TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI PEMBAHASAN SOFTWARE PIRACY
Diajukan Sebagai Nilai Ujian Akhir Semester Matakuliah EPTIK Pada Program Diploma Tiga (D.III )
Disusun Oleh : Rospita Sitorus 11110928
11.6A.24 Jurusan Komputerisasi Akuntansi Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Bina Sarana Informatika Bekasi 2014
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat yang telah di berikan pada kita semua sehinga tugas makalah untuk mata kuliah Etika Profesi Teknologi Informasi & Komunikasi ini, dengan judul : " Pembahasan Software Piracy " dapat terselesaikan dengan memuaskan. Sehingga salah satu syarat untuk memperolehan nilai UAS untuk mata kuliah ETIKA PROFESI TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI Jurusan Manajemen Informatika Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Bina Sarana Informatika. Telah terpenuhi adapun Bahan penulisan diambil melalui internet. Selama pengerjaan makalah dan didalam penyelesaiannya, kami telah banyak menerima bimbingan, pengarahan, petunjuk, saran, serta dukungan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat : 1. Dosen mata kuliah Etika Profesi Teknologi Informasi & Komunikasi yang telah memberikan bimbingan, pengarahannya serta pembelajaran di kelas selama ini. 2. Orang Tua kami yang telah membantu baik secara materi dan doa. 3. Dan semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu, yang telah memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan pada saat melakukan maupun menyusun tugas UAS ini.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang membantu, meskipun laporan ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun tetap penulis harapkan.
Cikarang, 2 Mei 2014
Tim Penulis 3
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .............................................................................. 2 DAFTAR ISI ............................................................................................. 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang........................................................... ............ 4 1.2. Maksud dan Tujuan ............................................................... 4 1.3. Metode Penelitian.............................................................. .... 5 1.4. Ruang Lingkup ...................................................................... 5 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Cyber Crime dan Cyber Law ............................... 6 2.2. Peraturan yang melindungi hak cipta .................................... 6 2.2.1. Ketentuan UU ITE ....................................................... 7 2.2.2. Ketentuan UU HakCipta .............................................. 7 2.3. Cara Mengatasi Pembajakan Software .................................. 10 2.4. Jenis-Jenis Pembajakan Software .......................................... 10 2.5. Alasan Pembajakan Software ................................................ 14 2.6. Pembajakkan Software di Indonesia ...................................... 14 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan ............................................................................ 26 3.2. Saran ...................................................................................... 26 4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pada perkembangannya, ternyata penggunaan internet membawa sisi negatif, dengan membuka peluang munculnya tindakan-tindakan anti-sosial dan perilaku kejahatan yang selama ini dianggap tidak mungkin terjadi. Sebagaimana sebuah teori mengatakan: "crime is a product of society its self", yang secara sederhana dapat diartikan bahwa masyarakat itu sendirilah yang melahirkan suatu kejahatan. Semakin tinggi tingkat intelektualitas suatu masyarakat, semakin canggih pula kejahatan yang mungkin terjadi dalam masyarakat itu. Sehingga memungkinkan makin banyak masyarakat atau user menyalah gunakan penggunaan IT. Pemerintah saat ini belum menganggap kejahatan komputer sebagai prioritas utama dalam kebijakan penegakan hukum, dibanding penanganan terorisme, makar serta gerakan separatis. Kejahatan cyber crime jenis baru yang cukup meresahkan banyak pihak adalah piracy yang merupakan kemampuan dari suatu individu atau kelompok untuk memelihara urusan pribadi dan hidup mereka ke luar dari pandangan publik, atau untuk mengendalikan alir informasi tentang diri mereka. Pembajakan software aplikasi dan lagu dalam bentuk digital (MP3, MP4, WAV dll) merupakan trend dewasa ini, software dan lagu dapat dibajak melalui download dari internet dan dicopy ke dalam CD room yang selanjutnya diperbanyak secara ilegal dan diperjualbelikan secara ilegal.
1.2. Maksud dan Tujuan Maksud penulisan makalah ini adalah : 1. Untuk lebih memahami dan mengetahui tentang pelanggaran hukum (Cybercrime) yang terjadi dalam dunia maya sekarang ini dan Undang-Undang Dunia Maya (Cyberlaw). 2. Untuk lebih memahami dan mengetahui tentang betapa bahayanya piracy dan semoga kita dapat mencegah dan menghindari piracy yang termasuk salah satu pelanggaran hukum didunia maya. Sedangkan tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat memenuhi nilai UAS pada mata kulih ETIKA PROFESI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI 5
pada jurusan Manajemen Informatika Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Bina Sarana Informatika.
1.3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan oleh penulis pada penulisan tugas akhir ini adalah : 1. Metode Studi Pustaka (Library Study) Selain melakukan kegiatan tersebut diatas, penulis merangkum berbagai sumber bacaan dari bahan-bahan pustaka yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas guna mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai materi yang akan dijadikan bahan makalah.
1.4. Ruang Lingkup Dalam penyusunan makalah ini, penulis hanya memfokuskan pada kasus piracy yang merupakan salah satu pelanggaran hukum pada dunia maya.
6
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Cyber Crime dan Cyber Law Menurut Andi Hamzah (1989) dalam bukunya Aspek-aspek Pidana di Bidang Komputer mengartikan cybercrimesebagai kejahatan di bidang komputer secara umum dapat diartikan sebagai penggunaan komputer secara ilegal. Menurut Forester dan Morrison mendefinisikan kejahatan komputer sebagai aksi kriminal dimana komputer digunakan sebagai senjata utama. Menurut Girasa mendefinisikan cybercrime sebagai aksi kejahatan yang menggunakan teknologi komputer sebagai komponen utama. Menurut Tavani memberikan definisi cybercrime yang lebih menarik, yaitu kejahatan dimana tindakan kriminal hanya bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi cyber dan terjadi di dunia cyber. Salah satu kasusnya adalah Pembajakan software / software piracy yang termasuk dalam Intellectual Property Crima. Pembajakan piranti lunak atau yang lebih dikenal dengan istilah software di Indonesia saat ini sudah sangat memperihatinkan sekali. Dengan mudahnya software - software bisa didapatkan saat ini. Mulai dijual secara terbuka di pusat - pusat perbelanjaan (mall), pusat penjualan komputer, internet sampai pada pedagang kaki lima dipinggir - pingir jalan. Cyber Law adalah aspek hukum yang ruang lingkupnya meliputi setiap aspek yang berhubungan dengan orang perorangan atau subyek hukum yang menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada saat mulai online dan memasuki dunia cyber atau maya. Cyber Law sendiri merupakan istilah yang berasal dari Cyberspace Law.
