melemahkan TNI dengan berbagai cara baik langsung maupun tidak langsung dari
dalam (intern) maupun dari luar (ekstern). Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
sangat luas dan memerlukan perlindungan yang maksimal dari berbagai kegiatan yang
merongrong kedaulatan, dari sengketa wilayah, pencurian sumber daya laut sehingga
upaya separatisme dan berbagai kegiatan illegal. Oleh karena itu maka diperlukan
kekuatan TNI yang dapat melindungi kepentingan nasional tersebut, namun dilain pihak
sangat dapat dipastikan tentang adanya pihak-pihak tertentu yang berdasarkan
kepentingannya ingin memecah belah NKRI, dan hambatan yang utama adalah
kekuatan TNI. Oleh karena itu maka mereka selalu berusaha untuk melemahkan TNI,
sejak dipisah dengan Polri, dikurangi anggarannya, dirubah doktrinnya, dihilangkan hak
dan kewenangannya dibidang territorial dan kewilayahan, disudutkan dalam
pelanggaran berat HAM dan Demokratisasi, dan berbagai scenario untuk memojokan
serta melemahkan TNI, yang dilakukan dengan berbagai cara peperangan informasi
termasuk yang menggunakan fasilitas yang berbasis teknologi informasi. Sehingga
apabila kondisi tersebut dibiarkan dan tidak ditanggapi secara serius, maka sampai
kapan NKRI bisa bertahan.
Kondisi tersebut dapat dibuktikan bahwa dengan globalisasi dan peledakan
informasi, akan membuat dan merubah image serta opini yang tertanam dalam masingmasing individu dilingkungan lawan hingga akan melemahkan kondisi dan posisi lawan.
Perang informasi bersifat perang psychologi (psychological warfare) yang dapat
dilakukan kapan saja sebelum perang fisik terjadi, hingga dapat berperan sebagai
upaya untuk mencegah terjadinya perang yang dapat merugikan kedua belah pihak.
Revolution Military Affair (RMA) mendorong seluruh negara berupaya meningkatkan
pemanfaatan teknologi, terutama negara-negara adidaya yang telah menerapkan
teknologi khususnya TI untuk memperkuat militernya dengan memanfaatkan dukungan
kekuatan dan keunggulan informasi secara cepat, tepat, akurat dan aman. Mengingat
saat ini TI telah mampu pengaruhi teori seni perang dan ilmu pengetahuan tentang
perang serta perubahan prilaku,peradaban dan budaya bangsa-bangsa di dunia.
Sehingga tuntutan pembina sistem informasi saat ini bukan hanya sekedar membangun
system akan tetapi dituntut lebih besar lagi yaitu bagaimana mewujudkan keunggulan
informasi, karena barangsiapa menguasai informasi, maka ia akan menguasai dunia
(Who controls the information, control the world), dimana keunggulan Informasi adalah
posisi atau status dan kemampuan informasi yang dicapai pada saat mendapatkan atau
menciptakan dan memelihara competitive advantage bagi organisasi atau satuan dan
gugus tugas tertentu.
Perkembangan Tekhnologi selalu memberi akibat baik positif maupun negatif
dimana yang bersifat positif merupakan manfaat dan peluang yang harus dimanfaatkan
seoptimal mungkin, sedangkan dampak negatif merupakan permasalahan yang perlu
diatasi dan diantisipasi. Mengingat dampak negative tersebut akan berubah menjadi
ancaman yang sangat serius apabila dimanfaatkan oleh pihak lawan atau pihak lain
yang tidak bertanggung jawab, sehingga semuanya menjadi sangat komplek dan luas
(mengglobal), sebagai akibat pengurangan waktu dan tanpa batas. Dengan demikian
maka ancaman Non Traditional Warfare (NTW) atau Assymetric Warfare dengan
memanfaatkan TI akan menjadi lebih mengemuka, mengingat hal tersebut dapat
dilakukan dan berlangsung kapan saja dan dilakukan oleh siapa saja dimana saja yang
terpenting mereka memiliki fasilitas yang memadai. Berdasarkan ancaman tersebut
2
maka kita dituntut untuk memiliki kekuatan dunia maya (cyber power) yang memiliki
kemampuan pertahanan dan keamanan sistem yang memadai. Sistem informasi yang
diperlukan harus memiliki kemampuan operasional yang dapat menyelenggarakan
dukungan informasi dalam perang (Information In War /IIW), Peperangan Informasi
(Information Warfare/IW) dan kerjasama informasi (Information Cooperation/IC). Untuk
mewujudkan kepentingan tersebut dalam pembangunan dan pengembangannya
diperlukan berbagai theory dan konsep diantaranya C4ISR, Dekenitetiko, Network
Centric Warfare (NCW) dan Network Centric Operation (NCO) serta konsep lain yang
relevan.
