Pendahuluan
Pasca Perang Dingin ancaman perang konvensional di mana dua kekuatan
militer yang relatif seimbang berperang secara terbuka, semakin berkurang. Salah
satu penyebabnya adalah para pembuat keputusan di negara-negara yang bertikai
akan berpikir berkali-kali sebelum memutuskan berperang secara konvensional.
Sehingga konflik antar negara semakin berkurang jumlahnya. Yang sekarang banyak
terjadi adalah perang antara negara dengan “non-state actors” atau sering
diistilahkan “teroris” atau “insurgence”. Yang terjadi adalah negara dengan militer
yang kuat yang menduduki satu wilayah harus menghadapi hantu perlawanan dari
bawah tanah yang melancarkan perang gerilya. Perang seperti ini jika dilakukan
dalam waktu yang cukup lama bisa mematahkan semangat penguasa pendudukan.
Sampai sekarang perang gerilya masih dilancarkan di Ukraina, Gaza (Palestina),
Suriah, Kurdistan Turki, dll. Perang gerilya justru sekarang adalah peperangan yang
banyak digunakan. Itu makanya pasukan khusus dengan perang non-konvensional
juga semakin dibutuhkan. 1 Oleh karena itu, harapannya strategi Perang Gerilya lebih
menekankan pada perang asimetris. Gerilyawan akan fokus pada peperangan
asimetris, yang berarti menggunakan taktik yang tidak konvensional untuk melawan
musuh yang lebih kuat. Ini bisa termasuk serangan terhadap infrastruktur,
pembunuhan, dan perang psikologis. Namun kenyataannya, d i era modern,
gerilyawan memiliki akses ke teknologi baru yang dapat membuat operasinya lebih
efektif. Misalnya, mereka dapat menggunakan drone untuk melakukan serangan,
komunikasi terenkripsi untuk mengoordinasikan aktivitas mereka, dan media sosial
untuk menyebarkan propaganda. Namun, teknologi yang sama juga dapat digunakan
oleh pemerintah khususnya TNI untuk melacak dan menargetkan gerilyawan.
Akibatnya, perang gerilya menjadi semakin sulit digunakan. Namun, ini masih
merupakan taktik yang sangat efektif, dan kemungkinan besar akan terus digunakan
di masa mendatang.
Berdasarkan latar belakang di atas terkait dengan Strategi Perang Gerilya di
Era Modern yang dimiliki TNI , maka dapat penulis ambil identifikasi persoalan yaitu
1
https://id.quora.com/Apakah-perang-gerilya-masih-mungkin-dilakukan-di-era-modern-ini, Diakses :
15/07/2023.
2
pembuatan esai ini bersifat deskriptif analisa dengan menggambarkan kondisi yang
ada didasarkan pada pendekatan studi kepustakaan. Adapun nilai guna yang dapat
diambil dari penulisan esai ini adalah dapat memberikan pengalaman pribadi dalam
melakukan analisa terhadap strategi Strategi Perang Gerilya di Era Modern yang
dimiliki TNI serta perkembangan Generasi Perang saat Ini. Maksud memberikan
gambaran kepada pembaca terkait data dan fakta, serta strategi/upaya Strategi
Perang Gerilya di era modern saat ini. Adapun tujuan penulisan esai ini untuk
memberikan masukan dan saran kepada pimpinan TNI AD dan pemerintah terkait
dengan upaya menghadapi Strategi Perang Gerilya. Ruang Lingkup pembahasan
penulisan esai ini disusun dengan tata urut: pendahuluan, pembahasan, dan penutup.
Pembahasan
Sebagai bagian dari TNI, tugas pokok TNI AD adalah menegakkan kedaulatan
negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara di darat . Dalam rangka
mendukung tugas pokok tersebut salah satunya dilaksanakan melalui pelaksanaan
tugas TNI matra darat di bidang pertahanan, yaitu dengan melakukan operasi militer
untuk perang (OMP) dan operasi militer selain perang (OMSP). OMP pada dasarnya
dilakukan dengan mengerahkan segenap komponen pertahanan negara, dimana
kekuatan matra darat sebagai komponen utama. Dalam kerangka pertahanan militer,
TNI AD menyelenggarakan perencanaan strategis dan mengimplementasikannya dalam
bentuk gelar kekuatan. Dalam kaitan itu, kekuatan matra darat digelar secara kenyal
guna memenuhi tuntutan strategi pertahanan dan strategi militer, untuk kepentingan
penangkalan maupun penindakan yang dilakukan secara berdiri sendiri maupun terpadu
dengan matra lain. Penggelaran tersebut merupakan implementasi konsep pertahanan
militer berlapis yang mengedepankan upaya penangkalan terhadap ancaman yang
diikuti oleh penindakan apabila musuh militer memasuki wilayah NKRI. Selanjutnya
dikembangkan konsep perang berlarut dengan taktik gerilya apabila musuh berhasil
memasuki dan menguasai seluruh atau sebagian wilayah daratan NKRI. 2
2
Artikel saran dan tanggapan tentang Peran Zeni dalam Perang Gerilya di Era Modernisasi, Diakses
dari:https://www.academia.edu/39705868/PERAN_ZENI_DALAM_PERANG_GERILYA_DI_ERA_MODE
RN pada 15/07/2023.