2.2. Peraturan yang Melindungi Hak Cipta 1. UU Hak Cipta no 19 tahun 2002 pasal 30 bahwa, Hak Cipta atas ciptaan Software (Program Komputer) mendapatkan perlindungan selama 50 tahun sejak pertama kali diumumkan Hal ini berarti, jika kita mengunakan software bajakan dalam masa waktu perlindungan 50 tahun tersebut, maka kita bisa dikenakan tindakan pidana 2. Menurut BAB XIII Tentang Ketentuan Pidana Pasal 72 : (3) dikatakan : Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu 7
program komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 500.000.000, 00 (lima ratus juta rupiah).
2.2.1. Ketentuan UU ITE Pasal 25 UU ITE yang mengatur bahwa Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang disusun menjadi karya intelektual, situs internet, dan karya intelektual yang ada di dalamnya dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual berdasarkan ketentuan peraturan perundang - undangan. Selain itu, terdapat pula ketentuan dalam Pasal 32 ayat 1 UU ITE yang mengatur mengenai larangan bagi setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apapun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik orang lain atau milik publik. Atas pelanggaran Pasal 32 ayat 1 UU ITE tersebut, Pasal 48 ayat 1 UU ITE mengatur sanksi pidana penjara maksimum 8 (delapan) tahun dan/atau denda maksimum Rp 2.000.000.000,00. Demikian pula Pasal 32 ayat 2 UU ITE yang mengatur larangan bagi setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apapun memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada system elektronik orang lain yang tidak berhak. Apabila terjadi pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 32 ayat 2 UU ITE tersebut, maka orang yang melakukannya dapat dipidana penjara maksimum 9 tahun dan/atau denda maksimum Rp 3.000.000.000,00 menurut ketentuan Pasal 48 ayat 2 UU ITE. Apabila ketentuan pasal - pasal dalam UU ITE diatas diterapkan terhadap situs - situs internet yang menyediakan fasilitas mengunduh lagu secara ilegal, dan juga terhadap orang yang mengunduh lagu tanpa izin penciptanya atau pemegang hak ciptanya dari situs - situs internet tersebut, tentu akan mengundang perdebatan teknis. Salah satu contoh, apakah kegiatan mengunduh dapat dipersamakan dengan kegiatan memindahkan atau mentransfer Informasi. Elektronik dan Dokumen Elektronik? Dalam praktek, mengunduh suatu file itu merupakan tindakan memperbanyak file, karena misalnya semula hanya ada satu file pada suatu situs, setelah selesai diunduh akan ada satu file lagi pada media penyimpanan tanpa menghilangkan file pada situs tersebut. Hal ini berbeda dengan tindakan memindahkan atau 8
mentransfer yang dalam pemahaman umum tidak menambah jumlah barang yang dipindahkan atau ditransfer.
2.2.2. Ketentuan UU HakCipta Kalau lebih jeli memperhatikan ketentuan Pasal 25 UU ITE, diterangkan bahwa Informasi Elektronik dan Dokumen Elektronik yang disusun menjadi karya intelektual, situs internet, dan karya intelektual yang ada di dalamnya dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual berdasarkan ketentuan peraturan perundang - undangan. Dengan demikian, ketika suatu Informasi Elektronik dan Dokumen Elektronik mengandung Hak Kekayaan Intelektual (HKI), maka ketentuan yang mengatur mengenai pelanggaran terhadapnya seharusnya adalah ketentuan peraturan perundang - undangan di bidang HKI, bukan UU ITE. Hal ini sesuai dengan asas hukum lexspecialis derogate lexgenerali, yang artinya peraturan atau UU yang bersifat khusus mengesampingkan peraturan atau UU yang umum. Oleh karena itu, sebenarnya akan lebih tepat jika ketentuan - ketentuan dalam UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (UU Hak Cipta) yang diterapkan jika berbicara mengenai penindakan terhadap situs - situs internet yang menyediakan fasilitas mengunduh lagu secara ilegal, dan juga terhadap orang yang mengunduh lagu tanpa izin penciptanya atau pemegang hak ciptanya dari situs - situs internet tersebut. Pasal 2 ayat (1) UU Hak Cipta mengatur bahwa Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang - undangan yang berlaku. Apabila situs - situs internet yang akan diblokir tersebut menyediakan file - file lagu dengan cara mengunggah (upload) sendiri file - file lagu tersebut agar dapat diakses publik, maka hal itu dapat dianggap suatu tindakan mengumumkan dan memperbanyak karya cipta berupa lagu tanpa hak. Menurut Pasal 72 ayat 1 UU Hak Cipta, perbuatan tersebut dapat diancam pidana penjara maksimum 7 tahun dan/atau denda maksimum Rp 5.000.000.000,00. Apabila situs - situs internet yang akan diblokir tersebut hanya memuat tautan (link) dari file - file lagu yang telah diunggah oleh pihak lain diberbagai file hosting yang sepatutnya diketahui dilakukan tanpa seizing pencipta atau pemegang hak ciptanya, maka dapat dianggap telah dengan sengaja menyiarkan atau memamerkan suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran 9
hak cipta. Perbuatan tersebut diancam dengan pidana penjara maksimum 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 menurut ketentuan Pasal 72 ayat 2 UU Hak Cipta. Mengunduh lagu dari situs internet pada dasarnya juga termasuk perbuatan memperbanyak ciptaan yang memerlukan izin dari pencipta atau pemegang hak ciptanya. Namun, UU Hak Cipta memberikan pengecualian terhadap tindakan pengumumana tau perbanyakan suatu ciptaan untuk tujuan tertentu, sehingga sepanjang disebutkan atau dicantumkan sumbernya hal itu tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta, yaitu antara lain: 1. Penggunaan karya cipta pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta; 2. Pengambilan karya cipta pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan: (i) ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan; atau (ii) pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta; 3. Perbanyakan suatu karya cipta bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam huruf braille guna keperluan para tuna netra, kecuali jika perbanyakan itu bersifat komersial; 4. Perbanyakan suatu karya cipta selain program komputer, secara terbatas dengan cara atau alat apa pun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang non-komersial semata-mata untuk keperluan aktivitasnya; atau 5. Dengan itikad baik memperoleh suatu karya cipta semata-mata untuk keperluan sendiri dan tidak digunakan untuk suatu kegiatan komersil dan/atau kepentingan yang berkaitan dengan kegiatan komersil. Oleh karena itu, mengunduh lagu dari situs internet tidak dapat dianggap pelanggaran hak cipta jika dilakukan dengan cara dan tujuan sebagaimana dijelaskan di atas.
