Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ETIKA PROFESI & KEDISIPLINAN


“KEJAHATAN DI DUNIA MAYA (CYBER CRIME)”

DOSEN PEMBIMBING
Efniar, SH.,M.Si

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. Erna Wijayanti (18.11.031)
2. Delima Okta Bela (18.11.002)
3. Rahmawati (18.11.018)
4. M. Fajrianto (18.11.028)
5. Bayu Dwi Laksono (18.11.023)

PROGRAM STUDI : SISTEM INFORMASI


AMIK BINA SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
Jln. Hm. Ryacudu No. 24 (8 Ulu) Palembang Sumatra Selatan
www.binasriwijaya.ac.id
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirabbil’alamin, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah


SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita, sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah Etika Propesi &
Kedisiplinan, Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika
Propesi & Kedisiplinsn. Solawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Sebagai manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan, saya mohon maaf
yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT saya mohon ampun. saya sadar
bahwasannya makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karenanya, saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dimasa yang
akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis
khususnya.

Palembang, 08 Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
2.1 Pengertian Kejahatan Di Dunia Maya (Cyber Crime) ................... 3
2.2 Jenis – Jenis Cyber Crime .............................................................. 3-7
2.3 Faktor – Faktor Penyebab Cyber Crime......................................... 7
2.4 Dampak Yang Terjadi Dengan Adanya Cyber Crime ................... 7-8
2.5 Pengertian Cyber Law ..................................................................... 9
2.6 Latar Belakang Undang-Undang ITE .............................................. 9
2.7 Undang-Undang ITE (Informasi Transaksi Elektronik) .................. 9-10
2.8 Tujuan Cyber Law ........................................................................... 10
2.9 Strategi Penanggulangan Cyber Crime ........................................... 11
2.10 Kasus-Kasus Yang Terjadi Di Indonesia ....................................... 12-21

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 22


3.1 Kesimpulan ................................................................................. 22
3.2 Saran ............................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cybercrime dapat didefinisikan sebagai perbuatan melawan hukum
yang dilakukan denganmenggunakan internet yang berbasis pada
kecanggihan teknologi, komputer dantelekomunikasi baik untuk memperoleh
keuntungan ataupun tidak, dengan merugikan.
Masalah cybercrime dewasa ini sepatutnya mendapat perhatian semua pihak
secara seksama pada perkembangan teknologi informasi masa depan, karena
kejahatan ini termasuk salah satu extra ordinary crime(kejahatan luar biasa)
bahkan dirasakan pula sebagai serious crime (kejahatan serius) dan transnational
crime (kejahatan antar negara) yang selalu mengancam kehidupan warga
masyarakat, bangsa dan negara berdaulat. Tindak pidana atau kejahatan ini adalah
sisi paling buruk di dalam kehidupan moderen dari masyarakat informasi akibat
kemajuan pesat teknologi dengan meningkatnya peristiwa kejahatan komputer,
pornografi, terorisme digital, “perang” informasi sampah, bias informasi, hacker,
cracker dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Pengertian Kejahatan Di Dunia Maya (Cyber Crime).
2. Jenis – Jenis Cyber Crime.
3. Faktor – Faktor Penyebab Cyber Crime.
4. Dampak Yang Terjadi Dengan Adanya Cyber Crime.
5. Pengertian Cyber Law.
6. Latar Belakang Undang-Undang ITE.
7. Undang-Undang ITE (Informasi Transaksi Elektronik).
8. Tujuan Cyber Law.
9. Strategi Penanggulangan Cyber Crime.
10. Kasus-Kasus Yang Terjadi Di Indonesia.

1
1.3 Maksud Dan Tujuan

Maksud dan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :


a. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah etika profesi dan kedisiplinan.
b. Malatih mahasiswa untuk lebih aktif dalam pencarian bahan-bahan materi
etika profesi dan kedisiplinan.
c. Menambah wawasan tentang Cyber Crime.
d. Sebagai masukan kepada mahasiswa agar menggunakan menggunakan
ilmu yang didapatnya untuk kepentingan yang positif.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Cybercrime
Cybercrime adalah tindakan kriminal yang dilakukan dengan
menggunakan teknologi computer sebagai alat kejahatan utama. Cybercrime
merupakan kejahatan yang memanfaatkan perkembangan teknologi komputer
khususnya internet. Cybercrime atau kejahatan dunia maya dapat didefenisikan
sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan menggunakan internet
yang berbasis pada kecanggihan teknologi komputer dan komunikasi.
Andi Hamzah dalam bukunya “Aspek-aspek Pidana di Bidang Komputer” (1989)
mengartikan cybercrime sebagai kejahatan di bidang komputer secara umum
dapat diartikan sebagai penggunaan komputer secara illegal.
Menurut Mandell dalam Suhariyanto (2012:10) disebutkan ada dua kegiatan
Computer Crime :
1. Penggunaan komputer untuk melaksanakan perbuatan penipuan, pencurian
atau penyembunyian yang dimaksud untuk memperoleh keuntungan
keuangan, keuntungan bisnis, kekayaan atau pelayanan.
2. Ancaman terhadap kompute itu sendiri, seperti pencurian perangkat keras
atau lunak, sabotase dan pemerasan.
Pada dasarnya cyber crime meliputi tindak pidana yang berkenaan dengan
sistem informasi baik sistem informasi itu sendiri juga sistem komunikasi yang
merupakan sarana untuk penyampaian atau pertukaran informasi kepada pihak
lainnya.

