DAFTAR ISI
kata
pengantar......................................................................................................
.....1
Daftar
Isi..................................................................................................................
...2
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang.................................................................................3
a.Kesimpulan....................................................................................17
b.Saran..............................................................................................17
c.Daftar pustaka / sumber
referensi.................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A..Latar Belakang Masalah
Kehadiran internet dapat memudahkan manusia dalam memperoleh, mengolah, dan
menyajikan informasi sehingga manusia sangat lancar dalam menjalankan urusan-urusannya
ditingkat nasional maupun internasional. Meskipun demikian, internet dapat menimbulkan
dampak negatif yang merugikan masyarakat. Kejahatan dapat juga terjadi di dunia maya
(cybercrime). Cybercrime merupakan bentuk kejahatan yang ditujukan terhadap komputer,
jaringan komputer dan penggunanya, dan bentuk-bentuk kejahatan konvensional yang
menggunakan atau dengan bantuan peralatan komputer.
Saat ini kejahatan dunia mayantara (cybercrime) makin banyak jumlahnya, makin
canggih modus-nya, makin bervariasi karakteristik pelakunya, dan makin serius akibatnya.
Terjadinya cybercrime juga bergantung pada motivasi peakunya seperti balas dendam,
persaingan usaha, mengetahui rahasia dagang, mendapatkan uang, politik, dan lain-lain.
Cybercrime sebagai kejahatan berteknologi tinggi di Indonesia sudah terjadi sejak tahun
1983, saat itu terjadi dibidang perbankan. Dalam tahun-tahun berikutnya sampai saat ini, di
Indonesia banyak terjadi cybercrime, misalnya pembajakan program computer, crack-ing,
pengguanaan kartu kredit oleh pihak lain secara tidak sah (card-ing), pembobolan bank
(banking fraud), pornografi, termasuk kejahatan terhadap nama domain. Selain itu, kasus
kejahatan lain yang menggunakan komputer di Indonesia antara lain penyelundupan gambargambar porno melalui internet (cyber smuggling), pagejacking (mousetrapping), spam (junk
mail), intercepting, cyberquatting, typosquatting. Sedangngkan kasus kejahatan terhadap
sistem atau jaringan komputer antara lain cracking, defacing, Denial of Service Attack (DoS),
Distributed Denial of Service Attack (DDoS), penyebaran virus (worm), dan pemasangan
logic bomb. Bentuk, modus, dan latar belakang kejahatan tersebut terus berkembang seiring
dengan penemuan-penemuan baru dibidang teknologi komputer.
Untuk menanggulangi kejahatan internet (cybercrime) yang semakin meluas maka
diperlukan suatu kesadaran dari masing-masing negara akan bahaya penyalahgunaan internet.
Penanggulangan tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan upaya preventif dan represif.
Penanggulangan kejahatan juga dapat dilakukan dengan memperbaiki kondisi-kondisi di
masyarakat yang menjadi akar penyebab munculnya kejahatan.
BAB II
Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian cybercrime?
2. Apa motivasi pelaku kejahatan cybercrime?
3. Apa modus kejahatan cybercrime?
4. Apa pengertian cyber ethic?
5. Bagaimana penanggulangan atau acara memerangi cybercrime?
BAB III
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN CYBER CREAM
Cybercrime merupakan bentik-bentuk kejahatan yang timbul karena pemanfaatan
teknologi internet, beberapa pandapat mengasumsikan cybercrime dengan computer
crime. The U.S Department of Justice memberikan pengertian computer crime sebagai
any
illegal
act
requiring
knowledge
of
computer
technologi
for
its
B. Seacara sederhana, setiap kejahatan yang dilakukan mengarah pada sistem komputer
maupun menggunakan komputer maupun menggunakan komputer sebagai sarana
melakukan kejahatan disebut cybercrime atau computer-related crime. Kejahatan
yang berhubungan dengan komputer merupakan keseluruhan bentuk kejahatan yang
ditujukan terhadap komputer, jaringan komputer dan para penggunanya, dan bentukbentuk kejahatan konvensional yang menggunakan atau dengan bantuan peralatan
komputer. Kejahatan tersebut dibedakan menjadi 2 kategori, yakni cybercrime dalam
pengertian sempit dan dalam pengertian luas. Cybercrime dalam pengertian sempit
yaitu kejahatan terhadap sistem komputer, sedangkan cybercrime dalam pengertian
luas mancakup kejahatan terhadap sistem atau jaringan komputer dan kejahatan yang
menggunakan sarana komputer.
C. Berdasarkan paparan di atas, dapat dipahami bahwa pengertian cybercrime adalah
setiap aktivitas seseorang, sekelompok orang, badan hukum yang menggunakan
komputer sebagai sarana melakukan kejahatan, dan komputer sebagai sasaran
kejahatan. Kejahatan tersebut adalah bentuk-bentuk kejahatan yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan, baik melawan hukum secara materiel maupun
melawan hukum secara formil.