4
Gerilya adalah prajurit rakyat. Meskipun perang gerilya tidak akan pernah
memenangkan peperangan, karena hanya dengan cara-cara yang offensif dengan
menggunakan pasukan reguler bahwa perang dapat dimenangkan. Oleh karena itu,
penyiapan tentara reguler dengan baik juga sangat diperlukan dalam membangun
kekuatan pertahanan, sehingga terjadi sinergi antar operasi yang dilaksanakan. Untuk
mewujudkan hal tersebut, agar pelaksanaan operasi gerilya dapat dilaksanakan secara
tepat dan berhasil dengan baik, maka perlu disusun penyiapan strategi perang gerilya
yang komprehensif dan melibatkan seluruh komponen pertahanan negara pada tataran
strategis dan operasional termasuk dalam pelaksanaan latihan Bersama yang
melibatkan setiap komponen.
musuh yang lebih kuat. Artinya gerilyawan sering menggunakan serangan tabrak lari,
penyergapan, dan sabotase untuk melemahkan lawan. Mereka juga mengandalkan
dukungan penduduk setempat untuk menyediakan intelijen, perbekalan, dan tempat
berlindung. Salah satu Teori perang gerilya yang paling terkenal adalah The Art of War
karya Sun Tzu. Sun Tzu berpendapat bahwa perang gerilya adalah cara yang sangat
efektif untuk melawan musuh yang lebih kuat. Dia mengatakan bahwa gerilyawan harus
menghindari pertempuran sengit dan sebaliknya fokus pada serangan tabrak lari. Dia
juga mengatakan bahwa gerilyawan harus menggunakan medan untuk keuntungan
mereka dan mereka harus dapat bergerak dengan cepat dan mudah.
Kendala/kelemahan, Perang gerilya adalah bentuk peperangan yang
kompleks dan sulit. Ini memiliki sejumlah kendala dan kelemahan, termasuk : 1)
Kurangnya sumber daya. Gerilyawan seringkali kekurangan sumber daya tentara
reguler. Ini dapat mencakup hal-hal seperti senjata, amunisi, makanan, dan persediaan
medis; 2) Sulit dipertahankan. Perang gerilya adalah bentuk peperangan yang sangat
sulit dipertahankan. Ini membutuhkan banyak tenaga dan sumber daya, dan akan
sangat sulit untuk menjaga momentum dari waktu ke waktu; 3) Ketergantungan pada
penduduk setempat. Gerilyawan bergantung pada dukungan penduduk setempat. Ini
berarti bahwa mereka membutuhkan orang-orang untuk memberi mereka makanan,
tempat tinggal, dan kecerdasan. Jika rakyat kehilangan dukungan terhadap
gerilyawan, gerakan itu bisa runtuh; 4) Kerentanan terhadap tindakan keras
pemerintah. Gerilyawan rentan terhadap tindakan keras pemerintah. Jika pemerintah
mampu mengidentifikasi dan menargetkan para gerilyawan, mereka bisa dikalahkan;
5) Sulit untuk mencapai tujuan politik. Perang gerilya bisa menjadi cara yang efektif
untuk melemahkan musuh, tetapi seringkali sulit untuk mencapai tujuan politik melalui
perang gerilya. Ini karena perang gerilya bisa sangat mengganggu dan merusak, dan
bisa mengasingkan orang-orang yang coba ditaklukkan oleh para gerilyawan.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala / kelemahan dalam
mengoptimalkan perang gerilya merupakan cara perang yang mengandung
kompleksitas rumit karena dilaksanakan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan,
sehingga semua unsur yang terlibat harus disiplin dalam mematuhi pokok-pokok
operasi : 1) Menggunakan teknologi. Gerilyawan semakin menggunakan teknologi
untuk keuntungan mereka. Ini termasuk hal-hal seperti drone, komunikasi terenkripsi,
dan media sosial. Teknologi dapat membantu gerilyawan berkomunikasi lebih efektif,
mengoordinasikan operasi mereka, dan mengumpulkan intelijen; 2) Membangun
6
Bagaimana perang Gerilya modern saat ini ? Karena Gerilya adalah salah
satu strategi perang perjuangan dalam rangka merebut dan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Berdasarkan sejarahnya, perang ini termasuk
perlawanan perang yang dilakukan secara berpindah-pindah, sembunyi-
sembunyi, penuh sabotase, namun tetap fokus dan efektif ?
