Anda di halaman 1dari 9

KEJAHATAN CYBERCRIME

INFRINGEMENT OF PRIVACY

TUGAS MAKALAH ETIKA PROFESI


TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Disusun Oleh :
ADE NURSITO : 17190027
Materi:
Cybercrime: Sejarah, Pengertian, Jenis, hingga Cara Menanggulanginya | kumparan.com
Contoh Kasus Infringement Of Privacy | tikcyber (wordpress.com)
Cyber Crime adalah Jenis Kejahatan Dunia Maya, Ketahui Faktor Penyebabnya | merdeka.com

Blog:
Tugas EPTIK Pertemuan 15 (adenursito3.blogspot.com)

Program Studi Teknologi Informasi


Fakultas Teknik dan Informatika Universitas Bina Sarana Informatika

Jakarta
2022

1
Daftar Isi

Daftar Isi .................................................................................... 2


BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 3
1.1. Latar Belakang ............................................................ 3
1.2. Tujuan Penulisan ......................................................... 3
1.3. Manfaat ....................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................... 4
2.1. CyberCrime ................................................................. 4
2.1.1. Contoh CyberCrime .............................................. 4
2.1.2. Dampak Pelaku CyberCrime ............................... 5
2.2. Pengertian Infringement of Privasy ............................. 5
BAB III PEMBAHASAN ........................................................... 6
3.1. Analisa Kasus ............................................................... 6
3.1.1. Faktor Penyebab Infringement of Privacy ............ 6
3.1.2. Contoh Kasus Infingement of Privacy ................. 7
3.2. Dasar Hukum Tentang Infingement of Privacy ............ 8
BAB IV PENUTUP ..................................................................... 9
4.1. Kesimpulan ................................................................. 9
4.2. Saran ........................................................................... 9

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam perjalanan menuju masa depan, saat ini perkembangan teknologi informasi
semakin cepat dan canggih terutama pada era globalisasi, kebutuhan akan informasi yang
cepat, tepat dan hemat menjadikan internet sebagai salah satu sarana utama untuk
berkomunikasi dan bersosialisasi oleh semua kalangan masyarakat dari perorangan sampai
dengan perusahaan. Internet sendiri merupakan jaringan komputer yang bersifat bebas dan
terbuka.
Dengan demikian diperlukan usaha untuk menjamin keamanan informasi terhadap
komputer yang terhubung dengan jaringan Internet. Beberapa instansi/perusahaan melakukan
berabagai usaha untuk menjamin keamanan suatu sistem informasi yang mereka miliki,
dikarenakan ada sisi lain dari pemanfaatan internet yang bersifat mencari keuntunagan
dengan cara yang negative, ada pun pihak-pihak dengan maksud tertentu yang berusaha
untuk melakukan serangan terhadap keamanan sistem informasi.
Bentuk serangan tersebut dapat dikelompokkan dari hal yang ringan, misalnya yang
hanya mengesalkan sampai dengan yang sangat berbahaya. Semakin mudah kita
berkomunikasi dan mencari informasi maka di dalam kemudahan tersebut juga terdapat
segala macam kejahatan dan kecurangan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak
legal.

1.2. Tujuan Penuliasan


Untuk memenuhi tugas Etika Profesi Teknologi Informasi dan Komunikasi. Untuk
menambah ilmu penulis dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi. Menambah
wawasan tentang cyber crime dan menggunakan ilmu yang di dapatnya untuk kepentingan
yang positif.

1.3. Manfaat
Berikut manfaat penulisan makalah yang dapat penulis simpulkan, yang dijabarkan
sebagai berikut :
- Menambah pengetahuan serta wawasan tentang infringements of privacy.
- Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh dalam mata kuliah Etika
Profesi Teknologi Informasi dan Komunikasi.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. CyberCrime
CyberCrime adalah sebuah kejahatan menggunkan komputer, internet, dan
sebagainya. Umumnya jenis kejahatan ini dimanfaatkan oleh para pelakunya untuk
mendapatkan informasi secara ilegal, memanipulasi data, dan berbagai tindakan kejahatan
virtual lainnya guna mendapatkan keuntungan.
Secara umum, arti dari cybercrime adalah suatu bentuk kejahatan virtual dengan
memanfaatkan perangkat komputer yang terhubung dengan jaringan Internet. Tindakan
tersebut tentunya melanggar hukum, sebab dapat menimbulkan kerugian bagi orang lain.
Menyadur dari buku Etika Profesi Informatika oleh Muhammad Ridha Albaar, kejahatan
siber pertama kali ditemukan pada 1988 dengan istilah cyber attack. Saat itu, seorang
mahasiswa berhasil menciptakan sebuah worm atau virus yang dapat menyerang program
komputer dan dapat mematikan sekitar 10 persen dari seluruh jumlah komputer di dunia yang
terhubung di Internet.
Seiring berkembangnya teknologi dan kebutuhan manusia, jenis kejahatan di dunia
maya ini terus berkembang. John Spyropoulos dalam sumber yang sama menyebutkan bahwa
cybercrime memiliki sifat yang efisien dan cepat. Kondisi demikian tak jarang membuat
pihak berwajib menemui kendala dalam penyidikan.

