Anda di halaman 1dari 14

OPTIMALISASI MODERNISASI ALUTSISTA TNI SESUAI DENGAN KEMAJUAN

ILPENGTEK DALAM RANGKA MEWUJUDKAN


NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA YANG BERDAULAT

PENDAHULUAN.
Kemajuan teknologi dan industri pertahanan semakin berkembang pasca
Perang Dingin terkait dengan semakin kompetitifnya pasar yang membuat industri-
industri pertahanan berusaha untuk mendapatkan konsumen bagi produk mereka.
Kondisi ini tidak dapat dilepaskan dari dua hal. Pertama, liberalisasi yang dilakukan
terhadap industri pertahanan, khususnya di negara-negara Barat. Kedua, munculnya
perubahan besar dalam ruang lingkup peperangan yang membawa pengaplikasian
dari penemuan teknologi yang dikombinasikan dengan perubahan secara mendasar
dalam doktrin, operasional dan konsep organisasi militer, yang secara mendasar
terkait dengan karakter dan cara melakukan operasi militer. Perubahan ini secara
umum dikenal dengan Revolution in Military Affairs (RMA)1. Oleh karena itu, negara-
negara besar berupaya untuk mengembangkan persenjataan sebagai produk
industri pertahanan mereka dengan mengedepankan aplikasi teknologi canggih.
Selain itu, saat ini perang dapat terjadi kapan saja dan dapat menimpa
negara manapun. Pada tahun 2021 invasi mendadak Rusia ke wilayah Ukraina dan
pada tahun 2023 serangan rudal kelompok Hamas ke wilayah Israel dengan
mempertontonkan penggunaan berbagai persenjataan canggih digunakan oleh
negara yang berperang tersebut untuk mempertahankan kedaulatan negaranya.
Realita lain adanya AUKUS yaitu kemitraan keamanan trilateral antara Australia,
Inggris, dan Amerika Serikat2 dalam memperoleh kapal selam bertenaga nuklir.
Kemitraan ini juga mencakup kerja sama dalam mekanisme siber canggih,
kecerdasan buatan dan otonomi, teknologi kuantum, kemampuan bawah laut,
hipersonik dan kontra-hipersonik, peperangan elektronik, inovasi, dan berbagi
informasi. Selain itu China saat ini sedang membangun kekuatan militer dengan
berbagai Alutsistanya yang canggih di kepulauan Paracel dan Spratly yang letaknya
tidak jauh di utara kepulauan Natuna yang merupakan bagian dari kedaulatan
Indonesia. Tentunya contoh dan realita diatas secara tidak langsung memberikan
peringatan bahwa kapanpun perang dapat terjadi dan begitu pentingnya setiap

1
Szafranski dalam Sloan, 2003:3
2
The scam within a scam. US, UK officials are flying high on the AUKUS teat. - Michael West
2

