Anda di halaman 1dari 10

Review Kasus

KORUPSI OLEH PENYELENGGARA NEGARA:


KASUS JAKSA URIP TRI GUNAWAN
M. Irvan Syah Putra, Saiful Bahri dan Arsianur
Fakultas Ekonomi, Magister Akuntansi, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

1. PENDAHULUAN
Korupsi sudah menjadi perihal yang sudah tidak asing lagi didengar,
dilihat, dibaca, bahkan dalam

bentuk

tertentu dianggap lazim ketika

dilakukan. Praktik penyuapan terjadi di semua level birokrasi pemerintahan,


mulai dari level terendah hingga level tertinggi. Dampak yang berasal dari
korupsi pun tidak sedikit, terutama jika dilihat dari jumlah uang yang
berputar didalamnya. Jika diakumulasikan dapat mencapai ratusan juta,
milyaran hingga nilai korupsi yang mencapai triliunan. Hal ini jelas merugikan
keuangan negara dan menghambat pembangunan yang dilakukan oleh
sejumlah orang untuk memperkaya diri sendiri dan koleganya.
Penanganan kasus korupsi saat ini ditengarai masih sulit dilakukan
karena

korupsi

juga

dilakukan

oleh

orang-orang

yang berasal dari

lembaga yang seharusnya menindaklanjuti masalah ini, yaitu lembagalembaga bagian dari Sistem Peradilan Pidana (SPP). Lembaga-lembaga
tersebut adalah Kepolisian, Kejaksaan, termasuk Badan Pengadilan di negara
ini.
Praktik korupsi didalam lembaga peradilan ini memiliki berbagai
modus operandi, seperti penyuapan yang dilakukan untuk mengurangi
hukuman, perubahan pasal dengan ancaman hukuman berat menjadi pasal
yang lebih ringan dan sebagainya. Modus operandi mafia peradilan ibarat
transaksi jual-beli. Penjual adalah

pihak yang mempunyai kewenangan,

sedangkan pembeli adalah kelompok yang membutuhkan kemenangan dalam


suatu proses hukum.
Persoalan korupsi di kalangan aparat penegak hukum sebenarnya
bukan masalah baru. Ada sejak lama tetapi sukar mengungkapkannya. Di satu
pihak, si penegak hukum menegakkan hukum, di lain pihak penegakan hukum

akan mengambil keuntungan dari kasus hukum yang ditanganinya.


Berdasarkan indeks persepsi masyarakat mengenai apakah sistem
peradilan di negaranya termasuk korup, maka Indonesia menempati urutan
ke-32 dari 62 negara. Lebih dari 50% responden masyarakat Indonesia
menganggap

bahwa

sistem

peradilan di Indonesia termasuk korup dan

tidak menunjukkan nilainilai transaparansi yang diatur pada prinsip Corporate


Governance khususnya pada sektor publik.
2. KEWAJIBAN PENYELENGGARAAN NEGARA YANG BERSIH
BEBAS DARI KKN
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi Kolusi dan
Nepotisme. Penyelenggara berdasarkan Undang-undang meliputi:

Pejabat Negara pada Lembaga tertinggi Negara;


Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara;
Menteri;
Gubernur;
Hakim;
Pejabat negara yang lain sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku, dan


Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan

peraturan

penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.


Di dalam rangka mewujudkan prinsip-prinsip Corporater Governance di
sektor publik, maka hukum diperlukan baik norma-norma hukum atau peraturan
perundang-undangan, juga aparatur pengemban dan penegak hukum yang
professional, berintegritas dan disiplin yang didukung oleh sarana dan prasarana
hukum serta perilaku hukum masyarakat. Oleh karena itu, idealnya setiap
negara hukum, termasuk Negara Indonesia harus memliki lembaga/institusi/aparat
penegak hukum yang berkualifikasi baik dan mental yang anti KKN.
Prinsip pengungkapan dan transaparansi pada CG harus dilaksanakan
secara berkala dengan melakukan pengawasan secara terhadap harta penyelengara
negara, sehingga lahirlah Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara
(LHKPN) bagi penyelenggara negara.