2. Theori dan Konsep yang digunakan.
Dalam rangka menyusun, merencanakan, membangun, memelihara dan
mengembangakan Sistem Informasi Pertahanan Negara Matra Laut diperlukan
berbagai theory dan konsep yang mendukung dan relevan dengan kebutuhan sistem,
diantaranya adalah tentang :
a. Informasi.
1) Arti dan makna informasi, informasi berasal dari fenomena, sedangkan
fenomena adalah fakta yang nampak atau suatu peristiwa, yaitu segala sesuatu
yang terjadi di sekitar kita. Fenomena harus dapat dirasakan dan
diinterpretasikan menjadi informasi. Fenomena menjadi informasi melalui
pengamatan dan analisis, oleh karena itu informasi adalah suatu abstraksi dari
fenomena. Informasi adalah hasil persepsi dan interpretasi. Untuk menentukan
informasi, diperlukan hanya dua karakteristik yang terdiri dari data dan instruksi
(Information consists of data and instructions). Sehingga informasi merupakan
suatu hasil dari dua hal tsb yaitu fenomena (data) dan instruksi (process) yang
diperlukan untuk menginterpretasikan data hingga dapat memberikan arti.
2) Hubungan Informasi dengan teknologi, sejak bergulirnya Revolution
Military Affair (RMA), khususnya dalam bidang teknologi informasi telah
memaksa sistim informasi masuk dan berintegrasi dalam kehidupan manusia
sehari-hari yang dikenal dengan istilah zaman atau era Informasi. Informasi
sangat berhubungan erat dengan teknologi yang berkonsentrasi pada data,
terjadi peningkatan yang sangat cepat pada kegiatan proses dan pengiriman
data, sedangkan informasi sangat erat hubungannya dengan setiap aspek
kehidupan. Pada Era Informasi pula tercipta kemampuan informasi pada operasi
militer yang belum pernah terjadi sebelumnya, dimana seorang komandan dapat
mengamati situasi pertempuran (battle space), menganalisis kejadian dan proses
pendistribusian informasi secara menyeluruh. Kita harus membedakan antara
peperangan era informasi dan peperangan informasi, dimana informasi menjadi
sesuatu yang sangat penting.
3) Fungsi Informasi dalam kegiatan dan operasi Militer, secara umum dapat
diartikan bahwa Information Function are any activity involving the acquisition,
transmission, storage, or transformation of information. fungsi Informasi adalah
berbagai aktivitas yang meliputi cara mendapatkan, pengiriman atau
mentransmisikan, penyimpanan atau perubahan bentuk informasi. Sedangkan
3
Indonesia seperti kasus Aceh, Papua, Ambon dan blok Ambalat, oleh karena
itu perlu waspada dan selalu melakukan purbajaga terhadap kemungkinan
tersebut.