B.MOTIVASI PELAKU KEJAHATAN CYBER CREAM
Motivasi pelaku cybercrime sangat bervariasi, tergantung pada bentuk kejahatan yang
dilakukan dan karakteristik pribadi pelaku kejahatan. Selanjutnya diuraikan sebagai berikut.
a. Banyak pelaku cybercrime termotivasi karena memperoleh imbalan berupa uang
(motivasi ekonomi). Saat ini sedang marak terjadi bahwa seorang cracker yang
melakukan cracking atau DoS Attack karena diberi upah oleh seseorang yang tidak
mampu melakukan cracking. Motivasi pihak yang membayar cracker antara lain
balas dendam (karena situs miliknya pernah diserang), persaingan usaha, untuk
mengetahui rahasia dagang, atau mencari kelemahan pihak lain.
b. Dalam kasus typosquatting, pelaku kejahatan dimotivasi oleh keinginan agar para
pengguna e-banking dalam bertransaksi lebih berhati-hati dalam memasukkan PIN
dan identitas pengguna. Kasus ini pernah terjadi pada typosquatting Bank BCA.
c. Dalam kasus-kasus atau kejahatan yang dapat mendatangkan keuntungan berupa
uang, misalnya carding, penipuan melalui bank (transfer fiktif, transfer tanpa hak),
korupsi, penyalahgunaan nama domein, pelanggaran hak cipta, dan phishing, sebagian
besar pelaku didorong oleh motif untuk mendapakan keuntungan berupa uang baik
bagi diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum.
d. Motif politik dapat juga mendorong tindakan cracking, defacing, dan DoS Attack,
misalnya pada saat antara Indonesia dengan Malaysia sedang membicarakan status
Kepulauan Ambalat tahun 2005. Motif kekecewaan sekelompok orang atau
sekelompok cracker dapat memacu cybercrime.
Selain itu, saat ini ada beberapa pelaku kasus cybercrime yang dimotivasi oleh rasa ingin
menampilkan kelucuan, misalnya dalam kasus blogger yang sering dijumpai di internet,
antara lain menyandingkan foto Presiden SBY dengan Tommy Soeharto, menampilkan fotofoto para tokoh yang direkayasa sehingga membuat pengguna internet penasaran. Namun,
kasus ini belum tentu dapat dianggap sebagai kejahatan.
Berdasarkan hasil identifikasi bebrapa kasus, motivasi utama pelaku cybercrime di
bidang perbankan di Indonesia adalah memperoleh uang. Hasil temuan ini berbeda dengan
hasil penelitian yang dikemukakan oleh Aman Nursila, bahwa faktor penyebab terjadinya
cybercrime di bidang perbankan adalah mencoba kemampuan di bidang teknologi internet
(66,7%), dan karena motif ekonomi (33,3%). Perbedaan ini dapat dipahami karena kedua
penelitian tersebut dilakukan dalam waktu, lokasi, dan kasus yang berbeda.
Berdasarkan hasil identifikasi kasus cybercrime di Mabes Polri tentang motivasi pelaku
dalam kejahatan komputer di Indonesia pada akhir 2005 dikaitkan dengan motivasi pelaku
cybercrime dengan bentuk kasus yang terjadi di Indonesia. Motivasi dan bentuk kejahatan
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Mencoba kemampuan dan ketrampilan diri sendiri dalam mengoprasikan peralatan
teknologi informasi. Hal ini terjadi pada sebagian besar bentuk cybercrime.
b. Menguji kemampuan pihak lain yang mengelola dan mengamankan situs/website,
misalnya dalam kasus hacking situs KPU oleh Danny Firmansyah (2004).
c. Bersenang-senang, misalnya pada kasus defacing dibeberapa situs.
d. Ingin dianggap sebagai pahlawan, misalnya pada beberapa kasus hacking ke situs
website Connect Ireland yang dianggap ikut memperjuangkan kemerdekaan Timor
Timur tahun (1998).
e. Memperoleh uang dengan cara tidak sah, misalnya dalam kasus Banking Fraud di
BCA cabang Purwokerto (2001) dan carding di beberapa daerah.
f. Motif politik, misalnya dalam kasus cracking yang dilakukan cracker Indonesia ke
website Connect Ireland, dan ancaman melalui internet terhadap Perdana Mentri
Australia.
g. Persaingan uasaha, misalnya dalam kasus penyalahgunaan nama domein Mustikaratu.com (2002).
dengan
bayaran
tertentu.
