Anda di halaman 1dari 17

ETIKA PROFESI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (EPTIK) PENYADAPAN TELEPON SELULER PRESIDEN SBY

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Profesi Teknologi Informasi dan Komunikasia pada Program Diploma Tiga (D.III)

Disusun Oleh : Kelompok 1 1. Esti Tuniarsi 2. Istikomah Chayati 11110485 11110517

11.6B.24

Jurusan Komputer Akuntansi Akademi Manajemen Informatika dan Komputer BSI Bekasi Bekasi 2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini bermaksud untuk menjelaskan secara ringkas tentang Cybecrime dalam permasalahan penyadapan telepon seluler Presiden Susilo Bambang Yudoyono. Tujuan penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Etika Profesi Teknologi Informasi dan Komunikasi. Akhir kata kami berterima kasih kepada pihak terkait yang membantu selama proses penyusunan makalah ini. Terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan tugas ini, sehingga kami dapat belajar tentang pembuatan makalah ini. Kami sadar makalah ini belum sempurna maka dari itu saran dan kritik dari para pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah kami yang akan datang.

PENULIS

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................ 2 DAFTAR ISI ............................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 4 1.1. Latar Belakang ................................................................... 4 1.2. Rumusan Masalah .............................................................. 4 1.3. Maksud dan Tujuan ............................................................ 4 BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 6 2.1. Sejarah Cybercrime ............................................................ 6 2.2. Perkembangan Cybercrime ................................................ 6 2.3. Karakteristik Cybercrime ................................................... 7 2.4. Klasifikasi Crybercrime ..................................................... 7 2.5. Pengertian Cyberlaw .......................................................... 9 2.6. Pengertian Penyadapan ....................................................... 9 BAB III PEMBAHASAN ........................................................................ 11 3.1. Umum ............................................................................... 11 3.2. Larangan Tentang Penyadapan atau Itersepsi .................. 13 3.3. Sanksi ............................................................................... 14 BAB 1V PENUTUP ................................................................................. 15 4.1. Kesimpulan ....................................................................... 15 4.2. Saran ................................................................................. 16 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 17

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan teknologi jaringan komputer semakin meningkat. Selain sebagai media penyedia informasi, melalui internet pula kegiatan komunitas komersial menjadi bagian terbesar dan pesat pertumbuhannya serta menembus berbagai batas Negara. Segi positif dari dunia maya ini tentu saja menambah trend perkembangan teknologi dunia dengan bentuk kreatifitas manusia. Namun dampak negatif pun tidak bias dihindari. Seiring dengan perkembangan

teknologi internet, menyebabkan munculnya kejahatan yang disebut cybercrime kejahatan melalui internet. Beberapa kasus cybercrime di Indonesia, seperti menyadap transmisi data orang lain, pencurian karartu kredit, hacker dan

cracker, dan pornography. Akhir-akhir ini berita penyadapan kembali muncul di media massa Indonesia. Penyadapan telepon seluler Dinas Presiden Susilo Bambang Yudoyono merupakan salah satu bentuk kejahatan cybercrime.

1.2. Rumusan Masalah a. Kejahatan Komputer b. Pengertian Penyadapan c. Penjelasan UUITE yang berkaitan dengan penyadapan

1.3. Maksud dan Tujuan Maksud dari penulisan makalah ini adalah : a. Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada masyarakat tentang cybercrime. b. Memberikan pengetahuan agar masyarakat lebih waspada terhadap kejahatan di dunia maya. c. Mengenalkan kedapa masyarakat Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektonik (UUITE ) Tujuan dari ppenulisan makalh ini adalah ini yaitu : a. Memberikan informasi tentang cybercrime bagi yang membacanya.

b. Sebagai tugas mata kuliah EPTIK (Etika Profesi Teknologi Informasi dan Komunikasi) untuk mendapatkan nilai UAS.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1.

