Pendahuluan.
Pada dasarnya kata Gerilya berasal dari dari bahasa Spanyol “guerrilla” yang
secara harafiah berarti perang kecil. Teknik Perangangan Gerilya sangat cocok untuk
tentara Indonesia pada masa itu. Taktik Perang Gerilya merupakan taktik peperangan
yang dilakukan dengan cara mengelabuhi, menipu, dan menyerang secara tiba-tiba
dengan kecepatan kilat lalu kemudian menghilang tanpa sempat dibalas oleh musuh.
Taktik ini sangat cocok ketika lawan dalam jumlah banyak dan tidak menguasi medan.
Perang gerilya merupakan taktik atau strategi mengepung. Umumnya taktik ini
merupakan bentuk perang yang tidak resmi di banding perang pada umumnya. Adapun
ciri-ciri dari peperangan Gerilya bangsa Indonesia adalah menghindari perang yang
terbuka, menghilang ditengah lebatnya hutan dan gelap malam, menyerang musuh
dengan cara tiba-tiba, serta sering menyamar menjadi rakyat biasa. Hingga kini teknik
peperangan gerilya masih digunakan oleh Tentara Nasional Indonesai khususnya TNI AD
sampai saat ini. Taktik Perang Gerilya sering digunakan Tentara Nasional Indonesia pada
saat berperang di dalam hutan rimba.
Taktik Perang Gerilya ini juga sering di sebut dengan sebutan “taktik perang si kecil
melawan si besar” sama seperti maksuda awal dari munculnya Taktik Perang Gerilya yaitu
untuk dengan kekuatan yang kecil Indonesia mampu mengacaukan kekuatan besar
Belanda dengan menggunakan Taktik Perang Gerilya.
Taktik Perang Gerilya, mungkin banyak orang yang sudah tidak asing lagi dengan
istilah ini, yaitu suatu taktik peperangan yang diterapkan pada saat berjuang
memerdekakan Indonesia. Pada saat zaman penjajahan, kekuatan persenjataan serta
kualitas tentara masih terbilang tidak terlalu kuat untuk melawan musuh atau penjajah.
Dikarenakan hal inilah taktik Perang Gerilya di terapkan dalam strategi peperangan
Indonesia, untuk melawan musuh yang pada saat itu terbilang lebih kuat.
Setelah di terapkan, ternyata Taktik Perang Gerilya sangat efektif digunakan oleh
Tentara Nasional Indonesia untuk menyerang musuh. Pada saat diterapkan, taktik ini
mampu membuat tentara Belanda menjadi kacau pada saat menghadapi Tentara
Indonesia.
Pada akhir tahun 1947, Tentara Indonesia mulai melakukan peperangan Gerilya
secara dinamis. Pada saat tentara Belanda melakukan penyerangan kepada kubu-kubu
serta desa-desa kecil Indonesia tetapi sering mendapati daerah itu sudah tak
berpenghuni. Kemudian tiba-tiba Tentara Indonesia muncul dan melakukan serangan.
Sementara ingin membalas, tentara-tentara yang bergerilya tadi sudah menghilangkan
jejak kedalam hutan dan kedalam kegelapan malam.
Karena Belanda menguasai kota-kota besar di Indonesia, hal ini membuat Jenderal
Sudirman harus meninggalkan Yogyakarta dan memimpin Gerilya dari luar kota atau
desa-desa kecil untuk melakukan Gerilya dan menyerang tentara Belanda. Setelah
melakukan beberapa perpindahan dari desa ke desa, Jenderal Sudirman datang kembali
ke Yogyakarta tepatnya pada tanggal 10 Juli 1949. Setelah kembali, lalu terdapatnya
perintah siasat nomor satu yang di keluarkan oleh Kolonel A.H. Nasution yang pada saat
itu merupakan Panglima Tentara serta Teritorium Jawa.
