Anda di halaman 1dari 33

PELANGGARAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

Makalah
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah Etika Profesi
Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Program Diploma III
Disusun Oleh :
1. Ade Ridwan 12128797
2. Andre Aprilangga 12128681
3. Fadhila Sandy 12128677
4. Gustriani Maulida Utami 12127534
5. Kholid Arief 12129082
6. Muhammad Aziz Zaelani 12129032
7. Saputri Nur Radiyanti 12128017
Jurusan Manajemen Informatika
Akademi Manajemen Informatika dan Komputer BSI Bekasi
Bekasi
2014
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan ridho-Nya sehingga penyusun mampu dalam menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Etika Profesi.
Makalah ini membahas tentang pelanggaran hak kekayaan intelektual.
Penyusun mengucapkan terima kasih, terutama kepada Bpk. Manfaluthi sebagai
dosen pembimbing etika profesi, kepada orang tua dan keluarga serta semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan mohon
maaf atas kekurangan yang masih terdapat didalamnya, karena penyusun menyadari adanya
keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Maka dengan senang hati penyusun akan menerima
kritik dan saran pembaca guna perbaikan dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Bekasi, 5Mei 2014
Penyusun
Manajemen Informatika BSI
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ...................................................................................................................... i
Kata Pengantar ...................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Cyber Crime .................................................................................. 3
2.2 Macam Macam Cyber Crime ................................................................... 5
2.3 Pengertian Hak Kekayaan Intelektual ......................................................... 8
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Contoh Kasus Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual Di Indonesia ......... 10
3.2 Contoh Kasus Pelanggaran Download Ilegal Dalam Negeri ...................... 11
3.3 Contoh Kasus Pelanggaran Download Ilegal Luar Negeri ......................... 12
3.4 Contoh 20 Situs Download Lagu Yang Dilaporkan Oleh Para Elemen ..... 13
3.5 Penjelasan Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) . 15
3.6 Hukum Mengenai Download Ilegal di Dalam Negeri dan Luar Negeri ..... 24
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 27
4.2 Saran ........................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 29
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecanggihan bidang teknologi informasi dan teknologi komunikasi yang
ada dimanfaatkan oleh manusia guna kepraktisan dalam kehidupan dengan tidak
lepas juga dari berbagai proses inovasi teknologi. Seperti hadirnya
Interconnection-Networking (Internet) yang merupakan suatu teknologi terpenting
yang sangat banyak digunakan seluruh penduduk dunia karena semua
memerlukan segala sesuatu yang serba cepat, dan efisien.
Pencapaian teknologi internet yang pesat dan maju seperti ini
mempermudah untuk megakses, memperoleh, dan mentransmisikan informasi
apapun yang dibutuhkan kapan saja dan dimana saja oleh siapa saja. Sehingga atas
kemunculan internet tersebut melahirkan konsep-konsep baru baik dalam bidang
ekonomi, politik, hukum dan lebuh khusus yaitu mengenai kekayaan intelektual.
Adanya kekayaan intelektual merupakan suatu keistimewaan, karena
hadirnya karya intelektual yang lahir dari kemampuan manusia, perlu untuk
dilindungi agar mendapat pengakuan, dihargai, dan dihormati atas hak-hak
manusia dalam hak kekayaan intelektualnya, karena dari kekayaan intelektual
tersebut mendorong terjadinya kompetisi dalam keberadaannya dikehidupan
masyarakat.
Didalam Undang-Undang Dasar Negara Repubilk Indonesia Tahun
1945 berkaitan dengan hak milik (intelektual), terdapat dalam Pasal 28 H ayat (4),
2
yaitu Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun. Ini
menunjukkan bahwa pentingnya memahami perlindungan atas Hak Kekayaan
Intelektual (HKI).
Berbagi bentuk pelanggaran atas hak cipta sebenarnya sudah berlangsung
lama dan pada pada sampai saat sekarang ini pun juga masih berlangsung dengan
skala yang sangat besar. Melalui teknologi informasi karya - karya intelektual
berupa program computer dan objek - objek hak cipta yang ada di media internet
dengan sangat mudah dilanggar,dimodifikasi dan digandakan.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Cyber Crime
Cybercrime sering diidentikkan sebagai computer crime. The U.S.
Department of Justice memberikan pengertian computer crime sebagai:"...any
illegal act requiring knowledge of computer technology for its perpetration,
investigation, or prosecution". Pengertian lainnya diberikan oleh Organization of
European Community Development, yaitu: "any illegal, unethical or unauthorized
behavior relating to the automatic processing and/or the transmission of data".
