(COOPERATIVE SECURITY )
UNTUK MENGHADAPI
BAHAYA KEAMANAN KOMPREHENSIF
(COMPHREHENSIVE SECURITY THREAT)
DALAM RANGKA KETAHANAN
NASIONAL DAN MEMPERKOKOH NKRI
-------------------------------------------------------Prof. Dr. Muladi, SH
(Bahan Ceramah PPRA DAN PPSA Lemhannas 2012)
ABSTRAK :
1) Konsep cooperative security secara umum didefinisikan sebagai :
a process whereby countries with common interest work jointly through
agreed mechanism to reduce tensions and suspicion, resolve or mitigate
disputes, build confidence, enhance economic development prospects, and
maintain stability in their regions ( Michael Moodle, Chemical and Biological
Arms Control Institute, January, 2000);
2) Konsep cooperative security berkembang atas dasar beberapa hal :
Masalah saat ini berada di luar kemampuan dari negara per Negara
untuk memecahkannya, karena bersifat transnasional dan jauh dari
kenyataan terjadinya fragmentasi dan desentralisasi tertib keamanan
pasca perang dingin di satu pihak dan fenomena globalisasi ekonomi
internasional, teknologi informasi dan ketertiban sosial di lain pihak
yang di samping bersifat positif, juga memunculkan bahaya-bahaya
keamanan baru ; Di samping bahaya keamanan tradisional atau yang
bersifat simetrik dan state centric memungkinkan berkembangnya
bahaya keamanan baru yang bersifat asimetrik atau non-tradisional
yang didominasi peranan aktor-aktor non-negara (non-state actors)
terhadap human security seperti radikalisme, terorisme, proliferasi
wmd,
pelanggaran
HAM
berat,
konflik
horizontal,
degradasi
yang
tidak adil
(global injustice),
konflik yang
yang terjadi di
Konsep
cooperative
security
diharapkan
dapat
antar
Negara,
sehingga
meningkatkan
lingkungan yang
mampu
memelihara
dan
lingkungan
dalam
pengembangan
cooperative
security;
Contoh cooperative security : Asean Security Community dalam kerangka
ASEAN Charter,
Lombok Treaty antara Indonesia-Australia,
kesepakatan Korea Utara dan Selatan untuk menjamin proses
perdamaian
dalam rangka interKorean economic cooperation;
kerjasama keamanan Negara-negara Amerika Latin yang dipelopori
Argentina dan Brasilia untuk mencegah penyebarluasan senjata nuklir,
kimia, dan biologi, Munculnya Organizational of American States (OAS)
tahun 1992 yang memiliki Special Commitee on Hemispheric Security ,
melalui intelligence sharing, joint exercises dll. untuk menjamin
stabilitas kawasan; China yang mengembangkan kerjasama dengan
Negara-negara tetangga (Korsel, Pakistan, India, Negara Asia Pasific,
Rusia, Jepang, Asean, Amerika, , Burma, Laos, Mongolia), dalam
rangka menciptakan stabilitas untuk perkembangan
pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan jangka panjang. China merupakan anggota
Chemical Weapon Convention (CWC), the Nuclear Non-Proliferation
Treaty (NPT), pengiriman observer di pelbagai area di dunia, anggota
APEC, ARF. Selanjutnya The Proliferation Security Initiative yang
dipelopori AS + 90 negara sejak 2003 untuk memegat kapal-kapal Niaga
negara ketiga yang berlayar di laut bebas yang dicurigai membawa
WMD dari negara-negara yang dianggap berbahaya seperti Korea Utara
dll.; Yang menarik adalah latihan bersama pesawat-pesawat Nato
dengan Rusia untuk menghadapi terorisme (Vigilant Skies 2011);
cooperative
security
yang
juga
mencakup
terhadap
tantangan
bahaya
non-tradisional
tidak
Untuk
itu
perlu
dibangun
kapabilitas
melalui
kesepakatan
PENDAHULUAN
Istilah kerjasama keamanan secara bergantian digunakan sebagai
terjemahan dari security cooperation atau cooperative security. Hal ini
menjadi sangat populer di kalangan negara-negara ASEAN dengan
tekadnya pada tahun 2003 dalam summit meeting
di Bali menerima
secara kolektif
defence
and
collective
security.