2.2 Jenis Cyber Crime


Cybercrime sendiri sebagai kejahatan yang muncul sebagai akibat adanya
komunitas dunia maya di internet, memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda
dengan kedua model di atas. Karakteristik unik dari kejahatan di dunia maya
tersebut antara lain menyangkut lima hal berikut:
 Ruang lingkup kejahatan
 Sifat kejahatan

3
 Pelaku kejahatan
 Modus Kejahatan
 Jenis kerugian yang ditimbulkan
Berdasarkan jenis aktifitas yang dilakukannya, cyber crime dapat
digolongkan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
 Unauthorized Access. Terjadi ketika seseorang memasuki atau menyusup
ke dalam suatu system jaringan computer secara tidak sah, tanpa izin atau
tanpa sepengetahuan dari pemilik system jaringan komputer yang
dimasukinya, contohnya Probing dan port.
 Illegal Contents. Merupakan kejahatan yang dilakukan dengan
memasukkan data atau informasi ke internet tentang sesuatu hal yang tidak
benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hokum atau mengganggu
ketertiban umum, contohnya adalah penyebaran pornografi.
 Penyebaran Virus Secara Sengaja. Penyebaran virus umumnya dilakukan
dengan menggunakan email. Seringkali orang yang system emailnya
terkena virus tidak menyadari hal ini. Virus ini kemudian dikirimkan ke
tempat lain melalui emailnya.
 Data Forgery. Kejahatan jenis ini bertujuan untuk memalsukan data pada
dokumen-dokumen penting yang ada di Internet dan dokumen-dokumen
ini biasanya dimiliki oleh institusi atau lembaga yang memiliki situs
berbasis web database.
 Cyber Espionage, Sabotage and Extortion. Merupakan kejahatan yang
memanfaatkan jaringan internet untuk melakukan kegiatan mata-mata
terhadap pihak lain dengan memasuki system jaringan komputer pihak
sasaran. Selanjutnya, Sabotage and Extortion merupakan jenis kejahatan
yang dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau penghancuran
terhadap suatu data, program computer atau system jaringan computer
yang terhubung dengan internet.
 Cyberstalking. Dilakukan untuk mengganggu atau melecehkan seseorang
dengan memanfaatkan computer, misalnya menggunakan e-mail dan
dilakukan berulang-ulang. Kejahatan tersebut menyerupai terror yang

4
ditujukan kepada seseorang dengan memanfaatkan media internet. Hal itu
bisa terjadi karena kemudahan dalam membuat email dengan alamat
tertentu tanpa harus menyertakan identitas diri yang sebenarnya.
 Carding. Merupakan kejahatan yang dilakukan untuk mencuri nomor
kartu kredit milik orang lain dan digunakan dalam transaksi perdagangan
di internet.
 Hacking dan Cracking. Istilah hacker biasanya mengacu pada seseorang
yang mempunyai minat besar untuk mempelajari system computer secara
detail dan bagaimana meningkatkan kapabilitasnya. Aktivitas cracking di
internet memiliki lingkungan yang sangat luas, mulai dari pembajakan
account milik orang lain, pembajakan situs web, probing, menyebarkan
virus, hingga pelumpuhan target sasaran.
 Cybersquatting and Typosquatting. Merupakan kejahatan yang dilakukan
dengan mendaftarkan domain nama perusahaan orang lain dan kemudian
berusaha menjualnya kepada perusahaan tersebut dengan harga yang lebih
mahal. Typosquatting adalah kejahatan dengan membuat domain yang
mirip dengan nama domain orang lain.
 Hijacking. Merupakan kejahatan melakukan pembajakan hasil karya orang
lain. Yang paling sering terjadi adalah Software Piracy (pembajakan
perangkat lunak)
 Cyber Terorism. Suatu tindakan cybercrime termasuk cyber terorism jika
mengancam pemerintah atau warganegara, termasuk cracking ke situs
pemerintah atau militer. Beberapa contoh kasus Cyber Terorism sebagai
berikut :
 Ramzi Yousef, dalang penyerangan pertama ke gedung WTC, diketahui
menyimpan detail serangan dalam file yang di enkripsi di laptopnya.
 Osama Bin Laden diketahui menggunakan steganography untuk
komunikasi jaringannya.
 Suatu website yang dinamai Club Hacker Muslim diketahui menuliskan
daftar tips untuk melakukan hacking ke Pentagon.

