Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PPKN

KELOMPOK 4

1. Rahmi Anisa G. P.
2. Reyhandito Arifin
3. Ronamaruko Afkara K.
4. Shafira Nuraihan
5. Shafitri Diniyah A.
6. Sultan Mahdi
7. Widya Dwi Apriliani
8. Windi Ulfiatun N.
9. Zhafira Aliefia N.
I. LATAR BELAKANG

Penggunaan teknologi informasi telah menyebar ke segala bentuk organisasi. Organisasi


militer misalnya, menempatkan teknologi informasi sebagai salah satu senjata yang mendukung
kekuatan dan persatuan organisasi. Hal ini sejalan dengan kekhasan organisasi militer yang
selalu menuntut kecepatan dan ketepatan informasi sebelum mengambil sebuah keputusan
(perumusan strategi). Ini berarti teknologi informasi akan sangat berpengaruh terhadap
perubahan strategi militer.

Dewasa ini hampir seluruh sistem yang digunakan untuk kepentingan militer seperti
komando dan kendali, intelijen, pengintaian dan pengamatan, bentuk platform persenjataan telah
telah memanfaatkan kedua teknologi tersebut.

Banyak negara telah mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi, teknologi


kedirgantaraan, bioteknologi, teknologi propulsi, teknologi pembangkit energi dan nanoteknologi
untuk menggerakan industri pertahanannya dalam rangka memproduksi alutsista yang digunakan
untuk memperkuat militernya dan juga untuk menyiapkan sebagai produsen alutsista yang siap
bersaing dengan negara produsen lain. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris,
Jerman, Perancis, Rusia dan Jepang secara berkelanjutan mengembangkan industri
pertahanannya untuk memperkuat kekuatan militernya dan menjadikan sebagai negara
pengekspor alutsista.

II. DAMPAK IPTEK BAGI PERTAHANAN DAN KEAMANAN

DAMPAK POSITIF

1. Dari sisi komandan, teknologi informasi dapat mempercepat penyampaian informasi


sehingga dapat mempercepat pengambilan keputusan.
2. Dari sisi pasukan, teknologi informasi membantu pasukan untuk memperoleh informasi
pada waktu dan tempat yang tepat sehingga pasukan menjadi lebih fleksibel dalam
bergerak.
3. Meningkatkan kualitas pemilihan strategi dengan Decision Support System.
4. Peningkatan akurasi dan keandalan teknologi persenjataan dengan rekayasa hardware dan
software.
5. Pemerolehan personel militer yang mumpuni yaitu dengan rekrutmen berbasis teknologi
informasi.
6. Dengan penguasaan pengetahuan yang disebabkan oleh kemajuan dalam bidang
teknologi informasi, musuh dapat dibuat bertekuk lutut melalui sarana yang berupa
teknologi komputer. Sebagai contoh, penggunaan program kecerdasan buatan untuk
mensimulasikan formasi dan kekuatan musuh memungkinkan serangan menjadi efektif
dengan tingkat keberhasilan yang cukup tinggi.
DAMPAK NEGATIF

1. Penyalahgunaan satelit oleh para teroris


 Seperti melacak kondisi tempat mereka akan melakukan kejahatan, berkomunikasi
dengan sesama teroris, dan mencari pengikut lainnya.
2. Muncul teknologi senjata pemusnah massal (Weapon of Mass Destruction / WMD)
 Dikhawatirkan akan menjadi ancaman terbesar bagi suatu negara bila digunakan oleh
pihak yang tidak bertanggung jawab.
 Contoh: senjata nuklir dan senjata biologi
3. Menciptakan jenis perang baru yang lebih kualitatif dengan teknologinya
 Perkembangan yang cepat dari teknologi informasi beserta teknologi perang lainnya
memungkinkan menciptakan jenis perang yang secara kualitatif berbeda, seperti pada
Perang Teluk, perang dimana penguasaan pengetahuan mengungguli senjata dan
taktik.
4. Munculnya perang informasi
 Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi, terdapat penggunaan
sistem secara bersama (sharing), sehingga memungkinkan pihak-pihak yang tidak
berkompeten pada suatu sistem dapat melakukan akses ke pihak lain tanpa
mengalami kendala.
5. Peran masyarakat dalam menjaga keamanan, ketertiban, dan kedaulatan negara berkurang
 Karena segala sesuatu telah dikerjakan dengan teknologi, masyarakat merasa
tenaganya tidak dibutuhkan lagi untuk membela negaranya yang pada akhirnya dapat
menghilangkan rasa cinta pada bangsa.