Kewajiban Penyelenggara Negara untuk


2

melaporkan harta kekayaan diatur dalam:

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara

Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme;


Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pindana Korupsi; dan


Keputusan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor:KEP. 07/KPK/02/2005
tentang Tata Cara Pendaftaran, Pemeriksaan dan Pengumuman Laporan

Harta Kekayaan Penyelenggara Negara;


Surat Edaran Menteri Negara BUMN No.SE-05/MBU/2013 tentang
Roadmap

BUMN Bersih dari segala tindakan penyimpangan dan/ atau

kecurangan yang mengarah atau terkait dengan KKN.


Lahirnya UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara
yang Bersih dan Bebas dari KKN merupakan amanat reformasi 1998 yang
kemudian ditetapkan dalam Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN). Maka, kewajiban menyerahkan LKHPN menjadi kunci untuk
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan perilaku

jabatan dari setiap

penyelenggara negara agar dapat menghindari tindakan yang dikategorikan sebagai


korupsi.
3. LEMBAGA KEJAKSAAN
Lembaga penegak hukum yang ada saat ini di Indonesia, terdiri dari unsur
kepolisian, kejaksaan dan pihak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai
lembaga penegak hukum yang independen. Salah satu lembaga penegak hukum
yang rentan terhadap tindak pidana korupsi adalah pihak Kejaksaan Agung.
Perannya sentral karena lembaga ini menentukan apakah suatu kasus dapat
dilanjutkan ke pengadilan atau tidak.
Menurut Jampidsus, Marwan

Effendy

(2005),

kejaksaan

sebagai

pengendali proses perkara mempunyai kedudukan dan peran sentral dalam


penegakan hukum karena hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan
apakah suatu kasus dapat diajukan ke pengadilan atau tidak berdasarkan
bukti-bukti yang sah sebagaimana ditentukan menurut hukum acara pidana
Indonesia. Sebagaimana

juga

instansi pemerintah pada umumnya, di

Kejaksaan Agung terdapat bagian pengawasan atau yang disebut juga

dengan pengawasan internal yang dipimpin oleh seorang Jamwas di lembaga


Kejaksaan Agung. Tetapi pada kenyataannya, fungsi pengawasan dalam
Kejaksaan Agung dianggap belum mampu mencegah terjadinya korupsi
di

lembaga tersebut.

Jaksa Agung Hendarman Supandji pun mengakui

lemahnya pengawasan dalam penanganan perkara di Kejaksaan Agung.


4. KASUS JAKSA URIP TRI GUNAWAN
Kasus penyuapan yang dilakukan oleh Artalyta Suryani terhadap Urip
Tri Gunawan merupakan kompensasi atas penyelidikan BLBI yang hasilnya
menyebutkan tidak ada tindak pidana korupsi dalam perkara BDNI milik
Sjamsul Nursalim. Akibat tidak ditemukan tindak pidana, Kejaksaan Agung
menghentikan penyelidikan BLBI ini.
Kasus ini merupakan salah satu contoh korupsi, karena koropsi
tidak selalu hal yang menyangkut kerugian negara secara langsung, akan tetapi
dalam UU TIPIKOR juga disebutkan penyuapan dan gratifikasi dan sebagainya
termasuk hal yang dogolongkan dalam tindak pidana korupsi. Hal ini yang tejadi
pada oknum penegakan

hukum

yaitu

Urip sebagai

jaksa yang tidak

melaksanakan tugasnya untuk menegakkan hukum yang ditujukan untuk


menyelesaikan

kasus

BLBI. Penyuapan ini juga dilakukan untuk tidak

melanjutkan penyelidikan terhadap kasus BLBI. Selain itu, hal ini juga
melibatkan pekerjaan yang sah yaitu profesi Urip sebagai jaksa yang
memiliki peran penting dalam menentukan dilanjutkannya suatu kasus atau
tidak.
Kasus Artalyta Suryani terhadap Jaksa Urip Tri Gunawan bisa
dikatakan sebagai penyuapan karena perbuatan yang dilakukan oleh Artalyta
merupakan transaksi yang bersifat timbal-balik yaitu Artalyta memberikan
uang sebesar US$ 660.000 sebagai kompensasi agar Urip menghentikan
penyelidikan