Sejarah Cybercrime Awal mula penyerangan di dunia Cyber pada tahun 1988 yang lebih

dikenal dengan istilah Cyber Attack. Pada saat itu ada seorang mahasiswa yang berhasil menciptakan sebuah worm atau virus yang menyerang program komputer dan mematikan sekitar 10% dari seluruh jumlah komputer di dunia yang terhubung ke internet. Pada tahun 1994 seorang anak sekolah musik yang berusia 16 tahun yang bernama Richard Pryce, atau yang lebih dikenal sebagai the hacker alias Datastream Cowboy, ditahan lantaran masuk secara ilegal ke dalam ratusan sistem komputer rahasia termasuk pusat data dari Griffits Air Force, NASA dan Korean Atomic Research Institute atau badan penelitian atom Korea Dalam interogasinya dengan FBI, ia mengaku belajar hacking dan cracking dari seseorang yang dikenalnya lewat internet dan menjadikannya seorang mentor, yang memiliki julukan Kuji. Hebatnya, hingga saat ini sang mentor pun tidak pernah diketahui keberadaannya. Hingga akhirnya, pada bulan Februari 1995, giliran Kevin Mitnick diganjar hukuman penjara untuk yang kedua kalinya. Dia dituntut dengan tuduhan telah mencuri sekitar 20.000 nomor kartu kredit. Bahkan, ketika ia bebas, ia menceritakan kondisinya di penjara yang tidak boleh menyentuh komputer atau telepon.

2.2. Pengertian Cybercrime Perkembangan internet tidak selamanya menghasilkan hal-hal yang positif. Salah satu hal negatif dari perkembangan internet adalah Cybercrime atau kejahatan dunia cyber. Sebelum itu, definisi dari Cybercrime itu sendiri adalah (menurut wikipedia) : Cybercrime adalah istilah yang mengacu kepada aktivitas kejahatan dengan komputer atau jaringan komputer menjadi alat, sasaran atau tempat terjadinya kejahatan. Termasuk ke dalam kejahatan dunia maya antara lain adalah penipuan lelang secara online, pemalsuan cek, penipuan kartu kredit, confidence fraud, penipuan identitas, pornografi anak, dll.

Walaupun kejahatan dunia maya atau Cybercrime umumnya mengacu kepada aktivitas kejahatan dengan komputer atau jaringan komputer sebagai unsur utamanya, istilah ini juga digunakan untuk kegiatan kejahatan tradisional dimana komputer atau jaringan komputer digunakan untuk mempermudah atau memungkinkan kejahatan itu terjadi.

2.3. Karakteristik Cybercrime Selama ini dalam kejahatan konvensional, dikenal adanya dua jenis kejahatan sebagai berikut: 1. Kejahatan Kerah Biru (Blue Collar Crime) Kejahatan ini merupakan jenis kejahatan atau tindak kriminal yang dilakukan secara konvensional seperti misalnya perampokan, pencurian, pembunuhan,dll. 2. Kejahatan Kerah Putih (White Collar Crime) Kejahatan jenis ini terbagi dalam empat kelompok kejahatan,yakni kejahatan korporasi, kejahatan birokrat, malpraktek, dan kejahatan individu. Cybercrime sendiri sebagai kejahatan yang muncul sebagai akibat adanya komunitas dunia maya di internet, memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan kedua model diatas. Karakteristik unik dari kejahatan didunia maya tersebut antara lain menyangkut lima hal berikut : a. Ruang lingkup kejahatan b. Sifat kejahatan c. Pelaku kejahatan d. Modus kejahatan e. Jenis-jenis kerugian yang ditimbulkan

2.4. Klasifikasi Cybercrime Cybercrime dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu : 1. Cyberpiracy Merupakan penggunaan teknologi komputer untuk mencetak ulang software atau informasi, lalu menditribusikan informasi atau software tersebut lewat teknologi komputer.

2.

Cyberpass Merupakan penggunaan teknologi komputeer untuk meningkatkan akses pada sistem komputer suatu organisasi atau individu.

3.