5
 Seorang hacker yang menyebut dirinya sebagai DoktorNuker diketahui
telah kurang lebih lima tahun melakukan defacing atau mengubah isi
halaman web dengan propaganda anti-American, anti-Israel dan pro-Bin
Laden.
Berdasarkan Motif Kejahatan.
 Sebagai tindakan murni kriminal. Kejahatan yang murni merupakan tindak
criminal yang dilakukan karena motif kriminalitas. Kejahatan jenis ini
biasanya menggunakan internet hanya sebagai sarana kejahatan. Contoh
kejahatan semacam ini adalah Carding.
 Cybercrime sebagai kejahatan “abu-abu”. Pada jenis kejahatan di internet
yang masuk dalam “wilayah abu-abu” cukup sulit menentukan apakah itu
merupakan tindakan criminal atau bukan, mengingat motif kegiatannya
terkadang bukan untuk berbuat kejahatan. Contohnya adalah probing atau
portscanning. Ini adalah sebutan untuk semacam tindakan pengintaian
terhadap sistem milik orang lain dengan mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya dari sistem yang diintai, termasuk sistem operasi
yang digunakan, port-port yang ada, baik yang terbuka maupun tertutup,
dan sebagainya.
Berdasarkan Sasaran Kejahatan.
 Menyerang Individu (Against Person). Jenis kejahatan ini, sasaran
serangannya ditujukan kepada perorangan atau individu yang memiliki
sifat atau criteria tertentu sesuai tujuan penyerangan tersebut. Beberapa
contoh kejahatan ini antara lain :
 Pornografi, kegiatan yang dilakukan dengan membuat, memasang,
mendistribusikan, dan menyebarkan material yang berbau pornografi,
cabul, serta mengekspos hal-hal yang tidak pantas serta menyimpang dari
norma agama dan sosial.
 Cyberstalking, kegiatan yang dilakukan untuk mengganggu atau
melecehkan seseorang dengan memanfaatkan komputer, misalnya dengan
menggunakan e-mail yang dilakukan secara berulang-ulang seperti halnya

6
teror di dunia cyber. Gangguan tersebut bisa saja berbau seksual, religius,
dan lain sebagainya.
 Cyber-Tresspass, kegiatan yang dilakukan melanggar area privasi orang
lain seperti misalnya Web Hacking. Breaking ke PC, Probing, Port
Scanning dan lain sebagainya.
 Menyerang Hak Milik (Against Property). Cybercrime yang dilakukan
untuk mengganggu atau menyerang hak milik orang lain. Contoh: carding,
cybersquatting, typosquatting, hijacking, data forgery
 Menyerang Pemerintah (Against Government). Cybercrime Against
Government dilakukan dengan tujuan khusus penyerangan terhadap
pemerintah.
2.3 Faktor-faktor Penyebab Cyber Crime
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi cyber crime adalah :
2. Faktor Politik.
3. Faktor Ekonomi.
4. Faktor Sosial Budaya.
Faktor sosial budaya dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu:
1. Kemajuan teknologi Informasi .
2. Sumber Daya Manusia.
3. Komunitas Baru.

2.4 Dampak Yang Terjadi Dengan Adanya Cyber Crime


Setiap kejahatan memiliki dampak-dampak negatif, tak terkecuali dalam
dunia cyber. Berikut ini adalah dampak-dampak dari cybercrime, yaitu :
 Dampak pada Ekonomi
Sekarang ini banyak orang yang mempercayakan segala proses bisnis melalui
internet, selain proses yang cepat, bisnis juga dapat dijalakan dimana saja selama
masih memiliki akses internet. Informasi yang cukup penting pun di simpan
dalam komputer dan dapat diakses dimana saja. Bank pun menjalankan proses
bisnis melalui internet, seperti penggunaan ATM yang bisa diakses oleh nasabah
dimana saja. Bisa dibayangkan jika ada pelaku kriminal dunia internet beraksi

7
didalamnya, akan terjadi kekacauan sistem, penggunaan komputer akan melambat
sehingga proses bisnis tidak dapat berjalan baik, kebocoran informasi penting
sehingga dapat disalah gunakan.
 Dampak pada Nilai Market
Menilai resiko pelanggaran keamanan cukuplah sulit pada bisnis yang
menggunakan jaringan. Inilah yang membuat nilai market cukup susah untuk
diprediksi. Oleh karena itu perlu suatu pendekatan untuk mengukur dampak dari
pelanggaran tersebut. Pendekatan nilai pasar diharap mampu mendapat ekspetasi
pasar modal terhadap pelanggaran keamanan.
 Dampak pada Tingkat Kepercayaan
Semenjak serangan cyber meluas kesemua orang didalam cyberspace dan
menembus sistem yang terhubung ke halaman website, pengguna yang yang
menungunjungi website akan frustasi dan tidak akan berminat untuk kembali
mengunjungi website. Padahal situs yang dimaksud bukan dari kesalahan pemilik
situs melainkan dari pihak luar yang menyerang, tetapi pengguna tidak tahu siapa
dari dalang sebenarnya dan sudah kehilangan rasa percaya untuk mengunjungi
kembali situs tersebut. Persepsi dari satu konsumen bisa merusak kepercayaan
terhadap konsumen lainnya. Oleh karena itu mulai timbul kekawatiran akan
penggunaan transaksi online diakibatkan adanya korban dari situs yang diserang.
Hal ini menjadi suatu yang menyulitkan bagi pebisnis online dan akan membuat
usaha bisnis tersebut merosot. Seperti hal yang terjadi pada pengguna suatu kartu
untuk internet pada Smartfren, banyak pelanggan yang komplain, walau tidak tau
penyebab pastinya, hal ini tentu membuat banyak pelanggan kecewa dan akan
pindah dari operator tersebut.

 Dampak Cyber Crime Terhadap Keamanan Negara.


a. Kurangnya kepercayaan dunia terhadap Indonesia.
b. Berpotensi menghancurkan negara.
c. Keresahan masyarakat pengguna jaringan komputer.