negara mengimbangi Alutsista negara lain yang semakin canggih dengan teknologi
tinggi. Oleh karena itu seluruh negara-negara di dunia termasuk Indonesia sadar
akan pentingnya modernisasi Alutsista angkatan bersenjatanya agar tidak terlalu
jauh tertinggal oleh Alutsista negara-negara di dunia terutama negara-negara di
kawasan.
Kondisi persaingan Alutsista ini meningkatkan risiko terjadinya potensi konflik
sehingga menuntut kesiapan TNI dalam mengantisipasi ancaman yang mungkin
timbul dari situasi keamanan regional maupun internasional. TNI sebagai alat
pertahanan negara yang memiliki tugas pokok menegakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan RepuIik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara 3. Pada
kenyataannya, gelar kekuatan TNI saat ini terutama mengenai kemampuan Alutsista
dirasakan belum optimal untuk melaksanakan tugas yang diamanatkan oleh
Undang-Undang tersebut khususnya ketika dihadapkan pada perkembangan
kekuatan militer negara-negara di kawasan regional khususnya dari segi
kepemilikan Alutsista. Dalam entry briefing Panglima TNI menyatakan bahwa ada
tiga permasalahan yang harus dihadapi dalam modernisasi Alutsista diantaranya
yaitu pertama, bagaimana pemanfaatan teknologi Al dan informatika secara
terprogram, berkelanjutan serta berorientasi integrated based system dan
modernisasi Alutsista berbasis digital untuk mendukung alur logistik maritim (visi
poros maritim dunia). Kedua, bagaimana pemanfaatan produk untuk mendukung
pengembangan Industri Strategis Pertahanan Nasional dengan memaksimalkan
ToT (Transfer of Technology) dan ToK (Transfer of Knowledge). Ketiga, bagaimana
agar pengadaan Alutsista, perlengkapan dan peralatan harus berdasarkan
kebutuhan satuan dimana prosesnya dilakukan secara transparan dan akuntabel
sesuai prinsip Good Governance. Oleh karena itu, pada tulisan ini penulis berupaya
menyampaikan ide dan gagasan melalui rumusan masalah “Bagaimana
optimalisasi Modernisasi Alutsista TNI sesuai dengan kemajuan Ilpengtek
dalam rangka mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
Berdaulat ?

3
UU Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI
3

Adapun nilai guna dari tulisan ini yaitu untuk memberikan manfaat bagi para
penentu kebijakan pada level Kementrian Pertahanan dan Mabes TNI dalam
mengoptimalkan modernisasi Alutsista TNI. Sedangkan maksud tulisan ini adalah
memberikan gambaran tentang optimalisasi Modernisasi Alutsista TNI sesuai
dengan kemajuan Ilpengtek dalam mengimbangi persaingan modernisasi alutsista
dunia melalui pemenuhan Alutsista yang efektif dan mandiri dengan tujuan sebagai
sumbangan pemikiran bagi organisasi TNI tentang Modernisasi Alutsista TNI sesuai
dengan kemajuan Ilpengtek dalam mengimbangi persaingan modernisasi alutsista
dunia melalui pemenuhan Alutsista yang efektif dan mandiri sehingga siap dalam
menghadapi ancaman perang. Ruang lingkup penulisan terdiri dari pendahuluan,
pembahasan dan penutup dengan dibatasi pada pembahasan mengimbangi
persaingan modernisasi alutsista dunia melalui pemenuhan Alutsista yang efektif
dan mandiri.

PEMBAHASAN

Indonesia dalam hal ini TNI untuk dapat menjawab segala aspek ancaman
terhadap kedaulatan negara salah satunya dengan Modernisasi Alutsista agar dapat
mengimbangi persaingan Alutsista negara-negara di dunia terutama negara-negara
yang berpotensi konflik di kawasan.

Pemanfaatan teknologi Al dan Informatika secara terprogram,


berkelanjutan serta berorientasi integrated based system dan modernisasi
Alutsista berbasis digital untuk mendukung alur logistik maritim (visi poros
maritim dunia).

Perkembangan teknologi Alutsista TNI berjalan masih sangat lambat


dibandingkan dengan negara-negara lain di Kawasan. Selain kuantitas yang masih
belum optimal, kondisi Alutsista TNI juga perlu ditingkatkan sebagai contohnya
adalah saat ini TNI AU masih menggunakan Radar Thomson TRS 2215 R buatan
pabrik Thomson Prancis tahun 1980 sehingga lebih dari 40 tahun masa pakai dan
perlu diperbarui seiring bekembangnya kecanggihan pesawat tempur negara-negara
4

