Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH POLITIK INTERNASIONAL

CYBER WAR (PERANG CYBER) Dalam Sudut Pandang Hukum Humaniter (Kontradiktif)

Presented by: Yosi Lerian Diah Awalia Zahara Nadia Febriyanti Ade Yusuf Saputra Dwi Anisa 2012 23 0043 2012 23 0044 2012 23 0045 2012 23 0046 2012 23 0047

INSTITUT ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (IISIP) JAKARTA


Jl. Lenteng Agung Timur, No. 32 Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta revolusi sistem informasi membawa perubahan besar dalam berbagai bidang, tanpa terkecuali dalam bidang pertahanan nasional dan keamanan internasional. Sebuah negara yang memiliki pengetahuan dan teknologi yang tinggi maka Negara tersebut akan memiliki strategi pertahanan dan keamanan yang lebih signifikan dibandingkan dengan negara lain yang menggunakan teknologi informasi hanya sebatas sebagai media informasi. Saat ini konsep dari keamanan nasional mengalami perluasan makna, artinya usaha untuk melindungi aset nasional tidak hanya terfokus dalam bidang militer saja, tetapi juga dalam bidang sistem informasi yang mendukung stabilitas keamanan negaranya. Namun, perkembangan teknologi di era globalisasi ini semakin membuka ruang untuk berbagai ancaman terhadap keamanan nasional melalui teknologi informasi semacam internet. Pada tahun 2008 ketika Barack Obama terpilih menjadi Presiden USA, Obama kemudian menyebutkan lima medan perang antar negara. Kelima medan perang itu antara lain, darat, laut, udara, luar angkasa dan medan terakhir adalah cyber warfare/cyber space.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Cyber Warfare dan Cyber Attack? 2. Mengapa Cyber War menjadi ancaman bagi stabilitas keamanan nasional suatu negara?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengidentifikasi dampak-dampak negatif yang ditimbulkan oleh Cyber Warfare sebagai salah satu isu global kontemporer dalam Hubungan Internasional. 2. Mengidentifikasi serta mengkaji lebih dalam tentang Cyber Warfare dalam sudut pandang Hukum Humaniter.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Cyber Warfare dan Cyber Attack


Cyber warfare merupakan perang yang menggunakan jaringan komputer dan internet atau dunia maya. Sedangkan Cyber attack merupakan implementasi dari cyber warefare, atau dapat disebut juga sebagai tindakan untuk melakukan cyber warfare. Cyber space dalam bentuk strategi pertahanan atau penyerangan sistem informasi strategi lawan. Cyberspace kemudian melahirkan infrastruktur-infrastruktur dalam suatu Negara yang terkomputerisasi dan saling terhubung satu sama lain, hal inilah yang kemudian memunculkan pihak-pihak yang mempunyai tujuan negatif (hacker dan cracker) yaitu untuk mengacaukan sistem dari infrastruktur yang terkomputerisasi, namun pihak-pihak tersebut bukan lagi sebagai individu melainkan negara yang kemudian disebut sebagai cyber attack. Cyber attack dilatar

belakangi oleh hal-hal bersifat politik, dan ada suatu unsur perintah yang resmi dari pemerintah suatu negara dengan kata lain dengan kata lain melegalkan dan mendukung serta memfasilitasi. Cyber warfare juga di kenal sebagai perang cyber yang mengacu pada pengguna fasilitas www (world,wide,web) dan jaringan komputer untuk melakukan perang di dunia maya. Menurut Richar A. Clark, seorang ahli dibidang kemamanan pemerintahan dalam bukunya Cyber War (Mei 2010), mendefinisikan Cyber War sebagai aksi penetrasi suatu negara terhadap jaringan komputer lain dengan tujuan menyebabkan kerusakan dan gangguan. Majalah The Economist menjelaskan bahwa cyber war adalah domain kelima dari perang, setelah darat, laut, udara dan ruang angkasa. Menurut Clark, cyber war terbilang mudah & murah untuk diluncurkan, tetapi sulit untuk dihentikan, itulah mengapa penyerang menjadikannya sebagai senjata untuk menjatuhkan negara lain.