b. Revolution Military Affair (RMA), menuntut adanya perubahan yang significant
dalam pemanfaatan teknologi, sehingga diharapkan dapat merubah metode atau
cara-cara atau doktrin peperangan. Dalam hal ini khusus dibatasi dalam
memanfaatkan teknologi informasi (Information Technology). Pemanfaatan teknologi
informasi harus mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi, kualitas dan kuantitas
kegiatan pelaksanaan tugas. Teknologi dapat mengurangi jumlah kekuatan personel
maupun materiel yang dihadirkan diwilayah peperangan, yang lebih penting dengan
teknologi diharapkan dapat meraih efektifitas pencapaian misi yang diemban dalam
tugas secara menyeluruh. Dengan demikian maka konsep RMA akan berpengaruh
terhadap perubahan doktrin peperangan untuk menekan resiko dan kerugian
personel maupun materiel yang mungkin terjadi. Walaupun penerapan RMA
dilingkungan Departemen Pertahanan dan TNI belum diselenggarakan dan
dirasakan masih belum optimal, karena dihadapkan pada keterbatasan kemampuan
sumber daya. Namun demikian kita harus segera menyadari situasi dan kondisi,
mengaudit, menganalisis dan mengevaluasi kekuatan dan kemampuan pertahanan
negara Indonesia secara obyektif, dihadapkan pada ancaman yang nyata dan
kemampuan sumber daya. Sehingga Indonesia memiliki target dan rencana yang
jelas dalam membina dan membangun kekuatan pertahanannya. Penerapan RMA
yang umumnya dilakukan diberbagai negara adidaya merupakan dampak dari
perkembangan, diantaranya sebagai akibat dari perkembangan teknologi. Demikian
pula dengan penerapan RMA dilain pihak akan menimbulkan dampak yang sangat
besar dan penuh resiko yang memerlukan pemikiran serta kegiatan dan pengerahan
sumber daya yang sangat besar. Dampak tersebut akan terjadi dinegara-negara
yang memiliki kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan yang terkadang harus
berhadapan dengan negara adidaya yang memiliki kekuatan pertahanan yang tidak
seimbang, maka secara langsung atau tidak langsung kondisi ini akan menciptakan
konsep dan metode peperangan lain yang ditujukan untuk menghadapi atau
melawan ketidak seimbangan tersebut, sesuai dengan kemampuan masing-masing
negara yang bertikai, seperti yang kita ketahui saat ini telah dikenal konsep
peperangan Non Traditional Warfare dan Asymetric Warfare.
c. Network Centric Warfare (NCW), prinsip dasar yang digunakan dalam konsep
Network Centic Warefare, adalah sbb :
1) Robustly Networked Force improves Information Sharing and Collaboration,
dengan demikian maka kegiatan awal perlu merencanakan, membangun dan
mengembangkan jaringan sesuai dengan tuntutan kebutuhan operasional
system, sehingga memiliki kekuatan yang akan meningkatkan kemampuan
sharing informasi dan kerja sama informasi/kolaborasi.
2) Information Sharing and Collaboration enhances Quality of Information and
Shared Situational Awareness, setelah kemampuan jaringan dapat
meningkatkan kemampuan sharing Informasi dan kerjasama informasi/kolaborasi
maka kemampuan tersebut akan meningkatkan Kualitas Informasi yang dapat
membangkitkan Kesadaran Sharing Situasi.
3) Quality of Information enables New Processes, Shared Situational Awareness
enables Self Synchronization. Kualitas Informasi memungkinkan terjadinya
Proses dan cara-cara baru, sedangkan Kesadaran Sharing Situasi sangat
memungkinkan untuk mewujudkan Sinkronisasi Diri.
4) These, in turn, dramatically increased Mission Effectiveness, dan, pada
gilirannya akan meningkatkan efektivitas misi secara dramatis.
Berdasarkan pernyataan Getting the right information to only the right people, at the
right place and time, in a useable format, with clear and unambiguous meaning, in
joint and in coalition of forces. Dengan pengertian Memperoleh informasi yang
benar hanya untuk orang-orang yang benar, pada sasaran dan waktu yang tepat,
dalam suatu format yang dapat digunakan, secara jelas dengan arti yang tidak
meragukan, dalam satuan gabungan dan kekuatan koalisi, maka secara sederhana
dapat diartikan, sbb :
1) Bagaimana memperoleh informasi yang benar, agar dapat menghasilkan
kualitas informasi yang diharapkan, merupakan tugas dan tanggung jawab
information domain (Pembina Fungsi Sistem Informasi)?
