Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

EPTIK
(ETIKA PROFESI TEKNOLOGI INFORMASI dan KOMUNIKASI)







DJUHDI ABDILLAH
NIM : 12122748









Jurusan Management Informatika
Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Bina Sarana Informatika
Cut Mutia Bekasi
20014




KATA PENGANTAR




Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segala
karunia, rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah Etika Profesi Teknologi Informasi dan
Komunikasi (EPTIK) ini dapat diselesaikan. Etika Profesi Teknologi Informasi dan
Komunikasi (EPTIK) merupakan salah satu mata kuliah KBK yang wajib ditempuh oleh
Mahasiswa Bina Sarana Informatika jurusan Manajemen Informatika semester 4 (empat),
dengan bobot 3 (tiga) SKS. Penilaian dalam mata kuliah ini di lihat dengan pengerjaan
makalah dan blog lalu di persentasikan melalui power point yang di CD-kan.
Makalah mengenai cybercrime ini disusun sebagai salah satu pelengakap tugas
perkuliahan Etika Profesi Teknologi Informasi dan Komunikasi. Cybercrime merupakan
tindak kejahatan yang memanfaatkan komputer dan atau teknologi informasi. Pada makalah
ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai contoh cybercrime dan akibat yang ditimbulkan.
Masalah ini penting untuk diketahui bahwa dengan adanya perkembangan teknologi tidak
selalu membawa dampak baik bagi para penggunanya namun ada dampak positif yang dapat
ditimbulkan dari perkembangan teknologi tersebut.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih kurang dari
sempurna, sehingga kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kebaikan
dan kesempurnaan penyusunan laporan dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua insan yang membaca dan
memanfaatkan isi dari laporan ini baik sebagian maupun secara keseluruhan untuk keperluan
pembelajaran.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita hidayah dan pertolongan dalam
menjalani kehidupan ini dan semoga kita semua menjadi insan yang pandai bersyukur atas
apa yang telah Allah SWT berikan.



Kota Bekasi, 10 Mei Mei 2014

Djuhdi Abdillah
Penulis




DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................................
Daftar Isi .............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ............................................................................................
1.2 Rumusan masalah ......................................................................................
1.3 Maksud dan Tujuan ....................................................................................
1.4 Metode penelitian .......................................................................................
1.5 Ruang lingkup ............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Cyber Crime .............................................................................
2.2 Pengertian Cyber Law ................................................................................
2.3 Latar belakang UU ITE ..............................................................................
2.4 UU nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi & Transaksi Elektronik
(ITE) ...........................................................................................................
2.5 Pengaturan Tindak Pidana TI dan Transaksi Elektronik ............................
2.6 Contoh Kejahatan melalui Internet ...........................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................
3.2 Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kebutuhan akan teknologi Jaringan Komputer semakin meningkat. Selain sebagai
media penyedia informasi, melalui Internet pula kegiatan komunitas komersial menjadi
bagian terbesar, dan terpesat pertumbuhannya serta menembus berbagai batas negara. Bahkan
melalui jaringan ini kegiatan pasar di dunia bisa diketahui selama 24 jam. Melalui dunia
internet atau disebut juga cyberspace, apapun dapat dilakukan. Segi positif dari dunia maya
ini tentu saja menambah trend perkembangan teknologi dunia dengan segala bentuk
kreatifitas manusia. Namun dampak negatif pun tidak bisa dihindari. Takkala pornografi
marak di media Internet, masyarakat pun tak bisa berbuat banyak.
Seiring dengan perkembangan teknologi Internet, menyebabkan munculnya
kejahatan yang disebut dengan "Cybercrime" atau kejahatan melalui jaringan Internet.
Munculnya beberapa kasus "Cybercrime" di Indonesia, seperti pencurian kartu kredit,
hacking beberapa situs, menyadap transmisi data orang lain, misalnya email, dan
memanipulasi data dengan cara menyiapkan perintah yang tidak dikehendaki ke dalam
programmer komputer. Sehingga dalam kejahatan komputer dimungkinkan adanya delik
formil dan delik materil. Delik formil adalah perbuatan seseorang yang memasuki komputer
orang lain tanpa ijin, sedangkan delik materil adalah perbuatan yang menimbulkan akibat
kerugian bagi orang lain (berdasarkan makalah Pengamanan Aplikasi Komputer Dalam
Sistem Perbankan dan Aspek Penyelidikan dan Tindak Pidana).
Adanya Cybercrime telah menjadi ancaman stabilitas, sehingga pemerintah sulit
mengimbangi teknik kejahatan yang dilakukan dengan teknologi komputer, khususnya
jaringan internet dan intranet. Oleh karena itu dengan adanya tindakan kejahatan di dunia
maya maka di indonesia telah dibuat undang-undang IT yang lebih sering dikrnal dengan
Cyberlaw. Agar para pengguna internet di dunia maya (Cyber) tidak meyalah gunakan
kebebasan yang ada di dunia maya (Cyber).