Andi Hamzah dalam bukunya Aspek-aspek Pidana di Bidang Komputer (1989)
mengartikan: "kejahatan di bidang komputer secara umum dapat diartikan
sebagai penggunaan komputer secara ilegal".
Dari beberapa pengertian di atas, computer crime dirumuskan sebagai
perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan memakai komputer sebagai
sarana/alat atau komputer sebagai objek, baik untuk memperoleh keuntungan
ataupun tidak, dengan merugikan pihak lain. Secara ringkas computer crime
didefinisikan sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan
menggunakan teknologi komputer yang canggih (Wisnubroto, 1999).
"an electronic, magnetic, optical, electrochemical, or other high speed data
processing device performing logical, arithmetic, or storage functions, and
includes any data storage facility or communications facility directly related to or
operating in conjunction with such device, but such term does not include an
4
automated typewriter or type-setter, a portable hand-held calculator, or other
similar device" (http://www.cybercrimes.net/).
Namun begitu, tetap saja pada prakteknya pemahaman publik akan pengertian
computer adalah perangkat komputer konvensional (PC, Notebook, Laptop) yang
biasa terlihat.
Berdasarkan beberapa literatur serta prakteknya, cybercrime memiliki karakter
yang khas dibandingkan kejahatan konvensional, yaitu antara lain:
1. Perbuatan yang dilakukan secara ilegal, tanpa hak atau tidak etis tersebut
terjadi di ruang/wilayah maya (cyberspace), sehingga tidak dapat
dipastikan yurisdiksi hukum negara mana yang berlaku terhadapnya;
2. Perbuatan tersebut dilakukan dengan menggunakan peralatan apapun yang
bisa terhubung dengan jaringan telekomunikasi dan/atau internet;
3. Perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian materil maupun immateril
(waktu, nilai, jasa, uang, barang, harga diri, martabat, kerahasiaan
informasi) yang cenderung lebih besar dibandingkan kejahatan
konvensional;
4. Pelakunya adalah orang yang menguasai penggunaan internet beserta
aplikasinya; dan
5. Perbuatan tersebut seringkali dilakukan secara transnasional/melintasi
batas negara.
5
2.2 Macam- Macam Cyber Crime
Kejahatan yang berhubungan erat dengan penggunaan teknologi yang berbasis
utama komputer dan jaringan telekomunikasi ini dalam beberapa literatur dan
prakteknya dikelompokan dalam beberapa bentuk, antara lain:
1. Unauthorized Access to Computer System and Service
Kejahatan yang dilakukan dengan memasuki/menyusup ke dalam suatu
sistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin atau tanpa
sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan komputer yang dimasukinya.
Biasanya pelaku kejahatan (cracker) melakukannya dengan maksud
sabotase ataupun pencurian informasi penting dan rahasia. Namun begitu,
ada juga yang melakukan hanya karena merasa tertantang untuk mencoba
keahliannya menembus suatu sistem yang memiliki tingkat proteksi tinggi.
Kejahatan ini semakin marak dengan berkembangnya teknologi
internet/intranet.
Kita tentu tidak lupa ketika masalah Timor Timur sedang hangat-
hangatnya dibicarakan di tingkat internasional, beberapa website milik
pemerintah RI dirusak oleh cracker (Kompas, 11/08/1999). Beberapa
waktu lalu, cracker juga telah berhasil menembus masuk ke dalam
database berisi data para pengguna jasa America Online (AOL), sebuah
perusahaan Amerika Serikat yang bergerak dibidang e-commerce, yang
memiliki tingkat kerahasiaan tinggi (Indonesian Observer, 26/06/2000).
Situs Federal Bureau of Investigation (FBI) juga tidak luput dari serangan
para hacker, yang mengakibatkan tidak berfungsinya situs ini dalam
beberapa waktu lamanya (http://www.fbi.org).
6
2. IllegalContents
Merupakan kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke internet
tentang sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap
melanggar hukum atau mengganggu ketertiban umum. Sebagai contohnya
adalah pemuatan suatu berita bohong atau fitnah yang akan
menghancurkan martabat atau harga diri pihak lain, hal-hal yang
berhubungan dengan pornografi atau pemuatan suatu informasi yang
merupakan rahasia negara, agitasi dan propaganda untuk melawan
pemerintahan yang sah, dan sebagainya.
3. DataForgery
Merupakan kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen-dokumen
penting yang tersimpan sebagai scriptless document melalui internet.
Kejahatan ini biasanya ditujukan pada dokumen-dokumen e-commerce
dengan membuat seolah-olah terjadi "salah ketik" yang pada akhirnya
akan menguntungkan pelaku.
