1. PENDAHULUAN
Korupsi sudah menjadi perihal yang sudah tidak asing lagi didengar,
dilihat, dibaca, bahkan dalam
bentuk
korupsi
juga
dilakukan
oleh
orang-orang
lembaga yang seharusnya menindaklanjuti masalah ini, yaitu lembagalembaga bagian dari Sistem Peradilan Pidana (SPP). Lembaga-lembaga
tersebut adalah Kepolisian, Kejaksaan, termasuk Badan Pengadilan di negara
ini.
Praktik korupsi didalam lembaga peradilan ini memiliki berbagai
modus operandi, seperti penyuapan yang dilakukan untuk mengurangi
hukuman, perubahan pasal dengan ancaman hukuman berat menjadi pasal
yang lebih ringan dan sebagainya. Modus operandi mafia peradilan ibarat
transaksi jual-beli. Penjual adalah
bahwa
sistem
peraturan
Effendy
(2005),
kejaksaan
sebagai
juga
lembaga tersebut.
hukum
yaitu
Urip sebagai
kasus
melanjutkan penyelidikan terhadap kasus BLBI. Selain itu, hal ini juga
melibatkan pekerjaan yang sah yaitu profesi Urip sebagai jaksa yang
memiliki peran penting dalam menentukan dilanjutkannya suatu kasus atau
tidak.
Kasus Artalyta Suryani terhadap Jaksa Urip Tri Gunawan bisa
dikatakan sebagai penyuapan karena perbuatan yang dilakukan oleh Artalyta
merupakan transaksi yang bersifat timbal-balik yaitu Artalyta memberikan
uang sebesar US$ 660.000 sebagai kompensasi agar Urip menghentikan
penyelidikan
terhadap
kasus
BLBI
II,
adanya
kesempatan
untuk
melakukan
kejahatan
(criminal
opportunity). Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Artalyta Suryani dan Urip Tri
Gunawan untuk mencapai tujuannya yang saling menguntungkan kedua belah
4
pihak.
Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kemas Yahya
Rahman
membantah
kasus
dugaan
suap
yang
kejaksaan.
yang
terhadap
ditentukan itu, Urip ditangkap karena menerima uang 660 ribu dolar AS. Majelis
berkeyakinan, pemberian itu terkait dengan penyelidikan kasus BLBI.
5. PERAN CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI FUNGSI
KONTROL TERHADAP PENYELENGGARA NEGARA
Indonesia merupakan negara hukum, hal ini telah dinyatakan dengan
tegas dalam penjelasan UUD 1945 bahwa Negara Republik Indonesia berdasar
atas hukum (rechstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka (machstaat).
Merosotnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga peradilan tersebut
tentu saja banyak disebabkan oleh perbuatan oknum hukum ataupun di luar
hukum. Oknum yang rela mengadaikan keadilan dan kebenaran dengan uang
atau kemewahan. Oknum tersebut bisa terdiri dari jaksa, pengacara, polisi bahkan
juga hakim.
Seorang yang dikategorikan sebagai jaksa terbaik sehingga dipercaya menjadi
Ketua Tim Penyelidikan Kasus BLBI-BDNI, Urip Tri Gunawan, tertangkap
tangan menerima uang yang diduga suap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), sekitar Rp 6 miliyar dari Artalyta Suryani, teman baik Sjamsul Nursalim,
pengusaha yang terkait kasus BLBI. Jaksa itu, oleh KPK, telah dijadikan
tersangka penerima suap, kendati ia membantah telah menerima uang suap
terkait perkara.
Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Penyelenggara Negara
Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme, mengatur
mengenai Hak Dan Kewajiban Penyelenggara Negara, mengatur mengenai Peran
Corporate Governance yang diimplementasikan melalui peran serta masyarakat
pada pasal 8 dan pasal 9 yang berbunyi :
tanggung
jawab
masyarakat
untuk
ikutt
mewujudkan
Pasal 9
dalam bentuk :
o hak mencari, memperoleh dan memberikan informasi tentang
penyelenggaraan negara;
o hak untuk memperoleh pelayanan yang sama dan adil dari
Penyelenggara Negara;
o hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung
hukum yang didukung oleh pemerintahan yang baik. Pengalaman masa lalu
menunjukkan bahwa tidak adanya kepastian hukum menyebabkan rendahnya
tingkat kepercayan masyarakat pada penyelenggara pemerintahan yang dianggap
korup dan tidak peka terhadap kebutuhan rakyat yang pada akhirnya
memperlambat proses untuk keluar dari krisis yang berkepanjangan.
Tumbuhnya demokrasi, supremasi hukum, dan pemerintahan yang baik
akan mengurangi berbagai ketidakpuasan yang akan mengembalikan suasana
aman dan tertib dalam kehidupan masyarakat. Kembalinya keamanan dan
ketertiban
merupakan
prasyarat
Pemerintah harus mampu memberikan kepastian hukum bagi setiap warga nya,
dan menjamin seluruh Penyelenggara Negara bebas terhada konflik kepentingan
dalam menjalankan fungsinya, bebas dari praktik KKN yang menghambat
pembangunan serta mengutamakan prinsip Pengungkapan dan Transparansi dalam
setiap penanganan kasus oleh penegak hukum termasuk instansi Kejaksaan Agung
Republik Indonesia.
6. KESIMPULAN
Kejahatan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Jaksa Urip Tri
Gunawan merupakan suatu tindakan yang dapat di pidana sesuai dengan undangundang yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang kemudian tindakan
penghukuman diberikan kepada pelaku sesuai dengan yang telah diatur oleh
undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi pasal 6 UU No. 20 tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Kewajiban penyelenggara negara yang bersih bebas dari korupsi, kolusi
dan nepotisme dilakukan melalui sumpah atau janji sesuai dengan agamanya dan
kesediaan untuk memberikan LHKPN sebelum, saat dan sesudah menjabat bagi
penyelenggara negara serta bersedia mengikuti Code of Conduct bagi
penyelenggara negara untuk tidak bertemu dengan seorang yang dapat terjadinya
Conflict Of Interest terhadap funsi sesuai dengan jabatannya.
Peran serta masyarakat sebagai implementasi dari Corporate Governance
terhadap prinsip pengungkapan dan transparansi untuk berperan sebagai fungsi
kontrol sosial yang efektif terhadap penyelenggaraan negara agar tidak
melakukan korupsi,
dilaksanakan
dengan
ikut
hubungan antara
asas
10