Kejahatan
ini
sering
disebut
sebagai
cyberterrorism.
f. Offense against Intellectual Property. Kejahatan ini ditujukan terhadap Hak atas
Kekayaan Intelektual yang dimiliki pihak lain di internet. Sebagai contoh adalah
peniruan tampilan pada web page suatu situs milik orang lain secara ilegal, penyiaran
suatu informasi di internet yang ternyata merupakan rahasia dagang orang lain, dan
sebagainya.
g. Infringements of Privacy. Kejahatan ini ditujukan terhadap informasi seseorang yang
merupakan hal yang sangat pribadi dan rahasia. Kejahatan ini biasanya ditujukan
terhadap keterangan pribadi seseorang yang tersimpan pada formulir data pribadi yang
tersimpan secara computerized,yang apabila diketahui oleh orang lain maka dapat
merugikan korban secara materilmaupun immateril, seperti nomor kartu kredit, nomor
PIN ATM, cacat atau penyakittersembunyi dan sebagainya.
Cyber ethics memunculkan peluang baru dalam bidang pendidikan, bisnis, layanan
pemerintahan dengan adanya kehadiran internet. Sehingga memunculkan netiket/nettiquette
yaitu salah satu etika acuan dalam berkomunikasi menggunakan internet,berpedoman pada
IETF (the internet engineering task force), yang menetapkan RFC (netiquette guidelies dalam
request for comments)
10
b.berdasarkan aktivitasnya
11
Dengan sengaja dan tanpa hak, memproduksi, menjual, berusaha memperoleh untuk
digunakan, diimpor, diedarkan atau cara lain untuk kepentingan itu, peralatan, termasuk
program komputer, password komputer, kode akses, atau data semacam itu, sehingga seluruh
atau sebagian sistem komputer dapat diakses dengan tujuan digunakan untuk melakukan
akses tidak sah, intersepsi tidak sah, mengganggu data atau sistem komputer, atau melakukan
perbuatan-perbuatan melawan hukum lain.
Hacking dan Cracker
Istilah hacker biasanya mengacu pada seseorang yang punya minat besar untuk mempelajari
sistem komputer secara detail dan bagaimana meningkatkan kapabilitasnya. Aktivitas
cracking di internet memiliki lingkup yang sangat luas, mulai dari pembajakan account milik
orang lain, pembajakan situs web, probing, menyebarkan virus, hingga pelumpuhan target
sasaran.
DoS (DenialOfService)
Dos attack merupakan serangan yang bertujuan melumpuhkan target (hang, crash) sehingga
tidak dapat memberikan layanan.
Cyber squattingand Typosquatting
Cybersquatting merupakan sebuah kejahatan yang dilakukan dengan cara mendaftarkan
domain nama perusahaan orang lain dan kemudian berusaha menjualnya kepada perusahaan
tersebut dengan harga yang lebih mahal. Adapun typosquatting adalah kejahatan dengan
membuat domain plesetan yaitu domain yang mirip dengan nama domain orang lain.
Hijacking
Hijacking merupakan salah satu bentuk kejahatan yang melakukan pembajakan hasil karya
orang lain. Yang paling sering terjadi adalah Software Piracy (pembajakan perangkat lunak).
Cyber Terorism
Tindakan cyber crime termasuk cyber terorism jika mengancam pemerintah atau
warganegara, termasuk cracking ke situs pemerintah atau militer.
Unauthorized Access to Computer System and Service
Kejahatan yang dilakukan dengan memasuki/menyusup ke dalam suatu sistem jaringan
12
komputer secara tidak sah, tanpa izin. Biasanya pelaku kejahatan (hacker) melakukannya
dengan maksud sabotase ataupun pencurian informasi penting.
llegal Access ( Akses Tanpa Ijin ke Sistem Komputer)
Tanpa hak dan dengan sengaja mengakses secara tidak sah terhadap seluruh atau sebagian
sistem komputer, dengan maksud untuk mendapatkan data komputer atau maksud-maksud
tidak baik lainnya, atau berkaitan dengan sistem komputer yang dihubungkan dengan sistem
komputer lain. Hacking merupakan salah satu dari jenis kejahatan ini yang sangat sering
terjadi.
untuk
mempersempit
atau
bahkan
menutup
adanya
celah-
Penanggulangan Global
OECD (The Organization for Economic Cooperation and Development) telah
merekomendasikan beberapa langkah penting yang harus dilakukan setiap negara
dalam penanggulangan Cybercrime, yaitu:
13
14
US Child Internet Protection Act (CIPA): requires schools dan libraries to filter.
4.
