Anda di halaman 1dari 8

TUGAS RESUME

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“Ketahanan Nasional dan Bela Negara”

Dosen Pengampu:

Rahmuliani Fithriah S. Pd, M. Hum

Disusun Oleh:

Farras Aulia Sugria (19035081)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KETAHANAN NASIONAL DAN BELA NEGARA

A. Konsep dan urgensi Ketahanan Nasional dan bela negara


Suradinata (2001 : 47) mengemukakan pengertian Ketahanan Nasional suatu
kondisi dinamis suatu bangsa, yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala
ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan baik yang datang dari luar maupun
dari dalam negeri, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas,
identitas kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan dalam mengejar
tujuan nasional Indonesia.
Ketahanan nasional memiliki lebih dari satu wajah, dengan perkataan lain ketahanan
nasional berwajah ganda, yakni ketahanan nasional sebagai konsepsi, ketahanan
nasional sebagai kondisi dan ketahanan nasional sebagai strategi (Panitia Lemhanas,
1980).
Ketahanan nasional tetap relevan sebagai kekuatan penangkalan dalam suasana
sekarang maupun nanti, sebab ancaman setelah berakhirnya perang dingin lebih
banyak bergeser kearah nonfisik, antara lain : budaya dan kebangsaan (Sudradjat,
1996:1-2). Inti ketahanan Indonesia pada dasarnya berada pada tataran “mentalitas”
bangsa Indonesia sendiri dalam menghadapi dinamika masyarakat yang menghendaki
kompetisi disegala bidang. Hal ini tetap penting agar kita benar-benar memiliki
ketahanan yang benar-benar ulet dan tangguh. Ketahanan nasional dewasa ini sangat
dipengaruhi oleh kondisi ketidakadilan sebagai “musuh bersama”. (Armawi,
2012:90). Konsep ketahanan juga tidak hanya ketahanan nasional tetapi sebagai konsepsi
yang berlapis, atau Ketahanan Berlapis yakni ketahanan individu, ketahanan
keluarga, ketahanan daerah, ketahanan regional dan ketahanan nasional (Basrie, 2002).
Sedangkan bela negara adalah kehendak UUD 1945, dan bela negara adalah hak dan
kewajiban semua orang Indonesia. Ini tidak berlebihan, karena semua warga negara
Indonesia harus membela negara sesuai dengan Pasal 27 ayat 3 UUD 1945, yang
berbunyi: "Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk berpartisipasi dalam
membela negara. Selain itu Pasal 30 ayat (1) menyatakan bahwa "setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara". Demikian
pula, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Nasional menyatakan
bahwa upaya untuk mempertahankan negara sedang dilakukan. dan perilaku warga
didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 dengan cinta mereka kepada NKRI.
B. Alasan perlunya Ketahanan Nasional dan bela negara
Dalam lingkup kecil, ketahanan nasional pada aspek-aspek tertentu juga turut
menentukan kelangsungan hidup sebuah bangsa. Masih ingatkah Anda, pada tahun 1997-
1998, ketahanan ekonomi Indonesia tidak kuat lagi dalam menghadapi ancaman krisis
moneter, yang berlanjut pada krisis politik. Ketahanan nasional memiliki banyak dimensi
atau aspek, serta adanya ketahanan nasional berlapis (Ristekdikti, 2016).
Dimensi ancaman terhadap bangsa dan negara dewasa ini bukan hanya ancaman
militer, tetapi juga ancaman non-militer, yang berarti "setiap bisnis dan aktivitas apa pun,
baik di dalam maupun di luar negara yang sedang dipertimbangkan." Kedaulatan bangsa,
integritas teritorial bangsa dan keamanan seluruh bangsa. "Ancaman militer adalah
ancaman digunakan oleh kekuatan terorganisir yang dianggap penting untuk
membahayakan kedaulatan negara, integritas wilayah negara dan keamanan bangsa
secara keseluruhan. Ancaman non-militer pada dasarnya adalah ancaman.Faktor-faktor
non-militer digunakan yang diyakini membahayakan kedaulatan negara, integritas
wilayah negara, dan keamanan negara secara keseluruhan (Ismail Dan Hartati, 2020).