10
2.3. Cara Mengatasi Pembajakan Software Jika kita memiliki keterbatasan dana untuk mendapatkan software proprietary (Legal), maka kita dapat menggunakan software open source yang tersedia secara gratis. Para vendor pembuat software proprietary (tertutup) seharusnya dapat menentukan harga yang mudah dijangkau oleh negara berkembang seperti Indonesia. Jika tidak, software proprietary yang legal dapat memberikan lisensi penggunaan untuk lebih dari 1 komputer. Hal ini pasti dapat meningkatkan penjualan software proprietary tersebut, khususnya untuk segmen pendidikan, kesehatan dan sosial. Menurut pasal 15 UU no 19 tahun 2002 poin g dikatakan bahwa : Pembuatan salinan cadangan suatu program komputer oleh pemilik program komputer (bukan pemegang hak cipta) yang dilakukan semata - mata untuk digunakan sendiri tidaklah dianggap sebagai pelanggaran hak cipta. Dari pasal tersebut, UU memberikan hak kepada pembeli software asli untuk melakukan back up sofwere asli dengan tujuan untuk cadangan, asal tidak untuk dikomersilkan kembali. Maka, jika undang - undang memberikan keleluasaan ini, maka sudah saatnya vendor - vendor pembuat software proprietary memberikan penjualan lisensi untuk penggunaan lebih dari 1 komputer dengan harga yang terjangkau.
2.4. Jenis-jenis pembajakan software 1. Hardisk Loading Jenis pembajakan software yang tergolong pada Hardisk Loading adalah pembajakan software yang biasanya dilakukan oleh para penjual komputer yang tidak memiliki lisensi untuk komputer yang dijualnya, tetapi software - software tersebut dipasang (install) pada komputer yang dibeli oleh pelangganya sebagai bonus. Hal ini banyak terjadi pada perangkat komputer yang dijual secara terpisah dengan software (terutama untuk system operasinya). Pada umumnya ini dilakukan oleh para penjual komputer rakitan atau komputer jangkrik (Clone Computer).
2. Under Licensing Jenis pembajakan software yang tergolong pada Under Licensing adalah pembajakan software yang biasanya dilakukan oleh perusahaan yang mendaftarkan lisensi untuk sejumlah 11
tertentu, tetapi pada kenyataanya software tersebut dipasang (install) untuk jumlah yang berbeda dengan lisensi yang dimilikinya (bisanya dipasang lebih banyak dari jumlah lisensi yang dimiliki perusahaan tersebut. Misalnya, suatu perusahaan perminyakan dengan nama PT. Perusahaan Perminyakan membeli lisensi produk AutoCAD dari perusahaan Autodesk. Perusahan tersebut membeli lisensi produk AutoCAD untuk 25 unit komputer diperusahaannya yang mempergunakan software AutoCAD sebagai aplikasi yang digunakan untuk menangani kebutuhan pekerjaan pada bidang perminyakan. Pada kenyataanya, PT. Perusahaan Perminyakan tersebut memiliki lebih dari 25 unit komputer yang menggunakan software AutoCAD, misalnya ada 40 unit komputer. PT. Perusahaan Perminyakan tersebut telah melakukan pelanggaran Hak Cipta (Pembajakan software) dengan kategori Under Licensing untuk 15 unit computer yang dugunakan, yaitu dengan menggunakan software AutoCAD tanpa lisensi yang asli dari AutoDesk.
3. Conterfeiting Jenis pembajakan software yang tergolong pada Conterfeiting adalah pembajakan software yang biasanya dilakukan oleh perusahaan pembuat software - software bajakan dengan cara memalsukan kemasan produk (Packaging) yang dibuat sedemikian rupa mirip sekali dengan produk aslinya. Seperti CD Installer, Manual Book, Dus (Packaging), dll.
4. Mischanneling Jenis pembajakan software yang tergolong pada Mischanneling adalah pembajakan software yang biasanya dilakukan oleh suatu institusi yang menjualnya produknya ke institusi lain dengan harga yang relatif lebih murah, dengan harapan institusi tersebut mendapatkan keuntungan lebih (revenue) dari hasil penjuala software tersebut. Sebagai contoh misalnya Kampus BSI, bekerjasama dengan pihak Microsoft Indonesia untuk membeli lisensi produk Microsoft (Misalnya : Microsoft Windows Server 2003 = 10 Lisensi, Microsoft Windows XP Profesional = 100 Lisensi dan Minrosoft Office 2003 Enterprise Editions = 100 Lisensi). Karena Kampus Bina Sarana Informatika merupakan salah satu instrukusi pendidikan (kampus), maka pihak kampus Bina Sarana Informatika mendapatkan harga khusus dari Microsoft Indonesia untuk pembelian lisensi (Academic License) atau bisa disebut Microsoft Volume License (MVL). Katakanlah untuk pembelian lisensi produk Microsoft Windows XP Profesional, kampus 12
Bina Sarana Informatika hanya membayar sebesar $2 /Lisensi. Kemudian untuk mendapatkan untung, melalui koperasi mahasiswa atau koperasi karyawannya pihak kampus BSI menjual ke suatu perusahan software Windows XP Profesional berikut dengan lisensinya ke perusahan lain. Sebut saja perusahaan itu adalah PT. Perusahan Lain. Pihak Kampus BSI menjual software tersebut dengan harga $5 /Lisensi. Padahal secara resmi kalau pihak PT. Perusahan Lain untuk membeli satu lisensi produk software Microsoft Windows XP Profesional harus membayar $8 /Lisensi.