lain4. Alutsista TNI AL juga tidak sebanding dengan tanggung jawabnya yang besar
untuk menegakkan kedaulatan wilayah perairan Indonesia. Kapal-kapal TNI AL yang
berjumlah kurang lebih 168 kapal yang terdiri dari Striking Force sebanyak 52 kapal,
Patrolling Force sebanyak 53 kapal dan Supporting Force sebanyak 63 kapal perlu
mendapat peremajaan dan pemuktahiran kemampuan yang berbasis digital
sehingga memiliki kemampuan daya tempur dan daya jelajah yang lebih baik serta
dapat memprediksi ancaman yang datang lebih dini untuk tindak lanjut yang lebih
cepat dalam rangka mendukung alur logistik maritim.5 Khusus di matra darat, perlu
penambahan alutsista berjenis MLRS/Rudal untuk mengawal wilayah Indonesia
terutama daerah-daerah yang diprediksi sebagai jalur datangnya serangan dari luar.
Saat ini hanya ada 2 Yonarmed/Roket yang berada di Pulau Jawa dan 1 Rai
Armed/Roket di Pulau Natuna. Selain itu Alutsista TNI yang ada belum berorientasi
Integrated Based System untuk menjamin adanya inter-operabilitas seluruh matra
dalam rangka meningkatkan efektifitas pencapaian Tugas Pokok TNI.
Di dalam Doktrin TNI tentang Operasi Gabungan TNI Nomor Kep/258/IV/2013
tanggal 5 April 2013 bahwa Operasi gabungan TNI bertujuan untuk mewujudkan
keterpaduan antar angkatan dan unsur lain guna mencegah, menangkal dan
menanggulangi berbagai ancaman terhadap kepentingan nasional, agar terwujud
kondisi yang aman secara berkelanjutan sehingga penyelenggaraan pembangunan
dalam rangka pencapaian tujuan dan cita-cita nasional berjalan lancar. Hal ini
tentunya masih kontradiktif dengan kondisi saat ini dimana Alutsista TNI AU, AL dan
AD belum sepenuhnya dapat terintegrasi dan terkesan jalan masing-masing. Sampai
dengan saat ini belum bisa dilakukan latihan Gabungan TNI yang dilakukan dalam
hubungan Kogabwilhan untuk melatih hubungan kerjasama antar matra baik dalam
aspek komunikasi, bantuan tembakan terpadu, pergeseran personel dan alutsista,
manuver dan seterusnya dimana salah satu alasannya yaitu belum adanya sistem
alutsista yang terpadu dan terintegrasi satu sama lain.
Sesuai dengan data fakta diatas tentunya belum sejalan dengan teori pada
operasi gabungan TNI yang menuntut interoperabilitas keterpaduan antar matra
guna mencegah, menangkal dan menanggulangi berbagai ancaman terhadap
kepentingan nasional. Sudah saatnya dalam pengadaan Alutsista perlu

4
https://nasional.tempo.co/read/1704744/tni-au-rencanakan-pembaruan-teknologi-radar-militer diakses 27
Nov 2023 pukul 1449
5
https://id.wikipedia.org/wiki/Tentara_Nasional_Indonesia_Angkatan_Laut diakses 27 Nov 2023 1430
5