terhadap

kasus

BLBI

II,

sehingga perkara BDNI milik

Sjamsul Nursalim tidak mendapatkan hukuman pidana. Penyuapan yang


dilakukan oleh Artalyta Suryani terhadap Jaksa Urip Tri Gunawan terjadi
karena

adanya

kesempatan

untuk

melakukan

kejahatan

(criminal

opportunity). Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Artalyta Suryani dan Urip Tri
Gunawan untuk mencapai tujuannya yang saling menguntungkan kedua belah
4

pihak.
Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kemas Yahya
Rahman

membantah

kasus

dugaan

suap

yang

menjerat mantan jaksa

penyelidik kasus BLBI, Urip Tri Gunawan, melibatkan institusi

kejaksaan.

Jika terbukti bersalah, Kemas bersedia merekomendasikan pemecatan kepada


Urip. Namun jika KPK tidak bisa membuktikan dugaan suap, maka kejaksaan
siap membela Urip.
Pernyataan ini menunjukkan adanya tindakan melindungi Urip Tri
Gunawan dan citra Kejaksaan Agung itu sendiri dengan mengatakan akan
membela Urip Tri Gunawan jika tidak terbukti dan menunjukkan sikap
yang tegas untuk memecat Urip Tri Gunawan jika terbukti bersalah. Tetapi
seperti

yang

telah diketahui bahwa Kemas Yahya Rahman terbukti

mengetahui tindakan penyuapan ini melalui rekaman pembicaraannya dengan


Artalyta Suryani sehingga ia pun dicopot dari jabatannya.
Sulitnya melakukan pengawasan kepada jaksa yang sedang menangani
suatu kasus, seperti mencegah bertemunya jaksa dengan orang yang
bereperkara terhadap kasus yang ditangani oleh jaksa tersebut sehingga
membuka peluang terjadinya penyuapan maupun pemerasan merupakan salah
satu hal yang menjadikan Kejaksaan Agung sebagai lembaga hukum yang
sangat rentan terhadap korupsi.
Hal ini juga berkaitan dengan kontrol dan pengawasan yang lemah
dari atasan kepada para bawahannya, seperti didalam kasus penyuapan
Artalyta

terhadap

Jaksa Urip Tri Gunawan dimana Jampidsus Kemas

Yahya Rahman telah mengetahui adanya penyimpangan dalam penanganan


kasus BLBI II tersebut tetapi ia tidak mencegah terjadinya tindakan itu.
Para Jaksa Agung Muda hanya membuat keputusan di ruang kerjanya.
Sedangkan jaksa bawahan yang menangani pekerjaan seperti yang dilakukan
Urip pasti lebih dari satu. Artinya, masih banyak jaksa lainnya di Kejagung
seperti jaksa Urip ini.
Urip Tri Gunawan yang merupakan salah satu Jaksa terbaik dan sebagai
Ketua tim penyelidikan kasus BLBL-BDNI terbukti secara sah dan meyakinkan
menerima uang 660 ribu dolar AS dari Artalyta Suryani dan melakukan

pemerasan sebesar Rp1 miliar terhadap mantan Kepala Badan Penyehatan


Perbankan Nasional (BPPN) Glen Surya Yusuf. Majelis hakim yang diketuai oleh
Teguh Hariyanto menyatakan Terdakwa Urip Tri Gunawan terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi. Di dalam putusannya, majelis
hakim juga menjatuhkan denda Rp500 juta subsidiair satu tahun kurungan. Urip
dijerat dengan pasal 12 B dan 12 E UU nomor 31 tahun 1999 sebagaimana
diubah dengan pasal 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
Di Dalam pertimbangan hukumnya, majelis hakim berkeyakinan bahwa
Urip dengan sengaja membocorkan proses penyelidikan perkara Bantuan
Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang kemungkinan menyeret pimpinan Bank
Dagang Nasional