2.2 Sejarah Internet yang Melatarbelakangi Munculnya Cyber Warfare


Cyber war yang saat ini terjadi di sejumah negara tentunya terjadi karna faktor-faktor sejarah pendukung terjadinya cyber war seperti berikut : Internet Serangan cyber war yang paling banyak terjadi saat ini adalah serangan yang di gunakan melalui sejumlah jaringan telekomunikasi khusunya internet. Jaringan internet sendiri adalah rangkaian berjuta-juta komputer yang terhubung satu dengan yang lain dalam satu sistem komunikasi. Dengan demikian sistem internet adalah sstem yang bersifat global dan tidak mengenal batas-batas wilayah dan negara. Suatu saat kebutuhan masyaralat akan internet akan sama halnya dengan kebutuhan akan listrik, bbm, sembako dan kebutuhan lainya. Karna itulah internet akan menjadi kebutuhan dasar sehari-hari masyarakat, oleh karna itu pemerintah seharusnya berkepentinggan menjaga dan perlu melindunginya. a. Sejarah Internet Internet berkembang pada tahun 1969 melalui proyek APRANET (Advance Research Project Agency Network). Pada saat itu pemerintah US dengan hardwer berbasis unix kita dapat berkomunikasi jarak jauh dengan memanfaatkan kabel telepon. Proyek inilah yang menjadi cikal bakal TCP/IP. Pada awalnya internet dipakai untuk ebutuhan militer yang membuat internet berkembang sangan pesat lagi setelah di temukannya www (World Wide Web). Namun pada saat ini internet tidak lagi menjadi monopoli militer dan akademis semata namun sudah melakat dan meluas di segala jenis kegiatan masyarakat. Di eropa sendiri awal abad 21 ekspansi internet besar-besaran terjadi pada internet yang membuat jarak antar dunia semakin menyempit terlebih dengan telah di temukannya fibet optic secara global. Kita dapat memperoleh informasi secara cepat bahkan lebih cepat dari televisi. Kemudahan dalam mencari informasi ini yang telah mengubah ilmu pengetahuan dan maupun peradaban. b. Pengunaan Internet Kemajuan pesat di bidang informasi sejalan dengan perkembangan teknologi pendukunya. Perubahan wajah web side serta web pege yang dulu sangat sederhana serta berbasis HTML kini semakin aktif dan iteraktif dengan dukungan berbagai bahasa program web yang dapat berinteraksi baik dengan HTML. Tentunya kita sangat mengenal PHP, ASP, VBNET, MySQL, Oracl dan lain-lain yang semuanya menjadi pelopor nternet kearah yang lebih baik. Dengan begitu kebudayaan mulai berubah dimana orang-orang tidak perlu lagi sabar menungu koran datang kerumah tapi bisa membka e-paper . pengunaaan internet juga semakin beragan seperti di sekor pendidikan, ekonomi perdagangan, perkantoran