5. End user copying Jenis pembajakan software yang tergolong pada End user copying adalah pembajakan software yang biasanya dilakukan oleh seseorang atau institusi yang memiliki 1(satu) buah lisensi suatu produk software, tetapi software tersebut dipasang (install) pada sejumlah komputer.
6. Internet Jenis pembajakan software banyak dilakukan dengan menggunakan media internet untuk menjual atau menyebarluaskan produk yang tidak resmi (bajakan), seperti : software, lagu (musik), film (video), buku, dll dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (bisnis).
7. End user piracy. Adalah proses menggandakan perangkat lunak yang dilakukan oleh individu yang tidak memiliki lisensi untuk menggandakannya. Contohnya jika kita memiliki perangkat lunak dengan lisensi penggunaan hanya untuk satu Komputer, maka inilah yang disebut dengan end user copying. Walaupun kita telah membeli perangkat lunak asli, namun jika lisensi perangkat lunak tersebut hanya disyaratkan bagi satu Komputer, dan kita mengcopy perangkat tersebut menjadi beberapa banyak. Maka hal tersebut dapat dikategorikan sebagai pembajakan dan melanggar hukum.
8. Harddisk loading Hal ini terjadi ketika sebuah komputer yang telah terjual kepada pengguna yang telah instal perangkat lunak secara tidak sah (tanpa lisensi) terlebih dahulu. Karena tanpa lisensi, 13
maka pengguna tidak mendapatkan media pendukung (CD), buku manual atau dokumen lain yang berhubungan dengan perangkat lunak yang diinstal tersebut. Kejadian har-disk loading ini sering dijumpai dalam penjualan paket Komputer pada beberapa tahun silam, di mana hampir setiap pengguna selalu meminta instalasi system operasi Windows saat membeli personal computer (PC).
9. Mischanneling software Pembelian perangkat lunak dalam jumlah yang besar akan memberikan harga khusus kepada pembelinya. Seperti contohnya: Sebuah institusi yang membutuhkan sejumlah perangkat lunak untuk laboratorium komputer, dan istitusi tersebut membeli sejumlah perangkat komputer dalam jumlah yang cukup besar. Maka pihak produsen akan memberikan harga khusus. Namun, jika perangkat lunak (yang di beli dengan harga khusus tersebut) di jual ke pihak lain. Maka hal ini yang di maksud dengan Mischanneling Software
10. Softlifting Jika suatu perangkat yang memiliki lisensi untuk di gunakan maksimal sebanyak 5 komputer. Namun, kita melakukan pembajakan agar software tersebut dapat di gunakan oleh lebih dari batas yang di berikan (5 komputer).
11. Pemalsuan Penggandaan perangkat lunak dalam skala besar, baik media atau pun kemasannya di gandakan secara tidak sah dan di jual untuk memperoleh keuntungan pribadi.
12. Downloading Ilegal Suatu proses mendownload program komputer yang berasal dari internet. Memang terdapat Hak Cipta yang melindungi ekspresi fisik dari suatu ide misal tulisan, musik, siaran, software dan lain-lain tumbuh ketika proses penyalinan dapat dibatasi. Akan tetapi untuk saat ini sulit untuk mencegah dilakukan penyalinan tersebut sehingga usaha untuk menerapkan monopoli pada usaha kreatif menjadi tidak beralasan.
14
2.5. Alasan Pembajakan Software Ada beberapa alasan para pengguna melakukan piracy software, antara lain: 1. Lebih murah ketimbang membeli lisensi asli. 2. Format digital sehingga memudahkan untuk disalin ke media lain. 3. Manusia cendrung mencoba hal baru. 4. Undang - undang Hak Cipta belum dilaksanakan secara tegas. 5. Kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk menghargai ciptaan orang lain.
2.6. Pembajakan Software di Indonesia (Studi Kasus) A. RUMUSAN KASUS Pembajakan Software di Indonesia.
B. URAIAN KASUS Apa? Pembajakan Software, yang dimaksud dengan pembajakan disini adalah kegiatan pemakaian, penggunaan dan pemanfaatan software yang didapatkan tidak dari perusahaan yang telah membuatnya namun didapatkan dengan cara yang tidak diizinkan seperti, mendownloadnya di web yang menyediakan software bajakan, mendapatkannya dari teman, membeli software bajakan di tempat yang tidak berlisensi. Software sendiri merupakan perangkat lunak yang terdapat di komputer, baik itu software sistem operasi seperti windows xp, vista, dll maupun sistem aplikasi seperti Microsoft office, photoshop, dll.
Mengapa? Alasan orang masih melakukan pembajakkan software karena harga software yang masih terbilang cukup mahal bagi pengguna komputer di Indonesia. Namun harus diakui kalau penyebabnya adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk menghargai kekayaan intelektual orang lain. Saat ini software mahal bukan lagi alasan karena sudah adanya software open source yaitu software yang mengizinkan penggunanya untuk memakai software tersebut secara gratis. Harus diingat kalau perilaku pembajakkan software ini telah merugikan Negara 15
karena seandainya masyarakat menggunakan software yang asli maka Negara akan mendapatkan dana bea masuk yang cukup besar dari produsen software yang memasarkan produknya di Indonesia. Pembajakan software ini juga mencoreng nama Indonesia, BSA (Business Software Alliance) menempatkan Indonesia di peringkat 12 sebagai Negara pelaku pembajakan software tertinggi di Dunia di bawah Armenia (peringkat 1), Bangladesh (2), Azerbaijan (3) dan Vietnam (11). Pembajakkan software juga telah membuat industi software lokal menjadi lesu bahkan mereka lebih memilih menjual software buatannya ke luar negeri.