mengedepankan inter-operabilitas antar matra karena pada kenyataanya jika


eskalasi ancaman meningkat sampai dengan terjadinya perang maka operasi yang
pertama kali dilakukan untuk menangkal ancaman yang datang merupakan operasi
gabungan TNI terutama penggunaan Alutsista TNI. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai
aspek baik internal maupun eksternal. Dari faktor internal terdapat kelemahan dan
kekuatan dalam mewujudkan modernisasi TNI yang interoperabilitas keterpaduan
antar matra diantaranya pertama, adanya perbedaan budaya organisasi dan
kepentingan yang berbeda dari tiap-tiap matra. Dari sudut pandang pengadaan
alutsista yang belum sinergi menjadikan kendala dalam interoperabilitas TNI.
Kedua, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki
potensi untuk menjadi Poros Maritim Dunia. Poros Maritim Dunia bertujuan
menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang besar, kuat, dan makmur
melalui pengembalian identitas Indonesia sebagai bangsa maritim, pengamanan
kepentingan dan keamanan maritim, memberdayakan potensi maritim untuk
mewujudkan pemerataan ekonomi Indonesia.
Untuk mewujudkan itu salah satunya perlu ada Alutsista modern yang berbasis AI
sehingga dapat mendukung keamanan maritim negara secara maksimal. Di sisi lain
faktor eksternal yang mempengaruhi dapat dijabarkan dalam peluang dan kendala
antara lain: pertama, Sengketa teritorial, persaingan ekonomi, dan sikap militer
berkontribusi pada meningkatnya ketegangan geopolitik di wilayah Laut Cina
Selatan, persimpangan maritim yang kritis, telah menjadi titik fokus pertikaian,
eskalasi ancaman yang semakin nyata perlu diantisipasi dengan cepat dan cermat
oleh negara kita dengan mempercepat modernisasi Alutsista TNI sebagai garda
terdepan bangsa dalam menjaga kedaulatan NKRI. Kedua, adanya kemitraan antar
negara tetangga dalam memajukan kekuatan militernya seperti AUKUS yang
melibatkan berbagi teknologi militer canggih, dengan penekanan khusus pada
pengembangan kapal selam bertenaga nuklir dan mekanisme siber canggih,
kecerdasan buatan dan otonomi, teknologi kuantum, kemampuan bawah laut,
hipersonik dan kontra-hipersonik, peperangan elektronik, inovasi, dan berbagi
informasi. Letak geografis kepulauan indonesia yang sangat dekat dengan Australia
harus merespon hal tersebut dengan percepatan modernisasi Alutsista TNI untuk
mengimbangi kemampuan Alutsista tersebut. Berangkat dari teori-teori dan faktor-
faktor yang mempengaruhi yang telah dipaparkan diatas maka penulis mencoba
merumuskan beberapa upaya dalam rangka pemanfaatan teknologi Al dan
6

informatika seara terprogram, berkelanjutan serta berorientasi integrated based


system dan modernisasi Alutsista berbasis digital untuk mendukung alur logistik
maritim (visi poros maritim dunia) antara lain : Pertama, Untuk mengamankan ZEE
di seluruh wilayah perairan Indonesia khususnya di wilayah yang rawan terjadinya
konflik dan pelanggaran maritim selain dilakukan patroli rutin wilayah perairan dan
udara dengan menggunakan Pesawat dan Kapal, TNI juga perlu memiliki drone
yang mempunyai kemampuan daya jelajah jauh serta pengintaian yang cukup
signifikan. Selain untuk kepentingan pertahanan, sebagai poros maritim dunia
Indonesia dapat mengantisipasi kapal-kapal asing yang melanggar di wilayah ZEE
Indonesia. Dan yang terpenting drone tersebut dapat terkoneksi dengan baik
kesistemannya dengan Alutsista TNI yang lain seperti Pertahanan Udara, Pesawat
tempur, Kapal Perang dan Kapal Selam bila membutuhkan tindakan yang lebih
lanjut. Kedua, Perlu adanya ruang kendali operasi yang terinteroperabilitas dengan
memanfaatkan keberadaan Kogabwilhan sehingga selalu siap menghadapi
ancaman. Indonesia memerlukan Interoperabilitas tingkat tinggi dalam mewujudkan
kolaborasi antar kecabangan dan antar matra (cross services). Adapun bila muncul
ancaman baru maka Indonesia perlu beradaptasi dengan cepat sesuai perubahan
dalam persyaratan operasional dalam suatu operasi tunggal matra darat dan operasi
gabungan tri matra terpadu. Adaptasi yang cepat ini akan memberikan hasil yang
signifikan dalam meningkatkan interoperabilitas. Sebagai konsekuensi logisnya
maka interoperabilitas ini membutuhkan modernisasi Alutsista yang bersinergi antar
matra.6 Ketiga, Latihan Gabungan TNI harus dilakukan dalam hubungan
Kogabwilhan 3 kali dalam satu tahun, sehingga masing-masing Kogabwilhan
melaksanakan satu kali Latihan Gabungan TNI setiap tahunnya. Latihan Gabungan
TNI yang dilakukan dalam hubungan Kogabwilhan ini tidak seharusnya dilakukan
dengan metode demonstrasi namun betul-betul melatih hubungan kerjasama antar
matra baik dalam aspek komunikasi, bantuan tembakan terpadu, pergeseran
personel dan alutsista, manuver dan seterusnya sehingga meyakinkan Kogabwilhan
siap operasional dan siap dimobilisasi secara cepat jika dibutuhkan.