2.1.1. Contoh CyberCrime


Perkembangan teknologi dan inovasi membuat kejahatan siber makin beragam.
Mengutip dari Jurnal Sistem Informasi Volume 5 Nomor 1 berjudul "Cybercrime (Kejahatan
Berbasis Komputer)” oleh Alcianno G. Gani, contoh cybercrime yang kerap ditemukan yakni
pencurian informasi pada kartu kredit, pembajakan situs, penyadapan dan manipulasi data,
serta berbagai jenis kejahatan lainnya.
Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika, setidaknya terdapat beberapa
modus kejahatan yang sering kali dilakukan oleh para penjahat siber, di antaranya:

 Phishing, yakni aktivitas yang ditujukan untuk mendapatkan informasi rahasia


pengguna dengan cara memakai surel dan situs web palsu yang menyerupai tampilan
asli dari web sebenarnya.

 Phraming, ialah tindakan berupa perintah yang mengarahkan korban ke situs web
palsu. Umumnya, pelaku memasang malware pada situs palsu tersebut. Dengan
demikian, mereka dapat mengakses perangkat korbannya secara ilegal.

 Sniffing, yaitu tindak penyadapan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi di


perangkat korban sekaligus mengakses aplikasi yang memuat data penting.

4
2.1.2. Dampak Pelaku CyberCrime

Banyak sekali manfaat dari adanya jaringan internet yang bisa disebut sebagai
kelebihan jaringan internet. Namun, selain kelebihan tersebut, pelaku CyberCrime memiliki
dampak buruk bagi kehidupan kita saat ini. Dampak pelaku CyberCrime tersebut bisa kita
rasakan dari adanya fenomena-fenomena berikut :

 Akses terhadap konten berbau pronografi semakin mudah

 Potensi kejahatan online atau CyberCrime yang bisa menimpa pengguna jaringan
internet
 Phising (Pencurian data pribadi)

 Cyber espionage (Memasuki jaringan komputer negara lain dangan tujuan memata-
matai)
 Data forgery (Memalsukan data-data yang tidak benar)

 Offense against intellectual property (Kejahatan atas HAKI yang bisa berupa
pembajakan karya orang lain)
 Infringements of Privacy (Kejahatan untuk mendapatkan informasi pribadi/rahasia)

2.2. Pengertian Infringement of Privacy

Infringements of Privacy yaitu kejahatan yang ditujukan terhadap informasi seseorang


yang merupakan hal yang sangat pribadi dan rahasia. Kejahtan ini biasanya ditujukan
terhadap keterangan pribadi seseorang yang tersimpan pada formulir data pribadi yang
tersimpan secara komputerisasi, yang apabila diketahui oleh orang lain, maka dapat
merugikan orang secara material maupun immaterial, seperti nomor kartu kredit, nomor pin
ATM, keterangan tentang catatan atau penyakit tersembunyi dan sebagainya.

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Analisa Kasus

Definisi Infringements of Privacy

Infringements of privacy adalah kemampuan satu atau sekelompok individu untuk


mempertahankan kehidupan dan urusan personalnya dari public, atau untuk mengontrol
arus informasi mengenai diri mereka. Privasi kadang dihubungkan dengan anonimitas,
walaupun anonimitas terutama lebih dihargai oleh orang yang dikenal public. Privasi dapat
dianggap sebagai suatu aspek dari keamanan.

3.1.1. Faktor Penyebab Infrigements of Privacy

1. Kesadaran Hukum
Masyarakat Indonesia sampai saat ini dalam merespon aktivitas cybercrime masih
dirasa kurang. Hal ini disebabkan antara lain oleh kurangnya pemahaman dan pengetahuan
(lack of information) masyarakat terhadap jenis kejahatan cyber crime. Lack of information
ini menyebabkan upaya penanggulangan cybercrime mengalami kendala, yaitu kendala yang
berkenaan dengan penataan hukum dan proses pengawasan (controlling) masyarakat terhadap
setiap aktivitas yang diduga berkaitan dengan cybercrime.
Mengenai kendala yakni proses penataan terhadap hukum, jika masyarakat di
Indonesia memiliki pemahaman yang benar akan tindak pidana cybercrime, maka baik secara
langsung maupun tidak langsung masyarakat akan membentuk suatu pola penataan.

