Anda di halaman 1dari 6

PERANG CYBER

1.1 Latar Belakang

Perang di dunia siber merupakan perang yang sudah menggunakan jaringan


komputer dan Internet atau ranah siber (cyber space) dalam bentuk strategi
pertahanan atau penyerangan sistim informasi lawan. Perang siber mengacu pada
penggunaan fasilitas www (world wide web) dan jaringan komputer untuk
melakukan perang di dunia maya. Pelakunya memanfaatkan teknologi komputer
dan internet untuk saling bersaing dan menguasai, mengganggu, menghentikan
komunikasi dan bahkan merubah arus informasi dan isi serta berbagai tindakan lain
yang dapat merugikan dan menghancurkan lawan. Pembentukan opini publik dan
internasional terhadap suatu kepentingan baik berupa kampanye, propaganda serta
agitasi kini juga marak dilakukan melalui internet. Kelompok yang berkepentingan
tersebut dapat dengan mudah melakukan hal tersebut tanpa perlu mengeluarkan
banyak biaya dan sumber daya seperti halnya di masa lampau.Cyber crime dan
cyber war tidak hanya membahayakan keamanan individu dengan terambilnya
akses pada aset yang dimiliki. Kejadian yang menonjol antara lain: pencurian
identitas dan data (sumber daya informasi) serta pembajakan akun, kasus
penyebaran virus yang disisipkan di dalam file dan web site serta kode-kode
penting, fitnah, penistaan maupun pencemaran nama baik. Demikian pula dengan
spionase industri dan penyanderaan sumber daya informasi kritis yang marak
terjadi saat ini. Kesemuanya telah menimbulkan keresahan di masyarakat karena
telah hilangnya privasi dan ancaman kehilangan aset serta kekayaan yang dimiliki.
Dunia siber juga dapat digunakan sebagai alat politik melalui penyebaran kabar
bohong untuk tujuan provokasi politis maupun rekayasa ekonomi. Interkoneksi
internet juga memungkinkan terjadinya serangan yang bertujuan melumpuhkan
dan menghancurkan sumber daya negara lawan tanpa perlu mendekati objek
tersebut. Hal tersebut perlu diwaspadai karena pelakunya bisa beraneka ragam dan
saling bekerja sama walaupun memiliki kepentingan yang berbeda.Paradigma
keamanan nasional telah bergeser kepada aspek yang lebih luas yaitu termasuk
jaminan keamanan pribadi warga negara. Kewajiban pokok dari suatu negara
adalah memberikan keamanan terhadap warganyanya tersebut termasuk keamanan
dari berbagai kejahatan siber. Setiap saat warga negara dapat merasa terancam pada
aset yang d i m i l i k i n y a . Privasi dan b e r b a g a i informasi rahasia dapat
dengan mudah dihancurkan oleh para pelaku kejahatan siber ini, dimana bila
eskalasinya semakin meluas, dapat membuat keresahan yang meluas pada
masyarakat. Dalam jangkauan yang lebih luas, keterbatasan penguasaan teknologi
negara dan belum adanya regulasi yang lebih tegas mengenai pertahanan siber
dapat membahayakan negara secara nyata. Negara lain ataupun kelompok dengan
kepentingan tertentu dapat dengan mudah memasuki ranah infrastruktur vital yang
dimiliki negara kita. Kerjasama antar negara diharapkan juga mampu mencetuskan
sebuah regulasi dibidang siber (cyber law) yang lebih kuat dan memberi efek
global. Dengan adanya cyber law yang tegas di dunia internasional tersebut
kiranya mampu mengurangi maraknya kejahatan di dunia siber. Sebelum hal
tersebut dilaksanakan akan lebih bijak apabila Indonesia melakukan tata ulang di
dalam penguasaan teknologi serta pembuatan undang-undang spesifik mengenai
ancaman siber.

Beberapa negara sudah memiliki unit khusus pasukan siber dalam pertahanan dan
keamanan negaranya. Badan ataupun organisasi tersebut bertugas menghimpun
segala usaha pertahanan dan serangan balik terhadap keamanan di dunia siber
beserta sistem jaringannya. Melihat kekuatan dan ancaman yang dapat terjadi
akibat kemajuan teknologi informasi, banyak negara mulai membangun kekuatan
angkatan perang siber.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana cara suatu negara menanggapi ancaman cyber ?

b. Apakah Perjanjian Westphalia itu ?

c. Bagaimana upaya membangun pertahanan dan keamanan nasional melalui

pertahanandan keamanancyber

d. Negara manakah dan nama organisasi militer cyber ?


1.3 Identifikasi Masalah

a. Cara menanggapi ancaman cyer

b. Negara yang mempunyai Organisasi Militer Cyber

c. Upaya membangun pertahanan dan keamanan nasional


TINJAUAN TEORITIS

Perkembangan globalisasi dan teknologi informasi telah membawa perubahan besar


dalam kehidupan manusia. Teknologi Informasi menjadikan hubungan komunikasi antar manusia
dan antar bangsa semakin mudah dan cepat tanpa dipengaruhi oleh ruang dan waktu. Globalisasi
adalah suatu proses perubahan dinamika lingkungan global sebagai kelanjutan dari situasi yang
pernah ada sebelumnya yang ditandai dengan ciri kemajuan teknologi dan informasi,
menimbulkan saling ketergantungan, pengaburan terhadap batas-batas negara (borderless).
Dampak dari perkembangan teknologi dan informasi mengubah haluan perang yang terjadi saat
ini. ( Rahmawati,2017)

