriksaa dengan teknik khusus sinar-X yang
memberikan gambaran yang lebih detail dibandingkan dengan sinar-X CT scan
abdomen dan pelvis akan sangat membantu dalam menemukan sebuah fistula dan
menentukan penyebabnya.
IV.3.4.MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan tes yang menggunakan
medan magnet dan gelombang radio untuk menciptakan jaringan lunak dari tubuh
kita. MRI bisa menunjukkan lokasi fistula serta keterlibatan organ sekitar panggul atau
mungkin adanya tumor di daerah tersebut.
IV.3.5. Anorectal ultrasound
Prosedur ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar
pada daerah

anus dan rektum. Yee dkk melaporkan pengalaman mereka

menggunakan anorectal ultrasound dalam mengidentifikasi fistula rectovagina ebagai


salah satu prosedur preoperatif, mereka melaporkan bahwa ultrasound non-kontras
tidak begitu memberikan manfaat untuk evaluasi, namun mereka pemeriksaan ini
direkomendasikan untuk menilai defek pada sfincter ani. Yang mungkin disebabkan
oleh trauma sehingga dibutuhkan tindakan rekonstruksi pada sfincter ani 6,8.
IV.3.6. Anorectal manometri
Pada pemeriksaan ini dimasukkan tabung fleksibel ke dalam anus dan rectum
dengan balon pada sisi lain dari tabung tersebut, kemudian balon tersebut akan
mengembang. Tes ini ditujukan untuk menilai sensitivitas dan fungsi dari rectum serta
dapat memberikan informasi yang bermanfaat apakah fistula tersebut disebabkan oleh

Crohns disease atau akibat radiasi.. Tes ini memang tidak menemukan letak fistula
tetapi dapat membantu dengan perencanaan perbaikan kondisi pasien.
V. TERAPI1.4.5.7.8
Penatalaksanaan dari fistula rectovagina tergantung pada ukuran, lokasi,
etiologi atau kondisi di sekitar daerah fistula tersebut. Dikarenakan hampir 50%
penyebab timbulnya fistula ini adalah trauma obstetric akibat proses persalinan
pervaginam, maka perbaikan harus menunggu waktu tiga sampai enam bulan untuk
dapat dilakukannya repair pada penderita tersebut. Jika fistula tersebut timbul akibat
abses kriptoglandular, maka dapat dilakukan tindakan drainase yang diikuti dengan
penutupan luka secara spontan.
Pada fistula rectovagina letak tinggi umumnya ditatalaksanai dengan
pendekatan transabdominal dan reseksi usus bila fistula ini muncul akibat penyakit
colon atau rectum. Jika fistula terjadi setelah tindakan histerektomi, adalah penting
untuk memisahkan segmen usus dan vagina, menutup defek, interpose omentum, flap
peritoneal atau fascia. Pada fistula rectovagina letak tinggi umumnya ditatalaksanai
dengan pendekatan transabdominal dan reseksi usus
Penyembuhan spontan sangat jarang terjadi pada fistula rectovagina yang
ditimbulkan oleh penyakit Crohns, trauma radiasi ataupun proses keganasan . Pada
penyakit Crohns terapi diberikan dengan melakukan drainase yang adekuat pada
daerah perianal serta asupan gizi yang cukup bagi penderita tersebut. Flap endorectal
mungkin dibutuhkan untuk jika terdapat celah yang besar pada rectum akibat dari
penyakit Crohn yang aktif.
Fistula yang ditimbulkan karena suatu keadaan malignansi harus diterapi
dengan melakukan reseksi pada tumor. Oleh karena dijumpai perbedaan kerusakan
yang ditimbulkan akibat radiasi dan proses keganasan ini, maka semua fistula yang
ditimbulkan akibat radiasi haruslah dibiopsi sebagaimana perlakuan rutin yang
dikerjakan pada fistula yang disebabkan oleh kanker.

