Anda di halaman 1dari 19

MEMERANGI KEJAHATAN MAYANTARA (CYBER

CRIEM) YANG ADA DI INDONESIA

DI SUSUN SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH


ETIKA PROFESI
OLEH
Nama : Tomy Roynaldi
NPM : 15020018

FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM


STUDY SISTEM KOMPUER UNIVERSITAS
DEHASEN ( UNIVED) BENGKULU
2017

DAFTAR ISI

kata
pengantar......................................................................................................
.....1
Daftar
Isi..................................................................................................................
...2

BAB I PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang.................................................................................3

BAB II RUMUSAN MASALAH


a.pengertian cyber
cream.................................................................5
b.motivasi pelaku kejahatan cyber
cream........................................6
c.modus kejahan cyber
cream..........................................................7
d.pengertian cyber
ethic...................................................................9
e.Jenis-jenis cyber
cream..................................................................10
f.Penanggulangan kejahatan cyber
cream........................................12
g.cyber cream dan penegak
hukum..................................................14

BAB III PEMBAHASAN


BAB IV PENUTUP

a.Kesimpulan....................................................................................17

b.Saran..............................................................................................17
c.Daftar pustaka / sumber
referensi.................................................18

BAB I
PENDAHULUAN
A..Latar Belakang Masalah
Kehadiran internet dapat memudahkan manusia dalam memperoleh, mengolah, dan
menyajikan informasi sehingga manusia sangat lancar dalam menjalankan urusan-urusannya
ditingkat nasional maupun internasional. Meskipun demikian, internet dapat menimbulkan
dampak negatif yang merugikan masyarakat. Kejahatan dapat juga terjadi di dunia maya
(cybercrime). Cybercrime merupakan bentuk kejahatan yang ditujukan terhadap komputer,
jaringan komputer dan penggunanya, dan bentuk-bentuk kejahatan konvensional yang
menggunakan atau dengan bantuan peralatan komputer.
Saat ini kejahatan dunia mayantara (cybercrime) makin banyak jumlahnya, makin
canggih modus-nya, makin bervariasi karakteristik pelakunya, dan makin serius akibatnya.
Terjadinya cybercrime juga bergantung pada motivasi peakunya seperti balas dendam,
persaingan usaha, mengetahui rahasia dagang, mendapatkan uang, politik, dan lain-lain.
Cybercrime sebagai kejahatan berteknologi tinggi di Indonesia sudah terjadi sejak tahun
1983, saat itu terjadi dibidang perbankan. Dalam tahun-tahun berikutnya sampai saat ini, di
Indonesia banyak terjadi cybercrime, misalnya pembajakan program computer, crack-ing,
pengguanaan kartu kredit oleh pihak lain secara tidak sah (card-ing), pembobolan bank
(banking fraud), pornografi, termasuk kejahatan terhadap nama domain. Selain itu, kasus

kejahatan lain yang menggunakan komputer di Indonesia antara lain penyelundupan gambargambar porno melalui internet (cyber smuggling), pagejacking (mousetrapping), spam (junk
mail), intercepting, cyberquatting, typosquatting. Sedangngkan kasus kejahatan terhadap
sistem atau jaringan komputer antara lain cracking, defacing, Denial of Service Attack (DoS),
Distributed Denial of Service Attack (DDoS), penyebaran virus (worm), dan pemasangan
logic bomb. Bentuk, modus, dan latar belakang kejahatan tersebut terus berkembang seiring
dengan penemuan-penemuan baru dibidang teknologi komputer.
Untuk menanggulangi kejahatan internet (cybercrime) yang semakin meluas maka
diperlukan suatu kesadaran dari masing-masing negara akan bahaya penyalahgunaan internet.
Penanggulangan tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan upaya preventif dan represif.
Penanggulangan kejahatan juga dapat dilakukan dengan memperbaiki kondisi-kondisi di
masyarakat yang menjadi akar penyebab munculnya kejahatan.

BAB II
Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian cybercrime?
2. Apa motivasi pelaku kejahatan cybercrime?
3. Apa modus kejahatan cybercrime?
4. Apa pengertian cyber ethic?
5. Bagaimana penanggulangan atau acara memerangi cybercrime?