Kapan? Pembajakkan software dapat terjadi kapan saja seiring perkembangan teknologi yang tak ada hentinya. Pembajakkan software lebih sering terjadi saat software original tersebut telah dirilis oleh perusahaan pembuatnya. Dalam beberapa waktu terjadi dimana software bajakan sudah beredar di masyarakat walaupun software yang originalnya belum dipasarkan oleh perusahaan pembuatnya.
Bagaimana? Dapat dikatakan orang yang telah menginstall komputernya dengan software yang ia dapatkan bukan dari perusahaan pembuatnya, menggunakan software bajakan untuk kepentingan komersial atau orang yang menduplikasikan software tanpa izin dari Perusahaan pemegang lisensi software tersebut maka ia adalah pembajak software.
Di mana? Dalam kasus ini pembajakan software yang disoroti adalah di Indonesia yang menurut BSA (Business Software Alliance) berada di peringkat 12 sebagai negara pembajak software tertinggi di Dunia.
Siapa? Berdasarkan BSA (Business Software Alliance) pembajakan software di Indonesia dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar yang masih menganggap bila anggaran 16
belanja software dinilai memberatkan perusahaan padahal bisa saja perusahaan itu melakukan kemitraan kerja bersama perusahaan pembuat software. Warnet dan pengguna komputer pribadi menempati peringkat kedua pembajak software di Indonesia setelah perusahaan-perusahaan besar. Disusul oleh toko penjual software tak berlisensi sebagai peringkat tiga pembajak software.
C. IDENTIFIKASI FAKTOR DAN INDIKATOR 1. Identifikasi Faktor (penyebab): a. Masih mahalnya harga software untuk standar masyarakat Indonesia b. Kurangnya kesadaran untuk menghargai kekayaan intelektual orang lain c. Sangat mudah untuk mendapatkan software bajakan. d. Kurangnya penegakkan hukum dan sanksi tegas bagi pengguna software bajakan. 2. Identifikasi Indikator: a. Masih mahalnya harga software untuk standar masyarakat Indonesia b. Hal ini memang disadari dan dapat dimaklumi karena memang tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia masih banyak yang berada pada tingkatan dibawah standar. Harga software dinilai masih cukup mahal bagi masyarakat Indonesia. Terlebih lagi software yang ada biasanya dijual dalam mata uang US$ yang mana mata uang Rupiah sangat jatuh harganya karena US$ terus saja naik kurs nya terhadap Rupiah. Nilai mata uang Rupiah ini alasan yang masuk akal, bila dibandingkan dengan Jepang, Singapura, Korea Selatan atau Taiwan yang mata uangnya hampir sebanding dengan US Dollar memang ditemukan sangat kecil kasus pembajakan software di Negara tersebut. Harga sebuah software bahkan terkadang lebih mahal dari pada harga satu set perangkat komputer. Hal ini sebenarnya sah saja mengingat software merupakan hasil intelektual pembuatnya. Namun yang masyarakat pikirkan hanya bagaimana cara untuk mendapatkan komputer dan software dengan harga semurah mungkin tanpa mempertimbangkan hal lainnya. c. Kurangnya kesadaran untuk menghargai kekayaan intelektual orang lain d. Masih minimnya apresiasi masyarakat atas sebuah hasil karya orang 17
lain lebih disebabkan kurang sadarnya masyarakat bahwa sebuah karya seperti software tersebut dibutuhkan waktu yang lama dan pasti kesulitan yang luar biasa untuk membuatnya. e. Kurangnya apresiasi dikarenakan pendidikan masyararkat yang tergolong masih rendah sehingga tidak mengerti betapa pentingnya arti sebuah intelektualitas dan kreativitas dalam berkarya. f. Kurangnya kesadaran untuk membeli software asli seperti ini lebih diperparah lagi dengan harga software yang masih tergolong mahal tadi. Masyarakat tidak sadar kalau software yang mereka gunakan itu telah memudahkan pekerjaannya sehingga layak untuk dihargai dengan cara membeli software yang asli. g. Sangat mudah untuk mendapatkan software bajakan. Inilah salah satu hal penunjang masyarakat untuk memakai software bajakan. Di saat harga software sangat mahal. Ternyata untuk mendapatkan software bajakan teramat sangat mudah. Cukup dengan browsing di internet maka kita bisa mendownload software bajakan. h. Banyak situs di internet yang menyediakan software gratis dan yang harus dilakukan oleh pengguna komputer hanyalah mendownloadnya untuk mendapatkan software yang dinginkan. Baik situs luar negeri maupun situs lokal banyak menyediakan software bajakan yang gratis dengan membawa nama sebagai situs file sharing maka didalam situs tersebut dapat ditemukan berbagai file dan salah satunya software bajakan tersebut. i. Software bajakan juga banyak ditemui dimall atau pasar yang dikemas dalam bentuk vcd ataupun dvd yang dihargai paling mahal sebesarnya Rp. 25.000 harganya sangat jauh lebih murah dibandingkan dengan software asli. Bahkan software bajakan juga bisa didapatkan di tempat rental vcd/dvd yang saat ini jumlahnya cukup banyak. j. Dalam hal pergaulan dengan teman pun kadang software bajakan bisa didapatkan. Tinggal mengcopy software dari teman dan menginstallnya di komputer kita. Meminta copy software dari teman sama seperti meminjam buku dari teman. Begitu banyak celah untuk mendapatkan software bajakan. k. Kurangnya penegakkan hukum dan sanksi tegas bagi pengguna software bajakan. l. Sampai saat ini Indonesia masih belum punya peraturan yang baku dalam mengatasi masalah di bidang Teknologi Informasi khususnya tentang pembajakan software. 18
Aparat penegakkan hukum yang mengatasi masalah hukum dibidang IT pun adalah kepolisian yang notabenenya dinilai kurang layak untuk penegakkan hukum di bidang IT karena untuk mampu menegakkan hukum di bidang IT polisi harus mengerti tentang peraturan dan etika dunia IT agar tidak terjadi salah tangkap. m. Tidak jelasnya peraturan hukum bidang IT di Indonesia menjadi salah satu alasan pembajakan software marak terjadi. Lain halnya dengan Amerika Serikat misalnya, di sana ada aparat penegak hukum sendiri untuk mengatasi masalah hukum di bidang IT. Untuk hal ini memang harus diakui kalau Indonesia masih tertinggal. Para pengguna software bajakan merasa aman saja memakai barang illegal tersebut Karena memang tidak ada aparat yang menegurnya, terlebih lagi tidak ada peraturan hukum yang pasti untuk menangani kasus pembajakan software di Indonesia.
