KELOMPOK 4
1. Rahmi Anisa G. P.
2. Reyhandito Arifin
3. Ronamaruko Afkara K.
4. Shafira Nuraihan
5. Shafitri Diniyah A.
6. Sultan Mahdi
7. Widya Dwi Apriliani
8. Windi Ulfiatun N.
9. Zhafira Aliefia N.
I. LATAR BELAKANG
Dewasa ini hampir seluruh sistem yang digunakan untuk kepentingan militer seperti
komando dan kendali, intelijen, pengintaian dan pengamatan, bentuk platform persenjataan telah
telah memanfaatkan kedua teknologi tersebut.
DAMPAK POSITIF
Intinya, dampak negatif yang bisa ditimbulkan dari perkembangan IPTEK bagi
pertahanan dan keamanan NKRI adalah terganggunya stabiltas nasional, ketahanan nasional,
bahkan persatuan dan kesatuan bangsa. Segala dampak buruk yang telah disebutkan
sebelumnya pada akhirnya akan menimbulkan keresahan diantara masyarakat yang berujung
pada tindakan anarkis.
III. STRATEGI MENGATASI PENGARUH
1. Menegakan hukum, berbagi informasi dan data intelijen, pengendalian yang efektif terhadap
area perbatasan, mencegah jaringan teroris dalam menggunakan teknologi siber termasuk
berbagi informasi global melalui Interpol
2. Mendorong PBB agar mengambil posisi sebagai pemimpin dan memainkan peranan yang lebih
signifikan dalam mengatasi tindak terorisme, termasuk mencari solusi akar permasalahan
3. Melanjutkan finalisasi konvensi komprehensif mengenai terorisme internasional yang nantinya
akan menjadi dasar hukum dalam mengatasi tindak terorisme internasional
4. Memperkuat pusat deradikalisasi yang sudah dimiliki di kawasan
1. Pemerintah perlu mengambil langkah antisipasi dalam jangka pendek dengan hadir atau
intervensi ke pasar melalui bauran kebijakan antara pemerintah selaku otoritas fiskal dan BI
selaku otoritas moneter.
2. Antisipasi jangka menengah bisa dilakukan pemerintah dengan cara memetakan kembali pasar-
pasar baru non-tradisional sebagai alternatif kerja sama perdagangan.
3. Untuk jangka panjang, pemerintah bisa melakukan penguatan regional melalui regional
comprehensive economic partnership serta penguatan industri dasar melalui penguatan
infrastruktur.
STRATEGI MENANGGULANGIN PERANG INFORMASI
Perang informasi tidak dapat diakatakan memiliki penanggulangan seperti perang pada umumnya ( seperti
diplomasi atau gencatan senjata) tetapi ada beberapa cara untuk bertahan dan melawan balik disaat
perang informasi / information warfare :
Pertama, pengumpulan informasi. Semakin baik informasi yang dimiliki, maka perencanaan
pertempuran juga akan semakin baik, sehingga bisa memberikan hasil peperangan yang baik juga.
Yang di maksudkan disini adalah jika suatu pihak memiliki informasi yang lebih dari musuh,
pihak tersebut akan mendapatkan kelebihan yang menghasilkan perencanaan yang baik dan
mendapatkan hasil yang lebih bagus pula
Kedua, pengiriman informasi. Mempunyai informasi itu bagus, tapi tak terlalu berarti jika tidak
mempunyai cara, alat, dan kemampuan untuk mengirimkan informasi itu ke pihak yang tepat.
Peralatan yang dibicarakan disini bukanlah peralatan perang seperti biasanya, teteapi peralatan
yang biasa digunakan oleh masyarakat. Yang paling penting disini adalah infrastruktur
komunikasi (router, jalur telfon rumah, fiber optic, telephones, TV, radio)
Ketiga, perlindungan informasi. Informasi yang dimiliki harus dilindungi agar tidak bisa diakses
oleh lawan. Seperti penggunaan password, scanner, fingerprint scaner
Keempat, manipulasi informasi. Informasi diubah sedemikian rupa agar musuh tersesat.
V. CONTOH KASUS
Hal itu dinyatakan tegas oleh Fajri Al Farobi Ketua GP Anshor Kalimantan Timur saat dalam
kegiatan diskusi bertema Memperokoh NKRI dan Pancasila dari Ancaman Ekstrimisme dan
Radikalisme di Hotel Grand Tiga Mustika Balikpapan pada Kamis (1/3/2018) siang.
Kegiatan diskusi tersebut dipandu jurnalis senior Tribunkaltim, Priyo Suwarno, dan dihadiri juga
beberapa narasumber berkompeten dibidangnya, seperti ada Hakimin Kepala Kantor Kemenag
Balikpapan, I Ketut Astana Kepala Kesbangpol Balikpapan, dan KH Muhammad Mukhlasin.