1.2 Rumusan masalah

Melihat kompleksitasnya (kerumitan) masalah tersebut terutama yang berkenaan
dengan Cyber Crime dan Cyber Law dari para pengguna Cyber (maya) di Indonesia.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan dan
pembahasan masalah pada Cyber Crime dan Cyber Law di Indonesia.

1. Pengertian tentang Cybercrime dan Cyberlaw
2. Klasifikasi Cybercrime dan Cyberlaw
3. Perkembangan Cybercrime dan Cyberlaw
4. Jenis-jenis cybercrime berdasarkan aktifitas
5. Jenis-jenis Cybercrime berdasarkan motif.







1.3 Maksud dan Tujuan
Mengenai permasalahan di atas, maka penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana Cybercrime dan Cyberlaw di Indonesia.
2. Untuk menambah ilmu pengetahuan tentang Cybercrime dan cyberlaw.
Sedangkan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai UAS
mata kuliah Etika Profesi Teknik Informasi dan Komunikasi.


1.4 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan oleh penulis pada penulisan tugas akhir ini
adalah :
Metode Studi Pustaka (Library Study)
Selain melakukan kegiatan tersebut diatas, penulis merangkum berbagai sumber bacaan dari
bahan - bahan pustaka yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas guna
mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai materi yang akan dijadikan bahan
makalah.

1.5 Ruang lingkup

Dalam penyusunan makalah ini, penulis hanya memfokuskan pada pengertian
Cyber Crime dan Cyber Law.



BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Cyber Crime

Cybercrime adalah tindakan criminal yang dilakukan dengan menggunakan
teknologi computer sebagai alat kejahatan utama. Cybercrime merupakan kejahatan yang
memanfaatkan perkembangan teknologi computer khusunya internet. Cybercrime
didefinisikan sebagai perbuatan melanggar hukum yang memanfaatkan teknologi computer
yang berbasis pada kecanggihan perkembangan teknologi internet.
http://hackertjilieghon.multiply.com/journal/item/2/Definisi_dari_Hacker_dan_Cracker

Dalam perkembangannya kejahatan konvensional cybercrime dikenal dengan :
1. Kejahatan kerah biru
2. Kejahatan kerah putih.
Cybercrime memiliki karakteristik unik yaitu :
1. Ruang lingkup kejahatan
2. Sifat kejahatan
3. Pelaku kejahatan
4. Modus kejahatan
5. Jenis kerugian yang ditimbulkan.
KLASIFIKASI CYBERCRIME
Cyberpiracy : Penggunaan teknologi komputer untuk mencetak ulang software atau
informasi, lalu mendistribusikan informasi atau software tersebut lewat teknologi
komputer.
Cybertrespass : Penggunaan teknologi komputer untuk meningkatkan akses pada
system komputer suatu organisasi atau individu.
Cybervandalism : Penggunaan teknologi komputer untuk membuat program yang
menganggu proses transmisi elektronik, dan menghancurkan data dikomputer.
PERKEMBANGAN CYBERCRIME
1. Perkembangan Cybercrime di dunia
Awal mula penyerangan didunia Cyber pada tahun 1988 yang lebih dikenal
dengan istilah Cyber Attack. Pada saat itu ada seorang mahasiswa yang berhasil
menciptakan sebuah worm atau virus yang menyerang program komputer dan mematikan
sekitar 10% dari seluruh jumlah komputer di dunia yang terhubung ke internet. Pada tahun
1994 seorang bocah sekolah musik yang berusia 16 tahun yang bernama Richard Pryce, atau
yang lebih dikenal sebagai the hacker alias Datastream Cowboy, ditahan lantaran masuk
secara ilegal ke dalam ratusan sistem komputer rahasia termasuk pusat data dari Griffits Air
Force, NASA dan Korean Atomic Research Institute atau badan penelitian atom Korea.


