Ingin
Perbedaan
Reformasi Self efisiensi?
pemahama Pemeriksaa Sengketa
Perpajakan Assessment Gunakan
n antara WP n Pajak
(1983) System Kuasa
VS Fiskus
Hukum
Sistem Perpajakan di Indonesia
Berdasarkan Undang-
Kontribusi, Prestasi, Iuran
Undang serta aturan
yang dibayarkan kepada
pelaksanaannya dapat
penguasa/Negara
dipaksakan.
Digunakan untuk
Tanpa jasa timbal
membiayai rumah tangga
(kontraprestasi) dari
Negara, yaitu
Negara yang secara
pengeluaran umum yang
langsung dapat
bermanfaat bagi
ditunjukkan.
masyarakat luas.
Fungsi Pajak
Fungsi Pajak Reguler (Mengatur)
Sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pengeluaran pemerintah. Misal: dimasukkannya pajak dalam APBN
sebagai penerimaan dalam negeri.
SKPKB Pemotongan
SKPLB
atau
SKPKB SKP pemungitan
T N
oleh pihak
2. Kepala Daerah, untuk pajak-pajak daerah, antaraketiga
lain:
SKPDK SKPDLB Surat Pemotongan
B Surat atau
Ketetapan pemungutan
SKPN oleh pihak ketiga
SKPDKB Pajak
T Daerah
(SKPD)
PERADILAN ADMINISTRASI
PAJAK DIBAGI MENJADI DUA
1. Peradilan Administrasi Tidak Murni
• Disebut tidak murni karena dalam peradilan ini hanya melibatkan dua pihak, yaitu pihak
Wajib Pajak dan fiskus tanpa melibatkan pihak ketiga yang independen.
• Fiskus sebagai pihak yang bersengketa sekaligus menjadi pihak yang mengambil keputusan
dalam persilisihan pajak yang bersangkutan.
• Contoh peradilan administrasi tidak murni dapat dilihat dalam pengajuan keberatan yang
diatur dalam Pasal 25 dan 26 UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir kali
dengan UU No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Wajib Pajak mengajukan keberatan (doleansi) karena adanya perselisihan mengenai besarnya
jumlah utang pajak, oleh karena itu, ada dua hal yang harus diperhatikan:
• a. Terhadap surat keberatan yang masuk harus diambil keputusan
• b. Pihak yang mengambil keputusan adalah aparatur pajak (Dirjen Pajak, Kakanwil Pajak) yang
disebut sebagai hakim doleansi
2. Peradilan Administrasi Murni
• Peradilan administrasi murni adalah peradilan yang melibatkan tiga pihak, yaitu Wajib
Pajak,
Fiskus, dan Hakim yang mengadili.
• Wajib pajak dan Fiskus adalah pihak yang bersengketa, sedangkan Hakim atau
Majelis Hakim adalah pihak yang akan memutuskan sengketa tersebut.
KEDUDUKAN PENGADILAN PAJAK
DALAM SISTEM PERADILAN
• Pengadilan Pajak yang dibentuk berdasarkan UU No. 14 Tahun 2002 tentang pengadilan pajak
ini mengundang banyak perhatian.
• Ahli hukum menilai keberadaan pengadilan pajak bertentangan dengan UU No. 4 Tahun 2004
tentang Kekuasaan Kehakiman karena tidak termasuk dalam empat peradilan Indonesia, yakni
pengadilan umum, pengadilan agama, pengadilan militer dan pengadilan tata usaha negara
(PTUN).
• Bahkan bertentangan dengan UUD 1945 pasal 24 ayat (2) amandemen ketiga yang berbunyi
"Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi "
• Sedangkan di pihak lain, pasal 2 UU No. 14 Tahun 2002 menyatakan, Pengadilan Pajak adalah
badan peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi wajib pajak atau penanggung
pajak yang mencari keadilan terhadap sengketa pajak.
KEDUDUKAN PENGADILAN PAJAK
DALAM SISTEM PERADILAN
Pasca Amandemen ke-4 UUD 1945, telah diundangkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004
tentang Kekuasaan Kehakiman menggantikan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 1999 dan Perubahan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara yaitu Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004.
Dari kedua Undang-Undang tersebut kedudukan Pengadilan Pajak secara eksplisit dinyatakan
sebagai pengadilan khusus di lingkungan peradilan tata usaha negara.
Di samping itu berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perkara Nomor 004/PUU- 11/2004,
dalam pertimbangan Pokok Perkara dinyatakan bahwa adanya ketentuan yang menyatakan bahwa
pembinaan teknis peradilan bagi Pengadilan Pajak dilakukan oleh Mahkamah Agung, bahwa pihak-pihak
yang bersengketa dapat mengajukan peninjauan kembali atas putusan Pengadilan Pajak kepada
Mahkamah Agung, dan bahwa di lingkungan Pengadilan Tata Usaha Negara dapat diadakan
pengkhususan yang diatur dengan undang- undang telah cukup menjadi dasar yang menegaskan
Pengadilan Pajak termasuk dalam lingkup peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung
sebagaimana dinyatakan oleh Pasal 24 ayat (2) UUD 1945.
KEDUDUKAN
PENGADILAN PAJAK
DALAM SISTEM
PERADILAN
Selanjutnya dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2007 secara tegas juga dinyatakan bahwa
putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan
pengadilan khusus di lingkungan peradilan tata usaha
negara.
TERIMA KASIH