pemerintah, pelayanan publik, industri, kesehatan masyarakat. Semakin maju warga negara maka semakin banyak orang yang mengunakaan failitas internet ini sebagai sarana peenunjang kehidupanya. Ganguan internet yang terjadi di suatu negara akan melemahkan sendi-sendi kehidupan di suatu negara karna internt erat kaitannya dengan aktifitas sehari-hari masyarakatnya. 2.3 Serangan (Attack) Dalam Cyber Warfare Di dalam cyber warfare yang dimaksud serangan adalah serangan cyber atau cyber attack, untuk mengkategorikan cyber attack sebagai serangan bersenjata atau armed attack di perlukan tinjauan dan kriteria tertentu. Peraturan mengenai konflik bersenjata tradisional menekankan bahwa, kematian atau cedera/luka-luka fisik yang terjadi pada seseorang dan kehancuran benda-benda merupakan kriteria dari use of force dan armed attack. Seorang ahli hukum internasional Michael Schmitt mengajukan enam kriteria yang sekaligus menjadi pedoman bahwa, cyber attack merupakan serangan bersenjata atau armed attack, yaitu, severity, immediacy, directness, invasiveness, measurability, presumptive legitimacy. Adanya akibat atau dampak yang di timbulkan oleh cyber attack yang memenuhi kriteria tersebut maka, cyber attack sama dengan serangan konvensional. Di dalam Additional Protocol I Article 49, mendefinisikan attacks sebagai, acts of violence against the adversary, whether in offence or in defence. Dalam Artikel tersebut violence harus dianggap sebagai pengertian dari violent consequences dari pada violent acts.Dalam kasus Nicaruagua v. U.S Berdasarkan keputusan dari International Court of Justice bahwa, kriteria dari use of force dapat didasarkan pada skala (scale) dan efek (effect). Beberapa sarjana menyetujui tiga model pendekatan yang diberikan oleh Jean Pictet yang disebut sebagai Use of Force Continuum, yakni; 1. Instrument based approach Cyber attack yang ditujukan untuk mematikan sumber pembangkit listrik yang terkomputerisasi atau mematikan air traffic control system seperti halnya menjatuhkan bom di sumber pembangkit listrik yang dikenal dalam perang konvensional. Namun pendekatan ini tidak dapat diterapkan pada serangan yang hanya mengakibatkan hancurnya data-data seperti yang diakibatkan oleh virus.

2. Strict liability approach Serangan terhadap kritikal infrastruktur merupakan serangan bersenjata (armed attack) apabila serangan tersebut menimbulkan efek yang berat, pendekatan ini tidak dapat diterapkan apabila efek dari serangan tersebut kecil atau tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap Negara yang diserang. 3. Effects Based Approach (Consequence Based Approach) Pendekatan ini menjelaskan bahwa, yang menjadi dasar adalah bukan dari apakah kerusakan yang dihasilkan oleh suatu serangan dapat diterima berdasarkan pengertian kerusakan secara tradisional, melainkan semua efek yang ditimbulkan oleh serangan tersebut terhadap suatu Negara. Berdasarkan pendekatan ini maka, cyber attack bisa dikatan sebagai armed attack karena, efek dari cyber attack yang menimbulkan kekacauan atau gangguan yang mempengaruhi penduduk yang berada di Negara tersebut

2.4 Unnescessary Suffering


Unnecessary suffering atau penderitaan yang tidak perlu, merupakan prinsip yang harus diterapkan dalam Cyber Warfare, sebagai bagian dari military necessity dan humanity terutama berkaitan dengan pemilihan sarana dan metode berperang atau persenjataan. Seperti yang tercantum di dalam Article 35 (2) Additional Protocol I, yaitu; It is prohibited to employ weapon, projectiles, and material and methods of warfare of nature to cause superfluous injury or unnecessary suffering. Berdasarkan Artikel tersebut, akan sulit untuk menerapkan unnecessary suffering dalam konteks cyber warfare dalam hal cyber weapon, jika prinsip tersebut hanya di pandang dari segi perang konvensional dan perang konvensional. Penerapan unnecessary suffering di dalam perang konvensional didasarkan adanya efek yang langsung, berkaitan dengan hal tersebut maka prinsip unnecessary suffering dapat di terapkan dalam serangan cyber yang memiliki efek yang langsung. Akan tetapi adanya efek yang timbul secara tidak langsung dari adanya serangan cyber yang juga menimbulkan unnecessary suffering, seperti penggunaan malware yang dirancang untuk melakukan hal-hal yang secara potensial dapat melanggar prinsip unnecessary suffering ini. Contohnya seperti, serangan cyber yang berimbas kepada peralatan, perlengkapan, data, dan

infrastruktur medis yang seharusnya digunakan untuk melakukan pengobatan dan perawatan pasien baik kombatan maupun sipil.