4. Cyber Espionage
Merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk
melakukan
5. Cyber SPY
Kegiatan mata-mata terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan
komputer (computer network system) pihak sasaran. Kejahatan ini biasanya
ditujukan terhadap saingan bisnis yang dokumen ataupun data-data pentingnya
tersimpan dalam suatu sistem yang computerized.
7
6. Cyber Sabotage and Extortion
Kejahatan ini dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau
penghancuran terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan
komputer yang terhubung dengan internet. Biasanya kejahatan ini
dilakukan dengan menyusupkan suatu logic bomb, virus komputer ataupun
suatu program tertentu, sehingga data, program komputer atau sistem
jaringan komputer tidak dapat digunakan, tidak berjalan sebagaimana
mestinya, atau berjalan sebagaimana yang dikehendaki oleh pelaku. Dalam
beberapa kasus setelah hal tersebut terjadi, maka pelaku kejahatan tersebut
menawarkan diri kepada korban untuk memperbaiki data, program
komputer atau sistem jaringan komputer yang telah disabotase tersebut,
tentunya dengan bayaran tertentu. Kejahatan ini sering disebut sebagai
cyber-terrorism.
7. Offense against Intellectual Property
Kejahatan ini ditujukan terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual yang
dimiliki pihak lain di internet. Sebagai contoh adalah peniruan tampilan
pada web page suatu situs milik orang lain secara ilegal, penyiaran suatu
informasi di internet yang ternyata merupakan rahasia dagang orang lain,
dan sebagainya.
8. Infringementsof Privacy
Kejahatan ini ditujukan terhadap informasi seseorang yang merupakan hal
yang sangat pribadi dan rahasia. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap
keterangan pribadi seseorang yang tersimpan pada formulir data pribadi
yang tersimpan secara computerized, yang apabila diketahui oleh orang
8
lain maka dapat merugikan korban secara materil maupun immateril,
seperti nomor kartu kredit, nomor PIN ATM, cacat atau penyakit
tersembunyi dan sebagainya.
2.3 Pengertian Hak Kekayaan Intelektual
Hak cipta adalah hak eksekutif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-
undang yang berlaku (Pasal 1 Ayat 1) sedangkan Hak Kekayaan Industri meliputi:
Paten
Merek
Desain Industri
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
Rahasia Dagang
Varietas Tanaman
Berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten .
Paten adalah hak eksekutif yang diberikan oleh Negara kepada Invetor atas
hasil Invensinya di bidang teknologi,yang untuk selama waktu tertentu
Melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan persetujuan kepada
pihak lain untuk melaksanakannya (Pasal 1 Ayat 1)
Merek adalah tanda yang berupa gambar,nama,kata,huruf-huruf,angka-
angka,susunan warna , atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki
9
daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang tau jasa (Pasal
1 Ayat 1) .
Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk,konfigurasi, atau
komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya
yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan
dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai
untuk menghasilkan suatu produk, barang, komomoditas industry, atau kerajinan
tangan. (Pasal 1 ayat 1)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu:
Sirkuit terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi,
yang didalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari
elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling
berkaitan serta dibentuk secara terpadu didalam sebuah bahan semi konduktor
yang dimaksudkan untukmenghasilkan fungsi elektronik (Pasal 1 ayat 1).
Desain Tata Letak adalah kreasi berupa rancangan peletakkan tiga dimensi
dari berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah
elemen aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu Sirkuit Terpadu
dan peletakkan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan
Sirkuit Terpadu. (Pasal 1 ayat 2)
Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang:
Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum
dibidang teknologi dan /atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna
dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.
10
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Contoh Kasus Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual Di Indonesia
Salah satu kasus pelanggaran HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) dalam
konteks hak cipta adalah illegal download atau unduh illegal. Dalam perspektif
hukum ini, ada dua unsur hak utama yang terkandung dalam hak cipta yaitu hak
moral dan hak ekonomi. Hak moral berisi pengakuan dan penghormatan terhadap
pihak penciptan yang sifatnya nontransferrable (tidak dapat dialihkan)
Sementara hak ekonomi, merupakan hak atas aspek ekonomis yang timbul akibat
lahirnya ciptaan ini, dengan adanya durasi waktu eksploitasi. Sebagaimana
disebutkan dalam Undang-Undang No. 19/2012 tentang Hak Cipta Pasal 1,
menyangkut aspek hak ekonomi dan hak pencipta ada hak eksklusif bagi pencipta
atau penerima hak, untuk mengumumkan, memperbanyak ciptaanya, atau
memberi izin untuk itu. Ciptaan yang dimaksud disini menyangkut hasil ilmu
pengetahuan, seni, sastra, termasuk musik, penelitian ilmiah,buku,fotografi,film,
Lukisan,program,computer,tarian,dan karya cipta lainnya. Berikut contoh kasus
Illegal download di Indonesia.