Collective
defence
NATO (Kasus
agresi
melalui
Di dalam
kerangka collective security ini, asas one for all, all for one diterapkan.
Agresi terhadap salah satu anggota dianggap sebagai suatu serangan
terhadap seluruhnya, sehingga semua anggota dapat menghukum
agresor.
Sebaliknya cooperative security pada hakikatnya bersifat nonmiliteristic. Dalam kerangka kerjasama ini semua peserta bekerjasama
untuk meningkatkan stabilitas suatu kawasan, yang sangat didambakan
oleh semua anggota. Asas yang berlaku dalam hal ini adalah all for all.
Hal ini sangat menjiwai makna security community yang
memungkinkan para anggotanya untuk mengembangkan rasa W e-ness
atau We -feeling dan ada suatu jaminan
berkelahi secara fisik satu sama lain dan akan menyelesaikan segala
perselisihannya dengan cara lain, yaitu cara damai.
Bagi Indonesia konsep cooperative security sangat tepat
sehubungan politik bebas aktif yang dianut dan berkaitan pula dengan
salah satu tujuan nasional dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yakni
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan social.
Kadang-kadang hal ini bersifat ironis, mengingat di sekitar kita
terdapat semacam collective defence yaitu
pasca konfrontasi
Negara lain,
atau
oleh substasi, struktur dan kultur yang solid serta keberadaan alutsista
yang memadai dan didukung oleh industri strategis yang unggul
merupakan pilihan yang tidak dapat dihindarkan untuk memperkuat posisi
tawar Indonesia serta menimbulkan effek deterrent ( Penulis Romawi
Publius Flavius Vegetius Renatus menyatakan
kerjasama
dinamakan
Yang menarik adalah diselenggarakannya East Asian Summit (EAS) pada tgl.
14 Desember 2005 di Kuala Lumpur yang dihadiri 16 negara yang
kemudian akan mencapai 18 negara, termasuk negara-negara ASEAN,
Amerika Serikat , China, India, Jepang, Korea Selatan, , Australia dan
New Zealand, serta Russia. Hal ini bersaing dengan East Asian
Community (EAC) yang hanya terdiri atas ASEAN 10 + 3 yang banyak
didominasi China, yang bersifat tertutup dan eksklusif, sedangkan EAS
bersifat inklusif dan telah merobah arsitektur keamanan Asia. Hal ini
melengkapi ARF (Asean Regional Forum) yang mempromosikan
perdamaian dan keamanan di Asia Pasifik melalui dialog dan kerjasama.
Di samping itu
APEC (Asia Pacific Economi Cooperation) juga
membahas tentang issue-issue keamanan non-tradisional seperti
counter terrorisme dan penyakit menular serta keamanan maritim, energi
dan lingkungan dan hal-hal yang lebih luas, di mana AS juga berperanan
di dalamnya. AS mempertimbangkan keduanya sebagai instrumen
diplomatik terhadap sistem aliansi militer bilateral, khususnya dengan
Jepang. Belum lagi kdrjasama untuk memerangi terorisme di ASEAN ;
ASEAN-Australia; ASEAN-Canada; ; ASEAN-India; ASEAN-Japan;
ASEAN-Republic of Korea; ASEAN -New Zealand; ASEAN-Pakistan;
ASEAN-Russian Federation; dan ASEAN-US;
KEAMANAN KOMPREHENSIF
Istilah comphrehensive security yang muncul di dalam Bali Concord
II (2003) , semakin populer seiring pula dengan berakhirnya Perang Dingin
sekitar tahun 1988,
dunia
yang
mengharapkan
dengan
penuh
optimisme
munculnya
menimbulkan
pemanasan
bumi
(global
warming)
yang
menyebabkan
frustasi
separasi politik,
pada
goes beyond
(but does not exclude) the military to embrace the political, economic and
sociocultural dimensions. (Alagappa, 1998). Oleh Council for
Cooperation in the Asia Pacific (CSCAP)(20 negara),
Security
comphrehensive
yang biasa dihadapi oleh manusia baik individual, kelompok atau masyarakat
yang bersifat kronis dan kompleks dalam kaitannya dengan kondisi kehidupan
sehari-hari seperti persoalan makanan, tempat berteduh, lapangan kerja,
kesehatan, keamanan umum, dan HAM, jauh dari kaitannya dengan
hubungan dengan negara lain sebagai aktor dan kekuatan militer.