BAB III
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN CYBER CREAM
Cybercrime merupakan bentik-bentuk kejahatan yang timbul karena pemanfaatan
teknologi internet, beberapa pandapat mengasumsikan cybercrime dengan computer
crime. The U.S Department of Justice memberikan pengertian computer crime sebagai
any

illegal

act

requiring

knowledge

of

computer

technologi

for

its

perpetration,investigation, or prosecution. Pengertian tersebut indentik dengan yang


diberikan Organization of European Community Development, yang mendefinisikan
computer crime sebagai any illegal, unethical or unauthorized behavior relating to the
automatic processing and/or the transmission of data. Adapun Andi Hamzah (1989)
dalam tulisannya Aspek-aspek Pidana Dibidang Komputer mengartikan kejahatan
komputer sebagai Kejahatan di bidang komputer secara umum dapat diartikan sebagai
penggunaan komputer secara ilegal. Dari beberapa pengertian diatas, secara ringkas
dapat dikatakan bahwa cybercrime dapat didefinisikan sebagai perbuatan melawan hukum
yang dilakukan dengan menggunakan internet yang berbasis pada kecanggihan teknologi,
komputer dan telekomunikasi baik untuk memperoleh keuntungan ataupun tidak, dengan
merugikan pihak lain.
5

B. Seacara sederhana, setiap kejahatan yang dilakukan mengarah pada sistem komputer
maupun menggunakan komputer maupun menggunakan komputer sebagai sarana
melakukan kejahatan disebut cybercrime atau computer-related crime. Kejahatan
yang berhubungan dengan komputer merupakan keseluruhan bentuk kejahatan yang
ditujukan terhadap komputer, jaringan komputer dan para penggunanya, dan bentukbentuk kejahatan konvensional yang menggunakan atau dengan bantuan peralatan
komputer. Kejahatan tersebut dibedakan menjadi 2 kategori, yakni cybercrime dalam
pengertian sempit dan dalam pengertian luas. Cybercrime dalam pengertian sempit
yaitu kejahatan terhadap sistem komputer, sedangkan cybercrime dalam pengertian
luas mancakup kejahatan terhadap sistem atau jaringan komputer dan kejahatan yang
menggunakan sarana komputer.
C. Berdasarkan paparan di atas, dapat dipahami bahwa pengertian cybercrime adalah
setiap aktivitas seseorang, sekelompok orang, badan hukum yang menggunakan
komputer sebagai sarana melakukan kejahatan, dan komputer sebagai sasaran
kejahatan. Kejahatan tersebut adalah bentuk-bentuk kejahatan yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan, baik melawan hukum secara materiel maupun
melawan hukum secara formil.
B.MOTIVASI PELAKU KEJAHATAN CYBER CREAM
Motivasi pelaku cybercrime sangat bervariasi, tergantung pada bentuk kejahatan yang
dilakukan dan karakteristik pribadi pelaku kejahatan. Selanjutnya diuraikan sebagai berikut.
a. Banyak pelaku cybercrime termotivasi karena memperoleh imbalan berupa uang
(motivasi ekonomi). Saat ini sedang marak terjadi bahwa seorang cracker yang
melakukan cracking atau DoS Attack karena diberi upah oleh seseorang yang tidak
mampu melakukan cracking. Motivasi pihak yang membayar cracker antara lain
balas dendam (karena situs miliknya pernah diserang), persaingan usaha, untuk
mengetahui rahasia dagang, atau mencari kelemahan pihak lain.
b. Dalam kasus typosquatting, pelaku kejahatan dimotivasi oleh keinginan agar para
pengguna e-banking dalam bertransaksi lebih berhati-hati dalam memasukkan PIN
dan identitas pengguna. Kasus ini pernah terjadi pada typosquatting Bank BCA.
c. Dalam kasus-kasus atau kejahatan yang dapat mendatangkan keuntungan berupa
uang, misalnya carding, penipuan melalui bank (transfer fiktif, transfer tanpa hak),