Dapatkan data yang benar.
Bangun dan kembangkan system aplikasi dengan proses pengolahan
data yang sesuai dengan kegiatan dan manajemen fungsi ybs.
Penyajian informasi pada sasaran dan waktu yang tepat, dalam suatu
format yang dapat digunakan, secara jelas dengan arti yang tidak
meragukan.
Bangun infrastruktur dan wujudkan Kekuatan Jaringan yang diperlukan
sesuai kebutuan operasional sistem.
Laksanakan sharing informasi melalui fasilitas jaringan yang dimiliki
hingga dapat mewujudkan keunggulan informasi.
2) Bagaimana menyiapkan orang-orang yang benar, yaitu para personel yang
memenuhi persyaratan kemampuan tertentu serta memiliki Profesionalisme,
Motivasi, Dedikasi dan Loyalitas yang dipersyaratkan oleh Cognitive and Social
Domain (Pembina Fungsi Personel).
3) Bagaimana menyiapkan personel pengguna sistem dan informasi yang
memiliki kesadaran sharing situasi dapat memanfaatkan keunggulan dan kualitas
informasi dengan berbagai proses dan cara-cara baru, sehingga terwujudnya
9
10
konsep Dekenitetiko tidak dijelaskan, karena bisa saja intelijen tersebut masuk
dalam sistem komando dan pengendalian atau kegiatan intelijen terpisah dan
langsung kepada Pimpinan. Untuk menentukannya perlu diskusi dan bahasan
lanjut tentang hubungan antara Intelijen, Puskodal dan unsur Pimpinan.
f. Tugas Puskodal dilingkungan TNI Angkatan Laut, yang memiliki tingkatan
Komando dan Kendali Strategis, Taktis dan Teknis Operasional, dalam hal ini
sebagai contoh adalah tugas pokok Puskodal TNI AL yang bersifat strategis,
diantaranya memiliki tugas sbb :
1) Tugas Komando dan Kendali (Kodal), menyelenggarakan komando dan
pengendalian terhadap operasi dilingkungan TNI AL, mengumpulkan, menilai
dan mengolah data serta menyajikan informasi yang meliputi tentang :
Kegiatan operasi dan latihan.
Kondisi kemantapan dan kesiapsiagaan operasional serta komposisi
kekuatan Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT).
Kekuatan Armada Laut TNI non TNI AL.
Potensi Kekuatan Armada Laut non TNI.
Potensi Kemampuan Industri Jasa Maritim.
Kegiatan TNI AL selain perang.
2) Melaksanakan koordinasi dengan Pusdalops TNI dan Puskodal Angkatan dan
Polri, tentang berbagai jenis data dan informasi operasi.
3) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap penyelenggaraan
Puskodal Kotama Operasi TNI AL.
4) Menyiapkan keperluan operasi dan mengatur kesiagaan Puskodal Mabesal.
5) Menyusun berbagai buku petunjuk (Bujuk) dibidang informasi operasi dan
latihan TNI AL.
6) Dalam keadaan darurat dapat ditugaskan sebagai salah satu alternatif
cadangan pengganti Pusdalops TNI.