Beliau menyusun sebuah rencana pertahanan rakyat Totaliter yang di sebut Siasat
Nomor 1 yang salah satu dari isinya yang menyatakan bahwa pasukan-pasukan yang
berasal dari daerah federal memiliki tugas menyusup ke garis belakang musuh lalu
kemudian membuat serangan Taktik Perang Gerilya terhadap lawan. Hal ini membuat
seluruh wilayah dari pulau Jawa menjadi tempat di lakukannya Taktik Perang Gerilya, dan
pasukan Siliwangi merupakan pasukan yang wajib melakukan Taktik Perang Gerilya.
Berkaitan tentang hal itu, tantangan dan tuntutan tugas TNI AD di masa depan
semakin berat dan komplek, hal ini sejalan dengan perkembangan lingkungan strategis,
teknologi informasi dan komunikasi, persenjataan militer, daerah penugasan, serta
perubahan dimensi ancaman. Tantangan dan tuntutan tugas yang semakin kompleks
tersebut TNI AD harus melakukan penyesuaian terhadap kebijakan dan strategi dalam
pembinaan dan penggunaan TNI AD. Tantangan dan tuntutan tugas TNI AD di masa
depan, di antaranya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, alutsista dengan
teknologi tinggi, perkembangan taktik pertempuran darat, dan pemberdayaan wilayah
pertahanan pada masyarakat modern. Dalam menjawab tantangan global tersebut TNI
AD telah mengadakan alutsista baru bagi Satpur dan Satbanpur, selaras dengan hal
3
tersebut Peralatan TNI AD sebagai LKT dilingkup peralatan dan persenjataan perlu
mengimbangi perkembangan alutsista yang digunakan oleh TNI AD tersebut baik dari segi
perbekalan, pemeliharaan, kegiatan asistensi teknik dan kemampuan intelijen teknik
Peralatan TNI AD agar alutsista yang digunakan oleh Satpur dan Satbanpur tersebut
selalu berada dalam keadaan siap operasional khususnya dalam pelaksanaan operasi
serangan.
dengan cermat dan terarah yang dilakukan oleh Ditpalad selaku Pembina Materiil
Angkatan Darat dan di sisi lain merupakan salah satu kecabangan TNI AD serta sebagai
kekuatan yang menjalankan fungsi pembekalan, pemeliharaan, asistensi teknik, intelijen
teknik dan penelitian pengembangan materiil peralatan. Untuk itu, tulisan ini diarahkan
untuk menjawab pertanyaan bagaimana meningkatkan peran dan fungsi kecabangan
TNI AD dalam operasi taktik tempur (Operasi Gerilya).
Maksud dari penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang konsep
strategi dukungan yang akan dilaksanakan oleh Peralatan TNI AD dalam suatu perang
gerilya dan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan saran masukan kepada
Komando Atas tentang konsep strategi dukungan yang akan dilaksanakan oleh Peralatan
TNI AD dalam suatu operasi serangan (perang gerilya), dengan mengacu kepada ruang
pemikiran tentang Bagaimana meningkatkan peran dan fungsi kecabangan TNI AD
dalam operasi taktik tempur (Operasi Gerilya). ?; Bagaimana perlengkapan
pendukung baik senjata dan perlengkapan lainnya yang dibutuhkan bagi satuan
yang melaksanakan taktik perang gerilya dihadapkan dengan perkembangan
teknologi saat ini, sehingga dapat mendukung keberhasilan perang gerilya ?
Pembahasan.
Dihadapkan pada dinamika dan tantangan tugas yang akan dihadapi oleh
Peralatan TNI AD dalam sebuah operasi gerilya maka dibutuhkan suatu Organisasi
Satgas Bantuan Peralatan yang memiliki tugas sebagai unsur pelaksana Peralatan TNI
AD dalam sebuah operasi gerilya sehingga pelaksanaan tugas dukungan peralatan baik
dalam hal perbekalan, pemeliharaan, asistensi teknik dan kemampuan intelijen teknik
dapat terlaksana secara tepat, efektif dan akurat.