korupsi, penyalahgunaan nama domein, pelanggaran hak cipta, dan phishing, sebagian
besar pelaku didorong oleh motif untuk mendapakan keuntungan berupa uang baik
bagi diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum.
d. Motif politik dapat juga mendorong tindakan cracking, defacing, dan DoS Attack,
misalnya pada saat antara Indonesia dengan Malaysia sedang membicarakan status
Kepulauan Ambalat tahun 2005. Motif kekecewaan sekelompok orang atau
sekelompok cracker dapat memacu cybercrime.
Selain itu, saat ini ada beberapa pelaku kasus cybercrime yang dimotivasi oleh rasa ingin
menampilkan kelucuan, misalnya dalam kasus blogger yang sering dijumpai di internet,
antara lain menyandingkan foto Presiden SBY dengan Tommy Soeharto, menampilkan fotofoto para tokoh yang direkayasa sehingga membuat pengguna internet penasaran. Namun,
kasus ini belum tentu dapat dianggap sebagai kejahatan.
Berdasarkan hasil identifikasi bebrapa kasus, motivasi utama pelaku cybercrime di
bidang perbankan di Indonesia adalah memperoleh uang. Hasil temuan ini berbeda dengan
hasil penelitian yang dikemukakan oleh Aman Nursila, bahwa faktor penyebab terjadinya
cybercrime di bidang perbankan adalah mencoba kemampuan di bidang teknologi internet
(66,7%), dan karena motif ekonomi (33,3%). Perbedaan ini dapat dipahami karena kedua
penelitian tersebut dilakukan dalam waktu, lokasi, dan kasus yang berbeda.
Berdasarkan hasil identifikasi kasus cybercrime di Mabes Polri tentang motivasi pelaku
dalam kejahatan komputer di Indonesia pada akhir 2005 dikaitkan dengan motivasi pelaku
cybercrime dengan bentuk kasus yang terjadi di Indonesia. Motivasi dan bentuk kejahatan
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Mencoba kemampuan dan ketrampilan diri sendiri dalam mengoprasikan peralatan
teknologi informasi. Hal ini terjadi pada sebagian besar bentuk cybercrime.
b. Menguji kemampuan pihak lain yang mengelola dan mengamankan situs/website,
misalnya dalam kasus hacking situs KPU oleh Danny Firmansyah (2004).
c. Bersenang-senang, misalnya pada kasus defacing dibeberapa situs.

d. Ingin dianggap sebagai pahlawan, misalnya pada beberapa kasus hacking ke situs
website Connect Ireland yang dianggap ikut memperjuangkan kemerdekaan Timor
Timur tahun (1998).
e. Memperoleh uang dengan cara tidak sah, misalnya dalam kasus Banking Fraud di
BCA cabang Purwokerto (2001) dan carding di beberapa daerah.
f. Motif politik, misalnya dalam kasus cracking yang dilakukan cracker Indonesia ke
website Connect Ireland, dan ancaman melalui internet terhadap Perdana Mentri
Australia.
g. Persaingan uasaha, misalnya dalam kasus penyalahgunaan nama domein Mustikaratu.com (2002).

C.MODUS KEJAHATAN CYBER CREAM


a. Unauthorized Access to Computer System and Service. Kejahatan yang dilakukan
dengan memasuki/menyusup ke dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak
sah, tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan komputer yang
dimasukinya. Biasanya pelaku kejahatan (hacker) melakukannya dengan maksud
sabotase ataupun pencurian informasi penting dan rahasia. Namun begitu, ada juga
yang melakukan hanya karena merasa tertantang untuk mencoba keahliannya
menembus suatu sistem yang memiliki tingkat proteksi tinggi. Kejahatan ini semakin
marak dengan berkembangnya teknologi internet/intranet.
b. Illegal Contents. Merupakan kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke
internet tentang sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap
melanggar hukum atau mengganggu ketertiban umum. Sebagai contohnya adalah
pemuatan suatu berita bohong atau fitnah yang akan menghancurkan martabat atau
harga diri pihak lain, hal-hal yang berhubungan dengan pornografi atau pemuatan
suatu informasi yang merupakan rahasia negara, agitasi dan propaganda untuk
melawan pemerintahan yang sah, dan sebagainya.
c. Data Forgery. Merupakan kejahatan dengan memalsukan data pada dokumendokumen penting yang tersimpan sebagai scriptless document melalui internet.
8