Doktrin Jepang tentang human security dilandasi oleh premis bahwa
keamanan nasional tidak hanya berkaitan dengan keamanan yang bersifat
militer (military security) untuk mempertahankan suatu bangsa dari ancaman
dari luar, tetapi juga human security untuk mempertahankan bangsa dari
ancaman dari dalam, karena stabilitas nasional tergantung pada kondisi
dimana manusia individual mempunyai dan merasakan food security;
employment security; social security (education, health and old age pension);
international law and diplomacy . Dengan demikian terkait di sini rights and
duties dari negara-negara untuk mengikuti
dan
harmoni
internasional.
Gangguan
terhadap
kualitas
disruptions in the pattern of daily life. Semua dalam kerangka freedom from
want, freedom from fear and freedom to live in dignity bagi semua orang
yang mencakup tujuh area yaitu : keamanan ekonomi, makanan, kesehatan,
lingkungan hidup, personal, masyarakat dan keamanan politik.
Selanjutnya muncul istilah Roque States (Noam Chomsky, 2000) yang
menggambarkan suatu Negara yang memerintah atas dasar kekerasan (the
Rule of Force), tidak taat dan tidak merasa terikat kepada norma-norma
hukum internasional (UN Charter, pelbagai konvensi internasional, putusan
International Court of Justice), dan sering pula disebut sebagai outlaw
nation atau criminal state yang membahayakan negara tetangga dan dunia
internasional.
10
(2007). Hal ini merupakan legal basis pengakuan atas integritas teritorial
masing-masing, yang mengatur kerjasama sbb. :
a. Defence cooperation;
Konsep keamanan komprehensif sangat valid di Era pasca perang dingin
1990-an , karena di era globalisasi saat ini tidak ada sesuatu negara yang
secara sendirian mampu mengendalikan, mengkoordinasikan kepentingan
nasionalnya melalui diplomasi tradisional, yang mengandalkan penggunaan
kekuatan untuk ditaati, karena dalam hal ini yang terlibat politik internasional
tidak hanya negara tetapi juga aktor-aktor non-negara . Ditambah lagi bahaya
yang ditimbulkan oleh the failed states (Failed states can no longer perform
basic functions such as education, security, or governance, usually due to
fractious violence or extreme poverty. Global Policy Forum, 2008),
yang
sangat rentan, lemah, dan berada dalam konflik atau krisis yang
pemerintahan pusatnya
enforcement
cooperation
(in
preventing
and
combating
in
persons;
money
laundering;
financing
terrorism;
11
Piagam
PBB,
hukum
internasional;
prinsip
good
sosial
agama
dan
pluralisme
budaya,
dan
keanekaragaman;
18) perlakuan khusus terhadap negara-negara yang belum berkembang;
19) pengembangan people to people contact;
Di samping itu kerjasama pertahanan dan atau keamanan juga dilakukan
dengan pelbagai negara seperti dengan India, Korea Selatan, China,
Amerika Serikat dll. al. untuk memajukan industry strategis dan latihan
bersama serta pendidikan.
12
krisis
narkoba,
Hal ini sama sekali telah merobah pandangan manusia, bahwa ancaman
bahaya keamanan tidak hanya bersumber pada hal-hal yang bersentuhan
dengan terminologi geopolitik, yang meliputi deterrence, power balancing
and military strategy sehubungan dengan pertahanan dari serangan militer
dari luar saja, yang sebelumnya merupakan fokus eksklusif dari kebijakan
keamanan. Dengan demikian pengertian keamanan dalam arti sempit
(narrow definition of security) mulai dipertanyakan dan seharusnya juga
mencakup ancaman keamanan yang non- militer.
