PERTEMUAN 13
MAKALAH
Disusun Oleh :
NIM: 13170293
Jakarta
2019
KATA PENGANTAR
puji dan syukur,penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata pengantar ii
Daftar isi iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Maksud dan Tujuan 1
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan 9
4.2. Saran 9
Daftar Pustaka 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Teknologi informasi saat ini menjadi pedang bermata dua, selain memberikan
kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan dan peradaban manusia, sekaligus
menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum.Yaitu munculnya kejahatan bernama
“cyberspace” atau dengan nama lain “cybercrime” sebuah ruang imajiner dan maya,
atau area bagi setiap orang untuk melakukan aktivitas yang bisa dilakukan dalam
kehidupan sosial. Setiap orang bisa saling berkomunikasi, menikmati hiburan, dan
mengakses apa saja yang menurutnya bisa mendatangkan kesenangan.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Umum
Cyber crime juga dapat didefenisikan sebagai istilah yang mengacu kepada
aktivitas kejahatan dengan komputer atau jaringan komputer menjadi alat, sasaran atau
tempat terjadinya kejahatan. Termasuk ke dalam kejahatan dunia maya, antar lain adalah
penipuan lelang secara online, pemalsuan cek, penipuan kartu kredit, confidence fraud,
penipuan identitas, pornografi anak, dll.
2
2.1.2. Karakteristik Cyber Crime
Menurut Nazura Abdul Manap, cyber crime dapat dibedakan menjadi tiga kelompok :
1. Cyber against property yang merupakan kejahatan yang termasuk dalam kategori ini
antara lain pencurian informasi, properti dan pelayanan, fraud atau cheating, forgery dan
mischief.
2. Cyber crime against person, yaitu meliputi pornografi, cyber harassment, cyber
talking dan cyber-tresspass.
3. Dan selanjutnya dibagi dalam spam e-mail, web hacking, breaking dan cyber terrorism.
3
5. Cybercrime yang menyerang Pemerintah
Kejahatan yang dilakukan dengan pemerintah sebagai objek dengan motif melakukan
teror, membajak ataupun merusak keamanan sistem pemerintahan yang bertujuan untuk
mengacaukan sistem pemerintah atau menghancurkan suatu Negara.
Jika dipandang dari sudut pandang yang luas, latar belakang terjadinya kejahatan di dunia
maya ini terbagi menjadi dua faktor penting yaitu :
1. Faktor Teknis
Dengan adanya teknologi internet akan menghilangkan batas wilayah negara yang
menjadikan dunia ini begitu dekat dan sempit. Saling terhubung antara jaringan yang
satu dengan yang lain memudahkan pelaku kejahatan untuk melakukan aksinya.
Kemudian, tidak meratanya penyebaran menjadikan pihak yang satu lebih kuat
daripada yang lain.
2. Faktor Sosial Ekonomi
Cybercrime dapat dipandang sebagai produk ekonomi.Isu global yang kemudian
dihubungkan dengan kejahatan tersebut adalah keamanan jaringan.
Cyber law adalah hukum yang digunakan di dunia cyber (dunia maya) yang umumnya
diasosiasikan dengan internet.Cyber law merupakan aspek hukum yang ruang lingkupnya
meliputi setiap aspek yang berhubungan dengan orang perorangan atau subyek hukum
yang menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada saat mulai
online dan memasuki dunia cyber atau maya.
4
Cyber law sendiri merupakan istilah yang berasal dari Cyberspace Law. Cyber law akan
memainkan peranannya dalam dunia masa depan, karena nyaris tidak ada lagi segi
kehidupan yang tidak tersentuh oleh keajaiban teknologi dewasa ini dimana kita perlu
sebuah perangkat aturan main didalamnya (virtual world).
Untuk Indonesia, regulasi hukum siber menjadi bagian penting dalam sistem hukum
positif secara keseluruhan. Penegakan hukum tentang cyber crime terutama di Indonesia
sangatlah dipengaruhi oleh lima faktor yaitu, undang-undang mentalist aparat penegak
hukum, perilaku masyarakat, sarana dan kultur. Hukum tidak bisa tegak dengan
sendirinya selalu melibatkan manusia didalamnya.Hukum juga tidak bisa ditegakkan
dengan sendirinya tanpa adanya penegak hukum.
Kitab UU Hukum Pidana (KUHP) masih dijadikan sebagai dasar hukum untuk menjaring
cyber crime, khususnya jenis cyber crime yang memenuhi unsur-unsur dalam pasal
KUHP. Selain KUHP adapula UU yang berkaitan dengan hal ini, yaitu UU no 11 tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), dimana aturan tindak pidana
yang terjadi didalamnya terbukti mengancam para pengguna internet. Rancangan UU
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik telah mengantisipasi masalah pelanggaran
hukum dalam transaksi elektronik ini dengan membuat pengaturan secara khusus dalam
Bab VII tentang perbuatan yang dilarang.
Hukum Siber bertumpu pada disiplin-disiplin ilmu hukum yang telah lebih dulu ada.