Kejahatan ini biasanya ditujukan pada dokumen-dokumen e-commerce dengan


membuat seolah-olah terjadi salah ketik yang pada akhirnya akan menguntungkan
pelaku.
d. Cyber Espionage. Merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk
melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan
komputer(computer network system) pihak sasaran. Kejahatan ini biasanya ditujukan
terhadap saingan bisnis yang dokumen ataupun data-data pentingnya tersimpan dalam
suatu sistem yang computerized.
e. Cyber Sabotage and Extortion. Kejahatan ini dilakukan dengan membuat gangguan,
perusakan atau penghancuran terhadap suatu data, program komputer atau sistem
jaringan komputer yang terhubung dengan internet. Biasanya kejahatan ini dilakukan
dengan menyusupkan suatu logic bomb, virus komputer ataupun suatu program
tertentu, sehingga data, program komputer atau sistem jaringan komputer tidak dapat
digunakan, tidak berjalan sebagaimana mestinya, atau berjalan sebagaimana yang
dikehendaki oleh pelaku. Dalam beberapa kasus setelah hal tersebut terjadi, maka
pelaku kejahatan tersebut menawarkan diri kepada korban untuk memperbaiki data,
program komputer atau sistem jaringan komputer yang telah disabotase tersebut,
tentunya

dengan

bayaran

tertentu.

Kejahatan

ini

sering

disebut

sebagai

cyberterrorism.
f. Offense against Intellectual Property. Kejahatan ini ditujukan terhadap Hak atas
Kekayaan Intelektual yang dimiliki pihak lain di internet. Sebagai contoh adalah
peniruan tampilan pada web page suatu situs milik orang lain secara ilegal, penyiaran
suatu informasi di internet yang ternyata merupakan rahasia dagang orang lain, dan
sebagainya.
g. Infringements of Privacy. Kejahatan ini ditujukan terhadap informasi seseorang yang
merupakan hal yang sangat pribadi dan rahasia. Kejahatan ini biasanya ditujukan
terhadap keterangan pribadi seseorang yang tersimpan pada formulir data pribadi yang
tersimpan secara computerized,yang apabila diketahui oleh orang lain maka dapat
merugikan korban secara materilmaupun immateril, seperti nomor kartu kredit, nomor
PIN ATM, cacat atau penyakittersembunyi dan sebagainya.

h. Cracking. Kejahatan dengan menggunakan teknologi komputer yang dilakukan untuk


merusak sistem keamaanan suatu sistem komputer dan biasanya melakukan
pencurian, tindakan anarkis begitu merekan mendapatkan akses. Biasanya kita sering
salah menafsirkan antara seorang hacker dan cracker dimana hacker sendiri identetik
dengan perbuatan negatif, padahal hacker adalah orang yang senang memprogram dan
percaya bahwa informasi adalah sesuatu hal yang sangat berharga dan ada yang
bersifat dapat dipublikasikan dan rahasia.
i. Carding. Adalah kejahatan dengan menggunakan teknologi komputer untuk
melakukan transaksi dengan menggunakan card credit orang lain sehingga dapat
merugikan orang tersebut baik materil maupun non materil.

D.PENGERTIAN CYBER ETHICD


Cyber ethics adalah suatu aturan tak tertulis yang dikenal di dunia IT. Suatu nilai-nilai yang
disepakati bersama untuk dipatuhi dalam interaksi antar pengguna teknologi khususnya
teknologi informasi. Tidak adanya batas yang jelas secara fisik serta luasnya penggunaan IT
di berbagai bidang membuat setiap orang yang menggunakan teknologi informasi diharapkan
mau mematuhi cyber ethics yang ada.

Cyber ethics memunculkan peluang baru dalam bidang pendidikan, bisnis, layanan
pemerintahan dengan adanya kehadiran internet. Sehingga memunculkan netiket/nettiquette
yaitu salah satu etika acuan dalam berkomunikasi menggunakan internet,berpedoman pada
IETF (the internet engineering task force), yang menetapkan RFC (netiquette guidelies dalam
request for comments)

E.JENIS JENIS CYBER CREAM


a.berdasarkan karateristik

10

Cyberpiracy adalah Penggunaan teknologi komputer untuk mencetak ulang software


atau informasi dan mendistribusikan informasi atau software tersebut melalui jaringan
computer.

Cybertrespass adalah Penggunaan teknologi komputer untuk meningkatkan akses


pada Sistem komputer sebuah organisasi atau individu dan Website yang di-protect
dengan password.