Cybervandalism Merupakan penggunaan teknologi komputer untuk membuat program yang mengganggu proses transmisi elektronik, dan menghancurkan data di sistem komputer. Contohnya, virus, trojan, worm, metode DoS, Http Attack, zBruteForce, dan lain-lain. Jenis dari kejahatan komputer menurut motifnya dapat tebagi dalam

beberapa hal: 1. Kejahatan komputer sebagai tindakan kejahatan murni Dimana orang yang melakukan kejahatan yang dilakukan secara di sengaja, dimana orang tersebut secara sengaja dan terencana untuk melakukan pengrusakkan, pencurian, tindakan anarkis, terhadap

suatu sistem informasi atau sistem komputer. 2. Kejahatan komputer sebagai tindakan kejahatan abu-abu Dimana kejahatan ini tidak jelas antara kejahatan criminal atau bukan karena dia melakukan pembobolan tetapi tidak merusak, mencuri atau melakukan perbuatan anarkis terhadap sistem informasi atau sistem komputer tersebut. 3. Kejahatan komputer yang menyerang individu Kejahatan yang dilakukan terhadap orang lain dengan motif dendam atau iseng yang bertujuan untuk merusak nama baik, mencoba ataupun mempermaikan seseorang untuk mendapatkan kepuasan pribadi. Contoh : Pornografi, cyberstalking, dll 4. Kejahatan komputer yang menyerang hak cipta (Hak milik) Kejahatan yang dilakukan terhadap hasil karya seseorang dengan motif menggandakan, memasarkan, mengubah yang bertujuan untuk

kepentingan pribadi/umum ataupun demi materi/nonmateri. 5. Kejahatan komputer yang menyerang pemerintah Kejahatan yang dilakukan dengan pemerintah sebagai objek dengan motif melakukan terror, membajak ataupun merusak keamanan suatu

pemerintahan yang bertujuan untuk mengacaukan sistem pemerintahan, atau menghancurkan suatu Negara.

2.5. Pengertian Cyber Law Cyber law adalah hukum yang digunakan di dunia cyber (dunia maya), yang umumnya diasosiasikan dengan Internet. Cyber law dibutuhkan karena dasar atau fondasi dari hukum di banyak negara adalah "ruang dan waktu". Sementara itu, internet dan jaringan komputer mendobrak batas ruang dan waktu ini. Cyber law merupakan aspek hukum yang ruang lingkupnya meliputi setiap aspek yang berhubungan dengan orang perorangan atau subyek hukum yang menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada saat mulai online dan memasuki dunia cyber atau maya. Cyberlaw sendiri merupakan istilah yang berasal dari Cyberspace Law. Cyberlaw juga merupakan hukum yang terkait dengan masalah dunia cyber. Di Indonesia saat ini sudah ada dua Rancangan Undang-Undang (RUU) yang berhubungan dengan dunia cyber, yaitu RUU Pemanfaatan Teknologi Informasi dan RUU Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik.

2.6. Pengertian Penyadapan Definisi penyadapan berdasarkan penjelasan Pasal 40 UU Telekomunikasi: Penyadapan adalah kegiatan memasang alat atau perangkat tambahan pada jaringan telekomunikasi untuk tujuan mendapatkan informasi dengan cara tidak sah. Definisi penyadapan atau intersepsi dalam penjelasan Pasal 31 UU ITE: intersepsi atau penyadapan adalah kegiatan untuk mendengarkan, merekam, membelokkan, mengubah, menghambat, dan/atau mencatat transmisi Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak bersifat publik, baik menggunakan jaringan kabel komunikasi maupun jaringan nirkabel, seperti pancaran elektromagnetis atau radio frekuensi. Yang perlu digarisbawahi dari definisi tentang penyadapan dalam ketentuan kedua undang-undang tersebut adalah bahwa penyadapan yang

dimaksud adalah penyadapan yang dilakukan melalui jaringan telekomunikasi (UU Telekomunikasi) atau penyadapan dilakukan secara elektronik (UU ITE). Dalam konteks yang lebih luas tentang praktik penyadapan yang dilakukan oleh lembaga intelijen/aparat penegak hukum suatu negara, penyadapan tidak hanya dilakukan melalui jaringan telekomunikasi maupun secara elektronik. Informasi hasil penyadapan diperoleh melalui berbagai cara dan sumber, baik dengan menggunakan sarana teknologi, maupun dengan cara-cara konvensional. Sarana teknologi misalnya penggunaan software atau hardware/perangkat khusus intersepsi, baik dengan atau tanpa melalui jaringan telekomunikasi. Sedangkan cara konvensional bisa dilakukan dengan mendengarkan langsung tanpa alat dengan sembunyi-sembunyi, menguping pembicaraan, atau

menggunakan peralatan non-elektronis untuk mendengarkan percakapan pihak yang disadap.