g. Konsep Dasar dan Kemampuan Sistem Informasi Puskodal TNI-AL ,
merupakan gabungan dari kedua konsep tersebut yang menjabarkan kegiatan dan
memanfaatkan kemampuan C4ISR dan konsep Dekenitetiko, khususnya
kemampuan fasilitas dan kegiatan, sbb :
1) Komando dan Kendali (Command and Control), merupakan kemampuan
sistem dalam mendukung aktivitas penyampaian instruksi/perintah berisi
kegiatan atau arahan yang harus dilaksanakan, dari pimpinan yang berwenang
kepada seluruh unsur/satuan operasi yang terkait dan berada dalam tugas dan
tanggung jawab serta kewenangannya, secara lisan (voice) atau tulisan, baik
langsung maupun tidak langsung, untuk melakukan tindakan, penugasan atau
kegiatan lain dalam mengatasi atau mengantisipasi suatu permasalahan atau
kejadian tertentu, dengan menggunakan fasilitas komunikasi yang tersedia
berupa radio, telepon, jaringan komputer atau fasilitas lain yang dimiliki.
2) Komunikasi (Communication), merupakan kemampuan sistem dalam
mendukung aktivitas penyampaian data atau informasi multi media dari suatu
12
dan media apa saja. Sehingga 4thGW memiliki ciri-ciri seperti : tidak jelasnya
perbedaan antara perang dengan konflik politik, tidak dapat dibedakan masa perang
dan damai, karena dapat dilakukan kapan saja serta tidak terbatasnya pelaku
maupun wilayah konflik, karena dapat dilakukan oleh sipil maupun militer dan tidak
menentukan wilayah perang. 4thGW merupakan peperangan psikologis yang sangat
canggih dengan memanfaatkan teknologi tinggi khususnya teknologi informasi
terutama pemanfaatan dan manipulasi media dengan melakukan serangan
langsung terhadap budaya. Sehingga dampak peperangan ini mayoritas bersifat
psikhologis yang diarahkan untuk melemahkan mental dan moral, walaupun tidak
jarang digunakan untuk menghancurkan atau melumpuhkan kemampuan fasilitas
dan peralatan, sarana dan prasarana yang digunakan dalam menyelenggarakan
cyber warfare.
Menurut Michael D. Mcdonnell dan Terry L. Sayers ancaman potensial yang
mungkin dihadapi pada abad 21 ini, diantaranya adalah :
1) Ancaman Perangkat Lunak (The Software Threat), yang terdiri dari :
Pencurian Informasi (Information Theft)
Perusakan Informasi/Sistem (Information/System Destruction)
Manipulasi Informasi (Information Corruption)
2) Ancaman Perangkat Keras (The Hardware Threat), yang merupakan
Gangguan terhadap Jaringan dan Perangkat Keras (Jamming and
Network Intrusion).
b. Tantangan, dalam menghadapi ancaman tersebut maka dibutuhkan
kemampuan untuk membangun operasi militer masa depan yang diselenggarakan
berdasarkan kondisi peperangan informasi (Future Military Operations under
Information Warfare Conditions) dan dalam waktu singkat dapat melakukan tindakan
balasan (Countermeasures). Kondisi tersebut diwujudkan dalam bentuk kemampuan
pertahanan dan keamanan sistem dalam menghadapi ancaman NTW dan Asymetric
Warfare serta, berupa kemampuan pertahanan Perangkat Lunak (Software
Defenses) dan kemampuan pertahanan Perangkat Keras (Hardware Defenses).
Oleh karena itu maka untuk mengantisipasi dan mengatasi terjadinya ancaman
tersebut, maka pembinaan sistem informasi dituntut untuk mampu mewujudkan
kekuatan dan kemampuan dunia maya (Cyber Power) serta dapat menciptakan
superiority informasi dalam rangka mendapatkan competeitive advantage dalam
pelaksanaan tugas, dengan cara meningkatkan kemampuan :
1) Sumber Daya Manusia, dalam rangka mewujudkan kemampuan pembinaan
sistem informasi, prilaku dan budaya informasi serta mengoptimalkan fungsi,
peran dan pemanfaatan Teknologi Informasi dalam pelaksanaan tugas.
2) Infrastruktur TI, dalam rangka menjamin kebutuhan operasional sistem
informasi pertahanan negara matra laut serta mewujudkan kemampuan
ketahanan dan keamanan sistem secara menyeluruh.