Permasalahan yang terjadi saat ini, tiap-tiap satuan yang melaksanakan tugas
merasa telah mampu melaksanakan pemeliharaan, perbaikan alutsista secara mandiri
dan selalu menganggap bahwa dalam pelaksanaan pertempuran selalu dalam keadaan
ideal artinya tidak menemui kendala saat melaksanakan operasi, padahal tentunya dalam
sebuah operasi pertempuran khususnya operasi serangan tentu akan terjadi kerugian
materil baik berupa kerusakan akibat teknis penggunaan maupun akibat usaha yang
dilakukan oleh pihak musuh, adapun jika satuan pengguna melaksanakan perbaikan
sendiri tentu kemampuan pemeliharaannya tidak dapat berjalan sesuai standar dan
dikhawatirkan akan menyebabkan kerusakan lain, hal lain yang mungkin ditemui dalam
sebuah operasi tentunya perlunya penambahan bekal ditengah operasi khususnya bekal
5
munisi dan spare part yang dibutuhkan, selain itu untuk menghindari dampak terjadinya
kesalahan dalam penggunaan maka selayaknya dalam penggunaan Peralatan TNI AD
perlu melaksanakan pendampingan sebagai pelaksanaan fungsi Asnik, demikian juga
dengan kemampuan fungsi intelnik dimana untuk mengetahui kemampuan alutsista yang
dimiliki pihak musuh maka kemampuan fungsi Intelnik Peralatan dapat dimanfaatkan
dalam sebuah operasi pertempuran dalam hal ini operasi gerilya.
Untuk menjawab peran dan fungsi kecabangan TNI AD dalam perang gerilya
khususnya kecabangan Peralatan, strategi yang dapat dilaksanakan dalam mendukung
pembekalan, pemeliharaan, asistensi teknik dan intelijen teknik maka pelu dilaksanakan
berbagai upaya, adapun upaya-upaya yang dapat dilaksanakan adalah dengan
membentuk Organisasi Satgas Opsbanpal, Organisasi ini di kepalai seorang Dansatgas
Opsbanpal dibantu oleh 3 Unit yaitu masing-masing dengan jabatan Danunit Pembekalan,
Danunit Asistensi dan Pemeliharaan Teknik (Asharnik) dan Danunit Intelijen Teknik
(Intelnik) dengan kepangkatan dan jumlah personel menyesuaikan dengan tingkat operasi
gabungan dan Alutsista yang digunakan. Masing-masing Danunit bagian memiliki Tim
dengan spesialisasi khusus, adapun gambaran Organisasi sebagai berikut:
Unit Pembekalan memiliki 2 Tim yaitu Tim Munisi dan Tim Suku Cadang yang
tergabung menjadi satu dalam tempat/poskotis. Personel Tim Munisi yang terbentuk
memiliki kemampuan dalam hal karakteristik munisi, administrasi pembekalan munisi,
pergudangan/penimbunan munisi dan pendorongan/pedistribusian munisi baik Munisi
Kaliber kecil (MKK), Munisi Kaliber Besar (MKB) dan Munisi Khusus (Musus) kepada
Satuan yang sedang melaksanakan manuver. Personel Tim Suku Cadang yang terbentuk
terdiri dari personel yang memiliki kemampuan dalam mendukung pembekalan suku
cadang senjata dan suku cadang kendaraan. Seluruh Unit Pembekalan dibentuk atau
disiapkan mendukung penambahan bekal ke garis depan baik secara satu-satu maupun
bersamaan sekaligus dari titik bekal yang ditentukan yang disiapkan, hal ini dilaksanakan
agar dalam pelaksanaan dukungan munisi maupun suku cadang dapat dilaksanakan
secara bersamaan dalam satu waktu dan memperkecil kemungkinan keterlambatan
dukungan atau kesalahan dalam dukungan. Teknis Unit Pembekalan dapat dilaksanakan
sebelum, selama dan setelah operasi dilaksanakan sesuai kebutuhan satuan yang
melaksanakan manuver. Sesuai prosedur pengantaran bekal dilaksanakan menggunakan
kendaraan angkut logistik dengan pengawalan dari unsur satuan Infanteri Mekanis atau
Satuan Panser Kavaleri. Tetapi ketika melaksanakan operasi gerilya, personil peralatan
tersebar mengikuti gerakan pasukan-pasukan yang terpisah pada saat melaksanakan
operasi gerilya sehingga ketika terjadi trouble dalam hal alutsista personil mampu untuk
melaksanakan perbaikan pada saat itu juga.