Beberapa cabang ilmu yang menjadi pilar hukum siber adalah Hak Atas Kekayaan
Intelektual, Hukum Acara dan pembuktian, Hukum Pidana Internasional, Hukum
Telekomunikasi dll. Kegiatan cyber meskipun bersifat virtual dapat dikategorikan
sebagai tindakan dan perbuatan hukum nyata. Secara yuridis dalam hal ruang siber sudah
tidak pada tempatnya lagi untuk mengkategorikan sesuatu dengan ukuran dan kualifikasi
hukum konvensional untuk dapat dijadikan objek dan perbuatan, sebab jika cara ini yang
ditempuh akan terlalu banyak kesulitan dan hal-hal yang lolos dari jerat hukum.
5
BAB III
PEMBAHASAN
Cyber sabotage adalah kejahatan yang dilkukan dengan membuat gangguan, perusakan
atau penghancuran terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan komputer
yang terhubung dengan internet.
Biasanya kejahatan ini dilakukan dengan menyusupkan suatu virus komputer ataupun
suatu program tertentu, sehingga data pada program komputer atau sistem jaringan
komputer tersebut tidak dapat digunakan, tidak berjalan sebagaimana mestinya, atau
berjalan sebagaimana yang dikehendaki oleh pelaku.Kejahatan ini juga kadang disebut
dengan cyber terrorism.
Setelah hal tersebut terjadi maka tidak lama para pelaku tersebut menawarkan diri kepada
korban untuk memperbaiki data, program komputer atau sistem jaringan komputer yang
telah disabotase oleh pelaku.Dan tentunya dengan bayaran tertentu sesuai permintaan
yang diinginkan oleh pelaku.Kejahatan ini sering disebit sebagai cyber terrorism.
Berikut adalah beberapa cara yang biasa digunakan untuk melakukan tindakan sabotase :
6
Membombardir sebuah website dengan data sampai kewalahan dan tidak mampu
menyelesaikan fungsi dasar dan penting.
Penyebaran virus dalam dunia siber ini sering disebut dengan worm.
Beberapa tahun lalu yang pernah terjadi kasus penyebaran virus “Melissa” dan “I love
you” dalam dunia cyber virus ini muncul di Amerika Serikat.
Kemudian Pada bulan April 2001, milik Depag dan Deperindag rusak oleh
ulah cracker. Situs milik Deperindag tidak hanya dirusak tapi file-file nua
dihapus.Sehingga administrator sistemnya tidak mendeteksi siapa yang
menyerangnya.Dan lagi pula cracker tersebut tidak meninggalkan jejak.
Tindak pidana yang sesuia dengan kasus tersebut sesuai dengan UU Telekomunikasi
adalah sebagai berikut :
Pasal 22 yang berbunyi, “Setiap orang dilarang melakukan perbuatan tanpa hak, tidak
sah atau memanipulasi : (a) akses ke jaringan telekomunikasi; dan (b) akses ke jasa
telekomunikasi; dan (c) akses ke jaringan telekomunikasi khusus.”
Dan juga dalam pasal 33 menjelaskan bahwa yang menjadi sasaran adalah sistem e
lektronik.
7
Pasal 33 berbunyi:
“Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan
tindakan apapun yang berakibat terganggunya sistem elektronik dan atau mengakibatkan
sistem elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya.”
“Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 33, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan atau denda paling banyak
Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).”
Cybercrime dapat dilakukan dengan tanpa mengenal batas teritorial dan tidak
memerlukan interaksi langsung antara pelaku dan korban kejahatan. Berikut beberapa
cara penanggulangannya :
a) Mengamankan System. Tujuan yang nyata dari sebuah sistem keamanan adalah
mencegah adanya perusakan dalam sistem yang dimasuki oleh pemakai yang tidak tidak
diinginkan.Pengamanan sistem secara terintegrasi sangat diperlukan untuk
meminimalisasikan kemungkinan perusakan tersebut.Membangun keamanan sebuah
sistem harus merupakan langkah-langkah yang terintegrasi pada keseluruhan
subsistemnya, dengan tujuan dapat mempersempit atau bahkan menutup adanya celah-
celah unauthorized actions yang merugikan. Pengamanan secara personal dapat
dilakukan mulai dari tahap instalasi sistem sampai akhirnya menuju ketahap pengamanan
fisik dan pengamanan akan adanya penyerangan sistem melalui jaringan juga dapat
dilakukan dengan melakukan pengamanan FTP,SMPTP,Telnet dan pengamanan Web
Server.
8
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pada dasarnya cyber crime meliputi tindak pidana yang berkenaan dengan sistem
informasi itu sendiri juga, system komunikasi yang merupakan sarana penyampaian
pertukaran informasi kepada pihak lainnya.Seperti salah satunya Cyber sabotase yang
merupakan kejahatan yang timbul dari dampak negatif perkembangan aplikasi internet.
4.2. Saran
Berkaitan dengan cyber crime tersebut maka kita perlu adanya upaya untuk
pecegahannya dengan cara penegakan hukum yang tepat, dan perlu suatu negara tersebut
memiliki suatu perangkat untuk melawan dan mengendalikan kejahatan dunia maya.
Selain itu cyber crime adalah bentuk kejahatan yang mesti kita hindari atau diberantas
dengan tuntas supaya tidak terjadi berulang- berulang.
9
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahid dan M Labib, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime),Bandung: Refika Aditama,
2005
B.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil. Hukum Tata Negara Republik Indonesia.
10