V.1. PILIHAN TERAPI PEMBEDAHAN


Berikut pilihan operasi untuk fistula rectovagina:
1. Perineal
- Simple fistulotomy
- Fistulotomi dengan repair otot
- Anoplasty interposisi (eq: flap bulbocavernosus-labial atau Flap Martius)
2. Transanal
- Layers repair
- Layers repair dengan sliding flap
Dinding rectum anterior
Sfincter internal
3.
Transsfincter (Mason)
4. Transvaginal
- Layers repair
Dengan flap vaginal sliding (Warren)
Dengan interposisi
5. Abdominal
Simple closure
Dengan interposisi
- Reseksi (low anterior,pull-through, abdominosacral, coloanal)
Dengan interposisi
6. Colostomy

V.2.TEKNIK OPERASI3,5
V.2.1. Teknik repair fistula rectovaginal letak rendah
Tujuan utama dari repair fistula letak rendah ini adalah untuk menutup defek
pada rectum meskipun fistula berasal dari vagina dan umumnya disebabkan oleh
trauma dari jalan lahir. Pada fistula letak rendah ini pilihan utama adalah dengan tetap
mengharapkan penyembuhan secara spontan pada daerah perlukaan tersebut.
Sebagian besar ahli bedah dan ahli ginekologi lebih suka melakukan repair
fistula rectovagina dengan menggunakan pendekatan transvaginal. Hal ini tidak
direkomendasikan karena tekanan yang paling tinggi justru berasal dari daerah

rectum. Jika fistula anorectal dan fistula rectovagina leta rndah terjadi akibat trauma
jalan lahir maka dianjurkan untuk melakukan operasi perineal dengan tindakan
anoplasty dan sfincteroplasty.
Ahli bedah umum dan subspesialis bedah digestif belakangan ini lebih sering
menggunakan teknik endorectal advancement flap untuk merepair daerah anal dan
fistula rectovaginal letak rendah. Secara garis besar prinsipnya hampir sama dengan
penatalaksanaan pada fistula in ano. Teknik ini lebih berhasil pada fistula rectovagina
daripada fistula anovagina. Berman dkk mengatakan bahwa teknik ini biasa digunakan
pada fistula rectovagina dan fistula anorektal yang bermasalah5. Teknik ini dipercaya
lebih memberikan manfaat pada individu dengan fistula yang cukup luas pada anal
dan dinding rectum atau penderita dengan multipel defek pada bagian dalam rectum
maupun anus
V.2.2. Teknik repair fistula midrectal
Fistula midrectal atau midvaginal merupakan tipe tersulit dari fistula ginekologi
ataupun fistula intestinal. Umumnya jenis fistula ini timbul sebagai akibat dari adanya
tumor penyakit Crohns trauma radiasi dan trauma dalam arti luas. Jarang terjadi
penyembuhan sekunder pada fistula tipe kedua ini. Fistula pada bagian ini akan
melibatkan mekanisme sphincter. Terapi medical yang agresif dan terapi control
pembedahan terhadap sepsis perianal diperlukan untuk untuk mengontrol mekanisme
sphincter. Dikatakan bahwa meskipun fistula pada bagian ini dapat ditutup secara
sempurna namun resiko timbulnya break pada jahitan dan inkontinensia alvi tetap
tergantung di tangan ahli bedah itu sendiri.
Salah satu permasalahan pada pasien dengan penyakit Crohns adalah
penatalaksanaan fistula rectovagina. Pada St Marks hospital dilaporkan bahwa satu
dari sepuluh wanita dengan penyakit ini akan berkembang menjadi fistula rectovagina
dengan persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak
menderta penyakit Crohns.dimana fistula rectovagina lebih sering dikaitan dengan
Colitis granulomatous dibandingkan dengan penyakit pada usus halus.. Pasien
dengan penyakit berat yang mendasarinya yang tidak memberikan respon yang baik