10

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Umum Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) disadap selama 15 hari oleh pemerintah Australia pada 2009. Menyikapi dugaan penyadapan itu, Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa menegaskan, bila benar Australia melakukannya maka hal tersebut adalah tindakan tidak bersahabat.Ini bukan hal yang cerdas untuk dilakukan. Ini adalah tindakan yang tidak bersahabat oleh Australia, tegas Marty dalam konferensi pers di Ruang Nusantara Kementerian Luar Negeri, Senin (18/11/2013). Bahkan, ia mengungkapkan kabar penyadapan yang pertama kali muncul di salah satu media Australia itu sangat memprihatinkan dan menimbulkan ketidaknyamanan. Sebab, bahkan ibu negara Ani Yudhoyono serta Wakil Presiden Boediono, hingga Jusuf Kalla juga ikut disadap. Melalui penyadapan, otoritas Australia yang konon menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi, yang konon menjunjung prinsip privasi, yang konon menjunjung hubungan bilateral Australia-Indonesia, telah satu per satu secara sistematis diciderai dan dilanggar semua itu oleh Australia, tegas Marty. Marty mengatakan, terlepas masalah kenegaraan dan hubungan antar bangsa, semua orang pasti tidak ingin pembicaraan pribadinya diketahui oleh orang lain dengan cara disadap. Sementara, jika dilihat dari undang-undang dalam negeri Indonesia maupun Australia, tindakan penyadapan tidak dibenarkan.Belum kita bicara hubungan antarbangsa. Prinsip hukum internasional, pun melarang dan tidak menganggap lazim penyadapan. Ini hari yang tidak baik antar kedua negara. Its a bad day. Namun, kita negara yang sanggup berpikir rasional, tegas, dan terukur, Menanggapi dugaan penyadapan yang dilakukan pemerintah Australia, Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa menyatakan akan mengambil langkah sesuai instruksi Presiden SBY.Ada 3 langkah yang akan diambil oleh Indonesia, ungkap Marty dalam konferensi persnya di Ruang Nusantara

11

Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin (18/11/2013). Marty mengungkapkan, pihaknya sudah memanggil Dubes Australia untuk mendapatkan pernyataan tegas terkait benar tidaknya penyadapan tersebut. Selain itu, Kementerian Luar Negeri juga dalam proses menghubungi Menteri Luar Negeri Australia, guna menyampaikan sikap Indonesia yang tidak menerima tindakan tidak bersahabat itu. Pertama, kita meminta penjelasan resmi dari pemerintah Australia tentang apa yang terjadi. Karena penyadapan melanggar hukum Indonesia, Australia, dan internasional, ujar Marty. Kedua, lanjutnya, pemerintah memutuskan untuk memanggil pulang Duta Besar Indonesia untuk meminta penjelasan resmi dari pemerintah Australia tentang apa yang terjadi. Karena penyadapan melanggar hukum Indonesia, Australia, dan internasional Ketiga, mengkaji ulang kerja sama pertukaran informasi IndonesiaAustralia. Khususnya kita akan memastikan pelaksanan prinsip kerjasama resiprositas (hubungan timbal balik). Kita ingin memastikan prinsip itu dihormati, jelas Marty. Dia menambahkan, beberapa minggu lalu dirinya sempat membaca bahwa Perdana Menteri Australia Tony Abbott mengatakan Negari Kanguru tidak melakukan tindakan apapun yang melanggar hukum. Liputan6.com, Jakarta Hubungan antara Australia dan Indonesia telah dalam beberapa pekan ini setelah terungkap bahwa mata-mata Australia menyadap telepon Presiden Indonesia dan beberapa pejabat tinggi lainnya. Namun, ketegangan itu mencair pekan ini dengan sejumlah kegiatan diplomatik. Rangkaian peristiwa itu mempengaruhi kerjasama soal para pencari suaka, perdagangan, militer dan isuisu lain. Beberapa dokumen menunjukkan bahwa Australia telah memata-matai Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, ibu negara Ani Yudhoyono dan beberapa menteri senior. Skandal itu memicu Jakarta untuk membekukan kerjasama militer dan kerjasama-kerjasama lain, termasuk upaya memerangi kelompok yang memanfaatkan para pencari suaka untuk memasuki perairan Australia Utara.