6
Interoperabilitas Dalam Pelaksanaan Operasi Militer Selain Perang (OMSP) OLEH TNI AU Dalam Menangani
Pembajakan Dan Perompakan Bersenjata (Kajian Keamanan di Selat Malaka) (Fierman Prihadi, Yusa Djuyandi,
Ari Ganjar Herdiansah)
7

Pemanfaatan produk untuk mendukung pengembangan Industri Strategis


Pertahanan Nasional dengan memaksimalkan ToT (Alih Teknologi) dan ToK
(Alih Pengetahuan)

Kebijakan Pertahanan Negara tahun 2023 bahwa pemenuhan tujuan strategis


pertahanan negara, dilaksanakan dengan menetapkan sasaran strategis yang harus
dicapai diantaranya terwujudnya pengelolaan sumber daya nasional untuk
pertahanan negara dengan terwujudnya industri pertahanan nasional yang kuat,
mandiri, dan berdaya saing guna mendukung kebutuhan pertahanan negara.
Presiden Joko Widodo dalam setiap kesempatan selalu memerintahkan untuk
mengoptimalkan penggunaan produksi dalam negeri. Dari data dan fakta yang ada
pada kenyataanya masih belum sejalan dengan Kebijakan Pertahanan dan arahan
Presiden tentang kemandirian dan pengoptimalan penggunaan produksi dalam
negeri melalui industri pertahanan nasional. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai aspek
baik internal maupun eksternal. Dari faktor internal terdapat kelemahan dan
kekuatan dalam Pemanfaatan produk untuk mendukung pengembangan Insdustri
Strategis Pertahanan Nasional dengan memaksimalkan ToT (Alih Teknologi) dan
ToK (Alih Pengetahuan). Pertama, stagnasi alokasi anggaran pertahanan yang
selalu hanya 0,8% dari PDB. Kedua, dominasi BUMN dalam ekosistem industri
pertahanan Indonesia yang belum menunjukkan adanya helix dan rantai pasok
dalam industri pertahanan Indonesia. Ketiga, kecilnya alokasi untuk research and
development (penelitian dan pengembangan) dalam industri pertahanan sehingga
tidak memungkinkan dilakukannya adopsi bahkan lompatan teknologi. Keempat,
tidak adanya economies of scale dalam beberapa alutsista yang menjadi keinginan
utama Indonesia untuk berkembang. Di sisi lain faktor eksternal yang
mempengaruhi dapat dijabarkan dalam peluang dan kendala antara lain: pertama,
Belum adanya sinergitas antara badan-badan Litbang ataupun perguruan tinggi,
pelaku industri dan pengguna (TNI). Kedua, industri dalam negeri kita baik industri
hulu maupun industri hilir belum mampu memproduksi komponen-komponen yang
dibutuhkan semisal teknologi armour, meriam untuk tank, turret, mesin pesawat
tempur, avionik, combat management system (CMS). Ketiga, banyaknya
pengadaan/pembelian alutsista dari luar sebagai suatu peluang industri pertahanan
dalam negeri dalam mengelola kontrak jual beli agar mekanisme imbal dagang dan
komponen offset meliputi perawatan dan pemeliharaan, overhaul, refurbishment dan
8