2. Faktor Penegak Hukum


Masih sedikitnya aparat penegak hukum yang memahami seluk beluk teknologi
informasi (internet), sehingga pada saat pelaku tindak pidana ditangkap, aparat penegak
hukum mengalami kesulitan untuk menemukan alat bukti yang dapat dipakai menjerat
pelaku, terlebih apabila kejahatan yang dilakukan memiliki sistem pengoperasian yang sangat
rumit.
Aparat penegak hukum di daerah pun belum siap dalam mengantisipasi maraknya
kejahatan ini karena maish banyak institusi kepolisian di daerah baik Polres maupun Polsek,
belum dilengkapi dengan jaringan internet. Perlu diketahui, dengan teknologi yang
sedemikian canggih, memungkinkan kejahatan dilakukan disatu daerah.

3. Faktor Keamanan
Saat pelaku sedang melakukan tindak pidana sangat jarang orang luar mengetahuinya.
Disamping itu, apabila pelaku telah melakukan tindak pidana, maka dengan mudah pelaku
dapat menghapus semua jejak kejahatan yang telah dilakukan mengingat internet

6
menyediakan fasilitas untuk menghapuskan data yang ada. Akibatnya pada saat pelaku
tertangkap, sukar bagi aparat penegak hukum untuk menemukan bukti-bukti kejahatan.

4. Faktor Ketiadaan Undang-undang


Perubahan-perubahan social dan perubahan-perubahan hukum tidak selalu
berlangsung bersama-sama, artinya pada keadaan-keadaan tertentu perkembangan hukum
mungkin tertinggal oleh perkembangan unsur-unsur lainnya dari masyarakat. Sampai saat ini
pemerintah Indonesia belum memiliki perangkat perundang-undangan yang mengatur tentang
cybercrime belum juga terwujud.
Cybercrime memang sulit untuk dinyatakan atau dikategorikan sebagai tindak pidana
karena terbentur oleh asas legalitas. Untuk melakukan upaya penegakan hukum terhadap
pelaku cybercrime, asas ini cenderung membatasi penegak hukum di Indonesia untuk
melakukan penyelidikan ataupun penyidikan guna mengungkap perbuatan tersebut, karena
suatu aturan undang-undang yang mengatur cybercrime belum tersedia.
Asas legalitas ini tidak memperbolehkan adanya suatu analogi untuk menentukan
perbuatan pidana. Meskipun penerapan asas legalitas ini tidak boleh disampingi, tetapi pada
prakteknya asas ini tidak diterapkan secara tegas atau diperkenankan untuk terdapat
pengecualian.

3.1.2. Contoh Kasus Infringements of Privacy

Kejahatan ini ditujukan terhadap informasi seseorang yang merupakan hal yang
sangat pribadi dan rahasia. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap keterangan pribadi
seseorang yang tersimpan pada formulir data pribadi yang tersimpan secara komputerisasi,.
Salah satu contoh kejahatan infringement of privacy adalah kasus Megaupload. Megaupload
adalah perusahaan yang berbasis di Hongkong, sementara pendirinya di Selandia Baru.
Pada awal tahun 2012 lalu satu situs file sharing terbesar yaitu Megaupload ditutup
karena menurut informasi yang ada, hal ini terjadi karena Megaupload dianggap mendukung
pembajakan, karena dalam situsnya memiliki berjuta-juta data illegal berupa software, games,
musik, gambar, serta video. Sehingga kasus ini sudah dianggap salah satu kasus kejahatan
hak cipta terbesar di didunia yang langsung menargetkan penyalahgunaan situs penyimpanan
konten dan distribusi publik untuk melakukan kejahatan hak intelektual.
Kasus Megaupload ini sendiri dipandang melanggar ketentuan RUU yang dikenal
dengan nama PIPA (PROTECT IP Act) dan SOPA (Stop Online Piracy Act) yang mana
merupakan undang-undang terkait hasil pembajakan serta beragam produk digital seperti film
dan musik.
Kasus ini menarik untuk diperhatikan bagi pengelola situs atau layanan online di Indonesia
yang mungkin waswas akan terkena dampak dari sebuah hukum di AS. Megaupload