Unit Asharnik memiliki 4 Tim yaitu Tim Infanteri, Tim Kavaleri, Tim Armed dan Tim
Arhanud, dimana setiap Tim yang dibentuk dalam pelaksanaan tugas melekat/bergabung
kepada satuan yang melaksanakan manuver serangan. Masing-masing Tim memiliki
kemampuan personel terdiri dari bidang senjata (senjata ringan dan senjata berat),
munisi (munisi kaliber kecil dan munisi kaliber besar) dan kendaraan (kendaraan tempur,
kendaraan taktis serta kendaraan administrasi) sesuai alutsista dan persenjataan yang
digunakan. Personel Tim Asharnik yang terbentuk memiliki 2 (dua) tugas sekaligus yaitu
pertama, dalam hal memberikan asistensi teknik secara terus menerus dengan tujuan
untuk memberikan dukungan secara tepat dan efektif sehingga mampu meminimalisir
kesalahan dalam penggunaan Alutsista dan kedua, dalam hal pemeliharaan dengan
dilaksanakan baik sebelum, selama dan setelah operasi dengan tujuan ketika terjadi
trouble/kerusakan pada alutsista dan persenjataan maka tim dapat langsung
melaksanakan perbaikan dan mengetahui penyebab kerusakan yang terjadi khususnya
Alutsista yang dimiliki oleh TNI AD saat ini yang tergolong dalam Alutsista yang canggih.
Hal ini dilaksanakan untuk mempercepat proses pemeliharaan pada saat melaksanakan
operasi gerilya, sehingga permasalahan yang ditemui oleh satuan yang didukung dapat
dengan cepat teratasi, apabila tim pemeliharaan membutuhkan spare part maka tim
pemeliharaan yang ada di satuan yang di dukung tidak perlu kembali kegudang spare part
cukup menghubungi tim perbekalan sesuai unsur satuan yang di dukung, dengan
demikian tentu proses perbaikan dapat dilaksanakan dengan cepat efektif dan efisien.
Ketiga, Konsep strategi dukungan intelijen teknik peralatan dalam operasi gerilya
dengan memaksimalkan fungsi Unit Intelnik sebagai bagian dari Satgas Opsbanpal,
sebagai berikut :
8
Unit Intelnik memiliki personel dengan kemampuan intelijen tehnik dalam hal
senjata, munisi dan kendaraan yang dilengkapi kemampuan IT/teknologi. Unit Intelnik
tergabung menjadi satu dalam tempat/poskotis dengan tugas dapat mengetahui jenis-
jenis Alutsista dan persenjataan musuh yang digunakan sehingga dapat memperoleh
informasi teknik kemampuan dan batas kemampuan kekuatan musuh dan memberikan
informasi yang diperoleh kepada komando atas sebagai bahan saran dan pertimbangan
untuk menentukan Konsep manuver operasi selanjutnya. Hal ini tentu sangat penting
dalam upaya memenangkan pertempuran khususnya pada perang gerilya.