Dalam interogasinya dengan FBI, ia mengaku belajar hacking dan cracking dari
seseorang yang dikenalnya lewat internet dan menjadikannya seorang mentor, yang memiliki
julukan Kuji. Hebatnya, hingga saat ini sang mentor pun tidak pernah diketahui
keberadaannya.
2. Perkembangan Cybercrime di Indonesia
Di Indonesia sendiri juga sebenarnya prestasi dalam bidang cyber crime ini patut
diacungi dua jempol. Walau di dunia nyata kita dianggap sebagai salah satu negara
terbelakang, namun prestasi yang sangat gemilang telah berhasil ditorehkan oleh para hacker,
cracker dan carder lokal.
Virus komputer yang dulunya banyak diproduksi di US dan Eropa sepertinya juga
mengalami outsourcing dan globalisasi. Di tahun 1986 2003, epicenter virus komputer
dideteksi kebanyakan berasal dari Eropa dan Amerika dan beberapa negara lainnya seperti
Jepang, Australia, dan India. Namun hasil penelitian mengatakan di beberapa tahun
mendatang Mexico, India dan Africa yang akan menjadi epicenter virus terbesar di dunia, dan
juga bayangkan, Indonesia juga termasuk dalam 10 besar.
Seterusnya 5 tahun belakangan ini China , Eropa, dan Brazil yang meneruskan
perkembangan virus2 yang saat ini mengancam komputer kita semua, dan tidak akan lama
lagi Indonesia akan terkenal namun dengan nama yang kurang bagus, alasannya? mungkin
pemerintah kurang ketat dalam pengontrolan dalam dunia cyber, terus terang para hacker di
Amerika tidak akan berani untuk bergerak karena pengaturan yang ketat dan sistem kontrol
yang lebih high-tech lagi yang dipunyai pemerintah Amerika Serikat.
2.2 Pengertian Cyber Law
Cyberlaw adalah hukum yang digunakan di dunia cyber (dunia maya) yang
umumnya diasosiasikan dengan internet.Cyberlaw merupakan aspek hukum yang ruang
lingkupnya meliputi setiap aspek yang berhubungan dengan orang perorangan atau subyek
hukum yang menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet yang menggunakan dan
memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada saat mulai online dan memasuki dunia
cyber atau maya.
Jonathan Rosenoer dalam Cyber law, the law of internet mengingatkan tentang ruang lingkup
dari cyber law diantaranya :
Hak Cipta (Copy Right)
Hak Merk (Trademark)
Pencemaran nama baik (Defamation)
Fitnah, Penistaan, Penghinaan (Hate Speech)
Serangan terhadap fasilitas komputer (Hacking, Viruses, IllegalAccess)
Pengaturan sumber daya internet seperti IP-Address, domain name
Kenyamanan Individu (Privacy)
Prinsip kehati-hatian (Duty care)
Tindakan kriminal biasa yang menggunakan TI sebagai alat
Isu prosedural seperti yuridiksi, pembuktian, penyelidikan
Kontrak / transaksi elektronik dan tanda tangan digital
Pornografi


Pencurian melalui Internet
Ruang Lingkup Cyber Law (Cont)
Perlindungan Konsumen
Pemanfaatan internet dalam aktivitas keseharian seperti E-COMMERCE, E-
GOVERNMENT dan E-EDUCATION.
Alasan Cyberlaw itu diperlukan menurut Sitompul (2012:39) sebagai berikut :
1. Masyarakat yang ada di dunia virtual ialah masyarakat yang berasal dari dunia nyata
yang memiliki nilai dan kepentingan.
2. Mesikpun terjadi di dunia virtual, transaksi yang dilakukan oleh masyarakat memiliki
pengaruh dalam dunia nyata.