8
2.5 Pengertian Cyber law
Cyber law ialah sebuah aturan yang berbentuk hukum yang di buat khusus
untuk dunia digital atau internet. Dengan makin banyak dan berkembangnya
tindak kriminal dan kejahatan yang ada di dunia internet, maka mau tidak mau
hukum dan aturan tersebut harus di buat. Cyberlaw sendiri ruang lingkupnya
meliputi setiap aspek yang berhubungan dengan orang perorangan atau subyek
hukum yang menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet yang dimulai
pada saat mulai online dan memasuki dunia cyber atau maya.

2.6 Latar Belakang Undang-Undang ITE (Informasi Transaksi Elektronik)


Harus diakui bahwa Indonesia belum mengadakan langkah-langkah yang
cukup signifikan di bidang penegakan hukum (lawenforcement) dalam upaya
mengantisipasi kejahatan dunia maya seperti dilakukan oleh negara-negara maju
di Eropa dan Amerika Serikat. Kesulitan yang dialami adalah pada perangkat
hukum atau undang-undang teknologi informasi dan telematika yang belum ada
sehingga pihak kepolisian Indonesia masih ragu-ragu dalam bertindak untuk
menangkap para pelakunya, kecuali kejahatan dunia maya yang bermotif pada
kejahatan ekonomi atau perbankan.
Untuk itu diperlukan suatu perangkat UU yang dapat mengatasi masalah ini
seperti yang sekarang telah adanya perangkat hukum yang satu ini berhasil
digolkan, yaitu Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE) adalah undang-undang pertama di Indonesia yang
secara khusus mengatur tindak pidana cyber. Berdasarkan Surat Presiden
RI.No.R./70/Pres/9/2005 tanggal 5 September 2005,naskah UU ITE secara resmi
disampaikan kepada DPR RI.Pada tanggal 21 April 2008,Undang-undang ini di
sahkan.
2.7 Undang-Undang ITE (Informasi Transaksi Elektronik)
a) Pasal 27 ayat 1 UU ITE :
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik
dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan”.

9
b) Pasal 27 ayat 2 UU ITE :
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak dan/atau mentransmisikan dan/atau
membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik
yang memiliki muatan perjudian”.
c) Pasal 27 ayat 3 UU ITE :
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak dan/atau mentransmisikan dan/atau
membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik
yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”.
d) Pasal 27 ayat 4 UU ITE :
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak dan/atau mentransmisikan dan/atau
membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik
yang memiliki muatan pemerasaan dan/atau pengancaman”.
e) Pasal 28 ayat 1 berbunyi :
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi
Elektronik”.
f) Pasal 28 ayat 2 yaitu :
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang
ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau
kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku,agama,ras,dan antar
golongan (SARA)”.

2.8 Tujuan Cyber law


Cyber law sangat dibutuhkan, kaitannya dengan upaya pencegahan tindak
pidana, ataupun penanganan tindak pidana. Cyberlaw akan menjadi dasar hukum
dalam proses penegakan hukum terhadap kejahatan-kejahatan dengan sarana
elektronik dan komputer, termasuk kejahatan pencurian uang dan kejahatan
terorisme.

10
2.9 Strategi Penanggulangan Cyber Crime
2.9.1 Strategi Jangka Pendek :
a. Penegakan Hukum Pidana :
Penegakan hukum pidana adalah salah satu manivestasi utk membuat
hukum tdk hanya sbg barang rongsokan yg tdk berguna.
b. Mengoptimalkan UU Khusus Lainnya :
Sektor cyber space, jg banyak bersentuhan dg sektor-sektor lain yg telah
memiliki aturan khusus dlm pelaksanaannya.
Strategi Penanggulangan Cyber Crime Rekruitment Aparat Penegak Hukum :
Diutamakan dari masyarakat yg menguasai dunia komputer dan internet
disamping kemampuan lain yg dipersyaratkan.
2.9.2 Strategi Jangka Menengah :
a. Cyber Police :
Merupakan orang-orang khusus yg dilatih dan dididik utk melakukan
penyidikan cyber crime. Pola pembentukan cyber police merupakan bagian upaya
reformasi kepolisian. Pola yg ada saat ini belum dilakukan secara sistematis dalam
struktur Polri, namun baru ada di MABES Polri dan Polda Metro, padahal
kejahatan duniamaya ada di berbagai tempat.
b. Kerjasama Internasional
Kerjasama kepolisian internasional perlu ditindaklanjuti utk melakukan
penegakan hukum. Karena kejahatan modern sudah melintasi batas-batas negara
yg dilakukan berkat dukungan teknologi, sistem komunikasi dan transportasi.
2.9.3 Strategi Jangka Panjang
a. Membuat UU Cyber Crime
Tujuan pembuatan UU yg khusus mengatur ttg dunia maya ini adalah utk
pemberatan atas tindakan pelaku agar dapat menimbulkan efek jera dan
mengatur sifat khusus dr sistem pembuktian.
Dengan adanya UU yg khusus mengatur cyber crime maka dapat mempemudah
aparat penegak hukum dalam penegakan hukum.

