Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

ETIKA PROFESI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

“CYBER SABOTAGE AND EXTORTION”

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Profesi Teknologi & Komunikasi
pada Program Studi Diploma Tiga (D3)
Disusun Oleh :

Riska Oktaviani 12186057


Denny Saputra 12183906
Nabilla Safira 12182638
Elsa Novalia 12181538
Metta Diah Phitaloka 12182263

Program Studi Sistem Informasi


Fakultas Teknologi dan Informasi Universitas Bina Sarana Informatika

Juni 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah prilaku masyarakat dan


peradaban manusia secara global. Disamping itu, perkembangan teknologi informasi telah
menyebabkandunia menjadi tanpa batas dan mengakibatkan perubahan sosial secara
signifikan berlangsungdengan begitu cepat.
Teknologi informasi saat ini menjadi pedang bermata dua, selain memberikan
kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan dan peradaban manusia, sekaligus
menjadi saranaefektif perbuatan melawan hukum, yaitu munculnya kejahatan bernama
“cyberspace” ataudengan nama lain “cybercrime”sebuah ruang imajiner dan maya, atau area
bagi setiap oranguntuk melakukan aktivitas yang bisa dilakukan dalam kehidupan sosial.
Setiap orang bisa salingberkomunikasi, menikmati hiburan, dan mengakses apa saja
yang menurutnya bisamendatangkan kesenangan.Disamping memberikan manfaat, tingginya
penggunaan teknologi informasi justru telahmemberi akibat berupa ancaman terhadap
eksistensi manusia itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu cyber sabotage dan extortion ?
2. Apa contoh kasus dari cyber sabotage dan extortion ?
3. Undang-undang apa sajakah yang mengatur cyber sabotage dan extortion ?
4. Bagaimana penanggulangan cyber sabotage dan extortion ?

1.3. Maksud dan Tujuan


Maksud dari penulisan makalah ini adalah :
1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah EPTIK.
2. Menambah wawasan tentang cyber crime khususnya tentang cyber sabotage.
3. Sebagai masukan kepada mahasiswa agar menggunakan ilmu teknologi yang didapatkan
ke arahyang positif.
4. Untuk mengkaji dan menganalisis tindakan hukum yang dapat dilakukan terhadap pelaku
tindakpidana penyebaran virus komputer melalui pengiriman e-mail.
5. Untuk mengkaji dan menganalisis pengaturan tindak pidana penyebaran virus komputer
melaluipengiriman email melalui undang-undang.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :


1. Apa itu cyber sabotage dan extortion ?
2. Apa contoh kasus dari cyber sabotage dan extortion ?
3. Undang-undang apa sajakah yang mengatur cyber sabotage dan extortion ?
4. Bagaimana penanggulangan cyber sabotage dan extortion ?
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Penanganan Insiden
Penanganan insiden merupakan seperangkat prosedur yang dilakukan untuk
mengatasi berbagai jenis insiden serangan yang disebabkan oleh berbagai kerentanan.
Banyaknya insiden serangan yang terjadi baik disengaja maupun tidak disengaja oleh orang
yang tidak bertanggung jawab dalam memanfaatkan teknologi. Membuat instansi yang
mengalami insiden serangan membentuk tim khusus yang bertujuan untuk menangani insiden
serangan tersebut. Tim tersebut dibentuk untuk membantu menangani insiden seperti:
mendeteksi, memantau, dan memberikan peringatan sebelum insiden serangan terjadi.
Berdasarkan tujuan seorang yang melakukan Penanganan Insiden (Incident Handling),
berikut adalah beberapa tujuannya:

a. Memastikan apakah insiden serangan tersebut benar-benar terjadi.


b. Melakukan pengumpulan informasi dari berbagai sumber terpercaya.
c. Melakukan pengambilan bukti-bukti yang dapat memperkuat insiden serangan yang
terjadi.
d. Meminimalisir insiden serangan yang terjadi, agar insiden serangan tidak meluas.
e. Membuat laporan pasca terjadi insiden serangan, agar jika terdapat insiden serangan
yang sama dapat di atasi dengan baik dan cepat.