7
dianggap sebagai sebuah situs yang, meski tidak berbasis di AS, tetapi ditujukan bagi warga
AS dan menimbulkan kerugian kepada pihak-pihak yang ada di AS. Dokumen dakwaan pada
Megaupload menyebutkan, perusahaan itu menyewa 1.000-an server di AS, sebanyak 525 di
antaranya ada di Virginia.
Kemudian, kebanyakan transaksi di situs itu juga dilakukan lewat PayPal, perusahaan
AS. Jumlahnya, menurut Pemerintah AS, lebih dari 110 juta dollar AS. Pendapatan iklan
Megaupload didapatkan dari Google AdSense (hingga 2007) dan AdBrite. Keduanya
perusahaan AS. Megaupload membayar penggunanya yang melakukan upload paling
populer. Dalam dakwaan itu disebutkan, termasuk di antaranya merupakan penduduk
Virginia, AS. Logika dari dokumen itu, dengan mengirimkan uang ke alamat di AS,
Megaupload memahami bahwa mereka berbisnis di AS dan terikat dengan yurisdiksi AS.

3.2. Dasar Hukum Tentang Infingements of Privacy


Hukum Tentang Infingements of Privacy
1. Pasal 29. "Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memanfaatkan
teknologi informasi untuk mengganggu hak privasi individu dengan cara
menyebarkan data pribadi tanpa seizing yang bersangkutan, dipidana penjara
paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun.

2. Pasal 27 ayat (1) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE. "Setiap
orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik
dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar
kesusilaan.

3. Pasal 45 ayat (1) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE. "Setiap
orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1),
ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
(enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).

4. Pasal 282 ayat (1) KUHP. "Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau
menempelkan di muka umum tulisan, gambaran atau benda yang telah
diketahui isinya melanggar kesusilaan. Atau barang siapa dengan maksud
untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membuat
tulisan, gambaran atau benda tersebut. Memasukkannya ke dalam negeri,
meneruskannya, mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan.
Ataupun barang siapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat
tanpa diminta, menawarkannya atau menunjukkannnya sebagai bisa diperoleh,
diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau
pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.

8
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Perkembangan internet pada saat ini semakin pesat, kita sebagai individu yang
membutuhkan internet harus bisa menggunakan internet dengan baik. Tetapi ada sekelompok
individu yang menyalahgunakan internet, dari makalah yang telah kami buat dapat
disimpulkan bahwa infringements of privacy merupakan kejahatan terhadap informasi
seseorang yang merupakan hal yang sangat pribadi dan rahasia.

Dapat disimpulkan, bahwa kemajuan teknologi mempunyai dampak positif dan


negative. Salah satunya cybercrime merupakan kejahatan yang timbul dari dampak negative
perkembangan aplikasi internet. Sarana yang dipakai tidak hanya computer melainkan juga
teknologi, sehingga yang melakukan kejahatan ini perlu proses belajar, motif melakukan
kejahatan ini disamping karena uang juga iseng. Kejahatan ini juga bisa timbul dikarenakan
ketidakmampuan hukum termasuk aparat dalam menjangkaunya. Kejahatan ini bersifat maya
dimana si pelaku tidak tampak secara fisik. Bahwa infringements of privacy adalah suatu
kegiatan atau aktivitas untuk mencari dan melihat terhadap keterangan pribadi seseorang
yang tersimpan pada formulir data pribadi yang tersimpan secara komputerisasi.

4.2. Saran

Penulis memberikan saran kepada pengguna internet, untuk menggunakan internet


secara positif sebagaimana mestinya dan tidak memanfaatkan perkembangan teknologi
internet sebagai bahan untuk merugikan orang lain atau pihak-pihak tertentu.

Para pengguna internet diharapkan untuk lebih waspada dan teliti sebelum
memasukkan data-data nya di internet, mengingat kejahatan ini sering terjadi karena
kurangnya ketelitian pengguna. Dan diharapkan juga dengan adanya perangkat hukum yang
relevan dan kondusif, kegiatan terkait dengan keamanan data pribadi dan kepastian transaksi,
juga keamanan dan kepastian berinvestasi bisnis akan dapat berjalan dengan kepastian hukum
yang memungkinkan agar bisa menjerat semua fraud atau tindakan kejahatan dalam segala
kegiatan internet. Kegiatan bisnis, maupun yang terkait dengan kegiatan pemerintah agar
pengguna internet merasa aman dan nyaman saat menggunakan internet.

Anda mungkin juga menyukai