11
2.9.4 Membuat Perjanjian Bilateral.
Cyber crime melibatkan beberapa negara, shg perlu hubungan di jalur bilateral
utk menanggulanginya. Tidak semua negara memiliki hubungan bilateral dengan
Indonesia, maka secara politis perlu dilakukan upaya ntuk menjalin hubungan yg
dimaksud.

2.10 Kasus-Kasus Yang Terjadi Di Indonesia

1) Kasus 1: Situs Telkomsel Dibobol Hacker Gara-Gara Kuota Internet, Ini


Saran Mabes Polri!

Gambar.1
Laman resmi situs Telkomsel, www.telkomsel.com, diretas peretas atau
hacker.Peretas mengubah (deface) tampilan depan laman tersebut dengan
sejumlah kalimat keluhan atau protes atas mahalnya tarif kuota internet dari
perusahaan operator seluler tersebut.
Atas kejadian itu, Direktur VI Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber)
Bareskrim Polri, Brigjen Pol Fadil Imran menyarankan pihak Telkomsel untuk
membuat laporan kepolisian agar bisa diselidiki pelakunya. "Disarankan bikin LP
(laporan polisi)," kata Fadil. Menurutnya, kasus peretasan bisa mulai diselidiki
setelah adanya pelaporan dari Telkomsel selaku pihak yang dirugikan.
Adita Irawati, Vice President Corporate Communications Telkomsel pun
berkomentar terkait hacker yang meretas situs online Telkomsel dan berisi

12
mengumpat serta minta tarif diturunkan. Pihaknya selaku operator telekomunikasi
tersebut menyatakan terima kasih.
"Telkomsel berterima kasih dan menghargai keluhan masyarakat pengguna soal
tarif kuota Internet. Hal ini menunjukkan bahwa produk seluler kami digunakan
oleh masyarakat luas.," kata Adita dalam keterangan tertulisnya, Jumat
(28/4/2017).Adita menjelaskan, terkait tarif ini berkaitan dengan kualitas yang
ingin diberikan agar pelanggan dapat menikmati layanan broadband Telkomsel
dimana pun mereka berada.
Dalam menetapkannya, Telkomsel merujuk pada komponen biaya jaringan
termasuk untuk kebutuhan akses bandwidth internasional. "Untuk itu kami
menawarkan berbagai pilihan paket Internet kepada pelanggan, dengan berbagai
pilihan harga," jelasnya. Saat ini layanan Telkomsel hadir di 95% wilayah
populasi Indonesia melayani seluruh pelanggan hingga ke pelosok negeri dan
bahkan hingga perbatasan.
Layanan 4G Telkomsel juga telah hadir di sekitar 500 ibu kota/kabupaten
untuk memberikan pelanggan pengalaman internet cepat. Saat ini pelanggan
Telkomsel mencapai 169 juta pelanggan dimana sekitar 50% diantaranya tercatat
sebagai pelanggan 3G/4G. Telkomsel juga telah melaksanakan pembangunan
sekitar 25,000 BTS baru sepanjang 2016, yang mana 92% diantaranya merupakan
BTS 3G/4G.
Telkomsel memiliki total BTS sekitar 137,000 unit, dengan komposisi
BTS 3G/4G sebesar 61%. Semua ini tentunya kami tujukan untuk bisa membantu
masyarakat memperoleh akses telekomunikasi yg dapat mendukung aktivitas
sosial dan ekonomi masyarakat di seluruh Indonesia.

Sumber:https://www.google.com/amp/bali.tribunnews.com/amp/2017/04/28/situs-
telkomsel-dibobol-hacker-gara-gara-kuota-internet-ini-saran-mabes-polri?espv=1

13
2) Kasus 2: KPAI: Ribuan Anak Indonesia jadi Korban Pornografi Internet

Gambar.2
Di era modern seperti sekarang ini, internet semakin mudah diakses oleh
berbagai kalangan masyarakat di Indonesia. Kemudahan akses internet itu
ternyata memberikan dampak positif dan negatif bagi masyarakat Indonesia,
khususnya generasi muda.
Kehadiran internet memudahkan generasi muda dalam mengakses informasi dari
dunia luar. Bersosialisasi dan mengetahui kondisi di luar negeri tentu lebih
mungkin dilakukan dengan memanfaatkan intenet.
Sayangnya, angka kejahatan online aliascybercrime pada anak disebutkan
telah menjadi tren baru di banyak negara, termasuk Indonesia. Penggunaan
internet yang nyaris tanpa kendali menyebabkan anak-anak rentan menjadi korban
dari berbagai tindak kejahatan di dunia maya.
Kejahatan seksual, pornografi, trafficking,bullying dan bentuk kejahatan lain yang
dilakukan secara online menjadi ancaman yang semakin besar mengintai generasi
penerus bangsa.
"Internet mendorong angka kejahatan online terhadap anak semakin tinggi,
pertumbuhannya semakin cepat sejak tahun 2011," ungkap Maria Advianti,
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di acara peringatan
Hari Internet Aman Sedunia di kantor KPAI, Selasa (10/2/2015).
Menurut data yang dipublikasikan KPAI, sejak tahun 2011 hingga 2014, jumlah
anak korban pornografi dan kejahatan online di Indonesia telah mencapai jumlah
1.022 anak. Secara rinci dipaparkan, anak-anak yang menjadi korban pornografi

14
online sebesar 28%, pornografi anak online 21%, prostitusi anak online 20%,
objek cd porno 15% serta anak korban kekerasan seksual online 11%.
Jumlah itu diprediksi akan terus meningkat bila tidak ditanggulangi secara
optimal. Pertumbuhan angka anak korban kejahatan online itu bertumbuh pesat
seiring meningkatnya jumlah pengguna internet di Tanah Air.

