Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ETIKA PROFESI

TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI

PERTEMUAN 13

‘‘CYBER SABOTAGE AND EXTORTION”

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah EPTIK

( Etika Profesi Teknologi Informasi Komunikasi )

Disusun Oleh :

Nama : Galuh Adivianto

NIM: 13170293

Program Studi Teknologi Komputer

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Bina Sarana Informatika

Jakarta

2019
KATA PENGANTAR

puji dan syukur,penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat

dan karuniaNya,sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.Tujuan penulisan


makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai matakuliah Etika Profesi dan
Teknologi Informasi untuk tugas Uas, badan penulisan ini dilakukan berdasarkan
hasil dari beberapa sumber yang mendukung penulisan ini.Dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam penulisan
makalah ini, dan terimakasih juga kepada dosen pengajar yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk membuat makalah ini.Akhir kata, kami mengharapkan semoga laporan ini
bermanfaat bagi kelompok kami sendiri khususnya, dan bagi para mahasiswa pada umumnya.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
Kata pengantar ii
Daftar isi iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Maksud dan Tujuan 1

BAB II LANDASAN TEORI


2.1. Umum 2
2.1.1. Defenisi Cyber Crime 2
2.1.2. Karakteristik Cyber Crime 3
2.2. Jenis Cyber Crime 3
2.3. Faktor Penyebab Munculnya Cyber Crime 4
2.4. Cyber Law 4
2.5. Penegakan Hukum Cyber Crime di Indonesia 5

BAB III PEMBAHASAN


3.1. Pengertian Cyber Sabotage 6
3.2. Contoh Kasus 7
3.3. Tindakan Hukum 7
3.4. Penanggulangan Cyber Crime 8

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan 9
4.2. Saran 9
Daftar Pustaka 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah prilaku masyarakat dan


peradaban manusia secara global.Disamping itu, perkembangan teknologi informasi telah
menyebabkan dunia menjadi tanpa batas dan mengakibatkan perubahan sosial secara
signifikan berlangsung dengan begitu cepat.

Teknologi informasi saat ini menjadi pedang bermata dua, selain memberikan
kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan dan peradaban manusia, sekaligus
menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum.Yaitu munculnya kejahatan bernama
“cyberspace” atau dengan nama lain “cybercrime” sebuah ruang imajiner dan maya,
atau area bagi setiap orang untuk melakukan aktivitas yang bisa dilakukan dalam
kehidupan sosial. Setiap orang bisa saling berkomunikasi, menikmati hiburan, dan
mengakses apa saja yang menurutnya bisa mendatangkan kesenangan.

Disamping memberikan manfaat, tingginya penggunaan teknologi informasi justru telah


memberi akibat berupa ancaman terhadap eksistensi manusia itu sendiri.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud penulisan dari makalah ini adlah :

1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah EPTIK


2. Menambah wawasan tentang cyber crime khususnya tentang cyber sabotage.
3. Sebagai masukan kepada mahasiswa agar menggunakan ilmu teknologi yang didapatkan
ke arah yang positif.
4. Untuk mengkaji dan menganalisis tindakan hukum yang dapat dilakukan terhadap pelaku
tindak pidana penyebaran virus komputer melalui pengiriman e-mail.
5. Untuk mengkaji dan menganalisis pengaturan tindak pidana penyebaran virus komputer
melalui pengiriman email melalui undang-undang.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Umum

Pada perkembangannya internet ternyata membawa sisi negatif, dengan membuka


peluang munculnya tindakan-tindakan anti sosial yang selama ini dianggap tidak
mungkin terjadi atau terpikirkan akan terjadi. Kejahatan yang lahir sebagai dampak
negatif dari perkembangan aplikasi internet ini sering disebut dengan cyber crime.
Dengan demikian orang-orang yang tidak bertanggung jawab akan berpeluang
melakukan keahliannya untuk kejahatan seperti, penipuan lelang secara online,
pemalsuan cek, penipuan kartu kredit, penipuan identitas, pembobolan website dll.

2.1.1. Defenisi Cyber Crime

Dapat didefenisikan Cyber crime merupakan bentuk-bentuk kejahatan yang


ditimbulkan karena pemanfaatan teknologi internet, sebagai perbuatan melawan hukum
yang dikukan dengan menggunakan internet yang berbasis pada kecanggihan teknologi
komputer dan komunikasi.

Cyber crime juga dapat didefenisikan sebagai istilah yang mengacu kepada
aktivitas kejahatan dengan komputer atau jaringan komputer menjadi alat, sasaran atau
tempat terjadinya kejahatan. Termasuk ke dalam kejahatan dunia maya, antar lain adalah
penipuan lelang secara online, pemalsuan cek, penipuan kartu kredit, confidence fraud,
penipuan identitas, pornografi anak, dll.