D. ANALISA KASUS Kasus pembajakan software menjadi sering diperbincangkan oleh kalangan IT tanah air karena menurut survey yang dilakukan oleh BSA (Business Software Alliance) menempatkan Indonesia di peringkat 12 sebagai Negara pelaku pembajakan software tertinggi di Dunia di bawah Armenia (peringkat 1), Bangladesh (2), Azerbaijan (3) dan Vietnam (11). Memang ditemukan beberapa faktor yang menunjang hingga akhirnya didapatkan kenyataan bahwa pembajakkan software sangat tinggi terjadi di Indonesia. Di tengah kemajuan teknologi yang pesat memang dibutuhkan sebuah kebijaksanaan bagi pengguna teknologi agar tindakannya tidak pernah merugikan orang lain maupun diri sendiri. Alasan yang paling sering ditemukan adalah masih tergolong mahalnya harga software bagi masyarakat Indonesia. Sebuah kenyataan yang memang tak bisa disanggah apalagi kurs US$ yang biasanya dipakai dalam transaksi software memang sangat tinggi bila dikonversi ke mata uang Rupiah. Dalam perhitungan kasar bahkan bisa dikatakan kalau harga sebuah software lebih mahal dibandingkan dengan harga satu set perangkat komputer. Harga sebuah software misalkan harga software sistem operasi windows xp service pack 3 yang dibanderol seharga US$ 144 atau windows vista ultimate seharga US$ 211, itu baru software sistem operasi sedangkan untuk software aplikasi seperti Microsoft office 2007 dijual dengan harga US$339 bandingkan dengan harga satu set komputer rakitan yang sudah terdiri dari CPU, monitor, keyboard, mouse, speaker yang sudah bisa kita 19
dapatkan seharga US$ 199. Harga software yang sangat tinggi bahkan melebihi harga komputer memicu keengganan masyarakat untuk membeli software asli. Masyarakat tidak menyadari kalau software yang mereka gunakan telah memudahkan pekerjaan mereka, maka sebenarnya software tersebut layak untuk dibeli secara legal. Yang terjadi di masyarakat adalah msih minimnya apresiasi terhadap kekayaan intelektual. Software yang dipakai merupakan hasil kreativitas dan kerja keras pengembang software yang layak untuk dibayar dengan jumlah yang besar karena sepadan dengan tingkat kesulitannya dan telah memberikan kemudahan bagi kita untuk menyelesaikan pekerjaan dengan menggunakan software tersebut. Kurangnya kesadaran untuk membeli software yang asli juga karena tingkat pendidikan masyarakat yang masih minim. Masyarakat cenderung untuk mencari yang murah saja toh yang murah juga bisa dipakai mengapa harus membeli yang mahal. Dalam membeli komputer baik hardware maupun software lebih memilih yang paling murah tanpa memperhatikan kualitas maupun penghargaan kepada orang yang telah membuat software komputer. Lebih memprihatinkan lagi pada kenyataannya untuk mendapatkan software bajakan ternyata sangat mudah. Banyak website-website file sharing diinternet yang menyediakan berbagai macam software bajakan yang untuk mendapatkannya kita cukup dengan cara mendownloadnya saja. Paham liberalisme yang dianut para pemilik website file sharing begitu terlihat. Mereka tak peduli bila mereka menyediakan software bajakan, yang penting adalah websitenya banyak pengunjungnya dengan begitu akan banyak pemasang iklan yang berminat untuk memasang iklan di website tersebut. Software bajakan juga dapat dijumpai di mal atau pasar dalam bentuk vcd/dvd dengan harga paling mahal Rp. 25.000. Begitu mudahnya mendapatkan software bajakan. Di saat software original harganya sangat mahal masyarakat pasti tergoda dengan software bajakan karena dengan fungsi yang sama dengan software asli namun dapat di miliki dengan harga lebih murah bahkan gratis. Kurangnya apresiasi masyarakat terhadap kekayaan intelektual, di saat harga software asli masih tergolong sangat mahal dan mudahnya untuk mendapatkan software bajakan diperparah lagi dengan minimnya penegakkan hukum dan tidak ada sanksi tegas bagi para pelaku pembajakan software. 20
Harus diakui Indonesia masih tertinggal dalam hal penanganan masalah di bidang Teknologi Informasi atau dengan kata lain Indonesia kurang tanggap atas sesuatu hal yang baru terjadi. Walaupun tergolong baru tetapi perkembangan teknologi tak terhentikan dan terus melesat maju. Untuk penanganan kasus di bidang IT tidak ada aparat khusus di Indonesia yang dibentuk untuk menanganinya. Kepolisian diberikan wewenang oleh pemerintah untuk mengatasi masalah IT. Namun sayangnya penunjukkan tersebut tidak diiringi dengan pembekalan pengetahuan tentang IT kepada polisi dalam menjelaskan tugasnya, maka yang terjadi saat ini sering terjadi kebingungan polisi bila ada yang melaporkan kasus tentang masalah di bidang Teknologi Informasi. Negara maju seperti Amerika Serikat memiliki aparat khusus untuk menangani masalah di bidang teknologi informasi. Mereka memiliki undang-undang yang jelas untuk mengaturnya tidak seperti di Indonesia. Hasilnya pembajakan software memiliki presentase sangat kecil di AS yang memang notabenemya merupakan Negara maju produsen teknologi. Tidak adanya aparat yang menangani masalah ini membuat kegiatan pembajakan software terus berjalan. Pemerintah memegang peranan yang cukup penting dalam menangani masalah pembajakan software. Harus ditemukan solusi yang efektif untuk menyelesaikan masalah ini terlebih lagi nama Negara telah tercoreng karena kegiatan pembajakan software ini.