3) Sistem Aplikasi dan Database, dalam rangka menjamin ketersediaan data
dan informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi dalam meningkatkan
kualitas pelaksanaan tugas.
4) Sistem dan Metoda, dalam rangka menjamin keyakinan, kepastian dan
kebenaran serta kelancaran terhadap arah dan misi serta fungsi, peran dan
14
c) Operasi Lain-lain.
Operasi Survei Hidro Oceanografi.
Operasi Surya Baskara Jaya (SBJ).
Operasi lain-lain.
b. Visi, Misi dan Motto pembinaan sistem informasi TNI Angkatan Laut,
berdasarkan fungsi, peran dan manfaat sistem informasi sebagai pendukung, mitra
dan media dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan tugas TNI Angkatan Laut,
maka Visi dan Misi serta Motto pembinaan sistem informasi TNI Angkatan Laut
adalah sbb :
1) Visi : Teknologi Informasi sebagai media dan alat strategis dalam
mendukung pencapaian tugas, tujuan dan sasaran TNI Angkatan Laut.
2) Misi :
a) Mewujudkan sistem informasi terpadu dalam rangka mempercepat proses
pengambilan keputusan serta mengoptimalkan kualitas pelaksanaan tugas
TNI Angkatan Laut.
b) Menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana berbasis teknologi informasi
dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi koordinasi dan
kerjasama, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi organisasi TNI
Angkatan Laut.
c) Membangun teknologi informasi TNI Angkatan Laut yang dapat
diandalkan serta melakukan sharing dan kerjasama informasi, dalam rangka
mewujudkan kualitas dan kemampuan informasi TNI Angkatan Laut yang
diharapkan.
d) Ikut serta membangun dan mengembangkan SDM TNI Angkatan Laut
agar memiliki wawasan, prilaku dan budaya teknologi informasi dalam rangka
mendukung pelaksanaan tugasnya.
16
4) Wujud, berupa Sistem Informasi Terpadu TNI Angkatan Laut terdiri dari
sistem informasi yang disiapkan untuk mendukung penggunaan kekuatan
(Gunkuat) atau kegiatan pelaksanaan tugas Operasi dan Latihan disebut Sistem
Informasi Lingkungan Operasi (Silingops) dan sistem informasi untuk
mendukung kepentingan pembinaan kekuatan (Binkuat) yang meliputi sistem
informasi Logistic (Silog), sistem informasi Personel (Sipers), sistem informasi
Perencanaan Anggaran dan Keuangan (Sirengarku), sistem informasi Khusus
(Sikhus). Sistem informasi yang dibangun dan dikembangkan untuk mendukung
informasi pada seluruh tingkat kegiatan baik Strategis, Taktis maupun Teknis.
5) Tujuan, menjamin ketersediaan Sistem dan Informasi, Fasilitas, Perangkat
dan Peralatan, Sarana dan Prasarana dengan mengutamakan Otomatisasi dan
Kemudahan serta berbagai kemampuan lain, diimplementasikan dalam sistem
informasi terpadu, yang diharapkan dapat mengoptimalkan pelaksanaan tugas
TNI Angkatan Laut dalam kegiatan OMP dan OMSP, baik dimasa damai, krisis
maupun konflik.