Intinya, dampak negatif yang bisa ditimbulkan dari perkembangan IPTEK bagi
pertahanan dan keamanan NKRI adalah terganggunya stabiltas nasional, ketahanan nasional,
bahkan persatuan dan kesatuan bangsa. Segala dampak buruk yang telah disebutkan
sebelumnya pada akhirnya akan menimbulkan keresahan diantara masyarakat yang berujung
pada tindakan anarkis.
III. STRATEGI MENGATASI PENGARUH

STRATEGI MENGATASI PENGARUH TERORISME

1. Menegakan hukum, berbagi informasi dan data intelijen, pengendalian yang efektif terhadap
area perbatasan, mencegah jaringan teroris dalam menggunakan teknologi siber termasuk
berbagi informasi global melalui Interpol
2. Mendorong PBB agar mengambil posisi sebagai pemimpin dan memainkan peranan yang lebih
signifikan dalam mengatasi tindak terorisme, termasuk mencari solusi akar permasalahan
3. Melanjutkan finalisasi konvensi komprehensif mengenai terorisme internasional yang nantinya
akan menjadi dasar hukum dalam mengatasi tindak terorisme internasional
4. Memperkuat pusat deradikalisasi yang sudah dimiliki di kawasan

STRATEGI MENGATASI PENGARUH SENJATA MASAL

1. Pendekatan penyelesaian krisis senjata pemusnah masal melalui kerjasama multilateral


berbasis perjanjian internasional seperti Partial Test Ban Treaty (1963), NPT (1968) dan
CTBT (1996). Dalam kerangka penyelesaian yang berbentuk traktat dan masuk ke dalam
perjanjian internasional ini, Secara norma dan prinsip hukum internasional sangat kuat,
Akan tetapi bentuk ini cenderung lemah ke dalam arah penegakan apabila ada pihak-pihak
yang tidak mematuhi isi dari traktat tersebut.
2. Melalui deklarasi atau resolusi (non-treaty) yang dibentuk oleh UN Security Council (UNSC)
UN General Assembly (UNGA). Bentuk penyelesaian seperti ini memiliki dua alasan
utama yaitu : mencari kesepahaman dengan pihak-pihak non-state actors dan memberikan
masukan kepada perjanjian-perjanjian berbentuk traktat apabila didalam isi perjanjian dirasa
masih memiliki kekurangan dan kelemahan
3. Adalah yang diprakarsai oleh pemimpin sebuah negara atau beberapa kelompok negara
(non-convensional approaches), seperti yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap Irak
pada era George W.Bush melalui preventive war dengan membentuk Proliferation Security
Initiative (PSI) untuk mengatasi senjata kimia dan biologi yang di jalankan oleh

STRATEGI MENGATASI PERANG BARU

Contohnya perang dagang AS dan China

1. Pemerintah perlu mengambil langkah antisipasi dalam jangka pendek dengan hadir atau
intervensi ke pasar melalui bauran kebijakan antara pemerintah selaku otoritas fiskal dan BI
selaku otoritas moneter.
2. Antisipasi jangka menengah bisa dilakukan pemerintah dengan cara memetakan kembali pasar-
pasar baru non-tradisional sebagai alternatif kerja sama perdagangan.
3. Untuk jangka panjang, pemerintah bisa melakukan penguatan regional melalui regional
comprehensive economic partnership serta penguatan industri dasar melalui penguatan
infrastruktur.
STRATEGI MENANGGULANGIN PERANG INFORMASI

Perang informasi tidak dapat diakatakan memiliki penanggulangan seperti perang pada umumnya ( seperti
diplomasi atau gencatan senjata) tetapi ada beberapa cara untuk bertahan dan melawan balik disaat
perang informasi / information warfare :

 Pertama, pengumpulan informasi. Semakin baik informasi yang dimiliki, maka perencanaan
pertempuran juga akan semakin baik, sehingga bisa memberikan hasil peperangan yang baik juga.
Yang di maksudkan disini adalah jika suatu pihak memiliki informasi yang lebih dari musuh,
pihak tersebut akan mendapatkan kelebihan yang menghasilkan perencanaan yang baik dan
mendapatkan hasil yang lebih bagus pula

 Kedua, pengiriman informasi. Mempunyai informasi itu bagus, tapi tak terlalu berarti jika tidak
mempunyai cara, alat, dan kemampuan untuk mengirimkan informasi itu ke pihak yang tepat.
Peralatan yang dibicarakan disini bukanlah peralatan perang seperti biasanya, teteapi peralatan
yang biasa digunakan oleh masyarakat. Yang paling penting disini adalah infrastruktur
komunikasi (router, jalur telfon rumah, fiber optic, telephones, TV, radio)

 Ketiga, perlindungan informasi. Informasi yang dimiliki harus dilindungi agar tidak bisa diakses
oleh lawan. Seperti penggunaan password, scanner, fingerprint scaner

 Keempat, manipulasi informasi. Informasi diubah sedemikian rupa agar musuh tersesat.