Cybervandalism adalah Penggunaan teknologi komputer untuk membuat program


yang Mengganggu proses transmisi informasi elektronik dan Menghancurkan data di
komputer

b.berdasarkan aktivitasnya

Ilegal konten (konten tidak sah)


Merupakan kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke internet tentang sesuatu hal
yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hukum atau mengganggu
ketertiban umum.
Data Forgery (PemalsuanData)
Merupakan kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen-dokumen penting yang
tersimpan sebagai scriptless document melalui internet. Contoh kejahatan ini pada dokumendokumen e-commerce dengan membuat seolah-olah terjadi salah ketik yang pada akhirnya
akan menguntungkan pelaku.
Cyber Spionase (Mata-mata)
Merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk melakukan kegiatan
memata-matai pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan komputer (computer network
system) sasaran. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap saingan bisnis yang dokumen
ataupun data-data pentingnya tersimpan dalam suatu sistem yang bersifat komputerisasi.
Data Theft (MencuriData)
Kegiatan memperoleh data komputer secara tidak sah, baik untuk digunakan sendiri ataupun
untuk diberikan kepada orang lain. Identity theft merupakan salah satu dari jenis kejahatan ini
yang sering diikuti dengan kejahatan penipuan (fraud). Kejahatan ini juga sering diikuti
dengan kejahatan data leakage.
Misuse of devices (Menyalahgunakan Peralatan Komputer)

11

Dengan sengaja dan tanpa hak, memproduksi, menjual, berusaha memperoleh untuk
digunakan, diimpor, diedarkan atau cara lain untuk kepentingan itu, peralatan, termasuk
program komputer, password komputer, kode akses, atau data semacam itu, sehingga seluruh
atau sebagian sistem komputer dapat diakses dengan tujuan digunakan untuk melakukan
akses tidak sah, intersepsi tidak sah, mengganggu data atau sistem komputer, atau melakukan
perbuatan-perbuatan melawan hukum lain.
Hacking dan Cracker
Istilah hacker biasanya mengacu pada seseorang yang punya minat besar untuk mempelajari
sistem komputer secara detail dan bagaimana meningkatkan kapabilitasnya. Aktivitas
cracking di internet memiliki lingkup yang sangat luas, mulai dari pembajakan account milik
orang lain, pembajakan situs web, probing, menyebarkan virus, hingga pelumpuhan target
sasaran.
DoS (DenialOfService)
Dos attack merupakan serangan yang bertujuan melumpuhkan target (hang, crash) sehingga
tidak dapat memberikan layanan.
Cyber squattingand Typosquatting
Cybersquatting merupakan sebuah kejahatan yang dilakukan dengan cara mendaftarkan
domain nama perusahaan orang lain dan kemudian berusaha menjualnya kepada perusahaan
tersebut dengan harga yang lebih mahal. Adapun typosquatting adalah kejahatan dengan
membuat domain plesetan yaitu domain yang mirip dengan nama domain orang lain.
Hijacking
Hijacking merupakan salah satu bentuk kejahatan yang melakukan pembajakan hasil karya
orang lain. Yang paling sering terjadi adalah Software Piracy (pembajakan perangkat lunak).
Cyber Terorism
Tindakan cyber crime termasuk cyber terorism jika mengancam pemerintah atau
warganegara, termasuk cracking ke situs pemerintah atau militer.
Unauthorized Access to Computer System and Service
Kejahatan yang dilakukan dengan memasuki/menyusup ke dalam suatu sistem jaringan
12

komputer secara tidak sah, tanpa izin. Biasanya pelaku kejahatan (hacker) melakukannya
dengan maksud sabotase ataupun pencurian informasi penting.
llegal Access ( Akses Tanpa Ijin ke Sistem Komputer)
Tanpa hak dan dengan sengaja mengakses secara tidak sah terhadap seluruh atau sebagian
sistem komputer, dengan maksud untuk mendapatkan data komputer atau maksud-maksud
tidak baik lainnya, atau berkaitan dengan sistem komputer yang dihubungkan dengan sistem
komputer lain. Hacking merupakan salah satu dari jenis kejahatan ini yang sangat sering
terjadi.