modifikasi, retrofit dan upgrade, produksi berdasarkan lisensi, saham patungan, beli
kembali, produksi bersama, subkontrak, pengembangan kompetensi pada penelitian
dan pengembangan, pengembangan bersama, alih teknologi, alih kompetensi
melalui penelitian dan pendidikan, pengembangan pemasaran produk industri
pertahanan, maupun investasi untuk industri manufaktur dapat dimanfaatkan dengan
baik dalam mewujudkan kemajuan Industri Industri dalam negeri. Dari beberapa
fakta dan teori diatas serta untuk mengatasi beberapa kelemahan dan kendala yang
ada, Penulis mencoba memberikan upaya dengan memanfaatkan peluang dan
kekuatan dalam pemanfaatan produk untuk mendukung pengembangan Insdustri
Strategis Pertahanan Nasional dengan memaksimalkan ToT (Alih Teknologi) dan
ToK (Alih Pengetahuan) diantaranya yaitu: Pertama, Permasalahan implementasi
konsep ini dapat diwujudkan dengan adanya roadmap yang jelas pengembangan
alat peralatan pertahanan dan keamanan tahapan demi tahapan. Penyusunan
roadmap ini harus dirumuskan bersamasama di antara ketiga pilar pelaku di atas.
Dari sisi pengguna, mereka bisa menentukan spesifikasi detail yang dibutuhkan
untuk keperluan operasi. Selanjutnya proses penelitian dan pengembangan alat
peralatan pertahanan dan keamanan yang diinginkan dapat dilakukan oleh badan-
badan Litbang yang ada. Kedua, Permasalahan implementasi konsep kluster
industri dapat diatasi bila ada keseriusan dari pemerintah untuk melakukan
pembenahan maupun penambahan infrastruktur pendukung industri pertahanan,
baik industri hulu maupun industri hilir. Semakin banyak komponen lokal yang
mampu dibuat di dalam negeri, maka semakin besar kandungan lokal dalam suatu
alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dibuat. Hal ini juga memiliki dampak
positif semakin berkurangnya ketergantungan pengadaan komponen dari luar
negeri, semisal kebutuhan suku cadang maupun amunisi. Ketiga, Permasalahan
imbal dagang, kandungan lokal dan offset terkait erat dengan pengadaan alat
peralatan pertahanan dan keamanan dari luar negeri. Kita berharap lompatan besar
untuk alat peralatan pertahanan dan keamanan yang lain sehingga pengadaan-
pengadaan dari luar negeri bisa kita minimalisir.

Pengadaan Alutsista, perlengkapan dan peralatan berdasarkan kebutuhan


satuan dimana prosesnya dilakukan secara transparan dan akuntabel sesuai
prinsip good governance.
9