11
3.2 Contoh Kasus Pelanggaran Download Ilegal Dalam Negeri
12
3.3 Contoh Kasus Pelanggaran Download Ilegal Luar Negeri
13
3.4 Contoh 20 Situs Download Lagu Yang Dilaporkan Oleh Para Elemen
Seperti diketahui bahwa internet adalah tempat bertemunya beragam
informasi. Banyak diantara informasi tersebut yang kemudian dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan bangsa. Kualitas hidup masyarakat
dan bangsa tidak akan terwujud jika kita tidak mendorong penggunaan internet
14
secara positif secara sehat dan aman, karena hal tersebut dapat mendorong
perubahan bisnis/kegiatan dengan ekosistem yang konstruktif dan produktif
sehingga dunia cyber dapat memberi nilai tambah terhadap dunia nyata.
Dalam situs ini terdapat beberapa contoh situs yang melanggar UU ITE
situs download yang dilaporkan oleh para elemen pelaku industri, dimana
kemeninfo (kementerian informasi) setuju untuk menutup situs yang menyimpan
file lagu illegal. Antara Lain adalah :
1. www.gudanglagu.com
2. www.gudanglagu.net
3. www.mp3sgratis.net
4. www.mp3lagu.com
5. www.warungmp3.com
6. www.pandumusica.info
7. www.musik-corner.com
8. www.mp3bos.com
9. www.mp34shared.com
10. www.musik-flazher.com
11. www.index-of-mp3.com
12. www.misshacker.com
13. www.trendmusik.com
14. www.abmp3.com
15
15. www.katalogmp3.info
16. www.mp3bear.com
17. www.mp3downloadlagu.com
18. www.freedownloadmp3.org
19. www.dewamp3.com
20. www.plasamusic.com
3.5 Penjelasan Undang - Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)
Pemanfaatan Teknologi Informasi, media, dan komunikasi telah
mengubah, baik perilaku masyarakat maupun peradaban manusia secara global.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah pula menyebabkan
hubungan dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan menyebabkan perubahan
sosial, ekonomi, dan budaya secara signifikan berlangsung demikian cepat.
Teknologi Informasi saat ini menjadi pedang bermata dua karena selain
memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban
manusia, sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum.
Saat ini telah lahir suatu rezim hukum baru yang dikenal dengan hukum
siber atau hukum telematika. Hukum siber atau cyber law, secara internasional
digunakan untuk istilah hukum yang terkait dengan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi. Demikian pula, hukum telematika yang merupakan
perwujudan dari konvergensi hukum telekomunikasi, hukum media, dan hukum
informatika. Istilah lain yang juga digunakan adalah hukum teknologi informasi
(law of information technology), hukum dunia maya (virtual world law), dan
16
hukum mayantara. Istilah-istilah tersebut lahir mengingat kegiatan yang dilakukan
melalui jaringan sistem komputer dan sistem komunikasi baik dalam lingkup lokal
maupun global (Internet) dengan memanfaatkan teknologi informasi berbasis
sistem komputer yang merupakan sistem elektronik yang dapat dilihat secara
virtual. Permasalahan hukum yang seringkali dihadapi adalah ketika terkait
dengan penyampaian informasi, komunikasi, dan/atau transaksi secara elektronik,
khususnya dalam hal pembuktian dan hal yang terkait dengan perbuatan hukum
yang dilaksanakan melalui sistem elektronik.
Yang dimaksud dengan sistem elektronik adalah sistem komputer dalam
arti luas, yang tidak hanya mencakup perangkat keras dan perangkat lunak
komputer, tetapi juga mencakup jaringan telekomunikasi dan/atau sistem
komunikasi elektronik. Perangkat lunak atau program komputer adalah
sekumpulan instruksi yang diwujudkan dalam bentuk bahasa, kode, skema,
ataupun bentuk lain, yang apabila digabungkan dengan media yang dapat dibaca
dengan komputer akan mampu membuat komputer bekerja untuk melakukan
fungsi khusus atau untuk mencapai hasil yang khusus, termasuk persiapan dalam
merancang instruksi tersebut.