Human security konsep menyadarkan kita bahwa apa yang dinamakan
people centered view of security sangat penting untuk diperhatikan dalam
rangka terciptanya stabilitas baik secara nasional, regional maupun global.
Suatu konsorsium yaitu Consortium on Non-Traditional Security Studies in
Asia mendefinisikan NTS sebagai challenges to the survival and well-being
of peoples and states that arise primarily out of non military sources, such as
climate change, resource scarcity, infectous deseases (SARS, pandemi avian
flu), natural disasters, irregular migration, famine, people smuggling, drug
trafficking and transnational crime. Krisis finansial 1997-1998, bencana asap,
terorisme, TOC, bancana alam (tsunami) termasuk di dalam ruang lingkup
NTS.
Bahaya keamanan non-tradisional pada dasarnya cenderung bersifat
transnasional, yang penanggulangannya harus didasarkan atas kerjasama
antar negara dan bahaya ini mencakup 3 (tiga) kategori :
Bahaya alam (nature threat) seperti bahaya penyakit infeksi menular
misalnya virus HIV/AIDS, SARS, H5NI, bencana alam, climate change/global
warming karena ulah umat manusia yang meningkatkan emisi gas rumah
kaca secara tidak terkendali, dalam proses industrialisasi (karbondioksida)
dan deforestisasi;
Bahaya terhadap ekonomi dan pembangunan (economic and
development threat) seperti dampak negatif globalisasi (the worldwide
phenomenon of technological, economic, political, and cultural exchanges,
brought
about
by
modern
communication,
transportation
and
legal
egalitarianisme, HAM ;
gelombang
panas,
peningkatan
curah
hujan
yang
bermotor, deforestasi,
pertanian,
manufaktur, dll,
yang
development
melakukan
mechanism)
untuk
langkah-langkah
(clean
mitigasi
terhadap
kedaulatan negara
Contohnya
adalah
terorisme,
perompakan
di
laut
dan
pembentukan
semacam
Dewan
Keamanan
(istilahnya
yang
dengan memperhatikann
(security
policy)
mencakup
konsolidasi
demokrasi,
keamanan mencakup
.ON
.IT
kejahatan transnasional
Securityyang mencakup :
PENDEKATAN DIKOTOMIS
18
manusia ;
b. Ruang Lingkup (Scope) : KT berusaha mempertahankan
integritas
militer;
KNT
tidak
hanya
melindungi,
tetapi
juga
kelompok
20
Perkembangan
IPTEK yang
IT,
transnasional
terorganisasi
(weapon
proliferators,
dan
adaptasi,
disertai
usaha
untuk
mengembangkan
alternative energy ;
Perkembangan ekonomi global terjadi dan dipicu oleh arus cepat dan
tidak terbatas atas informasi, ide, nilai-nilai kultural, modal, barang dan
jasa, serta manusia. Hal ini di samping menguntungkan negara-negara
maju, juga akan menimbulkan permasalahan besar
di
lingkungan
peranan negara
21
di bidang
militer,
tetapi
mengembangkan
strategi,
taktik,
dan
baik oleh
memelihara
22
insurgency.(Evans, 2007)
Selama Perang Dingin (Long Peace) abad 20 terjadi banyak perang
regional mulai dari perang
sebab tidak
state
meningkat dan menciptakan bentuk konflik bersenjata yang berubahubah dan sulit diprediksi sebelumnya.
Apa yang menjadikan lingkungan strategis abad 21 begitu bergolak
bukanlah
tekanan dan saling keterkaitan dari perobahan yang cepat antara dunia
the state- centric
dan multi-centric
elektronik.