 Kelima, penggangguan, pelemahan, dan penolakan informasi. Termasuk memalsukan informasi


sehingga sistem musuh memilih keputusan yang salah, dan juga memblokade arus informasi.

STRATEGI MENAIKAN SEMANGAT MENJAGA KEAMANAN, KETERTIBAN, DAN


KEDAULATAN NEGARA

 Mensosialisasikan masyarakat dalam pentingnya menjalankan keamanan dan pertahanan Negara


 Menyalurkan anggota-angota masyarakat yang memiliki bakat iptek pada pertahanan Negara agar
terlindung dari serangan cyber crime
 Mengadakan wajib militer pada yang sudah cukup umur
 Dengan usaha kita mempertahankan kedaulatan NKRI, kita menunjukkan jati diri bangsa kita
kepada dunia. Kita bisa menunjukkan bahwa Indonesia memiliki harga diri, tidak bisa
diberlakukan semena-mena.
 Dengan kita mempertahankan kesatuan NKRI berarti kita menghargai jasa para pahlawan. Selain
itu kita juga bisa meneruskan harapan dari para pahlawan yang telah gugur untuk menjaga
kedaulatan NKRI
 Menyadarkan kembali Karena sudah menjadi kewajiban kita sebagai warganegara untuk menjaga
persatuan dan kesatuan agar tetap berdaulatnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
IV. SIKAP SELEKTIF YANG HARUS DIKEMBANGKAN

1. Mempertahankan Esensi (Nilai-Nilai) Nasionalisme Indonesia


a. Nilai-nilai Pancasila.
b. Undang-Undang Dasar 1945.
c. Rasa cinta tanah air dan rela berkorban.
d. Rasa persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
e. Wawasan kebangsaan yang bersumber dari wawasan nusantara dan ketahanan nasional.
2. Mengantisipasi Pengaruh Negatif Globalisasi terhadap Nilai Nasionalisme.
Langkah-langkah yang dapat kita lakukan untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi,
yaitu:
a. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, seperti semangat mencintai produk
dalam negeri.
b. Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dengan sebaik-baiknya.
c. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik-baiknya.
d. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan, dan menegakkan hukum dalam arti
sebenarnya dan seadil-adilnya.
3. Memupuk Nasionalisme di Tengah-Tengah Gelombang Pengaruh Globalisasi
a. Memiliki rasa cinta pada tanah air.
b. Bangga menjadi bagian dari bangsa dan masyarakat Indonesia.
c. Menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi ataupun golongan.

V. CONTOH KASUS

TRIBUNKALTIM.CO BALIKPAPAN - Masyarakat zaman sekarang dalam menggunakan


media sosial seperti Facebook atau Twitter jangan langsung percaya dengan muatan informasi
yang diunggahnya.

Informasi yang menyebar di media sosial belum bisa dijamin kebenarannya.

Hal itu dinyatakan tegas oleh Fajri Al Farobi Ketua GP Anshor Kalimantan Timur saat dalam
kegiatan diskusi bertema Memperokoh NKRI dan Pancasila dari Ancaman Ekstrimisme dan
Radikalisme di Hotel Grand Tiga Mustika Balikpapan pada Kamis (1/3/2018) siang.

Kegiatan diskusi tersebut dipandu jurnalis senior Tribunkaltim, Priyo Suwarno, dan dihadiri juga
beberapa narasumber berkompeten dibidangnya, seperti ada Hakimin Kepala Kantor Kemenag
Balikpapan, I Ketut Astana Kepala Kesbangpol Balikpapan, dan KH Muhammad Mukhlasin.

Ia menjelaskan, selama ini sebagian besar masyarakat Indonesia termasuk warga yang ada di
Kota Balikpapan memiliki akun media sosial.

Setiap yang memiliki media sosial tentu saja akan mendapat kabar berbagai hal.
Banjir informasi bahkan tidak bisa dibendung.

Kadang informasi yang disampaikan bukan fakta dan data yang bisa dipertanggungjawabkan.

Informasi yang tersampaikan bisa dianggap menyesatkan, memperpecah persatuan dan kesatuan
bangsa.

"Ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan media sosial menjadi kepentingan untuk sebarkan
aksi radikalisme," ujarnya.