Data dan fakta, 1) Perang gerilya masih digunakan sampai sekarang dalam
sejumlah konflik di seluruh dunia. Beberapa contoh yang paling menonjol termasuk
konflik yang sedang berlangsung di Suriah, perang di Afghanistan, dan konflik di
Republik Demokratik Kongo; 2) Perang gerilya sering digunakan oleh kekuatan yang
lebih lemah melawan kekuatan yang lebih kuat. Ini karena perang gerilya bisa
menjadi cara yang efektif untuk melemahkan musuh yang lebih kuat dan meraih
kemenangan tanpa harus mengalahkan mereka dalam pertempuran tradisional; 3)
Perang gerilya sering ditandai dengan penggunaan kejutan dan mobilitas. Pasukan
gerilya sering menyerang kapan dan di mana musuh paling tidak menduganya, dan
mereka mampu bergerak cepat dan mudah melalui daerah konflik; 4) Perang gerilya
bisa menjadi cara yang sangat efektif untuk mencapai tujuan politik. Dengan
menyerang infrastruktur musuh dan mengganggu operasinya, pasukan gerilya dapat
memaksa musuh untuk membuat konsesi atau mundur dari konflik sama sekali.
Dari data/fakta di atas harapan perang gerilya modern saat ini menjadi tidak
pasti. Ada beberapa perang gerilya yang berhasil dalam beberapa tahun terakhir,
tetapi ada juga beberapa perang gerilya yang tidak berhasil. Terlalu dini untuk
mengatakan apakah perang gerilya akan menjadi strategi yang sukses di masa depan.
Referesi/Teori. Teori perang gerilya modern didasarkan pada prinsip-prinsip
peperangan yang tidak teratur. Peperangan tidak teratur adalah jenis peperangan di
mana kelompok kecil kombatan, seperti personel paramiliter, warga sipil bersenjata,
atau tidak teratur, menggunakan taktik militer termasuk penyergapan, sabotase,
penggerebekan, perang kecil-kecilan, taktik tabrak lari, dan mobilitas untuk berperang.
tentara reguler yang lebih besar. Taktik gerilya mengandalkan kemampuan penyerang
untuk menghindari pasukan konvensional yang lebih besar dengan bergerak cepat dan
mandiri melalui area konflik. Teori perang gerilya modern telah berkembang dari
waktu ke waktu untuk mencerminkan perubahan sifat peperangan. Di masa lalu,
perang gerilya sering dianggap sebagai upaya terakhir bagi pasukan yang lebih lemah
untuk berperang melawan musuh yang lebih kuat. Namun, dalam beberapa tahun
terakhir, perang gerilya telah menjadi strategi yang lebih umum dan efektif. Hal ini
9
Perang gerilya saat ini harus menyesuaikan dengan kekuatan dan kemampuan
TNI modern serta perkembangan generasi perang saat ini. Artinya, pasukan gerilya
harus terlatih dan diperlengkapi dengan baik, serta harus mampu menggunakan senjata
dan teknologi modern. Pasukan gerilya juga harus mampu mengoordinasikan operasi
mereka secara efektif, dan mereka harus mampu mempertahankan dukungan
penduduk setempat.
Dari data dan fakta tersebut, harapan pimpinan komandan lapangan menjadi
salah satu faktor internal yang mempengaruhi pelaksanaan Perang Gerilya adalah
untuk meraih kemenangan melawan Belanda. Jenderal Soedirman mengetahui bahwa
pasukan Indonesia bukanlah tandingan Belanda dalam perang konvensional, maka ia
memutuskan untuk melakukan strategi gerilya. Ia berharap dengan taktik gerilya,
pasukan Indonesia mampu melemahkan Belanda dan akhirnya memaksa mundur.
Perang gerilya saat ini bukanlah perang seperti yang dilakukan pada masa
perang melawan penjajah untuk merebut kemerdekaan. Namun, perang gerilya saat ini
harus menyesuaikan dengan kekuatan dan kemampuan TNI modern serta
perkembangan generasi perang saat ini. Adaptasi perang gerilya tetap berpijak pada
taktik dasar perang gerilya dengan mengubah paradigma penggunaan senjata
sederhana menjadi senjata modern yang mempunyai daya hancur yang masif,
menggabungkan satuan tempur, satuan penunjang tempur, satuan bantuan
administrasi, satuan intelijen, satuan komando daerah, dan unit khusus. Penggabungan
satuan-satuan yang dilengkapi persenjataan modern melalui strategi perang gerilya
akan mampu menghadirkan perlawanan sengit dengan melemahkan kekuatan lawan,
menurunkan moral, dan menghilangkan semangat juang musuh, guna menghadirkan
peluang untuk melakukan counter ofensif.