C. Sumber historis, sosiologis, dan politis tentang Ketahanan Nasional dan bela
negara
Secara historis, gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal tahun 1960-
an di kalangan militer angkatan darat di SSKAD yang sekarang bernama SESKOAD
(Sunardi, 1997). Masa itu sedang meluasnya pengaruh komunisme yang berasal dari Uni
Sovyet dan Cina. Pengaruh komunisme menjalar sampai kawasan Indo Cina sehingga
satu per satu kawasan Indo Cina menjadi negara komunis seperti Laos, Vietnam, dan
Kamboja. Tahun 1960-an terjadi gerakan komunis di Philipina, Malaysia, Singapura, dan
Thailand. Bahkan gerakan komunis Indonesia mengadakan pemberontakan pada 30
September 1965 namun akhirnya dapat diatasi.
Pada tahun 1969 lahirlah istilah Ketahanan Nasional yang intinya adalah keuletan
dan daya tahan suatu bangsa untuk menghadapi segala ancaman. Kesadaran akan
spektrum ancaman ini lalu diperluas pada tahun 1972 menjadi ancaman, tantangan,
hambatan, dan gangguan (ATHG). Akhirnya pada tahun 1972 dimunculkan konsepsi
ketahanan nasional yang telah diperbaharui. Pada tahun 1973 secara resmi konsep
ketahanan nasional dimasukkan ke dalam GBHN yakni Tap MPR No IV/MPR/1978.
Perkembangan selanjutnya rumusan ketahanan nasional masuk dalam GBHN
sebagai hasil ketetapan MPR yakni dimulai pada GBHN 1973, GBHN 1978, GBHN
1983, GBHN 1988, GBHN 1993 sampai terakhir GBHN 1998. Rumusan GBHN 1998
sebagaimana telah dinyatakan di atas merupakan rumusan terakhir, sebab sekarang ini
GBHN tidak lagi digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembangunan.
Ketahanan Nasional tetap relevan sebagai kekuatan penangkalan dalam suasana
sekarang maupun nanti, sebab ancaman setelah berakhirnya perang dingin lebih banyak
bergeser kearah nonfisik, antara lain; budaya dan kebangsaan (Sudradjat, 1996: 1-2). Inti
ketahanan Indonesia pada dasarnya berada pada tataran “mentalitas” bangsa Indonesia
sendiri dalam menghadapi dinamika masyarakat yang menghendaki kompetisi di segala
bidang. Hal ini tetap penting agar kita benar-benar memiliki ketahanan yang benar-benar
ulet dan tangguh. Ketahanan nasional dewasa ini sangat dipengaruhi oleh kondisi
ketidakadilan sebagai “musuh bersama”. (Armawi, 2012:90).
Konsep ketahanan juga tidak hanya ketahanan nasional tetapi sebagai konsepsi yang
berlapis, atau Ketahanan Berlapis yakni ketahanan individu, ketahanan keluarga,
ketahanan daerah, ketahanan regional dan ketahanan nasional (Basrie, 2002).

D. Membangun argumen ttg dinamika dan tantangan Ketahanan Nasional dan bela
negara
Berikut ini tantangan ketahanan nasional yang dihadapi Bangsa Indonesia yang
terdiri dari berbagai bidang, antara lain:
1) Bidang Politik
Di bidang politik ada risiko bahwa pemerintah tidak ambisius, reaktif atau bisa
disebut diktator. Pemerintah yang tidak mendengarkan ambisi rakyat berarti bahwa
pemerintah ini tidak demokratis (oleh rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat).
2) Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, kemiskinan adalah ancaman bagi ketahanan nasional. Jika
masih banyak orang Indonesia miskin, kesejahteraan tidak tinggi saat ini, meskipun ada
kecenderungan untuk meningkat. Karena itu, keamanannya belum dalam kondisi
memadai.
Cara untuk mengatasinya adalah dengan mengembangkan TNI (untuk ancaman
asing) dan polisi nasional (untuk ancaman domestik) yang harus dilanjutkan (dari
Repelita II), misalnya meningkatkan kesejahteraan TNI / Polri (masalahnya) Bahan,
fasilitas dan infrastruktur serta pelatihan termasuk senjata untuk menjaga keamanan di
dalam dan luar negeri Karena keterbatasan anggaran, investasi dalam senjata (membeli
senjata) tidak dimungkinkan di Indonesia.
3) Bidang Sosial-Budaya
Di bidang sosial budaya, ancaman terbesar adalah ketidakmampuan masyarakat
Indonesia untuk mempertahankan keanekaragaman yang ada. Solusi untuk masalah ini
adalah perlunya toleransi timbal balik, di mana semua anggota masyarakat harus
menghormati dan menghormati hak-hak dan kepentingan orang lain, di mana
kepentingan bersama lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi atau kelompok.
4) Bidang Pertahanan dan Keamanan
Di bidang pertahanan dan keamanan, adalah ancaman terhadap NKRI. Solusi untuk
masalah ini adalah meningkatkan keamanan di daerah perbatasan dengan menempatkan
TNI di daerah perbatasan. Selain itu, pemerintah harus kuat dan bertindak cepat untuk
menegosiasikan perbatasan dengan pemerintah lain. Jika langkah-langkah represif tidak
berhasil, kita dapat menghadapi negara yang terkena dampak, seperti yang dilakukan
Indonesia ke Malaysia pada 1960-an.
(Ismail Dan Hartati, 2020)

