PENDAHULUAN.
Kemajuan teknologi dan industri pertahanan semakin berkembang pasca
Perang Dingin terkait dengan semakin kompetitifnya pasar yang membuat industri-
industri pertahanan berusaha untuk mendapatkan konsumen bagi produk mereka.
Kondisi ini tidak dapat dilepaskan dari dua hal. Pertama, liberalisasi yang dilakukan
terhadap industri pertahanan, khususnya di negara-negara Barat. Kedua, munculnya
perubahan besar dalam ruang lingkup peperangan yang membawa pengaplikasian
dari penemuan teknologi yang dikombinasikan dengan perubahan secara mendasar
dalam doktrin, operasional dan konsep organisasi militer, yang secara mendasar
terkait dengan karakter dan cara melakukan operasi militer. Perubahan ini secara
umum dikenal dengan Revolution in Military Affairs (RMA)1. Oleh karena itu, negara-
negara besar berupaya untuk mengembangkan persenjataan sebagai produk
industri pertahanan mereka dengan mengedepankan aplikasi teknologi canggih.
Selain itu, saat ini perang dapat terjadi kapan saja dan dapat menimpa
negara manapun. Pada tahun 2021 invasi mendadak Rusia ke wilayah Ukraina dan
pada tahun 2023 serangan rudal kelompok Hamas ke wilayah Israel dengan
mempertontonkan penggunaan berbagai persenjataan canggih digunakan oleh
negara yang berperang tersebut untuk mempertahankan kedaulatan negaranya.
Realita lain adanya AUKUS yaitu kemitraan keamanan trilateral antara Australia,
Inggris, dan Amerika Serikat2 dalam memperoleh kapal selam bertenaga nuklir.
Kemitraan ini juga mencakup kerja sama dalam mekanisme siber canggih,
kecerdasan buatan dan otonomi, teknologi kuantum, kemampuan bawah laut,
hipersonik dan kontra-hipersonik, peperangan elektronik, inovasi, dan berbagi
informasi. Selain itu China saat ini sedang membangun kekuatan militer dengan
berbagai Alutsistanya yang canggih di kepulauan Paracel dan Spratly yang letaknya
tidak jauh di utara kepulauan Natuna yang merupakan bagian dari kedaulatan
Indonesia. Tentunya contoh dan realita diatas secara tidak langsung memberikan
peringatan bahwa kapanpun perang dapat terjadi dan begitu pentingnya setiap
1
Szafranski dalam Sloan, 2003:3
2
The scam within a scam. US, UK officials are flying high on the AUKUS teat. - Michael West
2
negara mengimbangi Alutsista negara lain yang semakin canggih dengan teknologi
tinggi. Oleh karena itu seluruh negara-negara di dunia termasuk Indonesia sadar
akan pentingnya modernisasi Alutsista angkatan bersenjatanya agar tidak terlalu
jauh tertinggal oleh Alutsista negara-negara di dunia terutama negara-negara di
kawasan.
Kondisi persaingan Alutsista ini meningkatkan risiko terjadinya potensi konflik
sehingga menuntut kesiapan TNI dalam mengantisipasi ancaman yang mungkin
timbul dari situasi keamanan regional maupun internasional. TNI sebagai alat
pertahanan negara yang memiliki tugas pokok menegakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan RepuIik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara 3. Pada
kenyataannya, gelar kekuatan TNI saat ini terutama mengenai kemampuan Alutsista
dirasakan belum optimal untuk melaksanakan tugas yang diamanatkan oleh
Undang-Undang tersebut khususnya ketika dihadapkan pada perkembangan
kekuatan militer negara-negara di kawasan regional khususnya dari segi
kepemilikan Alutsista. Dalam entry briefing Panglima TNI menyatakan bahwa ada
tiga permasalahan yang harus dihadapi dalam modernisasi Alutsista diantaranya
yaitu pertama, bagaimana pemanfaatan teknologi Al dan informatika secara
terprogram, berkelanjutan serta berorientasi integrated based system dan
modernisasi Alutsista berbasis digital untuk mendukung alur logistik maritim (visi
poros maritim dunia). Kedua, bagaimana pemanfaatan produk untuk mendukung
pengembangan Industri Strategis Pertahanan Nasional dengan memaksimalkan
ToT (Transfer of Technology) dan ToK (Transfer of Knowledge). Ketiga, bagaimana
agar pengadaan Alutsista, perlengkapan dan peralatan harus berdasarkan
kebutuhan satuan dimana prosesnya dilakukan secara transparan dan akuntabel
sesuai prinsip Good Governance. Oleh karena itu, pada tulisan ini penulis berupaya
menyampaikan ide dan gagasan melalui rumusan masalah “Bagaimana
optimalisasi Modernisasi Alutsista TNI sesuai dengan kemajuan Ilpengtek
dalam rangka mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
Berdaulat ?