Ia menjelaskan, selama ini sebagian besar masyarakat Indonesia termasuk warga yang ada di
Kota Balikpapan memiliki akun media sosial.
Setiap yang memiliki media sosial tentu saja akan mendapat kabar berbagai hal.
Banjir informasi bahkan tidak bisa dibendung.
Kadang informasi yang disampaikan bukan fakta dan data yang bisa dipertanggungjawabkan.
Informasi yang tersampaikan bisa dianggap menyesatkan, memperpecah persatuan dan kesatuan
bangsa.
"Ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan media sosial menjadi kepentingan untuk sebarkan
aksi radikalisme," ujarnya.
Semestinya, kemajuan teknologi dimanfaatkan untuk hal yang positif, memperkaya pengetahuan,
memajukan peradaban, bukan sebaliknya membuat gaduh yang berujung meresahkan
masyarakat.
Seperti halnya, masyarakat Balikpapan tetap tidak terpancing apa yang bersumber dari media
sosial.
"Isu-isu disebarkan yang bermuatan teror. Aksi ekstrimisme yang menghancurkan. Semua isu
hanya berita bohong. Akal sehat kita harus tetap dipasang," ungkapnya.
Pendapat lainnya, I Ketut Astana Kepala Kesbangpol Balikpapan, reformasi menumbuhkan bibit
bibit kebebasan yang kemudian berkembang menjadi bebas tanpa rem.
"Sampai kemudian muncul paham paham yang dianggap tidak biasa. Pemahaman yang
cenderung pada ekstrimisme dan radikalisme," ujarnya.
Apalagi sekarang muncul kekhawatiran dikalangan anak muda terpengaruh akan paham yang
membahayakan kehidupan berbangsa yang bercorak ragam.
Bahkan pernah ada survei muncul guru dan murid menyatakan ragu akan keberadaan ideologi
Indonesia bernama Pancasila.
"Untung saja kita ada ormas Banser yang bagian daru NU yang terus memperjuangkan
memperkuat NKRI dan Pancasila,'' ungkapnya.
Sisi pandangan Hakimin, Kemenag Balikpapan, perdebatan khalifah tidak perlu lagi
diperpanjang.
Indonesia sudah bersepakat dalam membangun negara yang berpayung pada Pancasila.
Kata dia, kandungan Pancasila pun tidak meninggalkan nilai-nilai agama, tidak ada alasan
Pancasila itu bertentangan dengan agama.
"Organisasi NU sudah kita kenal yang mengawal NKRI. Organisasi ini juga memiliki Banser
yang mengawal ulama dan mubaligh yang membumikan Islam yang rahmatan lil alamin,"
tuturnya.
Menurut dia, masyarakat Indonesia sudah berkarakter ragam dari berbagai suku, agama, dan ras.
"Kalau warga Indonesia sudah lahir di tengah perberbedaan. Sudah biasa hidup dalam
keragaman tidak bisa lagi dipecah belah walau ragam," tutur Hakimin.
Di acara diskusi ini juga dihadiri Syaiful Bahri, Assiten Satu Sekretariat Pemko Balikpapan yang
mewakili Walikota.
"Muncul istilah khilafah di tengah masyarat muncul perdebatan. Satu sama lain saling paling
benar. Repot saja kalau bersebat panjang. Nanti akan memunculkan radikalisme ekstrimisme.
Harus kita waspadai," tegasnya.
VI. SOLUSI
Secara garis besar masalah tersebut merupakan dampak penggunaan teknologi yang salah yaitu
menyebarkan berita tidak benar alias tidak fakta dan masyarakat yang menggunakan gadget akan
langsung mempercayai nya dimana berita tersebut akan mempropagandakan masyarakat.
Dimana sudah banyak berita - berita provokatif tersebar seperti berita yang memecah belah
persatuan NKRI dengan menyebarkan berbagai aliran lewat berita media sosial. Adapun, kita
sebagai masyarakat pengguna teknologi yang baik sudah selayaknya kita mencega berita - berita
"hoax" yang sudah banyak tersebar seperti yang bisa kita lakukan untuk menghentikan berita
hoax yaitu
Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan
langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi,
hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoax.
Oleh karenanya, apabila menjumpai berita denga judul provokatif, sebaiknya Anda mencari
referensi berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama
atau berbeda. Dengan demikian, setidaknya Anda sebabagi pembaca bisa memperoleh
kesimpulan yang lebih berimbang.
2. Cermati Alamat Situs
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL
situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi -
misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan.Menurut
catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim
sebagai portal berita.Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak
sampai 300. Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita
palsu di internet yang mesti diwaspadai.
3. Periksa Fakta
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti
KPK atau Polri? Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas,
tokoh politik, atau pengamat.Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu
sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.Hal lain yang perlu diamati
adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa
yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis
berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.
Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi,
melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga
mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan
memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom
pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang
terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.