E. Mendeskripsikan esensi dan urgansi Ketahanan Nasional dan bela negara


Esensi dari ketahanan nasional pada hakikatnya adalah kemampuan yang dimiliki
bangsa dan negara dalam menghadapi segala bentuk ancaman yang dewasa ini
spektrumnya semakin luas dan kompleks. Hal yang menjadikan ketahanan nasional
sebagai konsepsi khas bangsa Indonesia adalah pemikiran tentang delapan unsur
kekuatan bangsa yang dinamakan Asta Gatra. Pemikiran tentang Asta Gatra
dikembangkan oleh Lemhanas. Bahwa kekuatan nasional Indonesia dipengaruhi oleh
delapan unsur terdiri dari tiga unsur alamiah (tri gatra) dan lima unsur sosial (panca
gatra).
Bela Negara sebagai Upaya Mewujudkan Ketahanan Nasional Indonesia. stilah bela
negara, dapat kita temukan dalam rumusan Pasal 27 ayat 3 UUD NRI 1945. Pasal 27
ayat 3 menyatakan “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.
1. Ketahanan dibidang ideologi
Ketahanan Nasional dalam bidang ideologi ditujukan untuk mengatasi
segala ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan, baik yang datang dari
luar maupun dari dalam yang langsung maupun tidak langsung membahayakan
kelangsung hidup dan ekesistensi Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa dan
negara Indonesia, terutama pengaruh komunisme, liberalisme dan
fundamentalisme dan fanatisme agama yang terlalu inklussif.
2. Ketahanan dibidang Politik
Berbagai tantangan berat yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam
membangun demokrasi politik ke depan dan sangat mempengaruhi keamanan
nasional dibidang politik adalah; penegakkan supremasi hukum dan HAM,
penegakkan pemerintaha demokratis yang bebas dari KKN, serta
membangun kecakapna
dan kecerdasan di seluruh lapisan masyarakat. Di era reformasi politik ini, sudah
seharusnya bangsa Indonesia mengembangkan demokrasi Pancasila secara murni
dan konsekuen sehingga mendukung ketahanan nasional dibidang politik.
3. Ketahanan dibidang Ekonomi
Konsep, strategi dan implementasi pembangunan ekonomi Indonesia harus
mampu mewujudkan ketahanan nasional dibidang ekonomi pembangunan
nasional sedapat mungkin struktur ekonomi, sehingga : (1) produksi yang
berasal dari sektor pertanian bertambah besar, (2) warga negara atau
penduduk yang hidup dari luar sektor pertanian bertambah besar, dan (3)
bahan eksport semakin banyak terdiri dari barang- barang olahan dan barang-
barang jadi. Tantangan terberat yang kita hadapi ke depan dan sangat
mempengaruhi ketahanan nasional dibidang ekonomi adalah ; pengaruh
globalisasi ekonomi (regional dan internasional), persaingan pasar bebas, serta
perkembangan kapitalisme modern.
4. Ketahanan dibidang Sosial Budaya
Bidang sosial budaya mencakup; pendidikan, kesehatan, agama, kebudayaan,
teknologi dan lain-lain, namun yang menonjol disini adalah faktor teknologi dan
kebudayaan, karena perubahan dibidang ini berjalan sangat cepat akibat
pengaruh dari dalam maupun dari luar negeri. Pengaruh dari luar negeri
paling banyak menimbulkan perubahan. Untuk itu bangsa Indonesia perlu
mawas diri dan waspada, karena kemungkinannya pihak luar sengaja menyebar
pengaruhnya dengan tujun untuk melakukan intervensi maupun infiltirasi yang
berakibat pada terjadinya disharmoni dan distabilisasi kehidupan nasional
dibidang sosial budaya.
5. Ketahanan dibidang Hankam
Ketahanan dibidang Hankam Mengingat bahwa ruang lingkup pertahanan negara
meliputi seluruh bidang kehidupan nasional, dan setiap warga negara
mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk ikut serta dalam usaha
pembelaan negara sesuai amanat UUD 1945 Pasal 27 (3) dan Pasal 30 (1), serta
UU No. 3 Tahun 2002 Pasal (8 dan 9). Pada skala makro, upaya pembelaan
negara harus melibatkan seluruh potensi dan kekuatan nasional seperti ; warga
negara (penduduk), kekayaan alam, dan teknologi. Upaya pembelaan negara
harus dilakukan oleh warga negara sesuai dengan bidang kemampuan, dan
profesi masing-masing warga negara.Pelaksanaan Pertahanan Keamanan
Nasional Indonesia menggunakan sistem Pertahanan Keamanan Rakyat
Semesta (Sishankamrata) dimana seluruh rakyat diikut sertakan dengan
profesinya masing-masing, dan apabila Sishankamrata ini dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien, niscaya mewujudkan ketahanan yang kokoh kuat
dibidang pertahanan keamanan.Dibidang pertahanan dikendalikan dan
dilaksanakan oleh TNI dengan tugas utama (UU No. 34 Tahun 2004 Pasal 7).
Dengan mengkaji konstelasi politik dan pola hubungan antara bangsa saat
ini, maka ke depan, kemungkinan ancaman yang harus diwaspadai oleh
bangsa dan negara Indonesia, antara lain : intervensi, infiltirasi, agresi/invasi
militer, teroris dan bahkan ekspansi wilayah.Bidang keamanan dikendalikan
dan dilaksanakan oleh POLRI dengan tugas utama (UU No. 2 Tahun 2002
Pasal 13). Tantangan berat lain yang diemban oleh Aparat Kepolisian dalam
menjalankan tugas di masa depan adalah penegakan supremasi hukum/HAM,
pemberantasan KKN serta penanganan berbagai konflik horizontal (terutama
yang bermotif SARA) yang terjadi diberbagai daerah di Indonesia.
(Rifdan, 2003)
DAFTAR PUSTAKA