Sumber : http://m.liputan6.com/tekno/read/2173844/kpai-ribuan-anak-indonesia-
jadi-korban-pornografi-internet

3) Kasus 3 : Lulusan SMP Haikal Bobol 4.600 Situs


Polisi mengungkap kasus peretasan situs jual-beli tiket online PT Global
Networking. Otak dari empat sekawan peretas adalah SH (19) alias Haikal yang
merupakan lulusan SMP. Dari mana dia belajar hingga akhirnya bisa meretas?
Selain SH, ada tiga tersangka lain yakni MKU (19), AI (19) dan NTM (27).
Keempat pelaku berkomplot hingga menyebabkan kerugian perusahaan tersebut
hingga Rp 4 miliar lebih.
Otak dari sindikat pembobol situs ini ialah SH (19). Lelaki kelahiran
Jakarta ini nyatanya hanya lulusan SMP. Dia belajar retas situs secara autodidak
dari internet.
Meski begitu, SH diketahui sudah meretas sebanyak 4.600 situs. Beragam situs
mulai milik swasta hingga pemerintah dibobolnya, termasuk situs milik Polri,
Gojek.
"Saudara SH otodidak. Berhasil membobol lebih dari 4.600 situs. Di antaranya
situs milik Polri, pemerintah pusat dan daerah, situs ojek online dan beberapa situs
di luar negeri," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rikwanto di
kompleks Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Kamis (30/3) lalu.
Kasus ini dilaporkan oleh PT Global Networking (tiket.com) selaku pemilik situs
tiket.com pada 11 November 2016 lalu. Akun mereka dipakai sejak tanggal 11
sampai 27 Oktober 2016. Dari para pelaku, polisi menyita 7 unit handphone, 3
buah kartu ATM, 2 buah SIM, 2 buah KTP, 2 unit laptop, serta tabungan dengan
saldo sebesar Rp 212 juta.

15
Haikal dan tiga tersangka lainnya diduga memenuhi unsur Pasal 46 ayat 1, 2, dan
3 juncto Pasal 30 ayat 1, 2, dan 3, dan/atau Pasal 51 ayat 1 dan 2juncto Pasal 35
dan/atau Pasal 36 Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
dan/atau Pasal 363 KUHP dan/atau Pasal 3, Pasal 5, serta Pasal 10 tentang
Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Sumber : https://m.detik.com/news/berita/d-3464753/lulusan-smp-dari-mana-
haikal-belajar-hingga-bobol-4600-situs

Sumber : https://m.tempo.co/read/news/2017/04/07/063863806/haikal-tersangka-
hacker-ribuan-situs-polisi-dia-pemuda-tertutup

4) Kasus 4 : Tentang Asusila Dalam Media Elektronik


Aktor Taura Denang Sudiro alias Tora Sudiro dan Darius Sinathrya,
mendatangi Sentra Pelayanan Kepolisian Polda Metro Jaya untuk membuat
laporan penyebaran dan pendistribusian gambar atau foto hasil rekayasa yang
melanggar kesusilaan di media elektronik.
"Saya membuat laporan, sesuai apa yang saya lihat di media twitter. Sebenarnya,
saya sudah melihat gambar itu bertahun-tahun lalu. Awalnya biasa saja, namun
sekarang anak saya sudah gede, nenek saya juga marah-marah. Padahal sudah
dijelaskan kalau itu adalah editan," ujar Tora, di depan Gedung Direktorat Reserse
Kriminal Khusus, Polda Metro Jaya, Rabu (15/5).
Ia melanjutkan, pihaknya memutuskan untuk membuat laporan dengan nomor
TBL/1608//V/2013/PMJ/Dit Krimsus, tertanggal 15 Mei 2013, karena penyebaran
foto asusila itu kian ramai dan mengganggu privasinya.
"Saya merasa dirugikan. Sekarang juga kembali ramai (penyebarannya), Darius
juga terganggu. Akhirnya kami memutuskan untuk membuat laporan. Pelakunya
belum tahu siapa, namun kami sudah meminta polisi untuk menelusurinya,"
ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Darius, menyampaikan dirinya juga sudah
mengetahui beredarnya foto rekayasa adegan syur sesama jenis itu, sejak beberapa
tahun lalu.