2.3 Latar Belakang

UU ITE Hukum pada prinsipnya merupakan pengaturan terhadap sikap tindakan
(prilaku) seseorang dan masyarakat dimana akan ada sangsi bagi yang melanggar. Undang-
undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) adalah
undang undang pertama di Indonesia yang secara khusus mengatur tindak pidana cyber.
Berdasarkan surat Presiden RI. No.R./70/Pres/9/2005 tanggal 5 September 2005,
naskah UU ITE secara resmi disampaikan kepada DPR RI. Pada tanggal 21 April
2008,Undang-undang ini disahkan Dua muatan besar yang diatur dalam UU ITE adalah :

1. Pengaturan transaksi elektronik
2. Tindak pidana cyber

Dalam makalah yang kita buat mengenai pengalaman pribadi dalam Penyebaran
berita bohong dan penghasutan melalui internet sesuai: Pasal 28 Ayat 1 berbunyi : Setiap
orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang
mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik Pihak yang menjadi korban
adalah konsumen dan pelakunya produsen, sementara dilain pihak bisa jadi yang menjadi
korban sebaliknya.



2.4 UU nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi & Transaksi Elektronik (ITE)


Pasal 27
Denda Rp 1 miliar dan enam tahun penjara bagi orang yang membuat,
mendistribusikan, mentransmisikan, materi yang melanggar kesusilaan, judi, menghina dan
mencemari nama baik, memeras dan mengancam.


Pasal 28
Denda Rp 1 miliar dan enam tahun penjara bagi orang yang menyebarkan berita
bohong dan menyesatkan, sehingga merugikan konsumen transaksi elektronik dan
menimbulkan kebencian dan permusuhan antar kelompok.



Pasal 30
Denda Rp 600-800 juta dan penjara 6-8 tahun bagi orang yang memasuki
komputer atau sistem elektronik orang lain, menerobos, sampai menjebol sistem
pengamanan.

Pasal 31
Denda Rp 800 juta dan penjara 10 tahun bagi orang yang menyadap informasi
elektronik atau dokumen elektronik di komputer atau sistem elektronik mengubah maupun
tidak dokumen itu.

Pasal 32
Denda Rp 2-5 miliar dan penjara 8-10 tahun bagi orang yang mengubah,
merusak, memindahkan, dan menyembunyikan informasi atau dokumen elektronik.

Pasal 34
Denda Rp 10 miliar dan penjara 10 tahun bagi orang yang memproduksi,
menjual, mengimpor, mendistribusikan, atau memiliki perangkat keras dan lunak
sebagaimana di Pasal 27-34 (sumber : http://teknoinfo.web.id/undang-undang-baru-di-
indonesia/).

2.5 Pengaturan Tindak Pidana TI dan Transaksi Elektronik
Tindak pidana yang diatur dalam UU ITE diatur dalam Bab VII tentang perbuatan yang
dilarang, perbuatan tersebut dikategorikan menjadi kelompok sebagai berikut :
1. Tindak Pidana yang berhubungan dengan ativitas illegal, yaitu:
Distribusi atau penyebaran, transmisi, dapat diaksesnya konten ilegal (kesusilaan,
perjudian, berita bohong dll)
Dengan cara apapun melakukan akses illegal
Intersepsi illegal terhadap informasi atau dokumen elektronik dan sistem elektronik
2. Tindak Pidana yang berhubungan dengan gangguan (interfensi), yaitu :
Gangguan terhadap informasi atau dokumen elektronik
Gangguan terhadap sistem elektronik
3. Tindak Pidana memfasilitas perbuatan yng dilarang
4. Tindak Pidana pemalsuan informasi atau dokumen elektronik
5. Tindak Pidana Tambahan dan
6. Perberatan-perberatan terhadap ancaman pidana


2.6 Contoh Kasus 1

Seperti yang kita ketahui, kasus Prita Mulyasari merupakan kasus pelanggaran
terhadap UU ITE yang menggemparkan Indonesia. Nyaris berbulan-bulan kasus ini mendapat


sorotan masyarakat lewat media elektronik, media cetak dan jaringan sosial seperti facebook
dan twitter.

Prita Mulyasari adalah seorang ibu rumah tangga, mantan pasien Rumah Sakit
Omni Internasional Alam Sutra Tangerang. Saat dirawat di Rumah Sakit tersebut Prita tidak
mendapat kesembuhan namun penyakitnya malah bertambah parah. Pihak rumah sakit tidak
memberikan keterangan yang pasti mengenai penyakit Prita, serta pihak Rumah Sakitpun
tidak memberikan rekam medis yang diperlukan oleh Prita. Kemudian Prita Mulyasari
mengeluhkan pelayanan rumah sakit tersebut melalui surat elektronik yang kemudian
menyebar ke berbagai mailing list di dunia maya. Akibatnya, pihak Rumah Sakit Omni
Internasional marah, dan merasa dicemarkan.