Cyber crime adalah tindak kriminal yang dilakukan dengan menggunakan


teknologi komputer sebagai alat kejahatan utama.Cyber crime didefenisikan sebagai
perbuatan melanggar hukum yang memanfaatkan teknologi komputer yang berbasis pada
kecanggihan perkembangan teknologi internet.

2
2.1.2. Karakteristik Cyber Crime

Menurut Nazura Abdul Manap, cyber crime dapat dibedakan menjadi tiga kelompok :

1. Cyber against property yang merupakan kejahatan yang termasuk dalam kategori ini
antara lain pencurian informasi, properti dan pelayanan, fraud atau cheating, forgery dan
mischief.
2. Cyber crime against person, yaitu meliputi pornografi, cyber harassment, cyber
talking dan cyber-tresspass.
3. Dan selanjutnya dibagi dalam spam e-mail, web hacking, breaking dan cyber terrorism.

2.2. Jenis-jenis Cyber Crime

Jenis-jenis cyber crime berdasarkan motifnya dapat dalam beberapa kategori :

1. Cybercrime sebagai tindak kejahatan murni.


Kejahatan ini dilkukan secara sengaja, dimana orang tersebut dengan sengaja dan
terencana melakukan pengrusakan, pencurian, tindakan anarkis terhadap suatu sistem
informasi atau sistem komputer.
2. Cybercrime sebagai tindakan abu-abu.
Dimana kejahatan ini tidak jelas antara kejahatan kriminal atau bukan karena dia
melakukan pembobolan tetapi tidak merusak, mencuru atau melakukan perbuatan anarkis
terhadapa sistem informasi atau sistem komputer tersebut.
3. Cybercrime yang menyerang individu.
Kejahatan yang dilakukan terhadap orang lain dengan motif dendam atau iseng yang
bertujuan untuk merusak nama baik, mencoba tatupun mempermainkan seseorang untuk
mendapatkan kepuasan pribadi. Contoh pornografi, cyberstalking, dll.
4. Cybercrime yang menyerang hak cipta (Hak Milik)
Adalah kejahatan yang dilakukan terhadap hasil karya seseorang dengan motif
menggandakan, memasarkan, mengubah yang bertujuan untuk kepentingan pribadi
taupun umim demi materi ataupun nonmateri.

3
5. Cybercrime yang menyerang Pemerintah
Kejahatan yang dilakukan dengan pemerintah sebagai objek dengan motif melakukan
teror, membajak ataupun merusak keamanan sistem pemerintahan yang bertujuan untuk
mengacaukan sistem pemerintah atau menghancurkan suatu Negara.

2.3. Faktor Penyebab Munculnya Cybercrime

Jika dipandang dari sudut pandang yang luas, latar belakang terjadinya kejahatan di dunia
maya ini terbagi menjadi dua faktor penting yaitu :

1. Faktor Teknis
Dengan adanya teknologi internet akan menghilangkan batas wilayah negara yang
menjadikan dunia ini begitu dekat dan sempit. Saling terhubung antara jaringan yang
satu dengan yang lain memudahkan pelaku kejahatan untuk melakukan aksinya.
Kemudian, tidak meratanya penyebaran menjadikan pihak yang satu lebih kuat
daripada yang lain.
2. Faktor Sosial Ekonomi
Cybercrime dapat dipandang sebagai produk ekonomi.Isu global yang kemudian
dihubungkan dengan kejahatan tersebut adalah keamanan jaringan.

Keamanan jaringan merupakan isu global yang muncul bersamaan dengan


internet.Sebagai komoditi ekonomi, banyak negara yang tentunya sangat
membutuhkan perangkat keamananan jaringan.Melihat kenyataan seperti itu,
cybercrime berada dalam skenario besar dari kegiatan ekonomi dunia.

2.4. Cyber Law

Cyber law adalah hukum yang digunakan di dunia cyber (dunia maya) yang umumnya
diasosiasikan dengan internet.Cyber law merupakan aspek hukum yang ruang lingkupnya
meliputi setiap aspek yang berhubungan dengan orang perorangan atau subyek hukum
yang menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada saat mulai
online dan memasuki dunia cyber atau maya.

4
Cyber law sendiri merupakan istilah yang berasal dari Cyberspace Law. Cyber law akan
memainkan peranannya dalam dunia masa depan, karena nyaris tidak ada lagi segi
kehidupan yang tidak tersentuh oleh keajaiban teknologi dewasa ini dimana kita perlu
sebuah perangkat aturan main didalamnya (virtual world).