Dalam hal ini dua cabang sistem keamanan global yang telah
berkembang
pemikiran yang
suatu kebutuhan
bentuk
konflik
bersenjata
yang
konvensional
dan
dari
tidak
konvensional. Dalam hal ini dikatakan bahwa the most powerful weapon
in the world, the ability to manage every aspect of a conflict from one
operation centre.
Jenkins menggambarkan perbedaan antara musuh dunia Barat di Era
Perang Dingin dan yang berkembang di abad 21 sebagai berikut :
The enemies of yesterday were static, predictable, homogenous, rigid,
hierarchical, and resistant to change. The enemies of today are dynamic,
unpredictable, diverse, fluid, networked, and constantly evolving (Evans,
2007).
Logika dari timbulnya perang asimetrik pada dasarnya berkaitan
dengan ketidakseimbangan
melawan
AS),
sehingga
menerapkan
taktik
yang
tidak
Perang ini
dan dimaksudkan
untuk menegakkan
budaya
25
disinkronisasikan
dengan
dalam
yang mendayagunakan
segala
26
2007)
Dalam menghadapi Generasi IV dan Generasi V perang ini,
khususnya yang dikendalikan oleh non-state actor dan rogue state (states
considered threatening to the worlds peace, such as being ruled
by
Amerika Serikat
27
Kemudian
kemerdekaan,
dan
mementingkan
pendekatan
inward
looking.
Tannas
tujuan
akhir.
Doktrin
ini
cenderung
offensive,
milteristik,
diidentifikasi
adalah
adanya
kesadaran
adanya
hubungan
hanya
dalam
fokus
pada
satu
determinan
semata-mata
dari
lingkungan strategis.
Dalam hal ini bagi Doktrin Ketahanan Nasional mungkin bahaya yang
datang bersifat baru, terlalu cepat atau terlalu besar untuk dihadapi, dan bagi
Doktrin Kekuatan Nasional penerapan kekuatan selalu didasarkan atas
analisis biaya dan hasil (cost and benefit analysis).
Jablonsky menyatakan bahwa elements of national power terdiri atas
determinants
Penutup
1.
2.
keamanan
4.
Menghormati
asas-asas
perdamaian,
stabilitas
dan
keamanan
5.
Perobahan
nama
Lembaga
Pertahanan
Nasional
menjadi
yang
tepat
bagi
LEMHANNAS,
karena
sekaligus
tradisional
30
itu
pendekatan
komprehensif-integral
terhadap
memelopori
terwujudnya
Comphrehensive
Security
8.
of
democracy,
human
rights
and
obligations,
measures
(CBMs)
yang
berintikan
11.
a) exchange of information;
b) enhance cross-border cooperation;
c) promote
capacity
building
(training,
education,
consultations,
in
weapon,
ammunition,
explosives
and
potentially
destructive material;
r) joint exploration of additional areas of cooperation;
s) identifying and addressing the root causes of common security threat;
t) strengthen links with interpol, aseanopol, europol;
u) building state capacity building (JCLEC =Jakarta Center for Law
Enforcement Cooperation in Semarang; ILEA = International Law
Enforcement Academy in Bangkok; SEARCCT = Southeast Asia
Regional Center for Counter Terrorism in Kuala Lumpur;and Bilateral
Dialog and Regional Talks;;
v) cooperation to support development initiatves aimed at enhancinfg
quality of life, rule of law, god governance and communty awareness of
security threat;
w) Joint Task Force seperti usaha untuk mengatasi sea piracy di
Somalia (Combined Task Force 150 dan 151);
x) di tingkat nasional segera dibentuk Dewan Keamanan Nasional.
Daftar Pustaka
33
William
S,
Understanding
Fourth
Generation
War,
http://www.lewrockwell.com/lind/lind3b.html, 2007.
34
Lutz, James M and Lutz Brend J, Global Terroirism, Routledge, London and
New York, 2008.
Muladi, International Terrorism, Paper Presented in IDSS Seminar, Singapore,
2006.
Muladi, Global Warming dan aClimate Change
Sebagai Masalah
Madhukar,
SJB,
Comphrehensiver
Security
for
South
Asia,
35