terhadap terapi lokal dapat dilakukan tindakan diversi colostomy

yang bersifat

sementara. Pada kerusakan yang luas di daerah rectum dan sphincter, maka tindakan
yang dapat diambil untuk menangani komplikasi ini adalah dengan menggunakan
teknik diversi atau proctectomy dengan atau tanpa perlindungan terhadap sfincter anal
dan rectum. Intervensi tindakan bedah yang segera dan tindakan konservatif drainase
atau diversi mungkin dapat menunda kita untuk sampai ke tindakan proktektomi ini.
Flap endorectal merupakan pilihan tindakan definitif yang harus dipertimbangkan oleh
ahli bedah dalam menangani fistula ini 3,7.
V.2.3. Teknik repair fistula rectovagina letak tinggi
Fistula rectovagina jenis ini biasanya timbul sebagai akibat dari penyakit
Crohn, diverticulitis, trauma akibat tindakan operasi, keganasan, dan radiasi. Pilihan
terapi terbaik dalam menangani fistula jenis ini adalah dengan menggunakan
pendekatan transabdominal. Tindakan ini biasanya diikuti dengan reseksi pada organ
yang menyebabkan timbulnya fistula ini.
V.2.4. Simple Closure atau Advancement flap
Teknik operasi ini dapat dilakukan secra transvaginal, namun pendekatan
transanal dan transcoccygeal lebih disarankan untuk dilakukan.
V.2.4. Repair transcoccygeal
Teknik repair transcoccygeal atau transsacral merupaka alternatif lain yang
dapat dilakukan. Manajemen yang digunakan dalam teknik ini sama dengan ketika
kita menatalaksanai tumor rectum. Teknik ini dikatakan akan sangat bermanfaat dalam
penutupan fistula rectouretra.
V.2.5.Penggunaan lem fibrin
Penggunaan lem fibrin untuk menutup luka telah sering dilakukan pada akhirakhir ini. Penggunaan lem fibrin ini lebih disukai pada penatalaksaan fistula in ano
angka kegagalan pada penggunaan lem fibrin ini pada fistula rectovagina masih
sangat tinggi. Hal ini dapat dikarenakan saluran tersebut sangat pendek untuk dapat
ditutup dengan bahan ini

BAB III
PENUTUP
Fistula rectovagina merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya hubungan yang
tidak normal antara vagina dan rectum atau anal canal proksimal dari linea dentata 1
Fistula rectovagina diklasifikasikan menjadi tiga , yaitu:
1. Anal, dan Fistula Rectovagina Letak rendah
2. Fistula rectovagina Pertengahan (midrectal)
3. Fistula rectovagina letak tinggi
Penyebab tersering dari timbulnya fistula rectovagina adalah trauma jalan lahir atau
trauma obstetrik, penyakit Crohns, tumor, radiasi diverticulitis serta sebab lainnya.
Simtom dan sign yang umumnya disampaikan dan dijumpai pada penderita ini
bervariasi berdasarkan pada ukuran dan lokasi fistula serta faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya.
Pemerksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain water and blue staining
test, pemeriksaan dengan menggunakan kontras, CT SCAN, MRI, anorectal ultrasound dan
anorectal manometri
Berbagai mana pilihan terapi operatif pada penatalaksanaan fistula rectovagina ini
pilihan terapi ini tergantung dari lokasi defek dari fistula itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
1. Corman, L Marvin. Colon and Rectal Surgery. Fifth edision. 2005. USA : Lippincott
Williams & Wilkins.
2. Snell,S Richard. Anatomi Klinik. Edisi 3. 1998. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran
3. Bunicardi, F Charles.Schwartzs Principal of Surgery. Eight edision.2003. Newyork: Lange
Medical Books/Mc Graw Hill
4. Doherty M Gerard, current Surgical Diagnosis and Treatment. Twelfth edition. 2006.
Newyork : Lange Medical Books/ Mc Graw Hill.
5. Sabiston, C David. Buku Ajar Bedah. Edisi 1. 1995. Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran
6. Zinner, J Michael. Maingots Abdominal Operation. Eleventh edision.1998. Newyork :
Lange Medical Books/Mc Graw Hill
7. Anonymous. http://en.wikipedia.org/wiki/Rectovaginal_fistula
8. Anonymous. http://cat.inist.fr/?aModele=afficheN&cpsidt=21300775
9. Anonymous. http;//www.mayoclinic.org.rectovaginal fistula

Refrat

FISTULA RECTOVAGINA

Oleh
Dr. YUSTINA
oleh
Dr. YUSTINA
Pembimbing

Dr. SARUP SINGH. Sp.B, KBD


DR. Dr. ALSEN ARLAN, Sp. B, KBD
Dr. EFMAN U MANAWAN,Sp.B, KBD
DEPARTEMEN BEDAH
RUMAH SAKIT Dr. MOEHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2010

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
Anatomi ........................................................................................................ 1
BAB II ISI ................................................................................................................ 3
I. DEFINISI ................................................................................................. 3
II. KLASIFIKASI ........................................................................................... 3
III. PENYEBAB ............................................................................................. 5
IV. DIAGNOSIS ............................................................................................ 7
V. TERAPI .................................................................................................. 10
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 16

Anda mungkin juga menyukai