E. SOLUSI Banyak solusi yang dapat dilakukan seandainya masyarakat memiliki pemahaman dan kebijaksanaan yang lebih baik dalam menggunakan maupun memanfaatkan teknologi. Penggunaan komputer saat ini dilakukan dalam berbagai bidang dan berbagai lapisan masyarakat. Konsumsi pada teknologi dapat memberikan manfaat yang baik seandainya dilakukan dengan benar sesuai peraturan dan etika yang disepakati bersama. Perlu adanya kesadaran masyarakat bahwa software telah memudahkan kita untuk menyelesaikan pekerjaan. Karena itu keberadaan software harus dihargai dengan cara membeli software yang asli berlisensi dari perusahaan pembuatnya. Harus diingat juga bahwa software adalah hasil karya intelektualitas dan kreativitas pengembang software jadi secara etika kita harus menghormati layaknya diri kita sendiri yang selalu ingin dihargai. 21
Untuk mengatasi harga software yang relatif tinggi, saat ini sudah banyak software yang bersifat open source, yang memperbolehkan kita untuk menggunakannya dan menggandakannya selama tidak digunakan untuk komersial lainnya maka software open source ini gratis untuk digunakan oleh pemilik komputer. Software open source yang banyak digunakan adalah linux dengan turunannya yang terkenal adalah ubuntu. Saat ini sudah banyak perusahaan besar mulai beralih menggunakan software open source di komputer kantornya. Software open source ini sengaja dibuat hampir menyerupai software komersial agar mudah digunakan dan tidak diperlukan adaptasi yang sulit bahkan software open source dinilai lebih aman karena jarang ditemukan virus yang bisa merusak komputer dan data di dalamnya. Saat ini software open source bisa didapatkan dengan cara mendownloadnya diinternet atau bisa saling berbagi dengan teman yang memakai software open source. Penggunaan software open source telah menjadikan munculnya sebuah komunitas. Dikomunitas pecinta open source ini ada diskusi dan sharing pengetahuan mengenai perkembangan software open source. Dari sebuah software open source kita bisa mendapat teman baru karena mengikuti komunitas open source. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengapresiasi kekayaan intelektual, BSA (Business Software Alliance) menyarankan untuk dilakukan dengan cara pendidikan. Masyarakat harus diajarkan untuk tahu dan mau menghargai software. Metode ini telah dilakukan di Singapura dan hasilnya tingkat pembajakan software di sana sangat sedikit dan hamper tidak ada. Pemerintah harus memberikan penyuluhan dan pengetahuan mengenai pentingnya penghargaan kepada suatu kekayaan intelektual. Pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan cara pendidikan atau memberikan pelajaran etika terhadap teknologi informasi di sekolah. Pemerintah juga bisa memasang iklan yang mengajak masyarakat untuk menghindari kegiatan pembajakan software. Dalam melakukan kampanye ini pemerintah dapat bekerja sama dengan perusahaan produsen software. Maraknya penjualan software bajakan di tempat publik seperti mal atau pasar dapat diatasi sejalan dengan ditingkatkannya penegakkan hukum dan pemberian sanksi yang berat bagi pelaku pembajakan software. Pemerintah harus memiliki keinginan yang kuat untuk mengatasi kasus pembajakan software ini. 22
Saat ini pemerintah telah mengesahkan undang-undang nomor 19 tahun 2002 yang mengatur tentang perlindungan perorangan/instansi mengenai hak cipta dan kekayaan intelektual. Dalam Pasal 72 Ayat (3) disebutkan, barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program komputer dipidana dengan pidana penjara maksimal 5 tahun dan/atau denda maksimal Rp. 500.000.000,00. Dengan disahkannya peraturan ini maka pemerintah telah memberikan perlindungan kepada pemegang lisensi hak cipta untuk terhindar dari dilakukan pembajakan atas hasil karyanya dalam hal ini software. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kegiatan pembajakan software di Indonesia dan untuk meningkatkan produksi software dalam negeri. Sebaiknya aparat penegak hukum dalam hal ini kepolisian, harus melakukan pemeriksaan terhadap para penjual software bajakan seperti di mal atau pasar. Tindakan ini harus lebih sering dilakukan lagi agar para penjual tersebut jera. Sanksi yang tegas harus diberikan kepada penjual software bajakan karena telah merugikan banyak pihak. Saat ini pemeriksaan terhadap software sudah banyak dilakukan misalnya di bandara, mal dan tempat umum lainnya. Sebaiknya seiring dengan pemeriksaan yang sudah berjalan, pihak kepolisian juga harus terus menambah pengetahuan tentang teknologi dan memahami peraturan undang-undang hak cipta. Sehingga polisi bisa dengan tepat menangkap pelaku software bajakan, bukan yang terjadi adalah salah tangkap. Untuk menghindari softwarenya dibajak, para perusahaan produsen software telah memiliki terobosan baru. Para pemilik software original diberikan fasilitas khusus seperti bisa mengupdate softwarenya dengan versi terbaru secara gratis atau dengan memberikan fitur tambahan bagi komputer dengan software original. Masyarakat pengguna komputer juga harus sadar kalau memakai software bajakan maka kemungkinan komputernya untuk terkena virus akan lebih besar. Software bajakan yang ada di internet mungkin patut dicurigai, karena mungkin saja si pembajak software tersebut telah menyisipkan virus di software bajakan yang kita download di internet. Penggunaan software bajakan yang lebih beresiko terkena virus akan lebih berbahaya lagi jika komputer yang kita gunakan adalah komputer yang menyimpan data-data penting, data perusahaan misalnya. Dari sebuah software bajakan bisa saja lalu kita kehilangan data-data penting yang sangat berbahaya bila diketahui oleh orang lain. 23