12

Presiden SBY mengirim surat ke Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, untuk meminta penjelasan dan sikap resmi Australia terkait penyadapan tersebut. Perdana Menteri Australia Tony Abbott berjanji akan menanggapi sepenuhnya dan dengan sopan tuntutan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait pemeriksaan terhadap laporan penyadapan oleh Australia terhadap ponsel para pejabat tinggi Indonesia tersebut. Dalam surat yang ditujukan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Perdana Menteri Australia Tony Abbott dilaporkan menjanjikan untuk memulihkan hubungan yang rusak ini. Surat Tony Abbot belum diungkapkan ke publik, tetapi SBY panggilan akrab presiden Indonesia itu mengatakan surat itu merupakan upaya untuk meredam kontroversi mata-mata itu. Komitmen Perdana Menteri Australia adalah di masa depan Australia tidak akan pernah melakukan apapun yang akan merugikan dan mengganggu Indonesia, kata Presiden Yudhoyono. Presiden SBY mengatakan kedua negara kini akan menyusun sebuah tata prilaku untuk memastikan kembali agar hubungan kedua negara tidak akan dikacaukan dengan cara-cara semacam ini lagi. Yudhoyono menambahkan, Saya akan menugaskan Menteri Luar Negeri atau seorang utusan khusus untuk membahas lebih jauh isu-isu sensitif secara lebih serius, termasuk hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia pasca kasus penyadapan ini. Bagi saya ini merupakan persyaratan dan batu loncatan. Meskipun Australia berupaya meredakan ketegangan dengan Indonesia, tetap ada keprihatinan bahwa perdagangan kedua negara mungkin dirugikan akibat skandal mata-mata ini. Kontroversi mata-mata itu merupakan ancaman paling serius bagi hubungan bilateral kedua negara sejak Australia mendukung pemisahan Timor Timur dari Indonesia pada tahun 1999.

3.2. Larangan Tentang Penyadapan atau Intersepsi Larangan tentang penyadapan atau intersepsi sendiri di Indonesia secara khusus diatur dalam Pasal 40 UU Telekomunikasi dan Pasal 31 ayat (1) dan (2) UU ITE. Pasal 31 ayat (1) dan (2) UU ITE:

13

1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atau penyadapan atas Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain. 2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atas transmisi Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak bersifat publik dari, ke, dan di dalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain, baik yang tidak menyebabkan perubahan apa pun maupun yang menyebabkan adanya perubahan, penghilangan, dan/atau penghentian Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang sedang ditransmisikan. Akan tetapi perlu diketahui bahwa atas larangan intersepsi ini, terdapat pengecualiannya juga dalam Pasal 31 ayat (3) UU ITE: Kecuali intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), intersepsi yang dilakukan dalam rangka penegakan hukum atas permintaan kepolisian, kejaksaan, dan/atau institusi penegak hukum lainnya yang ditetapkan berdasarkan undang-undang.

3.3. Sanksi Sanksi atas Pasal 31 ayat (1) dan (2) UU ITE adalah pidana penjara paling lama 10 tahun atau denda paling banyak Rp 800 juta (delapan ratus juta rupiah), sebagaimana diatur dalam Pasal 47 UU ITE. Dalam Pasal 40 UU Telekomunikasi dikatakan bahwa setiap orang dilarang melakukan kegiatan penyadapan atas informasi yang disalurkan melalui jaringan telekomunikasi dalam bentuk apapun. Sanksi atas perbuatan tersebut adalah pidana penjara paling lama 15 tahun (Pasal 56 UU Telekomunikasi).