2.5 Dampak Negatif Cyber Warfare


Internet tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat dunia, namun juga berdampak negatif pada tatanan pemerintahan suatu negara. Hal ini dapat dilihat dari banyak kasus yang terjadi belakangan ini melalui sistem informasi. Seperti contohnya, serangan cyber yang berhasil menelan uang negara dan bahkan berpotensi mengganggu daya listrik atau sistem transportasi. Namun tidak hanya itu, buruknya lagi cyber war dapat membuat kerjasama antar negara menjadi renggang. Artinya, hubungan kerjasama yang sebelumnya berjalan dengan baik, berpotensi timbulnya konflik antar negara yang terkait. Beberapa dampak negatif dari Cyber Warfare adalah sebagai berikut (Cyber Warfare dalam skala besar dan skala kecil): 1. Terjadinya pemudaran nilai-nilai ataupun norma-norma dalam kehidupan sehari-hari (akibat perang cyber antar individu/bullying) 2. Perang cyber dalam skala besar atau perang cyber antar negara yang memakan banyak korban jiwa 3. Hancurnya suatu system kendali di perindustrian suatu negara Masih ingat Stuxnet? Virus yang dilaporkan pada 2010 ini dapat mengganggu proses industri dan bahkan menghancurkan equipment fisik yang digunakan. Bagaimana caranya? Virus worm itu mengubah informasi kondisi dari peralatan yang digunakan industri untuk selalu menunjukkan bahwa semuanya berjalan normal. Sehingga hal ini akan mengelabuhi operator yang memonitor kondisi semua peralatan sehingga akhirnya peralatan pun bisa jebol. Virus yang awalnya didesain untuk menyasar industri energi nuklir Iran ini sebenarnya dapat menginfeksi pula untuk industri-industri lainnya yang mempunyai kemiripan, bahkan termasuk industri milik pengirimnya sendiri.

2.6 Contoh kasus


Ketika pada bulan Agustus 2008, terjadi perang antara Rusia dengan Georgia. perang yang merupakan representasi konflik yang panjang antara kedua negara ini yang melibatkan sektor politik, kultur, dan ekonomi. Di mulai dengan perdebatan argumentasi selama beberapa minggu mengenai masa depan wilayah Osettia Utara yang mengalami jalan buntu. Ossetia Utara merdeka secara de facto dari Georgia sekitar tahun 1991, saat terjadinya konflik dengan Georgia.Namun, ketika itu masyarakat internasional masih mengakui Ossetia Utara sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Georgia. Adanya pembentukan pasukan perdamaian di tahun 1992 yang melibatkan angkatan bersenjata dari Rusia, Georgia, dan Ossetia Utara yang di nilai gagal, membuat ketegangan antara Rusia dengan Georgia semakin memuncak. Pada Agustus 2008, Georgia yang di dukung dan di provokasi oleh pihak separatis yang Pro Georgia, melancarkan serangan militer yang di tujukan pada pasukan separatis yang dalam hal ini Kontra Georgia dan Pro terhadap Rusia, yang kemudian direspon oleh pihak Rusia dengan melakukan operasi militer di wilayah teritorial Georgia. Sebelum hari dimana operasi militer atau perang konvensional tersebut dimulai, Cyber attack telah dilakukan terhadap website-website milik Georgia. Tercatat 54 website yang berhubungan dengan komunikasi, keuangan, dan pemerintahan diserang oleh pihak Rusia. Data statistik penyerangan yang dirilis oleh Arbor Network, menunjukan bahwa intensitas dari serangan tersebut sangat tinggi dengan traffic data atau jalur data yang rata-rata mencapai 211,66 Mbps (megabyte per second), dan pada titik maksimum mencapai 814,33 Mbps (megabyte per second). Durasi dari serangan tersebut rata-rata adalah sekitar 2 jam 15 menit, dan yang terlama adalah 6 jam. Beberapa blog, forum, dan website Rusia, telah menyebarkan sebuah Microsoft Windows batch script yaitu sebuah file yang berekstensi .BAT yang berisi perintah-perintah untuk mengerjakan tugas tertentu, yang di desain untuk menyerang website-website milik Georgia, adapun file tersebut diberi nama war.bat. Selain itu serangan juga diarahkan pada e-mail milik politisi Georgia dengan metode spamming. Berdasarkan penelitian dari Swedish National Defence University,dan di dukung oleh Shadowserver menyatakan bahwa, stopgeorgia.ru yang juga diketahui sebagai stopgeorgia. info menyediakan alat-alat atau software DDoS untuk di unduh yang kemudian dapat

digunakan untuk melakukan penyerangan, yang di indikasi target dari serangan tersebut adalah website-website atas nama Georgia (.ge).