3
UU Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI
3
Adapun nilai guna dari tulisan ini yaitu untuk memberikan manfaat bagi para
penentu kebijakan pada level Kementrian Pertahanan dan Mabes TNI dalam
mengoptimalkan modernisasi Alutsista TNI. Sedangkan maksud tulisan ini adalah
memberikan gambaran tentang optimalisasi Modernisasi Alutsista TNI sesuai
dengan kemajuan Ilpengtek dalam mengimbangi persaingan modernisasi alutsista
dunia melalui pemenuhan Alutsista yang efektif dan mandiri dengan tujuan sebagai
sumbangan pemikiran bagi organisasi TNI tentang Modernisasi Alutsista TNI sesuai
dengan kemajuan Ilpengtek dalam mengimbangi persaingan modernisasi alutsista
dunia melalui pemenuhan Alutsista yang efektif dan mandiri sehingga siap dalam
menghadapi ancaman perang. Ruang lingkup penulisan terdiri dari pendahuluan,
pembahasan dan penutup dengan dibatasi pada pembahasan mengimbangi
persaingan modernisasi alutsista dunia melalui pemenuhan Alutsista yang efektif
dan mandiri.
PEMBAHASAN
Indonesia dalam hal ini TNI untuk dapat menjawab segala aspek ancaman
terhadap kedaulatan negara salah satunya dengan Modernisasi Alutsista agar dapat
mengimbangi persaingan Alutsista negara-negara di dunia terutama negara-negara
yang berpotensi konflik di kawasan.
lain4. Alutsista TNI AL juga tidak sebanding dengan tanggung jawabnya yang besar
untuk menegakkan kedaulatan wilayah perairan Indonesia. Kapal-kapal TNI AL yang
berjumlah kurang lebih 168 kapal yang terdiri dari Striking Force sebanyak 52 kapal,
Patrolling Force sebanyak 53 kapal dan Supporting Force sebanyak 63 kapal perlu
mendapat peremajaan dan pemuktahiran kemampuan yang berbasis digital
sehingga memiliki kemampuan daya tempur dan daya jelajah yang lebih baik serta
dapat memprediksi ancaman yang datang lebih dini untuk tindak lanjut yang lebih
cepat dalam rangka mendukung alur logistik maritim.5 Khusus di matra darat, perlu
penambahan alutsista berjenis MLRS/Rudal untuk mengawal wilayah Indonesia
terutama daerah-daerah yang diprediksi sebagai jalur datangnya serangan dari luar.
Saat ini hanya ada 2 Yonarmed/Roket yang berada di Pulau Jawa dan 1 Rai
Armed/Roket di Pulau Natuna. Selain itu Alutsista TNI yang ada belum berorientasi
Integrated Based System untuk menjamin adanya inter-operabilitas seluruh matra
dalam rangka meningkatkan efektifitas pencapaian Tugas Pokok TNI.
Di dalam Doktrin TNI tentang Operasi Gabungan TNI Nomor Kep/258/IV/2013
tanggal 5 April 2013 bahwa Operasi gabungan TNI bertujuan untuk mewujudkan
keterpaduan antar angkatan dan unsur lain guna mencegah, menangkal dan
menanggulangi berbagai ancaman terhadap kepentingan nasional, agar terwujud
kondisi yang aman secara berkelanjutan sehingga penyelenggaraan pembangunan
dalam rangka pencapaian tujuan dan cita-cita nasional berjalan lancar. Hal ini
tentunya masih kontradiktif dengan kondisi saat ini dimana Alutsista TNI AU, AL dan
AD belum sepenuhnya dapat terintegrasi dan terkesan jalan masing-masing. Sampai
dengan saat ini belum bisa dilakukan latihan Gabungan TNI yang dilakukan dalam
hubungan Kogabwilhan untuk melatih hubungan kerjasama antar matra baik dalam
aspek komunikasi, bantuan tembakan terpadu, pergeseran personel dan alutsista,
manuver dan seterusnya dimana salah satu alasannya yaitu belum adanya sistem
alutsista yang terpadu dan terintegrasi satu sama lain.