Era globalisasi mendorong sebagian negara tidak lagi menggunakan cara perang
tradisional dan konvensional. Akibatnya, kekuatan negara tidak lagi dilihat pada kekuatan
persenjataan, tetapi juga pada segi budaya, perekonomian, politik, dan teknologi. Hal ini
membuat persaingan dan peperangan menjadi semakin tidak terlihat batasannya. Peperangan dan
konflik yang terjadi di suatu negara tidak hanya didominasi oleh kekuatan militer, tetapi
kekuatan nirmiliter juga dilakukan oleh aktor non negara (non state actor). ( Rahmawati.2017)

Perang siber (cyber war) dapat dipahami sebagai suatu situasi adanya proses
penyangkalan, pengurusakan, berbagai modifikasi informasi dengan tujuan yang ditentukan si
pengirim, seperti penyerangan, manipulasi, serangan balik, melalui berbagai cara cyber,
psikologis, yang akan mempengaruhi/mengganggu pihak musuh dalam aspek infrastruktur dan
pengambilan keputusan.

Dalam pengertian yang lebih luas dalam konteks media sosial saat ini,istilah opinion
leader kemudian dapat dipahami sebagai orang yang memberi pengaruh atau dapat
mempengaruhi pengikut mereka (followers) terhadap suatu isu tertentu yang sedang
diperbincangan di media sosial. Dalam konteks yang telah berubah tersebut, seorang opinion
leader bukan lagi sebagai pihak yang menyampaikan opini mereka karena memiliki akses pada
sejumlah sumber informasi, tetapi dapat beralih menjadi opinion maker. (Syahputra.2017)

Karkateristik media sosial tersebut memungkinkan setiap orang dapat berbagi informasi
pada khalayak atau pada siapa saja yang dikehendakinya. Dan setiap orang di media sosial punya
otoritas memilih dan membuat sendiri opini yang mereka inginkan. Di Indonesia, kemungkinan
tersebut semakin lebih leluasa karena didorong dan disokong oleh iklim demokrasi yang
menjamin setiap orang bebas berpendapat dan menyampaikan opininya di media sosial secara
bebas. Masyarakat online (netizen) dan media sosial dapat berperan sebagai agen sosial dan
perubahan politik . Karakteristik media sosial yang spesifik dalam iklim demokrasi yang bebas
tersebut, aktivitas media sosial di Indonesia menjadi sangat dinamis. Tingginya aktivitas dalam
media sosial tersebut bahkan dapat berdampak pada pergerakan sosial dan perubahan politik di
Indonesia. (Syahputra.2017)
Cyber-security
Cyber security atau keamanan dunia maya adalah proteksi perlindungan dunia maya dari
sumber-sumber bahaya. Sedangkan Cyber defense atau pertahanan dunia maya adalah segala
bentuk usaha untuk mempertahankan keamanan cyber atau dunia maya. Cyber Security berbeda
dengan security atau keamanan biasa karena ancaman cyber tidak bisa dimasukan begitu saja ke
dalam kategori keamanan tradisional.4 Selain berasal dari dalam negeri, ancaman cyber atau
Cyber Threats juga datang dari luar negeri. Namun, ancaman ini jarang mencapai taraf yang
membutuhkan respon militer karena apapun yang akan dilakukan pemerintah dalam menanggapi
ancaman cyber ini akan memiliki implikasi domestik dan internasional. (saputera.2015)

Cyber-security lebih lanjut dimaknai sebagai semua mekanisme yang dilakukan untuk
melindungi dan meminimalkan gangguan kerahasiaan (confidentiality), integritas (integrity), dan
ketersediaan (availability) informasi. Mekanisme ini harus bisa melindungi informasi baik dari
physical attack maupun cyber attack. Cyber-security merupakan upaya untuk melindungi
informasi dari adanya cyber attack, adapun elemen pokok cyber-security adalah:

1. Dokumen security policy merupakan dokumen standar yang dijadikan acuan dalam
menjalankan semua proses terkait keamanan informasi.
2. Information infrastructure merupakan media yang berperan dalam kelangsungan operasi
informasi meliputi hardware dan software. Contohnya adalah router, switch, server, sistem
operasi, database, dan website.
3. Perimeter Defense merupakan media yang berperan sebagai komponen pertahanan pada
infrastruktur informasi misalnya IDS, IPS, dan firewall.
4. Network Monitoring System merupakan media yang berperan untuk memonitor kelayakan,
utilisasi, dan performance infrastruktur informasi.
5. System Information and Event Management merupakan media yang berperan dalam
memonitor berbagai kejadian di jaringan termasuk kejadian terkait pada insiden keamanan.
6. Network Security Assessment merupakan elemen cyber-security yang berperan sebagai
mekanisme kontrol dan memberikan measurement level keamanan informasi. (ardiyanti.2014)
DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati,uneu.2017.ANALISIS MANAJEMEN RISIKO ANCAMAN KEJAHATAN SIBER


(CYBER CRIME) DALAM PENINGKATAN CYBER DEFENSE. Jurnal pertahanan dan bela
negara.Vol7(2)

Syahputra,Iswandi.2017.DEMOKRASI VIRTUAL DAN PERANG SIBER DI MEDIA SOSIAL:


PERSPEKTIF NETIZEN INDONESIA. Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 3, Juli 2017, hlm
457-475

Ardiyanti,Handrini.2014.CYBER-SECURITY DAN TANTANGAN PENGEMBANGANNYA


DI INDONESIA.Vol 5(1)

Saputera,Moehammad.2015.PENGARUH CYBER SECURITY STRATEGY AMERIKA


SERIKAT MENGHADAPI ANCAMAN CYBER WARFARE.vol 2(2)

Anda mungkin juga menyukai