Sistem elektronik juga digunakan untuk menjelaskan keberadaan sistem
informasi yang merupakan penerapan teknologi informasi yang berbasis jaringan
telekomunikasi dan media elektronik, yang berfungsi merancang, memproses,
menganalisis, menampilkan, dan mengirimkan atau menyebarkan informasi
elektronik. Sistem informasi secara teknis dan manajemen sebenarnya adalah
perwujudan penerapan produk teknologi informasi ke dalam suatu bentuk
organisasi dan manajemen sesuai dengan karakteristik kebutuhan pada organisasi
17
tersebut dan sesuai dengan tujuan peruntukannya. Pada sisi yang lain, sistem
informasi secara teknis dan fungsional adalah keterpaduan sistem antara manusia
dan mesin yang mencakup komponen perangkat keras, perangkat lunak, prosedur,
sumber daya manusia, dan substansi informasi yang dalam pemanfaatannya
mencakup fungsi input, process, output, storage, dan communication.
Sehubungan dengan itu, dunia hukum sebenarnya sudah sejak lama
memperluas penafsiran asas dan normanya ketika menghadapi persoalan
kebendaan yang tidak berwujud, misalnya dalam kasus pencurian listrik sebagai
perbuatan pidana. Dalam kenyataan kegiatan siber tidak lagi sederhana karena
kegiatannya tidak lagi dibatasi oleh teritori suatu negara, yang mudah diakses
kapan pun dan dari mana pun. Kerugian dapat terjadi baik pada pelaku transaksi
maupun pada orang lain yang tidak pernah melakukan transaksi, misalnya
pencurian dana kartu kredit melalui pembelanjaan di Internet. Di samping itu,
pembuktian merupakan faktor yang sangat penting, mengingat informasi
elektronik bukan saja belum terakomodasi dalam sistem hukum acara Indonesia
secara komprehensif, melainkan juga ternyata sangat rentan untuk diubah,
disadap, dipalsukan, dan dikirim ke berbagai penjuru dunia dalam waktu hitungan
detik. Dengan demikian, dampak yang diakibatkannya pun bisa demikian
kompleks dan rumit.
Permasalahan yang lebih luas terjadi pada bidang keperdataan karena
transaksi elektronik untuk kegiatan perdagangan melalui sistem elektronik
(electronic commerce) telah menjadi bagian dari perniagaan nasional dan
internasional. Kenyataan ini menunjukkan bahwa konvergensi di bidang teknologi
informasi, media, dan informatika (telematika) berkembang terus tanpa dapat
18
dibendung, seiring dengan ditemukannya perkembangan baru di bidang teknologi
informasi, media, dan komunikasi.
Kegiatan melalui media sistem elektronik, yang disebut juga ruang siber
(cyber space), meskipun bersifat virtual dapat dikategorikan sebagai tindakan atau
perbuatan hukum yang nyata. Secara yuridis kegiatan pada ruang siber tidak dapat
didekati dengan ukuran dan kualifikasi hukum konvensional saja sebab jika cara
ini yang ditempuh akan terlalu banyak kesulitan dan hal yang lolos dari
pemberlakuan hukum. Kegiatan dalam ruang siber adalah kegiatan virtual yang
berdampak sangat nyata meskipun alat buktinya bersifat elektronik.
Dengan demikian, subjek pelakunya harus dikualifikasikan pula sebagai
Orang yang telah melakukan perbuatan hukum secara nyata. Dalam kegiatan e-
commerce antara lain dikenal adanya dokumen elektronik yang kedudukannya
disetarakan dengan dokumen yang dibuat di atas kertas.
Berkaitan dengan hal itu, perlu diperhatikan sisi keamanan dan kepastian
hukum dalam pemanfaatan teknologi informasi, media, dan komunikasi agar
dapat berkembang secara optimal. Oleh karena itu, terdapat tiga pendekatan untuk
menjaga keamanan di cyber space, yaitu pendekatan aspek hukum, aspek
teknologi, aspek sosial, budaya, dan etika. Untuk mengatasi gangguan keamanan
dalam penyelenggaraan sistem secara elektronik, pendekatan hukum bersifat
mutlak, karena tanpa kepastian hukum, persoalan pemanfaatan teknologi
informasi menjadi tidak optimal.
Undang-Undang ini memiliki jangkauan yurisdiksi tidak semata-mata
untuk perbuatan hukum yang berlaku di Indonesia dan/atau dilakukan oleh warga
negara Indonesia, tetapi juga berlaku untuk perbuatan hukum yang dilakukan di
19
luar wilayah hukum (yurisdiksi) Indonesia baik oleh warga negara Indonesia
maupun warga negara asing atau badan hukum Indonesia maupun badan hukum
asing yang memiliki akibat hukum di Indonesia, mengingat pemanfaatan
Teknologi Informasi untuk Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik dapat
bersifat lintas teritorial atau universal. Yang dimaksud dengan merugikan
kepentingan Indonesia adalah meliputi tetapi tidak terbatas pada merugikan
kepentingan ekonomi nasional, perlindungan data strategis, harkat dan martabat
bangsa, pertahanan dan keamanan negara, kedaulatan negara, warga negara, serta
badan hukum Indonesia.