Hukum pada prinsipnya merupakan pengaturan terhadap sikap tindakan (perilaku)


seseorang dan masyarakat dimana akan ada sangsi bagi yang melanggar.

2.5. Penegakan Hukum Cyber Crime di Indonesia

Untuk Indonesia, regulasi hukum siber menjadi bagian penting dalam sistem hukum
positif secara keseluruhan. Penegakan hukum tentang cyber crime terutama di Indonesia
sangatlah dipengaruhi oleh lima faktor yaitu, undang-undang mentalist aparat penegak
hukum, perilaku masyarakat, sarana dan kultur. Hukum tidak bisa tegak dengan
sendirinya selalu melibatkan manusia didalamnya.Hukum juga tidak bisa ditegakkan
dengan sendirinya tanpa adanya penegak hukum.

Kitab UU Hukum Pidana (KUHP) masih dijadikan sebagai dasar hukum untuk menjaring
cyber crime, khususnya jenis cyber crime yang memenuhi unsur-unsur dalam pasal
KUHP. Selain KUHP adapula UU yang berkaitan dengan hal ini, yaitu UU no 11 tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), dimana aturan tindak pidana
yang terjadi didalamnya terbukti mengancam para pengguna internet. Rancangan UU
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik telah mengantisipasi masalah pelanggaran
hukum dalam transaksi elektronik ini dengan membuat pengaturan secara khusus dalam
Bab VII tentang perbuatan yang dilarang.

Hukum Siber bertumpu pada disiplin-disiplin ilmu hukum yang telah lebih dulu ada.
Beberapa cabang ilmu yang menjadi pilar hukum siber adalah Hak Atas Kekayaan
Intelektual, Hukum Acara dan pembuktian, Hukum Pidana Internasional, Hukum
Telekomunikasi dll. Kegiatan cyber meskipun bersifat virtual dapat dikategorikan
sebagai tindakan dan perbuatan hukum nyata. Secara yuridis dalam hal ruang siber sudah
tidak pada tempatnya lagi untuk mengkategorikan sesuatu dengan ukuran dan kualifikasi
hukum konvensional untuk dapat dijadikan objek dan perbuatan, sebab jika cara ini yang
ditempuh akan terlalu banyak kesulitan dan hal-hal yang lolos dari jerat hukum.

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Cyber Sabotage

Cyber sabotage adalah kejahatan yang dilkukan dengan membuat gangguan, perusakan
atau penghancuran terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan komputer
yang terhubung dengan internet.

Biasanya kejahatan ini dilakukan dengan menyusupkan suatu virus komputer ataupun
suatu program tertentu, sehingga data pada program komputer atau sistem jaringan
komputer tersebut tidak dapat digunakan, tidak berjalan sebagaimana mestinya, atau
berjalan sebagaimana yang dikehendaki oleh pelaku.Kejahatan ini juga kadang disebut
dengan cyber terrorism.

Setelah hal tersebut terjadi maka tidak lama para pelaku tersebut menawarkan diri kepada
korban untuk memperbaiki data, program komputer atau sistem jaringan komputer yang
telah disabotase oleh pelaku.Dan tentunya dengan bayaran tertentu sesuai permintaan
yang diinginkan oleh pelaku.Kejahatan ini sering disebit sebagai cyber terrorism.

Berikut adalah beberapa cara yang biasa digunakan untuk melakukan tindakan sabotase :

Mengirimkan beberapa berita palsu, informasi negatif, atau berbahaya melalui


website, jejaring sosial, atau blog.

Mengganggu atau menyesatkan publik atau pihak berwenang tentang identitas


seseorang, baik untuk menyakiti reputasi mereka atau untuk menyembunyikan seorang
kriminal.

Hacktivists menggunakan informasi yang diperoleh secara illegal dari jaringan


komputer dan intranet untuk tujuan politik, sosial, atau aktivis.

Cyber Terrorisme bisa menghentikan, menunda, atau mematikan mesin yang


dijankan oleh komputer, seperti pembangkit listrik tenaga nuklir di Iran yang hampir
ditutup oleh karena hacker tahun 2011.

6
Membombardir sebuah website dengan data sampai kewalahan dan tidak mampu
menyelesaikan fungsi dasar dan penting.

3.2. Contoh Kasus

Berikut beberapa contoh kasus Cyber sabotase yang pernah terjadi :

Penyebaran virus dalam dunia siber ini sering disebut dengan worm.