Teori yang digunakan dalam kepemimpinan komandan lapangan yang menjadi
salah satu faktor internal yang mempengaruhi pelaksanaan Perang Gerilya adalah teori
perang gerilya Maois. Teori ini dikembangkan oleh Mao Zedong, pemimpin Partai
Komunis Tiongkok, dan digunakan oleh Komunis Tiongkok untuk melawan pendudukan
Jepang selama Perang Dunia II. Teori perang gerilya Maois didasarkan pada prinsip-
prinsip berikut : 1) Orang-orang adalah faktor terpenting dalam peperangan. Pasukan
gerilya harus mendapat dukungan rakyat agar berhasil; 2) Pasukan gerilya harus bisa
bergerak dengan cepat dan mudah. Mereka harus mampu menghindari kontak dengan
pasukan utama musuh dan menyerang titik terlemah mereka; 3) Pasukan gerilya harus
dapat menggunakan medan untuk keuntungan mereka. Mereka harus bisa
12
4
Mao Zedong (16 September 1946), Memusatkan Kekuatan Unggul Untuk Memusnahkan Musuh Satu
Demi Satu, Diakses dari :
https://www.marxists.org/indonesia/reference/mao/1946-Memusatkan.htm pada : 15/07/2023.
13
Kepemimpinan komandan lapangan dalam perang gerilya saat ini harus dapat
berpikir cepat dan mengambil keputusan yang tepat dalam situasi yang sulit. Mereka
juga harus dapat menginspirasi dan memotivasi pasukan mereka, serta harus dapat
membangun dan mempertahankan kepercayaan. Selain itu, mereka juga harus dapat
beradaptasi dengan kekuatan dan kemampuan modern yang dimiliki TNI serta
perkembangan generasi perang saat ini.
kekuatan-kekuatan lain dalam menjalankan tugasnya. Selain itu, teori ini juga
menekankan pentingnya sinergi antarinstansi dan masyarakat dalam menjalankan
tugas pertahanan dan keamanan.
Kendala dan Kelemahan. Beberapa kendala dan kelemahan yang dihadapi
oleh Kodam dalam menerapkan konsep perang berlarut, antara lain : 1) Keterbatasan
anggaran: Kodam seringkali mengalami keterbatasan anggaran dalam membeli
peralatan yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugasnya, sehingga Kodam tidak
selalu memiliki akses terhadap teknologi terbaru; 2) Keterbatasan sumber daya
manusia: Kodam mengalami kesulitan dalam merekrut personel yang berkualitas dan
memiliki kecakapan yang diperlukan, terutama dalam bidang teknologi informasi dan
komunikasi, serta bidang intelijen; 3) Keterbatasan infrastruktur: Kondisi infrastruktur di
wilayah yang menjadi tanggung jawab Kodam kadangkala masih kurang memadai,
seperti jalan, jembatan, dan sarana transportasi lainnya, sehingga mempersulit Kodam
dalam melaksanakan operasi militer.
Untuk mengatasi kendala dan kelemahan tersebut, Kodam dapat
melakukan upaya-upaya sebagai berikut : 1) Meningkatkan efisiensi anggaran dan
memprioritaskan pembelian peralatan yang paling penting dan relevan dengan tugas
Kodam; 2) Melakukan pengembangan sumber daya manusia yang lebih baik melalui
pelatihan dan pendidikan, serta meningkatkan kualitas lingkungan kerja dan fasilitas
yang memadai; 3) Memperbaiki infrastruktur wilayah, seperti jalan, jembatan, dan
sarana transportasi lainnya, sehingga Kodam dapat melaksanakan operasi militer
secara efektif.
Penutup
Dari uraian pembahasan tentang “Strategi Perang Gerilya di Era Modern
yang dimiliki TNI serta perkembangan Generasi Perang saat Ini” dapat diambil
kesimpulan, bahwa strategi perang gerilya di era modern yang dimiliki TNI harus
dapat beradaptasi dengan kekuatan dan kemampuan modern yang dimiliki TNI serta
perkembangan generasi perang saat ini. Adaptasi perang gerilya tetap bertumpu pada
taktik dasar perang gerilya dengan merubah paradigma penggunaan senjata
sederhana menjadi senjata modern yang memiliki daya hancur masif, menggabungkan
satuan tempur, satuan bantuan tempur, satuan bantuan administrasi, satuan
kecerdasan, satuan komando kewilayahan, dan satuan khusus. Penggabungan
satuan-satuan tersebut dilengkapi senjata modern melalui strategi perang gerilya akan
15
Penulis,
Ir. Asrul
DAFTAR PUSTAKA