Tujuan utama pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) Tanah Air,
yaitu membangun postur pertahanan TNI yang semakin kokoh, lengkap, modern,
dan terpadu. Selain itu, pemenuhan kebutuhan alutsista harus melalui proses
perencanaan dan kalkulasi yang baik serta mengikuti perkembangan zaman dan
teknologi di masa mendatang. Dalam setiap kesempatan, sering Presiden Joko
Widodo menyampaikan bahwa tidak boleh lagi, Indonesia membeli, misalnya,
pesawat tempur tanpa memperhitungkan biaya daur hidup alutsista tersebut dua
puluh tahun ke depan. alutsista dibeli dari uang rakyat untuk bisa digunakan oleh
TNI dalam melindungi rakyat, bangsa, dan negara dari segala bentuk ancaman yang
ada. Oleh karena itu, fungsi pengawasan dalam pengadaan alutsista harus terus
diutamakan dan dimulai dari interaksi antar pemerintah (G-to-G) serta dalam
pengadaan alutsista ini betul-betul diterapkan prinsip-prinsip transparansi dan
akuntabilitas dan tidak ada toleransi terhadap praktek-praktek korupsi dan mark-up.
Terjadinya hal ini dipengaruhi oleh berbagai aspek baik internal maupun eksternal.
Dari faktor internal terdapat kelemahan dan kekuatan dalam mewujudkan
pengadaan Alutsista, perlengkapan dan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan
satuan dimana prosesnya dilakukan secara transparan dan akuntabel sesuai prinsip
good governance. Pertama, Belum adanya Roadmap terkait rencana pembelian
Alutsista dihadapkan dengan ancaman negara sebagai alasan kenapa jenis Alutsista
tersebut harus dibeli sehingga transparansi belum dapat tercapai. Kedua, Adanya
kenaikan anggaran belanja Alutsista sebesar Rp. 65,83 triliun pada 20247
merupakan kekuatan yang harus dimanfaatkan dengan baik untuk modernisasi
Alutsista sesuai dengan kebutuhan satuan dan dalam pelaksanaanya perlu
dilakukan secara transfaransi dan akuntabel. Di sisi lain faktor eksternal yang
mempengaruhi dapat dijabarkan dalam peluang dan kendala antara lain: pertama,
kerahasiaan dan transparansi menjadi dua hal yang kontradiktif dalam pengadaan
Alutsista TNI dengan alasan menjaga kerahasiaan negara karena selama ini
Pemeriksa Keuangan (BPK) sama sekali tidak diperkenankan mengaudit pengadaan
Alutsista. Kedua, Pemilihan alutsista yang akan dibeli belum berdasarkan
pengkajian kemampuan dan keefektifan Alutsista itu sendiri dalam peperangan yang
sudah maupun sedang berlangsung. Dari beberapa fakta dan teori diatas serta
untuk mengatasi beberapa kelemahan dan kendala yang ada, Penulis mencoba

7
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20231205133857-532-1033084/jokowi-tambah-anggaran-
alutsista-kemhan-2024-rp6583-t-dibiayai-utang
10

memberikan upaya dengan memanfaatkan peluang dan kekuatan dalam


pemanfaatan produk untuk mendukung pengadaan Alutsista, perlengkapan dan
peralatan yang sesuai dengan kebutuhan satuan dimana prosesnya dilakukan
secara transparan dan akuntabel sesuai prinsip good governance diantaranya yaitu:
Pertama, perlu adanya konsep roadmap terkait rencana pembelian Alutsista
dihadapkan dengan ancaman negara yang dilihat dari berbagai sudut pandang
terutama wilayah secara geografis dan persaingan senjata di kawasan sebagai
alasan kenapa jenis Alutsista tersebut harus dibeli dengan memodifikasi roadmap
tersebut sehingga masyarakat secara umum terutama para pengamat militer
tentunya dapat ikut berpartisipasi dalam memberikan masukan dan saran untuk
keefektifan pengadaan Alutsista. Bukan hanya itu, transfarasi dapat tercapai karena
adanya keterbukaan pemerintah dalam rencana pembelian Alutsista melalui
roadmap tersebut. Kedua, Audit alutsista dengan tujuan tertentu itu sangat penting.
Jika ada yang dianggap sebagai rahasia negara (dalam konteks pertahanan), dalam
pelaporannya bisa dimodifikasi agar tidak terbuka kerahasiaannya. BPK adalah
satu-satunya lembaga yang berhak memutuskan apakah ada kerugian negara atau
tidak dalam suatu proyek pengadaan yang dilakukan oleh instansi pemerintah.
Selain audit yang dilakukan oleh BPK, pengawasan juga sangat diperlukan dalam
pengadaan alutsista.