Beberapa tahun lalu yang pernah terjadi kasus penyebaran virus “Melissa” dan “I love
you” dalam dunia cyber virus ini muncul di Amerika Serikat.

Sementara di Indonesia juga pernah terjadi kasus-kasus cyber crime.Kasus tersebut


adalah yang berkaitan dengan perusakan situs web. Pada bulan september dan oktober
2000 beberapa situs web indonesia diacak-acak oleh cracker yang menamakan
dirinya fabianclone berhasil menjebol web milik Bank Bali. Bank ini memberikan
layanan internet banking dan nasabahnya.Kerugian yang ditimbulkan sangat besar dan
mengakibtkan terputusnya layanan nasabah.

Kemudian Pada bulan April 2001, milik Depag dan Deperindag rusak oleh
ulah cracker. Situs milik Deperindag tidak hanya dirusak tapi file-file nua
dihapus.Sehingga administrator sistemnya tidak mendeteksi siapa yang
menyerangnya.Dan lagi pula cracker tersebut tidak meninggalkan jejak.

3.3. Tindakan Hukum

Tindak pidana yang sesuia dengan kasus tersebut sesuai dengan UU Telekomunikasi
adalah sebagai berikut :

Pasal 22 yang berbunyi, “Setiap orang dilarang melakukan perbuatan tanpa hak, tidak
sah atau memanipulasi : (a) akses ke jaringan telekomunikasi; dan (b) akses ke jasa
telekomunikasi; dan (c) akses ke jaringan telekomunikasi khusus.”

Dan juga dalam pasal 33 menjelaskan bahwa yang menjadi sasaran adalah sistem e
lektronik.
7
Pasal 33 berbunyi:

“Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan
tindakan apapun yang berakibat terganggunya sistem elektronik dan atau mengakibatkan
sistem elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya.”

Dilanjutkan dengan pasal 49 yang berbunyi :

“Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 33, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan atau denda paling banyak
Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).”

3.4. Penanggulangan Cyber Crime

Cybercrime dapat dilakukan dengan tanpa mengenal batas teritorial dan tidak
memerlukan interaksi langsung antara pelaku dan korban kejahatan. Berikut beberapa
cara penanggulangannya :

a) Mengamankan System. Tujuan yang nyata dari sebuah sistem keamanan adalah
mencegah adanya perusakan dalam sistem yang dimasuki oleh pemakai yang tidak tidak
diinginkan.Pengamanan sistem secara terintegrasi sangat diperlukan untuk
meminimalisasikan kemungkinan perusakan tersebut.Membangun keamanan sebuah
sistem harus merupakan langkah-langkah yang terintegrasi pada keseluruhan
subsistemnya, dengan tujuan dapat mempersempit atau bahkan menutup adanya celah-
celah unauthorized actions yang merugikan. Pengamanan secara personal dapat
dilakukan mulai dari tahap instalasi sistem sampai akhirnya menuju ketahap pengamanan
fisik dan pengamanan akan adanya penyerangan sistem melalui jaringan juga dapat
dilakukan dengan melakukan pengamanan FTP,SMPTP,Telnet dan pengamanan Web
Server.

b) Melakukan back up secara rutin, menutup service yang tidak digunakan.

c) Adanya pemantau integritas sistem. Misalnya pada sistem unix


adalah tripwire. Program ini apat digunakan untuk memantau adanya perubahan berkas.

8
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Pada dasarnya cyber crime meliputi tindak pidana yang berkenaan dengan sistem
informasi itu sendiri juga, system komunikasi yang merupakan sarana penyampaian
pertukaran informasi kepada pihak lainnya.Seperti salah satunya Cyber sabotase yang
merupakan kejahatan yang timbul dari dampak negatif perkembangan aplikasi internet.

4.2. Saran

Berkaitan dengan cyber crime tersebut maka kita perlu adanya upaya untuk
pecegahannya dengan cara penegakan hukum yang tepat, dan perlu suatu negara tersebut
memiliki suatu perangkat untuk melawan dan mengendalikan kejahatan dunia maya.
Selain itu cyber crime adalah bentuk kejahatan yang mesti kita hindari atau diberantas
dengan tuntas supaya tidak terjadi berulang- berulang.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad M Ramli, Cyberlaw dan HAKI dalam Sistem Hukum Indonesia,

Bandung : Refika Aditama, 2004

Abdul Wahid dan M Labib, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime),Bandung: Refika Aditama,
2005

Andri Kristanto, Jaringan Komputer, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2003

B.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil. Hukum Tata Negara Republik Indonesia.

Rineka Cipta. Jakarta. 2000.

10

Anda mungkin juga menyukai