F.penanggulangan kejahatan cyber cream


Beberapa penanggulangan cybercrime secara umum adalah
a. Pengamanan Sistem
Tujuan yang paling nyata dari suatu sistem keamanan adalah meminimasi dan
mencegah adanya perusakan bagian dalam sistem, karena dimasuki oleh pemakai
yang tidak diinginkan. Pengamanan sitem ini harus terintegrasi pada keseluruhan
subsistem

untuk

mempersempit

atau

bahkan

menutup

adanya

celah-

celah unauthorized actions yang merugikan.


Pengamanan secara personal dapat dilakukan mulai dari tahap instalasi sistem
sampai akhirnya tahap pengamanan fisik dan pengamanan data. Pengamanan sistem
melalui jaringan dapat juga dilakukan dengan melakukan pengamanan terhadap FTP,
SMTP, Telnet. dan Pengamanan Web Server.
b.

Penanggulangan Global
OECD (The Organization for Economic Cooperation and Development) telah
merekomendasikan beberapa langkah penting yang harus dilakukan setiap negara
dalam penanggulangan Cybercrime, yaitu:

Melakukan modernisasi hukum pidana nasional dengan hukum acaranya, yang


diselaraskan dengan konvensi internasional.

Meningkatkan sistem pengamanan jaringan komputer nasional sesuai standar


internasional.

Meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur penegak hukum mengenai upaya


pencegahan, investigasi dan penuntutan perkara-perkara yang berhubungan cybercrime.

13

Meningkatkan kesadaran warga negara mengenai masalah cybercrime serta pentingnya


mencegah kejahatan tersebut terjadi.

Meningkatkan kerjasama antar negara, baik bilateral, regional maupun multilateral,


dalam upaya penanganan cybercrime, antara lain melalui perjanjian ekstradisi dan
mutual assistance treaties.
c. Perlunya Cyberlaw
Cyberlaw merupakan istilah hukum yang terkait dengan pemanfaatan TI.
Istilah lain adalah hukum TI (Law of IT), Hukum Dunia Maya (Virtual World Law)
dan hukum mayantara. Perkembangan teknologi yang sangat pesat membutuhkan
pengaturan hukum yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi tersebut. Hanya
saja, hingga saat ini banyak negara yang belum memiliki perundang-undangan
khusus di bidang teknologi informasi, baik dalam aspek pidana maupun perdata-nya.
Kekhawatiran akan kejahatan mayantara di dunia sebetulnya sudah dibahas
secara khusus dalam suatu lokakarya (Workshop On Crimes To Computer
Networks) yang diorganisir oleh UNAFEI selama kongres PBB X/2000
berlangsung. Adapun kesimpulan dari lokakarya tersebut adalah:
o CRC (computer-related crime) harus dikriminalisasikan.
o Diperlukan hukum acara yang tepat untuk melakukanb penyidikan dan
penuntutan terhadap penjahat cyber.
o Harus ada kerjasama pemerintah dan industri terhadap tujuan umum
pencegahan dan penanggulangan kejahatan komputer agar internet menjadi
tempat yang aman.
o Diperlukan kerja sama internasional untuk menelusuri para penjahat di internet.
o PBB harus mengambil langkah / tindak lanjut yang berhubungan dengan
bantuan dan kerjasama teknis dalam penganggulangan CRC.
Ruang lingkup dari cyberlaw adalah:
o hak cipta, hak merek, pencemaran nama baik (defamation), hate speech(fitnah,
penistaan dan penginaan),
o serangan terhadaap fasilitas komputer (hacking, viruses, ilegal acccess),
pengaturan sumber daya internet IP addrees, domain name),

14

o kenyaman individu (privacy), tindakan kriminal yang biasa menggunakan TI


sebagai alat,
o isu prosedural (yurisdiksi, pembuktian, penyidikan), transaksi elektronik dan
digital, pornografi,
o perlindungan konsumen, pemanfaatan internet dalam aktifitas keseharian (ecommerce, e-government, e-education, e-medics).
Contoh cyberlaw di Amerika adalah:
1. US Child Onleine Protection Act (COPA): adults verification required on porn
sites.
2. US Child Pornography Protection Act: extend law to include computer-based
child porn.
3.

US Child Internet Protection Act (CIPA): requires schools dan libraries to filter.

4.

US New Laws and Rulemaking: spam. deceptive, tactics, mousetrapping.