Indonesia (BDNI), Sjamsul

Nursalim. Urip terbukti

membocorkan proses penyelidikan kepada Artalyta Suryani, pengusaha yang


dikenal dekat dengan Sjamsul Nursalim. Jaksa Urip telah melindungi kepentingan
Sjamsul Nursalim untuk mendapatkan imbalan dengan sengaja menyarankan
kepada Artalyta tentang cara-cara yang bisa ditempuh agar Sjamsul Nursalim
tidak perlu menghadiri panggilan pemeriksaan di Kejaksaan Agung.
Majelis menyatakan Urip telah menghubungi jaksa Hendro Dewanto untuk
membantu mencarikan solusi kasus BLBI yang melibatkan Sjamsul Nursalim.
Hendro Dewanto adalah anggota tim jaksa BLBI yang berperan dalam
menganalisis hasil penyelelidikan kasus itu. Dalam pembicaraan yang terjadi pada
7 Desember 2007 itu, Urip berulang kali meminta tolong kepada Hendro, untuk
mencarikan jalan keluar kasus BLBI BDNI. Urip juga terbukti menghubungi
pegawai Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Adi untuk membantu meyakinkan
sejumlah jaksa agar perkara BLBI diselesaikan secara perdata.
Pada persidangan majelis Hakim juga membeberkan pembicaraan Urip
dengan Artalyta pada tanggal 25 Februari 2008. Kemudian, sesaat setelah
penghentian kasus BLBI pada 29 Februari 2008, Urip juga menghubungi Artalyta
untuk memberi tahu bahwa penyelidikan kasus tersebut telah dihentikan, seperti
keinginan Artalyta. Di Dalam pembicaraan itu, Artalyta menyatakan kesiapannya
untuk memberikan uang kepada Urip pada Minggu, 2 Maret 2008. Pada hari yang

ditentukan itu, Urip ditangkap karena menerima uang 660 ribu dolar AS. Majelis
berkeyakinan, pemberian itu terkait dengan penyelidikan kasus BLBI.
5. PERAN CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI FUNGSI
KONTROL TERHADAP PENYELENGGARA NEGARA
Indonesia merupakan negara hukum, hal ini telah dinyatakan dengan
tegas dalam penjelasan UUD 1945 bahwa Negara Republik Indonesia berdasar
atas hukum (rechstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka (machstaat).
Merosotnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga peradilan tersebut
tentu saja banyak disebabkan oleh perbuatan oknum hukum ataupun di luar
hukum. Oknum yang rela mengadaikan keadilan dan kebenaran dengan uang
atau kemewahan. Oknum tersebut bisa terdiri dari jaksa, pengacara, polisi bahkan
juga hakim.
Seorang yang dikategorikan sebagai jaksa terbaik sehingga dipercaya menjadi
Ketua Tim Penyelidikan Kasus BLBI-BDNI, Urip Tri Gunawan, tertangkap
tangan menerima uang yang diduga suap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), sekitar Rp 6 miliyar dari Artalyta Suryani, teman baik Sjamsul Nursalim,
pengusaha yang terkait kasus BLBI. Jaksa itu, oleh KPK, telah dijadikan
tersangka penerima suap, kendati ia membantah telah menerima uang suap
terkait perkara.
Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Penyelenggara Negara
Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme, mengatur
mengenai Hak Dan Kewajiban Penyelenggara Negara, mengatur mengenai Peran
Corporate Governance yang diimplementasikan melalui peran serta masyarakat
pada pasal 8 dan pasal 9 yang berbunyi :

Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan negara merupakan hak


dan

tanggung

jawab

masyarakat

untuk

ikutt

mewujudkan

Penyelenggara Negara yang bersih;


Hubungan antara Penyelenggara Negara dan masyarakat dilaksanakan
dengan berpegang teguh pada asas umum penyelenggaraan negara.

Pasal 9

Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diwujudkan

dalam bentuk :
o hak mencari, memperoleh dan memberikan informasi tentang
penyelenggaraan negara;
o hak untuk memperoleh pelayanan yang sama dan adil dari
Penyelenggara Negara;
o hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung

jawab terhadap kebijakan Penyelenggara Negara; dan


hak memperoleh perlindungan hukum dalam hal:
o melaksanakan haknya sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b,
dan c;
o diminta hadir dalam proses penyelidikan, penyidikan dan di sidang
pengadilan sebagai saksi pelapor, saksi; dan saksi ahli, sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan peran serta masyarakat
dalam penyelenggara negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Proses demokratisasi dapat dilaksanakan bila terciptanya supremasi