Sesuai dengan data fakta diatas tentunya belum sejalan dengan teori pada
operasi gabungan TNI yang menuntut interoperabilitas keterpaduan antar matra
guna mencegah, menangkal dan menanggulangi berbagai ancaman terhadap
kepentingan nasional. Sudah saatnya dalam pengadaan Alutsista perlu
4
https://nasional.tempo.co/read/1704744/tni-au-rencanakan-pembaruan-teknologi-radar-militer diakses 27
Nov 2023 pukul 1449
5
https://id.wikipedia.org/wiki/Tentara_Nasional_Indonesia_Angkatan_Laut diakses 27 Nov 2023 1430
5
6
Interoperabilitas Dalam Pelaksanaan Operasi Militer Selain Perang (OMSP) OLEH TNI AU Dalam Menangani
Pembajakan Dan Perompakan Bersenjata (Kajian Keamanan di Selat Malaka) (Fierman Prihadi, Yusa Djuyandi,
Ari Ganjar Herdiansah)
7
modifikasi, retrofit dan upgrade, produksi berdasarkan lisensi, saham patungan, beli
kembali, produksi bersama, subkontrak, pengembangan kompetensi pada penelitian
dan pengembangan, pengembangan bersama, alih teknologi, alih kompetensi
melalui penelitian dan pendidikan, pengembangan pemasaran produk industri
pertahanan, maupun investasi untuk industri manufaktur dapat dimanfaatkan dengan
baik dalam mewujudkan kemajuan Industri Industri dalam negeri. Dari beberapa
fakta dan teori diatas serta untuk mengatasi beberapa kelemahan dan kendala yang
ada, Penulis mencoba memberikan upaya dengan memanfaatkan peluang dan
kekuatan dalam pemanfaatan produk untuk mendukung pengembangan Insdustri
Strategis Pertahanan Nasional dengan memaksimalkan ToT (Alih Teknologi) dan
ToK (Alih Pengetahuan) diantaranya yaitu: Pertama, Permasalahan implementasi
konsep ini dapat diwujudkan dengan adanya roadmap yang jelas pengembangan
alat peralatan pertahanan dan keamanan tahapan demi tahapan. Penyusunan
roadmap ini harus dirumuskan bersamasama di antara ketiga pilar pelaku di atas.
Dari sisi pengguna, mereka bisa menentukan spesifikasi detail yang dibutuhkan
untuk keperluan operasi. Selanjutnya proses penelitian dan pengembangan alat
peralatan pertahanan dan keamanan yang diinginkan dapat dilakukan oleh badan-
badan Litbang yang ada. Kedua, Permasalahan implementasi konsep kluster
industri dapat diatasi bila ada keseriusan dari pemerintah untuk melakukan
pembenahan maupun penambahan infrastruktur pendukung industri pertahanan,
baik industri hulu maupun industri hilir. Semakin banyak komponen lokal yang
mampu dibuat di dalam negeri, maka semakin besar kandungan lokal dalam suatu
alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dibuat. Hal ini juga memiliki dampak
positif semakin berkurangnya ketergantungan pengadaan komponen dari luar
negeri, semisal kebutuhan suku cadang maupun amunisi. Ketiga, Permasalahan
imbal dagang, kandungan lokal dan offset terkait erat dengan pengadaan alat
peralatan pertahanan dan keamanan dari luar negeri. Kita berharap lompatan besar
untuk alat peralatan pertahanan dan keamanan yang lain sehingga pengadaan-
pengadaan dari luar negeri bisa kita minimalisir.
Tujuan utama pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) Tanah Air,
yaitu membangun postur pertahanan TNI yang semakin kokoh, lengkap, modern,
dan terpadu. Selain itu, pemenuhan kebutuhan alutsista harus melalui proses
perencanaan dan kalkulasi yang baik serta mengikuti perkembangan zaman dan
teknologi di masa mendatang. Dalam setiap kesempatan, sering Presiden Joko
Widodo menyampaikan bahwa tidak boleh lagi, Indonesia membeli, misalnya,
pesawat tempur tanpa memperhitungkan biaya daur hidup alutsista tersebut dua
puluh tahun ke depan. alutsista dibeli dari uang rakyat untuk bisa digunakan oleh
TNI dalam melindungi rakyat, bangsa, dan negara dari segala bentuk ancaman yang
ada. Oleh karena itu, fungsi pengawasan dalam pengadaan alutsista harus terus
diutamakan dan dimulai dari interaksi antar pemerintah (G-to-G) serta dalam
pengadaan alutsista ini betul-betul diterapkan prinsip-prinsip transparansi dan
akuntabilitas dan tidak ada toleransi terhadap praktek-praktek korupsi dan mark-up.
Terjadinya hal ini dipengaruhi oleh berbagai aspek baik internal maupun eksternal.