PENUTUP
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa optimalisasi Modernisasi
Alutsista TNI sesuai dengan kemajuan Ilpengtek saat ini sangat penting untuk
mengimbangi kemajuan teknologi dunia dibidang persenjataan militer serta
mewujudkan negara Indonesia yang berwibawa di kawasan dengan memiliki
Alutsista TNI yang terpadu antar angkatan dan unsur lain guna mencegah,
menangkal dan menanggulangi berbagai ancaman terhadap kepentingan nasional,
agar terwujud kondisi yang aman secara berkelanjutan sehingga penyelenggaraan
pembangunan dalam rangka pencapaian tujuan dan cita-cita nasional berjalan
lancar.
Dari kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran kepada Komando
atas agar: pertama, Menteri pertahanan, Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan
berkomunikasi secara efektif dengan pemerintah dan DPR RI guna mendapatkan
dukungan regulasi dan anggaran untuk alokasi pemeliharaan dan perawatan
11

Alutsista baru yang dibeli sepanjang tahun sehingga Alutsista tidak mengalami
kendala dalam pemeliharaan dan perawatan agar siap operasional saat dibutuhkan,
kedua, Menteri pertahanan dapat mengakomodir pembelian Alutsista tiga matra
dengan kesistemannya yang terpadu sehingga mempermudah operasional dan
menunjang dalam operasi maupun latihan gabungan antar matra untuk
meningkatkan interoperabilitas TNI dan ketiga, Menteri Pertahanan dapat
berkomunikasi dengan pabrikan dan negara Alutsista pembuat agar dapat
mewujudkan ToT dan ToK dalam rangka mewujudkan Industri Pertahanan Dalam
Negeri yang mandiri sehingga kedepan dalam hal pemeliharaan dan perawatan
Alutsista dapat dilakukan di dalam negeri.
Demikian esai yang berjudul “Optimalisasi Modernisasi Alutsista Tni Sesuai
Dengan Kemajuan Ilpengtek dalam rangka mewujudkan negara Indonesia yang
berwibawa (Study kasus mengimbangi persaingan modernisasi alutsista dunia
melalui pemenuhan Alutsista yang efektif dan mandiri)” penulis susun. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyampaian ide dan penulisan esai ini
sehingga penulis berharap adanya saran dan masukan dalam penyempurnaan esai
ini kedepan. Penulis juga berharap agar esai ini dapat bermanfaat bagi modernisasi
Alutsista TNI dalam rangka melaksanakan tugas pokok menjaga kedaulatan NKRI.
12

DAFTAR PUSTAKA

1. UU Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI


2. UU Nomor 3 Tahun 2022 tentang Pertahanan Negara
3. Kebijakan Pertahanan Negara tahun 2023
4. Doktrin TRIDEK TNI Tahun 2007
5. Doktrin TNI tentang Operasi Gabungan TNI Tahun 2013
6. Araf, Al. 2016. Menata Ulang Alutsista. Diakses dari http://www.
mediaindonesia.com, diakses pada 17 Oktober 2017
7. Szafranski dalam Sloan, 2003:3
8. The scam within a scam. US, UK officials are flying high on the AUKUS teat. -
Michael West
9. https://nasional.tempo.co/read/1704744/tni-au-rencanakan-pembaruan-
teknologi-radar-militer diakses 27 Nov 2023 pukul 1449
10. https://id.wikipedia.org/wiki/Tentara_Nasional_Indonesia_Angkatan_Laut
diakses 27 Nov 2023 1430
11. https://en.wikipedia.org/wiki/Northrop_Grumman_MQ-4C_Triton
12. Interoperabilitas Dalam Pelaksanaan Operasi Militer Selain Perang (OMSP)
OLEH TNI AU Dalam Menangani Pembajakan Dan Perompakan Bersenjata (Kajian
Keamanan di Selat Malaka) (Fierman Prihadi, Yusa Djuyandi, Ari Ganjar
Herdiansah)
13. https://www.dw.com/id/sipri-belanja-militer-melonjak-naik-di-seluruh-dunia/a-
65415527
14.

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20231205133857-532-1033084/jokowi-
tambah-anggaran-alutsista-kemhan-2024-rp6583-t-dibiayai-utang
13
ALUR PIKIR
OPTIMALISASI MODERNISASI ALUTSISTA TNI SESUAI DENGAN KEMAJUAN ILPENGTEK
DALAM RANGKA MEWUJUDKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA YANG BERDAULAT

Anda mungkin juga menyukai