Armawi. 2012. Karakter Sebagai Unsur Kekuatan Bangsa. Makalah disajikan dalam
Workshop Pendidikan Karakter Bagi Dosen PKN di Perguruan Tinggi
Tgl. 31 Agustus – 2 September 2012, Jakarta.

Basrie C. 2002. Konsep Ketahanan Nasional Indonesia Dalam Kapitaselekta PKN


Bagian I. Jakarta: Depdikbud.

Ismail Dan Hartati, Sri. 2020. Pendidikan Kewarganegaraan (Konsep Dasar


Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara di Indonesia). Pasuruan: Qiara Media.

Panitia Lemhanas. 1980. Bunga Rampai Ketahanan Nasional Konsepsi dan Teori.
Jakarta: PT. Ripers Utama.

Rifdan. 2003. Upaya Pembinaan Ketahanan Nasional Indonesia diterbitkan oleh


Jurnal IKHTIYAR UPT MKU UNM ISSN 1412-8535 Vol. 2 No. 2, Agustus
2003.

Ristekdikti.2016. Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan


Kewarganegaraan. Jakarta. Ristekdikti.

Sudrajat, Edi. 1996. Ketahanan Nasional sebagai Kekuatan Penangkal, Suatu


Tinjauan dari Sudut Kepentingan Hankam. Yogyakarta: Gajah mada
University Press.

Sunardi, R.M. 1997. Teori Ketahanan Nasional. Himpunan Alumni Studi


Ketahanan Nasional (HASTANAS): Jakarta.

Suradinata, Ermaya. 2001. Geopoliti dan Geostategik Dalam Mewujudkan Negara


Kesatuan Republik Indonesia. Jurnal Ketahanan Nasional No. VI Agustus
2001.

Anda mungkin juga menyukai