d. Sumber Daya Informasi (Information Resources), merupakan faktor yang
sangat menentukan terhadap keberhasilan pembinaan sistem informasi TNI
Angkatan Laut. Sehingga dalam penyelenggaraannya perlu kebijakan serta
pemahaman yang lebih mendalam tentang optimalisasi sumber daya dan dilakukan
dengan cara-cara baru yang dapat mensinergikan seluruh kemampuan sumber
daya informasi nasional secara optimal. Sumber daya informasi yang disajikan
adalah kondisi sumber daya saat ini dan yang memiliki potensi perkembangan
dimasa mendatang, diantaranya, bidang :
1) Infrastruktur, yang mencakup perangkat keras, perangkat lunak system dan
jarring komunikasi data berikut fasilitas komunikasinya merupakan aspek yang
menentukan dalam mewujudkan keberhasilan sistem dalam rangka mewujudkan
keunggulan informasi melalui proses dan pengiriman informasi secara cepat,
tepat, akurat dan aman. Sumber daya infrastruktur yang dimiliki saat ini masih
sangat terbatas, belum menjangkau Satker terendah dan belum terintegrasi
secara menyeluruh, Virtual Private Network-Internet Protocol (VPN-IP) TNI
Angkatan Laut baru terintegrasi sampai tingkat Komando Utama (Kotama) dan
Pangkalan Utama (Lantamal). Mengingat besar dan luasnya infrastruktur yang
diperlukan, maka dalam membangun dan mengembangkan infrastruktur sistem
informasi pertahanan negara diperlukan kerjasama antar Departemen dan
Instansi terkait secara proporsional berdasarkan kewenangan, tugas dan
tanggung jawab serta kemampuannya masing-masing. Seperti yang telah
direncanakan oleh Departemen Pertahanan (Dephan), pengembangan
infrastruktur sampai tingkat Lanal akan dilaksanakan pada tahun ini 2009. Selain
itu sangat penting untuk diupayakan agar sedapat mungkin jaringan memiliki
kemampuan pertahanan dan keamanan sistem yang handal, sehingga mampu
mencegah dan menangkal berbagai ancaman cyber.
2) Sistem Aplikasi, yang dimiliki saat ini masih sangat terbatas pada system
aplikasi yang diperuntukan untuk mendukung pelaksanaan tugas pembinaan
18
25
(OMP), agar lebih lengkap dapat dicontohkan pada tahapan operasi amfibhi
yang mencakup seluruh kebutuhan informasi dalam pelaksanaan kegiatan :
persiapan (preparation), embarkasi (embarkation), latihan umum (rehearsal),
gerakan menuju sasaran/GMS (movement), serbuan (assault) dan pengakhiran
(termination). Dengan demikian maka perlu disiapkan sistem informasi yang
dibangun dan dikembangkan secara terintegrasi dalam rangka mendukung
kebutuhan sistem dan fasilitas serta menjamin ketersediaan informasi pada
setiap tahapan operasi, yang terdiri dari Sistem Informasi yang diperlukan untuk
mendukung kegiatan :
a) Tahap Persiapan (Preparation), merupakan sistem informasi yang
diharapkan mampu untuk mendukung kebutuhan sistem dan menjamin
ketersediaan informasi dalam kegiatan penyusunan dan pengembangan
Rencana Operasi (RO), diantaranya informasi tentang kekuatan tugas yang
meliputi Unsur Tugas (UT), Satuan Tugas (ST), Gugus Tugas (GT), Armada
Tugas (AT) dan Gabungan (GAB). Jenis Operasi yang terdiri dari Operasi
Amfibhi (Opsfib), Operasi Khusus (Opssus), Operasi Laut (Opsla), Operasi
Gabungan (Opsgab) dan Operasi Laut lain-lain (Opsla Lain), terdiri dari
kegiatan :
Analisa Tugas Pokok (ATP).
Perkiraan Staf (Kirstaf), terdiri dari :
Perkiraan Operasi (Kirops),
Perkiraan Intelijen (Kirintel) tentang Situasi Cuaca, Medan, Musuh,
Sendiri dan Kawan, Geografi, Demografi serta Kondisi Sosial
Masyarakat.
Perkiraan Logistik, terdiri dari : Rencana Logistik dan Pembekalan.
Perkiraan Personel, terdiri dari : Rencana Personel dan Cadangan
Penyusunan Pengembangan Cara Bertindak Sementara (CBS)
Olah Yudha CBS.
Penyusunan Konsep Umum Operasi (KUO).
Informasi yang diperlukan dalam rangka mendukung kegiatan tersebut,
diantaranya adalah :
Peta.