2.2. Pencegahan Insiden


Pencegahan Insiden adalah tindakan yang dilakukan secara sengaja untuk mencegah
terjadinya kerusakan, dan gangguan kerusakan sebelum insiden serangan terjadi. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), pencegahan adalah suatu proses, cara, tindakan
mencegah atau tindakan menahan agar sesuatu tidak terjadi. Yunita (dalam L.Abate, 1990:10)
definisi pencegahan (prevention) adalah pencegahan yang terdiri dari berbagai pendekatan,
prosedur dan metode yang dibuat untuk meningkatkan kompetensi interpersonal seseorang
danfungsinya sebagai individu, pasangan, dan sebagai orang tua.

2.3. Serangan Siber


Serangan siber atau yang biasa disebut cyber crime merupakan kejahatan yang
dilakukan oleh seorang atau pun kelompok yang mampu menggunakan teknologi informasi
yang terkoneksi dengan internet sebagai alat kejahatan. Menurut Murti (2005) cyber crime
adalah sebuah istilah yang digunakan secara luas untuk menggambarkan tindakan kejahatan
dengan menggunakan media komputer ataupun internet. Gregory (2015) menggemukan cyber
crime adalah bentuk kejahatan virtual dengan memanfaatkan media komputer yang terhubung
melalui internet, dan dapat mengekspolitasi komputer lain yang terhubung dengan internet.
Keamanan sistem yang memiliki banyak celah dapat menyebabkan seorang hacker
memanfaatkan celah keamanan untuk masuk ke dalam sistem, merusak serta mengambil
data-data yang tidak seharusnya diketahui olah pihak luar. Hacker merupakan istilah yang
digunakan untuk menggambarkan seorang yang mempelajari, memodifikasi, menerobos
masuk ke dalam komputer baik untuk kepentingan sendiri maupun kelompok. Berdasarkan
beberapa pengertian tentang cyber crime diatas, dapat disimpulkan bahwa cyber crime adalah
perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan menggunakan internet. Berdasarkan
tindakan dan motif yang dilakukan oleh seorang yang melakukan cyber crime,menurut Hius,
et al. (2014) permasalahan terbagi menjadi lima bagian yaitu :
1. Cyber crime sebagai tindakan kejahatan murni. Tindakan kejahatan yang dilakukan
secara disengaja, dimana orang tersebut secara sengaja dan terencana untuk melakukan
pengrusakkan, pencurian, tindakan anarkis, terhadap suatu sistem informasi atau sistem
komputer.
2. Cyber crime sebagai tindakan kejahatan abu-abu. Tindakan kejahatan ini tidak jelas
antara kejahatan kriminal atau bukan karena dia melakukan pembobolan tetapi tidak
merusak, mencuri atau melakukan perbuatan anarkis terhadap sistem informasi atau
sistem komputer tersebut.
3. Cyber crime yang menyerang individu. Kejahatan yang dilakukan terhadap orang lain
dengan motif dendam atau iseng yang bertujuan untuk merusak nama baik, mencoba
ataupun mempermainkan seseorang untuk mendapatkan kepuasan pribadi. Contoh dari
tindakan tersebut adalah: Pornografi, cyberstalking, dan lain-lain.
4. Cyber crime yang menyerang hak cipta (hak milik). Kejahatan yang dilakukan terhadap
hasil karya seseorang dengan motif menggandakan, memasarkan, mengubah yang
bertujuan untuk kepentingan pribadi atau umum ataupun demi materi atau non materi.
5. Cyber crime yang menyerang pemerintah. Kejahatan yang dilakukan terhadap
pemerintah sebagai objek dengan motif melakukan teror, membajak ataupun merusak
keamanan suatu pemerintahan yang bertujuan untuk mengacaukan sistem pemerintahan,
atau menghancurkan suatu Negara.
BAB III
PEMBAHASAN / ANALISA KASUS

3.1. Pengertian cyber sabotase dan extortion


cyber sabogate dan extortion adalah kejahatan yang dilakukkan dengan membuat
gangguan, perusakan dan penghancuran terhadap suatu data dalam program komputer atau
sistem jaringan komputer yang terhubung internet. Sehingga data, program komputer atau
sistem jaringan komputer tidak dapt digunakan, tidak berjalan sebagai mestinya, atau berjalan
sebagaimana yang dikehendaki pelaku.
Extortion adalah kejahatan yang dilakukan untuk memperoleh uang, barang dan jasa,
atau perilaku yang diinginkan dari yang lain dengan mengancam atau menimbulkan kerugian
bagi dirinya, properti, atau reputasi. Pemerasan adalah tindak pidana yang berbeda dari
perampokan, dimana pelaku mencuri properti melalui kekuatan. Sebaliknya, properti yang
diperoleh meskipun pemerasan diserahkan untuk menghindari kekerasan mengancam atau
membahayakan lainnya. Pemerasan melibatkan persetujuan korban, tetapi cara yang
dilakukan melanggar hukum, dan karena itu seluruh perbuatan dianggap kejahatan.