Lalu RS Omni International mengadukan Prita Mulyasari secara pidana.
Sebelumnya Prita Mulyasari sudah diputus bersalah dalam pengadilan perdata. Dan waktu
itupun Prita sempat ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang sejak 13 Mei
2009 karena dijerat pasal pencemaran nama baik dengan menggunakan Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Kasus ini kemudian banyak menyedot
perhatian publik yang berimbas dengan munculnya gerakan solidaritas Koin Kepedulian
untuk Prita. Pada tanggal 29 Desember 2009, Ibu Prita Mulyasari divonis Bebas oleh
Pengadilan Negeri Tangerang.

Contoh kasus di atas merupakan contoh kasus mengenai pelanggaran Undang-
Undang Nomor 11 pasal 27 ayat 3 tahun 2008 tentang UU ITE. Dalam pasal tersebut
tertuliskan bahwa: Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/ atau
mentransmisikan dan/ atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan /atau
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/ atau pencemaran nama baik.

Contoh Kasus 2

Serangan terhadap domain pribadi Presiden SBY oleh seorang hacker muda yang
ditangkap dengan tuduhan melakukan defacing (penggantian halaman muka situs) terhadap
domain www.presidensby.info sejatinya bisa dibilang cuma sebuah aksi tanpa perencanaan
yang hanya bertujuan mencari eksistensi jati diri di dunia cyber.

Hal ini terlihat dari pengakuan pelaku yang diberitakan oleh berbagai media. Akan tetapi di
sisi lain, kasus ini membuka mata banyak pihak untuk melihat lebih lanjut tentang
keberadaan situs yang diduga dengan mudah di-deface oleh sang pelaku.

Sisi pandang yang perlu dicermati dari kasus ini adalah, apakah
situs www.presidensby.info tersebut adalah situs resmi dan bisa dikategorikan sebagai situs
pemerintah yang sesuai dengan aturan yang dibuat oleh pemerintah itu sendiri.

Ini bisa dilihat dalam Peraturan Menteri Kominfo No. 28/PER/M.KOMINFO/9/2006 tentang
Penggunaan Nama Domain go.id untuk Situs Web Resmi Pemerintahan Pusat dan Daerah
pada BAB II Pasal 2 dan 3







BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Bedasarkan pembahasan dalam makalah diatas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa perkembangan cybercrime di Indonesia kini sangat berkembang pesat sehingga
banyak orang melakukan kejahatan dalam dunia maya (Cyber), yang berupa penipuan
melalui internet dan lain-lain. Sedangkan cyberlaw merupakan hukum IT yang berlaku di
dunia maya (Cyber) yang berhubungan dengan orang perorangan atau subyek hukum yang
menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada saat mulai online dan
memasuki dunia cyber atau maya.

3.2. SARAN

Cybercrime adalah bentuk kejahatan yang mestinya kita hindari atau kita berantas
keberadaannya. Cyberlaw adalah salah satu perangkat yang dipakai oleh suatu negara untuk
melawan dan mengendalikan kejahatan dunia maya (cybercrime) khususnya dalam hal kasus
cybercrime yang sedang tumbuh di wilayah negara tersebut. Seperti layaknya pelanggar
hukum dan penegak hukum.

Demikian makalah ini penulis susun dengan usaha yang maksimal, Penulis
berusaha melakukan dalam penyusunan makalah ini maupun bagi para pembaca semoga
dapat mengambil manfaat dengan bertambahnya wawasan dan pengetahuan baru setelah
membaca tulisan yang ada pada makalah ini. Namun demikian, sebagai manusia biasa penulis
menyadari keterbatasan penulis dalam segala hal termasuk dalam penyusunan makalah ini,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik atau saran yang membangun demi terciptanya
penyusunan makalah yang lebih sempurna di masa yang akan datang. Atas segala
perhatiannya kami haturkan terimakasih.
















DAFTAR PUSTAKA



Modul BSI Etika profesi Teknologi Informasi dan Komunikasi (EPTIK)
http://hackertjilieghon.multiply.com/journal/item/2/Definisi_dari_Hacker_dan_Crack
er
http://etprofesitk.blogspot.com/2012/06/definisi-cyberlaw.
http://rumahilmu.hol.es/bsi/tugas-eptik-bsi/

Anda mungkin juga menyukai