5.
d. Perlunya Dukungan Lembaga Khusus
Lembaga khusus yang dimaksud adalah milik pemerintah dan NGO (Non
Government Organization) diperlukan sebagai upaya penanggulangan kejahatan di
internet. Lembaga ini diperlukan untuk memberikan informasi tentang cybercrime,
melakukan sosialisasi secara intensif kepada masyarakat, serta melakukan riset-riset
khusus dalam penanggulangan cybercrime. Indonesia sendiri sudah memiliki
IDCERT (Indonesia Computer Emergency Response Team) yang diperlukan bagi
orang-orang untuk melaporkan masalah-masalah keamanan komputer.

G.cyber cream dan penegak hukum


Dengan seiringnya perkembangan jaman dan perkembangan dunia kejahatan,khususnya
perkembangan cybercrime yang semakin mengkhawatirkan, penegak hukum dituntut untuk
bekerja keras karena penegak hukum menjadi subjek utama yang berperang melawan
cybercrime. Misalnya Resolusi PBB No.5 tahun1963 tentang upaya untuk memerangi
kejahatan penyalahgunaan Teknologi Informasi pada tanggal 4 Desember 2001, memberikan
indkasi bahwasanya ada masalah internasional yang sangat serius, gawat dan harus segera
ditangani.
15

Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) masih dijadikan sebagai dasar hukum
untuk menjaring cybercrime, khususnya jenis cybercrime yang memenuhi unsure-unsur
dalam pasal-pasal KUHP. Beberapa dasar hukum dalam KUHP yang digunakan oleh aparat
penegak hukum antara lain:
1.

Pasal 167 KUHP

2.

Pasal 406 ayat (1) KUHP

3.

Pasal 282 KUHP

4.

Pasal 378 KUHP

5.

Pasal 112 KUHP

6.

Pasal 362 KUHP

7.

Pasal 372 KUHP


Sejak tahun 2008, cybercrime sudah banyak diadili berdsarkan UU tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik. Selain itu, cybercrime sekarang juga banyak diatur dalam Undangundang diluar KUHP antara lain: UU Tindak Pidana Pencucian Uang, UU Penyiaran, UU
tentang Pendanaan Tindak Pidana Terorisme, UU Transfer Dana.
Dalam konteks cybercrime di Indonesia, dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (UU-ITE) merupakan UU yang paling banyak mengatur
cybercrime. Meskipun demikian, pelaksanaannya sangat tergantung dari KUHP, karena
unsur-unsur pidana dan ketentuan pidananya mengacu pada Buku I dan Buku II KUHP.
Dalam UU-ITE tersebut diatur tentang bentuk-bentuk cybercrime di Indonesia, yaitu sebagai
berikut.
1. Cybercrime yang berkaitan dengan perbuatan mengakses Komputer dan/atau Sistem
Elektronik milik orang lain secara tidak sah, yaitu:
a. Distribusi atau penyebaran, transmisi, dapat diaksesnya isi (muatan) yang tidak
sah, yang mengandung unsur-unsur berikut:
1)

bertentangan dengan rasa kesusilaan sebagaimana diatur dalam


Pasal 27 ayat (1);

2)

perjudian sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat (2);

3)

penghinaan atau pencemaran nama baik sebagaimana diatur


dalam Pasal 27 ayat (3);

4)

pemerasan atau pengancaman sebagaimana diatur dalam Pasal


27 ayat (4);

16

5)

berita bohong yang menyesatkan dan merugikan konsumen


sebagaimana diatur dalam Pasal 28 ayat (1);

6)

menimbulkan rasa kebencian berdasarkan Suku, Agama, Ras,


dan Antar-Golongan (SARA) sebagaimana diatur dalam Pasal 28 ayat (2);