Secara teknis perbuatan yang dilarang sebagaimana dimaksud pada UU
ITE ini dapat dilakukan, antara lain dengan : a. melakukan komunikasi,
mengirimkan, memancarkan atau sengaja berusaha mewujudkan hal-hal tersebut
kepada siapa pun yang tidak berhak untuk menerimanya; atau b. sengaja
menghalangi agar informasi dimaksud tidak dapat atau gagal diterima oleh yang
berwenang menerimanya di lingkungan pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
Sejarah pembentukan UU ITE
UU ITE mulai dirancang pada bulan maret 2003 oleh kementerian Negara
komunikasi dan informasi (kominfo),pada mulanya RUU ITE diberi nama
undang-undang informasi komunikasi dan transaksi elektronik oleh Departemen
Perhubungan, Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, serta bekerja
sama dengan Tim dari universitas yang ada di Indonesia yaitu Universitas
Padjajaran (Unpad), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Indonesia
(UI).
20
Pada tanggal 5 september 2005 secara resmi presiden Susilo Bangbang
Yudhoyono menyampaikan RUU ITE kepada DPR melalui surat
No.R/70/Pres/9/2005. Dan menunjuk Dr.Sofyan A Djalil (Menteri Komunikasi
dan Informatika) dan Mohammad Andi Mattalata (Menteri Hukum dan Hak Azasi
Manusia) sebagai wakil pemerintah dalam pembahasan bersama dengan DPR RI.
Dalam rangka pembahasan RUU ITE Departerment Komunikasi dan
Informsi membentuk. Tim Antar Departemen (TAD).Melalui Keputusan Menteri
Komunikasi dan Informatika No. 83/KEP/M.KOMINFO/10/2005 tanggal 24
Oktober 2005 yang kemudian disempurnakan dengan Keputusan Menteri No.:
10/KEP/M.Kominfo/01/2007 tanggal 23 Januari 2007. Bank Indonesia masuk
dalam Tim Antar Departemen (TAD) sebagai Pengarah (Gubernur Bank
Indonesia), Nara Sumber (Deputi Gubernur yang membidangi Sistem
Pembayaran), sekaligus merangkap sebagai anggota bersama-sama dengan
instansi/departemen terkait. Tugas Tim Antar Departemen antara lain adalah
menyiapkan bahan, referensi, dan tanggapan dalam pelaksanaan pembahasan
RUU ITE, dan mengikuti pembahasan RUU ITE di DPR RI.
Dewan Perwakilam Rakyat (DPR) merespon surat Presiden
No.R/70/Pres/9/2005. Dan membentuk Panitia Khusus (Pansus) RUU ITE yang
beranggotakan 50 orang dari 10 (sepuluh) Fraksi di DPR RI. Dalam rangka
menyusun Daftar Inventaris Masalah (DIM) atas draft RUU ITE yang
disampaikan Pemerintah tersebut, Pansus RUU ITE menyelenggarakan 13 kali
Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan berbagai pihak, antara lain
perbankan,Lembaga Sandi Negara, operator telekomunikasi,aparat penegak
hukum dan kalangan akademisi.Akhirnya pada bulan Desember 2006 Pansus DPR
21
RI menetapkan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) sebanyak 287 DIM RUU ITE
yang berasal dari 10 Fraksi yang tergabung dalam Pansus RUU ITE DPR RI.
Tanggal 24 Januari 2007 sampai dengan 6 Juni 2007 pansus DPR RI
dengan pemerintah yang diwakili oleh Dr.Sofyan A Djalil (Menteri Komunikasi
dan Informatika) dan Mohammad Andi Mattalata (Menteri Hukum dan Hak Azasi
Manusia) membahas DIM RUU ITE.Tanggal 29 Juni 2007 sampai dengan 31
Januari 2008 pembahasan RUU ITE dalam tahapan pembentukan dunia kerja
(panja).sedangkan pembahasan RUU ITE tahap Tim Perumus (Timus) dan Tim
Sinkronisasi (Timsin) yang berlangsung sejak tanggal 13 Februari 2008 sampai
dengan 13 Maret 2008.