Dari faktor internal terdapat kelemahan dan kekuatan dalam mewujudkan
pengadaan Alutsista, perlengkapan dan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan
satuan dimana prosesnya dilakukan secara transparan dan akuntabel sesuai prinsip
good governance. Pertama, Belum adanya Roadmap terkait rencana pembelian
Alutsista dihadapkan dengan ancaman negara sebagai alasan kenapa jenis Alutsista
tersebut harus dibeli sehingga transparansi belum dapat tercapai. Kedua, Adanya
kenaikan anggaran belanja Alutsista sebesar Rp. 65,83 triliun pada 20247
merupakan kekuatan yang harus dimanfaatkan dengan baik untuk modernisasi
Alutsista sesuai dengan kebutuhan satuan dan dalam pelaksanaanya perlu
dilakukan secara transfaransi dan akuntabel. Di sisi lain faktor eksternal yang
mempengaruhi dapat dijabarkan dalam peluang dan kendala antara lain: pertama,
kerahasiaan dan transparansi menjadi dua hal yang kontradiktif dalam pengadaan
Alutsista TNI dengan alasan menjaga kerahasiaan negara karena selama ini
Pemeriksa Keuangan (BPK) sama sekali tidak diperkenankan mengaudit pengadaan
Alutsista. Kedua, Pemilihan alutsista yang akan dibeli belum berdasarkan
pengkajian kemampuan dan keefektifan Alutsista itu sendiri dalam peperangan yang
sudah maupun sedang berlangsung. Dari beberapa fakta dan teori diatas serta
untuk mengatasi beberapa kelemahan dan kendala yang ada, Penulis mencoba
7
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20231205133857-532-1033084/jokowi-tambah-anggaran-
alutsista-kemhan-2024-rp6583-t-dibiayai-utang
10
PENUTUP
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa optimalisasi Modernisasi
Alutsista TNI sesuai dengan kemajuan Ilpengtek saat ini sangat penting untuk
mengimbangi kemajuan teknologi dunia dibidang persenjataan militer serta
mewujudkan negara Indonesia yang berwibawa di kawasan dengan memiliki
Alutsista TNI yang terpadu antar angkatan dan unsur lain guna mencegah,
menangkal dan menanggulangi berbagai ancaman terhadap kepentingan nasional,
agar terwujud kondisi yang aman secara berkelanjutan sehingga penyelenggaraan
pembangunan dalam rangka pencapaian tujuan dan cita-cita nasional berjalan
lancar.
Dari kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran kepada Komando
atas agar: pertama, Menteri pertahanan, Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan
berkomunikasi secara efektif dengan pemerintah dan DPR RI guna mendapatkan
dukungan regulasi dan anggaran untuk alokasi pemeliharaan dan perawatan
11
Alutsista baru yang dibeli sepanjang tahun sehingga Alutsista tidak mengalami
kendala dalam pemeliharaan dan perawatan agar siap operasional saat dibutuhkan,
kedua, Menteri pertahanan dapat mengakomodir pembelian Alutsista tiga matra
dengan kesistemannya yang terpadu sehingga mempermudah operasional dan
menunjang dalam operasi maupun latihan gabungan antar matra untuk
meningkatkan interoperabilitas TNI dan ketiga, Menteri Pertahanan dapat
berkomunikasi dengan pabrikan dan negara Alutsista pembuat agar dapat
mewujudkan ToT dan ToK dalam rangka mewujudkan Industri Pertahanan Dalam
Negeri yang mandiri sehingga kedepan dalam hal pemeliharaan dan perawatan
Alutsista dapat dilakukan di dalam negeri.
Demikian esai yang berjudul “Optimalisasi Modernisasi Alutsista Tni Sesuai
Dengan Kemajuan Ilpengtek dalam rangka mewujudkan negara Indonesia yang
berwibawa (Study kasus mengimbangi persaingan modernisasi alutsista dunia
melalui pemenuhan Alutsista yang efektif dan mandiri)” penulis susun. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyampaian ide dan penulisan esai ini
sehingga penulis berharap adanya saran dan masukan dalam penyempurnaan esai
ini kedepan. Penulis juga berharap agar esai ini dapat bermanfaat bagi modernisasi
Alutsista TNI dalam rangka melaksanakan tugas pokok menjaga kedaulatan NKRI.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20231205133857-532-1033084/jokowi-
tambah-anggaran-alutsista-kemhan-2024-rp6583-t-dibiayai-utang
13
ALUR PIKIR
OPTIMALISASI MODERNISASI ALUTSISTA TNI SESUAI DENGAN KEMAJUAN ILPENGTEK
DALAM RANGKA MEWUJUDKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA YANG BERDAULAT