16
"Sudah tahu gambar itu, beberapa tahun lalu. Awalnya saya cuek, mungkin
kerjaan orang iseng saja. Namun, sekarang banyak teman-teman di daerah
menerima gambar itu via broadcast BBM. Bahkan, anak kecil saja bisa melihat.
Ini yang sangat mengganggu saya," jelasnya.
Darius yang merupakan saksi dan korban dalam laporan itu
menambahkan, banyak teman-teman daerah memintanya untuk mengklarifikasi
apakah benar atau tidak foto itu. "Ya, jelas foto ini palsu. Makanya kami
laporkan," katanya.
Sementara itu, Kasubdit Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Metro Jaya, AKBP
Audie Latuheru, menuturkan berdasarkan penyeledikan sementara, disimpulkan
jika foto itu merupakan rekayasa atau editan.
"Kami baru melakukan penyelidikan awal dan menyimpulkan ini foto editan,
bukan foto asli. Hanya kepala mereka (Tora, Darius dan Mike) dipasang ke dalam
gambar asli, kemudian ditambahkan pemasangan poster Film Naga Bonar untuk
menguatkan karakter itu benar-benar Tora. Selain itu tak ada yang diganti. Editor
tidak terlalu bekerja keras (mengubah), karena hampir mirip gambar asli,"
paparnya.
Langkah selanjutnya, kata Audie, pihaknya bakal segera melakukan
penelusuran terkait siapa yang memposting gambar itu pertama kali.
"Kami akan mencoba menelusuri siapa yang mengedit dan memposting gambar
itu pertama kali. Ini diedit kira-kira 3 tahun lalu, tahun 2010. Kesulitan melacak
memang ada, karena terkendala waktu yang sudah cukup lama. Jika pelaku
tertangkap, ia bakal dijerat Pasal 27 Ayat (1) Jo Pasal 45 Ayat (1) UU RI 2008,
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik," tegasnya.
Diketahui, sebuah foto rekayasa adegan syur sesama jenis yang
menampilkan wajah Tora Sudiro, Darius Sinathrya dan Mike (mantan VJ MTV),
beredar di dunia maya. Nampak adegan oral seks di dalam foto itu.

Sumber : http://www.beritasatu.com/hiburan/113924-tora-dan-darius laporkan-


penyebar-foto-rekayasa-adegan-syurnya-ke-polisi.html

17
5) Kasus 5 : Tentang Pencemaran Nama Baik Di Media Elektronik
Fitnah Inggrid Kansil, 'TrioMacan2000' Dituntut 6 Tahun Penjara. Suami
Inggrid Kansil, Syarief Hasan tak main-main dengan kicauan yang dilontarkan
TrioMacan2000 di Twitter. Berbagai pasal sudah disiapkan polisi untuk menjerat
pemilik akun anonim tersebut.
"Saya secara resmi melaporkan akun TrioMacan2000 yang telah mencemarkan
nama baik saya dan keluarga dengan melakukan kejahatan elektronik informasi
teknologi," tandas Syarief usai membuat laporan di Polda Metro Jaya, Kamis
(16/5/13) petang.
Dalam laporannya, Menteri Koperasi dan UKM itu membawa bukti
berupa print-out kicauan TrioMacan2000 di Twitter. "Saya ingin buktikan secara
clear, bahwa ini betul-betul fitnah. Dan ini kita harus berantas dan lawan," sebut
dia.
TrioMacan2000 dilaporkan dengan pasal berlapis yaitu pasal 310, 311
KUHP dan 27 UU ITE tentang fitnah dan pencemaran nama baik. "Hukumannya
6 tahun," tegas Syarief.
Syarief mengaku terpaksa menempuh kasus ini hingga ke Polda Metro
Jaya. Ia berharap, ke depannya tak ada lagi kasus serupa seperti yang menimpa
keluarganya.
"Ini kan merusak nama baik saya dan keluarga, menyebarkan fitnah. Ini tidak
boleh terjadi. Saya harap saya dan keluarga yang terakhir. Pihak kepolisian akan
tuntut sampai tuntas. Apalagi saya dengar ini mudah dilacak," tutup Syarief.
Sumber : http://showbiz.liputan6.com/read/588506/fitnah-inggrid-kansil-
triomacan2000-dituntut-6-tahun-penjara

6) Kasus 6 : Akhir Kasus Florence Si Penghina Warga Yogyakarta Via Path


Mahkamah Agung (MA) memutuskan Florence Saulina Sihombing
menghina warga Yogyakarta via media sosial Path. Hal itu seiring putusan MA
yang menolak permohonan kasasi jaksa.
Kasus ini bermula saat Florence mengendarai sepeda motor dan
menyerobot antrean SPBU pada Agustus 2014. Setelah diingatkan petugas, ia

18
tidak terima dan urung antre beli bensin. Atas apa yang dialaminya, ia menulis
makian kepada warga Yogyakarta di media sosial Path.
Publik geger dan sejumlah aktivis melaporkan Florence dengan UU ITE pada 28
Agustus 2014. Aparat menahan Florence tetapi belakangan kemudian
menangguhkan penahanannya. Florence diadili dan didakwa melanggar pasal 27
ayat (3) juncto Pasal 45 ayat (1) UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik.
Pasal itu berbunyi:Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan
penghinaan dan/atau pencemaran nama baik dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1 miliar.
Pada 31 Maret 2015, Pengadilan Negeri (PN) Yogyakarta menyatakan Florence
tidak perlu dihukum 2 bulan penjara asalkan tidak berbuat kejahatan selama 6
bulan ke depan. Selain itu, Florence juga harus membayar denda Rp 10 juta.
Atas vonis ini, Florence lalu mengajukan banding. Angin segar sedikit bertiup
kepada Florence. Pada 28 Juli 2015, hakim tinggi Sri Mulyanto, Eko Tunggal
Pribadi dan Dina Krisnayati memperbaiki putusan PN Yogyakarta dengan
menghapuskan pidana denda.
Jaksa tidak terima dan mengajukan kasasi agar mahasiswi kelahiran 21
November 1988 dikenakan masa percobaan selama 1 tahun. Apa kata MA?
"Menolak permohonan kasasi jaksa," kata majelis hakim kasasi sebagaimana
dilansir website MA, Selasa (22/8/2016).
Duduk sebagai ketua majelis hakim agung Sri Murwahyuni dengan anggota
hakim agung Eddy Army dan hakim agung MD Pasaribu. Perkara nomor 2580
K/PID.SUS/2015 itu diketok pada 11 Agustus 2016.
Sumber : https://news.detik.com/berita/3280472/akhir-kasus-florence-si-
penghina-warga-yogyakarta-via-path