18 Maret 2008 merupakan naskah akhir UU ITE dibawa ke tingkat II
sebagai pengambilan keputusan.25 Maret 2008, 10 Fraksi menyetujui RUU ITE
ditetapkan menjadi Undang-Undang. Selanjutnya Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono menandatangani naskah UU ITE menjadi Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dan
dimuat dalam Lembaran Negara Nomor 58 Tahun 2008.
Manfaat UU ITE
Beberapa manfaat dari UU. No 11 Tahun 2008 tentang (ITE), diantaranya:
Menjamin kepastian hukum bagi masyarakat yang melakukan transaksi
secara elektronik.
Mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia
Sebagai salah satu upaya mencegah terjadinya kejahatan berbasis
teknologi informasi
22
Melindungi masyarakat pengguna jasa dengan memanfaatkan teknologi
informasi.
Dengan adanya UU ITE ini, maka:
Transaksi dan sistem elektronik beserta perangkat pendukungnyamendapat
perlindungan hukum. Masyarakat harus memaksimalkanmanfaat potensi ekonomi
digital dan kesempatan untuk menjadipenyelenggara Sertifikasi Elektronik dan
Lembaga Sertifikasi Keandalan.
E-tourism mendapat perlindungan hukum. Masyarakat
harusmemaksimalkan potensi pariwisata Indonesia dengan mempermudahlayanan
menggunakan ICT.
Trafik internet Indonesia benar-benar dimanfaatkan untuk kemajuan
bangsa. Masyarakat harus memaksimalkan potensi akses internet indonesia
dengan konten sehat dan sesuai konteks budaya Indonesia.
Produk ekspor Indonesia dapat diterima tepat waktu sama dengan
produk negara kompetitor. Masyarakat harus memaksimalkan manfaat
potensikreatif bangsa untuk bersaing dengan bangsa lain
Alasan Pelaksaan UU ITE
Salah satu alasan pembuatan UU ITE adalah bahwa pengaruh globalisasi
dan perkembangan teknologi telekomunikasi yang sangat cepat telah
mengakibatkan perubahan yang mendasar dalam penyelenggaraan dan cara
pandang terhadap telekomunikasi. Kemunculan UU ITE membuat beberapa
perubahan yang signifikan, khususnya dalam dunia telekomunikasi, seperti:
23
Telekomunikasi merupakan salah satu infrastruktur penting dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat tidak hanya terbatas pada
lingkup telekomunikasi itu saja, maleinkan sudah berkembang pada TI.
Perkembangan teknologi telekomunikasi di tuntut untuk mengikuti norma
dan kebijaksanaan yang ada di Indonesia.
UU ITE sudah cukup komprehensif dalam mengatur informasi elektronik
dan transaksi elektronik. Hal ini dapat dilihat dari beberapa cakupan materi UU
ITE yang merupakan terobosan baru yang sudah dijelaskan sebelumnya. Beberapa
hal yang belum diatur secara spesifik diatur dalam UU ITE, akan diatur dalam
Peraturan Pemeritanh dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Dalam UU No. 11/2008 tentang ITE Pasal 40 disebutkan bahwa:
1. Pemerintah memfasilitasi pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi
Elektronik sesuai dengan Perundang-undangan.
2. Pemerintah melindungi kepentingan umum dari segala jenis gangguan
sebagai akibat penyalahgunaan Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik
yang mengganggu ketertiban umum, sesuai dengan ketentuan peraturan
Perundang-undangan.
Kenapa Harus Ada Pemblokiran?
Bahwa Pemerintah melindungi kepentingan umum dari segala jenis
gangguan sebagai akibat penyalahgunaan informasi elektronik yang
mengganggu ketertiban umum.
24
Bahwa Pemerintah melindungi industri nasional, kreatifitas anak bangsa.
Bahwa Pemerintah melindungi kepentingan Nasional.
Tujuan penanganan pemblokiran?
Memberikan acuan bagi Pemerintah dan masyarakat terhadap pemahaman
situs internet bermuatan negatif dan peran bersama dalam penanganannya;
Melindungi kepentingan umum dari konten internet yang berpotensi
memberikan dampak negatif dan atau merugikan.
3.6 Hukum Mengenai Download Ilegal di Dalam Negeri dan Luar Negeri.
A. Negara Indonesia
Ilegal Access (Akses Ilegal). Sangsi: Pidana penjara paling lama 6-8
tahun dan/atau denda antara Rp. 600.0000.000 Rp. 700.000.000 (pasal 46 UU
ITE).
Menurut Hak Cipta pasal 72 ayat 2 download ilegal ini menyalahi aturan
di yang berbunyi Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
25
B. Negara China
Why does the Chinese Government Crack
down Music Websites
The Chinese government does not crack down on illegal internet activity,
especially theft of intellectual property, for the benefit of those who are being
robbed. The Chinese government cracks down on any commercial activity,
legal or illegal, that can affect China's control over its markets and over
cultural and political content.