Software original jelas lebih aman, karena kita langsung mendapatkannya dari produsen software. Software original pun diyakini lebih baik kualitasnya karena bisa terus diupdate sehingga kemampuannya terus berkembang seiring kemajuan yang berhasil dilakukan oleh pengembang software tersebut. Kebiasaan masyarakat untuk memakai software bajakan harus segera dihentikan, karena telah merugikan banyak pihak. Pembajakan software ini telah membuat industry software lokal lesu dan bahkan lebih memilih menjual softwarenya ke luar negeri. Negara juga dirugikan dari kegiatan software ini. Pemerintah sebaiknya memberikan contoh yang baik kepada masyarakat dengan cara mulai menggunakan software original di kalangan kantor pemerintahan. Untuk meningkatkan industri software tanah air, pemerintah harus lebih mendahulukan untuk membeli software buatan dalam negeri sehingga produsen software lokal bisa terus berkembang. Para perusahaan pengembang software dituntut untuk lebih kreatif lagi dalam memasarkan produk mereka. Sehingga yang terjadi nanti adalah adanya kepuasan konsumen karena mereka mendapatkan fasilitas yang sepadan dengan uang yang harus dikeluarkan untuk membeli software. Maka yang terjadi adalah saling menguntungkan antara konsumen dan produsen software original. Harus dipahami dalam undang-undang hak cipta dalam pasal 15 disebutkan beberapa kriteria pengecualian dari sanksi pembajakan software, yaitu: 1. Penggunaan ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta. 2. Pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan pembelaan di dalam atau di luar pengadilan; 3. Pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan : a. Ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan atau b. Pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta. 4. Perbanyakan suatu ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam huruf braille guna keperluan para tunanetra, kecuali jika perbanyakan itu bersifat komersial; 5. Perbanyakan suatu ciptaan selain program komputer, secara terbatas dengan cara atau alat apa pun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan 24
atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang nonkomersial semata-mata untuk keperluan aktivitasnya. 6. Perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis atas karya arsitektur, seperti ciptaan bangunan. 7. Pembuatan salinan cadangan suatu program komputer oleh pemilik program komputer yang dilakukan semata - mata untuk digunakan sendiri. Dari pasal tersebut bisa disimpulkan kalau penggunaan software bajakan masih diizinkan selama untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk tujuan komersial. Pengetahuan akan peraturan ini sangat penting agar tidak terjadi salah tangkap pihak kepolisian terhadap pengguna komputer. Pengguna komputer bisa saja ditangkap bila ia terbukti menggunakan software bajakan untuk hal-hal yang tidak diizinkan seperti yang dituliskan pada peraturan diatas.
F. RELEVANSI KASUS DENGAN TEMA Pengertian dari masalah sosial adalah masalah - masalah yang timbul sebagai akibat negatif dari perubahan nilai/sistem nilai yang dianut masyarakat. Masalah sosial juga merupakan segala sesuatu yang menyangkut kepentingan orang banyak/umum, yang perkembangannya di masyarakat cenderung menimbulkan kekacauan bagi kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Dalam studi kasus kali ini diambil tema masalah sosial pada bidang Ilmu Komputer/Teknologi Informasi. Masalah yang dirumuskan adalah masalah pembajakan software. Dalam masalah ini banyak pihak yang terlibat di dalamnya. Mulai dari konsumen, penjual software bajakan, produsen software original dan pemerintah. Kasus ini dirasa sesuai dengan tema karena merupakan salah satu bentuk kegiatan negatif yang terjadi pada era teknologi saat ini. Terlebih lagi begitu banyaknya pihak yang ikut terlibat akibat masalah pembajakan software di Indonesia. Kasus pembajakan software di Indonesia dirasakan sangat cocok dengan tema yang diberikan yaitu masalah sosial di bidang Ilmu Komputer/Teknologi Informasi. Dalam kasus ini ada pihak yang dirugikan seperti perusahaan produsen software dan Negara. Ada juga pihak penjual software bajakan yang menjadi salah satu indikator maraknya kegiatan pembajakan software di Indonesia. Di sini masyarakat dipandang sebagai konsumen yang harus memperbaiki cara memanfaatkan teknologi agar tidak merugikan orang lain terlebih lagi diri sendiri. Beberapa faktor dan indikator yang muncul dari masalah ini telah dianalisa 25
untuk dicari solusi apa yang dinilai paling cocok untuk memperbaiki masalah sosial ini. Solusi- solusi yang ditawarkan akan efektif bila masyarakat mulai sadar dan mau untuk mengubah kebiasaan buruknya memakai software bajakan. Masyarakat dituntut untuk bijaksana dalam menggunakan teknologi, karena kesalahan cara dalam menggunakan teknologi akan membuat timbulnya masalah sosial. Masalah sosial yang tidak segera diatasi akan memberikan dampak negatif yang pada akhirnya masyarakat pula yang akan merasakan dampak negatif dari masalah sosial yang dibuatnya.
26
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan Adanya cyber crime telah menjadi ancaman stabilitas, sehingga pemerintah sulit mengimbangi teknik kejahatan yang dilakukan dengan teknologi komputer, khususnya jaringan internet. Indonesia termasuk sepuluh besar dunia dalam hal maraknya cybercrime. Namun, penanganan perundang-undangan untuk masalah cybercrime yang diberikan oleh pemerintah Indonesia belum maksimal. Selain itu, tingkat kesadaran masyarakat pengguna internet untuk tidak menyalahgunakan penggunaan hak cipta di Indonesia juga masih sangat rendah.
3.2. Saran Mengingat perkembangan teknologi yang terus berkembang dengan kebutuhan untuk keamanan cyber ditambah mahalnya riset untuk pengembangan teknologi, maka pemerintah Indonesia dapat bekerja sama dengan negara lain atau pihak swasta untuk meningkatkan proteksi cyber di Indonesia. Pemerintah juga harus mengkaji ulang proses dalam pembentukan Undang- undang dan peraturan khususnya mengenai cybercrime agar fleksibel karena menyangkut perubahan teknologi yang sangat cepat berubah sehingga dapat segera mengurangi kerugian dan menyelamatkan negara atau individu. Perlunya ketegasan pemerintah dalam pemberian sanksi terhadap para pembajak perangkat lunak di Indonesia.