CYBER WAR (PERANG CYBER) Dalam Sudut Pandang Hukum Humaniter (Kontradiktif)
Presented by: Yosi Lerian Diah Awalia Zahara Nadia Febriyanti Ade Yusuf Saputra Dwi Anisa 2012 23 0043 2012 23 0044 2012 23 0045 2012 23 0046 2012 23 0047
belakangi oleh hal-hal bersifat politik, dan ada suatu unsur perintah yang resmi dari pemerintah suatu negara dengan kata lain dengan kata lain melegalkan dan mendukung serta memfasilitasi. Cyber warfare juga di kenal sebagai perang cyber yang mengacu pada pengguna fasilitas www (world,wide,web) dan jaringan komputer untuk melakukan perang di dunia maya. Menurut Richar A. Clark, seorang ahli dibidang kemamanan pemerintahan dalam bukunya Cyber War (Mei 2010), mendefinisikan Cyber War sebagai aksi penetrasi suatu negara terhadap jaringan komputer lain dengan tujuan menyebabkan kerusakan dan gangguan. Majalah The Economist menjelaskan bahwa cyber war adalah domain kelima dari perang, setelah darat, laut, udara dan ruang angkasa. Menurut Clark, cyber war terbilang mudah & murah untuk diluncurkan, tetapi sulit untuk dihentikan, itulah mengapa penyerang menjadikannya sebagai senjata untuk menjatuhkan negara lain.
pemerintah, pelayanan publik, industri, kesehatan masyarakat. Semakin maju warga negara maka semakin banyak orang yang mengunakaan failitas internet ini sebagai sarana peenunjang kehidupanya. Ganguan internet yang terjadi di suatu negara akan melemahkan sendi-sendi kehidupan di suatu negara karna internt erat kaitannya dengan aktifitas sehari-hari masyarakatnya. 2.3 Serangan (Attack) Dalam Cyber Warfare Di dalam cyber warfare yang dimaksud serangan adalah serangan cyber atau cyber attack, untuk mengkategorikan cyber attack sebagai serangan bersenjata atau armed attack di perlukan tinjauan dan kriteria tertentu. Peraturan mengenai konflik bersenjata tradisional menekankan bahwa, kematian atau cedera/luka-luka fisik yang terjadi pada seseorang dan kehancuran benda-benda merupakan kriteria dari use of force dan armed attack. Seorang ahli hukum internasional Michael Schmitt mengajukan enam kriteria yang sekaligus menjadi pedoman bahwa, cyber attack merupakan serangan bersenjata atau armed attack, yaitu, severity, immediacy, directness, invasiveness, measurability, presumptive legitimacy. Adanya akibat atau dampak yang di timbulkan oleh cyber attack yang memenuhi kriteria tersebut maka, cyber attack sama dengan serangan konvensional. Di dalam Additional Protocol I Article 49, mendefinisikan attacks sebagai, acts of violence against the adversary, whether in offence or in defence. Dalam Artikel tersebut violence harus dianggap sebagai pengertian dari violent consequences dari pada violent acts.Dalam kasus Nicaruagua v. U.S Berdasarkan keputusan dari International Court of Justice bahwa, kriteria dari use of force dapat didasarkan pada skala (scale) dan efek (effect). Beberapa sarjana menyetujui tiga model pendekatan yang diberikan oleh Jean Pictet yang disebut sebagai Use of Force Continuum, yakni; 1. Instrument based approach Cyber attack yang ditujukan untuk mematikan sumber pembangkit listrik yang terkomputerisasi atau mematikan air traffic control system seperti halnya menjatuhkan bom di sumber pembangkit listrik yang dikenal dalam perang konvensional. Namun pendekatan ini tidak dapat diterapkan pada serangan yang hanya mengakibatkan hancurnya data-data seperti yang diakibatkan oleh virus.
2. Strict liability approach Serangan terhadap kritikal infrastruktur merupakan serangan bersenjata (armed attack) apabila serangan tersebut menimbulkan efek yang berat, pendekatan ini tidak dapat diterapkan apabila efek dari serangan tersebut kecil atau tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap Negara yang diserang. 3. Effects Based Approach (Consequence Based Approach) Pendekatan ini menjelaskan bahwa, yang menjadi dasar adalah bukan dari apakah kerusakan yang dihasilkan oleh suatu serangan dapat diterima berdasarkan pengertian kerusakan secara tradisional, melainkan semua efek yang ditimbulkan oleh serangan tersebut terhadap suatu Negara. Berdasarkan pendekatan ini maka, cyber attack bisa dikatan sebagai armed attack karena, efek dari cyber attack yang menimbulkan kekacauan atau gangguan yang mempengaruhi penduduk yang berada di Negara tersebut
infrastruktur medis yang seharusnya digunakan untuk melakukan pengobatan dan perawatan pasien baik kombatan maupun sipil.
digunakan untuk melakukan penyerangan, yang di indikasi target dari serangan tersebut adalah website-website atas nama Georgia (.ge).
menguntungkan bagi para pelaku Cyber Warfare untuk melakukan tindak kejahatan itu. Minimnya sistem pengamanan dalam jaringan computer ataupun yang lainnya merupakan lahan basah bagi para pelaku Cyber Warfare dalam melakukan aksinya ke arah yang tidak baik.
3.2 Saran
Untuk mengantisipasi dampak negative yang disebabkan oleh Cyber Warfare, dapat diimplementasikan dengan cara-cara berikut: 1. Diperlukan lembaga hukum supranasional yang memiliki otoritas tinggi dalam bidang Teknologi, Informasi, & Komunikasi. 2. Membentuk proteksi yang kuat dalam dalam bidang Teknologi, Informasi, & Komunikasi sebagai penunjang sistem pertahanan & keamanan negaranya.
http://hukum.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/Jurnal-Ivan-Hilmi-Alvianto0910110180.pdf