19
7) Kasus 7 : Pembobolan Sistem Keuangan Bank BRI

Gambar.3
Direktorat Reserse Kriminal Khusus Subdit Cyber Crime Polda Metro
Jaya membawa dua tersangka peretas (hacker) sistem keuangan Bank BRI,
Firwanto (36 tahun), warga Jalan Bungaran I No 641 Kelurahan 8 Ulu Kecamatan
Seberang Ulu I Palembang dan Jeli Karpok (25), ke Jakarta, hari ini.
Mereka telah lama menjadi target petugas setelah dilaporkan oleh pihak BRI yang
mengalami kerugian sebesar Rp1,2 miliar, setelah menjebol sistem pertahanan
keuangan Bank BRI dan mengambil saldo para nasabah.
Kapolresta Palembang, Komisaris Besar Wahyu Bintono Hari Bawono,
mengutarakan, sebelumnya memang sebanyak lima orang diamankan. Namun,
Wahyu sendiri enggan memberikan keterangan secara mendetail dari hasil
pemeriksaan.
"Ini dalam pengembangan, yang melakukan pemeriksaan dari Polda Metro. Saya
tidak bisa terlalu terbuka karena menyangkut undang-undang khusus. Kasusnya
ada di Polda Metro," kata Wahyu, di Palembang, Sumsel, Kamis, 11 Mei 2017.
Sementara itu, Kanit III Subdit Cyber Crime Diskrimsus Polda Metro Jaya,
Kompol Khairuddin, menjelaskan, sebanyak delapan personel dari mereka telah
lama mengintai gerak-gerik para pelaku.
"Kemarin kita langsung sergap. Untuk yang lain masih dikembangkan," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, dua terduga hacker penjebol sistem keuangan Bank BRI
dibekuk oleh jajaran Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, di
Jalan Bungaran I nomor 641 Kelurahan 8 Ulu Kecamatan Seberang Ulu I
Palembang, Sumatera Selatan, Rabu 10 Mei 2017.

20
Modus yang digunakan para pelaku yakni mengubah verifikasi data rekening
milik nasabah Bank BRI setelah meretas sistem keuangan milik salah satu bank
pelat merah itu. Setelah meretas, mereka memindahkan saldo yang ada di dalam
rekening para nasabah tanpa sepengetahuan mereka.

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cybercrime adalah jenis kejahatan yang menggunakan kemajuan teknologi
informasi untuk melawan hukum. Cybercrime sangat merugikan bagi pihak
manapun karena mampu merusak, mengambil ataupun merubah informasi yang
bukan termasuk otoritasinya sehingga dapat merugikan bagi pihak manapun.
Strategi yang diharapkan dapat mencegah terjadinya Cybercrime adalah
dibentuknya sebuah Cyberlaw yang dapat mengatur segala aktifitas yang
dilakukan setiap orang dalam Dunia Maya. Pembentukan Cyberlaw termasuk
kedalam Strategi penanggulangan Cybercrime jangka panjang. Saat ini negara
kita belum memiliki pasal hukum yang dapat digunakan untuk menjerat pelaku
Cybercrime. Untuk kasus Carding misalnya, pihak kepolisian baru dapat menjerat
pelaku kejahatan komputer dengan pasal 363 soal pencurian karena yang
dilakukan tersangka memang mencuri data dari kartu kredit orang lain.

3.2 Saran
Berkaitan dengan cybercrime tersebut, maka perlu adanya upaya untuk
pencegahannya, untuk itu yang perlu diperhatikan adalah :
a. Segera membuat regulasi yang berkaitan dengan cyberlaw pada
umumnya dan cybercrime pada khususnya.
b. Kejahatan ini merupakan global crime makan perlu
mempertimbangkan draft internasional yang berkaitan dengan
cybercrime.
c. Melakukan perjanjian ekstradisi dengan Negara lain.
d. Mempertimbangkan penerapan alat bukti elektronik dalam hukum
pembuktiannya.
e. Harus ada aturan khusus mengenai cybercrime.

22
DAFTAR PUSTAKA

Wahyuda,siantar, Modus - Modus Kejahatan dalam TI,Sumatra utara,Indonesia,


2017.
Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Bina Sarana Informatika,Cyber
Crime & Ciber Law, Jakarta, 2017.

http://11121005.blogspot.com/2015/06/makalah-cyber-crime.html

https://www.maxmanroe.com/vid/teknologi/pengertian-cyber-crime.html

23

Anda mungkin juga menyukai