5.
d. Perlunya Dukungan Lembaga Khusus
Lembaga khusus yang dimaksud adalah milik pemerintah dan NGO (Non
Government Organization) diperlukan sebagai upaya penanggulangan kejahatan di
internet. Lembaga ini diperlukan untuk memberikan informasi tentang cybercrime,
melakukan sosialisasi secara intensif kepada masyarakat, serta melakukan riset-riset
khusus dalam penanggulangan cybercrime. Indonesia sendiri sudah memiliki
IDCERT (Indonesia Computer Emergency Response Team) yang diperlukan bagi
orang-orang untuk melaporkan masalah-masalah keamanan komputer.
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) masih dijadikan sebagai dasar hukum
untuk menjaring cybercrime, khususnya jenis cybercrime yang memenuhi unsure-unsur
dalam pasal-pasal KUHP. Beberapa dasar hukum dalam KUHP yang digunakan oleh aparat
penegak hukum antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2)
3)
4)
16
5)
6)
7)
b. Dengan cara apapun meng-akses secara tidak sah terhadap Sistem Elektronik
sebagaimana diatur dalam Pasal 30; dan
c. Intersepsi tidak sah terhadap informasi atau dokumen elektronik dan Sistem
Elektronik sebagaimana diatur dalam pasal 31;
2. Tindak pidana yang berkaitan dengan gangguan (interferensi) terhadap Informsi atau
Dokumen Elektronik, yaitu terdiri atas perbuatan berupa:
a. Gangguan terhadap Informasi atau Dokumen Elektronik sebagaimana diatur
dalam Pasal 32;
b. Gangguan terhadap Sistem Elektronik sebagaimana diatur dalam Pasal 33;
3. Tindk pidana yang memfasilitasi perbuatan yang dilarang oleh hukum sebagaimana
diatur dalam Pasal 34; dan
4. Tindak pidana pemalsuan informasi atau dokumen elektronik sebagaimana diatur
dalam Pasal 35.
Selain pengaturan tentang cybercrime, dalam UU tersebut juga memuat ketentuan tindak
pidana tambahan sebagaimana diatur dalam Pasal 36, bahkan dalam Pasal 52 diatur tentang
unsurperberatan ancaman pidana.
Sejak ditetapkannya UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
pada 21 April 2008, telah menimbulkan banyak korban. Berdasarkan pemantauan yang telah
aliansi lakukan paling tidak telah ada 4 orang yang dipanggil polisi dan menjadi tersangka
karena diduga melakukan tindak pidana yang diatur dalam UU ITE. Para tersangka atau
korban UU ITE tersebut merupakan pengguna internet aktif yang dituduh telah
melakukan penghinaan atau terkait dengan muatan penghinaan di internet.
Orang-orang yang dituduh berdasarkan UU ITE tersebut kemungkinan seluruhnya akan
terkena pasal 27 ayat (3) jo Pasal 45 ayat (1) UU ITE yakni dengan ancaman 6 tahun penjara
dan denda 1 miliar rupiah. UU ITE dapat digunakan untuk menghajar seluruh aktivitas di
internet tanpa terkecuali jurnalis atau bukan. Karena rumusannya yang sangat lentur
17
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.KESIMPULAN
Berdasarkan data yang telah dibahas dalam makalah ini, maka dapat saya simpulkan
bahwa cybercrime merupakan kejahatan yang timbul karena dampak negatif pemanfaatan
teknologi internet. Cybercrime ini bukan hanya kejahatan terhadap komputer tetapi juga
kejahatan terhadap sistem jaringan komputer dan pengguna. Pelaku cybercrime saat ini
melakukan kejahatan tersebut bukan hanya karna mempraktekan keahlian yang dimiliki tetapi
juga karena motif lain seperti uang, dendam, politik, iseng, dan sebagainya. Cybercrime
dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan tinggi terhadap komputer dan
jaringannya. Oleh karena itu dalam penanggulangannya dibutuhkan pengaturan hukum yang
berkaitan dengan pemanfaatan teknologi tersebut, selain itu juga diperlukan adanya
kerjasama dengan lembaga khusus untuk memberikan informasi tentang cybercrime,
melakukan sosialisasi secara intensif kepada masyarakat, serta melakukan riset-riset khusus
dalam penanggulangan cybercrime.
B.SARAN
Berdasarkan hal yang dapat di jadikan sebagai saran sehubungan dengan hasilpenelitian
terhadap cyber cream adalah sebagai berikut:
1.Undang undang tentang cyber cream perlu di buat secara khusus untuk memudahkan
penegakan hukum terhadap kejahatan tersebut.
2.kualifikasi perbuatan yang berkaitan dengan cybercream harus di buat secara jelas agar
tercipta kepastian hukum bagi masyarakat khususnya pengguna jasa internet
3.spesifikasi terhadap aparat penyidik maupun maupun penuntut umm dapat di
pertimbangkan sebagai salah satu cara untuk melaksanakan penegakan hukum terhadap
cybercream.
C.DAFTAR PUSTAKA
18
19