14

BAB IV KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah dibahas dalam makalah ini, maka dapat disimpulkan penyadapan telepon seluler Presiden Susilo Bambang Yudoyono merupakan salah satu Cybercrime. Cybercrime dapat dilakukan tanpa mengenal batas teritorial dan tidak memerlukan interaksi langsung antara pelaku dengan korban kejahatan. Ada 3 langkah yang akan diambil oleh Indonesia : 1. meminta penjelasan resmi dari pemerintah Australia tentang apa yang terjadi. Karena penyadapan melanggar hukum Indonesia, Australia, dan internasional 2. pemerintah memutuskan untuk memanggil pulang Duta Besar Indonesia untuk meminta penjelasan resmi dari pemerintah Australia tentang apa yang terjadi. Karena penyadapan melanggar hukum Indonesia, Australia, dan internasional 3. mengkaji ulang kerja sama pertukaran informasi Indonesia-Australia. Khususnya kita akan memastikan pelaksanan prinsip kerjasama

resiprositas (hubungan timbal balik). Kita ingin memastikan prinsip itu dihormati Upaya untuk meredam kontroversi mata-mata ini pemerintah Australia hanya mengirimkan surat kepada Presiden Susilo Bambang Yudoyono. Presiden mengataka bahwa Perdana Menteri Australia berkomitmen di masa depan Australia tidak akan pernah melakukan apapun yang akan merugikan dan mengganggu Indonesia. Sesuai dengan Pasal 31 ayat (1) dan (2) UU ITE sanksi yang diberikan untuk tindak penyadapan adalah pidana penjara paling lama 10 tahun atau denda paling banyak Rp 800 juta (delapan ratus juta rupiah), sedangkan menurut Pasal 56 UU Telekomunikasi Sanksi atas perbuatan tersebut adalah pidana penjara paling lama 15 tahun.

15

4.2. Saran Larangan tentang penyadapan atau intersepsi di Indonesia secara khusus diatur dalam Pasal 40 UU Telekomunikasi dan Pasal 31 ayat (1) dan (2) UU ITE, pembebanan pemidanaan hanya ditujukan kepada orang saja. Sedangkan dalam Pasal 40 UU Telekomunikasi, tidak dijelaskan siapa yang dimaksud orang, namun dalam terminologi pidana pada umumnya, orang yang dimaksud adalah individu/pribadi yang melakukan perbuatan pidana. Dalam Pasal 40 UU Telekomunikasi dan Pasal 31 ayat (1) dan (2) UU ITE dan Pasal 40 UU Telekomunikasi seharusnya dijelaskan secara terperinci jika penyadapan dilakukan oleh seseorang atas dasar perintah negara tertentu atau perintah institusi. Pembebanan pemidanaan juga harus dijelaskan agar masalah ini dapat terselesaikan dan Negara tersebut tidak melakukan penyadapan lagi yang dapat merugikan pemerintah Indonesia. Penyadapan dapat dicegah dengan cara : 1. Dilakukan scanning secara berkala baik manual (dengan mata dan tangan) maupun mengunakan alat-alat scan misalnya detektor, telepon, LAN, ruang kerja, computer dan lain-lain yang potensi untuk dilakukan alat sadap. 2. Menjaga untuk tidak melakukan pembicaraan rahasia dengan saranasarana umum misalnya telepon umum, juga tidak melakukan

korespondensi rahasia menggunakan e-mail umum seperti yahoo, hotmail, Iycos dan sebagainya. 3. Menggunakan sarana kriptografi yang baik dan telah diuji kehandalannya oleh intansi yang kompeten ( Lembaga Sandi Negara) 4. Disiplin dari pejabat pembuat, pengguna dan penyimpan data atau informasi rahasia dalam mematuhi prosedur pengamana dan kerahasiaan informasi.

16

DAFTAR PUSTAKA

http://cybercrime4c.blogspot.com/2013/04/sejarah-dan-perkembangan-cybercrime.html

http://deluthus.blogspot.com/2011/02/8-contoh-kasus-cyber-crime-yangpernah.html
http://facultyoflawyer.wordpress.com/author/fabryan/page/3/ http://siarbatavianews.com/news/view/1070/pm-australia-janji-tanggapi-suratpresiden-sby http://nickyraulika.blogspot.com/2013/12/penyadapan-australia.html http://hadiwibowo.wordpress.com/2006/08/03/penyadapan-di-kedutaan-indonesiadi-luar-negeri/ http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5276f8bec3f65/langkah-hukum-jikadisadap-negara-tetangga/

17

Anda mungkin juga menyukai