The problem for China is that the country and population are too vast and
the people are too savvy for all of them to be caught and punished. The only
option is to announce a crackdown, to catch those who can be caught, and then
to make an example of those people.
Global Times report in April that the cultural control issue seems to apply
in this case. 14 internet service providers failed to remove about 100 songs
that had been offenders. The government put out a notice that said:
"Some websites provided a music download service without approval, which
seriously disturbed online music market order and endangered State culture
security,"
On Wednesday, the UK Guardian reported that Lady Gaga and Katy Perry
are on the newest banned song list for violating protections against content
that is "in poor taste and vulgar". But political suppression is also a goal of the
totalitarian Chinese government. A Mongolian hip hop protest song was
26
banned in May, and last year a Tibetan singer was sent to prison for 10 months
for "subversive songs".
This is enough to make many who live outside of China sick to their
stomachs, either from the idea of such an oppressive government or from
laughter over the ways in which decisions are made by the culture cops, many
of whom do not have a clear or consistent idea of what to prohibit or allow.
The 14 cited MP3 sites are expected to kill any links to the hundred songs,
or to have the songs modified to comply with cultural requirements. Baidu,
China's top search engine, is the only firm that was specifically identified.
Some of the links had been removed, but were found to still be active,
probably because the search engines reset the links.
If the links are not deleted by September 15, punishment could result in
fines of about $$4,594. Tougher actions could include a 30,000 Yuan fine,
business suspension, or the loss of a firm's online culture business permit.
The songs included work by Bruno Mars, Christina Aguilera, Backstreet
Boys, and Japanese singer Koda Kumi. Some of the songs were found to be
vulgar, but others simply had not gone through the required content review
and government filing process.
27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pembajakan lagu di Indonesia dikarenakan banyaknya situs download
ilegal yang memungkinkan masyarakat mendownload tanpa memberikan royalti
yang layak bagi pemegang hak cipta. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan
Undang-Undang nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta. Dan didalam Undang-
Undang Dasar Negara Repubilk Indonesia Tahun 1945 berkaitan dengan hak
milik (intelektual), terdapat dalam Pasal 28 H ayat (4), yaitu Setiap orang berhak
mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih
secara sewenang-wenang oleh siapa pun. Ini menunjukkan bahwa pentingnya
memahami perlindungan atas Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
4.2 Saran
Oleh Karena Itu Kami memberikan saran:
Bagi Pemerintah Indonesia :
a. Memblokir situs download ilegal
b. Mengadakan perjanjian dengan pembuat situs download illegal
tersebut mengenai pemberian royalti kepada pemegang hak cipta
yang ciptaannya dimuat di situsnya.
c. Memberikan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat bahwa
28
download tanpa memberikan royalti kepada pemegang hak cipta
adalah menyalahi aturan.
Bagi pemegang hak cipta :
a. Menggugat siapa saja yang membajak hasil ciptaannya yang telah
memiliki hak cipta sehingga peraturan di Indonesia khususnya
mengenai hak cipta ditaati.
Bagi masyarakat:
a. Tidak mendownload lagu ataupun hasil karya orang lain di situs
download ilegal karena merugikan pemegang hak cipta dan negara.
29
DAFTAR PUSTAKA
Produk Hukum :
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002
Undang-Undang No. 11/2008 tentang ITE Pasal 40
Undang-Undang Hak Cipta pasal 72 ayat 2
Undang-Undang Pasal 28 H ayat 4
Internet :
http://inet.detik.com/read/2011/07/21/161521/1686205/398/menkominfo-didesak-
tutup-20-situs-musik-ilegal
http://beritagar.com/p/distribusikan-musik-ilegal-pendiri-mp3tunes-dituntut-us41-
juta-12728
http://berita8.com/berita/2014/01/hingga-2014-film-the-hobbit-paling-banyak-di-
unduh-ilegal
http://www.wowkeren.com/berita/tampil/00009360.html
http://www.sukatekno.com/3438/mp3-gratis-semakin-marak-situs-download-
ilegal-diancam-uu-ite.html
http://kominfo.go.id/index.php/berita_kementrian/detail/3616/Diskusi+Terbuka+P
enanganan+Situs+Internet+Bermuatan+Negatif
http://suplentonkjaya.com/kitab-kejadian/2011/juli/hack-cipta-musik-penutupan-
situs-download-lagu/
30
http://china.globaltimes.cn/society/2011-04/648476.html

Anda mungkin juga menyukai