hukum yang didukung oleh pemerintahan yang baik. Pengalaman masa lalu
menunjukkan bahwa tidak adanya kepastian hukum menyebabkan rendahnya
tingkat kepercayan masyarakat pada penyelenggara pemerintahan yang dianggap
korup dan tidak peka terhadap kebutuhan rakyat yang pada akhirnya
memperlambat proses untuk keluar dari krisis yang berkepanjangan.
Tumbuhnya demokrasi, supremasi hukum, dan pemerintahan yang baik
akan mengurangi berbagai ketidakpuasan yang akan mengembalikan suasana
aman dan tertib dalam kehidupan masyarakat. Kembalinya keamanan dan
ketertiban

merupakan

prasyarat

untuk memulihkan kepercayaan, baik itu

kepercayaan pelaku ekonomi dalam negeri maupun pelaku ekonomi luar


negeri. Kepercayaan ini mutlak dibutuhkan untuk mempercepat pembangunan
nasional.
Penerapan Corporate Governance akan berjalan dengan sangat baik,
apabila hukum menjadi dasar tertinggi dalam menyelesaikan setiap permasalahan.
Penegakan hukum yang baik akan menjamin terciptanya iklim perusahaan yang
baik serta dengan memiliki kesamaan perlakukan di mata hukum juga menjadi
dasar menjalankan Corporate Governance khususnya pada sektor publik.

Pemerintah harus mampu memberikan kepastian hukum bagi setiap warga nya,
dan menjamin seluruh Penyelenggara Negara bebas terhada konflik kepentingan
dalam menjalankan fungsinya, bebas dari praktik KKN yang menghambat
pembangunan serta mengutamakan prinsip Pengungkapan dan Transparansi dalam
setiap penanganan kasus oleh penegak hukum termasuk instansi Kejaksaan Agung
Republik Indonesia.
6. KESIMPULAN
Kejahatan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Jaksa Urip Tri
Gunawan merupakan suatu tindakan yang dapat di pidana sesuai dengan undangundang yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang kemudian tindakan
penghukuman diberikan kepada pelaku sesuai dengan yang telah diatur oleh
undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi pasal 6 UU No. 20 tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Kewajiban penyelenggara negara yang bersih bebas dari korupsi, kolusi
dan nepotisme dilakukan melalui sumpah atau janji sesuai dengan agamanya dan
kesediaan untuk memberikan LHKPN sebelum, saat dan sesudah menjabat bagi
penyelenggara negara serta bersedia mengikuti Code of Conduct bagi
penyelenggara negara untuk tidak bertemu dengan seorang yang dapat terjadinya
Conflict Of Interest terhadap funsi sesuai dengan jabatannya.
Peran serta masyarakat sebagai implementasi dari Corporate Governance
terhadap prinsip pengungkapan dan transparansi untuk berperan sebagai fungsi
kontrol sosial yang efektif terhadap penyelenggaraan negara agar tidak
melakukan korupsi,

kolusi dan nepotisme

dilaksanakan

mewujudkan penyelenggara negara yang bersih dalam

dengan

ikut

hubungan antara

penyelenggara negara dengan masyarakat dengan berpegang teguh pada

asas

umum penyelenggaraan negara dalam bentuk mencari, memperoleh dan


memberikan informasi tentang penyelenggaraan negara dan memperoleh
pelayanan yang sama dan adil dari penyelenggara negara.
7. DAFTAR PUSTAKA
Ariati, Fardillah. 2010. Kerentanan Kejaksaan Agung Terhadap Korupsi Dalam
Perspektif Routine Activities Theory. Jurnal Kriminologi Indonesia.

Fatombongi, Firdaus. 2016. Kewajiban Penyelengara Negara Yang Bebas


Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme. Lex et Sociatatis.
Susilowati, Hery. 2012. Tata Kelola Lembaga Penegak Hukum Tindak Pidana
Korupsi Di Indonesia. LPPM. Universitas Katholik Parahyangan
Bandung.
Tauhid, Irhamy, Maroni dan Maya Safira. 2010. Analisis Yuridis Penanggulangan
Mafia Peradilan Dalam Peradilan Perkara Pidana. Fakultas Hukum.
Universitas Lampung.
Kitab Undang Undang Hukum Pidana

10

Anda mungkin juga menyukai