Semestinya, kemajuan teknologi dimanfaatkan untuk hal yang positif, memperkaya pengetahuan,
memajukan peradaban, bukan sebaliknya membuat gaduh yang berujung meresahkan
masyarakat.

Seperti halnya, masyarakat Balikpapan tetap tidak terpancing apa yang bersumber dari media
sosial.

Balikpapan daerah yang Madinatul Iman jangan sampai tercoreng.

"Isu-isu disebarkan yang bermuatan teror. Aksi ekstrimisme yang menghancurkan. Semua isu
hanya berita bohong. Akal sehat kita harus tetap dipasang," ungkapnya.

Pendapat lainnya, I Ketut Astana Kepala Kesbangpol Balikpapan, reformasi menumbuhkan bibit
bibit kebebasan yang kemudian berkembang menjadi bebas tanpa rem.

Kebebasan menjadi kebablasan.

"Sampai kemudian muncul paham paham yang dianggap tidak biasa. Pemahaman yang
cenderung pada ekstrimisme dan radikalisme," ujarnya.

Apalagi sekarang muncul kekhawatiran dikalangan anak muda terpengaruh akan paham yang
membahayakan kehidupan berbangsa yang bercorak ragam.

Bahkan pernah ada survei muncul guru dan murid menyatakan ragu akan keberadaan ideologi
Indonesia bernama Pancasila.

"Untung saja kita ada ormas Banser yang bagian daru NU yang terus memperjuangkan
memperkuat NKRI dan Pancasila,'' ungkapnya.

Sisi pandangan Hakimin, Kemenag Balikpapan, perdebatan khalifah tidak perlu lagi
diperpanjang.

Indonesia sudah bersepakat dalam membangun negara yang berpayung pada Pancasila.
Kata dia, kandungan Pancasila pun tidak meninggalkan nilai-nilai agama, tidak ada alasan
Pancasila itu bertentangan dengan agama.

"Organisasi NU sudah kita kenal yang mengawal NKRI. Organisasi ini juga memiliki Banser
yang mengawal ulama dan mubaligh yang membumikan Islam yang rahmatan lil alamin,"
tuturnya.

Menurut dia, masyarakat Indonesia sudah berkarakter ragam dari berbagai suku, agama, dan ras.

"Kalau warga Indonesia sudah lahir di tengah perberbedaan. Sudah biasa hidup dalam
keragaman tidak bisa lagi dipecah belah walau ragam," tutur Hakimin.

Di acara diskusi ini juga dihadiri Syaiful Bahri, Assiten Satu Sekretariat Pemko Balikpapan yang
mewakili Walikota.

Katanya, sekarang merebak opini mengenai khilafah negara islam.

"Muncul istilah khilafah di tengah masyarat muncul perdebatan. Satu sama lain saling paling
benar. Repot saja kalau bersebat panjang. Nanti akan memunculkan radikalisme ekstrimisme.
Harus kita waspadai," tegasnya.

VI. SOLUSI

Secara garis besar masalah tersebut merupakan dampak penggunaan teknologi yang salah yaitu
menyebarkan berita tidak benar alias tidak fakta dan masyarakat yang menggunakan gadget akan
langsung mempercayai nya dimana berita tersebut akan mempropagandakan masyarakat.
Dimana sudah banyak berita - berita provokatif tersebar seperti berita yang memecah belah
persatuan NKRI dengan menyebarkan berbagai aliran lewat berita media sosial. Adapun, kita
sebagai masyarakat pengguna teknologi yang baik sudah selayaknya kita mencega berita - berita
"hoax" yang sudah banyak tersebar seperti yang bisa kita lakukan untuk menghentikan berita
hoax yaitu

1. Hati-Hati dengan Judul Provokatif

Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan
langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi,
hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoax.
Oleh karenanya, apabila menjumpai berita denga judul provokatif, sebaiknya Anda mencari
referensi berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama
atau berbeda. Dengan demikian, setidaknya Anda sebabagi pembaca bisa memperoleh
kesimpulan yang lebih berimbang.
2. Cermati Alamat Situs

Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL
situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi -
misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan.Menurut
catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim
sebagai portal berita.Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak
sampai 300. Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita
palsu di internet yang mesti diwaspadai.

3. Periksa Fakta

Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti
KPK atau Polri? Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas,
tokoh politik, atau pengamat.Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu
sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.Hal lain yang perlu diamati
adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa
yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis
berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.

4. Cek Keaslian Foto

Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi,
melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga
mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan
memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom
pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang
terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.

Anda mungkin juga menyukai