7)

informs yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti


yang ditujukan kepada pribadi sebagaimana diatur dalam Pasal 29;

b. Dengan cara apapun meng-akses secara tidak sah terhadap Sistem Elektronik
sebagaimana diatur dalam Pasal 30; dan
c. Intersepsi tidak sah terhadap informasi atau dokumen elektronik dan Sistem
Elektronik sebagaimana diatur dalam pasal 31;
2. Tindak pidana yang berkaitan dengan gangguan (interferensi) terhadap Informsi atau
Dokumen Elektronik, yaitu terdiri atas perbuatan berupa:
a. Gangguan terhadap Informasi atau Dokumen Elektronik sebagaimana diatur
dalam Pasal 32;
b. Gangguan terhadap Sistem Elektronik sebagaimana diatur dalam Pasal 33;
3. Tindk pidana yang memfasilitasi perbuatan yang dilarang oleh hukum sebagaimana
diatur dalam Pasal 34; dan
4. Tindak pidana pemalsuan informasi atau dokumen elektronik sebagaimana diatur
dalam Pasal 35.
Selain pengaturan tentang cybercrime, dalam UU tersebut juga memuat ketentuan tindak
pidana tambahan sebagaimana diatur dalam Pasal 36, bahkan dalam Pasal 52 diatur tentang
unsurperberatan ancaman pidana.
Sejak ditetapkannya UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
pada 21 April 2008, telah menimbulkan banyak korban. Berdasarkan pemantauan yang telah
aliansi lakukan paling tidak telah ada 4 orang yang dipanggil polisi dan menjadi tersangka
karena diduga melakukan tindak pidana yang diatur dalam UU ITE. Para tersangka atau
korban UU ITE tersebut merupakan pengguna internet aktif yang dituduh telah
melakukan penghinaan atau terkait dengan muatan penghinaan di internet.
Orang-orang yang dituduh berdasarkan UU ITE tersebut kemungkinan seluruhnya akan
terkena pasal 27 ayat (3) jo Pasal 45 ayat (1) UU ITE yakni dengan ancaman 6 tahun penjara
dan denda 1 miliar rupiah. UU ITE dapat digunakan untuk menghajar seluruh aktivitas di
internet tanpa terkecuali jurnalis atau bukan. Karena rumusannya yang sangat lentur

17

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.KESIMPULAN
Berdasarkan data yang telah dibahas dalam makalah ini, maka dapat saya simpulkan
bahwa cybercrime merupakan kejahatan yang timbul karena dampak negatif pemanfaatan
teknologi internet. Cybercrime ini bukan hanya kejahatan terhadap komputer tetapi juga
kejahatan terhadap sistem jaringan komputer dan pengguna. Pelaku cybercrime saat ini
melakukan kejahatan tersebut bukan hanya karna mempraktekan keahlian yang dimiliki tetapi
juga karena motif lain seperti uang, dendam, politik, iseng, dan sebagainya. Cybercrime
dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan tinggi terhadap komputer dan
jaringannya. Oleh karena itu dalam penanggulangannya dibutuhkan pengaturan hukum yang
berkaitan dengan pemanfaatan teknologi tersebut, selain itu juga diperlukan adanya
kerjasama dengan lembaga khusus untuk memberikan informasi tentang cybercrime,
melakukan sosialisasi secara intensif kepada masyarakat, serta melakukan riset-riset khusus
dalam penanggulangan cybercrime.

B.SARAN
Berdasarkan hal yang dapat di jadikan sebagai saran sehubungan dengan hasilpenelitian
terhadap cyber cream adalah sebagai berikut:
1.Undang undang tentang cyber cream perlu di buat secara khusus untuk memudahkan
penegakan hukum terhadap kejahatan tersebut.
2.kualifikasi perbuatan yang berkaitan dengan cybercream harus di buat secara jelas agar
tercipta kepastian hukum bagi masyarakat khususnya pengguna jasa internet
3.spesifikasi terhadap aparat penyidik maupun maupun penuntut umm dapat di
pertimbangkan sebagai salah satu cara untuk melaksanakan penegakan hukum terhadap
cybercream.

C.DAFTAR PUSTAKA

18

Widodo. 2013. Memerangi Cybercrime: Karakteristik, Motivasi, dan Strategi Penanganan


dalam Perspektif Kriminologi, Aswaja Pressindo, Yogyakarta.
Mansur, Dikdik M. Arief; Gultom, Elisatris. 2009. Cyber Law: Aspek Hukum Teknologi
Informasi, PT Refika Aditama, Bandung.
http://cumiyu21.blogspot.com/2012/11/makalah-cybercrime.html
http://freezcha.wordpress.com/2011/02/28/penanggulangan-cybercrime/

19

Anda mungkin juga menyukai