3.2. Contoh Kasus dari Cyber Sabotage dan Extortion


Salah satu contoh kasus dengan metode tertua yaitu Kasus Logic Bomb. Logic Bomb
adalah salah satu program jahat yang ditempelkan pada computer agar mameriksa suatu
kumpulan kondisi di system. Bomb ini akan ditempatkan atau dikirimkan secara diam-diam
pada suatu system computer yang menjadi target dan akan meledak bila pemicu diaktifkan.
Berdasarkan pemicu yang digunakan, Logic Bomb dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu
software bomb, logic atau condition bomb, time bomb. Software bomb akan meledak jika
dipicu oleh suatu software tertentu, dan logic atau condition bomb akan meledak jika
memenuhi kondisi tertentu, sedangkan time bomb akan meledak pada waktu yang telah
ditentukan. Akibat yang ditimbulkan oleh logic bomb umumnya cukup fatal. Dan seperti
layaknya sebuah bomb, logic bomb hanya dapat dicegah sebelum meledak. Contoh kondisi-
kondisi untuk memicu logic bomb adalah ada atau tidaknya file tertentu, hari tertentu dari
minggu atau tanggal, atau pemakai menjalankan aplikasi tertentu. Begitu terpicu, bomb
mengubah atau menghapus data atau seluruh file, menyebabkan mesin berhenti, atau
menyebabkan kerusakan lain, layaknya sebuah bomb, logic bomb hanya dapat dicegah
sebelum meledak.
seperti yang dilakukan oleh Donald Burleson seorang programmer perusahaan asuransi di
Amerika. Ia dipecat karena melakukan tindakan menyimpang. Dua hari kemudian sebuah
logic bomb bekerja secara otomatis mengakibatkan kira-kira 160.000 catatan penting yang
terdapat pada komputer perusahaan terhapus.

3.3. Undang-undang
Kejahatan cyber sabotage dan extortion telah melanggar UU ITE yaitu
Dalam Pasal 33 yang menentukan “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum melakukan tindakan apa pun yang berakibat terganggunya Sistem Elektronik dan atau
mengakibatkan Sistem Elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya.”
Dan Pasal 27 ayat (4) “Pasal Pemerasan atau Pengancaman”, yang berbunyi:
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan pemerasan Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau
pengancaman”.

3.4. Penanggulangan cyber sabotage dan extortion


kejahatan internet yang semakin meluas sehingga diperlukan penangulangan yaitu
dari kesadaran dari masing-masing negara akan bahaya penyalahgunaan internet. maka
berikut adalah langkah ataupun cara penanggulangannya:
1. Modernisasi hukum pidana nasional berserta hukum acaranya diselaraskan dengan
konvensi internasional yang terkait dengan kejahatan tersebut.
2. Peningkatan standar pengamanan system jaringan computer nasional sesuai dengan
standar internasional.
3. Meningkatkan pemahaman serta keahlian aparat hukum mengenai upaya pencegahan,
inventigasi, dan penuntutan perkara-perkara yang berhubungan dengan cyber sabotage.
4. Meningkatkan kesadaran warga Negara mengenai bahaya cyber sabotage dan pentingnya
pencegahan kejahatan tersebut.
5. Meningkatkan kerja sama antar Negara dibidang teknologi mengenai hukum pelanggaran
cyber sabotage.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pada dasarnya cybercrime meliputi tindak pidana yang berkenaan dengan sistem informasi
itu sendiri juga, system komunikasi yang merupakan sarana penyampaian pertukaran
informasi kepada pihak lainnya. Seperti salah satunya Cyber sabotase yang merupakan
kejahatan yang timbul dari dampak negatif perkembangan aplikasi internet.

4.2 Saran

Berkaitan dengan cybercrime tersebut maka kita perlu adanya upaya untuk pecegahannya
dengan cara penegakan hukum yang tepat, dan perlu suatu negara tersebut memiliki suatu
perangkat untuk melawan dan mengendalikan kejahatan dunia maya. Selain itu cybercrime
adalah bentuk kejahatan yang mesti kita hindari atau diberantas dengan tuntas supaya tidak
terjadi berulang- berulang.

Anda mungkin juga menyukai