Adapun saran dan masukan dalam contoh beberapa pelaksanaan latihan antar
kecabangan yang telah dilaksanakan selama ini peran Peralatan TNI AD lebih dititik
beratkan pada pemeliharaan persenjataan yang bersifat non taktis sehingga belum dapat
memberikan gambaran pemberian dukungan dalam situasi yang bersifat taktis, jika
dihadapkan pada trend pertempuran saat ini tentu hal ini sudah tidak relevan, Peralatan
sebagai salah satu kecabangan vital di TNI AD tentunya perlu mendapatkan peran yang
lebih besar dalam sebuah operasi taktis khususnya pada operasi gerilya, salah satu
contoh bagaimana jika terjadi kerusakan Ranpur baik Infantri mekanis maupun Kavaleri
pada saat satuan tersebut melaksanakan manuver atau bagaimana dukungan yang
diberikan jika meriam artileri medan atau artileri pertahanan udara mengalami kendala
9
serta bagaimana sistem distribusi dukungan peralatan yang diberikan saat pertempuran
tersebut berlangsung.
Adapun saran dan masukan berkaitan tugas pokok TNI AD, maka perlu adanya
dukungan Alutsista khususnya dibidang persenjataan, kendaraan, munisi sesuai bidang
kecabangan TNI AD dan perlengkapan pendukung seperti peningkatan SDM dibidang
personil. Dari senjata yang digunakan kedepan senjata akan lebih canggih yang dulunya
dioperasikan secara manual nantinya akan dioperasikan secara otomatis yang
dikendalikan dengan jarak jauh, sistem kendali jarak jauh tentunya akan meningkatkan
keamanan personil dan mengurangi terjadinya korban pada personil yang melaksanakan
manuver. Senjata-senjata otomatis ini tentunya akan membantu Tentara Nasional
Indonesia pada saat melaksanakan perang gerilya khususnya TNI AD.
PENUTUP.
secara sistematis, cepat, tepat akurat dan efisien baik dalam hal perbekalan,
pemeliharaan, asnik maupun Intelnik seperti yang telah terurai di atas.
Guna mendukung hal tersebut disarankan agar disusunnya doktrin tentang Satgas
Opsbanpal, dan dilaksanakannya kursus dan pelatihan bagi personil Peralatan TNI AD
sesuai kualifikasi yang dibutuhkan dalam Orgas Satgas Opsbanpal seperti yang diuraikan
di atas, sehingga Orgas Satgas Opsbanpal dapat bekerja secara profesional dan dapat
dioperasionalkan dilapangan. Selain itu diperlukan sebuah doktrin lapangan yang memuat
tentang latihan Orgas Satgsa Opsbanpal sebagai bagian dari Proglatsi Satuan Peralatan
TNI AD kedepannya, sehingga tiap-tiap personil yang terlibat dalam Satgas Opsbanpal
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan teknik, taktik dan koordinasi
yang harus dilaksanakan dalam operasi serangan sebagai bagian dari Satgas Opsbanpal.
Serta perlunya dukungan Alutsista terbaru yang memadai untuk mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia kedepan serta peningkatan SDM khususnya pada waktu
perekrutan Tentara Nasional Indonesia.
Demikian tulisan ini dibuat sebagai produk Karya Tulis Rabiniscab tersebar TNI AD
TA 2019 dan sebagai saran dan masukan kepada Komando atas, guna terwujudnya
Interoperabilitas kecabangan TNI AD guna keberhasilan dalam mencapai Tugas Pokok
TNI AD khususnya dalam pelaksanaan operasi gerilya.
Penulis,
DAFTAR PUSTAKA
PERALATAN
12
ESSAY
Disusun Oleh :
PENDIDIKAN MILITER
Diktukpa/bangum Tahun Prestasi Dikbangspes Tahun Prestasi
1. AKMIL 1996 RANGKING 123 DARI 330 1. LAT SAR PARA 1995
2. SUSSARCAB PAL 1997 RANGKING 12 DARI 15 2. KIBI AD 1998 RANGKING 7 DARI 23
3. SUSLAPA PAL 2006 MEMUASKAN 3. SUSPA SILOG 2003 MEMUASKAN
4. SESKOAD 2014 4. SUSPA SUTPAM 2004 RANGKING 10 DARI 40
5. 5. SUSPA RAN 2005 MEMUASKAN
6. 6.
III. RIWAYAT PENUGASAN OPERASI IV.RIWAYAT TANDA JASA V.KEMAMPUAN BAHASA