2.7 Analisa Kasus


Serangan cyber yang dilancarkan oleh Rusia terhadap Georgia, merupakan cyber warfare, karena serangan cyber yang dilakukan telah di kondisikan atau dibarengi dengan adanya invasi yang dilakukan oleh Rusia ke wilayah Georgia. Melihat akibat efek dari cyber warfare yang terjadi di Georgia, berdasarkan data dari CERT-EE, dua penyedia utama layanan internet di Georgia yaitu, United Telecom of Georgia dengan router jenis Cisco 7206 yang tidak dapat menyediakan pelayanan selama beberapa hari, kemudian Caucasus Network Tbilisi yang telah di banjiri (flooded19) secara besar-besaran dengan berbagai queries. Hal tersebut seolah-olah telah membuat infrastruktur Caucasus Network telah masuk dalam zona perang dan telah menjadi sasaran atau target, yang mengakibatkan physical disconnections. Lebih dari itu tidak dapat di aksesnya atau tidak tersedianya website-website yang penting bagi pemerintah Georgia, karena akibat dari serangan DoS dan DDoS, telah melumpuhkan komunikasi serta informasi baik yang bersifat internasional dan nasional. Berdasarkan hukum humaniter internasional, serangan atau attack akan selalu menimbulkan sebuah akibat baik secara fisik (physically) maupun mental (mentally), namun serangan tersebut juga terkait dengan domain-domain atau wilayah-wilayah yang telah diakui dalam hukum humaniter internasional, seperti darat (land), laut (sea), dan udara (air). Secara keseluruhan cyber warfare terjadi dalam suatu ruang yang disebut sebagai cyberspace atau dunia maya, mengacu pada kasus diatas, ketika negara dalam keadaan konflik (state of war) maka, informasi dan komunikasi merupakan hal yang utama bagi seluruh masyarakat negara tersebut, ketika informasi dan komunikasi lumpuh, akan timbul kekacauan dan timbul keadaan yang dapat membuat orang kehilangan semuanya bahkan nyawa.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan


Di era globalisasi ini, Cyber Warfare memiliki dampak yang sangat luas terhadap kehidupan bermasyarakat, dan tindak kejahatan Cyber Warfare juga sulit untuk terdeteksi karena perkembangan yang sangat luas. Pemakaian teknologi informasi yang tidak terkendali dan ditambah dengan kebebasan siapapun untuk melakukan akses internet, merupakan suatu poin penting yang sangat

menguntungkan bagi para pelaku Cyber Warfare untuk melakukan tindak kejahatan itu. Minimnya sistem pengamanan dalam jaringan computer ataupun yang lainnya merupakan lahan basah bagi para pelaku Cyber Warfare dalam melakukan aksinya ke arah yang tidak baik.

3.2 Saran
Untuk mengantisipasi dampak negative yang disebabkan oleh Cyber Warfare, dapat diimplementasikan dengan cara-cara berikut: 1. Diperlukan lembaga hukum supranasional yang memiliki otoritas tinggi dalam bidang Teknologi, Informasi, & Komunikasi. 2. Membentuk proteksi yang kuat dalam dalam bidang Teknologi, Informasi, & Komunikasi sebagai penunjang sistem pertahanan & keamanan negaranya.

3.3 Daftar Pustaka


Kol Lek Noor Pramadi, Anggota Dewan Penasehat Harian TANDEF;
http://www.tandef.net/mandala-perang-baru-%E2%80%9Ccyber-warfare%E2%80%9Dsudah-dimulai

http://hukum.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/Jurnal-Ivan-Hilmi-Alvianto0910110180.pdf

3.4 Daftar Pustaka Gambar


http://www.lemhannas.go.id/portal/in/daftar-artikel/1556-cyber-warfare.html

Anda mungkin juga menyukai