Keadaan (Umum, Khusus dan Lanjutan).
Ikhtisar Intelijen.
Doktrin dan Taktik Musuh.
Analisa Daerah Operasi (ADO).
Keterangan Umum Daerah (Iklim, Cuaca, Medan, Ciri).
Aspek Militer (Taktis, Bantuan Administrasi, Teritorial).
Pengaruh Daerah Operasi, terhadap CB Musuh, Sendiri.
Informasi Susunan Tempur Musuh.
Data dan Informasi tentang Kekuatan Sendiri.
Data dan Informasi Logistik.
Informasi lain yang relevan.
27
kemampuan sumber daya yang terdiri dari kualitas sumber daya manusia dan
kemampuan infrastruktur teknologi informasi yang dimiliki. Dengan demikian
maka kunci keberhasilan dalam peperangan informasi adalah :
Kualitas Sumber Daya Manusia, yang diharapkan memiliki kemampuan
mengelola peperangan informasi, dalam rangka perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan menyusun, memproduksi dan menyebar informasi serta
pengendalian operasi informasi dilingkungan masyarakat luas baik ditingkat
nasional, regional maupun internasional, melalui berbagai media yang dapat
diakses dan dipublikasi dengan mudah.
Kemampuan Infrastruktur, berupa fasilitas dan peralatan perangkat keras,
perangkat lunak 33egara serta jarring komunikasi data yang dimiliki, untuk
mendukung kebutuhan dan kepentingan akses serta media informasi dan
penyebarannya.
3) Kerjasama Informasi (Information Cooperation), merupakan serangkaian
kegiatan pemanfaatan fasilitas dan informasi yang digunakan secara bersama
melalui sharing informasi (Information sharing) dan kolaborasi (Collaboration),
berdasarkan aturan dan ketentuan atau kesepakatan bersama (Memorandum of
Understanding/MoU), sesuai tugas, tanggung jawab dan kewenangannya
masing-masing, guna menciptakan kesadaran terhadap sharing situasi (Shared
Situational Awareness) dan sinkronisasi diri (Self Synchronization), untuk
mewujudkan keuntungan yang kompetitif (Competitive Advantage) dalam rangka
pencapaian misi secara efektif (mission effectiveness) dalam melaksanakan
tugas dimasa damai, krisis maupun konflik.
Lingkup Kerjasama Informasi, yang dapat dilakukan oleh TNI Angkatan Laut
dengan instansi lain bisa bersifat :
Intern TNI Angkatan Laut, merupakan kerjasama antar para Pembina
Fungsi, Komando Utama (Kotama), Satuan Kerja (Satker), Armada, Gugus
dan Satuan Tugas sampai Unsur Operasi terkecil dalam rangka optimalisasi
pelaksanaan tugas TNI Angkatan Laut. Sharing informasi dan pemanfaatan
fasilitas secara bersama dilakukan berdasarkan wewenang, tugas dan
tanggung jawab yang sudah tertuang dalam organisasi tugas dan prosedur
(Orgaspros) dan petunjuk pelaksanaan (Juklak) masing-masing, kecuali ada
hal-hal khusus yang belum ditentukan secara formal.
Ekstern diluar TNI Angkatan Laut, merupakan kerjasama antara TNI
Angkatan Laut dengan Angkatan Lain, Mabes TNI, Departemen Pertahanan
atau Departemen dan Instansi Pemerintah lainnya serta Swasta baik didalam
maupun diluar negeri yang terkait dengan kegiatan pertahanan negara.
Sharing informasi dan pemanfaatan fasilitas secara bersama dilingkungan
Dephan dan TNI dapat dilakukan berdasarkan wewenang, tugas dan
tanggung jawab yang telah ditetapkan oleh keputusan Menteri Pertahanan
atau Panglima TNI, sedangkan dengan pihak lain dapat dilakukan dengan
membuat kesepakatan bersama yang saling menguntungkan sesuai peran
dan fungsi masing-masing.
33
34
36
37